• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini membutuhkan sumberdaya manusia berkompeten dan mempunyai kompetensi spiritual yang baik. Terjadinya kasus-kasus korupsi dan penggelapan uang yang akhir-akhir ini sedang marak merupakan akibat ketidakseimbangan antara keterampilan yang dimiliki dan jiwa religi pelaku. Sumberdaya manusia yang mempunyai keterampilan dan jiwa religi tinggi dapat mencegah kecurangan atau risiko timbulnya kejahatan ekonomi. Untuk membentuknya dibutuhkan lembaga pendidikan yang dapat menyatukan kedua aspek tersebut, salah satunya pondok pesantren. Pesantren mempunyai potensi dalam pembangunan ekonomi melalui anak didiknya.

Potensi besar pesantren tidak hanya dari aspek sejarahnya sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia dan memiliki ciri ke-Indonesiaan yang khas. Dari tahun ke tahun jumlahnya pun terus bertambah secara signifikan. Pada abad ke-16, jumlah pesantren di Indonesia berjumlah 613 pesantren. Kemudian, pada abad ke-19, berdasarkan data pemerintah Hindia Belanda berjumlah 1.853 pesantren dengan jumlah santri 16.556 orang. Jumlah pesantren pada tahun 2001 meningkat menjadi 13.078 dan tahun 2003 meningkat lagi menjadi 14.067 pesantren. Peningkatan jumlah pesantren juga mempengaruhi peningkatan peserta didiknya. Pesantren-pesantren tersebut tersebar di 30 provinsi Indonesia (Depag RI, 2004).

Peningkatan jumlah pesantren dari tahun ke tahun ternyata belum mampu mencetak santri-santri yang mandiri baik spiritual dan material. Hal ini disebabkan pendidikan pesantren yang berkembang umumnya lebih memprioritaskan materi tentang agama dan akhlak dibandingkan keterampilan baik hardskill maupun softskil (Maman, 2008). Terbukti dari sebagian besar lulusan pesantren lebih banyak menjadi tokoh agama di wilayahnya masing-masing. Pada mulanya, ketokohan dalam bidang agama dapat memberikan manfaat kehidupan kepada mereka. Akan tetapi, setelah zaman berubah dan tantangan hidup tidak selalu bisa diatasi dengan bekal ilmu agama, maka terjadilah proses marginalisasi peran dan posisi tokoh agama dalam kehidupan

(2)

bermasyarakat. Kepemimpinan moral dan agama barangkali masih bisa dipegang oleh tokoh-tokoh agama, tetapi tidak untuk urusan “dunia” yang membutuhkan kualifikasi dan persyaratan lebih dari sekedar ilmu-ilmu agama (Mahduri, 2002). Oleh karena itu, banyak pondok pesantren saat ini yang telah melakukan perubahan dalam sistem pendidikannya agar santri-santrinya mampu terjun di masyarakat dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi.

Pesantren saat ini menurut Mahduri (2002) bukan hanya sebagai lembaga pendidikan yang bergerak di bidang agama, melainkan sebagai lembaga pendidikan yang responsif akan problematika ekonomi di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari perubahan zaman yang begitu pesat, sehingga pesantren harus melakukan transformasi dalam pendidikannya agar tetap aktif di masyarakat. Pesantren terdahulu secara tradisional hanya mengajarkan santri sebatas pada ilmu-ilmu keislaman. Berbeda dengan mayoritas pesantren saat ini, yang secara seimbang mengajarkan santri-santrinya baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum. Pesantren tidak hanya membina para santri dengan bekal ilmu agama. Pemberian keterampilan dan pelatihan wirausaha di pondok pesantren sudah mulai diterapkan.

Pembinaan keterampilan dan pelatihan wirausaha yang dilakukan pesantren tidak terlepas dari peran dan potensi peserta didik pesantren (santri) dalam pembangunan ekonomi. Peran santri dalam pembangunan ekonomi sangat besar, berbekal jiwa kemandirian yang telah mereka dapatkan pondok pesantren serta jiwa religi yang tinggi. Kemandirian yang diajarkan pondok pesantren mengarahkan santri-santrinya untuk menjadi seorang yang mandiri dan tangguh ketika lulus dari pesantren. Santri-santri tersebut merupakan harapan masyarakat dalam mengembangkan ekonomi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan wirausaha menjadi salah satu bentuk pendidikan yang diterapkan pondok pesantren dalam mendidik santri-santrinya agar mandiri secara spiritual dan materi.

Pendidikan wirausaha di pesantren dikenal dengan pendidikan kejuruan (keterampilan). Pengembangan pendidikan wirausaha tersebut bertujuan untuk kepentingan dan kebutuhan para santri sebagai modal menjadi manusia yang bersemangat wirausaha (entrepreneurship) sekaligus menunjang pembangunan ekonomi masyarakat di lingkungan pesantren (Depag RI, 2003). Bentuk

(3)

pendidikan wirausaha di pesantren ada yang mengarah pada penciptaan usaha dan peningkatan produksi bagi keberlangsungan pondok dan ada pula yang secara khusus ditujukan bagi pengembangan kompetensi (keahlian) keterampilan santri-santrinya.

Pengembangan keterampilan berwirausaha di pesantren berpotensi menghasilkan lulusan yang mandiri dan berkompeten secara agama maupun materi. Wirausaha yang dipilih pesantren, banyak bergerak di bidang pertanian. Hal ini terkait potensi pesantren yang lebih banyak berlokasi di daerah pedesaan. Ketersediaan lahan yang luas merupakan modal dalam pelaksanaan kegiatan wirausaha untuk diterapkan pada santri-santrinya. Selain itu, pemerintah juga mendukung daerah pedesaan untuk dijadikan sasaran pembangunan yang signifikan karena kokohnya sistem perekonomian pedesaan yang mengunggulkan hasil-hasil pertaniannya (Depag RI, 2003). Bidang pertanian ini tidak mencakup makna pertanian secara sempit, akan tetapi pertanian secara luas yang mencakup peternakan, perikanan, perkebunan, dan lainnya.

Salah satu pesantren di Indonesia yang menerapkan pendidikan wirausaha dalam membina santri di bidang pertanian adalah Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf. Pendidikan wirausaha bidang pertanian yang diterapkan pesantren ini meliputi pertanian, perikanan, dan peternakan. Akan tetapi, pesantren ini lebih memfokuskan pada bidang peternakan, yaitu usaha ternak sapi potong. Pesantren ini terletak di Desa Tlangu RT 03/RW 02, Bulan, Wonosari, Klaten. Alasan utama pendirian pesantren adalah kepedulian akan sistem pendidikan yang selama ini belum mampu menjawab problema umat dalam menghadapi tantangan global. Melalui lembaga pendidikan di pesantren ini, dikembangkan program pendidikan berbasis keagamaan dan keterampilan agribisnis selama satu tahun. Tujuan dari pesantren wirausaha ini adalah menjadi lembaga pendidikan yang mampu mewujudkan jaringan bisnis dengan ditopang para pengusaha yang profesional, mandiri, dan berkepribadian Islam. Oleh karena itu, analisis pengaruh pendidikan wirausaha agribisnis di Pondok Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf (Perwira Aba) terhadap kompetensi wirausaha santri pada usaha sapi potong menarik untuk diteliti lebih lanjut.

(4)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka cukup penting untuk melakukan penelitian faktor-faktor yang berkaitan dengan kompetensi santri dalam wirausaha di bidang agribisnis mengingat bahwa santri merupakan sumberdaya manusia potensial dalam wirausaha yang mampu menggabungkan antara keterampilan dan spiritualnya. Oleh karena itu, perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana sistem pendidikan wirausaha agribisnis di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf?

2. Bagaimana karakteristik santri dan pendidikan wirausaha agribisnis terkait kompetensi wirausaha santri pada usaha sapi potong di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik santri dengan kompetensi wirausaha santri pada usaha sapi potong di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf?

4. Bagaimana hubungan antara pendidikan wirausaha agribisnis dengan kompetensi wirausaha santri pada usaha sapi potong di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis sistem pendidikan wirausaha agribisnis di Perwira Aba (Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf).

2. Mengidentifikasi karakteristik santri dan pendidikan wirausaha agribisnis terkait kompetensi wirausaha santri pada usaha sapi potong di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik santri Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf dengan kompetensi wirausaha santri pada usaha sapi potong.

4. Menganalisis hubungan antara pendidikan wirausaha agribisnis Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf dengan kompetensi wirausaha santri pada usaha sapi potong.

(5)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1) Bagi Akademisi

Hasil penelitian berjudul “Pengaruh Pendidikan Wirausaha Agribisnis Terhadap Kompetensi Wirausaha Santri Pada Usaha Sapi Potong” dapat digunakan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan wirausaha di pesantren dalam meningkatkan kompetensi wirausaha santri di berbagai bidang usaha, khususnya usaha sapi potong. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan pendidikan yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat melalui wirausaha yang dijalankan oleh santri.

2) Bagi Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pengaruh pendidikan wirausaha agribisnis di pesantren terhadap kompetensi santri dalam berwirausaha, sebagai langkah awal pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui didikan pesantren yaitu santri sehingga secara tidak langsung pesantren berkontribusi dalam pembangunan pedesaan.

3) Bagi Pesantren

Melalui hasil penelitian ini, diharapkan kepada asatidz-asatidzah dan semua entitas pesantren untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dalam pendidikan wirausaha agribisnis yang dijalankan pesantren sehingga pesantren mempunyai strategi dalam meningkatkan kompetensi wirausaha santri, khususnya pada usaha sapi potong dan dapat menjadikan santri lebih mandiri ketika lulus dari pesantren.

4) Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah dalam penyusunan program pendidikan yang mampu menjawab persoalan ekonomi masyarakat saat ini.

Referensi

Dokumen terkait

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan FGD pada orang tua atau keluarga korban, anak yang menjadi korban, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pejabat dari instansi terkait,

Kerusakan yang terjadi pada bahan perpustakaan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu menurut Martoatmodjo (2009, hlm. 2.3) : a) Faktor Biologi, Kerusakan

Secara parsial, variabel kualitas layanan yang terdiri dari: dimensi variabel bukti fisik (tangibles) dan empati (emphaty) berpengaruh secara signifikan dan

Berbagai dikotomi antara ilmu – ilmu agama Islam dan ilmu – ilmu umum pada kenyataannya tidak mampu diselesaikan dengan pendekatan modernisasi sebagimana dilakukan Abduh dan

Sekolah harus melakukan evaluasi secara berkala dengan menggunakan suatu instrumen khusus yang dapat menilai tingkat kerentanan dan kapasitas murid sekolah untuk

BILLY TANG ENTERPRISE PT 15944, BATU 7, JALAN BESAR KEPONG 52100 KUALA LUMPUR WILAYAH PERSEKUTUAN CENTRAL EZ JET STATION LOT PT 6559, SECTOR C7/R13, BANDAR BARU WANGSA MAJU 51750

pendidikan 37Yo responden menjawab ingin beke{a dan melanjutkan strata dua. Responden kurang berani untuk mengambil resiko memulai sebuah usaha dengan kendala-kendala