• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hasil Pengecoran Kuningan Berupa Flange Menggunakan Cetakan Pasir Dengan Variasi Media Pendingin Air Sumur, Air Laut, Dan Oli Sae 20

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Hasil Pengecoran Kuningan Berupa Flange Menggunakan Cetakan Pasir Dengan Variasi Media Pendingin Air Sumur, Air Laut, Dan Oli Sae 20"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HASIL PENGECORAN KUNINGAN BERUPA FLANGE MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR DENGAN VARIASI MEDIA

PENDINGIN AIR SUMUR, AIR LAUT, DAN OLI SAE 20

Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Oleh:

DIMAS SETIA BUDI D 200 130 078

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN KUNINGAN BERUPA FLANGE MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR DENGAN VARIASI MEDIA

PENDINGIN AIR SUMUR, AIR LAUT, DAN OLI SAE 20

PUBLIKASI ILMIAH Oleh:

DIMAS SETIA BUDI NIM : D 200 130 078

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN KUNINGAN BERUPA FLANGE MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR DENGAN VARIASI MEDIA

PENDINGIN AIR SUMUR, AIR LAUT, DAN OLI SAE 20

OLEH : DIMAS SETIA BUDI

NIM : D 200 130 078

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Sabtu, 2 Juni 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Ir. Masyrukan, MT. (...) (Ketua Dewan Penguji)

2. Patna Partono, ST, MT. (...) (Anggota I Dewan Penguji)

3. Ir. Pramuko Ilmu Purboputro, M.T. (...) (Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 31 Mei 2018 Penulis

DIMAS SETIA BUDI NIM : D 200 130 078

(5)

4

ANALISIS HASIL PENGECORAN KUNINGAN BERUPA FLANGE MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR DENGAN VARIASI MEDIA

PENDINGIN AIR SUMUR, AIR LAUT, DAN OLI SAE 20 Abstrak

Logam akan mengalami perubahan fasa selama proses pengecoran, baik perubahan sifat fisis maupun mekanis yang disebabkan oleh proses pembekuan. Perubahan sifat ini antara lain dipengaruhi media pendinginan yang digunakan pada saat proses pendinginan. Karena sifat fisis dan mekanis suatu logam sangat penting dalam konstruksi permesinan, maka dalam penelitian ini digunakan media pendingin yang berbeda yaitu: air laut, air sumur, dan oli SAE 20. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan sifat fisis dan mekanis hasil pengecoran kuningan dengan media pendingin yang berbeda. Dari pengujian kekerasan benda uji dengan media air sumur mempunyai nilai kekerasan lebih baik dibanding air laut dan oli SAE 20. Dari hasil pengujian komposisi kimia terdapat 18 unsur, tetapi hanya 5 unsur yang paling berpengaruh pada kuningan cor yaitu: Cu, Zn, Pb, Fe, dan Sn yang paling dominan. Dilihat dari unsur yang ada pada material ini dapat digolongkan logam kuningan paduan seng (Cu-Zn) Kata kunci: Kuningan (CuZn), pendinginan cepat, kekerasan, struktur mikro,

komposisi kimia.

Abstract

The metal will undergo phase change during the casting process, either the physical or mechanical changes caused by the freezing process. This change in properties is influenced by the cooling medium used during the cooling process. Because the physical and mechanical properties of a metal are very important in machining construction. In this study used different cooling media, namely: sea water, well water, and SAE 20 oil. The purpose of this research is to compare the physical and mechanical properties of brass casting with different cooling media. From the hardness testing of the specimen to the water well refrigerant medium has a better hardness value compared to the sea water and SAE 20 oil. From the result of testing the chemical composition there are 18 elements, but only the 5 most influential element in the cast brass Cu, Zn, Pb, Fe, and Sn the most dominan. Judging from the element present in this material can be classified metal brass zinc alloy.

Keyword: Brass (CuZn), quenching, hardness, micro structure, chemical composition.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengecoran adalah salah satu cara untuk membentuk logam yang banyak digunakan orang. Kebutuhan akan teknik pengecoran ini meningkat seiring

(6)

5

dengan banyak permintaan logam yang dibutuhkan masyarakat. Pembangunan di bidang industri misalnya, dalam memenuhi kebutuhan akan mesin-mesin produksi yang sebagian besar terbuat dari logam semakin hari semakin bertambah.

Kuningan adalah logam yang merupakan campuran dari tembaga dan seng. Tembaga merupakan komponen utama dari kuningan, dan kuningan biasanya diklasifikasikan sebagai paduan tembaga. Warna kuningan bervariasi dari coklat kemerahan gelap hingga ke cahaya kuning keperakan tergantung pada jumlah kadar seng. Seng lebih banyak mempengaruhi warna kuningan tersebut. Kuningan lebih kuat dan lebih keras daripada tembaga, tetapi tidak sekuat atau sekeras seperti baja. Kuningan sangat mudah untuk di bentuk ke dalam berbagai bentuk, sebuah konduktor panas yang baik, dan umumnya tahan terhadap korosi dari air garam. Karena sifat-sifat tersebut, kuningan kebanyakan digunakan untuk membuat pipa, tabung, sekrup, radiator, alat musik, aplikasi kapal laut, dan casing cartridge untuk senjata api (Tata Surdia, 1996).

Campuran logam dari tembaga dan seng disebut juga kuningan, yang dapat membentuk kombinasi sifat material yaitu kekuatan dan ketahahan korosi yang tinggi. Diagram kesetimbangan fasanya termasuk jenis peritektik. Paduan dengan kadar seng maksimal seng 35% berfasa tunggal yaitu (α) alfa dengan strukturkristal FCC sehingga kemulurannya tinggi maka kemampuan pengerjaan dinginnya tinggi, diantaranya kuningan 70/30 yang dinamakan juga cartridge brass atau yellow alfa brass, banyak digunakan di industri strategis, sehingga material kuningan ini tetap penting, selama belum ada penggantinya karena sifat mampu bentuk tarik dalam (deep drawing) yang tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, untuk memudahkan penelitian maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh variasi media pendingin terhadap komposisi kimia produk coran?

(7)

6

2. Bagaimana pengaruh variasi media pendingin terhadap kekerasan produk coran?

3. Bagaimana pengaruh media pendingin terhadap distribusi struktur mikro produk coran?

1.3 Batasan Masalah

Untuk mengurangi kompleksitas permasalahan dan menetukkan arah penelitian yang lebih baik, maka ditentukan batasan masalah sebagai berikut :

1. Material yang digunakan adalah kuningan bekas

2. Pengujian kekerasan hasil coran menggunakan uji kekerasan HRB.

3. Pengujian struktur mikro hasil coran menggunakan mikrospkop metalografi, analisa dilakukan hanya untuk 2 unsur yang paling dominan (Cu-Zn).

4. Pengujian komposisi kimia hasil coran menggunakan uji spectrometer scan metal.

5. Kecepatan penuangan logam cair dianggap sama. 6. Cetakan yang digunakan adalah cetakan pasir kali.

7. Variasi media pendingin berupa air sumur, air laut, dan oli SAE 20 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah :

1. Meneliti pengaruh variasi media pendingin terhadap komposisi kimia pada produk coran.

2. Meneliti pengaruh variasi media pendingin terhadap kekerasan pada produk coran.

3. Meneliti pengaruh variasi media pendingin terhadap distribusi struktur mikro pada produk coran.

1.5 Tinjauan Pustaka

(Taufikkurahman, 2005) meneliti bahwa proses perlakuan panas dengan suhu 400o C dan media pendinginan yang beragam juga akan mempemgaruhi tingkat kekerasan paduan. Proses perlakuan panas

(8)

7

menyebabkan tingkat kekerasan material lebih merata hal ini disebabkan karena konsentrasi unsur pada produk awal seragam disetiap te,pat. Kondisi penyebaran unsur Zn, Pb dan Sn lebih merata pada paduan yang diberikan proses perlakuan panas dengan pendinginan oli(minyak).

(Hendrawan, 2014) hasil dari pengujian kekerasan dan mikrostruktur dari berbagai media pendingin yaitu media oli 97,2 HRc, media air garam 99,13 HRc, dan media air biasa 96,5 HRc. Dan dapat disimpulkan bahwa nilai kekerasan bertambah setelah melalui proses perlakuan panas. Pada media pendingin air garam variasi struktur mikro lebih kontras dibandingkan dengan media pendingin oli dan air.

(Nugroho, 2010) meneliti dari hasil peleburan kuningan dengan pengujian metalografi didapatkan struktur fasa kuningan yaitu fasa proeutektik α dan fasa β. Fasa proeutektik α mempunyai struktur fcc sedangkan fasa β mempunyai struktur bcc. Terdapat juga titik-titik hitam yang merupakan karbonnya dengan persentase yang berbeda untuk tiap sampelnya.Kekerasan cenderung meningkat pada bagian samping dikarenakan kandungan karbonnya lebih banyak. Selain meningkatnya jumlah karbon, meningkatnya fasa proeutektik α dan menurunnya fasa β juga mempengaruhi meningkatnya nilai kekerasan coran kuningan.

1.6 Dasar Teori 1.6.1 Kuningan

Kuningan adalah logam yang merupakan campuran dari tembaga dan seng. Tembaga merupakan komponen utama dari kuningan, dan kuningan biasanya diklasifikasikan sebagai paduan tembaga. Warna kuningan bervariasi dari coklat kemerahan gelap hingga ke cahaya kuning keperakan tergantung pada

(9)

8

jumlah kadar seng. Seng lebih banyak mempengaruhi warna kuningan tersebut. Kuningan lebih kuat dan lebih keras daripada tembaga, tetapi tidak sekuat atau sekeras seperti baja. Kuningan sangat mudah untuk di bentuk ke dalam berbagai bentuk, sebuah konduktor panas yang baik, dan umumnya tahan terhadap korosi dari air garam.

Komponen utama kuningan adalah tembaga. Jumlah kandungan tembaga bervariasi antara 55% sampai dengan 95% menurut beratnya tergantung pada jenis kuningan dan tujuan penggunaan kuningan. Kuningan yang mengandung persentase tinggi tembaga terbuat dari tembaga yang dimurnikan dengan cara elektrik yang setidaknya menghasilkan kuningan murni 99,3% agar jumlah bahan lainnya bisa di minimalkan. Kuningan yang mengandung persentase rendah tembaga juga dapat dibuat dari tembaga yang dimurnikan dengan elektrik, namun lebih sering dibuat dari scrap tembaga.Ketika proses daur ulang terjadi, persentase tembaga dan bahan lainnya harus diketahui sehingga produsen dapat menyesuaikan jumlah bahan yang akan ditambahkan untuk mencapai komposisi kuningan yang diinginkan. Komponen kedua dari kuningan adalah seng. Jumlah seng bervariasi antara 5% sampai dengan 40% menurut beratnya tergantung pada jenis kuningan

Kuningan dengan persentase seng yang lebih tinggi memiliki sifat lebih kuat dan lebih keras, tetapi juga lebih sulit untuk dibentuk, dan memiliki ketahanankurang terhadap korosi. Seng yang digunakan untuk membuat kuningan bernilai komersial dikenal sebagai spelter.

Beberapa kuningan juga mengandung persentase kecil dari bahan lain untuk menghasilkan karakteristik tertentu, hingga 3,8% menurut beratnya. Timbal dapat ditambahkan untuk meningkatkan ketahanan. Penambahan timah meningkatkan ketahanan terhadap korosi, Membuat kuningan lebih keras dan membuat struktur internal yang lebih kecil sehingga kuningan dapat dibentuk berulang dalam proses yang disebut penempaan. Arsenik dan antimony kadang-kadang ditambahkan ke dalam kuningan yang mengandung seng lebih dari 20% untuk menghambat korosi. Bahan lain yang dapat digunakan dalam jumlah yang sangat kecil yaitu mangan, silikon, dan fosfor.

(10)

9 1.6.2. Paduan Kuningan

R. Widodo (2012) mengatakan β. yang memiliki matriks (struktur dasar) α dan Kuningan-β yang memiliki matriks Paduan CuZn dengan kandungan Cu sedikitnya 55% dikenal dengan sebutan Kuningan. Secara umum kuningan terdiri dari Kuningan-α

Dalam keadaan padat Cu mampu melarutkan Zn sangat banyak didalam kristal campurannya. Pada temperatur 902 oC terjadi transformasi peritektik dimana Zn larut sebesar 32,5%. Kelarutan ini meningkat sampai dengan temperatur sekitar 450 oC menjadi 39% dan kemudian pada kondisi keseimbangan akan kembali menurun, yaitu pada proses pemanasan panjang dan pendinginan sangat lama.

Gambar 1. Diagram Fasa CuZn

Pada proses pendinginan yang umum dicapai secara teknis, struktur kuningan dengan kandungan Zn 39% setelah perlakuan panas biasanya akan terdiri dari kristal α yang homogen tanpa ada sedikitpun kristal β. Kuningan inilah yang kemudian dikenal dengan kuningan α (alfa) yang memiliki sifat ulet namun cukup memiliki ketermesinan yang baik dengan unit sel FCC seperti pada umumnya paduan tembaga lainnya.

1.6.3. Quenching

(11)

10

mengalami laku panas. Proses ini bertujuan untuk mempertahankan kondisi larutan padat yang telah terbentuk. Lamanya pencelupan dilakukan sampai suhu paduan sama dengan suhu media celup.Melalui pendinginan cepat maka pemisahan fasa kedua darilarutan padatnya akan dapat dicegah pada temperatur yang jauh lebih rendah, paduan berada dalam keadaan larutan padat jenuh yang tidak stabil. Selain itu atom-atom yang terlarut jadi perangkap dan tidak memiliki kesempatan untuk berdifusi. Hal lain yang terjadi adalah dengan terperangkapnya atom-atom terlarut maka akan terbentuk daerah-daerah kosong yang didorong untuk mempronosikan terjadinya difusi temperatur rendah yang diperlukan untuk pembentukan zona.Banyaknya daerah kisi kosong yang dihasilkan akibat prosespencelupan tersebut dipengaruhi oleh besarnya kecepatan pendinginanyang terjadi selama pencelupan. Semakin tinggi kecepatan pendinginannya, daerah kisi kosong yang terbentuk akan semakin banyak. Besarnya kecepatan pendinginan itu sendiri antara lain dipengaruhi oleh media pencelupan dan ukuran bentuk produk. Media pencelupan yang paling sering dipakai adalah air dan oli.

1.6.4. Proses Quenching

Proses quenching melibatkan beberapa faktor yang saling berhubungan. Pertama yaitu jenis media pendingin dan kondisi proses yang digunakan, yang kedua adalah komposisi kimia dan hardenbility dari logam tersebut. Hardenbility merupakan fungsi dari komposisi kimia dan ukuran butir pada temperatur tertentu. Selain itu, dimensi dari logam juga berpengaruh terhadap hasil proses quenching.

(12)

11 2. METODE PENELITIAN

2.1 Diagram Alir Penelitian

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian 2.2 Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

1. Cangkul 9. Kowi 17. Alat Uji Spektrometer

2. Penumbuk 10. Gergaji Besi 18. Alat Uji Kekerasan HRB 3. Tabung Silinder 11. Linggis

MULAI

Persiapan Material dan Peralatan

Pembuatan Desain Pengecoran dan Cetakan Pasir

Proses pengecoran Produk Pendinginan Air Sumur Pendinginan Air Laut Pendinginan Oli SAE 20 Pengujian Kekerasan Analisa Data Hasil Dan Kesimpulan

SELESAI Peleburan Pengujian Struktur mikro Pengujian Komposisi Kimia

(13)

12

4. Lanset 12. Kerangka Cetakan 5. Gancu 13. Digital Caliper

6. Ladel 14. Infrared Thermometer

7. Dapur peleburan 15. Thermocoupel

8. Kowi 16. Alat Uji Mikroskop Metalografi 2. Bahan

1. Kuningan bekas atau rosok dan berbagai bahan berbahan kuningan 2. Kalsium karbonat (bubuk anti air)

3. Pasir kali 4. Air Sumur 5. Air Laut 6. Oli SAE 20 2.2 Langkah Penelitian 2.2.1 Pembuatan Cetakan

a.) Mempersiapkan kerangka cetakan bawah berbentuk kotak

b.) Mempersiapkan papan kayu diletakkan bagian bawah sebagai alas kerangka cetakan bawah.

c.) Meletak Meletakan kerangka cetakan bawah diatas papan kayu lalu letakkan pola flange diatas papan kayu dan beri kalsium karbonat pada keseluruhan kerangka cetakan dan pola.

d.) Saring pasir kali sampai halus dan masukan pada kerangka cetakan bawah.

e.) Setelah pasir kali yang sudah disaring menutupi seluruh pola kayu ,tambahkan pasir hingga memenuhi kerangka cetakan bawah lalu tumbuk dengan menggunakan penumbuk hingga padat.

f.) Balik kerangka cetakan dan lepas papan kayu lalu ratakan permukaan pasir dan beri kalsium karbonat pada permukaan pasir tersebut seperti pada gambar dibawah.

g.) Pasang kerangka cetakan atas untuk membuat cetakan atas dan pasang juga tabung silinder untuk membuat saluran masuk dan saluran udara.

(14)

13

h.) Kemudian masukan pasir kali pada kerangka cetakan atas dan tumbuk hingga padat dengan menggunakan penumbuk. Setelah itu lepas tabung silinder dengan hati-hati.

i.)Lepas kerangka cetakan atas dari kerangka cetakan bawah dan beri celah untuk saluran masuk cairan logam kuningan menggunakan lanset. j.) Beri sedikit air pada celah-celah antara cetakan dengan pola yang

berada di kerangka cetakan bawah agar memudahkan proses pelepasan pola.

k.) Kemudian tancapkan paku pada pola agar mudah untuk melepaskan pola dari cetakan.

l.) Kemudian pasang cetakan atas dengan cetakan bawah menjadi satu kesatuan lalu lepas kerangka cetakan atas dan kerangka cetakan bawah.

1.Persiapan bahan untuk pengecoran Kuningan rosok.

Gambar 3. Kuningan Rosok

2. Mempersiapkan semua kebutuhan untuk Variasi Pendingannya :

- Pendinginan dengan air sumur

(15)

14

- Pendinginan dengan air laut

Gambar 5. Air Laut - Pendinginan dengan Oli SAE 20

Gambar 6. Oli SAE 20

3. Peleburan menggunakan tungku kupola yang dilakukan di CV. ARBA INDAH LOGAM Ceper,Klaten.

(16)

15

4. Pengecoran dan pembuatan spesimen yang akan dilakukan untuk uji fisis dan mekanis setalah dilakukan variasi pendinganan.

Gambar 8. Penuangan kedalam cetakan 5. Pembongkaran cetakan

Cetakan pasir kali dibongkar untuk mengeluarkan produk cor. Sistem saluran dipisahkan dari produk cor. Produk cor dibersihkan dan diberi label atau tanda untuk membedakan setiap variasi cetakan. Kemudian spesimen difoto.

Gambar 9. Pembongkaran cetakan 2.2.2 Proses Pendinginan Dengan 3 Variasi

Yaitu air sumur, air laut, dan oli SAE 20. Prosesnya adalah setelah kuningan cair di tuangkan dari ledel ke dalam lubang saluran masuk cetakan pasir dan didiamkan 10 menit setelah dirasa sudah mengeras lalu cetakan dibongkar dan spesimen dimasukan ke dalam 3 media pendinginan tersebut, sistem pendinginan dalam pengecoran kuningan menggunakan beberapa media pendingin dan lama pendinginan 1 jam.

(17)

16

Gambar 10. Media pendinginan air sumur

Gambar 11. Media pendinginan air laut

Gambar 12. Media pendinginan Oli SAE 20 2.2.3 Pengamatan Struktur Mikro

Pengamatan struktur mikro bertujuan untuk mengetahui struktur mikro dari spesimen dan mengamati cacat porositas secara mikroskopis.

2.2.4 Pengujian Komposisi Kimia

Bertujuan untuk mengetahui prosentase kandungan unsur-unsur paduan yang terdapat dalam spesimen. Pengujian dilakukan dengan mengguanakan alat uji spektrum komposisi kimia universal (spectrometer) yang bekerja secara otomatis. Pengujian dilakukan sengan penembakan terhadap permukaan spesimen (sudah dihaluskan) dengan gas argon. Penembakan dilakukan pada 3 titik. Pengujian ini dilakukan di laboratorium POLMAN, Ceper Klaten.

(18)

17 2.2.5 Pengujian Kekerasan

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui hasil kekerasan dari benda uji pada bebrapa bagian sehingga diketahui distribusi kekerasan rata-ratanya dari semua bagian yang diuji.

3. HASIL PENELITIAN

3.1 Penurunan Temperature Dengan Variasi Media Pendingin Pada Saat Proses Pendinginan Kuningan (CuZn) cor

Tabel 1. Penurunan Temperatur Setiap 10 Menit sekali dengan Variasi media pendingin pada saat proses pendinginan

Waktu Media Pendingin Air Sumur (C˚) Oli SAE 20 (C˚) Air Laut (C˚) 10 45,7 47,7 50,2 20 43,2 45,2 49,7 30 39,4 41,7 49 40 37,8 39,8 48,6 50 36,9 39 47,5 60 35,7 37,9 46,8

Rata-rata Penurunan Suhu 2 1,96 0,92

Di bawah ini merupakan rumus dan perhitungan yang digunakan untuk mencari rata-rata penurunan suhu di setiap 10 menit :

Rata-rata Penurunan Suhu =

= (t1-t2)+(t2-t3)+(t3-t4)+(t4-t5)+(t5-t6) 5 = (45,7-43,2)+(43,2-39,4)+(39,4-37,8)+(37,8-36,9)+(36,9-35,7) 5 = (2,5)+(3,8)+(1,6)+(0,9)+(1,2) 5 = (10) 5 = 2 °C

(19)

18

Pengukuran penurunan temperature pada media pendingin dilakukan setiap 10 menit sekali dengan menggunakan Thermometer Infrared, lama pendinginan 1 jam. Pengukuran pada media pendingin dilakukan dengan cara alat ukur di hadapkan pada spesimen dalam kondisi di dinginan kan maka akan terpancar sinar infrared yang akan menampilkan hasil atau temperature pada layar thermometer infrared.

Dari data hasil table di atas memperoleh grafik sebagi berikut :

Gambar 13. Grafik Pendinginan

Dari hasil pengukuran penurunan temperatur setiap 10 menit sekali selama 1 jam memperoleh 6 hasil penurunan suhu setiap variasi pendinginannya.10 menit pertama untuk pendinginan air sumur 45,7°C, oli SAE20 47,7°C, dan air laut menjadi yang tertinggi di 10 menit pertama yaitu 50,2˚C, kemudian untuk 10 menit ke-2 suhu dari pendinginan air sumur 43,2˚C, oli SAE20 45,2˚C dan air laut 49,7˚C. Dari penurunan suhu ke dua ini air laut masih menjadi yang tertinggi. Kemudian 10 ke-3 suhu dari air sumur 39,4˚C, oli SAE20 41,7˚C dan air laut 49˚C untuk penurunan suhu ke tiga ini air laut masih menjadi yang tertinggi, kemudian untuk 10 menit ke-4 penurunan suhu untuk air sumur 37,8˚C , oli SAE20 39,8˚C, dan air laut 48,6˚C, pada 10 menit ke-4 pendinginan air laut menjadi yang tertinggi, kemudian 10 menit

45,7 43,2 39,4 37,8 36,9 35,7 47,7 45,2 41,7 39,8 39 37,9 50,2 49,7 49 48,6 47,5 46,8 0 15 30 45 60 10 20 30 40 50 60 Tem p e ratu r B e n d a Uj i ( ° C)

Waktu Pendinginan (menit)

Penurunan Temperatur Pada Media Pendingin

(20)

19

ke-5 penurunan suhu air sumur 36,9˚C, oli SAE20 39˚C, dan suhu air laut 47,5˚C, penurunan suhu pendiginan air laut masih yang tertinggi. Kemudian penurunan suhu 10 menit ke-6 atau yang terakhir. Penurunan suhu pendinginan air sumur 35,7˚C, oli SAE20 37,9˚C, dan air laut 46,8˚C, pada percobaan terakhir air laut masih tetap menjadi yang tertinggi. Sehingga dapat kita simpulkan untuk penurunan suhu dari 10 menit pertama hingga 10 menit terakhir atau 10 menit ke-6, variasi pendinginan dengan media air laut menjadi yang tertinggi dari variasi pendinginan air sumur dan oli SAE20. Dari keterangan data hasil penurunan temperature di atas dapat di cari rata rata sebagai berikut variasi pendingin air sumur rata-rata setiap 10 menit mengalami penurunan 2˚C,sedangkan variasi pendingin oli SAE20 mengalami penurunan setiap 10 menit nya adalah 1,96˚C dan variasi pendingin air laut 0,92˚C. Dari hasil rata-rata 3 variasi pendingin air sumur megalami penurunan temperatur yang paling tinggi.

3.2. Komposisi Kimia Hasil Produk Cor Kuningan

Setelah dilakukan proses pengecoran, maka perlu dilakukan uji komposisi kimia guna mengetahui komposisi unsur-unsur kimia yang terdapat dalam produk hasil cor. Pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium Logam Politeknik Manufaktur Ceper. Dari hasil pengujian komposisi kimia di peroleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Uji Komposisi Kimia No Unsur Sampel Uji Kandungan (%) Deviasi 1 Cu 66,4 0,450 2 Zn 27,9 0,550 3 Pb 2,22 0,0971 4 Sn 1,38 0,0793 5 Mn 0,0813 0,0039 6 Fe 0,727 0,0559 7 Ni 0,401 0,0051 8 Si 0,123 0,0056

(21)

20 9 Mg <0,0050 0,0000 10 Cr 0,0230 0,0007 11 Al 0,285 0,0355 12 As 0,140 0,0028 13 Be <0,0020 0,0000 14 Ag 0,0250 0,0020 15 Co 0,0270 0,0014 16 Bi 0,0803 0,0049 17 Cd O,131 0,0126 18 Zr 0,0032 0,0018

Dari hasil pengujian komposisi kimia terdapat 18 unsur, tetapi hanya 5 unsur yang paling berpengaruh pada kuningan cor yaitu Cu, Zn, Pb, Fe dan Sn yang paling dominan. Dilihat dari unsur yang ada pada material ini dapat digolongkan logam kuningan paduan seng (Cu-Zn). Pengaruh Seng (Zn) sebesar 27,9% mempunyai pengaruh baik akan menaikkan nilai tensile atau kekuatan tarik pada produk cor kuningan. Pengaruh Timbal (Pb) sebesar 2,22% mempunyai pengaruh baik karena dapat meningkatkan machinability, surface finish, dan ketahan terhadap korosi membuat kuningan lebih keras dan membuat struktur internal yang lebih kecil sehingga kuningan dapat dibentuk berulang dalam proses yang disebut penempaan. Pengaruh Timah Putih (Sn) sebesar 1,38% mempunyai pengaruh baik dalam meningkatkan ketahan korosi dan meningkatkan kekerasan coran kuningan. Pengaruh Besi (Fe) sebesar 0,727% dalam kuningan yaitu menurunkan sifat mekanis, penurunan kekuatan tarik, timbulnya bintik pada hasil coran kuningan, dan meningkatkan ketahanan panas, ketahan korosi, dan meningkatkan ketahan impact, namun Nikel (Ni) mempunyai sifat kelelahan (fatigue) yang tinggi tapi tidak dapat dikeraskan.

3.3. Pengujian Kekerasan Hasil Produk Cor Kuningan

Pengujian kekerasan dilakukan di Politeknik Manufaktur Ceper Klaten dengan metode pengujian kekerasan menggunakan HRB (Hardness Rockwell Ball type B) dengan pembebanan 981 N menggunakan bola penetrator

(22)

21

diameter 1/16 inchi, dilakukan pada 5 titik pada bagian spesimen pada gambar dibawah.

Gambar 14. Posisi Titik Kekerasan Spesimen Tabel 3. Hasil Pengujian Kekerasan HRB

Data uji kekerasan diubah dalam histogram perbandingan dari setiap variasi pendingin yang ada pada gambar berikut :

43,14 HRB 31,78 HRB 37,81 HRB 0 10 20 30 40 50

Air Sumur Air Laut Oli SAE 20

H ar ga K eke ra sa n Be n d a U ji (H RB) Media Pendingin

Harga Kekerasan HR

B

Gambar 15. Grafik Hubungan Kekerasan Dengan Variasi Pendinginan.

NO Media Pendinginan Kekerasan HRʙ Rata-rata HRʙ 1 Air Sumur 42,67 43,57 43,75 42,28 43,42 43,14 2 Air Laut 31,58 31,98 31,14 32,15 32,05 31,78 3 Oli SAE 20 37,61 38,64 37,52 37,37 37,92 37,81 1 2 3 4 5

(23)

22

Dari Hasil pengujian kekerasan benda uji dengan media pendinginan air sumur lebih keras yaitu 43,14 di bandingkan dengan hasil dari media pendinginan oli SAE 20 37,81 dan media pendinginan air laut yang bernilai 31,78. Laju dari pendinginan air sumur lebih cepat dari laju pendinginan Oli SAE 20 dan air laut, sehingga struktur mikro yang terbentuk pada benda uji dengan media pendinginan air sumur mempunyai unsur magnesium (Mg) lebih banyak dan merata dari benda uji dengan media pendinginan oli SAE 20 dan air laut.

3.4. Pengujian Struktur Mikro

Pada Pengamatan struktur mikro dilakukan menurut pengujian metalografi untuk bahan kuningan variasi pendinginan dengan pembesaran 200x didapatkan gambar seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini yang dibandingkan dengan buku ASTM Metal Handbook Volume 9 Metalografi.

Kuningan dengan Zn 35% setelah perlakuan panas 850°C Gambar 16. Foto struktur mikro pada ASTM Metal Handbook

Dipanaskan sampai 850°C (1560°F) di atmosfir yang mengandung hydrogen. Struktur menunjukan rongga yang sama pada gambar 41 yaitu hydrogen menyebar ke tembaga, bereaksi dengan Cu2O pada batas butir, terbentuk uap dan butiran tembaga terpisah menyebabkan porositas

(24)

23

A B C

Gambar 17. Foto struktur mikro pendinginan (A) Air Laut, (B) Air Sumur , (C) Oli SAE 20

Fasa  berupa butiran besar berwarna putih, sedangkan fasa β berbentuk kecil memanjang dan berwarna hitam. Unsur tembaga dan seng bukan satu-satunya unsur yang terdapat di logam kuningan. Pada ASTM Metal Handbook unsur Cu (tembaga) sebesar 64,0-68,5% termasuk dalam Yellow Brass. Hasil penelitian didapatkan kandungan Cu sebesar 66,4%, jadi kuningan tersebut termasuk dalam Yellow Brass.

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dan menganalisa maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai dari hasil pengujian komposisi kimia terdapat 18 unsur, tetapi hanya 5 unsur yang paling berpengaruh pada kuningan cor yaitu Cu, Zn, Pb, Fe dan Sn yang paling dominan. Dilihat dari unsur yang ada pada material ini dapat digolongkan logam kuningan paduan seng (Cu-Zn). Pengaruh Seng (Zn) sebesar 27,9% mempunyai pengaruh baik akan menaikkan nilai tensile atau kekuatan tarik pada produk cor kuningan. Pengaruh Timbal (Pb) sebesar 2,22% mempunyai pengaruh baik karena dapat meningkatkan machinability, surface finish, dan ketahan terhadap korosi membuat

β β β

(25)

24

kuningan lebih keras dan membuat struktur internal yang lebih kecil sehingga kuningan dapat dibentuk berulang dalam proses yang disebut penempaan. Pengaruh Timah Putih (Sn) sebesar 1,38% mempunyai pengaruh baik dalam meningkatkan ketahan korosi dan meningkatkan kekerasan coran kuningan. Pengaruh Besi (Fe) sebesar 0,727% dalam kuningan yaitu menurunkan sifat mekanis, penurunan kekuatan tarik, timbulnya bintik pada hasil coran kuningan, dan meningkatkan ketahanan panas, ketahan korosi, dan meningkatkan ketahan impact, namun Nikel (Ni) mempunyai sifat kelelahan (fatigue) yang tinggi tapi tidak dapat dikeraskan.

2. Dari Hasil pengujian kekerasan benda uji dengan media pendinginan air sumur lebih keras yaitu 43,14 di bandingkan dengan hasil dari media pendinginan oli SAE 20 37,81 dan media pendinginan air laut yang bernilai 31,78. Laju dari pendinginan air sumur lebih cepat dari laju pendinginan Oli SAE 20 dan air laut.

3. Struktur mikro terdiri dari unsur Cu (kuningan) dan Zn (seng). Fasa  berupa butiran besar berwarna putih, sedangkan fasa β berbentuk kecil memanjang dan berwarna hitam. Pada hasil pengujian foto mikro tersebut variasi pendinginan air laut terbentuk diameter butiran yang lebih besar, begitu juga dengan variasi media pendinginan dengan oli SAE 20, berbeda dengan variasi pendinginan dengan media air sumur yang mempunyai bentuk butiran yang lebih kecil. Dari hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa besar butiran mempengaruhi nilai kekerasan dari spesimen yang telah diuji, jika butiran besar maka specimen mempunyai sifat lunak sedangkan jika butiran semakin kecil maka specimen tersebut semakin keras namun juga getas. Hal ini terbukti bahwa pada variasi pendinginan air sumur mempunyai nilai kekerasan yang paling tinggi.

(26)

25 PERSANTUNAN

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah melimpahkan kepada penulis, sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan Sidang Sarjana S–1 pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis dengan penuh keikhlasan hati ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Allah S.W.T yang senantiasa melimpahan rahmat, nikmat, karunia dan kasih sayang-Nya

2. Bapak Ir. Sri Sunarjono, MT, Ph.D selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Bapak Ir. Subroto, MT, Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

4. Bapak Ir. Sunardi Wiyono, MT, selaku Koordinator Tugas Akhir. 5. Bapak Ir. Ngafwan, MT, selaku Pembimbing Akademik yang telah

banyak membimbing saya selama berada di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

6. Bapak Ir. Masyrukan, MT selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah membimbing, mengarahkan, memberi petunjuk dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

7. Dosen Jurusan Teknik beserta Staff Tata Usaha Fakultas Teknik. 8. Ibu dan Bapak tercinta dan teristimewa yang senantiasa selalu

mencintai, menyayangi, memberikan dukungan, menenangkan hati dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

9. Kakak dan adik tercinta yang selalu menyemangati dan memberikan masukan kepada penulis.

10.Bapak Ismail (Pak Mail) beserta keluarga besar CV.ARBA JAYA LOGAM dan mas Firman beserta keluarga besar CV.KEMBAR JAYA, yang telah memberi fasilitas, membimbing proses penelitian di lapangan serta memberi semangat dalam penelitian dari awal hingga selesai.

(27)

26

11.Teman seperjuangan ( Azis, Rega, Ayub, Andri, Febri, Dimas ambogo, Andre, Supri, Danang, Ibnu, Raffel, Gilang, Yunus, Gladito) mahasiswa bimbingan Bapak Ir. Masyrukan., M.T.

12.Rekan – Rekan Teknik Mesin angkatan 2013 yang sudah banyak membantu saya dan mendukung saya dalam perkuliahanan selama di Universitas muhammadiyah Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

ASTM Metal Handbook Volume 9 Metalografi

Hendrawan, Ahmad,. 2014. Pengaruh perbedaan media pendingin terhadap struktur mikro dan kekerasan, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Banjarmasin.

Nugroho, Untung., 2010. Pengaruh Struktur Mikro Dan Kandungan Karbon Kekerasan Coran Kuningan. Universitas Gunadarma.

Supriyanto, 2009. Diktat Pengecoran Logam, Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta.

Surdia, Tata. 1996. Teknik Pengecoran Logam, Edisi ke-2, Cetakan ke-7, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Taufikkurahman, dkk., 2005. Analisa Sifat Mekanik Bahan Paduan Tembaga- Seng, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya.

Widodo , R., 2012. Paduan CuZn (Kuningan), Staf Pengajar Program Studi Teknik Pengecoran Logam POLMAN Bandung.

Gambar

Gambar 1. Diagram Fasa CuZn
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian  2.2 Alat dan Bahan Penelitian
Gambar 3. Kuningan Rosok
Gambar 6. Oli SAE 20
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada setiap frame terdapat masing-masing 1 (satu) skenario yang ekuilibrium dan dapat diterima oleh seluruh pemain masing-masing frame. Skenario 3 merupakan

Tinggi tanaman (Tabel 1) dan jumlah cabang tidak dipengaruhi secara nyata oleh varietas dan volume air (Tabel 2), hal ini disebabkan oleh kebutuhan air yang

Untuk bulan Juli 2010 dengan kecepatan angin rata – rata 1,5432 m/s, arah angin rata – rata menuju ke arah timur dengan kelas stabilitas atmosfer A , konsentrasi tertinggi dari

Namun hal yang berbeda terjadi pada penelitian Budi (2012) yang dalam penelitiannya mengatakan bahwa semakin tinggi suhu udara maka konsentrasi SO 2 yang

Kualitas udara ambien berdasarkan hasil dari road side yang telah dilakukan di 3 lokasi penelitian diperleh konsentrasi di Jalan Sutan Syahrir adalah sebesar 4.146 ,

Halaman judul pada sampul dalam mencakup (a) Judul, (b) Tujuan penulisan skripsi, (c) Logo Universitas Tidar yang berbentuk segi lima berdiameter 5,5 cm, (d)

Penelitian pada periode Maret sampai November 2008 di Sibolga bertujuan untuk memperoleh informasi perkembangan perikanan pelagis kecil di barat Sumatera

Solut akan masuk dari fasa air ke dalam fasa organik, dan banyak faktor yang mempengaruhi perpindahan itu yaitu jumlah pemakaian solven, konsentrasi