• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI NIAT PERILAKU KNOWLEDGE SHARING OLEH PROFESIONAL BANK 1. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI NIAT PERILAKU KNOWLEDGE SHARING OLEH PROFESIONAL BANK 1. Oleh:"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI NIAT

PERILAKU KNOWLEDGE SHARING OLEH

PROFESIONAL BANK

1

Oleh:

Regi Muzio Ponziani, SE, MSc

Program MSi Akuntansi FEB UGM

Email: [email protected]

Suyanto, SE, MBA, Ak

Satuan Audit Internal UGM

Email: [email protected]

Kami mengucapkan terima kasih kepada Sony Warsono, PhD dan Didi Achjari, PhD. atas komentar dan sarannya dalam penulisan artikel ini. Kemudian kami juga menyampaikan terima kasih kepada mahasiswa program MSi Akuntansi angkatan 2007 yang telah memberikan opini-opini konstruksifnya.

1 Penelitian ini menggunakan data survei. Permintaan atas data penelitian ini dapat dialamatkan ke email: [email protected].

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI NIAT

PERILAKU KNOWLEDGE SHARING OLEH

PROFESIONAL BANK

Abstract

This thesis aims at understanding factors which explain bank’s professionals’ intention to commit knowledge sharing activity. Theory of planned behavior is employed as the main framework of this research. Yet, through research synthesis, some additional constructs are added to the framework so as to help better understand the activity of knowledge sharing. Hypotheses testing using partial least square method reveals that attitude, subjective norms, and job satisfaction positively effect behavioral intention. Sense of self-worth also has positive effect on both attitude and subjective norms. Yet, anticipated reciprocal relationship and extrinsic motivation do not significantly effect attitude. Perceived behavioral control and channel richness can not be further tested using partial least square because this construct does not meet the cronbach’s alpha criteria. The limitation and recommendation for further research are further discussed.

Keywords: Theory of planned behavior, knowledge sharing, banks’ professionals,

(3)

Pendahuluan

Penciptaan pengetahuan dan transfernya dalam suatu organisasi akan membangun basis yang kuat bagi keunggulan kompetitif perusahaan (Argote dan Ingram, 2002). Pengetahuan individual akan terus terakumulasi melalui knowledge

sharing, dan kemudian akan bertransformasi menjadi pengetahuan organisasional, yang

akan membuat organisasi menjadi distinct dibanding organisasi lain sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kinerja organisasi (Cohen dan Levinthal, 1990; Feng et al., 2004; Gottwchalk dan Khandelwal, 2002; Nelson dan Cooprider, 1996). Dalam konteks sosial, kekompetitifan berbasis pengetahuan sangat krusial untuk memastikan kinerja dan pertumbuhan yang sustained dalam suatu area tertentu atau industri tertentu (Fieldman dan Martin, 2005). Hal penting yang memungkinkan terjadinya transfer pengetahuan adalah interaksi sosial di antara anggota organisasi yang mengandalkan pada transfer pengetahuan untuk mendukung inovasi dan men-drive kinerja (Goshal, et

al., 1994; Tsai, 2001; Reagans dan McEvily, 2003). Hansen (1999) mendefinisikan

interaksi sosial ini sebagai kontak yang terjadi secara regular antara kelompok individu. Interaksi sosial memperkuat hubungan inter-dan intra-organisasional dengan jalan mengintegrasikan aktivitas individu melalui proses dan rutinitas transfer pengetahuan. Kunci untuk interaksi sosial adalah kedekatan dan frekuensi komunikasi (Tsai dan Ghoshal, 1998; Tsai, 2001; Becerra dan Gupta, 2003). Namun demikian juga terdapat berbagai halangan dalam mewujudkan knowledge sharing yang efektif (Szulanski, 1995). Halangan-halangan ini adalah keandalan sumber pengetahuan, motivasi untuk berbagi, kemampuan belajar, dan kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang baru. Dengan adanya halangan-halangan ini maka individu akan mengalami

(4)

kesulitan dalam menerapkan knowledge sharing kecuali jika mereka menyadari bahwa aktivitas ini bermanfaat dan sangat membantu. Seperti yang dikemukakan oleh Ruggles (1998) bahwa kesulitan terbesar dalam me-manage pengetahuan adalah merubah perilaku karyawan.

Atas dasar pemaparan di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi perilaku knowledge sharing didunia perbankan. Hal ini dikarenakan bank adalah lembaga yang diregulasi secara khusus dan relatif ketat, dan dalam operasonal sehari-hari bank harus menghadapi paling tidak 5 (lima) risiko yang melekat dalam kegiatannya. Risiko-risiko tersebut adalah risiko likuiditas, suku bunga, kredit, pasar, dan risiko operasi. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hal-hal yang akan mempengaruhi niat dan kecenderungan para profesional bank untuk melakukan knowledge sharing mengingat industri perbankan memiliki karakteristik yang sangat unik dan berbeda dibanding dengan industri yang lain (heavily regulated) dan terutama sekali para profesional bank adalah individu yang setiap harinya, dalam aktivitas kerjanya, terpapar oleh data akuntansi.

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Theory of Planned Behavior

Penelitian ini menggunakan theory of planned behavior sebagai rerangka penelitian. Icek Ajzen (1988) mengembangkan theory of planned behavior yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action. Theory of

Reasoned Action itu sendiri dikembangkan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein (1980)

(5)

merupakan suatu fungsi dari dua penentu dasar, yang satu berhubungan dengan faktor pribadi dan yang lainnya berhubungan dengan pengaruh sosial.

[Sisipkan Gambar 1]

Penentu yang pertama yang berhubungan dengan faktor pribadi adalah sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior). Sikap ini adalah evaluasi kepercayaan (belief) atau perasaan (affect) positif atau negatip dari individual jika harus melakukan perilaku tertentu yang dikehendaki. Lebih jauh lagi Ajzen (1988) memaparkan bahwa penentu kedua dari minat yang berhubungan dengan pengaruh sosial adalah norma subyektif (subjective norm). Disebut dengan norma subyektif karena berhubungan dengan preskripsi normatif persepsian, yaitu persepsi atau pandangan seseorang terhadap tekanan sosial (kepercayaan-kepercayaan orang lain) yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan.

Theory of planned behavior sebagaimana pada Gambar 2 merupakan pengembangan

selanjutnya dari theory of reasoned action. Pada teori ini, Ajzen (1988) menambahkan sebuah konstruk yang belum ada di theory of reasoned action. Konstruk ini disebut dengan perceived behavioral control (kontrol perilaku persepsian). Konstruk ini berfungsi untuk mengontrol perilaku individu yang dibatasi oleh kekurangan-kekurangannya dan keterbatasan-keterbatasan dari kekurangan sumber daya-sumber daya yang digunakan untuk melakukan perilakunya.

(6)

Teori ini mengasumsikan bahwa perceived behavioral control mempunyai implikasi motivasi terhadap minat perilaku (behavioral intention). Individu-individu yang mempersepsikan bahwa dirinya tidak memiliki sumber daya yang cukup atau juga tidak memiliki kesempatan untuk melakukan perilaku tertentu mungkin tidak akan membentuk minat-minat perilaku yang kuat walaupun individu tersebut mempunyai sikap yang positif terhadap perilaku dan percaya bahwa orang lain akan menyetujui seandainya mereka juga melakukan perilaku tersebut. Sehingga sikap dan norma subyektif tidak memediasi hubungan antara perceived behavioral control dengan minat perilaku. Segi kedua adalah bahwa perceived behavioral control berhubungan langsung dengan perilaku. Jadi, kinerja dari perilaku tergantung tidak hanya pada motivasi untuk melakukannya melainkan juga dengan kontrol yang cukup terhadap perilaku yang dilakukan. Oleh karena itu perceived behavioral control dapat mempengaruhi perilaku secara tidak langsung lewat minat perilaku dan juga dapat memprediksi perilaku secara langsung. Secara eksplisit theory of planned behavior mengakui kemungkinan bahwa ada perilaku yang tidak semuanya di bawah kontrol penuh sehingga konsep perceived

behavioral control ditambahkan untuk menangani kemungkinan-kemungkinan seperti

ini.

Beberapa penelitian sebelumnya memfokuskan pada minat perilaku untuk melakukan knowledge sharing dengan mengadopsi theory of planned behavior dan

theory of reasoned action sebagai model penelitiannya. Penelitian-penelitian

sebelumnya memiliki subyek penelitian yang berbeda-beda, diantaranya adalah manager perusahaan secara umum (Kwok dan Gao, 2006; Lin dan Lee, 2004), dokter

(7)

(Ryu et el., 2003), mahasiswa (Bock et al., 2005) dan professional IT (So dan Bolloju, 2005).

Berdasarkan pemaparan theory of planned behavior di atas, minat perilaku merupakan fungsi dari 3 (tiga) hal, yaitu sikap, norma subyektif, dan perceived

behavioral control. Penentu minat yang pertama adalah sikap. Sikap ini adalah evaluasi

kepercayaan (belief) atau perasaan (affect) positif atau negatip dari individual jika harus melakukan perilaku tertentu yang dikehendaki. Jika individu memiliki sikap positif terhadap knowledge sharing maka semakin besar peluang individu tersebut memiliki minat untuk melakukan knowledge sharing. Sebaliknya, jika individu bersikap negatif terhadap knowledge sharing maka kecil kemungkinannya ia memiliki minat untuk melakukannya. Oleh karenanya hipotesis pertama dirumuskan sebagai berikut:

H1: Sikap terhadap perilaku knowledge sharing berpengaruh positif terhadap minat untuk melakukan knowledge sharing

Ajzen (1988) lebih lanjut memaparkan bahwa penentu dari minat perilaku yang berhubungan dengan pengaruh sosial adalah norma subyektif (subjective norm). Disebut dengan norma subyektif karena berhubungan dengan preskripsi normatif persepsian, yaitu persepsi atau pandangan seseorang terhadap tekanan sosial (kepercayaan-kepercayaan orang lain) yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Jadi, bagaimana seseorang memandang ekspektasi lingkungan terhadap aktivitas knowledge sharing akan memberikan tekanan kepada dirinya untuk ikut melakukan knowledge sharing. Oleh karenanya, hipotesis dua dirumuskan sebagai berikut:

(8)

H2: Norma Subyektif berpengaruh positif terhadap minat untuk melakukan

knowledge sharing

Konstruk perceived behavioral control menurut Ajzen (1988) mempunyai implikasi motivasi terhadap minat perilaku (behavioral intention). Individu-individu yang mempersepsikan bahwa dirinya tidak memiliki sumber daya yang cukup atau juga tidak memiliki kesempatan untuk melakukan perilaku tertentu mungkin tidak akan membentuk minat-minat perilaku yang kuat walaupun individu tersebut mempunyai sikap yang positif terhadap perilaku dan percaya bahwa orang lain akan menyetujui seandainya mereka juga melakukan perilaku tersebut. Sehingga perceived behavioral

control dihipotesiskan berhubungan positif dengan minat perilaku.

H3: Perceived Behavioral Control berpengaruh positif terhadap minat untuk melakukan knowledge sharing

Fishbein dan Ajzen (1975) secara konsisten mempertahankan bentuk teori aslinya bahwa terdapat pemisahan antara sikap dan norma subyektif walaupun ada kemungkinan bahwa kedua hal ini berhubungan. Namun demikian, riset-riset (Lewis et

al., 2003; Venkatesh dan Davis, 2000) telah membuktikan bahwa norma-norma

subyektif, melalui proses pengaruh sosial, akan mempengaruhi sikap. Sehingga dalam penelitian ini, norma-norma subyektif mengenai knowledge sharing akan mempengaruhi sikap individu terhadap knowledge sharing.

H4: Norma subyektif berpengaruh positif kepada sikap terhadap knowledge

(9)

Kepuasan Kerja

Angel dan Perry (1981) dan William dan Hazer (1986) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan determinan untuk terbentuknya komitmen terhadap organisasi. Mereka menyatakan argumen bahwa kepuasan merupakan perwujudan dari hubungan antara ekspektasi individu dan realitas organisasi. Akibatnya kemudian, komitmen dapat mengurangi efek disfungsional dari perilaku idiosyncratic individu karyawan. Vera-Munoz et al. (2006) menyatakan bahwa komitmen individu akan meningkatkan loyalitasnya terhadap organisasi dan membuatnya semakin bersedia untuk mengeluarkan effort yang lebih besar bagi organisasi. Oleh karenanya hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

H5: Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap niat perilaku knowledge

sharing

Keberagaman Media

Riset yang difokuskan mengenai media knowledge sharing sudah cukup banyak. Hal ini dikarenakan peranan teknologi informasi dalam area ini cukup menjanjikan. Secara umum, semakin beragam media yang dapat digunakan untuk knowledge sharing, semakin mudah pula bagi individu untuk melakukan knowledge sharing sehingga mereka akan memiliki sikap yang positif terhadap perilaku knowledge sharing. Individu akan menganggap knowledge sharing sebagai aktivitas yang mudah dilakukan, bukan sebagai aktivitas yang sulit dilakukan. Kwok (2006) menemukan hubungan positif antara keberagaman media terhadap sikap individu mengenai knowledge sharing. Hipotesis yang terbentuk adalah:

(10)

H6: Keberagaman Media akan berpengaruh positif terhadap sikap untuk melakukan knowledge sharing.

Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik mengacu pada pengerjaan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu konsekuensi tertentu. Tujuan tindakan bukanlah aktivitas itu sendiri, melainkan sesuatu yang berada di belakang aktivitas. Jadi aktivitas dilakukan bukan karena adanya kesadaran bahwa aktivitas tersebut bermanfaat, namun karena ada tujuan lain yang ingin dicapai (Deci, 1975; Kruglanski, 1978). Individu akan termotivasi untuk melakukan

knowledge sharing apabila insentif yang akan mereka dapatkan melebihi kos yang

diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut. Bock et al. (2006) mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan berhasil memotivasi para karyawannya untuk lebih intens melakukan knowledge sharing dengan memberikan insentif. Terdapat 2 (dua) perusahaan yang berhasil dalam program ini yaitu Siemens dengan Share Net Project dan Samsung dengan Samsung Life Insurance’s Knowledge Mileage Program-nya (Bock et al., 2006). Oleh karenanya individu akan memiliki sikap positif terhadap aktivitas knowledge sharing karena adanya insentif yang memotivasi mereka.

H7: Motivasi Ekstrinsik berpengaruh positif terhadap sikap individu mengenai knowledge sharing.

Anticipated Reciprocal Relationship

Constant et al. (1994), Blau (1967), dan Organ dan Konovsky (1989) menyatakan bahwa ketika individu dipengaruhi oleh konteks sosial dan organisasional, terutama

(11)

ketika output hasil kerjasama tidak bisa dispesifikasi, maka hubungan sosial merupakan penentu utama dari sikap individu tersebut. Social exchange, berbeda dari economic

exchange, menciptakan ikatan kekeluargaan antar individu-individu. Concern utama

dalam social exchange adalah hubungan itu sendiri, bukan keuntungan ekstrinsik yang mungkin timbul dari hubungan itu (Blau, 1967). Sehingga individu yang percaya bahwa hubungan baiknya dengan individu lain dapat menjadi semakin erat melalui aktivitas

knowledge sharing akan memiliki sikap yang positif terhadap knowledge sharing.

H8: Anticipated Reciprocal Relationships berpengaruh positif terhadap sikap individu mengenai knowledge sharing

Sense of Self-Worth

Dalam suatu interaksi seperti aktivitas knowledge sharing, feedback yang baik merupakan hal yang penting. Individu yang mendapatkan feedback dari kegiatan

knowledge sharing akan semakin memahami bagaimana aktivitas ini dapat memberikan

kontribusi kepada individu yang lain dan/atau kinerja organisasi secara keseluruhan (Kinch, 1973). Hal ini akan membuat sense of self worth dalam diri mereka meningkat (Gecas, 1971). Mereka memahami bahwa dengan terlibat aktif dalam aktivitas

knowledge sharing maka mereka dapat membantu individu yang lain dan juga

membantu organisasi. Sehingga individu yang memiliki sense of self-worth akan memiliki sikap yang positif terhadap knowledge sharing.

H9: Sense of Self-Worth berpengaruh positif terhadap sikap individu mengenai

(12)

Huber (2001) memberikan bukti bahwa sense of self-worth mempengaruhi perilaku individu dalam arah yang kongruen dengan norma-norma kelompok dan organisasi. Norma-norma yang berlaku di dalam kelompok akan menjadi standar bagi seorang individu dalam menilai diri mereka sendiri (Gecas, 1982). Sehingga individu yang memiliki sense of self-worth yang tinggi akan menyadari ekspektasi dari kelompoknya mengenai aktivitas knowledge sharing yang ia lakukan dan berusaha untuk dapat memenuhi aktivitas ini.

H10: Sense of Self-Worth akan berpengaruh positif terhadap norma-norma subyektif mengenai knowledge sharing

Hipotesis-hipotesis di atas dapat dimodelkan dengan Gambar 3 berikut ini.

[Sisipkan Gambar 3]

METODE RISET

Sampel

Subyek dalam penelitian ini adalah karyawan bank dengan pangkat minimal

assistant manager atau biasa disebut juga dengan karyawan officer. Karyawan pada

level ini memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan otorisasi atau

approval terhadap transaksi dan/atau sudah memiliki bawahan, serta paparan mereka

terhadap data akuntansi cukup tinggi. Pemberian kuesioner kepada responden dilakukan melalui 3 (tiga) cara. Pertama, pengiriman kuesioner melalui pos. Sebanyak

(13)

62 kuesioner dikirimkan melalui cara ini. Dari semua kuesioner yang dikirimkan melalui pos, sebanyak 37 buah dikembalikan (59%). Kemudian 24 kuesioner dikirimkan kepada responden melalui email. Responden mengembalikan semua kuesioner yang dikirimkan melalui email. Sebanyak 22 memenuhi syarat untuk diuji lebih lanjut. Sementara 2 (dua) kuesioner tidak memenuhi syarat untuk diproses lebih lanjut. Terakhir, peneliti berkunjung langsung ke kantor pusat dan cabang bank-bank yang berlokasi di Jakarta dan Jogjakarta. Sebanyak 36 kuesioner dibagikan langsung oleh peneliti kepada responden.

Dilihat dari tabel bidang kerja (Tabel 1) dan demografi (Tabel 2), sebagian besar responden bekerja dalam bidang credit card and personal loan, funding and consumer

banking, dan corporate banking dengan rata-rata umur responden adalah 32,34 tahun.

Komposisi demografi responden dari segi gender dapat dikatakan berimbang (58,69% pria dan 41,31% wanita). Mereka rata-rata telah bekerja pada perusahaan yang sekarang selama 7,57 tahun dan sebagian besar (65,21%) berlatar belakang pendidikan Sarjana S1.

[Sisipkan Tabel 1]

[Sisipkan Tabel 2]

Analisis Data

Suatu model haruslah terlebih dahulu memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas sebelum dapat diukur koefisien jalurnya dengan metode partial least square. Kriteria validitas meliputi validitas konvergen dan diskriminan, sedangkan reliabilitas meliputi

(14)

(tiga) hal, yaitu nilai loading item kuesioner (≥0,7), AVE (≥0,5), dan communality (≥0,5). Kriteria validitas diskriminan dilihat dari nilai loading factor masing-masing item kuesioner dengan konstruk yang diwakilinya. Loading factor item kuesioner harus menunjukkan korelasi yang besar antara suatu item dengan kontruk yang diwakilinya dibandingkan dengan konstruk lainnya. Sementara kriteria reliabilitas dilihat dari nilai

composite reliability (0,7) dan cronbach’s alpha (≥0,7). Setiap item kuesioner maupun konstruk yang tidak memenuhi semua syarat di atas haruslah dieliminasi terlebih dahulu sebelum memasuki tahap pengujian selanjutnya

Tabel 3 menunjukkan besarnya nilai loading untuk masing-masing item pertanyaan kuesioner. Ambang batas nilai loading yang dapat diterima adalah sebesar 0,7. Item-item pertanyaan yang tidak memenuhi persyaratan ini haruslah didrop terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian selanjutnya. Terdapat 3 (tiga) item pertanyaan yang tidak memenuhi syarat yaitu, PBC2, KM3, dan ARR5.

[Sisipkan Tabel 3]

Tabel 4 menunjukkan kriteria validitas dan reliabilitas konstruk yang meliputi nilai AVE, communality, composite reliability, dan cronbach’s alpha. Ambang batas nilai konstruk yang disyaratkan adalah AVE ≥0,5, communality 0,5, composite

reliability 0,7, dan cronbach’s alpha ≥ 0,7. Terdapat 2 (dua) konstruk yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Konstruk-konstruk perceived behavioral

control dan keberagaman media memiliki nilai cronbach’s alpha dibawah 0,7

(masing-masing sebesar 0.698126 dan 0.678373 . Akibatnya, kedua konstruk ini tidak dapat disertakan dalam analisis jalur.

(15)

[Sisipkan Tabel 4]

Selanjutnya ditampilkan nilai cross-loading konstruk. Sementara Tabel 5 berikut menunjukkan discriminant validity dari item-item pertanyaan dalam kuesioner. Terlihat bahwa setiap item berkorelasi kuat dengan konstruk yang diwakilinya.

[Sisipkan Tabel 5]

Konstruk-konstruk dan item-item kuesioner yang memenuhi syarat selanjutnya diuji koefisien jalurnya dengan menggunakan fungsi bootstrapping untuk first-order

model. Hasil pengujian analisis jalur ditunjukkan oleh Gambar 4 Terdapat dua hipotesis

yang tidak dapat diuji dalam model penelitian ini. Konstruk-konstruk keberagaman media dan perceived behavioral control memiliki nilai cronbach’s alpha lebih kecil dari 0,7. Akibatnya kedua konstruk ini tidak dapat disertakan dalam analisis jalur. Sementara itu, sikap terhadap knowledge sharing, norma subyektif, dan kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap niat untuk melakukan knowledge sharing. Sementara norma subyektif akan berpengaruh positif terhadap sikap terhadap knowledge sharing.

[Sisipkan Gambar 4]

Tidak seperti yang dihipotesiskan, motivasi ekstrinsik tidak berpengaruh terhadap sikap terhadap knowledge sharing. Konstruk sense of self-worth berpengaruh positif terhadap sikap dan norma subyektif mengenai knowledge sharing. Dan terakhir konstruk anticipated reciprocal relationship memengaruhi sikap terhadap knowledge sharing.

(16)

Analisis jalur menunjukkan bahwa niat perilaku knowledge sharing dipengaruhi oleh sikap terhadap knowledge sharing, norma subyektif, dan kepuasan kerja. Individu yang memandang positif terhadap aktivitas knowledge sharing akan semakin besar niatnya untuk melakukan aktivitas tersebut. Begitu juga dengan norma-norma yang berlaku di lingkungan kerja individu tersebut. Apabila lingkungan kerja individu tersebut memandang knowledge sharing sebagai aktivitas yang bermanfaat maka dalam diri setiap individu akan tumbuh niat untuk melakukan aktivitas tersebut. Norma yang berlaku pada lingkungan kerja juga akan memengaruhi sikap individu terhadap

knowledge sharing.

Angel dan Perry (1981) dan William dan Hazer (1986) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan determinan untuk terbentuknya komitmen terhadap organisasi. De Cotiis dan Summers (1987) menyatakan pandangan yang sama bahwa kepuasan kerja akan menentukan komitmen. Mereka menyatakan argumen bahwa kepuasan merupakan perwujudan dari hubungan antara ekspektasi individu dan realitas organisasi. Akibatnya kemudian, komitmen dapat mengurangi efek disfungsional dari perilaku idiosyncratic individu karyawan. Vera-Munoz et al. (2006) menyatakan bahwa komitmen individu akan meningkatkan loyalitasnya terhadap organisasi dan membuatnya semakin bersedia untuk mengeluarkan effort yang lebih besar bagi organisasi. Sehingga individu yang merasa puas dengan pekerjaannya, pada gilirannya, akan memiliki niat perilaku knowledge sharing yang besar. Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa semakin kuat norma subyektif yang berlaku, maka akan semakin positif pula sikap individu. Besar kemungkinan hal ini diperkuat dengan kultur masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang tergolong kolektivis. Sikap individu akan

(17)

terpengaruh oleh sikap lingkungan. Norma yang berlaku akan menjadi standar yang menginternalisasi dalam diri individu. Sehingga apa yang dianggap baik oleh masyarakat sekitar, besar kemungkinan akan dianggap baik pula oleh individu yang bersangkutan.

Sementara itu motivasi ekstrinsik tidak berpengaruh terhadap sikap individu mengenai knowledge sharing. Pemberian reward maupun sanksi tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap. Hal ini diakibatkan karena aktivitas knowledge sharing adalah aktivitas yang menuntut komitmen dan kesadaran yang tinggi terhadap organisasi dan terhadap manfaat yang ditimbulkan oleh aktivitas knowledge sharing tersebut. Komitmen dan kesadaran ini tidak timbul karena adanya insentif atau stimulus dari luar. Komitmen dan kesadaran ini tumbuh dari dalam diri individu, sehingga individu akan memandang knowledge sharing sebagai aktivitas yang bermanfaat meskipun jika ia tidak bisa mendapatkan keuntungan pribadi apapun dari aktivitas ini. Individu juga tidak melakukan aktivitas knowledge sharing untuk dapat memperkuat hubungan sosialnya dengan individu-individu lain didalam organisasi. Seperti dalam hal pemberian reward atau sanksi, komitmen dan kesadaran yang tumbuh dalam diri individu membuatnya melakukan aktivitas knowledge sharing bukan sebagai sarana untuk memperbaiki maupun memperkuat hubungan sosial dengan lingkungan disekelilingnya, melainkan karena manfaat aktivitas tersebut.

Terakhir, hasil analisis data menunjukkan bahwa sense of self-worth memengaruhi sikap dan norma subyektif. Individu yang ingin berperan dalam organisasi akan berusaha memberikan kontribusi penting bagi organisasi. Kontribusi akan diberikan oleh individu melalui aktivitas yang bermanfaat bagi organisasi.

(18)

Individu akan mendapatkan feedback mengenai aktivitas yang dilakukannya. Semakin positif feedback yang ia dapat maka akan semakin positif pula sikapnya terhadap aktivitas tersebut. Selain itu individu yang berkontribusi pada organisasi akan membuat lingkungan sekitarnya semakin mengharapkan kontribusinya di masa yang akan datang. Sehingga semakin besar sense of self-worth individu akan memperkuat norma subyektif yang berlaku disekitarnya.

Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa organisasi bank dapat mendorong semakin intensnya aktivitas knowledge sharing oleh para karyawannya dengan mendukung pembentukan komunitas-komunitas diskusi pada lingkungan kerja organisasi. Dengan pembentukan komunitas-komunitas ini diharapkan informasi dapat mengalir dengan lebih dinamis. Selain itu organisasi juga harus bisa menanamkan sikap karyawan yang positif terhadap knowledge sharing. Pimpinan organisasi harus meluangkan waktu untuk berdiskusi rutin dengan para karyawannya. Dengan adanya diskusi rutin ini, pimpinan dapat menanamkan kesadaran dalam diri karyawan bagaimana aktivitas knowledge sharing dapat membantu karyawan itu sendiri dalam menyelesaikan tugasnya dengan lebih efektif dan efisien. Selain membantu karyawan, aktivitas ini juga akan sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis yang sangat intens di masa sekarang. Sebaiknya organisasi tidak memberlakukan adanya reward atau stimulus lainnya dalam mendorong intensitas aktivitas knowledge sharing. Hal ini dikarenakan aktivitas knowledge sharing adalah aktivitas yang menuntut adanya kesadaran dan komitmen individu. Kesadaran dan komitmen individu seharusnya tumbuh dari dalam dirinya sendiri. Apabila komitmen dan kesadaran ini timbul karena faktor luar, maka individu tidak akan intens melakukan

(19)

aktivitas knowledge sharing. Mereka hanya akan melakukan aktivitas ini pada kesempatan-kesempatan yang mereka rasa menguntungkan bagi mereka seperti pada rapat-rapat resmi. Lingkungan kerja yang ada dalam organisasi juga harus kondusif terhadap segala macam upaya knowledge sharing yang dilakukan oleh anggotanya. Lingkungan yang kondusif berperan penting dalam pembentukan minat karyawan untuk melakukan knowledge sharing.

Temuan penelitian ini harus diinterpretasi dengan hati-hati mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian. Pertama, karena penelitian ini menggunakan data primer yang bersifat cross-sectional bukan longitudinal. Hubungan positif yang terbentuk di antara variabel laten atau konstruk adalah disimpulkan (inferred) bukan dibuktikan (proven) (Bock et al., 2005). Kedua, responden dalam penelitian ini berasal dari bangsa yang berdasarkan dimensi budaya Hofstede tergolong kolektivis. Akibatnya, hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan kepada bangsa yang memiliki budaya yang berbeda.

Pada penelitian ini theory of planned behavior menjadi rerangka untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi aktivitas knowledge sharing. Penelitian selanjutnya dapat mengambil teori perilaku lainnya untuk menjelaskan aktivitas knowledge sharing. Salah satu teori yang dapat digunakan sebagai rerangka dasar adalah social cognitive theory. Teori ini cukup banyak digunakan dalam penelitian-penelitian sosial dan psikologi, namun belum banyak dimanfaatkan dalam penelitian-penelitian bisnis. Penggunaan social cognitive theory akan membuka jalan bagi semakin berkembangnya penelitian-penelitian perilaku dalam bisnis khususnya dalam setting akuntansi.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I, 1988. “Attitudes, Personality, & Behavior”. Dorsey Press, Chicago.

Ajzen, I dan M. Fishbein, 1980. “Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior”. Prentice-Hall, Englewood-Cliffs, NJ.

Angle, H. L. dan J. L. Perry, 1981. “An Empirical Assessment of Organizational Commitment and Organizational Effectiveness,” Administrative Science

Quarterly 26 (1): 1-14.

Argote, L. dan P. Ingram, 2002. “Knowledge Transfer: a Basis for Competitive Advantage in Firms. Organizational Behavior and Human Decision Processes 82 (1): 150-169.

Becerra, M. dan Gupta, A. K, 2003. “Perceived Trustworthiness Within The Organization: The Moderating Impact of Communication Frequency on Trustor and Trustee Effects”. Organization Science 14(1), 32-44.

Blau, P, 1967“Exchange and Power in Social Life”. Wiley, New York.

Bock, G-W., R. W. Zmud, Y-G, Kim, daan J-N, Lee, 2005. “Behavioral Intention Formation in The Knowledge Sharing: Examining The Roles of Extrinsic Motivators, Social-Psychological Forces, and Organizational Climate”. MIS

Quarterly 29 (1): 87-111.

Cohen, W. M. dan D. A. Levinthal, 1990. “Absorptive Capacity: A New Perspective on Learning and Innovation”. Administrative Science Quarterly 35 (1): 128-152. Constant, D., S. Kiesler, dan L. Sprouli, 1994. “What’s Mine is Ours, or Is It? A Study

of Atitudes About Information Sharing”. Information Systems Research 5 (5): 400-421.

Deci, E. L, 1975. “Intrinsic Motivation”. New York: Plennum.

Feng, K., E. Chen, dan W. Liou, 2004. “Implementation of Knowledge Management Systems and Firm Performance: An Empirical Investigation”. Journal of

Computer Information Systems 45 (2): 92-104.

Fieldman, M. dan R. Martin, 2005. “Constructing Jurisdictional Advantage”. Research

Policy 34: 1235-1249.

Fishbein, M. and I. Ajzen, 1975. “Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory and Research”. Addison-Wesley Publishing Company, Reading, MA,

(21)

Gecas, V, 1971. “Parental Behavior and Dimensions of Adolescent Self-Evaluation”.

Sociometry 34: 48-70.

Gecas, V, 1982. “The Self Concept,” Annual Review of Sociology 8: 1-33.

Gottschalk, P. and V. Khandelwal, 2002. “Inter-organizational Knowledge Management: A Comparison of Law Firms in Norway and Australia”. Journal

of Computer Information Systems 42 (5): 50-58.

Hansen, M. T. 1999, “The Search-Transfer Problem: The Role of Weak Ties in Sharing Knowledge Across Organization Subunits”. Administrative Science Quarterly 44: 82-111.

Huber, G, 2001. “Transfer of Knowledge in Knowledge Management Systems: Unexplored Issues and Suggested Studies”. European Journal of Information

Systems 10(2): 72-79.

Kinch, J. W, 1973. “Social Psychology”. McGraw-Hill Book Company, San Fransisco. Kruglanski, A. W, 1978. “Endogenous Attribution and Intrinsic Motivation,” The

Hidden Costs of Reward: New Perspective on the Psychology of Human Motivation. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum.

Kwok, S. H. dan S. Gao, 2006. “Attitude Towards Knowledge Sharing Behavior,”

Journal of Computer Information Systems 46 (2): 87-111.

Lewis, W., R. Agarwal, dan V. Sambamurthy, 2003. “Sources of Influence on Beliefs About Information Technology Use: An Empirical Study of Knowledge Workers”. MIS Quarterly 27 (4): 657-678.

Lin, H. F dan G. G Lee, 2004. “Perceptions of Senior Managers Toward Knowledge-Sharing Behavior”. Management Decision 42: 108-125.

Hartono, Jogiyanto, 2007. “Sistem Informasi Keperilakuan”. Penerbit Andi.

Nelson, K. M. and J. G. Cooprider, 1996. “The Contribution of Shared Knowledge to IS Group Performance”. MIS Quarterly 20 (4): 409-432.

Organ, D. W. dan M. Konovsky, 1989. “Cognitive versus Affective Determinants of Organizational Citizenship Behavior”. Journal of Applied Psychology 74 (1): 157-164.

Reagans, R. dan B. McEvily, 2003. “Network Structure and Knowledge Transfer: The Effects of Cohesion and Range”. Administrative Science Quarterly 48: 240-67. Ruggles, R, 1998. “The State of The Notion: Knowledge Management in Practice”.

(22)

Ryu, S. W, S. H. Ho, dan I. Han, 2003 “Knowledge Sharing Behavior of Physicians in Hospitals”. Expert Systems with Applications 25: 113-122.

So, J. C. F. dan N. Bolloju, 2005. “Explaining The Intentions To Share and Reuse Knowledge in The Context of IT Service Operations”. Journal of Knowledge

Management 9 (6): 30-41.

Szulanski, G, 1995. “Unpacking Stickiness: An Empirical Investigation of the Barriers to Transfer Best Practice Inside the Firm”. Academy of Management Journal: 437-441.

Tsai, W. 2001, “Knowledge Transfer in Intra-Organizational Networks: Effects of Network Position and Absorptive Capacity on Business Unit Innovation and Performance”. Academy of Management Journal 44 (5): 996-1004.

Tsai, W. dan S. Ghoshal, 1998. “Sosial Capital and Value Creation: The Role of Intrafirm Networks”. Academy of Management Journal 41 (4): 464-476.

Venkatesh, V. dan F. D. Davis, 2000. “A Theoritical Extension of The Technology Acceptance Model: Four Longitudinal Field Studies”. Management Science 46: 186-204.

Vera-Munoz, S. C., J. L. Ho, dan C. W. Chow, 2006. “Enhancing Knowledge Sharing in Public Accounting Firms”. Accounting Horizons 20 (2): 133-155.

Williams, L. J. dan S. E. Anderson, 1986. “Antecedents and Consequences of Satisfaction and Commitment in Turnover Models: A Reanalysis Using Latent Variable Structural Equation Methods”. Journal of Applied Psychology 71 (2): 219-231.

(23)

Gambar 1

Theory of Reasoned Action

Attitude

Toward

Behavior

Subjective

Norm

Behavioral

Intention

Behavior

(24)

Gambar 2

Theory of Planned Behavior

Attitude Toward Behavior Subjective Norm Behavioral Intention Behavior Perceived Behavioral Control

(25)

Gambar 3 Model Penelitian Kepuasan Kerja Perceived Behavioral Contro

l

Niat Perilaku Knowledge Sharing Anticipated Reciprocal Relationshi Sense of Self-Worth Keberagaman Media Norma Subyektif Sikap Terhadap Knowledge Sharing Motivasi Ekstrinsik H10 H9 H8 H7 H6 H5 H4 H3 H2 H1

(26)

Gambar 4

(27)

Tabel 1 Kepuasan Kerja Perceived Behavioral Contro

l

Niat Perilaku Knowledge Sharing Anticipated Reciprocal Relationship Sense of Self-Worth Keberagaman Media Norma Subyektif Sikap Terhadap Knowledge Sharing Motivasi Ekstrinsik 1 8 2 1 0.0498** (t=2.217) 0.08397 (t=0.572) *p≤0,1 **p≤0.05 ***p≤0.01 0.040536 (t=0.4265) 0.2196* (t=1.495) 0.2146** (t=2.117) Tidak dapat diuji 0.5178*** (t=5.602) Tidak dapat diuji 0.3039** (t=1.863) 0.2030** (t=1.944)

(28)

Bidang Kerja Responden

Bidang Frekuensi Persen

Credit Card and Personal Loan 45 48.91

Treasury 2 2.17

Funding and Consumer

Banking 15 16.3

Budget 1 1.08

IT 2 2.17

Branch Operation

Coordination 6 6.52

Accounting and General

Affairs 1 1.08

Corporate Banking 19 20.65

(29)

Tabel 2 Data Demografi

Data Demografi Frekuensi Persen

Umur: 20-29 41 44.56 30-39 37 40.21 40-49 12 13.04 50-59 1 1.08 Mean umur 32.34 Jenis Kelamin: Pria 54 58.69 Wanita 48 41.31

Lama Bekerja Pada Perusahaan Sekarang:

0-9 59 64.13

10-19 29 31.52

20-29 4 4.34

Mean Lama Bekerja 7.57

Pendidikan: SMA 1 1.08 D3 10 10.86 S1 60 65.21 S2 10 10.86 S3 1 1.08

(30)

Tabel 3

Nilai Loading Item Kuesioner

Konstruk Item Kuesioner Loading

NPKN1 0.863

NPKN2 0.895

Niat Perilaku Knowledge Sharing

NPKN3 0.891

STKS1 0.853

STKS2 0.918

STKS3 0.841

Sikap Terhadap Knowledge Sharing

STKS4 0.707 NS1 0.795 NS2 0.862 NS3 0.862 Norma Subyektif NS4 0.778 PBC1 0.777 PBC2 0.666 PBC3 0.808

Perceived Behavioral Control

PBC4 0.736 EM1 0.835 EM2 0.954 Motivasi Ekstrinsik EM3 0.918 KM1 0.928 KM2 0.726 Keberagaman Media KM3 0.664 SSW1 0.785 SSW2 0.731 SSW3 0.892 SSW4 0.818

Sense of Self Worth

SSW5 0.766 KK1 0.799 KK2 0.855 Kepuasan Kerja KK3 0.919 ARR1 0.882 ARR2 0.877 ARR3 0.896 ARR4 0.823

Anticipated Reciprocal Relationship

(31)

Tabel 4

Kriteria Validitas dan Reliabilitas Konstruk

AVE Composite

Reliability R Square

Cronbachs

Alpha Communality Redundancy

Niat Perilaku 0.779194 0.913669 0.401598 0.858439 0.779194 0.065483 Sikap 0.694496 0.900164 0.309436 0.850782 0.694496 0.047516 Norma Subyektif 0.680722 0.894847 0.26816 0.844064 0.680722 0.177722 Perceived Behavioral Control 0.621003 0.830573 0.698126 0.621003 Motivasi Ekstrinsik 0.816495 0.930107 0.896362 0.816495 Keberagaman Media 0.733167 0.84404 0.678373 0.733168 Sense of Self-Worth 0.64075 0.898747 0.859306 0.64075 Kepuasan Kerja 0.73875 0.894245 0.822951 0.73875 Anticipated Reciprocal Relationship 0.765967 0.928898 0.898437 0.765967

(32)

Tabel 5 Cross-Loading Konstruk ARR KM KK ME NPKS NS PBC SSW STKS ARR1 0.89391 0.423019 0.092474 0.121567 0.431329 0.391217 0.400886 0.67872 0.445303 ARR2 0.89652 0.577408 0.11287 0.135899 0.513597 0.419562 0.437674 0.64626 0.422707 ARR3 0.90139 0.557274 0.113267 0.033238 0.553513 0.470106 0.492404 0.775158 0.412977 ARR4 0.80533 0.383148 0.181456 0.104726 0.436208 0.485026 0.457946 0.607983 0.302063 STKS1 0.41576 0.35692 -0.015739 0.013263 0.413482 0.328871 0.308346 0.444123 0.854095 STKS2 0.46294 0.366665 0.001317 0.069536 0.380005 0.457987 0.468183 0.545778 0.917618 STKS3 0.26000 0.234057 -0.113454 0.041772 0.263259 0.345125 0.379589 0.338513 0.840384 STKS4 0.35338 0.244746 -0.024304 0.141231 0.29682 0.322278 0.307016 0.319297 0.707275 NPKS1 0.43951 0.437512 0.209863 -0.092607 0.860606 0.437396 0.348449 0.488989 0.453555 NPKS2 0.57542 0.565987 0.306535 -0.074673 0.89475 0.404543 0.563826 0.618026 0.287287 NPKS3 0.44575 0.527975 0.306199 -0.034772 0.89239 0.417095 0.531535 0.568376 0.36541 KM1 0.61172 0.955227 0.080613 0.032727 0.594491 0.483711 0.563681 0.609348 0.397641 KM2 0.24027 0.744229 0.218362 0.030127 0.343039 0.143368 0.482703 0.347024 0.176145 ME1 0.12261 0.06613 0.177196 0.834757 -0.02046 0.140618 0.195185 0.009473 0.040376 ME2 0.13405 0.074828 0.14179 0.954177 -0.06498 0.176038 0.153355 -0.03025 0.093844 ME3 0.02633 -0.078749 0.161474 0.917721 -0.11754 0.073295 0.099737 -0.05028 0.047225 KK1 0.10477 0.137084 0.799894 0.10775 0.220974 0.003019 0.274321 0.109717 -0.04696 KK2 0.08307 0.103429 0.855043 0.156068 0.284454 0.20423 0.324687 0.110348 -0.02180 KK3 0.16200 0.120957 0.919413 0.163857 0.294232 0.060487 0.325486 0.146434 -0.03408 PBC1 0.48494 0.438021 0.276111 0.048672 0.40067 0.47341 0.7696 0.461347 0.281193 PBC3 0.40547 0.473433 0.251336 0.139839 0.516548 0.404323 0.84373 0.421317 0.473863 PBC4 0.30454 0.535696 0.345395 0.200408 0.363078 0.357852 0.74757 0.428988 0.254293 NS1 0.49218 0.37551 0.123427 0.176446 0.481854 0.79532 0.521797 0.486807 0.349835 NS2 0.41757 0.336385 0.216833 0.149105 0.400937 0.8621 0.489135 0.415908 0.35744 NS3 0.42167 0.409156 0.004715 0.070497 0.37828 0.86171 0.389133 0.440446 0.420685 NS4 0.27159 0.261682 0.003855 0.105142 0.270577 0.77756 0.278727 0.342289 0.320226 SSW1 0.62383 0.514391 0.270149 0.030254 0.549296 0.480856 0.519452 0.785265 0.449994 SSW2 0.59872 0.479858 0.093154 0.01859 0.394428 0.351771 0.328373 0.731001 0.246204 SSW3 0.70201 0.552907 0.069797 -0.034004 0.568022 0.485213 0.428055 0.892337 0.462 SSW4 0.58024 0.432651 0.04825 -0.087951 0.481601 0.365209 0.431335 0.818027 0.368256 SSW5 0.58896 0.387728 0.066505 -0.044826 0.512577 0.357395 0.463915 0.766363 0.45809

(33)

*ARR=Anticipated Reciprocal Relationships STKS=Sikap Terhadap Knowledge Sharing NPKS=Niat Perilaku Knowledge Sharing KM=Keberagaman Media

ME=Motivasi Ekstrinsik KK=Kepuasan Kerja

PBC=Perceived Behavioral Control NS=Norma Subyektif

Gambar

Gambar 3   Model Penelitian  Kepuasan  Kerja Perceived Behavioral  Contro l  Niat Perilaku Knowledge Sharing Anticipated Reciprocal RelationshiSense of Self-Worth Keberagaman Media Norma Subyektif Sikap Terhadap Knowledge Sharing Motivasi Ekstrinsik H10 H9
Tabel 1  Kepuasan Kerja Perceived Behavioral ControlNiat Perilaku Knowledge SharingAnticipated Reciprocal RelationshipSense of Self-WorthKeberagaman Media Norma SubyektifSikap Terhadap Knowledge SharingMotivasi Ekstrinsik18210.0498** (t=2.217) 0.08397 (t=0
Tabel 2   Data Demografi
Tabel 5   Cross-Loading Konstruk  ARR  KM  KK  ME  NPKS  NS  PBC  SSW  STKS  ARR1  0.89391  0.423019  0.092474  0.121567  0.431329  0.391217  0.400886  0.67872  0.445303  ARR2  0.89652  0.577408  0.11287  0.135899  0.513597  0.419562  0.437674  0.64626  0.

Referensi

Dokumen terkait

terutama oleh bakteri yang merupakan penyakit Infeksi Saluran yang merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering menyebabkan

Tujuan penelitian ini adalah (1) menemukan peningkatan hasil belajar dengan diterapkannya pendekatan Contextual Teaching and Learning berbasis inkuiri dalam

Teori lain yang mengatakan bahwa alat peraga dalam pengajaran dapat bermanfaat sebagai berikut: Meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk berpikir sehingga mengurangi

nasionalnya dan ini adalah hukum Inggris. 4etapi hukum Inggris ini menun$uk kembali kepada hukum Prancis yaitu hukum dari domisili. Maka apakah menurut hukum Prancis akan

Adanya organ pencernaan fermentatif bagi ruminansia memiliki beberapa keuntungan (Sutardi, 1980), yaitu: 1) dapat mencerna bahan makanan dengan serat kasar yang tinggi, sehingga

MODUL AGISOFT PHOTOSCAN WWW.LIUPURNOMO.COM Pada tab Workspace, klik kanan pada chunk, arahkan pada process dan pilih Build dense Cloud. Sama seperti sebelumnya, kalian bisa

Kajian ini telah menunjukkan bahawa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tahap tekanan kerja dengan komitmen dan kepuasan kerja dalam kalangan guru-guru

Almira : Gambar ini ada Bapak-bapak yang lagi baca koran dan ada Ibu-ibu yang sedang mengurus anak-anaknya dan ada pula anak-anak yang bermain papan seluncur.(8) Ada pula