• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Tetanus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Tetanus"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TETANUS MAKALAH TETANUS BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0

 – 

 – 

28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia . Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan perubahan biokimia . Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia.

gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia.

Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa

perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir.

persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir.

Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Salah satu kasus yang 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Salah satu kasus yang banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih memiliki kondisi kesehatan banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah adalah kasus tetanus. Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan, kematian rendah adalah kasus tetanus. Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju.

Mortalitasnya sangat tinggi karena biasanya baru mendapat pertolongan bila keadaan bayi sudah Mortalitasnya sangat tinggi karena biasanya baru mendapat pertolongan bila keadaan bayi sudah gawat. Penanganan yang sempurna memegang peranan penting dalam menurunkan angka

gawat. Penanganan yang sempurna memegang peranan penting dalam menurunkan angka mortalitas. Tingginya angka kematian sangat bervariasi dan sangat tergantung pada saat mortalitas. Tingginya angka kematian sangat bervariasi dan sangat tergantung pada saat pengobatan dimulai serta pada fasilitas dan tenaga perawatan yang ada.

pengobatan dimulai serta pada fasilitas dan tenaga perawatan yang ada.

Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian. Contoh, pada Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian. Contoh, pada tahun 80-an tetanus menjadi penyebab pertama kematian bayi di bawah usia satu bulan. Namun, tahun 80-an tetanus menjadi penyebab pertama kematian bayi di bawah usia satu bulan. Namun, pada tahun 1995 kasus serangan tetanus sudah menurun, akan tetapi ancaman itu tetap ada

pada tahun 1995 kasus serangan tetanus sudah menurun, akan tetapi ancaman itu tetap ada

sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus juga terjadi pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus juga terjadi pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum, karena umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan

neonatorum, karena umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan (neonatus). Penyebabnya adalah spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat, (neonatus). Penyebabnya adalah spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.

karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.

Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi seorang tenaga medis, dapat Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi seorang tenaga medis, dapat memberikan pertolongan/tindakan pertama atau pelayanan asuhan keperawatan yang sesuai memberikan pertolongan/tindakan pertama atau pelayanan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kewenangan dalam menghadapi kasus tetanus neonatorum.

dengan kewenangan dalam menghadapi kasus tetanus neonatorum.

B. RUMUSAN MASALAH B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari tetanus neonatorium? 1. Apa pengertian dari tetanus neonatorium?

2. Apa yang menjadi etiologi dari tetanus neonatorium? 2. Apa yang menjadi etiologi dari tetanus neonatorium? 3. Apa patofisiologi dari tetanus neonatorium?

3. Apa patofisiologi dari tetanus neonatorium?

4. Bagaimana tanda dan gejala tetanus neonatorium? 4. Bagaimana tanda dan gejala tetanus neonatorium? 5. Bagaimana penatalaksanaan pada tetanus neonatorium? 5. Bagaimana penatalaksanaan pada tetanus neonatorium?

6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan perawatan pada tetanus neonatorium? 6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan perawatan pada tetanus neonatorium? 7. Bagaimana melakukan pencegahan pada tetanus neonatorium?

7. Bagaimana melakukan pencegahan pada tetanus neonatorium? 8. Apa komplikasi dari tetanus neonatorium?

(2)

C. TUJUAN C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian tetanus neonatorium 1. Untuk mengetahui pengertian tetanus neonatorium 2. Untuk mengetahui etiologi tetanus neonatorium 2. Untuk mengetahui etiologi tetanus neonatorium 3. Untuk mengetahui patofisiologi tetanus neonatorium 3. Untuk mengetahui patofisiologi tetanus neonatorium 4. Untuk mengetahui tanda dan gejala tetanus neonatorium 4. Untuk mengetahui tanda dan gejala tetanus neonatorium 5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada tetanus neonatorium 5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada tetanus neonatorium

6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dan perawatan pada tetanus 6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dan perawatan pada tetanus neonatorium

neonatorium

7. Untuk mengetahui pencegahan pada tetanus neonatorium 7. Untuk mengetahui pencegahan pada tetanus neonatorium 8. Untuk mengetahui komplikasi dari tetanus neonatorium 8. Untuk mengetahui komplikasi dari tetanus neonatorium

BAB II BAB II KONSEP MEDIS KONSEP MEDIS A. PENGERTIAN A. PENGERTIAN

Tetanus neonatorum adalah:merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang bukan karena trauma Tetanus neonatorum adalah:merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus melalui luka tali kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat

pusat

Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun yang menyerang sistem saraf pusat).

yang menyerang sistem saraf pusat). B. ETIOLOGI

B. ETIOLOGI

1. Kuman Clostridium Tetani 1. Kuman Clostridium Tetani

2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril. 2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril. 3.

3. Luka Luka tali pusat kotor atali pusat kotor atau tdak bersih.tau tdak bersih.

4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap. 4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap. C. PATOFISIOLOGI

C. PATOFISIOLOGI

Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobit beruba menjadi bentuk fegetatif dan Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobit beruba menjadi bentuk fegetatif dan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang anaerobit ini terdapat penurunan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang anaerobit ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan akibat adanya pus, potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan akibat adanya pus, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra aksonal toksin disalurkan ke nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra aksonal toksin disalurkan ke sel syaraf yang memakan waktu sesuai dengan panjang aksonnya dan aktifitas serabutnya.

sel syaraf yang memakan waktu sesuai dengan panjang aksonnya dan aktifitas serabutnya.

Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin telah terkumpul dalam Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam sum-sum tulang belakang toksin menjalar dari sel syaraf lower motorneuron

sel. Dalam sum-sum tulang belakang toksin menjalar dari sel syaraf lower motorneuron

keluksinafs dari spinal inhibitorineurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada keluksinafs dari spinal inhibitorineurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada inhibitoritransmiter dan menimbulkan kekakuan.

(3)

D. TANDA DAN GEJALA D. TANDA DAN GEJALA

Masa inkubasi penyakit adalah 5-14 hari sehingga .Gejala dan tanda tersebut biasanya muncul Masa inkubasi penyakit adalah 5-14 hari sehingga .Gejala dan tanda tersebut biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah terinfeksi, tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari dalam waktu 5-10 hari setelah terinfeksi, tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah terinfeksi. Gejala yang paling umum terjadi adalah kekakuan pada rahang sehingga setelah terinfeksi. Gejala yang paling umum terjadi adalah kekakuan pada rahang sehingga penderita tidak dapat

penderita tidak dapat membuka mulut, dan membuka mulut, dan menelan menelan serta bersamaan dengan serta bersamaan dengan timbulnyatimbulnya

pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, dan bahu atau punggung. Kejang-kejang secara pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, dan bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.

cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.

Bisa juga dengan melihat gejala klinis atau yang lebih jelas lagi, seperti: Bisa juga dengan melihat gejala klinis atau yang lebih jelas lagi, seperti: 1. Mulut mencucu seperti mulut ikan (karpemound)

1. Mulut mencucu seperti mulut ikan (karpemound) 2. Bayi tiba-tiba panas.

2. Bayi tiba-tiba panas.

3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring 3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring (tenggorok dan rahang).

(tenggorok dan rahang).

4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru), kejang terutama apabila terkena cahaya, suara 4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru), kejang terutama apabila terkena cahaya, suara dan sentuhan.

dan sentuhan.

5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu. Kejang pada otot-otot wajah 5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu. Kejang pada otot-otot wajah menyebabkan ekspresi penderita seperti menyeringai dengan kedua alis yang terangkat. menyebabkan ekspresi penderita seperti menyeringai dengan kedua alis yang terangkat.

Kekakuan atau kejang pada otot-otot perut, leher, dan punggung dapat menyebabkan kepala dan Kekakuan atau kejang pada otot-otot perut, leher, dan punggung dapat menyebabkan kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang, sedangkan badannya melengkung ke depan(kaku duduk  tumit penderita tertarik ke belakang, sedangkan badannya melengkung ke depan(kaku duduk  sampai opisthotonus) . Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah akan menyebabkan sampai opisthotonus) . Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah akan menyebabkan sembelit dan tertahannya air kemih.

sembelit dan tertahannya air kemih. 6. Dinding perut tegang (perut papan) 6. Dinding perut tegang (perut papan)

7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup). 7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup). 8. Kesukaran menelan

8. Kesukaran menelan

E. PENATALAKSANAAN E. PENATALAKSANAAN

a. Pemberian saluran nafas agar tidak tersumbat dan harus dalam keadaan bersih. a. Pemberian saluran nafas agar tidak tersumbat dan harus dalam keadaan bersih. b. Pakaian bayi dikendurkan/dibuka

b. Pakaian bayi dikendurkan/dibuka

c. Mengatasi kejang dengan cara memasukkan tongspatel atau sendok yang sudah dibungkus c. Mengatasi kejang dengan cara memasukkan tongspatel atau sendok yang sudah dibungkus kedalam mulut bayi agar tidak tergigit giginya dan untuk mencegah agar lidah tidak jatuh kedalam mulut bayi agar tidak tergigit giginya dan untuk mencegah agar lidah tidak jatuh kebelakang menutupi saluran pernafasan.

kebelakang menutupi saluran pernafasan. d. Ruangan dan lingkungan harus tenang d. Ruangan dan lingkungan harus tenang

e. Bila tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit, ASI dengan menggunakan e. Bila tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit, ASI dengan menggunakan pipet/diberikan personde (kalau bayi tidak mau menyusui).

pipet/diberikan personde (kalau bayi tidak mau menyusui). f. Perawatan tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic. f. Perawatan tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic.

(4)

g. Selanjutnya rujuk kerumah sakit, beri pengertian pada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk  g. Selanjutnya rujuk kerumah sakit, beri pengertian pada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk  ke RS

ke RS

F. MEDIK DAN PERAWATAN F. MEDIK DAN PERAWATAN 1. Di berikan cairan melalui intravena 1. Di berikan cairan melalui intravena

2. Obat ATS 10.000 untuk perhari di berkan selama 2hari berturut-turut dengan IM untuk  2. Obat ATS 10.000 untuk perhari di berkan selama 2hari berturut-turut dengan IM untuk  neonatus bisa di berikan IV apa bila tersedia dapat di berikan human tetanus

neonatus bisa di berikan IV apa bila tersedia dapat di berikan human tetanus immununoglobulin(HTIG) 3000-6000IU.im.

immununoglobulin(HTIG) 3000-6000IU.im. 3. Ampisilin 100mg/kg/BB hari di bagi 4dosis 3. Ampisilin 100mg/kg/BB hari di bagi 4dosis

4. Tali pusat dibersihkan atau dikompres dengan alkohol betadine 10% 4. Tali pusat dibersihkan atau dikompres dengan alkohol betadine 10%

5. Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital dan 5. Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian dilanjutkan largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian dilanjutkan dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-mula dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus.

lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus. G. PENCEGAHAN

G. PENCEGAHAN 1.

1. Imunisasi Imunisasi aktif aktif  2.

2. Perawatan Perawatan tali tali pusat pusat yang yang baik baik  3.

3. Pemberian toksoid tetanus pada ibu Pemberian toksoid tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke 33 4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril

4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril H. KOMPLIKASI

H. KOMPLIKASI

1. Bronkhopneumonia : infeksi yang terjadi pada bronkus dan jaringan paru 1. Bronkhopneumonia : infeksi yang terjadi pada bronkus dan jaringan paru 2. Asfiksia :

2. Asfiksia : keadaan dimana bayi keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teraturspontan dan teratur 3. Sepsis Neonatorum : infeksi bakteri berat yang menyebar keseluruh tubuh bayi baru lahir 3. Sepsis Neonatorum : infeksi bakteri berat yang menyebar keseluruh tubuh bayi baru lahir

(5)

BAB III BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas 1. Identitas

2. Riwayat Keperawatan : antenatal, intranatal, postnatal. 2. Riwayat Keperawatan : antenatal, intranatal, postnatal. 3.

3. Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik Fisik ::

a. Keadaan Umum : Lemah, sulit menelan, kejang a. Keadaan Umum : Lemah, sulit menelan, kejang

b. Kepala : Poisi menengadah, kaku kuduk, dahi mengkerut, mata agak tertutup, sudut mulut b. Kepala : Poisi menengadah, kaku kuduk, dahi mengkerut, mata agak tertutup, sudut mulut keluar dan kebawah.

keluar dan kebawah.

c. Mulut : Kekakuan mulut, mengatupnya rahang, seperti mulut ikan. c. Mulut : Kekakuan mulut, mengatupnya rahang, seperti mulut ikan. d. Dada : Simetris, kekakuan otot penyangga rongga dada, otot punggung. d. Dada : Simetris, kekakuan otot penyangga rongga dada, otot punggung. e. Abdomen : Dinding perut seperti papan.

e. Abdomen : Dinding perut seperti papan. f.

f. Kulit : Kulit : Turgor kurang, Turgor kurang, pucat, kebiruan.pucat, kebiruan. g.

g. Ekstremitas : Flexi pada tangan, ekstensi pada Ekstremitas : Flexi pada tangan, ekstensi pada tungkai, hipertoni sehingga bayi dapat diangkattungkai, hipertoni sehingga bayi dapat diangkat bagai sepotong kayu.

bagai sepotong kayu.

4. Pemeriksaan Persistem : 4. Pemeriksaan Persistem :

a. Respirasi : Frekuensi nafas, penggunaan otot aksesori, bunyi nafas, batuk-pikel. a. Respirasi : Frekuensi nafas, penggunaan otot aksesori, bunyi nafas, batuk-pikel.

b. Kardiovaskuler : Frekuensi, kualitas dan irama denyut jantung, pengisian kapiler, sirkulasi, b. Kardiovaskuler : Frekuensi, kualitas dan irama denyut jantung, pengisian kapiler, sirkulasi, berkeringat, hiperpirexia.

berkeringat, hiperpirexia.

c. Neurologi : Tingkat kesadaran, reflek pupil, kejang karena rangsangan. c. Neurologi : Tingkat kesadaran, reflek pupil, kejang karena rangsangan. d. Gastrointestinal : Bising usus, pola defekasi, distensi

d. Gastrointestinal : Bising usus, pola defekasi, distensi e.

e. Perkemihan Perkemihan : : Produksi urineProduksi urine

f. Muskuloskeletal : Tonus otot, pergerakan, kekakuan. f. Muskuloskeletal : Tonus otot, pergerakan, kekakuan. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, 1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, makan tidak adekuat.

makan tidak adekuat. 2.

2. Ketidak efektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di Ketidak efektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya dalam rongga mulut (adanya spasmespasme pada otot faring).

pada otot faring).

3. Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis 3. Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis penyakit anak 

penyakit anak 

C. INTERVENSI C. INTERVENSI

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, 1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, makan tidak adekuat.

(6)

- Tujuan : nutrisi dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan dan pertumbuhan - Tujuan : nutrisi dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan dan pertumbuhan normal.

normal.

- Kriteria hasil : - Kriteria hasil :

Tidak terjadi dehidrasi Tidak terjadi dehidrasi Tidak terjadi penurunan BB Tidak terjadi penurunan BB

Hasil lab. tidak menunjukkan penurunan albumin dan Hb Hasil lab. tidak menunjukkan penurunan albumin dan Hb Tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi

Tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi - Intervensi :

- Intervensi : a.

a. Catat intake Catat intake dan output dan output secara akurat.secara akurat. b.

b. Berikan makan Berikan makan minum personde minum personde tepat waktu.tepat waktu. c.

c. Berikan Berikan perawatan kebersihan perawatan kebersihan mulut.mulut.

d. Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress nafas. d. Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress nafas.

e. Berikan formula yang mengandung kalori tinggi dan protein tinggi dan e. Berikan formula yang mengandung kalori tinggi dan protein tinggi dan sesuaikan dengan kebutuhan.

sesuaikan dengan kebutuhan.

f. Ajarkan dan awasi penggunaan makanan sehari-hari. f. Ajarkan dan awasi penggunaan makanan sehari-hari. g.

g. Tegakkan diet yang ditentukan dalam Tegakkan diet yang ditentukan dalam bekerja sama dengan ahli gbekerja sama dengan ahli gizi.izi.

2. Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya spasme 2. Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya spasme pada otot faring)

pada otot faring)

- Tujuan : kelancaran lalu lintas udara (pernafasan) terpenuhi secara maksimal. - Tujuan : kelancaran lalu lintas udara (pernafasan) terpenuhi secara maksimal. - Kriteria hasil :

- Kriteria hasil :

Tidak terjadi aspirasi Tidak terjadi aspirasi

Bunyi napas terdengar bersih Bunyi napas terdengar bersih

Rongga mulut bebas dari sumbatan Rongga mulut bebas dari sumbatan - Intervensi :

- Intervensi : a.

a. Berikan Berikan O2 O2 nebulizernebulizer

b. Ajarkan pasien tehnik batuk yang benar. b. Ajarkan pasien tehnik batuk yang benar.

c. Ajarkan pasien atau orang terdekat untuk mengatur frekuensi batuk. c. Ajarkan pasien atau orang terdekat untuk mengatur frekuensi batuk. d. Ajarkan pada orang terdekat untuk menjaga kebersihan mulut. d. Ajarkan pada orang terdekat untuk menjaga kebersihan mulut. e. Berikan perawatan kebersihan mulut.

e. Berikan perawatan kebersihan mulut.

f. Lakukan penghisapan bila pasien tidak dapat batuk secara efektif dengan melihat waktu. f. Lakukan penghisapan bila pasien tidak dapat batuk secara efektif dengan melihat waktu. 3. Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis 3. Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis penyakit anak 

penyakit anak 

- Tujuan : Keluarga dapat menahami tentang penyakit anak  - Tujuan : Keluarga dapat menahami tentang penyakit anak  - kriteria hasil :

- kriteria hasil : - intervensi : - intervensi : a.

a. Kaji pengetahuan Kaji pengetahuan tentang proses tentang proses tindakan terhadap penyakittindakan terhadap penyakit

b. Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa bayinya menderita sakit berat atau bahaya maka b. Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa bayinya menderita sakit berat atau bahaya maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus.

memerlukan tindakan dan pengobatan khusus.

c. Berikan penjelasan kepada orang tua, bila ibunya hamil lagi agar minta suntikan pencegahan c. Berikan penjelasan kepada orang tua, bila ibunya hamil lagi agar minta suntikan pencegahan tetanus.

(7)

BAB IV BAB IV PENUTUP PENUTUP A. KESIMPULAN A. KESIMPULAN

trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus melalui trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat

luka tali pusat

1. Kuman Clostridium Tetani 1. Kuman Clostridium Tetani

2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril. 2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril. 3.

3. Luka Luka tali pusat kotor atau tali pusat kotor atau tdak bersih.tdak bersih.

4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap. 4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap. 1. Mulut mencucu seperti mulut ikan

1. Mulut mencucu seperti mulut ikan 2. Bayi tiba-tiba panas.

2. Bayi tiba-tiba panas.

3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring 3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring 4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru),

4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru),

5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu. 5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu. 6. Dinding perut tegang (perut papan)

6. Dinding perut tegang (perut papan)

7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup). 7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup). 8. Kesukaran menelan

8. Kesukaran menelan 1. Imunisasi aktif  1. Imunisasi aktif  2.

2. Perawatan tali Perawatan tali pusat yang pusat yang baik baik 

3. Pemberian toksoid tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke 3 3. Pemberian toksoid tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke 3 4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril

4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril B. SARAN

(8)

Demi kepentingan bersama dan kesempurnaan makalah ini, kritik, saran dan masukan yang Demi kepentingan bersama dan kesempurnaan makalah ini, kritik, saran dan masukan yang bermanfaat dari teman

bermanfaat dari teman

 – 

 – 

teman sangat kami butuhkan. Mohon di baca dengan teliti dan diteman sangat kami butuhkan. Mohon di baca dengan teliti dan di mengerti.

mengerti.

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Medika : Jakarta. Hidayat, Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Medika : Jakarta. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Wiknyosastro, Gulardi Hanifa. 2002. Pelayanan Kesehatan Material Dan Neonatal. Yayasan Wiknyosastro, Gulardi Hanifa. 2002. Pelayanan Kesehatan Material Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

(9)

Selasa, 22 Mei 2012 Selasa, 22 Mei 2012 MAKALAH TETANUS MAKALAH TETANUS BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0

 – 

 – 

28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia . Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan perubahan biokimia . Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia.

gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia.

Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa

perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir.

persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir.

Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Salah satu kasus yang 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Salah satu kasus yang banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih memiliki kondisi kesehatan banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah adalah kasus tetanus. Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan, kematian rendah adalah kasus tetanus. Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju.

Mortalitasnya sangat tinggi karena biasanya baru mendapat pertolongan bila keadaan bayi sudah Mortalitasnya sangat tinggi karena biasanya baru mendapat pertolongan bila keadaan bayi sudah gawat. Penanganan yang sempurna memegang peranan penting dalam menurunkan angka

gawat. Penanganan yang sempurna memegang peranan penting dalam menurunkan angka mortalitas. Tingginya angka kematian sangat bervariasi dan sangat tergantung pada saat mortalitas. Tingginya angka kematian sangat bervariasi dan sangat tergantung pada saat pengobatan dimulai serta pada fasilitas dan tenaga perawatan yang ada.

pengobatan dimulai serta pada fasilitas dan tenaga perawatan yang ada.

Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian. Contoh, pada Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian. Contoh, pada tahun 80-an tetanus menjadi penyebab pertama kematian bayi di bawah usia satu bulan. Namun, tahun 80-an tetanus menjadi penyebab pertama kematian bayi di bawah usia satu bulan. Namun, pada tahun 1995 kasus serangan tetanus sudah menurun, akan tetapi ancaman itu tetap ada

pada tahun 1995 kasus serangan tetanus sudah menurun, akan tetapi ancaman itu tetap ada

sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus juga terjadi pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus juga terjadi pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum, karena umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan

neonatorum, karena umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan (neonatus). Penyebabnya adalah spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat, (neonatus). Penyebabnya adalah spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.

karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.

Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi seorang tenaga medis, dapat Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi seorang tenaga medis, dapat memberikan pertolongan/tindakan pertama atau pelayanan asuhan keperawatan yang sesuai memberikan pertolongan/tindakan pertama atau pelayanan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kewenangan dalam menghadapi kasus tetanus neonatorum.

dengan kewenangan dalam menghadapi kasus tetanus neonatorum.

B. RUMUSAN MASALAH B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari tetanus neonatorium? 1. Apa pengertian dari tetanus neonatorium?

2. Apa yang menjadi etiologi dari tetanus neonatorium? 2. Apa yang menjadi etiologi dari tetanus neonatorium? 3. Apa patofisiologi dari tetanus neonatorium?

3. Apa patofisiologi dari tetanus neonatorium?

4. Bagaimana tanda dan gejala tetanus neonatorium? 4. Bagaimana tanda dan gejala tetanus neonatorium? 5. Bagaimana penatalaksanaan pada tetanus neonatorium? 5. Bagaimana penatalaksanaan pada tetanus neonatorium?

6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan perawatan pada tetanus neonatorium? 6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan perawatan pada tetanus neonatorium? 7. Bagaimana melakukan pencegahan pada tetanus neonatorium?

7. Bagaimana melakukan pencegahan pada tetanus neonatorium? 8. Apa komplikasi dari tetanus neonatorium?

(10)

C. TUJUAN C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian tetanus neonatorium 1. Untuk mengetahui pengertian tetanus neonatorium 2. Untuk mengetahui etiologi tetanus neonatorium 2. Untuk mengetahui etiologi tetanus neonatorium 3. Untuk mengetahui patofisiologi tetanus neonatorium 3. Untuk mengetahui patofisiologi tetanus neonatorium 4. Untuk mengetahui tanda dan gejala tetanus neonatorium 4. Untuk mengetahui tanda dan gejala tetanus neonatorium 5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada tetanus neonatorium 5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada tetanus neonatorium

6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dan perawatan pada tetanus 6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dan perawatan pada tetanus neonatorium

neonatorium

7. Untuk mengetahui pencegahan pada tetanus neonatorium 7. Untuk mengetahui pencegahan pada tetanus neonatorium 8. Untuk mengetahui komplikasi dari tetanus neonatorium 8. Untuk mengetahui komplikasi dari tetanus neonatorium

BAB II BAB II KONSEP MEDIS KONSEP MEDIS A. PENGERTIAN A. PENGERTIAN

Tetanus neonatorum adalah:merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang bukan karena trauma Tetanus neonatorum adalah:merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus melalui luka tali kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat

pusat

Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun yang menyerang sistem saraf pusat).

yang menyerang sistem saraf pusat). B. ETIOLOGI

B. ETIOLOGI

1. Kuman Clostridium Tetani 1. Kuman Clostridium Tetani

2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril. 2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril. 3.

3. Luka Luka tali pusat kotor atali pusat kotor atau tdak bersih.tau tdak bersih.

4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap. 4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap. C. PATOFISIOLOGI

C. PATOFISIOLOGI

Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobit beruba menjadi bentuk fegetatif dan Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobit beruba menjadi bentuk fegetatif dan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang anaerobit ini terdapat penurunan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang anaerobit ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan akibat adanya pus, potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan akibat adanya pus, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra aksonal toksin disalurkan ke nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra aksonal toksin disalurkan ke sel syaraf yang memakan waktu sesuai dengan panjang aksonnya dan aktifitas serabutnya.

sel syaraf yang memakan waktu sesuai dengan panjang aksonnya dan aktifitas serabutnya.

Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin telah terkumpul dalam Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam sum-sum tulang belakang toksin menjalar dari sel syaraf lower motorneuron

sel. Dalam sum-sum tulang belakang toksin menjalar dari sel syaraf lower motorneuron

keluksinafs dari spinal inhibitorineurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada keluksinafs dari spinal inhibitorineurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada inhibitoritransmiter dan menimbulkan kekakuan.

(11)

D. TANDA DAN GEJALA D. TANDA DAN GEJALA

Masa inkubasi penyakit adalah 5-14 hari sehingga .Gejala dan tanda tersebut biasanya muncul Masa inkubasi penyakit adalah 5-14 hari sehingga .Gejala dan tanda tersebut biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah terinfeksi, tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari dalam waktu 5-10 hari setelah terinfeksi, tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah terinfeksi. Gejala yang paling umum terjadi adalah kekakuan pada rahang sehingga setelah terinfeksi. Gejala yang paling umum terjadi adalah kekakuan pada rahang sehingga penderita tidak dapat

penderita tidak dapat membuka mulut, dan membuka mulut, dan menelan menelan serta bersamaan dengan serta bersamaan dengan timbulnyatimbulnya

pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, dan bahu atau punggung. Kejang-kejang secara pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, dan bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.

cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.

Bisa juga dengan melihat gejala klinis atau yang lebih jelas lagi, seperti: Bisa juga dengan melihat gejala klinis atau yang lebih jelas lagi, seperti: 1. Mulut mencucu seperti mulut ikan (karpemound)

1. Mulut mencucu seperti mulut ikan (karpemound) 2. Bayi tiba-tiba panas.

2. Bayi tiba-tiba panas.

3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring 3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring (tenggorok dan rahang).

(tenggorok dan rahang).

4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru), kejang terutama apabila terkena cahaya, suara 4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru), kejang terutama apabila terkena cahaya, suara dan sentuhan.

dan sentuhan.

5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu. Kejang pada otot-otot wajah 5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu. Kejang pada otot-otot wajah menyebabkan ekspresi penderita seperti menyeringai dengan kedua alis yang terangkat. menyebabkan ekspresi penderita seperti menyeringai dengan kedua alis yang terangkat.

Kekakuan atau kejang pada otot-otot perut, leher, dan punggung dapat menyebabkan kepala dan Kekakuan atau kejang pada otot-otot perut, leher, dan punggung dapat menyebabkan kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang, sedangkan badannya melengkung ke depan(kaku duduk  tumit penderita tertarik ke belakang, sedangkan badannya melengkung ke depan(kaku duduk  sampai opisthotonus) . Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah akan menyebabkan sampai opisthotonus) . Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah akan menyebabkan sembelit dan tertahannya air kemih.

sembelit dan tertahannya air kemih. 6. Dinding perut tegang (perut papan) 6. Dinding perut tegang (perut papan)

7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup). 7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup). 8. Kesukaran menelan

8. Kesukaran menelan

E. PENATALAKSANAAN E. PENATALAKSANAAN

a. Pemberian saluran nafas agar tidak tersumbat dan harus dalam keadaan bersih. a. Pemberian saluran nafas agar tidak tersumbat dan harus dalam keadaan bersih. b. Pakaian bayi dikendurkan/dibuka

b. Pakaian bayi dikendurkan/dibuka

c. Mengatasi kejang dengan cara memasukkan tongspatel atau sendok yang sudah dibungkus c. Mengatasi kejang dengan cara memasukkan tongspatel atau sendok yang sudah dibungkus kedalam mulut bayi agar tidak tergigit giginya dan untuk mencegah agar lidah tidak jatuh kedalam mulut bayi agar tidak tergigit giginya dan untuk mencegah agar lidah tidak jatuh kebelakang menutupi saluran pernafasan.

kebelakang menutupi saluran pernafasan. d. Ruangan dan lingkungan harus tenang d. Ruangan dan lingkungan harus tenang

e. Bila tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit, ASI dengan menggunakan e. Bila tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit, ASI dengan menggunakan pipet/diberikan personde (kalau bayi tidak mau menyusui).

pipet/diberikan personde (kalau bayi tidak mau menyusui). f. Perawatan tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic. f. Perawatan tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic.

(12)

g. Selanjutnya rujuk kerumah sakit, beri pengertian pada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk  g. Selanjutnya rujuk kerumah sakit, beri pengertian pada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk  ke RS

ke RS

F. MEDIK DAN PERAWATAN F. MEDIK DAN PERAWATAN 1. Di berikan cairan melalui intravena 1. Di berikan cairan melalui intravena

2. Obat ATS 10.000 untuk perhari di berkan selama 2hari berturut-turut dengan IM untuk  2. Obat ATS 10.000 untuk perhari di berkan selama 2hari berturut-turut dengan IM untuk  neonatus bisa di berikan IV apa bila tersedia dapat di berikan human tetanus

neonatus bisa di berikan IV apa bila tersedia dapat di berikan human tetanus immununoglobulin(HTIG) 3000-6000IU.im.

immununoglobulin(HTIG) 3000-6000IU.im. 3. Ampisilin 100mg/kg/BB hari di bagi 4dosis 3. Ampisilin 100mg/kg/BB hari di bagi 4dosis

4. Tali pusat dibersihkan atau dikompres dengan alkohol betadine 10% 4. Tali pusat dibersihkan atau dikompres dengan alkohol betadine 10%

5. Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital dan 5. Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian dilanjutkan largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian dilanjutkan dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-mula dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus.

lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus. G. PENCEGAHAN

G. PENCEGAHAN 1.

1. Imunisasi Imunisasi aktif aktif  2.

2. Perawatan Perawatan tali tali pusat pusat yang yang baik baik  3.

3. Pemberian toksoid tetanus pada ibu Pemberian toksoid tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke 33 4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril

4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril H. KOMPLIKASI

H. KOMPLIKASI

1. Bronkhopneumonia : infeksi yang terjadi pada bronkus dan jaringan paru 1. Bronkhopneumonia : infeksi yang terjadi pada bronkus dan jaringan paru 2. Asfiksia :

2. Asfiksia : keadaan dimana bayi keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teraturteratur 3. Sepsis Neonatorum : infeksi bakteri berat yang menyebar keseluruh tubuh bayi baru lahir 3. Sepsis Neonatorum : infeksi bakteri berat yang menyebar keseluruh tubuh bayi baru lahir

(13)

BAB III BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas 1. Identitas

2. Riwayat Keperawatan : antenatal, intranatal, postnatal. 2. Riwayat Keperawatan : antenatal, intranatal, postnatal. 3.

3. Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik Fisik ::

a. Keadaan Umum : Lemah, sulit menelan, kejang a. Keadaan Umum : Lemah, sulit menelan, kejang

b. Kepala : Poisi menengadah, kaku kuduk, dahi mengkerut, mata agak tertutup, sudut mulut b. Kepala : Poisi menengadah, kaku kuduk, dahi mengkerut, mata agak tertutup, sudut mulut keluar dan kebawah.

keluar dan kebawah.

c. Mulut : Kekakuan mulut, mengatupnya rahang, seperti mulut ikan. c. Mulut : Kekakuan mulut, mengatupnya rahang, seperti mulut ikan. d. Dada : Simetris, kekakuan otot penyangga rongga dada, otot punggung. d. Dada : Simetris, kekakuan otot penyangga rongga dada, otot punggung. e. Abdomen : Dinding perut seperti papan.

e. Abdomen : Dinding perut seperti papan. f.

f. Kulit : Kulit : Turgor kurang, Turgor kurang, pucat, kebiruan.pucat, kebiruan. g.

g. Ekstremitas : Flexi pada tangan, ekstensi pada Ekstremitas : Flexi pada tangan, ekstensi pada tungkai, hipertoni sehingga bayi dapat diangkattungkai, hipertoni sehingga bayi dapat diangkat bagai sepotong kayu.

bagai sepotong kayu.

4. Pemeriksaan Persistem : 4. Pemeriksaan Persistem :

a. Respirasi : Frekuensi nafas, penggunaan otot aksesori, bunyi nafas, batuk-pikel. a. Respirasi : Frekuensi nafas, penggunaan otot aksesori, bunyi nafas, batuk-pikel.

b. Kardiovaskuler : Frekuensi, kualitas dan irama denyut jantung, pengisian kapiler, sirkulasi, b. Kardiovaskuler : Frekuensi, kualitas dan irama denyut jantung, pengisian kapiler, sirkulasi, berkeringat, hiperpirexia.

berkeringat, hiperpirexia.

c. Neurologi : Tingkat kesadaran, reflek pupil, kejang karena rangsangan. c. Neurologi : Tingkat kesadaran, reflek pupil, kejang karena rangsangan. d. Gastrointestinal : Bising usus, pola defekasi, distensi

d. Gastrointestinal : Bising usus, pola defekasi, distensi e.

e. Perkemihan : Perkemihan : Produksi urineProduksi urine

f. Muskuloskeletal : Tonus otot, pergerakan, kekakuan. f. Muskuloskeletal : Tonus otot, pergerakan, kekakuan. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, 1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, makan tidak adekuat.

makan tidak adekuat. 2.

2. Ketidak efektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di Ketidak efektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya dalam rongga mulut (adanya spasmespasme pada otot faring).

pada otot faring).

3. Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis 3. Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis penyakit anak 

penyakit anak 

C. INTERVENSI C. INTERVENSI

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, 1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, makan tidak adekuat.

(14)

- Tujuan : nutrisi dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan dan pertumbuhan - Tujuan : nutrisi dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan dan pertumbuhan normal.

normal.

- Kriteria hasil : - Kriteria hasil :

Tidak terjadi dehidrasi Tidak terjadi dehidrasi Tidak terjadi penurunan BB Tidak terjadi penurunan BB

Hasil lab. tidak menunjukkan penurunan albumin dan Hb Hasil lab. tidak menunjukkan penurunan albumin dan Hb Tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi

Tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi - Intervensi :

- Intervensi : a.

a. Catat intake Catat intake dan output dan output secara akurat.secara akurat. b.

b. Berikan makan Berikan makan minum personde minum personde tepat waktu.tepat waktu. c.

c. Berikan Berikan perawatan kebersihan perawatan kebersihan mulut.mulut.

d. Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress nafas. d. Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress nafas.

e. Berikan formula yang mengandung kalori tinggi dan protein tinggi dan e. Berikan formula yang mengandung kalori tinggi dan protein tinggi dan sesuaikan dengan kebutuhan.

sesuaikan dengan kebutuhan.

f. Ajarkan dan awasi penggunaan makanan sehari-hari. f. Ajarkan dan awasi penggunaan makanan sehari-hari. g.

g. Tegakkan diet yang ditentukan dalam Tegakkan diet yang ditentukan dalam bekerja sama dengan ahli gbekerja sama dengan ahli gizi.izi.

2. Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya spasme 2. Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya spasme pada otot faring)

pada otot faring)

- Tujuan : kelancaran lalu lintas udara (pernafasan) terpenuhi secara maksimal. - Tujuan : kelancaran lalu lintas udara (pernafasan) terpenuhi secara maksimal. - Kriteria hasil :

- Kriteria hasil :

Tidak terjadi aspirasi Tidak terjadi aspirasi

Bunyi napas terdengar bersih Bunyi napas terdengar bersih

Rongga mulut bebas dari sumbatan Rongga mulut bebas dari sumbatan - Intervensi :

- Intervensi : a.

a. Berikan Berikan O2 O2 nebulizernebulizer

b. Ajarkan pasien tehnik batuk yang benar. b. Ajarkan pasien tehnik batuk yang benar.

c. Ajarkan pasien atau orang terdekat untuk mengatur frekuensi batuk. c. Ajarkan pasien atau orang terdekat untuk mengatur frekuensi batuk. d. Ajarkan pada orang terdekat untuk menjaga kebersihan mulut. d. Ajarkan pada orang terdekat untuk menjaga kebersihan mulut. e. Berikan perawatan kebersihan mulut.

e. Berikan perawatan kebersihan mulut.

f. Lakukan penghisapan bila pasien tidak dapat batuk secara efektif dengan melihat waktu. f. Lakukan penghisapan bila pasien tidak dapat batuk secara efektif dengan melihat waktu. 3. Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis 3. Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis penyakit anak 

penyakit anak 

- Tujuan : Keluarga dapat menahami tentang penyakit anak  - Tujuan : Keluarga dapat menahami tentang penyakit anak  - kriteria hasil :

- kriteria hasil : - intervensi : - intervensi : a.

a. Kaji pengetahuan Kaji pengetahuan tentang proses tentang proses tindakan terhadap penyakittindakan terhadap penyakit

b. Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa bayinya menderita sakit berat atau bahaya maka b. Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa bayinya menderita sakit berat atau bahaya maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus.

memerlukan tindakan dan pengobatan khusus.

c. Berikan penjelasan kepada orang tua, bila ibunya hamil lagi agar minta suntikan pencegahan c. Berikan penjelasan kepada orang tua, bila ibunya hamil lagi agar minta suntikan pencegahan tetanus.

(15)

BAB IV BAB IV PENUTUP PENUTUP A. KESIMPULAN A. KESIMPULAN

penyakit pada bayi baru lahir yang bukan karena penyakit pada bayi baru lahir yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus melalui trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat

luka tali pusat

1. Kuman Clostridium Tetani 1. Kuman Clostridium Tetani

2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril. 2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril. 3.

3. Luka Luka tali pusat kotor atali pusat kotor atau tdak bersih.tau tdak bersih.

4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap. 4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap. 1. Mulut mencucu seperti mulut ikan

1. Mulut mencucu seperti mulut ikan 2. Bayi tiba-tiba panas.

2. Bayi tiba-tiba panas.

3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring 3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring 4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru),

4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru),

5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu. 5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu. 6. Dinding perut tegang (perut papan)

6. Dinding perut tegang (perut papan)

7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup). 7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup). 8. Kesukaran menelan

8. Kesukaran menelan 1. Imunisasi aktif  1. Imunisasi aktif  2.

2. Perawatan tali Perawatan tali pusat yang pusat yang baik baik 

3. Pemberian toksoid tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke 3 3. Pemberian toksoid tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke 3 4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril

4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril B. SARAN

(16)

Demi kepentingan bersama dan kesempurnaan makalah ini, kritik, saran dan masukan yang Demi kepentingan bersama dan kesempurnaan makalah ini, kritik, saran dan masukan yang bermanfaat dari teman

bermanfaat dari teman

 – 

 – 

teman sangat kami butuhkan. Mohon di baca dengan teliti dan diteman sangat kami butuhkan. Mohon di baca dengan teliti dan di mengerti.

mengerti.

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Medika : Jakarta. Hidayat, Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Medika : Jakarta. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Wiknyosastro, Gulardi Hanifa. 2002. Pelayanan Kesehatan Material Dan Neonatal. Yayasan Wiknyosastro, Gulardi Hanifa. 2002. Pelayanan Kesehatan Material Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang: Bayi baru lahir dengan infeksi neonatorum merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting pada bayi di Indonesia, baik bayi baru lahir dengan infeksi

Tabel 4.11 Distribusi responden menurut tahu tidaknya siapa saja yang beresiko terserang penyakit tetanus neonatorum

Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir yang disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke dalam

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik kasus Tetanus Neonatorum di Jawa Timur, mendapatkan model terbaik pada kasus Tetanus Neonatorum di Jawa

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan model terbaik dan mendapatkan faktor yang mempengaruhi kasus penyakit Tetanus Neonatorum di tiap kabupaten dan kota

Pada penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah data count , yaitu jumlah kasus penyakit Tetanus Neonatorum yang terjadi di Jawa Timur menurut kabupaten/kota,

Enterokolitis Nekrotikan merupakan penyakit yang memiliki angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi pada bayi baru lahir, resiko meningkat pada  bayi prematur dan bayi

Tetanus neonatorum ( tatanus pada bayi baru lahir) ini terjadi berawal dari pemotongan atau perawatan tali pusat yang tidak memperhatikan prinsip kesterilan alat yang digunakan