• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuatan Medan Ligan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kekuatan Medan Ligan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

 Nama

 Nama : Idatul Fitriyah: Idatul Fitriyah  NIM

 NIM : 4301412036: 4301412036 Jurusan

Jurusan : : KimiaKimia Prodi

Prodi : : Pendidikan Pendidikan KimiaKimia Dosen

Dosen : : Ella Ella KusumastutiKusumastuti Kelompok

Kelompok : : 77

Tgl Praktikum : 21 Maret 2014 Tgl Praktikum : 21 Maret 2014 Kawan

Kawan Kerja Kerja : : 1. 1. Izza Izza Ratna Ratna Kumala Kumala (4301412007)(4301412007) 2.

2. Suci Suci Larasati Larasati (4301412019)(4301412019) 3.

3. Anis Anis Qori Qori Aeni Aeni (4301412021)(4301412021)

KEKUATAN MEDAN LIGAN KEKUATAN MEDAN LIGAN A.

A. Tujuan PercobaanTujuan Percobaan

Mempelajari kekuatan medan antara ligan ammonia dan air Mempelajari kekuatan medan antara ligan ammonia dan air B.

B. Landasan TeoriLandasan Teori

Teori medan ligan adalah satu dari teori yang paling bermanfaat untuk menjelaskan Teori medan ligan adalah satu dari teori yang paling bermanfaat untuk menjelaskan struktur elektronik kompleks. Awalnya teori ini adalah aplikasi teori medan kristal pada struktur elektronik kompleks. Awalnya teori ini adalah aplikasi teori medan kristal pada sistem kompleks. Setiap ligan, entah itu suatu molekul netral atau ion negatif, sistem kompleks. Setiap ligan, entah itu suatu molekul netral atau ion negatif, menyumbang sepasang elektron untuk membentuk sebuah ikatan dengan ion atau atom menyumbang sepasang elektron untuk membentuk sebuah ikatan dengan ion atau atom  pusat.

 pusat. Gaya Gaya yang yang diadakan diadakan terhadap terhadap ion ion atau atau atom atom pusat pusat oleh oleh elektron-elektron elektron-elektron ini, ini, dandan oleh muatan netto ligan-ligan, disebut medan ligan. (Kleinfelter, 1999 dalam Hurul Silmi) oleh muatan netto ligan-ligan, disebut medan ligan. (Kleinfelter, 1999 dalam Hurul Silmi) Teori medan kristal ini dikembangkan oleh Bethe dan Van Vieck. Teori ini Teori medan kristal ini dikembangkan oleh Bethe dan Van Vieck. Teori ini mengasumsikan bahwa interaksi antara ion pusat dan ligan hanya merupakan interaksi mengasumsikan bahwa interaksi antara ion pusat dan ligan hanya merupakan interaksi elektrostatik. Ion atau atom pusat dipandang sebagai partikel bermuatan positif, elektrostatik. Ion atau atom pusat dipandang sebagai partikel bermuatan positif, sedangkan ligan sebagai partikel bermuatan negatif, karena pada umumnya ligan sedangkan ligan sebagai partikel bermuatan negatif, karena pada umumnya ligan  bermuatan negatif atau molekul polar. (Nuryono,1999 dalam Hurul Silmi)

 bermuatan negatif atau molekul polar. (Nuryono,1999 dalam Hurul Silmi)

Medan listrik yang ditimbulkan oleh ligan akan mempengaruhi elektron-elektron pada Medan listrik yang ditimbulkan oleh ligan akan mempengaruhi elektron-elektron pada ion pusat dan medan listrik yang ditimbulkan ion pusat juga mempengaruhi electron pada ion pusat dan medan listrik yang ditimbulkan ion pusat juga mempengaruhi electron pada ligan-ligan yang mengelilinginya. Electron-elektron pada ion pusat yang paling ligan-ligan yang mengelilinginya. Electron-elektron pada ion pusat yang paling dipengaruhi oleh medan listrik yang ditimbulkan oleh ligan adalah electron pada orbital dipengaruhi oleh medan listrik yang ditimbulkan oleh ligan adalah electron pada orbital d, karena electron d tersebut yang sangat berperan dalam membentuk ion d, karena electron d tersebut yang sangat berperan dalam membentuk ion kompleks.(Nuraini S,1994 dalam Hurul Silmi)

(2)

Kelima orbital d (dx

Kelima orbital d (dx22-y-y22, dz, dz22, dxy, dyz dan dxz) dalam ion logam bentuk gas mempunyai, dxy, dyz dan dxz) dalam ion logam bentuk gas mempunyai tingkat energi yang sama, karenanya mempunyai kesamaan kemungkinan yang sama tingkat energi yang sama, karenanya mempunyai kesamaan kemungkinan yang sama untuk mendapatkan elektron dalam kelima orbital tersebut. Gambar 1 menunjukkan untuk mendapatkan elektron dalam kelima orbital tersebut. Gambar 1 menunjukkan  pendekatan

 pendekatan teori medteori medan an kristal tentankristal tentang pg perubahan erubahan yang yang terjadi pterjadi pada ada ion ion logam logam karenakarena suatu

suatu ligan mendekati ion ligan mendekati ion logam untuk membentuk suatu logam untuk membentuk suatu ion kompleks.ion kompleks.

Dalam teori

Dalam teori medan kristal, medan kristal, ligan-ligan ligan-ligan direduksi menjadi direduksi menjadi titik yang titik yang bermuatan. bermuatan. InteraksiInteraksi muatan-muatan titik ini dengan elektron dalam orbital d ion logam akan menaikkan muatan-muatan titik ini dengan elektron dalam orbital d ion logam akan menaikkan energi semua orbital d, tetapi mereka tidak lagi memiliki energi yang sama. energi semua orbital d, tetapi mereka tidak lagi memiliki energi yang sama. Elektron-elektron dalam orbital dz

elektron dalam orbital dz22  dan dx  dan dx22-y-y22 akan akan mengalami mengalami interaksi interaksi yang yang lebih lebih besarbesar dengan muatan-muatan ligan yang mendekatinya daripada elektron-elektron dalam dengan muatan-muatan ligan yang mendekatinya daripada elektron-elektron dalam orbital

orbital dxy dxy , , dxz dxz dan dan dyz. dyz. Pertimbangan Pertimbangan simetri simetri juga juga menghasilkan menghasilkan kesimpulan kesimpulan yangyang sama terhadap orbital-orbital d lainnya.

sama terhadap orbital-orbital d lainnya.

Pola pemisahan tersebut berlaku untuk semua ion

Pola pemisahan tersebut berlaku untuk semua ion kompleks yang terkoordinasi secarakompleks yang terkoordinasi secara

oktahedral. Δo

oktahedral. Δo (didefinisikan sebagai 10 Dq = E) menunjukkan perbedaan energi antara (didefinisikan sebagai 10 Dq = E) menunjukkan perbedaan energi antara

tiga orbital setingkat dxy, dyz, dxz dengan dua orbital setingkat dx

tiga orbital setingkat dxy, dyz, dxz dengan dua orbital setingkat dx22-y-y22 , , dzdz22. Pada. Pada

absorpsi suatu photon ekivalen energi dengan Δo, elektron dalam salah satu orbital d absorpsi suatu photon ekivalen energi dengan Δo, elektron dalam salah satu orbital d

dengan energi lebih rendah akan dinaikkan ke orbital d dengan energi lebih tinggi dx2-y2 dengan energi lebih rendah akan dinaikkan ke orbital d dengan energi lebih tinggi dx2-y2 atau dz2.

atau dz2.

Besarnya 10 Dq tersebut dipengaruhi oleh jenis ion logam, bilangan oksidasi dan ligan Besarnya 10 Dq tersebut dipengaruhi oleh jenis ion logam, bilangan oksidasi dan ligan yang terlibat.

yang terlibat. Transisi elektrinik Transisi elektrinik dari tingkat energi dari tingkat energi pertama ke tingkat energi ypertama ke tingkat energi yang lainang lain  jatuh

 jatuh pada pada daerah daerah sinar sinar tampak tampak atau atau spektrum spektrum elektromagnetik. elektromagnetik. Warna Warna yang yang nampaknampak adalah komplemen warna cahaya yang diserap, sebagai contoh kompleks [Ti(H2O)6] adalah komplemen warna cahaya yang diserap, sebagai contoh kompleks [Ti(H2O)6]3+3+  berwarna

 berwarna violet violet berarti berarti warna warna yang yang diserap diserap adalah adalah komplemen komplemen warna warna violet violet yaitu yaitu hijauhijau kekuningan.

kekuningan. Hubungan antara Hubungan antara daerah panjang daerah panjang gelombang yang gelombang yang diabsorbsi dan diabsorbsi dan warnawarna yang nampak ditunjukkan oleh Tabel 1.

(3)

Bila pada ion kompleks diberikan energi dalam bentuk cahaya, maka elektron pada Bila pada ion kompleks diberikan energi dalam bentuk cahaya, maka elektron pada orbital yang lebih rendah energinya dapat tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi orbital yang lebih rendah energinya dapat tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi energinya. Dengan menyerap cahaya yang energinya sama dengan harga A. Makin energinya. Dengan menyerap cahaya yang energinya sama dengan harga A. Makin kecil energi yang diperlukan pada eksitasi tersebut seperti telah diketahui energi kecil energi yang diperlukan pada eksitasi tersebut seperti telah diketahui energi cahaya bergantung pada λ 

cahaya bergantung pada λ --nya. Yaitu makin pendek λ makin tinggi ener nya. Yaitu makin pendek λ makin tinggi ener ginya. Cahayaginya. Cahaya tampak terdiri dari cahaya radiasi dengan λ yaitu 400

tampak terdiri dari cahaya radiasi dengan λ yaitu 400-700 nm, tapi dalam praktikum-700 nm, tapi dalam praktikum ini digunakan

ini digunakan λ λ   550-700 nm karena sesuai dengan warna larutan Cu  550-700 nm karena sesuai dengan warna larutan Cu2+2+. Suatu. Suatu larutan/zat padat memiliki warna tertentu karena menyerap sebagian dari komponen larutan/zat padat memiliki warna tertentu karena menyerap sebagian dari komponen sina

sinar tampak. Makin kecil λ cahaya yang diserap (makin besar energinya) makin besarr tampak. Makin kecil λ cahaya yang diserap (makin besar energinya) makin besar harga

harga A atau makin A atau makin kuat ikatan antara kuat ikatan antara ion pusat dan ion pusat dan ligan. Urutan kekuatan ligan. Urutan kekuatan liganligan sebagai berikut :

sebagai berikut : 

 < < < <  < < < <  < <  (Vogel. (Vogel. 1990)1990) Ditinjau dari muatan ligannnya, maka ion logam dengan muatan yang lebih besar akan Ditinjau dari muatan ligannnya, maka ion logam dengan muatan yang lebih besar akan menghasilkan harga A yang lebih besar pula karena lebih mudah mempolarisasikan menghasilkan harga A yang lebih besar pula karena lebih mudah mempolarisasikan elektron yang terdapat dalam ligan. Ukuran dari muatan logamnya mempengaruhi elektron yang terdapat dalam ligan. Ukuran dari muatan logamnya mempengaruhi harga A misalnya harga A untuk

harga A misalnya harga A untuk (()) lebih besar daripada harga A untuk lebih besar daripada harga A untuk 

(())  makin besar ukuran ion maka makin besar hargaA. (Syarifelin,  makin besar ukuran ion maka makin besar hargaA. (Syarifelin,  Nuraini. 1990)

 Nuraini. 1990) Pelarutan Cu,

Pelarutan Cu, , , , dalam asam menghasilkan ion warna hijau kebiruan ditulis, dalam asam menghasilkan ion warna hijau kebiruan ditulis 

(()). Dua dari molekul-molekul. Dua dari molekul-molekul berada lebih jauh daripada 4 lainnya : berada lebih jauh daripada 4 lainnya : (

())(()) (())(()) (

())(()) ++ (())(()) (())(()) ++ (())(())

(4)

(

())(()) ++ (())(())

(Cotton & Wilkinson. 1989) (Cotton & Wilkinson. 1989)

C.

C. Alat dan BahanAlat dan Bahan Alat-alat

Alat-alat

1.

1. Labu ukur 10 mlLabu ukur 10 ml 2.

2. Pipet volume 10 mlPipet volume 10 ml 3.

3. Beaker glass 100 mlBeaker glass 100 ml 4.

4. Pipet gondok Pipet gondok  5.

5. Pipet tetesPipet tetes 6.

6. Spektrofotometer Genesys 20Spektrofotometer Genesys 20 7.

7. KufetKufet 8.

8. Rak tabungRak tabung 9.

9. Tabung reaksiTabung reaksi 10.

10. Gelas ukur 10 mlGelas ukur 10 ml

Bahan Bahan

1.

1. Larutan ammonia 1 MLarutan ammonia 1 M

2.

2. Larutan Cu2+ 0,1 MLarutan Cu2+ 0,1 M

3.

(5)

D.

D. Langkah KerjaLangkah Kerja

E.

E. Data PengamatanData Pengamatan

 No.

 No. λ (nm)λ (nm) AbsorbansiAbsorbansi

Cu2+ (air) Cu2+ (air)

Absorbansi Absorbansi

Cu2+ (50 air: 50 amonia) Cu2+ (50 air: 50 amonia)

Absorbansi Absorbansi

Cu2+ 925 air : 75 amonia) Cu2+ 925 air : 75 amonia) 1 1 550 550 0.008 0.008 2.204 2.204 0.9230.923 2 2 560 560 0.017 0.017 2.302 2.302 1.0421.042 3 3 570 570 0.026 0.026 2.389 2.389 1.1421.142 4 4 580 580 0.040 0.040 2.466 2.466 1.2221.222 5 5 590 590 0.056 0.056 2.179 2.179 1.2641.264 6 6 600 600 0.077 0.077 2.208 2.208 1.3071.307 7 7 610 610 0.105 0.105 2.228 2.228 1.3301.330 8 8 620 620 0.140 0.140 2.244 2.244 1.3401.340 9 9 630 630 0.176 0.176 2.254 2.254 1.3341.334 10 10 640 640 0.224 0.224 2.259 2.259 1.3151.315 11 11 650 650 0.281 0.281 2.285 2.285 1.2851.285 12 12 660 660 0.346 0.346 2.301 2.301 1.2451.245 13 13 670 670 0.412 0.412 2.290 2.290 1.1991.199 14 14 680 680 0.491 0.491 2.291 2.291 1.1461.146 15 15 690 690 0.570 0.570 2.301 2.301 1.0891.089 Larutan A Larutan A (Cu2+) (Cu2+) Larutan B Larutan B (Cu2+ 50% + NH3 (Cu2+ 50% + NH3 50%) 50%) Larutan C Larutan C (Cu2+ 25% + NH3 (Cu2+ 25% + NH3 50%) 50%) λ λ= 550-700 nm= 550-700 nm interval 10 nm interval 10 nm λ λmax =???max =??? Dicari energinya Dicari energinya dengan rumus dengan rumus E = h E = h   Hubungan A Hubungan A dan λ dibuat dan λ dibuat grafik grafik λ λpendekpendek→→ energy tinggi energy tinggi→→ A A

besar

besar→→ikatanikatan ligan semakin ligan semakin

kuat kuat

(6)

16 16 700 700 0.652 0.652 2.289 2.289 1.0291.029 17 17 710 710 0.7390.739 18 18 720 720 0.8240.824 19 19 730 730 0.9030.903 20 20 740 740 0.9730.973 21 21 750 750 1.0361.036 22 22 760 760 1.0931.093 23 23 770 770 1.1381.138 24 24 780 780 1.1701.170 25 25 790 790 1.1941.194 26 26 800 800 1.2081.208 27 27 810 810 1.2141.214 28 28 820 820 1.2111.211 29 29 830 830 1.2021.202 F.

F. Analisis DataAnalisis Data

Energy larutan A Energy larutan A ∆ ∆E = hE = h    = 6,63.10 = 6,63.10-34-34 Js . Js .     = 2,4556 . 10 = 2,4556 . 10-19-19JJ 0 0 0.2 0.2 0.4 0.4 0.6 0.6 0.8 0.8 1 1 1.2 1.2 1.4 1.4 5 55500 557700 559900 661100 663300 665500 667700 669900 771100 773300 775500 777700 779900 881100 883300    A    A     b     b   s   s    o    o    r    r     b     b   a   a    n    n    s    s    i    i     (     (   A   A     )     ) Panjang Gelombang ( Panjang Gelombang (λλ))

Plot antara A dan

Plot antara A dan

λ

λ

 larutan A

 larutan A

plot antara absorbansi dan panjang gelombang plot antara absorbansi dan panjang gelombang λ λ max max

(7)

Energy larutan B Energy larutan B ∆ ∆E = hE = h    = 6,63.10 = 6,63.10-34-34 Js . Js .     = 3,4293 . 10 = 3,4293 . 10-19-19JJ Energy larutan C Energy larutan C ∆ ∆E = hE = h    = 6,63.10 = 6,63.10-34-34 Js . Js .     = 3,2081 . 10 = 3,2081 . 10-19-19JJ 2 2 2.05 2.05 2.1 2.1 2.15 2.15 2.2 2.2 2.25 2.25 2.3 2.3 2.35 2.35 2.4 2.4 2.45 2.45 2.5 2.5        5        5        5        5         0         0        5        5         6         6        0         0        5        5        7        7         0         0        5        5         8         8         0         0        5        5         9         9         0         0         6         6         0         0         0         0         6         6         1         1         0         0         6         6         2         2         0         0         6         6         3         3         0         0         6         6         4         4         0         0         6         6       5       5         0         0         6         6         6         6         0         0         6         6       7       7         0         0         6         6         8         8         0         0         6         6         9         9         0         0        7        7         0         0         0         0    A    A     b     b   s   s    o    o    r    r     b     b   a   a    n    n    s    s    i    i     (     (   A   A     )     ) Panjang gelombang ( Panjang gelombang (λλ))

Plot absorbansi A dan

Plot absorbansi A dan

λ

λ

 larutan B

 larutan B

Absorbansi (A) Absorbansi (A) λ λ max max 0 0 0.2 0.2 0.4 0.4 0.6 0.6 0.8 0.8 1 1 1.2 1.2 1.4 1.4 1.6 1.6        5        5        5        5         0         0        5        5         6         6         0         0        5        5        7        7         0         0        5        5         8         8         0         0        5        5         9         9         0         0         6         6         0         0         0         0         6         6         1         1         0         0         6         6         2         2         0         0         6         6         3         3         0         0         6         6         4         4         0         0         6         6       5       5         0         0         6         6        6         6        0         0         6         6       7       7         0         0         6         6         8         8         0         0         6         6         9         9         0         0        7        7         0         0         0         0    A    A     b     b   s   s    o    o    r    r     b     b   a   a    n    n    s    s    i    i     (     (   A   A     )     ) Panjang gelombang ( Panjang gelombang (λλ))

Plot A dan

Plot A dan

λ

λ

 larutan C

 larutan C

Absorbansi (A) Absorbansi (A)

λ λ max max

(8)

G.

G. PembahasanPembahasan

Percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara Percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan amonia dan air. Ligan merupakan molekul terkoordinasi dengan ion pusat ligan amonia dan air. Ligan merupakan molekul terkoordinasi dengan ion pusat masing-masing. Semakin kuat ligan, maka semakin b

masing. Semakin kuat ligan, maka semakin b esar energi transisinya. Dilihat secara teori,esar energi transisinya. Dilihat secara teori, kekuatan ligan

kekuatan ligan lebih kuat dari lebih kuat dari sehingga λ kompleks akibat pengaruh ligansehingga λ kompleks akibat pengaruh ligan lebih pendek. Hal ini akan

lebih pendek. Hal ini akan membuktikan bahwa akan menghasilkan enmembuktikan bahwa akan menghasilkan energi transisi (∆E)ergi transisi (∆E)

yang besar. yang besar.

Langkah awal adalah mempersiapkan larutan

Langkah awal adalah mempersiapkan larutan(()) dan dan(()). Dalam. Dalam  percobaan

 percobaan ada ada tiga tiga macamlarutan macamlarutan yaitu yaitu larutan larutan A A adalah adalah larutan larutan CuCu2+2+  0,1 M. larutan  0,1 M. larutan tersebut dibuat dengan cara melarutkan 2,4968 gram CuSO4.5H2O dalam aquades tersebut dibuat dengan cara melarutkan 2,4968 gram CuSO4.5H2O dalam aquades sampai volume100 ml. Larutan B adalah campuran Cu

sampai volume100 ml. Larutan B adalah campuran Cu2+2+  0,1 Mdan NH  0,1 Mdan NH33  1 M dengan  1 M dengan  perbandingan

 perbandingan 50:50, 50:50, larutan larutan NHNH33  dibuat dengan cara melarutkan 7,50 ml larutan NH  dibuat dengan cara melarutkan 7,50 ml larutan NH33

25% (ρ= 0,91 kg/l) dengan aquades sampai volume 100 ml. Larutan B ini dibuat dengan 25% (ρ= 0,91 kg/l) dengan aquades sampai volume 100 ml. Larutan B ini dibuat dengan

menuangkan 5 ml larutan Cu

menuangkan 5 ml larutan Cu2+2+  kedalam labu ukur 10 ml kemudian ditambah NH3  kedalam labu ukur 10 ml kemudian ditambah NH3 sampai batas, jangan lupa segera dikocok agar tidak terjadi endapan. Dan larutan C sampai batas, jangan lupa segera dikocok agar tidak terjadi endapan. Dan larutan C adalah campuran Cu

adalah campuran Cu2+2+  dan NH  dan NH33  dengan perbandingan 25: 75, cara pembuatannya sama  dengan perbandingan 25: 75, cara pembuatannya sama dengan larutan B, hanya perbandingannya saja yang berbeda yaitu Cu

dengan larutan B, hanya perbandingannya saja yang berbeda yaitu Cu2+2+sebanyak 2,5 mlsebanyak 2,5 ml dan NH3 7,5 ml. Perubahan warna

dan NH3 7,5 ml. Perubahan warna (())  berubah warna menjadi biru muda.  berubah warna menjadi biru muda. Sedangkan

Sedangkan (( )) berwarna biru tua. berwarna biru tua. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

Reaksi yang terjadi sebagai berikut: Cu Cu2+2+ + + 6H2O6H2O (())  (()) ++  (())(())  (())(()) ++  (())(())  (())(()) ++  (())(())  (())(()) ++  (())(())  (())(()) ++  (()()())  (()()()) ++  (()) Ligan

Ligan akan memberikan harga E yang lebih besar daripada akan memberikan harga E yang lebih besar daripada. Perbedaan energi. Perbedaan energi tersebut menyebabkan masing-masing transisi akan dinaikkan dan akan mengalami tersebut menyebabkan masing-masing transisi akan dinaikkan dan akan mengalami  pergeseran ketiga absorbsi Cu

 pergeseran ketiga absorbsi Cu2+2+ ke panjang gelombang yang lebih pendek. Hal ini sesuai ke panjang gelombang yang lebih pendek. Hal ini sesuai rumus : rumus : ∆ ∆E = hE = h   

Selanjutnya dilakukan pengukuran panjang gelombang dan absorbansi untuk Selanjutnya dilakukan pengukuran panjang gelombang dan absorbansi untuk masing-masing larutan yang telah dibuat menggunakan

masing larutan yang telah dibuat menggunakan spektrofotometerspektrofotometerGenesys 20.Genesys 20.

Energy dari masing-masing larutan sebagai berikut: Energy dari masing-masing larutan sebagai berikut:

(9)

Larutan A : 2,4556 . 10 Larutan A : 2,4556 . 10-19-19JJ Larutan B : 3,4293 . 10 Larutan B : 3,4293 . 10-19-19JJ Larutan C : 3,2081 . 10 Larutan C : 3,2081 . 10-19-19JJ  Nilai E

 Nilai E pada pada larutan larutan yang myang mengandung engandung ligan ligan ammonia ammonia lebih blebih besar dibandesar dibandingkan deningkan dengangan larutan yang mengandung ligan air murni. Hal ini menandakan bahwa ligan ammonia larutan yang mengandung ligan air murni. Hal ini menandakan bahwa ligan ammonia mempunyai kekuatan ligan yang lebih kuat. Dan hasil ini sesuai urutan kekuatan ligan mempunyai kekuatan ligan yang lebih kuat. Dan hasil ini sesuai urutan kekuatan ligan atau deret spektrokimia. Tetapi ada fenomena yang terjadi yaitu nilai E pada larutan B atau deret spektrokimia. Tetapi ada fenomena yang terjadi yaitu nilai E pada larutan B dan C adalah terbalik akibat dari panjang gelombang B lebih pendek dari C, secara dan C adalah terbalik akibat dari panjang gelombang B lebih pendek dari C, secara teoritis seharusnya panjang gelombang B lebih kecil dari C karena ammonia yang terikat teoritis seharusnya panjang gelombang B lebih kecil dari C karena ammonia yang terikat  pada larutan B lebih sedikit dari larutan C. Semakin

 pada larutan B lebih sedikit dari larutan C. Semakin kuat medan ligan (yang ditandai pulakuat medan ligan (yang ditandai pula dengan makin banyaknya kandungan ammonia) maka semakin kecil panjang gelombang dengan makin banyaknya kandungan ammonia) maka semakin kecil panjang gelombang maksimum yang diserap (Hk. Lambert Beer) sehingga semakin besar nilai E yang maksimum yang diserap (Hk. Lambert Beer) sehingga semakin besar nilai E yang diperoleh, maka semakin kuat medan ligannya.

diperoleh, maka semakin kuat medan ligannya.

Fenomena pada larutan B dan C tersebut disebabkan karena larutan Cu2+ dan NH3 yang Fenomena pada larutan B dan C tersebut disebabkan karena larutan Cu2+ dan NH3 yang ditambahkan perbandingannya sama, dan kedua larutan tersebut apabila dicampurkan ditambahkan perbandingannya sama, dan kedua larutan tersebut apabila dicampurkan mudah membentuk endapan, pada percobaan yang telah dilakukan setelah larutan B mudah membentuk endapan, pada percobaan yang telah dilakukan setelah larutan B dimasukkan kedalam kufet dan di masukkann kedalam spektrofotometer Genesys 20, dimasukkan kedalam kufet dan di masukkann kedalam spektrofotometer Genesys 20, larutan B mengendap sehingga absorbansi dari larutan B tersebut dari 2.466 menjadi larutan B mengendap sehingga absorbansi dari larutan B tersebut dari 2.466 menjadi 2.179 sehingga λ maksimumnya sudah tercapai yaitu 580 nm. Secara teoritis seharusnya 2.179 sehingga λ maksimumnya sudah tercapai yaitu 580 nm. Secara teoritis seharusnya larutan B mempunyai λ (panjang gelombang) yang lebih p

larutan B mempunyai λ (panjang gelombang) yang lebih panjang dari larutan C yaitu 620anjang dari larutan C yaitu 620 nm

nm..

Telah diketahui bersama, bahwa nilai E ini merupakan energi yang dibutuhkan untuk Telah diketahui bersama, bahwa nilai E ini merupakan energi yang dibutuhkan untuk terjadinya pemisahan orbital d atau elektron yang tereksitasi ke tingkat energi yang lebih terjadinya pemisahan orbital d atau elektron yang tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi ketika diberi energy cahaya yaitu dari orbital t2g ke orbital eg. Nilai E yang lebih tinggi ketika diberi energy cahaya yaitu dari orbital t2g ke orbital eg. Nilai E yang lebih tinggi terjadi pada larutan B, tetapi secaraseharusnya terjadi pada larutan C karena energi tinggi terjadi pada larutan B, tetapi secaraseharusnya terjadi pada larutan C karena energi  pemisahan

 pemisahan orbital orbital tersebut tersebut tinggi, tinggi, sedangkan sedangkan pada pada larutan larutan A A tidak tidak begitu begitu tinggi.tinggi. Perbedaan ini juga diakibatkan dari adanya pasangan elektron bebas pada ligan ammonia Perbedaan ini juga diakibatkan dari adanya pasangan elektron bebas pada ligan ammonia dan air. Pada ligan ammonia terdapat 1 pasang elektron bebas sedangkan pada ligan air dan air. Pada ligan ammonia terdapat 1 pasang elektron bebas sedangkan pada ligan air terdapat 2 pasang elektron bebas. Hal ini menyebabkan ikatan antara ligan ammonia dan terdapat 2 pasang elektron bebas. Hal ini menyebabkan ikatan antara ligan ammonia dan ion Cu2+ lebih besar sehingga mendapatkan nilai E yang besar pula atau dengan kata lain ion Cu2+ lebih besar sehingga mendapatkan nilai E yang besar pula atau dengan kata lain elektron lebih suka berpasangan terlebih dahulu di orbital yang mempunyai energy elektron lebih suka berpasangan terlebih dahulu di orbital yang mempunyai energy rendah (t2g) baru menempatkan di orbital eg yang mempunyai energy lebih tinggi. rendah (t2g) baru menempatkan di orbital eg yang mempunyai energy lebih tinggi. Berikut gambaran tingkat energi yang terjadi pada masing-masing ion kompleks yang Berikut gambaran tingkat energi yang terjadi pada masing-masing ion kompleks yang terbentuk.

(10)

1.Kompleks pada larutan A 1.Kompleks pada larutan A

Cu: Cu: 3d 3d1010 4s4s22   4p 4p 4d4d Cu Cu2+2+:: 3d 3d1010   4s 4s 4p 4p 4d4d Kemudian ion Cu

Kemudian ion Cu2+2+  berikatan dengan ligan H20 sehingga mengalami hibridisasi  berikatan dengan ligan H20 sehingga mengalami hibridisasi Diperkirakan hibridisasi yang terjadi adalah sp3d2 maka bentuk ion kompleks ini Diperkirakan hibridisasi yang terjadi adalah sp3d2 maka bentuk ion kompleks ini adalah oktahedral dengan energy eksitasi elektron dari t2g ke eg sebesar 2,4556 . 10 adalah oktahedral dengan energy eksitasi elektron dari t2g ke eg sebesar 2,4556 . 10-19-19 J. Karena ligan H2O termasuk ligan yang mempunyai kuat ligan sedang mendekati J. Karena ligan H2O termasuk ligan yang mempunyai kuat ligan sedang mendekati lemah maka tolakan yang terjadi antara energi pada orbital t2g dengan eg tidak terlalu lemah maka tolakan yang terjadi antara energi pada orbital t2g dengan eg tidak terlalu  besar. Oleh karenanya nilai

 besar. Oleh karenanya nilai perbedaan energy kedua perbedaan energy kedua orbital tersebut tidak terlalu tinggi.orbital tersebut tidak terlalu tinggi. Gambaran pembelahan orbital d dengan tingkat energy kompleks tersebut adalah:

Gambaran pembelahan orbital d dengan tingkat energy kompleks tersebut adalah:

2.Kompleks pada larutan B 2.Kompleks pada larutan B Konfigurasi ion Cu

Konfigurasi ion Cu2+2+  pada ion kompleks ini sama dengan yang terjadi pada larutan A  pada ion kompleks ini sama dengan yang terjadi pada larutan A dengan perkiraan hibridisasi yang terjadi sama yaitu sp3d2 tetapi karena disini terdapat dengan perkiraan hibridisasi yang terjadi sama yaitu sp3d2 tetapi karena disini terdapat ligan kuat maka perbedaan energi orbital t2g dengan eg menjadi lebih besar yaitu 3,4293 ligan kuat maka perbedaan energi orbital t2g dengan eg menjadi lebih besar yaitu 3,4293 .

. 1010-19-19 J akibat dari tolakan yang terjadi antara elektron pada orbital t2g dengan eg.J akibat dari tolakan yang terjadi antara elektron pada orbital t2g dengan eg. .Dengan energi sebesar itulah warna komplementer muncul yaitu berwarna biru muda. .Dengan energi sebesar itulah warna komplementer muncul yaitu berwarna biru muda. 3.Kompleks pada larutan C.

3.Kompleks pada larutan C. Konfigurasi ion Cu

Konfigurasi ion Cu2+2+ pada ion kompleks ini sama dengan yang terjadi pada larutan A dan pada ion kompleks ini sama dengan yang terjadi pada larutan A dan B dengan perkiraan hibridisasi yang sama yaitu sp3d2 tetapi karena disini terdapat ligan B dengan perkiraan hibridisasi yang sama yaitu sp3d2 tetapi karena disini terdapat ligan kuat maka perbedaan energy orbital t2g dengan eg menjadi lebih besar walaupun kuat maka perbedaan energy orbital t2g dengan eg menjadi lebih besar walaupun

(11)

 perbandingannya

 perbandingannya sama sama yaitu yaitu 3,2081 3,2081 . . 1010-19-19 J. Energy sebesar inilah yang diserap olehJ. Energy sebesar inilah yang diserap oleh larutan dan mengeluarkan warna komplementer biru tua.

larutan dan mengeluarkan warna komplementer biru tua.

Dari perhitungan pada analisis data didapatkan bahwa kuat medan ligan

Dari perhitungan pada analisis data didapatkan bahwa kuat medan ligan > > . Hal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kuat medan

ini sesuai dengan teori bahwa kuat medan lebih besar daripada lebih besar daripada ..

H.

H. SimpulanSimpulan

1.

1. Medan liganMedan ligan  lebih kuat daripada medan ligan lebih kuat daripada medan ligan karena senyawa kompleks karena senyawa kompleks yang mengandung

yang mengandung energinya lebih besar daripada senyawa kompleks yang energinya lebih besar daripada senyawa kompleks yang mengandung

mengandung  sehingga λ padasehingga λ pada lebih pendek daripada lebih pendek daripada..

2.

2. Dari hasil percobaanDari hasil percobaan a.

a. Larutan ALarutan A λ =810 λ =810 nm, nm, A=1,214, E=2,4556 A=1,214, E=2,4556 . 10. 10-19-19JJ  b.

 b. Larutan BLarutan B λ =580 nm, A=0,040 , E=λ =580 nm, A=0,040 , E=3,4293 . 103,4293 . 10-19-19JJ c.

c. Larutan CLarutan C λ =62λ =620 0 nm, nm, A=1,340 A=1,340 , , E=3,2081 E=3,2081 . . 1010-19-19JJ

I.

I. SaranSaran

1.

1. Pada saat percampuran CuPada saat percampuran Cu2+2+ dan NH dan NH33 dengan perbandingan 50:50 harus langsung dengan perbandingan 50:50 harus langsung dikocok karena jika tidak langsung dikocok akan terjadi endapan yang berwarna dikocok karena jika tidak langsung dikocok akan terjadi endapan yang berwarna  putih, dan jika terjadi endapan spektrofotometer

 putih, dan jika terjadi endapan spektrofotometerGenesys 20Genesys 20 tidak bisa membaca tidak bisa membaca  berapa absorbansinya.

 berapa absorbansinya. 2.

2. Pada saat melakukan praktikum ini praktikan diharapakan tenang dan hati-hati dalamPada saat melakukan praktikum ini praktikan diharapakan tenang dan hati-hati dalam menggunakan spektofotometer Genesys 20.

menggunakan spektofotometer Genesys 20.

J.

J. Daftar PustakaDaftar Pustaka

Anonim. 2009.

Anonim. 2009. Kimia Anorganik  Kimia Anorganik II II . Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Universitas. Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Universitas Sebelas Maret.

Sebelas Maret.

HIMAMIA Kimia FMIPA UNS. ____.

HIMAMIA Kimia FMIPA UNS. ____. Kekuatan  Kekuatan Ligan Ligan Amonia dan Amonia dan Air pada Air pada KompleksKompleks  Ni

 Ni (II) (II) dan dan Cu Cu (II)(II).. http://himamia@uns.comhttp://himamia@uns.com..  Diunduh pada tanggal 7 Maret  Diunduh pada tanggal 7 Maret 2014.

2014.

Lailis, Nur Chamimah. 2012.

Lailis, Nur Chamimah. 2012. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Nikel(Ii)Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Nikel(Ii) dengan Ligan Etilendiamintetraasetat (EDTA)

dengan Ligan Etilendiamintetraasetat (EDTA). Jurusan Kimia Fakultas. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Artikel dari Seminar Nasional Kimia Surabaya, 23 Nopember 2010 Surabaya. Artikel dari Seminar Nasional Kimia Surabaya, 23 Nopember 2010 Diselenggarakan oleh Jurusan Kimia FMIPA-ITS.

Diselenggarakan oleh Jurusan Kimia FMIPA-ITS. Onggo, Djulia, dkk. 2000.

Onggo, Djulia, dkk. 2000. Transisi Transisi Spin Spin dalam dalam Spesies Spesies Turunan Turunan Tris[2-(Pirazol-3- Tris[2-(Pirazol-3-il)piridina]besi(II)

il)piridina]besi(II). Jurdik Kimia, FPMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal. Jurdik Kimia, FPMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal dari JMS Vol. 4 No. 2, hal. 83 - 96 Oktober 1999.

(12)

Silmi, Hurul. 2009. Kekuatan Medan Ligan. Yogyakarta: UGM.

Silmi, Hurul. 2009. Kekuatan Medan Ligan. Yogyakarta: UGM.  Kekuatan  Kekuatan LiganLigan  Amonia

 Amonia dan dan Air Air pada pada Kompleks Kompleks Ni Ni (II) (II) dan dan Cu Cu (II)(II).. http://hurulsilmi.blogspot.com/

(13)

K.

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

Referensi

Dokumen terkait

Aturan 1 sampai 5 dapat digunakan untuk memberi nama ion atau senyawa kompleks yang terdiri atas satu atom atau ion pusat dan beberapa ligan monodentat... Tata nama senyawa

Desain turunan biochanin a yang diketahui merupakan ligan aktif pada kantung ikatan RE-α adalah desain turunan kode B1 yang selanjutnya di analisis diskoneksi untuk

Dalam lingkungan konfigurasi oktahedron baik dalam medan ligan kuat maupun lemah, demikian juga dalam medan ligan tetrahedron, konfigurasi elektronik ion pusat Ni 2+ mempunyai

Menurut teori medan kristal atau crystal field theory (CFT), ikatan antar atom pusat dan ligand dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya-gaya yang ada hanya berupa

Aturan 1 sampai 5 dapat digunakan untuk memberi nama ion atau senyawa kompleks yang terdiri atas satu atom atau ion pusat dan beberapa

Senyawa koordinasi merupakan senyawa yang tersusun atas atom pusat dan Senyawa koordinasi merupakan senyawa yang tersusun atas atom pusat dan ligan (sejumlah anion atau molekul

Er(phen)bipy merupakan senyawa yang paling tinggi intensitas emisinya dikarenakan terdapat delapan atom donor N yang terkoordinasi pada ion pusat Er 3+ , memiliki jumlah

pembentukan ion kompleks Ion kompleks terbentuk dengan ikatan kovalen koordinasi antara ligan mempunyai pasangan elektron bebas dengan ion pusat mempunyai Orbital kosong, umumnya