• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN: Hesti Sadtyadi. Refleksi Evaluatif Pemahaman dan Pemotivasian Siswa Dalam Mencapai Pendidikan Bermutu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN: Hesti Sadtyadi. Refleksi Evaluatif Pemahaman dan Pemotivasian Siswa Dalam Mencapai Pendidikan Bermutu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Diterbitkan Oleh: Asosiasi Dosen Raden Wijaya

Bekerjasama dengan

Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah

Volume 1

Nomor 1

Juli 2015

Hesti Sadtyadi

Refleksi Evaluatif Pemahaman dan Pemotivasian Siswa

Dalam Mencapai Pendidikan Bermutu

Hariyanto

Pengaruh Perhatian Peserta Didik Dalam Pembelajaran

Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Buddha Di

Kabupaten Wonogiri Tahun 2014

Mujiyanto

Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Humanisme di Lembaga

Pendidikan Dhamma Sekha terhadap Kemantapan Anak

Dalam Meyakini Agama Buddha

Lany Susanti,

Hesti Sadtyadi

Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama

Buddha terhadap Prestasi Belajar Siswa Beragama Buddha

(Penelitian Dilakukan pada Guru

Agama Buddha di

Kabupaten Wonogiri)

Sukodoyo, dkk

Hubungan Self Efficacy dan Solidaritas Kelompok terhadap

Minat Pemuda Buddhis dalam Mengikuti Kegiatan

Keagamaan di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Sujiono, dkk

Pengaruh Penerapan Metode Bercerita Berdasarkan Gambar

terhadap Keterampilan Berbicara (Penelitian Eksperimen di

TK Wira Putra, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Semarang)

Ragil Erna Susanti, Hariyanto

Penggunaan Media Gambar dalam Upaya Meningkatkan

Motivasi dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha di SD

Negeri 01 Kertosari

Marjianto

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Kompetensi

Profesional Guru terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri

Provinsi Jawa Tengah

M. Chairul

Basrun Umanailo

Agama Sebagai Komoditas Bernegara

Santi Paramita

Telaah Kontrasepsi dalam Keluarga Berencana menurut Sila

Agama Buddha

(2)

Telaah Kontrasepsi Dalam Keluarga Berencana Menurut Sila Agama Buddha

In a study of family planning contraceptives According to Sila (moral) of Buddhism

Santi Paramita

prajnaparamasatya15@gmail.com

ABSTRAK

Keluarga Bahagia dan sejahtera merupakan bagian yang sangat diharapkan oleh perumah tangga. Melalui konsep keluarga bahagia dan sejahtera, seseorang akan memilih dalam penggunaan alat kontrasepsi, dengan tujuan untuk mengatur kelahiran buah hatinya, sehingga dalam rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana cara yang tepat untuk mengatur kelahiran anak, dan alat kontrasepsi apa yang sesuai bagi umat Buddha? Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan penekanan utama dari bahan pustaka, selain data berdasarkan wawancara dan diskusi dari praktisi dalam bidangnya. Analisis data menggunakan analisis kualitatif, dengan melakukan trianggulasi. Berdasarkan analisis data dihasilkan simpulan bahwa : cara terbaik dalam menjarangkan kelahiran adalah dengan melakukan program keluarga bahagia dan sejahtera melalui kontrol diri, sehingga jumlah kelahiran dapat di atur sesuai dengan rencana. Berdasarkan konsep tersebut sebagai umat Buddha yang baik adalah menjalankan sila dengan menghindari demikian pula dengan pengendalian diri adalah jawaban yang paling baku bagi umat Buddha. Terdapat alat kontrasepsi sebagai alat bantu dalam mencapai keluarga bahagia dan sejahtera tetapi masing-masing alat harus dipahami kesesuaiannya terhadap sila. Cara yang dapat dilakukan sebagai umat Buddha untuk mencapai keluarga bahagia dan sejahtera adalah dengan : kesetiaan, kejujuran, mempercayai, saling menghormati, saling membantu, saling bersahabat, saling komunikasi, memenuhi kewajiban dan peran yang sesuai.

Kata kunci : kontrasepsi, sila

ABSTRACT

Happy and prosperous family is the part that is expected by householders. Through the concept of a happy and prosperous family, someone would choose to use contraception, with the aim of regulating the birth of her baby, resulting in the formulation of the problem in this study is: How can the right way to regulate birth of a child, and what is appropriate contraception for Buddhists ? This study is a qualitative research, with a primary emphasis of library materials, in addition to data based on interviews and discussions of practitioners in the field. Analysis of data using qualitative analysis, by triangulation. Based on data analysis produced the conclusion that: the best way to space births is to make a happy and prosperous family program through self-control, so that the number of births can be set according to the plan. Based on the concept as a good Buddhist precepts is to avoid as well as self-control is the most basic answers for Buddhists. There are contraceptives as a tool in achieving a happy and prosperous families, but each tool must be understood compliance with the precepts. The way to do as Buddhists to achieve a happy and prosperous family are with: loyalty, honesty, mutual trust, mutual respect, help each other, friendly, having good communications, fulfilling the obligation and the corresponding role.

Keywords : contraceptives, sila

Pendahuluan

Pluralisme dalam masyarakat Buddha, dengan ciri khas yang ada merupakan kombinasi yang terkadang akan menghilangkan dan melupakan landasan mendasar dalam tuntunan beragama. Agama Buddha dikenal dengan beragam bentuk manajemen yang ada, bentuk manajemen yang

sesungguhnya terangkum dalam ajaran yang tidak bisa ditinggalkan yaitu Tipitaka, sekalipun beberapa bentuk manajemen mengambil bagian tertentu sebagai panduan utamanya.

Aturan yang dijalankan sebagai umat Buddha tidak pernah terlepas dengan aturan

(3)

yang ada dan secara umum dilaksanakan oleh umat secara menyeluruh, dengan sebutan Sila. Umat awam mengenal dengan Pancasila Buddhis sebagai aturan. Bentuk aturan tersebut sesunguhnya mengikat bagi seseorang yang mengatakan dirinya sebagai umat Buddha. Adapun pancasila Buddhis berisi seperti dalam Parita Suci “

1. Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makluk hidup.

2. Aku bertekad akan melatih diri menghindari mengambil barang yang tidak diberikan. 3. Aku bertekad akan melatih diri

menghindari perbuatan asusila.

4. Aku bertekad akan melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar. 5. Aku bertekad akan melatih diri menghindari

segala minuman keras yang dapat menyebabkan lamahnya kesadaran “ (Sangha Theravada Indonesia; 1994, p. 7)

Pancasila Buddhis dalam pelaksanaan Sila pertama yakni Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makluk hidup. Kalimat ini bukan konsep tetapi aturan yang harus dijalankan. Apa dan siapa sebenarnya yang disebut sebagai makluk hidup ? Sangatlah mudah memberikan pengertian dan arti makluk hidup tersebut. Karena manusia sendiri adalah salah satu bagian dari makluk hidup.

Manusia, sebagai makluk hidup dengan dua pilihan dalam menempuh hidup, adalah dengan kehidupan Brahmacari dan kehidupan berkeluarga. Pilihan kehidupan berkeluarga dengan konsekuensinya harus dijalankan untuk dapat menjadi keluarga Hitta Sukhaya dan tetap menjalankan kaidah norma agama sesuai dengan ajaran Buddha, yang artinya sekalipun menempuh kehidupan berkeluarga maka tetap dengan konsensusnya, yaitu tetap menjalankan

Dhamma.

Pilihan yang dilakukan oleh suatu keluarga dalam membina kehidupan keluarga bahagia dan sejahtera tidak terlepas dengan manajemen dalam kleuarga itu sendiri, diantaranya adalah upaya – upaya yang dilakukan untuk dapat menjarangkan kelahiran atau menjaga jarak kelahiran. Dalam Maha Tanhasankaya Sutta terdapat kaidah yang dinyatakan sebagai berikut “Peristiwa hamil dan melahirkan sebaiknya dibatasi, karena hamil dan melahirkan adalah penderitaan yang berat” demikian pula dalam Manggala Sutta terdapat kaidah sebagai berikut “ Jarak kehamilan yang terlampau dekat menyebabkan

terlantarnya pemeliharaan dan makanan anak tersebut. “

Atas dasar kaidah tersebut maka agama Buddha sependapat dan sangat menyetujuia terkait dengan konsep keluarga Bahagia dan sejahtera. Sedangkan yang menjadi permasalahan adalah bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk menjarangkan kelahiran ? Apakah benar semua jenis kontrasepsi hanya bersifat mencegah bertemunya sel sperma dengan sel telur ? Bagaimana jenis kontrasepsi yang tepat untuk umat Buddha, atau masyarakat?

Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang penulis ajukan dalam kaitannya dengan kondisi diatas berkaitan dengan permasalahan keluarga bahagia dan sejahtera adalah:

1. Bagaimana cara yang baik untuk menjarangkan kelahiran dalam agama Buddha ?

2. Bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai keluarga Bahagia dan sejahtera ?

3. Alat kontrasepsi apa yang dapat dipergunakan oleh umat Buddha ?

Design Penelitian

Penetapan lokasi dan Situs Penelitian

Penelitian ini mempergunakan dasar pengkajian terhadap pendapat sebagai hasil pengkajian pustaka mahasiswa Politeknik kesehatan Surakarta baik Mahasiswa Akper, Akbid dan Akupunktur yang berlokasi di Surakarta. Poltekes mencetak tenaga dibidang kesehatan baik keperawatan, kebidanan dan akupunktur.

Pemilihan lokasi pada Mahasiswa Poltekes, karena mereka juga berkompeten dalam upaya mendapatkan informasi dan mempelajari berbagai peralatan yang berhubungan dengan kesehatan seperti halnya alat kontrasepsi, dengan metode data yang dipergunakan adalah dari seluruh mahasiswa semester pertama.

Mahasiswa poltekes semester pertama mendapat materi kuliah filsafat agama diantaranta agama Buddha.

1. Fokus Penelitian

Sebagai upaya memberikan jawaban terhadap masalah penelitian, penentuan fokus penelitian sangat penting. Fokus dimaksudkan sebagai upaya pemanduan penelitian sehingga penulisan tidak akan menyimpang dari tujuan

(4)

semula dan menghindari melimpahnya data yang diperoleh dalam lapangan. Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

a. Memberikan gambaran tentang keluaga bahagia dan sejahtera dalam pandangan agama Buddha

b. Melihat teknik yang tepat dalam upaya menjarangkan kelahiran, sesuai pandangan agama Buddha.

c. Memberikan kajian terhadap jenis kontrasepsi yang tepat dalam pandangan agama Buddha

d. Mengidentifikasi nilai – nilai yang dapat diambil dari penggunaan kontrasepsi dalam mencapai keluarga bahagia dan sejahtera. 2. Pendekatan Studi

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif, dengan berupaya mengungkapkan permasalahan – permasalahan yang akan dibawa kebentuk penyelesaiannya. (Moleong, 2000, p. 9). Dengan karakternya metode kualitatif, meliputi dalam hal pemusatan diri pada pemecahan – pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, dan pada masalah – masalah yang aktual. Dalam metode ini peneliti akan menempatkan diri pada posisi untuk tidak bertindak secara subyektif dalam arti tidak mencampur adukan pendapatnya dengan fakta – fakta dalam pola maupun dalam materi diskripsi.

3. Sumber dan Jenis Data.

Sebagai sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata – kata, dengan juga didukung dengan dokumen dan bacaan lainnya sebagai data tambahan. Data dalam penelitian ini dapat dibagi kedalam kata – kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan foto (Moleong, 2000, p. 112). Yang diperoleh melalui :

a. Kata kata dan Tindakan

b. Kata – kata dan tindakan orang – orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Pencatatan sumber data utama dimaksud merupakan pengabungan kegitan melihat, mendengar, dan bertanya, yang dilakukan secara sadar, terarah, dan senantiasa bertujuan memperoleh informasi yang diperlukan. Yang diperoleh melalui informan kunci yang dipilih secara menyeluruh.

c. Sumber Tertulis. Sekalipun sumber tertulis merupakan sumber kedua, namun tidak bisa diabaikan, yang dapat meliputi dokumen - dokumen yang terkait, termasuk juga arsip –

arsip maupun dokumen resmi lainnya yang dapat digunakan dalam membantu mendukung analisis data.

4. Proses Pengumpulan Data.

Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data diperoleh dari lapangan empiris dalam upaya membangun teori dari data. Adapun tahapan yang dilakukan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Proses Memasuki Lokasi Penelitian ( Getting In ).

b. Dalam tahap ini peneliti akan memasuki sumber data yang terdiri dari dua sumber utama pertama adalah dari mahasiswa poltekes surakarta yang berkenaan dengan aspek belajar filsafat agama Buddha. Peneliti akan menggali data kepada mahasisiwa secara langsung diskusi keilmuan, dengan sumber data yang akurat dengan dasar keilmuan pula yang tidak diragukan. Sumber data kedua yakni pada data penulisan konsep terdahulu tentang keluarga bahagis dan sejahtera, dengan gambaran alat kontrasepsi dalam pandangan agama Buddha. Untuk mendapatkan data maka peneliti beradaptasi dan proses belajar dengan sumber – sumber data tersebut dengan berlandaskan hubungan etik dan simpatik sehingga bisa mengurangi jarak sosial antara peneliti dengan sumber data. c. Ketika Berada di Lokasi Penelitian ( Getting

Along ).

d. Dalam tahap ini peneliti menjalin hubungan baik dengan subyek penelitian, dengan mencari informasi yang lengkap dan dibutuhkan, serta Verstehen (menangkap Makna) intisari dari informasi dan pengamatan yang diperoleh.

e. Menggumpulkan Data (Logging Data). f. Teknik pengumpulan data yang digunakan

terbagi dalam tiga tahap meliputi :

1) Wawancara mendalam (In depth Interview) untuk mengungkap :

2) Pengambaran atau diskripsi yang utuh tentang penggunaan kontrasepsi

3) Diskripsi yang utuh tentang jenis – jenis alat kontrasepsi dan cara kerjanya 4) Observasi (pengamatan), digunakan

(5)

kontrasepsi dan dampaknya terhadap keluarga bahagia dan sejahtera.

5) Dokumentasi yang meliputi catatan – catatan tentang alat – alat kontrasepsi dari mahasiswa poltekes, yang diambil dari tugas mahasiswa dan diskusi. 5. Analisis Data.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Proses analisis dilakukan dari awal penelitian sampai dengan berakirnya penelitian. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari seluruh sumber baik wawancara, data penugasan mahasiswa, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, dan sebagainya. Yang dilanjutkan dengan Reduksi data dengan jalan membuat abstraksi, yaitu membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan - pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya.

a. Pemrosesan Satuan

Dalam pemrosesan satuan ini meliputi tipologi satuan dan penyusunan satuan sebagai berikut:

1) Tipologi Satuan

2) Menurut Lofland dan Lofland, satuan kehidupan sosial merupakan kebulatan di mana seseorang mengajukan pertanyaan. Lincoln dan Guba, menamakan satuan itu sebagai satuan informasi yang berfungsi untuk menentukan atau mendefinisikan kategori. Paton membedakan dua jenis tipe satuan yaitu (1) tipe asli dan (2) tipe hasil konstruksi analisis. Dalam hal ini tipe asli adalah yang mempergunakan perspektif emik yang berarti dengan didasarkan pada asumsi bahwa perilaku sosial dan budaya hendaknya dipelajari dari segi pandangan diri dalam dan definisi perilaku manusia (Moleong; 2000, p. 190-191).

3) Dalam hal ini yang dilakukan adalah berusaha memahami satuan - satuan yang ada dalam lingkungan penelitian yang meliputi manajemen keluarga, dalam upaya menciptakan keluarga bahagia dan sejahtera. 4) Penyusunan Satuan

5) Dalam hal ini dilakukan penyatuan arah dan pengertian atau satu tindakan yang diperlukan oleh peneliti atau yang akan dilakukannya, dan satuan merupakan

informasi terkecil yang dapat berdiri sendiri tanpa informasi tambahan selain pengertian umum.

6) Satuan arah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai penyatuan arah penelitian berkaitan dengan :

a) Penilaian kontrasepsi sebagai metode dalam menjarangkan kelahiran.

b) Sila dalam kaitannya dengan metode- metode kontrasepsi.

Dalam penyusunan satuan ini dilakukan pengkodean untuk mempermudah dan membantu analisis maupun penyederhanaan data.

b. Kategorisasi

Proses ini dilakukan dengan mengelompokan data berdasarkan kode – kode yang sudah ada, merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori yang dapat digunakan untuk menetapkan inklusi setiap pengkodean dan sekaligus pemeriksaan keabsahan data, disamping juga untuk menjaga proses pengkodean satu dengan yang lainnya disusun mengikuti prinsip taat asas.

Langkah selanjutnya meliputi pemilahan diantara data yang tidak diperlukan. Perlunya ditelaah ulang mengenai dimungkinkannya tumpang tindih data yang ada. Dan harus diuji untuk menemukan hubungan diantara sesamanya.

6. Penafsiran dan Penjelasan.

Adapun proses dalam penafsiran dan penjelasan sesuai data meliputi :

a. Sebagai permasalahan umum yang akan dikaji meliputi :

Permasalahan umum disini merupakan yang melandasi dan menjadi latar belakang penulisan ini yaitu berkaitan dengan adanya usaha mencapai Keluarga Bahagia dan sejahtera sesuai sila dalam agama Buddha. b. Permasalahan Pokok (fenomena) merupakan

permasalahan fundamental atau mendasar dalam pemakian jenis kontrasepsi oleh keluarga sebagai upaya yang tepat agar tidak bertantangan dengan sila yaitu kajian terhadap penilaian perbedaan pandangan atas kontrasepsi dan pandangan-pandangan umumnya.

c. Situasi lingkungan berpengaruh. Tangapan yang ada dari mahasiswa poltekes.

(6)

1) Penilaian lingkungan diluar masyarakat Buddhis terkait pemakaian kontrasepsi dan keluarga bahagia dan sejahtera. 2) Dukungan Pemerintah pada kebijakan

keluarga bahagia dan sejahtera. e. Tindakan Sebagai Interaksi

Melakukan pemandangan secara seksama keputusan yang akan dibuat terhadap pemakaian alat kontrasepsi yang aman, tidak bententangan dengan sila dan mendunkung dicapainya keluarga bahagia dan sejahtera sesuai dhamma.

7. Hasil

Pandangan terhadap keluarga bahagia dan sejahtera sesuai pandangan Buddhis, dengan mengenali beragam alat kontrasepsi yang dapat dipergunakan dengan tidak bertentangan dengan sila Pancasila Buddhis, dan masih sesuai dengan dasar falsafah agama Buddha.

8. Keabsahan Data

Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia memang sesuai dengan yang sebenarnya ada atau terjadi.

Validitas internal merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen, yakni apakah instrumen sungguh – sungguh mengukur variabel yang sebenarnya. Validitas eksternal berkenaan dengan generalisasi, yakni hingga manakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus – kasus lain diluar penelitian. (Nasution: 1996, p. 105).

Ada empat kriteria yang digunakan dalam penetapan keabsahan (trustworthiness) data sebagai tenik pemeriksaan , yaitu : derajat kepercayaan (credibility),keteralihan (transferability) ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

Penetapan kriteria derajat kepercayaan pada dasarnya mengantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriteria ini berfungsi : pertama melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukan derajat kepercayaan hasil – hasil penemuannya dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang diteliti.

Kriterium keteralihan berbeda dengan validitas eksternal dari nonkualitatif. Konsep validitas menyatakan bahwa generalisasi suatu

penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representatif mewakili populasi itu.

Kriterium ketergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian yang nonkulalitatif, reliabilitas ditunjukan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan atau studi dalam kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan reliabilitasnya tercapai.

Kriterium kepastian berasal dari konsep obyektifitas menurut nonkualitatif. Nonkualitatif menetapkan obyektifitas dari segi kesepakatan antar subyek. Disini pemastian bahwa suatu itu obyektif atau tidak tergantung dari persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, penemuan seseorang. Dengan demikian, riset nonkualitatif lebih menekankan pada orang, sedangkan penelitian kualitatif atau alamiah menghendaki agar penekanan bukan pada orang, melainkan pada data. Dengan demikian, ketergantungan itu bukan terletak pada orangnya, melainkan pada datanya itu sendiri. Jadi isunya disini bukan lagi berkaitan dengan ciri – ciri data. Tetapi, dapatkah data itu dipastikan. (Moleong ; 2000, p. 173).

Kajian Pustaka dan Data

1. Sila dan Pancasila Buddhis

Pancasila Buddhis berisi sebagai berikut: a. Bertekad akan melatih diri menghindari

pembunuhan makluk hidup.

b. Bertekad akan melatih diri menghindari mengambil barang yang tidak diberikan. c. Aku bertekad akan melatih diri

menghindari perbuatan asusila.

d. Aku bertekad akan melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar. e. Aku bertekad akan melatih diri menghindari

segala minuman keras yang dapat menyebabkan lamahnya kesadaran “ (Sangha Theravada Indonesia; 1994, p. 7)

Sila pertama dari Pancasila Buddhis tersebut Pannatipata, mempunyai makna membuat suatu makluk mengalami kematian atau meninggal sebelum waktunya, atau dapat diartikan pembunuhan. Pembunuhan dapat terjadi bila terdapat lima faktor sebagai berikut :

a. ada makluk hidup

b. mengetahui bahwa makluk itu masih hidup c. berniat untuk membunuh

(7)

d. melakukan usaha untuk membunuh e. makluk itu mati melalui usaha itu.

Sila dalam agama Buddha sebenarnya masuk dalam kelompok Ucapan benar, perbuatan benar, dan mata pencaharian benar yang merupakan bagian dari jalan berunsur delapan, yang merupakan jalan menuju lenyapnya dukkha, dan perlu diingat bahwa Jalan Tengah tersebut harus dikembangkan

(bhavetabba) untuk melenyapkan dukkha. Sila merupakan dasar yang utama dalam pengamalan ajaran agama, merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk mencapai peningkatan batin yang luhur. (Syamyutta

Nikaya V (143) dalam Teja SM (1997) sebagai berikut :

“Apakah permulaan dari batin luhur ? Sila yang sempurna kesuciannya”

“… Para Bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari. Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal dari timbulnya jalan berunsur delapan. …” (Silasampada Sutta, Suryapeyyala)dalam (Teja SM. 1997; p. 10) “…Saya melihat tidak satupun hal lain yang menjadi sebab timbulnya Jalan Berunsur Delapan yang belum timbul dan untuk perkembangan Jalan Berunsur Delapan yang telah timbul selain dari kesempurnaan…”

(Silasampada Sutta, Nahanta

ekadhammapeyyala) dalam (Teja SM. 1997; p. 10).

Dalam balakaraniya Sutta disabdakan

“… Bergantung pada tanah, biji tumbuh – tumbuhan tumbuh dan berkembang . Demikian pula, timbul dan berkembangnya Jalan berunsur delapan bergantung pada kesempurnaan silla.” (Teja SM. 1997; p. 10).

Ciri dari Sila adalah ketertiban dan ketenangan, yang terpelihara dan dipertahankan dengan pengendalian perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran. Dengan fungsi menghancurkan kelakuan yang salah dan menjaga agar tetap tidak bersalah. Wujudnya adalah kesucian, dalam perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran. Sebab terdekat yang menimbulkan sila adalah Hiri dan Ottapa, malu berbuat salah, dan takut pada akibat berbuat salah. Dengan Faedah sila adalah ketiadaan penyesalan, dimana batin bebas dari penyesalan akan mendapatkan ketenangan dan akan mudah mencapai samadhi.

Patimokkha-samvara-sila, adalah sila berupa pengendalian diri Patimokkha- sila. Sila berupa pengendalian panca indera; mata,

telinga, hidung, lidah dan kulit atau sentuhan jasmani disebut dengan indriya-samvara-sila.

Dalam Visudhimagga mengutip penjelasan rinci dari sila dari kitab

Patisambhidamagga. Sila –sila dijelaskan mengacu pada sepuluh perbuatan buruk, pikiran buruk diatasi dengan jhana, pandangan salah dilenyapkan dengan dengan pandangan terang, dan sepuluh belenggu dihancurkan dengan Jalan Mengatasi Duniawi. Mengacu pada

akusala-kamma-patha, disebutkan dalam kasus pembunuhan makluk hidup (panatipata) meninggalkan adalah sila, menhindari adalah sila, kehendak adalah sila, pengendalian diri adalah sila dan tidak melanggar adalah sila.

2. Proses Kelahiran Kembali

Proses kelahiran kembali hanya merupakan kelanjutan atas proses kematian. Proses kelahiran kembali berlangsung lima tahap dalam batin seseorang (dalam kandungan pada saat terjadi pembahan) sebagai berikut:

a. Patisandhi Vinnana b. Bhavanga Citta c. Manodvaravajjana d. Javana

e. Bhavanga Citta

Patisandi Vinnana adalah kesadaran kelahiran kembali, dan merupakan akibat dari

maranasanna jannaka citta, patisandi Vinnana hanya akan muncul atau ada pada batin atau pikiran dari makhluk yang baru terlahir kembali. Jika makhluk yang terlahir kembali sebagai manusia maka patisandhi vinnana muncul pada ovum yang baru dibuahi oleh sperma dalam kandungan atau tabung (untuk bayi tabung). Bersamaan dengan adanya

Patisandi Vinnana terjadi pula kelompok sepuluh dari jasmani (kaya dasaka) dan kelompok sepuluh dari kedudukan kesadaran

(Vatthu dasaka) Jadi dengan Patisandi Vinnana maka kombinasi jasmani-batin baru berkembang dalam kandungan atau tabung. Sperma , ovum orang tua menyiapkan materi sedangkan Patisandi Vinnana menyiapkan batin, yang menghubungkan kehidupan lampau dan kehidupan baru. Proses kesadaran tidak pernah berhenti. Kesadaran terakhir dari makhluk yang meninggal berproses terus dan menghasilkan kesadaran lain tetapi bukan dalam tubuh yang sama. Kesadaran lain tersebut adalah Patisandi Vinnana yang hanya bergetar sesaat lalu lenyap dan langsung diikuti

Bhavanga Cita, yang bergetar selama 16 saat. Pada tahap embrio maka ia masih merupakan

(8)

bagian tubuh ibu. Iu sebabnya Bhavanga Cita berproses dengan lancar tanpa ada gangguan. (Wowor, 2004; p. 86). Gambaran diatas menunjukkan bahwa embrio hasil pembuahan sudah dapat dikatakan sebagai makluk hidup

3. Macam – Macam Kontrasepsi

a. Kontrasepsi Sterilisasi (Metode Kontrasepsi Mantap)

Sterilisasi adalah operasi pada tubuh perempuan atau laki-laki agar steril atau tak mampu lagi membuat anak. Kemungkinan terjadi kehamilan sesudah sterilisasi hampir nol. Meliputi : Vasektomi (untuk laki-laki) dan Tubektomi (untuk perempuan). Cara ini tidak akan membawa akibat impotensi pada laki-laki dan penurunan kemampuan daya pada perempuan, disamping tidak akan mengurangi kenikmatan seksual.

Khususnya laki-laki setelah operasi sperma masih ada dalam air mani, ia harus ejakulasi 20 kali sebelum semua sperma habis, selama itu digunakan alat KB yang biasa (seperti Kondom).

b. Kontrasepsi Teknik

1. Coitus Intrruptus

Ejakulasi dilakukan diluar vagina, effektivitas 75 – 80%. Faktor kegagalan biasannya terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau terlambat menarik penis keluar.

2. Sistem Kalender,

Tidak melakukan senggama pada masa subur, hal ini perlu kedisiplinan dan pengertian antara suami istri karena sperma maupun sel telur mampu bertahan hidup sd 48 jam setelah ejakulasi. Effektivitasnya 75-80 %. Faktor kegagalan karena salah menghitung masa subur atau siklus haid tidak teratur sehingga perhitungan tidak akurat.

3. Prolonged lactation atau menyusui

Selama 3 bulan setelah melahirkan saat bayi hanya minum ASI dan menstruasi belum terjadi, otomatis tidak akan terjadi kehamilan, tetapi jika ibu hanya menyusui kurang dari 6 jam tiap hari, kemungkinan kehamilan cukup besar.

c. Kontrasepsi Mekanik

1. kondom

a. Kondom laki-laki

Kondom adalah kontrasepsi yang penggunaanya sangat luas, terbuat dari karet tipis, poliuretan atau jaringan binatang, penggunaannya kondom disarungkan pada batang penis sehingga menhambat sperma masuk ke vagina, kondom juga dapat digunakan untuk pencegahan penyakit menular, seperti AIDS (Tersedia dalam berbagai warna), kegagalan Karena penggunaan salah, seperti tidak memberikan/ menyisakan celah kecil pada ujung kondom, yang berfungsi menampung semen, atau melepaskan kondom saat penis masih di vagina. Kelemhan lainnya banyak pria mengeluh karena mengurangi kenikmatan fisik.

b. Kondom untuk perempuan (Femindom) Cara kerja kondom yaitu dengan menutupi saluran vagina sampai bibir luarnya, kondom ini bisa digunakan sebelum berhubungan seks. Alat ini paling ampuh dalam menangkal kehamilan maupun penularan penyakit lewat hubungan seks, yang dikendalikan oleh perempuan sendiri. Sebaiknya kondom ini tidak dipakai bersamaan dengan kondom laki-laki. Kondom ini terdiri atas suatu bagian yang berfungsi mengatur kendur tegangnya kondom,sarung yang telah diberi pelumas, dan dua cincin poliuretan yang lentur. Satu cincin terfiksasi pada bagian penutup yaitu bagian ujung yang menyempit dan berfungsi sebagai bagian yang akan disisipkan. Sedangkan cincin lainnya di bagian yang berlawanan yaitu pada sarung disisi sebelah luar yang tetap berada di sebelah luar vagina dan menutupi labia (bibir vagina) 2. Spermatiside

Bahan kimia aktif membunuh sperma, berbentuk cairan, krim atau tisu yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum senggama (Effektivitasnya 70%) (nama bahan nonoxynol)

3. Vaginal Diafragma

Pemakaian seperti kondom, dan harus dibarengi dengan pemakaian spermatisida. 4. IUD (Intra Uterine Device) atau Spiral /

Alat Kontrasepsi dalam Rahim.

Kelemahan alat ini adalah bisa menimbulkan rasa nyeri di perut, infeksi panggul, pendarahan di luar masa menstruasi atau darah menstruasi lebih banyak dari biasanya. Secara medis alat ini diselipkan di dalam rahim wanita, IUD mengandung tembaga atau hormone yang berfungsi mencegah

(9)

bertemunya sperma dengan sel telur, disamping juga bisa mencegah penempelan sel telur yang sudah terlanjur dibuahi ke dinding rahim. Kurang lebih spiral in harus dipasang oleh pekerja terlatih selambat – lambatnya 5 hari sesudah hubungan seks. 5. Kap servik (pemasangannya hampir sama

dengan diafragma)

d. Kontrasepsi Hormonal

Fungsi utama mencegah kehamilan (karena menghambat ovulasi), kontrasepsi ini juga bisa digunakan untuk mengatasi ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesterone dalam tubuh. Yang harus diperhatikan dalam pemakaian obat ini adalah :

1) Kontraindikasi mutlak: kehamilan, kelainan pembuluh darah otak, ganguan fungsi hati dan lain – lain.

2) Kontraindikasi relatif (penyakit kencing manis, hipertensi, pendarahan vagina berat, ginjal, jantung).

a) Pil Kontrasepsi Kombinasi (OC / Oral

Contraception)

Berupa kombinasi dosis rendah estrogen dan progesterone. Merupakan Metode KB paling effektif karena bekerja dengan beberapa cara sekaligus:

(1) Mencegah ovulasi (pematangan dan pelepasan sel telur)

(2) Meningkatkan kekentalan lendir leher rahim sehingga menghalangi masuknya sperma.

(3) Membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan.

b) Suntik Cara kerja :

1) Menekan ovulasi

2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu

3) Perubahan pada edometrium sehingga implantasi terganggu

4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba

c) Susuk KB/Implant Cara kerja :

1) Menghambat terjadinya ovulasi 2) Endometrium/selaput tidak siap untuk

menerima hasil pembuahan 3) Mempertebal lendir servik/Rahim

4) Menipiskan lapisan endometrium/selaput lender

e. Kontrasepsi lainnya

Alat Kontrasepsi yang lain yang dapat digunakan masih banyak, diantaranya sudah dikenal, tetapi ada juga yang belum dikenal, seperti Koyo KB dan lainya.

4. Menjarangkan Kelahiran dalam Konsep Agama Buddha

Agama Buddha sangat menyetujui adanya proses penjarangan kelahiran, pengutamaan dalam agama Buddha bukan nilai anak yang banyak, dan tidak ada konsep bahwa anak adalah karunia yang dibuat oleh manusia, dimana manusia diberi peralatan oleh Tuhan untuk melakukan produksi, dan tidak boleh menolak hasil karya cipta tersebut, yang berarti apapun adanya, semakin banyak anak, karena YangKuasa telah menghendaki untuk dilahirkan tidak dapat dipakai dalam konsep Buddha.

Pandangan Buddha tentang ibu hamil adalah sebagai berikut seperti dalam Maha Tanhansankaya Sutta (Eny Enawaty, et all., 2008, p. 28-29) :

“Peristiwa hamil dan melahirkan sebaiknya dibatasi, karena hamil dan melahirkan adalah penderitaan yang berat. ”Dalam Manggala Sutta “ Jarak kelahiran yang terlampau dekat menyebabkan terlantarnya pemeliharaan dan makanan anak tersebut”

Jelaslah bahwa agama Buddha sangat menyetujui adanya penjarangan kelahiran, sebagai upaya mencapai kelaurga bahagia dan sejahtera.

Analisis Data

1. Keluarga Bahagia dan sejahtera dalam pandangan agama Buddha

Dalam pandangan agama Buddha sangatlah menyetujui adanya konsep keluarga bahagia dan sejahtera. Seperti diuraikan sebelumnya bagaimana Buddha menganjurkan dalam upaya menjaga jarak kelahiran, bagaimana Buddha menganjurkan dengan tidak mengutamakan banyak anak, tetapi anak tetap merupakan berkah, namun demikian bukan berarti menyetujui adanya konsep banyak anak banyak rejeki ataupun anak terlahir karena kehendakNya, dan ayah serta ibu tidak kuasa untuk menolaknya. Ini semua merupakan pengambaran adanya manajemen keluarga dan

(10)

pentingnya manajemen dalam mengatur suatu keluarga tersebut.

Sebagai intinya dapat dinyatakan Buddha menerima konsep keluarga Bahagia dan Sejahtera. Bagaimana sebenarnya upaya yang baik dapat dilakukan dalam upaya menjarangkan kelahiran? Kita ketahui bahwa Buddha menganjurkan untuk tidak melakukan pembunuhan dengan konsep kita terima bahwa terjadinya pembunuhan adalah harus memenuhi lima sarat terjadinya pembunuhan. Apakah kontrasepsi dapat menyebabkan terbunuhnya suatu makluk atau janin.?

Kesepahaman konsep sebelumnya dengan apa yang dimaksud sebagai makluk Makluk adalah suatu yang mempunyai sifat-sifat otonom sendiri artinya dapat memberikan gejala- gejala hidup. Suatu itu dapat dikatakan sebagai makluk bila berupa segumpalan sel hidup yang mempunyai jasad-jasad yang memiliki energi hidup atau secara pengertian umum mempunyai jiwa. Jasad atau energi hidup sudah dimulai pada waktu bertemunya sel telur dan sperma dengan masuknya energi hidup (kekuatan kamma), melaui getaran – getaran kamma dan dharma orang tuanya. Getaran – getaran yang masuk merupakan dalam rahim ibu merupakan dua getaran (ibu dan anak) dalam gelombang frekuensi yang sama, dan proses ini disebut sebagai proses pembentukan nama rupa.

Setelah kita ketahui konsep ini tentunya kita sepakat bahwa setelah seseorang (suami-istri) melakukan hubungan seks bisa berakibat langsung, bahwa ada getaran kamma yang menyebabkan sehingga hubungan tersebut menyebabkan pembuahan atau menghasilkan zigot. Kapan Zigot atau pembuahan dapat terbentuk adalah dengan syarat pula sebagai berikut :

Sesuai petunjuk dalam Abhidhamma dan Maha Tan-hansankaya Sutta, kehamilan akan terjadi kalau memenuhi tiga syarat :

1. Adanya pertemuan eleman seks laki-laki dan perempuan (sperma dan ovum) 2. Saat subur dari ibu

3. patisandhi-vinnana atau gandhabha memasuki kondisi baru

“bhuta va sambhavesi va” yang telah lahir atau yang akan dilahirkan menurut Karaneya Metta Sutta haruslah kita kasihi” (Enny Enawati,dkk,2008: p. 28)

Artinya dengan melihat konsep makluk hidup (kehamilan terjadi) maka dapat disimpulkan bahwa kapan saja (sesuai kondisi

kemungkinan kehamilan terjadi) dalam hubungan seks dapat menimbulkan terbentuknya atau kelahiran makluk hidup atau kehamilan, jika keadaan tersebut terjadi berarti dapatlah kita melakukan upaya penjarangan kelahiran melaui upaya tidak menepati syarat terjadinya kehamilan.

Sila dalam agama Buddha sangatlah dijunjung tinggi karena merupakan pondasi dalam tata kehidupan sebagai upaya mencapai tingkatan kehidupan yang tinggi yakni kesucian dan Nibbana sebagai tujuan akhir umat Buddha. Dengan memahami sila berarti kita sebagai umat Buddha memahami arti pentingnya seperti dengan menjalankan sila berarti ketertiban dan ketenangan, yang terpelihara dan dipertahankan dengan pengendalian perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran. Dengan fungsi menghancurkan kelakuan yang salah dan menjaga agar tetap tidak bersalah. Wujudnya adalah kesucian, dalam perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran. Sebab terdekat yang menimbulkan sila adalah Hiri dan Ottapa, malu berbuat salah, dan takut pada akibat berbuat salah. Dengan Faedah sila adalah ketiadaan penyesalan, dimana batin bebas dari penyesalan akan mendapatkan ketenangan dan akan mudah mencapai samadhi. Didukung dengan Patimokkha-samvara-sila, adalah sila berupa pengendalian diri Patimokkha- sila. Sila berupa pengendalian panca indera; mata, telinga, hidung, lidah dan kulit atau sentuhan jasmani disebut dengan

indriya-samvara-sila. Dalam Visudhimagga mengutip penjelasan rinci dari sila dari kitab

Patisambhidamagga. Sila –sila dijelaskan mengacu pada sepuluh perbuatan buruk, pikiran buruk diatasi dengan jhana, pandangan salah dilenyapkan dengan dengan pandangan terang, dan sepuluh belenggu dihancurkan dengan Jalan Mengatasi Duniawi. Mengacu pada

akusala-kamma-patha, disebutkan dalam kasus pembunuhan makluk hidup (panatipata) meninggalkan adalah sila, menhindari adalah sila, kehendak adalah sila, pengendalian diri adalah sila dan tidak melanggar adalah sila. Berarti yang terbaik dengan konsep tersebut sebagai umat Buddha yang baik adalah menjalankan sila dengan menghindari demikian pula dengan pengendalian diri adalah jawaban yang paling baku bagi umat Buddha.

Sebagai umat Buddha terkadang kita mengikuti pendapat dari luar untuk melegalkan dan manyatakan pendapat yang diupayakan menjadi sama sekalipun sebenarnya berbeda.

(11)

Konsep kebenaran adalah hakiki bukan berdasarkan kelompok, dan sebagai umat Buddha harus mampu mengingat bahwa Dhammaniama berlaku bagi siapa saja dan dimana saja kecuali Nibbana. Artinya pengendalian diri sebenarnya merupakan jawaban yang tepat sebagai upaya untuk menjarangkan kelahiran.

2. Kontrasepsi Sebagai alat penjarangan kelahiran tahap ke dua

Bagaimana kontrasepsi dapat menjarangkan kelahiran. Seperti dalam karya tulis ini, dengan upaya mencari dan mengumpulkan jawaban yang sebenar-benarnya dengan memahami konsep dan tata kerja atau cara kerja dari berbagai jenis alat kontrasepsi tersebut.

Kita ketahui bahwa dengan mempergunakan alat kontrasepsi sebenarnya memang akan dapat menjarangkan kelahiran, namun kiranya sebagai umat Buddha yang baik dan mampu menerima masukan dari luar tentunya pendapat tentang sesuatu yang lebih benar haruslah kita pergunakan, artinya kita pahami bahwa kontrasepsi ada beberapa jenisnya diantaranya adalah :

a. Kontrasepsi Sterilisasi (Metode Kontrasepsi Mantap)

b. Kontrasepsi Teknik

1) Coitus Intrruptus 2) Sistem Kalender,

3) Prolonged lactation atau menyusui

c. Kontrasepsi Mekanik

1) Kondom, Kondom laki – laki dan Kondom untuk perempuan (Femindom) 2) Spermatiside

3) Vaginal Diafragma

4) IUD (Intra Uterine Device) atau Spiral / Alat Kontrasepsi dalam Rahim.

5) Kap servik (pemasangannya hampir sama dengan diafagma)

d. Kontrasepsi Hormonal

1) Pil Kontrasepsi Kombinasi (OC / Oral

Contraception)

2) Suntik

3) Susuk KB/Implant

e. Kontrasepsi lainnya

Cara kerja dari kontrasepsi Pil KB, Suntik, IUD dan Implant adalah :

1) Menghambat terjadinya ovulasi

2) Endometrium/selaput tidak siap untuk menerima hasil pembuahan

3) Mempertebal lendir servik/rahim

4) Menipiskan lapisan endometrium/selaput lender

Cara kerja untuk alat kontrasepsi yang lain bersifat menghambat bertemunya sperma terhadap ovum. Melihat cara kerja dari berbagai jenis kontrasepsi tersebut maka, yang tidak mengandung resiko terbunuhnya makluk atau zigot adalah selain PIL, Suntik, IUD dan Implat. Namun bukan berarti alat KB tersebut tidak dapat atau tidak boleh dipergunakan oleh umat Buddha, tetapi mempergunakannya dengan syarat, yakni ditambah dengan mempergunakan alat kontrasepsi yang lain yaitu kondom, atau senggama terputus atau pantang berkala khususnya pada saat masa subur dengan perhitungan yang tepat pula serta syarat yang diperlakukan adalah sesuai.

Dengan analisis data tersebut dapatlah disimpulkan keadaan sesungguhnya dalam upaya menjarangkan kelahiran terpenting adalah pengendalian diri.

3. Cara yang dapat dilakukan sebagai umat Buddha untuk mencapai keluarga Bahagia dan Sejahtera.

Hal yang dapat dilakukan dalam mencapai keluarga bahagia dan sejahtera dalam pandangan agama Buddha sesungguhnya dapatlah kita melakukan logika, namun demikian sebagai hasil pengumpulan data atas pustaka yang penulis susun dapatlah diungkapkan cara yang tepat dalam mengelola suatu keluarga untuk menjadi keluarga bahagia dan sejahtera adalah :

a. kesetiaan, kejujuran, dimana setia adalah modal utama, selain didukung dengan kejujuran. Awal dari keruntuhan sesungguhnya didahului akan ketidak jujuran.

b. Saling Percaya, ini juga merupakan factor penting untuk diutamakan dalam lingkungan keluarga, karena dengan saling percaya dengan keterbukaan dalam keluarga, berarti keluarga tersebut tidak akan terbebani dengan permasalahan.

c. Saling Menghmati, artinya adalah adanya perasaan saling menghargai, tidak membedakan dan melakukan penghinaan, dalam kehidupan berkeluarga harus disadari bahwa mereka berkumpul berasal dari manajemen yang berbeda dari lingkungan keluarga yang berbeda.

d. Saling Mengalah, artinya semua memahami pada saat apa keadaan yang tepat untuk menyampaikan pendapat, atau

(12)

mengutarakan segala sesuatu sehingga tidak menimbulkan permasalahan. Hal ini juga melandasi bahwa memahami dan mengerti pendapat orang lain adalah penting dengan melandasi pengertian saling mengalah. e. Saling membantu, bentuk kerjasama untuk

saling meringankan, bukan didasarkan atas pembagian tugas tapi atas dasar kerjasama dan pengertian sehingga saling membantu. f. Saling Bersahabat, berarti dalam keluarga

tersebut harus mengkondisikan untuk menciptakan hubungan keluarga yang harmonis dengan sifat sebagai sahabat yang baik.

g. Saling Komunikasi, peran penting komunikasi sebenarnya utama karena segala permasalahan timbul karena kurang adanya komunikasi disamping pemahaman.

h. Memenuhi kewajiban dan peran yang sesuai.

Simpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

a. Cara terbaik dalam menjarangkan kelahiran adalah dengan melakukan program keluarga bahagia dan sejahtera melalui kontrol diri, sehingga jumlah kelahiran dapat di atur sesuai dengan rencana.

b. Berdasarkan konsep tersebut sebagai umat Buddha yang baik adalah menjalankan sila dengan menghindari demikian pula dengan pengendalian diri adalah jawaban yang paling baku bagi umat Buddha.

c. Melihat cara kerja dari berbagai jenis kontrasepsi tersebut maka, yang tidak mengandung resiko terbunuhnya makluk atau zigot adalah selain PIL, Suntik, IUD dan Implat. Namun bukan berarti alat KB tersebut tidak dapat atau tidak boleh dipergunakan oleh umat Buddha, tetapi mempergunakannya dengan syarat, yakni ditambah dengan mempergunakan alat kontrasepsi yang lain yaitu kondom, atau senggama terputus atau pantang berkala khususnya pada saat masa subur dengan perhitungan yang tepat pula serta syarat yang diperlakukan adalah sesuai.

d. Cara yang dapat dilakukan sebagai umat Buddha untuk mencapai keluarga Bahagia dan Sejahtera adalah dengan : kesetiaan, kejujuran, Saling Percaya, Saling Menghormati, Saling Mengalah, Saling membantu, Saling Bersahabat,

Saling Komunikasi, Memenuhi kewajiban dan peran yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Enawaty, Eny, Wiswadas, Sianto, Wayan, dan Mirawati, Tedja (2008), Keluarga

Sejahtera dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta

Enawaty, Eny, Goedadi,Ary, Wiswadas, Sianto, Wayan, dan Mirawati, Tedja. (2008), Keluarga Bahagia Sejahtera dari

Perspektif Agama Buddha, Jakarta.

Kaharudin,J.Pandit,(2004).Abhidhammatthasan

gaha, Jakarta

Moleong, Lexy J, (2000), Metodologi

Penelitian Kualitatif, PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Nasution,S.,(1996), Metode Penelitian Naturalistik – Kualitatif, Tarsito,

Bandung.

Rasyid, Teja S.M.,(1997), Sila dan Vinaya, Jakarta

Sangha Theravada Indonesia,(1994), Parita

Suci, Yayasan Dhammadipa Arama

Sasanadhaja, Widya, R Surya. (1996), Tuntunan Perkawinan dan Hidup

Berkeluarga dalam Agama Buddha,

Jakarta

Wowor, Cornelis,(2004), Hukum Kamma Buddhis, Jakarta

(13)

JURNAL PENDIDIKAN, SAINS SOSIAL DAN AGAMA

1.

Jurnal Pendidikan, Sains Sosial dan Agama memuat hasil hasil penelitian, maupun kajian

yang terkait dengan

hasil penelitian pengembangan, maupun penelitian penerapan dalam bidang

pendidikan, ilmu sosial dan agama

. Artikel yang dikirim ke redaksi belum pernah

dipublikasikan dan dikemas kembali sesuai dengan format artikel jurnal.

2. Panjang naskah + 20 halaman A4, minimal 7000 kata, satu setengah spasi, Times New Roman, font 11, dan ditulis menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

3. Artikel ditulis dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Judul maksimal 15 kata, dengan font 14. Peringkat judul disusun sebagai berikut:

PERINGKAT SATU (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, font 14, di tengah-tengah halaman) PERINGKAT DUA (HURUF BESAR, TEBAL, di tengah-tengah)

PERINGKAT TIGA (HURUF BESAR, TEBAL, di tengah-tengah)

b. Nama penulis tanpa gelar ditulis di bawah judul: untuk Tim semua nama penulis dicantumkan c. Nama instansi ditulis di bawah nama: email ditulis di bawah nama instansi

d. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris, satu spasi, 100-200 kata, satu paragraf dan font 11.

e. Kata kunci merupakan inti permasalahan, bisa satu kata atau lebih, ditulis miring di bawah abstrak dengan jarak satu spasi.

f. Batang tubuh artikel: artikel kajian terdiri dari Pendahuluan (permasalahan, kerangka pikir, dan atau kerangka analisis), sub-sub judul pembahasan, dan kesimpulan; sedangkan artikel hasil penelitian terdiri dari pendahuluan ( latar belakang permasalahan, dan landasan teori), metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan, dan saran.

4. Kutipan harus disebutkan nama pengarang, tahun ,dan p. nomor halaman. Contoh: (Triyatno, 2014, p.89). kutipan langsung (persis aslinya) lebih dari tiga baris ditulis satu spasi, rata kiri dan menjorok ke kanan 7 ketukan.

5. Artikel rangkap dua disertai soft copynya dikirim ke sekretariat redaksi Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan, penulis dari luar kota bisa mengirimkan artikel secara elektronik melalui email: p3mradenwijaya@yahoo.co.id

6. Daftar pustaka disusun dengan tata cara seperti beberapa contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis nama pengarang. Tata cara yang tidak ada pada contoh merujuk pada APA style.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Dan studi ini dipusatkan pada fungsionalitas dalam Paviliun Jantung RS X. Hasil temuannya ialah Paviliun ini sudah memenuhi standar, hal ini terlihat pada terpenuhinya checklist

Maka interpretasinya adalah, Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel faktor individu, dan faktor teknologi secara simultan/bersama berpengaruh signifikan terhadap

Naiknya angka produksi ini disebabkan karena ramalan luas panen mengalami peningkatan sebesar 5,23% dibandingkan tahun 2014 dan produktivitas padi meningkat sebesar

Sedangkan stack frame serupa memiliki tumpukan yang terbatas, karena hanya akan dipergunakan sebagai tempat penampungan sampai mencapai sejumlah frame tertentu

Kasein berfungsi sebagai substrat yang akan terikat pada sisi aktif enzim sehingga pengukuran aktivitas enzim dapat dilakukan.Seluruh tabung diinkubasi kembali selama 20 menit

Santosh, UP, Patil, SB, Bhat, V, Pai, S & Janardhan, D 2011, ‘A study of the corelation of the clinical features, radiological evaluation and operative findings in chronic

dengan projek penyelidikan. Jumlah yang dipohon pula tidak melebihi 40% daripada jumlah keseluruhan geran. 1.7.3 Kelulusan peruntukan bagi setiap permohonan adalah

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong migran Batak melakukan migrasi ke Kota Bogor, (2) menganalisis proses interaksi