• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setting Kasus. Kebijakan dan Manajemen Komunikasi Penanganan Bencana di Indonesia (Studi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Setting Kasus. Kebijakan dan Manajemen Komunikasi Penanganan Bencana di Indonesia (Studi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Dewi S. Tanti (5528110004) Ahmad Toni (5528110034)

Kebijakan

Kebijakan dandanManajemenManajemen KomunikasiKomunikasi Penanganan

Penanganan BencanaBencanadidiIndonesiaIndonesia (

(StudiStudiKasusKasusPenangananPenangananBencanaBencanaGempaGempaBumiBumididiPadangPadang))

Setting Kasus

z Gempa 7.9 SR mengguncang wilayah Sumatera Barat pada Rabu (30/9) pukul 17.16 WIB. Pusat gempa terletak di 71 km atau 57 km barat daya Pariaman, Sumatera Barat.

z Laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Padang yang dirilis BNPB terdapat sekitar 100 sampai dengan 200 orang korban tewas, 114.797 unit rumah rusak berat. Sebanyak 67.838 rumah rusak ringan dan 67.198 rusak sedang, sehingga jumlah

keseluruhan rumah rusak akibat gempa 249.833 unit.

(2)

Setting Kasus

z Pemberitaan media pada menit-menit awal kejadian gempa memberikan gambaran kepanikan. Informasi pertama didapatkan langsung dengan mewawancarai warga yang menjadi korban melalui telepon seluler. Kesan “dramatisasi” muncul dalam siaran breaking news televisi karena

menggunakan warga sebagai sumber informasi utama.

z Media cetak dan media online cenderung memberitakan kondisi Padang yang lumpuh, gelap, dan panik sebagai akibat tidak berfungsinya infrastruktur telepon, seluler, listrik, pipa air bersih terputus, SPBU dan terjadinya kebakaran di beberapa titik yang tidak bisa cepat dipadamkan.

z Sumber informasi dari pemerintah yang dikutip media massa adalah: Satkorlak BPBD Padang, Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Menteri Koordinator Bidang Kesra, Menteri Kesehatan, Kepala Pusat Gempa BMKG, Direktur Distribusi PLN Pusat, serta liputan langsung koresponden media dan telepon interaktif dengan warga.

TREN PEMBERITAAN MEDIA MASSA

ESKALASI ISU

KEJADIAN BENCANA BENCANA (H+7) PASCA BENCANA (H+7 dst)

NASIB KORBAN RENDAH SEDANG TINGGI PERISTIWA BENCANA KEBIJAKAN PEMERINTAH MASALAH KESEHATAN BANTUAN KEMANUSIAAN

(3)

Kejadian Bencana Alam 2002-2008

0 50 100 150 200 250 300 350 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Gempa Bumi Gempa Bumi dan Tsunami Letusan Gn. Api Tanah Longsor Banjir dan Tanah Longsor Banjir Angin Topan Gelombang Pasang/Abrasi Kegagalan Teknologi Konflik/Kerusuhan Sosial Aksi Teror/Sabotase Sumber : BNPB, 2008

Beberapa Catatan dari Penanganan Bencana

Kurang optimalnya kesiapsiagaan dalam tiap tingkat (terutama warga masyarakat)

Kurang optimalnya perencanaan mitigasi

Kurangnya komunikasi dan penyebarluasan informasi kepada warga masyarakat

Respons yang tertunda, termasuk pengerahan bantuan, sumber daya, dan relasi dengan media massa, serta LSM

Kurang optimalnya koordinasi antara pusat dan daerah

(4)

z Dampak bencana terhadap pembangunan di Indonesia begitu nyata dirasakan, ratusan ribu orang telah meninggal, lebih dari satu juta orang menjadi pengungsi internal dan ratusan ribu orang kehilangan lapangan kerja.

z Dari berbagai bencana gempa tersebut menurut data yang ada pada masa 2004-2006 mengakibatkan kerugian mencapai Rp140 triliun rupiah

(Lassa dalam Saefullah, 2006: 323).

Kebijakan Komunikasi dan

Manajemen Informasi Bencana

z Bisa terlacak lewat pemberitaan di media massa

z Dalam pandangan Abrar (2008: 59-60) aspek kebijakan komunikasi mencakup: isi, struktur dan kultur.

z Manajemen komunikasi berkaitan dengan tindak komunikasi publik untuk menyampaikan kebijakan pemerintah.

(5)

Track Back

Kebijakan Penanganan Bencana

z Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana membentuk lembaga independen Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) agar penanganan bencana bisa lebih sistematis dan terstruktur. Namun dalam undang-undang tidak disebutkan keterlibatan instansi dan pengambil kebijakan komunikasi c.q. Depkominfo.

z Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, menandaskan Badan Publik wajib mengumumkan secara serta merta informasi yang mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum dengan cara yang mudah dijangkau masyarakat dan dalam bahasa mudah dipahami.

z Pasal 6 Pasal Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 17/PER/M.KOMINFO/03/2009 tentang Diseminasi Informasi Nasional oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menegaskan, bahwa hal-hal yang bersifat kontijensi (mendadak) maka Pemerintah bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dapat melakukan diseminasi informasi nasional secara langsung kepada publik, baik di tingkat provinsi, Kabupaten/Kota.

Masalah Kebijakan

z Kebijakan publik seputar tata kelola bencana

(disaster governance) menjadi alasan penting untuk dikaji .

z Kebijakan yang masih kental dengan kepentingan elite dan donor driven.

z Aplikasinya tidak berjalan dengan pendekatan

(6)

Lambatnya Penanggulangan

z Tindakan dan penanggulangan berbagai gempa di Indonesia masih terkesan mengalami kemandekan (statis) yang lebih ditekankan pada persoalan keputusan dan kebijakan yang kurang berorientasi pada penanggulangan yang maksimal. Khususnya pada pemerintahan SBY-JK

z BNPB mengakui adanya masalah di kelembagaan.

Permasalahan Penanggulangan Bencana 1. Kurangnya SDM penanganan darurat.

2. Kurangnya Prasarana pendukung penanganan

darurat.

3. Tidak Tersedia Dukungan logistik di dekat lokasi bencana

4. Rendahnya kesadaran, pengetahuan dan

kesiapan masyarakat

5. Peraturan terkait dengan penggunaan dana siap pakai dalam keadaan darurat, belum

mengakomodir sepenuhnya kebutuhan

pelaksanaan penanganan darurat di lapangan.

Paparan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dalam Sidang Kabinet Paripurna Agustus 2008

(7)

Permasalahan Penangulangan

z Permasalahan penanganan bencana gempa bumi di Indonesia menjadi persoalan yang mulai menjalar kepada persoalan sosial, politik, ekonomi dan pengaruh lainnya.

Yang dianggap kebijakan Terobosan

Selain tiga policy dasar penanganan dan komunikasi tentang situasi kontijensi ada pula

z Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi No.

20/P/M.Kominfo/8/2006 tentang Peringatan Dini Bencana Melalui Lembaga Penyiaran se-Indonesia

z Instruksi atau arahan presiden untuk membentuk Satuan Reaksi Cepat Penanganan Bencana Nasional dibawah koordinasi BNPB yang akan bergerak di dua kawasan barat dan timur Indonesia dan mencakup aktivitas komunikasi dan informasi

(8)

Berharap dari Satuan Reaksi

Cepat

z

Satuan yang personilnya diambil

dari lintas departemen dan

instansi itu akan bekerja dibawah

koordinasi Badan Nasional

Penanggulangan Bencana

(BNPB).

z

Pemerintah siapkan dana 3 Triliun

z

Manajemen Penanggulangan

Bencana diperbaiki

z

Ditegaskan dengan kebijakan

komunikasi publik tambahan.

z Dalam bahasa Paula Chakravartty dan Katharine Sarikakis, kebijakan komunikasi selalu memiliki konteks, domain, dan paradigma. Tiga aspek digunakan untuk menilai apakah kebijakan

komunikasi masih tetap berlaku atau sudah saatnya diganti.

z Kebijakan komunikasi selalu menjadi panduan berbagai pihak dalam berkomunikasi. Tegasnya, kebijakan komunikasi mempengaruhi kegiatan komunikasi, lembaga dan kaum professional (Abrar, 2008:4-5)

(9)

Rekomendasi Perbaikan

Kebijakan Komunikasi

z

Memperbaiki kebijakan komunikasi /

kebijakan publik dengan dasar sistem

komunikasi yang berlaku.

z

Menganalisis kebijakan dengan menganalisis

kebijakan lainnya (positive policy analisis dan

normative analisys. Yaitu bagaimana proses

kebijakan bekerja dan penilaian tentang apa

yang seharusnya tertuang dalam kebijakan.

Manajemen Informasi

Penanganan

Bencana

(10)

Perspektif Atas Gempa Bumi

Gempa Padang dalam pandangan

political ecology merupakan

representasi class quake (gempa kelas) karena distribusi risiko gempa yang terjadi memang lebih mengarah ke rakyat (orientasi rakyat), yang

tidak semua memiliki akses terhadap pengetahuan maupun kapasitas membangun rumah standar yang tahan gempa.

Sebelum Bencana

z Fase Pencegahan. Mencegah

terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya).

z Fase Kesiapsiagaan. Mengantisipasi bencana melalui pembentukan posko-posko yang siap siaga sebagai perpanjangan tangan dari kelembagaan yang dibentuk, serta diperlengkapi dengan sarana komunikasi, pos komando dan penyiapan lokasi evakuasi.

(11)

z Empat sisi (dimensi) yaitu sisi kesiapsiagaan; sisi tanggap darurat; sisi pasca darurat;. dan pencegahan dan mitigasi.

z siklus yang sempurna adalah: Agar keempat dimensi penanggulangan bencana di atas dapat segera teratasi perlu mendapat dukungan dari organisasi non pemerintah, dan masyarakat disekitar wilayah bencana.

z Disamping itu perlu menghindari ego sektoral antar departemen. Sebab, kondisi inilah yang kadang membuat langkah Bakornas kurang efektif.

z Integrasi antar departemen. Departemen Kesehatan, tugasnya menangani kesehatan untuk korban bencana, DepSos menangani pemulihan orang, Begitu pula dengan instansi lainnya yang menangani masalah

(12)

Sebelum Bencana

z Fase Peringatan Dini. Memberikan tanda-tanda peringatan dini berdasarkan kebiasaan masyarakat setempat, gejala alam, maupun melalui

penggunaan alat bantu deteksi dini, tentang kemungkinan akan segera terjadinya bencana

(13)

Saat Bencana

z Fase Penjinakan. Meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana, dengan cara membentuk mitigasi

z Fase Tanggap Darurat. Menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian

z Fase Bantuan Darurat. Upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar yang berupa, pangan, sandang, tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih. Pada tahap ini penataan ulang daerah bencana yang lebih baik lagi.

Pasca Bencana

z Fase Pemulihan. Memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula termasuk di dalamnya upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar seperti jalan, listrik, air bersih, pasar dan puskesmas.

z Fase Rehabilitasi. Membantu masyarakat dalam memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting lainnya serta yang lebih penting lagi adalah untuk menghidupkan kembali roda

perekonomian.

z Fase Rekonstruksi. Perbaikan fisik, sosial, dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan

masyarakat pada kondisi yang sama dari sebelum terjadinya bencana, bahkan jika dimungkinkan akan lebih baik dari sebelumnya.

(14)

Prinsip Dasar Manajemen Komunikasi

Penanganan Bencana

1 1 1

1 Manajemen Risiko 2211 Perlindungan

Rakyat 3311

Urusan Bersama Semua Pihak

(15)

PRINSIP DASAR SESUAI

FASE PENANGANAN BENCANA

PENDIDIKAN PUBLIK PERINGATAN DINI

KESIAPSIAGAAN RESPONS

Dukungan Sistem Informasi

z Sistem informasi dibutuhkan pada untuk membagi informasi, dan untuk berkomunikasi antar instansi dan lembaga khususnya media massa

z Konsep termasuk pengumpulan, proses, distribusi, laporan data (input, processing, output).

z Sistem komunikasi darurat memastikan komunikasi dan koordinasi antar pihak berwenang atau instansi terkait jika sistem komunikasi normal tidak

memungkinkan

(16)

Beberapa Pointer Penting

z Pendekatan penanganan bencana harus

terintegrasi, termasuk konten dan standar pelaporan data/informasi

z Setiap fase siklus bencana harus mendapatkan perhatian dan intervensi komunitas yang sesuai dengan kebutuhan

z Kemungkinan pengembangan keberlanjutan sistem dengan pengembangan kerjasama sektor

swasta/privat

z Perbaikan dalam kelembagaan tim reaksi cepat penanganan Bencana

Pengembangan Kerjasama Multistakeholders

LSM

Warga

Pemerintah/Lint as Departemen Petugas Lapangan/BNPB/BPBD Ahli Masalah Kebencanaan Akademisi Media Massa

(17)

Dukungan Informasi dan Komunikasi saat

Bencana

MEDIA CENTER YOGYAKARTA

MEDIA CENTER JAKARTA

MEDIA CENTER NAGROE ACEH DARUSSALAM

Media center bencana harus bermitra dengan media

massa

dan lembaga komunikasi sosial demi efektivitas penyebaran informasi kepada publik. Badan Informasi Publik Departemen Komunikasi dan Informatika selaku

leading sektor pengembangan media

center bencana senantiasa

berkoordinasi dan bekerjasama dengan para pihak yang bertanggungjawab pada penyelenggaraan penyebaran informasi bencana kepada publik.

(18)

Nuwun…

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 6 Jumlah komposisi hasil tangkapan pada tiap tropik level berdasarkan fase bulan untuk unit penangkapan bagan apung. Gambar 7 Kelompok konsumen berdasarkan tropik

Berdasarkan penelitian yang dilakukan setelah hujan reda hama lalat buah paling banyak menyerang tanaman cabe,dan paling banyak pula terperangkap dalam cairan

Kopling manual atau mekanis yang dikenal juga dengan istilah kopling sekunder adalah kopling yang cara kerjanya diatur oleh handel kopling. Kopling manual

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melepasliarkan 1.000 ekor ikan Capungan Banggai atau yang biasa dikenal sebagai Banggai Cardinal Fish (BCF) dan 25 ekor

Penelitian tentang sudut interinsisial terhadap jaringan lunak terdapat hubungan antara profil jaringan lunak wajah dengan sudut interinsisal, dimana korelasi hasil

daerah dalam rangka mengukur dan mengevaluasi variabel atau kriteria potensi daerah yang dipersyaratkan untuk mengetahui kemungkinan penataan wilayah di Provinsi

bahwa dengan telah terbentuknya Kabupaten Bener Meriah berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2003 dan dalam rangka mengisi Keistimewaan di Provinsi Nanggroe Aceh

Perwujudan dari counter hegemony yang terjadi di masyarakat desa Sukobendu berupa adanya tujuan baik dibalik tidak melakukan tradisi ganjur yaitu menghindari proses atau