BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap persiapan
dan tahap pelaksanaan. Pada tahap persiapan digunakan pendekatan didactical
design research (DDR) untuk mengoptimalkan bahan ajar. selanjutnya adalah tahap pelaksanaan dengan menggunakan metode eksperimen. Adapun subjek pada pelaksanaan penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar tahun ajaran 2014/2015 dengan materi pokok sifat-sifat bangun ruang tabung. Sebelum
melakukan penelitian, tahap awal pada DDR adalah melakukan tes learning
obstacle untuk mengetahui hambatan-hambatan siswa saat mengerjaka tes. Tes ini diujikan kepada siswa yang tingkatannya lebih tinggi dari siswa yang menjadi subjek dalam penelitian, ini berarti tes learning obstacle diujikan kepada
siswa-siswa kelas VI SD. Setelah didapat hasil dari tes learning obstacle ini, dilakukan
analisis untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami oleh siswa dan untuk membantu langkah selanjutnya dalam pembuatan desain didaktik awal (DDA). Setelah desain didaktik awal diimplementasikan di kelas V SD hal yang selanjutnya dilakukan adalah menganalisis hasil temuan yang didapat pada saat DDA tersebut dan memperbaiki desain pembelajaran yang masih belum optimal. Pembuatan dan perbaikan desain didaktik awal ini dinamai dengan Revisi Deain Didaktik (RDD). Setelah RDD selesai dibuat, selanjutnya adalah implementasi RDD yang dilakukan di Sekolah Dasar masih di kelas V namun di kelas yang berbeda dengan kelas saat implementasi DDA. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah desain revisi sudah optimal atau belum. Setelah implementasi selesai kembali dilakukan analisis terhadap hasil yang didapat. Jika pada saat analisi masih didapat desain pembelajaran yang belum optimal, maka dilanjutkan kembali dengan pembuatan revisi desain didaktik yang selanjutnya. Namun jika pada saat analisi revisi desain didaktik dirasa sudah optimal semua, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah implementasi revisi desain didaktik di satu kelas eksperimen. Berikut ini adalah alur penelitian DDR :
Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan DDR Implementasi di Kelas Analisis Metapedadikdaktik dan Antisipasi Pedagogik dan Didaktik Identifikasi LO, Wawancara, Lembar Observasi, dan Skala
Pendapat
Revisi Desain Didaktik
Analisis Retrospektif/ Identifikasi Hasil Semua Sesuai Sebagian Sesuai Tidak Sesuai Perbaikan Membuat Prediksi Respon Siswa Bila setelah implementasi DDA
atau RDD pertama telah mendapatkan respon siswa yang semuanya sesuai prediksi, maka penelitian telah optimal atau selesai. Sebaliknya jika respon siswa belum seluruhnya sesuai, maka penelitian dilanjutkan ke RDD berikutnya.
Tes LO Prediksi Respon Siswa
Identifikasi LO Membuat Instrumen
Tes Learning Obstacle
(LO)
Semua Sesuai
Sebagian Sesuai
Tidak Sesuai
Desain Didaktik Awal Repersonalisasi Identifikasi Karakteristik Siswa, Wawancara, dan Tes Membuat Prediksi Respon Siswa
setelah tahapan pada DDR selesai, selanjutnya tahapan eksperimen dilaksanakan. Untuk memudahkan memahami alur pelaksanaan penelitian, makan peneliti menyajikannya dalam sebuah bagan berikut :
Gambar 3.2 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Pada pelaksanaan pembelajaran eksperimen di dua kelas menggunakan pembelajaran etnomatematika. Etnomatematika adalah menghubungkan budaya dengan materi matematika. Agar lebih memudahkan dalam memahami dimana letak etnomatematika, maka disajikan gambar sebagai berikut.
Studi Kepustakaan dan Studi Pendahuluan
Penyusunan Rencana Proses Pembelajaran (RPP) Etnomatematika
sunda-non DDR
Uji Instrumen (Validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran soal) Penyusunan Rencana Proses Pembelajaran (RPP) Konvensional Instrumen hasil Implementasi di kelas kontrol : Pembelajaran konvensional Implementasi di kelas eksperimen 2 : Pembelajaran etnomatematika-non DDR
Tes awal (pretes) Uji Instrumen (Validitas,
reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran soal) Implementasi di kelas eksperimen 1 : Pembelajaran etnomatematika-DDR Postes Pengumpulan Data Analisis Data Kesimpulan Postes Postes Lanjutan alur Didactical Design Research (DDR) : Revisi Disain Didaktik (RDD)
Gambar 3.3 Hubungan Etnomatematika dengan Budaya Sunda dan Matematika (Supriadi, 2010, hlm. 37)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain eksperimen bentuk Quasi
Experimental Design bentuk Nonequivalent Control Group Design dimana pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random/acak namun telah ditentukan. Sampel yang telah ditentukan dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu dua kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen pertama menggunakan model pembelajaran
etnomatematika dan didactical design research (DDR), kelompok eksperimen
kedua menggunakan model pembelajaran etnomatematika tanpa didaktik desain reseach (non-DDR), dan kelompok terakhir yaitu kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional atau tradisional.
Berdasarkan uraian di atas, maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttes control group design (Sugiyono, 2012, hlm. 116) yang secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut dengan sedikit modifikasi :
Keterangan :
O : pretest = postes
X1 : Model pembelajaran etnomatematika dengan menggunakan DDR
O X1 O
O X2 O
X2 : Model pembelajaran etnomatematika non-DDR
X3 : Model pembelajaran konvensional
B. Subjek Penelitian
1. DDR
Pada pelaksanaan DDR, lokasi penelitian dilakukan di beberapa SD untuk
melakukan uji learning obstacle guna mendapatkan data learning obstacle yang
beragam yang selanjutnya akan dianalisis untuk pembuatan didaktik desain awal (DDA). Subjek penelitian adalah siswa kelas V dari beberapa SD.
2. Eksperimen
Populasi pada pelaksanaan eksperimen ini adalah SDN Drangong 1 Kota Serang. Dan sampel adalah siswa kelas Va dan Vb sekolah tersebut yang dibagi ke dalam tiga kelas. Kelas pertama menggunakan model pembelajaran Etnomatematika-DDR, kelas kedua menggunakan modep pembelajaran Etnomatematika-non DDR, dan kelas terakhir menggunakan model pembelajaran konvensional.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penilitian ini menggunakan dua tahapan yang berbeda, pertama teknik pengumpulan data tahap DDR dan yang kedua teknik pengumpulan data tahap eksperimen.
1. Teknik pengumpulan data DDR
a. Tes learning obstacle yang diujikan kepada siswa yang telah mendapatkan materi sifat-sifat bangun ruang tabung, yaitu siswa kelas VI untuk mengetahui hambatan yang dialami siswa pada materi tersebut.
b. Pembuatan desain didaktik awal (DDA) yang bertolak dari data hasil
analisis uji learning obstacles.
c. Implementasi desain didaktik dilakukan untuk mengetahui respon
siswa terhadap desain didaktik yang telah dibuat (DDA)
d. Revisi desain didaktik (RDD) dibuat setelah DDA diimplementasikan,
tujuan dari RDD ini adalah untuk mengurangi learning obstacle yang
2. Teknik pengumpulan data eksperimen
a. Tes, tes yang dilakukan di awal berupa pretes dan di akhir berupa
postes berbentuk uraian. Tes ini dulakukan untuk mengetahui perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat bangun ruang tabung.
b. Lembar kerja yang akan membantu siswa dalam menjalani kegiatan
pembelajaran. Siswa belajar mengikuti lembar kerja yang telas dibuat sebelumnya, hal ini bertujuan agar kegiatan pembelajaran lebih terarah.
c. Lembar wawancara digunakan untuk mengetahui respon selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
d. Jurnal diisi oleh semua siswa di setiap diakhir pembelajaran untuk
mencerminkan bagaimana kesan mereka setelah pembelajaran selesai dan menuliskan apa saja ilmu yang telah mereka dapatkan.
D. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Penelitian dalam DDR
Pada penelitian awal tahap DDR ini, instrumen yang digunakan adalah tes dan non-tes. Tes dilakukan saat pretes dan postes. Soal pretes yang digunakan
berupa soal uji learning obstacle yang berfungsi untuk mengtahui hambatan yang
dialami siswa dalam materi sifat-sifat bangun ruang tabung. Sedangkan instrumen non-tes berupa lembar observasi untuk mengetahaui aktivitas selama pembelajaran berlangsung, LKS, dan jurnal yang dibuat oleh siswa di setiap akhir pembelajaran.
2. Instrumen Penelitian dalam eksperimen
Instrumen yang dilakukan pada metode eksperimen juga terdiri dari dua yaitu tes dan non-tes. Tes berupa soal-soal kemampuan berpikir kritis yang diberikan kepada siswa pada saat pretes dan postes. Instrumen non-tes berupa wawancara, jurnal, lembar observasi, LKS, dan skala disposisi.
Instrumen penelitian yang berupa tes kemampuan berpikir kritis yang berbentuk soal uraian. Sebelum diujikan, soal tersebut dikaji dengan beberapa ujian seperti uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda, dan uji tingkat
a. Validitas Tes
Validitas tes menunjukkan kualitas ketepatan tes dalam mengukur aspek-aspek materi dan aspek-aspek perilaku yang seharusnya diukur. Validitas tes harus disesuaikan dengan tujuan pengukuran. Dalam validitas tes ini terdapar 3 jenis validitas yaitu validitas isi, validitas kriteria dan validitas konstruk.
b. Validitas Butir Soal
Validitas butir soal ini digunakan untuk mengetahui dukungan tiap butir soal terhadap skor total. Jika kolerasi yang setiap butir soal memiliki nilai >0,3 maka dapat disimpulkan bahwa butir soal tersebut dikategorikan ke dalam kategori signifikan.
Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas Butir Soal
No Butir Baru No Butir Asli Kolerasi Signifikansi
1 1 0,668 Signifikan
2 2 0,879 Sangat signifikan
3 3 0,671 Signifikan
4 4 0,738 Sangat signifikan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa butir soal nomor 1 memiliki koefisien kolerasi sebesar 0,668, soal nomor 2 memiliki koefisien kolrasi sebesar 0,879, soal nomor 3 memiliki koefisien kolerasi sebesar 0,671, dan butir soal nomor 4 memiliki koefisien kolerasi sebesar 0,738. Berdasarkan kategori signifikansi uji validitas, butir soal nomor 1 dan 3 termasuk ke dalam kategori signifikan, sedangkan butir soal nomor 2 dan 4 termasuk ke dalam kategori sangat signifikan.
c. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui keajegan suatu soal bila diberikan kepada subyek dengan kemampuan yang berbeda. berikut ini hasil skor yang didapat oleh masing-masing subyek yang menjadi sampel. Subyek yang menjadi sampel di sini adalah siswa kelas VI sekolah dasar. Masing-masing nama siswa, skor ganjil, skor genap dan total skor disajikan pada tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2 Uji Reliabilitas
No Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 Agus Gunawan 35 50 85 2 Ahmad Riyan 30 20 50 3 Aldi Saputra 30 20 50 4 Aminah 20 40 60 5 Arifudin 25 0 25 6 Aryadi 30 25 55 7 Cindy 35 10 45 8 Dodi S 15 10 45 9 Eka W 35 0 35 10 Eli Santi A 40 45 85 11 Ezza Hatami 35 50 85 12 Fujiah 40 30 70 13 Hanafi 35 40 75 14 Icha A 40 30 70
15 Idham Bahrul Harbi 35 45 80
16 Intan 15 10 25 17 Ikbal 35 45 80 18 Khoirunnisa 40 30 70 19 Latifah 40 30 70 20 Lia Amanda 25 25 50 21 LiaApriani 40 30 70 22 M Ilham 40 50 90 23 Mila K 5 10 15 24 Muhammad Ridwan 40 45 85 25 Nufus 40 45 85 26 Nur Agus 15 25 40 27 Nurlela 30 10 40 28 Qodatul Ummah 40 30 70 29 Ratu Farisha Sz 40 30 70 30 Rendi 15 15 30 31 Rifki Sega 40 25 65 32 Rio Saputra 40 25 60 33 Riska 15 5 20 34 Rohim 40 5 45 35 Rohyati 25 30 55 36 Roiyah 15 5 20 37 Sahrudi 20 5 25 38 Sahrul Aziz 30 45 75 39 Siti Nuraeni 40 15 55 40 Sri Murniasih 20 5 25 41 Subana 30 45 75 42 Sahrul Fikry 40 45 85 43 Tamara 25 20 45 44 Umaroh 40 30 70 45 Yusif Maulana 35 45 80
Rata-rata = 57,56 Simpangan baku = 22,27
Kolerasi XY = 0,51 Reliabilitas tes 0,68
d. Uji Daya Pembeda
Menurut Arikunto (Natasya A, 2014) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Uji daya pembeda ini dilakukan dengan menggunakan software ANATES. Setalah data didapat, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data dengan kriteria berikut :
Tabel 3.3
Kriteria Indeks Daya Pembeda
Daya pembeda Klasifikasi
DP ≤ 0,00 Sangat Kurang Signifikan
0,00 >DP ≤ 0,20 Kurang Signifikan
0,20 > DP ≤ 0,40 Cukup Signifikan
0,40 > DP ≤ 0,70 Signifikan
0,70 > DP ≤ 1,00 Sangat signifikan
Data yang telah dianalisis dengan software ANATES untuk mengetahui daya pembeda soal, maka selanjutnya data disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.4
Hasil Uji Daya Pembeda
No No Butir Asli DP (%) T.ingkat Kesukaran Kolerasi Sig. Kolerasi 1 1 48,33 Sedang 0,668 Signifikan
2 2 91,67 Sedang 0,879 Sangat Signifikan
3 3 23,33 Sedang 0,671 Signifikan
4 4 58,33 Sedang 0,738 Sangat Signifikan
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa daya pembeda untuk soal nomor 1 memiliki nilai 48,33% dengan kategori signifikan, soal nomor 2 memiliki nilai 91,67% dengan kategori sangat signifikan, soal nomor 3 memiliki nilai 23,33% dengan kategori signifikan dan soal nomor 4 memiliki nilai 58,33% dengan kategori sangat signifikan.
e. Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu soal termasuk ke dalam kategori mudah, sedang atau sukar. Rumus yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal menurut To ( Supriadi, 2014, hlm. 63) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
TK : Tingkat kesukaran
: Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal itu
: Jumlah skor ideal pada butir soal itu
Klasifikasi tingkat kesukaran menurut Suherman (Supriadi, 2014, hlm. 64) adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5
Uji Tingkat Kesukaran Soal No Butir
Baru
No Butir Asli Tingkat
Kesukaran (%) Kategori 1 1 62,50 Sedang 2 2 50,83 Sedang 3 3 48,33 Sedang 4 4 57,50 Sedang
Hasil uji tingkat kesukaran soal yang telah dianalisis dengan software ANATES menunjukkan bahwa soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran sebesar 62,50%, soal nomor 2 memiliki tongkat kesukaran 50,83%, soal nomor 3 memiliki tingkat kesukaran 48,33% dan soal nomor 4 memiliki tingkat kesukaran 57,50%. Dengan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa keempat soal memiliki tingkat kesukaran sedang karena berada pada nilai 0,30 > TK ≤ 0,70.
Tabel 3.6
Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat Kesukaran Kategori Soal
TK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 > TK ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 > TK ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 > TK ≤ 1,00 Soal mudah
E. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, data-data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan tahapan berikut :
1. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Kritis Matematis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui populasi data berdistribusi normal ataukah tidak. Sebaran data dikatakan baik jika data tersebut berdistribusi normal. Untuk menguji kenormalan suatu data digunakan rumus chi-kuadrat . Adapun rumusnya adalah :
∑
Keterangan :
o = frekuensi yang diamati
= frekuensi yang diharapkan = banyaknya kelas
- 3), derajat kebebasan (k = banyaknya kelas)
tersebut akan dibandingkan dengan atau dengan α
adalah taraf signifikan 0,01
Adapun kaidah keputusan dalam perhitungan ini adalah sebagai berikut: Jika X2
tabel maka distribusi data tidak normal.
Jika X2
tabel maka distribusi data normal
Dan untuk mempermudah pengolah data, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan bantuan software atau software SPPS 21.0 for windows.
b. Uji Homogenitas Bartlett
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji homogenitas dari Barlet yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat varians yang homogen antara kedua kelompok eksperimen dengan satu kelompok kontrol yang sedang diteliti Ruseffendi (Supriadi, 2014, hlm. 69).
X2 = dkj lns2j - ∑ dki lns2i
Dengan dki = (n - 1), dkj = ∑ dki, ln = logaritma dasar e, titik kritis pada taraf
c. Uji Hipotesis
1) Uji Anova Satu Jalur
Untuk data yang berdistribusi normal dan homogen, uji perbedaan tiga rerata yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah Anova satu jalur. Ruseffendi (Supriadi, 2014, hlm. 70) berikut cara perhitungan Anova satu jalur (tiga sampel) : F = a t i k j n i k j j j ij i k j j j a k j n i ij i i i JK JK JK n J X JK N J n J JK N J X JK k N JK RJK k JKa RJKa j j
1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 Keterangan : a RKJRerata jumlah kuadrat antar
i RJK
Rerata jumlah kuadrat inter
t JK
Jumlah kuadrat total
a JK
Jumlah kuarter inter
J Jumlah seluruh data
N Banyak data K Banyak kelompok j n
Banyak anggota kelompok-j
j
J
Jumlah data dalam kelompok-j
a dk
Untuk mempermudah perhitungan Anova satu jalur ini, digunakan program
SPSS 21.0. Setelah nilai diketahui, selanjutnya adalah membandingkan
tersebut dengan . Hipotesis nol yang menyatakan tidak ada
perbedaan ditolak untuk nilai . Langkah berikutnya adalah
melakukan uji Scheffe. Dalam keadaan hipotesis nol diterima (dalam arti tidak ada
perbedaan), maka uji Scheffe tidak perlu dilakukan. Selain untuk melihat perbedaan ketiga sampel tersebut, penelitian ini pun ingin mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelompok eksperimen, maka dilakukan uji perbedaan tiga rerata dengan menggunakan analisis varians satu jalur (Anova satu jalur).
2) Uji Scheffe
Setelah melakukan uji Anova satu jalur maka berlanjut pada uji Scheffe
untuk mengetahui perbedaan rerata yang signifikan, uji Scheffe ini dilakukan pada
data yang melibatkan 3 buah sampel, yaitu 2 kelompok eksperimen dan 1
kelompok kontrol. Rumus yang digunakan dalam uji Scheffe menurut Ruseffendi
(Supriadi, 2014, hlm. 72) adalah sebagai berikut:
) 1 .( 1 1 ) ( 2 1 2 2 1 k n n RJK X X F i Keterangan: 1
X rerata subkelompok pertama
2
X rerata subkelompok kedua
1
n banyak anggota kelompok pertama
2
n banyak anggota kelompok kedua
Untuk menentukan nilai F terlebih dahulu harus menghitung
k N
JK
RJKi i
(Rerata jumlah kuadrat inter) dengan
k j n i k j j j ij i j n J X JK 1 1 1 2 2Keterangan:
J= jumlah seluruh data
N banyak data k banyak kelompok j
n banyak anggota kelompok-j
j
J jumlah data dalam kelompok-j
Selain itu jika terdapat perbedaan pada subkelompok-subkelompok pada kelompok eksperimen maka uji Scheffe pun dilakukan untuk mengetahui mana yang berbeda secara signifikan peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada subkelompok eksperimen dan untuk mempermudah pengolahan data, dalam
penelitian ini peneliti menggunakan bantuan software SPSS 21.0 for windows.
3) Perhitungan Gain Ternormalisasi
Perhitungan gain ternormalisasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa selama penelitian berlangsung. Adapun perhitungan gain ternormalisasi menggunakan rumus dari Mezler (Supriadi, 2014, hlm. 74) berikut :
Interpretasi gain ternormalisasi tersebut disajikan dalam bentuk klasifikasi seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.7
Interpretasi Gain Ternormalisasi
Gain Klasifikasi
g>0,7 Gain tinggi
0,3<g≤0,7 Gain sedang
g≤0,3 Gain rendah
4) Analisis Skala Disposisi
Data yang dikumpulkan dari skala kemampuan berpikir kritis kemudian dianalisis. Setlah data ditabulasi dan dianalisis, kemudian data tersebut ditafsirkan
dengan menggunakan persentase berdasarka kriteria Kuntjaraningrat (Supriadi, 2014, hlm. 84) sebagai berikut :
Tabel 3.8
Kiteria Persentase Skala Disposisi
Persentase Kriteria
P=0% Tak seorang pun
0%<P<25% Sebagian kecil 25%≤P<50% Hampir setengahnya P=50% Setengahnya 50%<P<75% Sebagian besar 75%≤P<100% Hampir seluruhnya P=100% Seluruhnya
5) Analisis Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan kepada beberapa sampel pada masing-masing tahapan yaitu tahap DDR dan tahap eksperimen. Sampel diambil dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan kurang, sedang, dan tinggi. Data yang didapat dari hasil wawancara ini kemudian diringkas untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini dan melihat bagaimana respon siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
F. Pengembangan Bahan Ajar
Pada penelitian ini materi yang akan diajarkan adalah mengenai bangun ruang tabung dengan standar kompetensi memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dan kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
Pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran etnomatematika berbasis budaya sunda yang menghubungkan budaya dengan matematika. Kegiatan belajar selalu dilengkapi dengan lembar kerja agar siswa mudah memahami. Lembar kerja disusun berdasarkan materi sifat-sifat bangun ruang. Pada penelitian ini, peneliti akan menitik beratkan penggunaan media alat musik khas sunda yang terbuat dari bambu seperti suling yaitu angklung. Hal ini dilakukan karena alat musik tersebut memiliki model tabung yang dapat membantu kegiatan belajar dan mengenalkan siswa mengenai bentuk tabung yang bisa ditemukan dalam kegidupan sehari-hari yang tidak jauh dari siswa.