PENGARUH MODEL KOOPERATIF TGT BERBANTUAN MEDIA
QUESTION CARD TERHADAP HASIL BELAJAR IPS
SISWA KELAS V
Ni Pt. Mita Ardani
1, I Kt. Adnyana Putra
2, M.G.Rini Kristiantari
31,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected]
1, [email protected]
2,
[email protected]
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media question card dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional di kelas V SD N 17 Dauh Puri Tahun Ajaran 2013/2014.Jenis penelitian ini adalah quasy eksperiment dengan desain Nonequivalent control group design. Penelitian ini dilaksanakan di SD N 17 Dauh Puri dengan sampel sebanyak 71 siswa, terdiri dari siswa kelas VB sebagai kelompok eksperimen dan kelas VC sebagai kelompok kontrol. Data penelitian berupa hasil belajar IPS siswa, dikumpulkan dengan metode tes, dan selanjutnya dianalisis dengan uji-t.Dari hasil perhitungan uji-t diperoleh thit = 4,31, sedangkan pada taraf signifikansi 5%
atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = (36+35) – 2 = 69 adalah 2,00 sehingga, thit >
ttabel yang berarti H0 ditolak (gagal diterima) dan Ha diterima. Dengan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media question card dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan media question card berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 17 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014.
Kata-kata kunci: Pembelajaran kooperatif tipe TGT, hasil belajar, IPS Abstract
The present research was undertaken in order to know the significant difference of learning result of social sciences subject between the students that used cooperative learning model Teams Games Tournament (TGT) with the question card media and the student that used conventional learning of fifth grade students of SD N 17 Dauh Puri academic year 2013/2014. The design of this research was quasi experiment with nonequivalent control group design. This research was conducted in SD N 17 Dauh Puri with a sample of 71 students, comprised of students of VB class as the experimental group and a control group of VC class. The research data is the result of students studying social sciences, collected with the test method, and then analyzed by test-t. From the calculation results obtained thit t-test = 4.31, whereas the significance level of 5% or 95% confidence level with df = (36 +35) - 2 = 69 is 2.00 so, thit> ttable which means
that H0 is rejected (fail acceptable) and Ha accepted. With these results we can conclude that there are significant differences of the social sciences learning outcomes between students who take cooperative learning model Teams Games Tournament with a media card question and students who take conventional learning. Thus the cooperative learning model Teams Games Tournament (TGT) with a media card question affects the social sciences learning outcomes of fifth grade students of SD N 17 Dauh Puri academic year 2013/2014.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 :
“Pendidikan merupakan segala usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pendidikan akan merangsang tumbuhnya kreativitas seseorang agar sanggup menghadapi tantangan alam, masyarakat, teknologi serta kehidupan yang semakin kompleks. Oleh karena itu setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan sehingga terciptalah sumber daya manusia yang berkualitas”.
Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam dunia pendidikan, guru (pendidik) memiliki peranan yang sangat penting. Guru dikatakan berhasil apabila dalam proses pembelajaran tidak hanya mampu mentransfer pengetahuan tetapi mampu membelajarkan siswa serta membimbing siswa dalam proses pembelajaran. Tetapi kenyataannya, hal tersebut sangat tidak mudah bagi guru. Apalagi yang dihadapi adalah siswa sekolah dasar (SD) yang masih dalam tahap berpikir konkrit (bersifat nyata). Untuk itu dibutuhkan seorang guru yang profesional. Guru yang professional nantinya diharapkan mampu memperbaiki pembelajaran yang masih kurang efektif dan mampu mengelola proses belajar mengajar untuk memberikan rangsangan kepada siswa sebab, siswa merupakan subjek utama dalam proses pembelajaran dan ikut serta berperan dalam menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran yang diterapkan.
E. Mulyasa (2002:32) menyatakan bahwa, “Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak tidaknya sebagian siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri”.
Dari beberapa mata pelajaran di tingkat sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diberikan kepada semua siswa, yaitu mulai dari sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan di sekolah pada setiap akhir semester dan ikut menentukan tingkat keberhasilan siswa, karena dari pelajaran IPS diharapkan siswa mampu meningkatkan kepekaan terhadap masalah-masalah sosial di sekitarnya serta mampu menerapkan ilmu yang mereka dapat dalam kehidupan sehari-hari sehingga penguasaan terhadap materi pelajaran IPS perlu mendapat perhatian khusus.
Pada dasarnya pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan usia siswa sekolah dasar yang masih pada taraf berfikir kongkrit. Pengembangan pendidikan IPS tidak hanya diarahkan pada pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan aspek intelektual saja. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang dikembangkan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam pendidikan IPS. Keterampilan mencari, memilih, mengolah dan menggunakan informasi untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk nampaknya merupakan aspek yang sangat penting dimiliki oleh siswa yang kelak akan menjadi warga negara dewasa dan berpartisipasi aktif di era global (Sumaatmaja, 2007:1.10).
Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk di tingkat global, nasional maupun global (Depdiknas, 2006:7).
Berhubungan dengan tujuan mata pelajaran IPS tersebut, pada kebanyakan siswa, mata pelajaran ini dipandang sebagai mata pelajaran yang membosankan karena sebagian besar materinya bersifat hafalan. Selain itu, juga karena banyaknya konsep yang harus dihafal tanpa tahu kegunaannya, serta kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas cenderung monoton, kurang hidup, dan kurang bervariasi, sehingga membuat siswa cepat bosan. Keadaan ini tentu akan mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar siswa. Kesulitan belajar di atas, pada umumnya disebabkan oleh paling tidak tiga kondisi, yakni: (1) Materi Pelajaran, pada umumnya materi yang harus dipelajari dalam IPS sebagian besar bersifat hafalan. (2) Proses Pembelajaran, pembelajaran yang konvensional (menerangkan dan mengerjakan latihan soal yang bersifat rutin) tidak memberikan daya tarik bagi siswa. (3) Metode Pengajaran, metode ceramah yang cenderung digunakan guru dalam proses pembelajaran membuat siswa dominan sebagai penerima pasif dan kurang efektif sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor instrumental yang mencakup model pembelajaran yang diterapkan (Djamarah, 2011:176).
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penguasaan materi yang mendalam agar siswa dapat menghadapi segala permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, diperlukan adanya berbagai variasi dalam kegiatan pembelajaran, dibutuhkan model pembelajaran yang konstruktif dan tidak menjemukan yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, materi, kondisi lingkungan dan karakteristik siswa.
Salah satu model dalam pembelajaran IPS yang dapat menumbuhkembangkan ketertarikan siswa pada mata pelajaran ini adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan adanya kerja kelompok di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
(Trianto, 2010:41). Sanjaya (dalam Rusman 2011:203) menyatakan pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Pembelajaran kooperatif yang dianggap inovatif untuk membelajarkan siswa dalam pelajaran IPS adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT).
Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT), atau
Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (Trianto, 2010:83). Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai
review materi pembelajaran.
Di sisi lain Rusman (2011:224) menyatakan bahwa, “Team Games
Tournament adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja
kelompok guru memberikan LKS pada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab atas kelompoknya.”
Kelebihan dari model Teams Games
Tournament ini adalah (1) dalam kelas
siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dalam menggunakan pendapatnya, (2) rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi, (3) perilaku mengganguterhadap siswa lain menjadi lebih kecil, (4) motivasi belajar siswa bertambah, (5) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi, antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan guru, (6) siswa dapat menelaah sebuah materi atau pokok bahasan, mengaktualisasikan diri dengan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa, kerjasama yang terjadi antar siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tak membosankan.
Menurut Taniredja (2011:67) ada 5 komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), yaitu: (1) penyajian kelas, (2) kelompok, (3) permainan, (4) kompetsisi/ turnamen (5) penghargaan kelompok. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT ini yaitu dengan berbantuan media question card.
Question card atau kartu soal
merupakan media visual yang berupa kertas berukuran 10 X 10 cm. Isi dari kartu ini yaitu sebagian berisi soal-soal tentang materi yang akan diajarkan (Harjanto,2005:243). Penggunaan media kartu ini merupakan sarana yang fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Siswa ditugaskan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam kartu soal untuk menambah poin. Dengan media question card
memungkinkan siswa belajar lebih rileks dengan memainkan kartu soal, di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan dalam penelitian eksperimen ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) berbantuan media
Question Card dengan siswa yang
dibelajarkan dengan pebelajaran konvensional di Kelas V SD N 17 Dauh Puri Tahun Ajaran 2013/2014”.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SD N 17 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini termauk jenis Quasi Experimental Design dengan desainnya
yaitu Nonequivalent control group (comparison group/pretest posttest) design.
Desain eksperimen ini diikthisarikan pada gambar 1.
Gambar 1. Nonequivalent Control Group
Design Keterangan: X : Perlakuan O1 : Pre-test O2 : Post-test (Emzir, 2012:105) Dari dua kelompok yang ada diberikan
pre-test, kemudian sama-sama diberikan
perlakukan yaitu, untuk kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) berbantuan
media question card sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa pembelajaran konvensioanal dan terakhir diberikan post-test. Keuntungan desain ini adalah bahwa kelas-kelas yang digunakan sebagaimana adanya. Subjek penelitian mungkin sama sekali tidak menyadari bahwa mereka dilibatkan dalam studi karena mereka tetap berada di kelasnya (Emzir, 2012:102).
Dantes (2007:111) menyatakan “Pada penelitian ini, sering digunakan intac group, seperti kelas yang mana rendomisasi tidak
O
1X
O
2dapat dilakukan. Pemberian pre-test
biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok”. Berdasarkan hal tersebut, maka pre-test dalam penelitian ini hanya digunakan untuk penyetaraan kelompok. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu, tahap persiapan eksperimen, tahap pelaksanaan eksperimen dan akhir eksperimen.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD N 17 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 3 kelas parallel dengan jumlah siswa keseluruhan 107 siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah, sampel dalam penelitian ini dinyatakan setara. Untuk membuktikan kelas ini setara adalah dilakukan dengan memberikan dan menganalisis hasil
pre-test yang dikenakan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Dari hasil analisis diperoleh = 0,26 sedangkan pada taraf signifikansi 5% atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = (36+35) – 2 = 69 adalah 2,00 sehingga, thit < ttabel yang berarti H0 diterima
(gagal ditolak) dan Ha ditolak. Dengan demikian kedua kelompok setara. Penentuan dua kelas ini dilakukan tanpa melakukan pengacakan individu, melainkan dengan teknik random sampling atau acak kelas melaui cara undian. Berdasarkan hasil undian, kelas yang digunakan sebagai sampel yaitu kelas VB dan VC. Selanjutnya, penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol juga dilakukan melalui teknik random sampling melalui cara undian, dan dari hasil undian kelas VB terpilih sebagai kelas eksperimen dan kelas VC terpilih sebagai kelas kontrol.
Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu, variabel bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament berbantuan media question card yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan pebelajaran konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol. Sedangkan yang menjadi variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa.
Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan tes penelitian, yaitu tes untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto, 2010:193). Tes yang baik biasanya memiliki tingkat kesukaran yang seimbang. Seimbang maksudnya berkaitan dengan proposi penyebaran soal sulit, sedang, mudah dan berkaitan dengan kemampuan siswa yang dimaksud oleh tes tersebut.
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes objektif tipe pilihan ganda biasa. Perangkat tes terdiri dari 30 butir soal yang telah divalidasi sebelumnya. Validasi instrument penelitian terdiri dari validasi isi, uji validitas butir soal, uji daya pembeda, uji tingkat kesukaran dan uji reliabilitas. Validitas isi adalah derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur (Sukardi, 2003:123). Sumber yang dijadikan acuan dalam penimbangan apakah soal tersebut sudah valid atau tidak, ruang lingkup materi dan tujuan instruksional sudah tertuang dalam indikator maka diwujudkan dalam bentuk kisi-kisi tes.
Validitas tes objektif ditentukan melalui analisis butir berdasarkan koefisien korelasi point biserial (rpbi), karena tes
bersifat dikotomi. Berdasarkan hasil analisis uji validitas yang dilakukan, terdapat 31 soal yang valid dari 50 butir soal yang diujicobakan. Soal tersebut dikatakan valid apabila rhitung > rtabel, sebaliknya jika rhitung <
rtabel, maka soal tersebut tidak valid. Adapun
r tabel yang diperoleh dengan banyak testi (N)=32 dan taraf signifikansi 5% adalah 0,35.
Daya pembeda butir soal menunjukkan kepada kemampuan suatu soal untuk membedakan antara testi yang mampu dengan testi yang tidak mampu dengan cara mengurutkan skor testi dengan pola descending. Setelah pengurutan, kemudian ditentukan jumlah kelompok atas (testi berkemampuan tinggi) dengan kelompok bawah (testi berkemampuan rendah). Kelompok atas diambil 50% dari banyaknya testi, begitu pula dengan kelompok bawah diambil 50% dari banyaknya testi. (Surapranata, 2009:24). Soal yang dianalisis dalam uji
daya beda ini adalah butir soal yang valid, sedangkan untuk butir soal yang tidak valid tidak digunakan dan tidak dimasukukkan dalam analisis uji daya beda.
Hasil analisis uji daya beda dari 50 butir soal, diperoleh 3 butir soal dengan kriteria baik sekali, 22 butir soal dengan kriteria baik, 5 butir soal dengan kriteria cukup, dan 1 butir soal dengan kriteria jelak (tidak dipergunakan).
Tingkat kesukaran merupakan sebagai kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab tes yang diberikan serta menunjukkan proporsi siswa yang menjawab benar butir soal yang diberikan. Angka indek kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan 0,10. Artinya, angka indek kesukaran itu paling rendah adalah 0,00 dan paling tinggi adalah 0,10. Indek kesukaran sebesar 0,00 merupakan petunjuk bagi testi bahwa butir item termasuk dalam kategori item yang terlalu sukar, dikarenakan testi tidak ada yang menjawab item soal itu dengan betul. Sebaliknya, apabila angka indek kesukaran item itu adalah 1,00 mengandung makna bahwa butir item yang bersangkutan terlalu mudah, karena semua testi dapat menjawab item soal itu dengan betul.
Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran yang dilakukan terdapat 7 butir soal dengan kriteria sukar, 15 butir soal dengan kriteria sedang dan 8 butir soal dengan kriteria mudah. Indeks kesukaran perangkat tes secara keseluruhan adalah 0,54 (Sedang).
Reliabilitas dapat diartikan sebagai ketepatan suatu tes dalam pengukurannya. Penelitian ini menggunakan tes objektif yang bersifat dikotomi, maka salah satu rumus yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitasnya adalah dengan menggunakan rumus yang diajukan oleh Kuder dan Richardson yang diberi kode KR-20. Dari hasil analisis uji reliabilitas diperoleh r11 sebesar 0,92 yang berarti
derajat reliabiltas tes sangat tinggi. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Apabila sebaran data berdistribusi normal maka uji statistik
parametrik dapat dilakukan. Sebaliknya apabila data tidak berdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diperoleh sebaran data berdistribusi normal. Maka, dalam penelitian ini menggunakan statistik parametrik. Untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar IPS siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis
Chi-Square. Kriteria pengujian adalah jika χ2hit <
χ2
(1-α)(k-3), maka h0 diterima (gagal ditolak)
yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan jika χ2hit ≥ χ2 (1-α)(k-3), maka h0
ditolak (gagal diterima) yang berarti data tidak berdistribusi normal. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5% dan derajat kebebasannya (dk) = (k-1).
Uji homogenitas varian bertujuan untuk mencari tahu apakah dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang sama (homogen) atau tidak. Dengan kata lain, homogenitas berarti bahwa himpunan data yang diteliti memiliki karakteristik yang sama. Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji F. Kriteria pengujian untuk mengetahui data yang mempunyai varians yang homogens yaitu jika Fhit ≥ F α ( )
maka sampel tidak homogen dan jika Fhit <
F α ( ) maka sampel homogen.
Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 dan derajat kebebasan
untuk penyebut n2 – 1.
Data yang telah diuji normalitas dan homogenitasnya, selanjutnya dilakukan hipotesis. Hipotesis ini diuji dengan menggunakan uji-t (t-test). Uji-t merupakan statistik yang digunakan untuk menguji beda mean (rata-rata) dua kelompok. Rumus uji-t yang dugunakan dalam penelitian ini adalah uji-t polled varian karena jumlah sampel yang berbeda.
Uji signifikansinya adalah jika thit <
ttabel, maka H0 diterima (gagal ditolak) dan
Ha ditolak. Sebaliknya thit > ttabel, maka H0
ditolak (gagal diterima) dan Ha diterima.
Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = N -2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media Question Card dengan data hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dari hasil analisis terlihat bahwa adanya perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) berbantuan media
question card dan siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional.
Untuk membuktikan apakah data tersebut benar-benar berpengaruh teradap hasil belajar IPS atau tidak maka, terlebih dahulu data hasil belajar IPS siswa tersebut dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas data dan dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan uji-t. Dari hasil analisis uji normalitas data pada kelompok eksperimen diperoleh = 3,38 sedangkan untuk taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = 6 – 1= 5 diperoleh = 11,07. Karena
>
,
maka H0 diterima(gagal ditolak).
Ini berarti hasil belajar IPS siswa pada kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Sedangkan untuk kelompok kontrol diperoleh = 2,78 sedangkan untuk taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = 6 – 1= 5 diperoleh = 11,07. Karena > , maka H0 diterima
(gagal ditolak). Ini berarti hasil belajar IPS siswa pada kelompok kontrol juga berdistribusi normal.
Selanjutnya dilakukan analisis varian kedua kelompok. Dari hasil analisis diperoleh sebesar 1,12, sedangkan pada taraf signifikan 5% dengan dk pembilang = 34 dan dk penyebut = 35 adalah 1,77. Ini berarti < , maka H0
diterima (gagal ditolak), sehingga harga varian adalah homogen. Dari hasil analisis uji normalitas dan homogenitas hasil belajar IPS siswa pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, diperoleh bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Karena data tersebut berdistribusi normal dan homogen, maka data dikatakan memenuhi uji prasyarat dan dilanjutkan dengan pengujian hipotesisnya dengan statistik parametrik, yaitu uji-t. pada n yang berbeda. Hasil analisis diithisarikan pada tabel 1.
Tabel 1. Analisis Uji-t Data Post-test
Dari hasil analisis data Post-test diperoleh thit = 4,31, sedangkan pada
taraf signifikansi 5% atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = (36+35) – 2 = 69 adalah 2,00 sehingga, thit > ttabel yang berarti H0
ditolak (gagal diterima) dan Ha diterima. Dengan demikian dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media question card
dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD N 17 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media question card terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 17 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014.
No. Kelompok N dk S² thitung ttabel 1. Eksperimen 36
69 78,75
159,68
4,31 2,00Berdasarkan hasil analisis post-test yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kedua kelompok. Nilai rata-rata pada kelompok eksperimen yaitu, 78,75 sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 65,51. Ini berarti bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media question card lebih besar dari kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Dari hasil analisis dengan uji-t diperoleh uji-thit = 4,31, sedangkan
pada taraf signifikansi 5% atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = (36+35) – 2 = 69 adalah 2,00 sehingga, thit > ttabel yang
berarti H0 ditolak (gagal diterima) dan Ha diterima. Dari hasil perhitungan uji t dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) berbantuan
media question card dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional di kelas V SD N 17 Dauh Puri Tahun Ajaran 2013/2014.
Perolehan nilai rata-rata yang lebih besar pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol disebabkan karena dalam proses pembelajarannya, kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournamen dengan media question card sehingga siswa lebih aktif
dalam pembelajaran. Teams Games
Tournament adalah model pembelajaran
yang memberikan kesempatan bagi guru sebagai pendidik untuk menggunakan kompetisi dalam suasana yang konstruktif/positif. Bagi siswa, Teams Games Tournament memberikan mereka
peraturan dan strategi untuk bersaing sebagai individu dalam sebuah tournament untuk perolehan skor.
Selain itu, bantuan media question
card dalam tournament ini membuat siswa
lebih aktif dan antusias untuk mempertahankan maupun menambah skor
untuk kelompok mereka. Media question
card atau kartu soal disiapkan guru
sebagaimana mestinya dengan ukuran 10x10cm yang didalamnya berisi pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Dalam turnamen ini peneliti melibatkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak bisa menjawab kartu soal yang diambil, maka pertanyaan dilempar ke anggota lainya untuk menambah skor atau poin. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi pembelajaran.
Teams Games Tournament itu sendiri
menciptakan warna positif di dalam kelas karena kesenangan para siswa terhadap permainan tersebut. Guru hanya bertidak sebagai pengamat dalam berjalannya
tournament dan langsung mengintervensi
begitu adanya masalah yang muncul. Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerjasama dalam pembelajaran IPS.
Hal ini sangat berbeda dengan kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Selama proses pembelajaran siswa terlihat kurang aktif karena materi hanya disampaikan satu arah yaitu dari guru ke siswa. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran dan kurang memberikan daya tarik kepada siswa karena siswa hanya berperan sebagai pendengar saja.
Perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diyakini dipengaruhi oleh perbedaan cara membelajarkan siswa dalam proses pembelajaran. Untuk kelompok ekperimen dibelajarkan dengan menerapkan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media question card sehingga memberikan daya tarik kepada siswa untuk belajar dan siswa dituntut lebih aktif untuk mengerjakan tugas, sedangkan proses pembelajaran pada kelompok konvensional, dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional yaitu berupa strategi ekspositori sehingga siswa cenderung sebagai penerima pasif
karena pembelajaran berpusat kepada guru. Dari perbedaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament berbantuan media question card memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Penelitian ini juga didukung dan diperkuat oleh penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Melani Safitri (2009) pada penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP 45 Palembang Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010”, dengan hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model TGT dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan konvensional (Fhitung = 4,3555 > Ftabel = 3,98). Kesimpulan dari penelitian ini adalah model TGT dalam pembelajaran IPS dapat memberikan hasil belajar IPS yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan metode
konvensional. Temuan ini memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Prayoga pada penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 18 Pemecutan Kota Denpasar Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran TGT berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil thit lebih dari ttabel, yaitu sebesar
3,882 > 2,000 dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih dari pada kelas kontrol yaitu sebesar 78,48 > 68,78. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.
Yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Melani Safitri dan Prayoga yaitu terletak pada materi pelajarannya yang pada dasarnya sama-sama memberikan konstribusi yang positif bagi guru dan siswa sehingga model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament cocok untuk diterapkan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis hasil post-test, diperoleh bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 78,75 sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 65,51. Ini berarti bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembejaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) berbantuan
media question card lebih besar dari kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Dari hasil analisis dengan uji-t diperoleh thit = 4,31,
sedangkan pada taraf signifikansi 5% atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = (36+35) – 2 = 69 adalah 2,00 sehingga, thit
> ttabel yang berarti H0 ditolak (gagal
diterima) dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) berbantuan
media question card dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) berbantuan media question card terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 17 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014.
Adapun saran yang diajukan yaitu, (1) Dalam proses membelajarkan siswa, guru diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam merancang proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan memerikan daya tarik kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran; (2) Siswa diharapkan lebih aktif dan serius dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat memberikan manfaat yang positif bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya; (3) Pihak sekolah diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi mengenai model-model pembelajaran
inovatif yang cocok sebagai pendukung sumber belajar. Selain itu juga, sarana dan prasarana sekolah perlu diperhatikan untuk menunjang proses pembelajaran; (4) Karena penelitian ini terbatas pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diharapkan peneliti lain dapat menyumbangkan ide untuk menemukan model pembelajaran inovatif lainnya sehingga mampu mengoptimalkan proses pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dantes, N. 2007. Metodologi Penelitian
Untuk Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora.
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Depdiknas. 2006. Kurikulum Pendidikan
Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
E.Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Harjanto. 2005. Perencanaan Pengajaran.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Prayoga, Putu Andi Surya. 2012. Pengaruh
Penerapan Model pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT) Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 18 Pemecutan Kota Denpasar Tahun Ajaran 2011/2012.
Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pedidikan Guru Sekolah Dasar. FIP. Undiksha Singaraja.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Medan: Raja Grafindo
Persadha.
Safitri, Melani. 2010. “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP 45 Palembang Ditinjau Dari
Motivasi Belajar Siswa Tahun
Pelajaran 2009/2010.” Tersedia pada
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php/ mn=showview&id=17146 (diakses tanggal 15 Januari 2012)
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
Sumaatmadja, Nursid. 2007. Konsep Dasar
IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.
Surapranata, Sumarna. 2009. Analisis,
Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi
Hasil Tes. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Taniredja, Tukiran dkk. 2011. Model-model
Pembelajaran Inovatif. Bandung:
Alfa Beta
Trianto. 2010. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: