• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

56

PENENTUAN WAKTU OPTIMUM PRODUKSI ANTIMIKROBA DAN UJI

FITOKIMIA EKSTRAK KASAR FERMENTASI BAKTERI ENDOFIT

Pseudomonas sp. DARI UMBI TANAMAN DAHLIA (Dahlia variabilis)

Elita A.1*, Saryono S.2, Christine J.2

1

Mahasiswi Prodi S1 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau

2

Dosen Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

Abstract

Dahlia’s tuber have been known to be potential as the sources of secondary metabolite compound as antimicrobial. Some of endophytes could produced certain phytochemicals originally characteristic of the host. A total number of four endophyte bacteria Pseudomonas stutzeri LBKURCC53, Pseudomonas stutzeri LBKURCC44, Pseudomonas cepacia LBKURCC47, and Pseudomonas stutzeri or Pseudomonas cepacia LBKURCC50 were isolated from Dahlia’s tuber in Padang Luar, West Sumatera. Optimization time of fermentation is necessary to obtain optimum products of antimicrobial compound. Therefore, the study was conducted to determine the effect of bacterial growth time on the production of antimicrobial compounds by endophyte bacteria. Antimicrobial activity examination was carried out through agar diffusion method by measuring inhibition zone growth against two pathogen bacteria, Escherichia coli and Staphylococcus aureus and then the phytochemicals were qualitatively estimated. The research results indicated that two of the endophyte bacterial isolates, Pseudomonas stutzeri LBKURCC44 and Pseudomonas cepacia LBKURCC47 have antibacterial activity. Optimum time of fermentation for production of antimicrobial compounds by Pseudomonas stutzeri LBKURCC44, and Pseudomonas cepacia LBKURCC47 was obtained at 72 hours. The inhibition zone of this compounds against Escherichia coli were (9,16 ± 0,28) mm and (8,73 ± 0,17) mm, and Staphylococcus aureus were (9,66 ± 0,28) mm and (8,63 ± 0,33) mm. The qualitative phytochemicals identification of antibacterial compounds produced by endophyte bacteria Pseudomonas stutzeri LBKURCC44 and Pseudomonas cepacia LBKURCC47 showed positive result for saponin.

Key words: Endophyte bacteria, Dahlia variabilis, antimicrobial activity.

PENDAHULUAN

Sampai saat ini seperempat dari obat-obat modern yang beredar di dunia berasal dari bahan aktif yang diisolasi dan di-kembangkan dari tanaman (Radji, 2005). Pemanfaatan metabolit secara langsung dari tanamannya banyak menemui kendala di-karenakan jumlahnya yang terbatas dan siklus hidup tumbuhan yang relatif lama (Prihatiningtias, 2007). Oleh karena itu, memerlukan alternatif lain yaitu dengan memanfaatkan bakteri endofit dalam jaringan tanaman yang dapat memproduksi senyawa metabolit sekunder sejenis yang terdapat dalam tanaman (Strobel, 2003).

Umbi tanaman dahlia telah diketahui menghasilkan metabolit sekunder golongan fenolik, flavonoid, dan saponin yang memiliki aktivitas anti-mikroba (Suryadi, 2007). Pada penelitian sebelumnya telah diisolasi bakteri endofit Pseudomonas stutzeri LBKURCC53, Pseudomonas stutzeri LBKURCC44, domonas cepacia LBKURCC47, dan Pseu-domonas stutzeri atau PseuPseu-domonas cepa-cia LBKURCC50 dari umbi tanaman Dahlia (Dahlia variabilis) berbunga ungu, kuning, merah hati, dan orange dari Padang Luar, Sumatera Barat. Senyawa metabolit sekun-der terutama senyawa antimikroba oleh isolat bakteri endofit ini dapat diproduksi dengan cara menumbuhkannya pada media fermen-tasi Mueller-Hinton Broth (Utami, 2011) dan

(2)

salah satu faktor yang mempengaruhi pro-duksi metabolit sekunder yaitu waktu per-tumbuhan bakteri tersebut (Pratiwi, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pertumbuhan bakteri pada produksi antimikroba dari ekstrak kasar media fermentasi bakteri endofit Pseudo-monas stutzeri LBKURCC53, PseudoPseudo-monas stutzeri LBKURCC44, Pseudomonas cepacia LBKURCC47, dan Pseudomonas stutzeri atau Pseudomonas cepacia LBKURCC50. Waktu optimum fermentasi ditetapkan dengan menentukan aktivitas antimikroba tertinggi yang ditimbulkan oleh filtrat hasil fermentasi. Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan menggunakan metode difusi agar terhadap dua bakteri patogen Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Berdasar-kan waktu optimum produksi antimikroba oleh bakteri endofit tersebut kemudian di-lakukan uji fitokimia terhadap ekstrak kasar media fermentasi bakteri endofit untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang diharapkan sama dengan tanaman inangnya.

BAHAN DAN METODA

Persiapan inokulum bakteri endofit Pseu-domonas sp.

Produksi metabolit antibakteri oleh bakteri endofit Pseudomonas stutzeri LBKURCC53, Pseudomonas stutzeri LBKURCC44, Pseudomonas cepacia LBKURCC47, dan Pseudomonas stutzeri atau Pseudomonas cepacia LBKURCC50 dilakukan dengan cara menumbuhkannya dalam medium cair. Untuk fermentasi bakteri endofit digunakan medium Mueller-Hinton Broth (MHB). Masing-masing koloni bakteri endofit yang telah diinkubasi pada medium NA selama 24 jam pada suhu 37oC, diambil 1 ose dan dipindahkan ke dalam 10 mL medium MHB. Media diinkubasi selama 24 jam, suhu 37oC kemudian digunakan sebagai starter inokulum.

Penentuan waktu fermentasi optimum bakteri endofit Pseudomonas sp.

Sebanyak 1 mL inokulum koloni bakteri endofit (OD600nm=0,1) diinokulasi ke

dalam 150 mL media fermentasi MHB, dan diinkubasi pada temperatur ruang dengan rotary shaker kecepatan 150 rpm selama 96 jam. Pengukuran waktu pertumbuhan 0 jam dimulai pada saat inokulasi pertama kultur bakteri endofit ke dalam media fermentasi. Setiap 0, 6, 24, 30, 48, 54, 72, 78, dan 96 jam waktu inkubasi produksi metabolit antibakteri; pertumbuhan bakteri endofitik ini

diukur ODnya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm.

Penentuan waktu optimum produksi antimikroba ini digambarkan dalam bentuk kurva pertumbuhan bakteri endofitik. Setiap 24 jam waktu produksi (24, 48, 72, dan 96 jam) dilakukan uji aktivitas antimikroba ter-hadap bakteri Gram-negatif Escherichia coli dan bakteri Gram-positif Staphylococcus aureus untuk mengetahui waktu optimum produksi antimikroba. Kultur bakteri endofit hasil fermentasi disentrifugasi pada ke-cepatan 3800 rpm, suhu 4oC selama 20 menit (Utami, 2011) untuk memisahkan supernatan dari massa selnya. Supernatan disaring steril dengan millipore syringe filter 0,22 m yang kemudian digunakan sebagai ekstrak kasar fermentasi dalam uji anti-mikroba dan analisis fitokimia. Semua perlakuan dilakukan secara aseptik dan diulangi sebanyak tiga kali.

Uji aktivitas metabolit antibakteri

Isolat bakteri uji patogen Esche-richia coli dan Staphylococcus aureus ditumbuhkan pada media lempeng NA (Nutrient Agar) dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Isolat yang sudah tumbuh diambil masing-masing 1 ose dan diinokulasi ke dalam 10 mL media NB (Nutrient Broth). Media diinkubasi selama 24 jam, suhu 37oC kemudian digunakan sebagai inokulum. Pengenceran inokulum bakteri patogen dengan air salin (NaCl 0,85%) dilakukan apabila OD600nm setelah 24 jam lebih besar

dari 0,1 (Cappuccino & Sherman, 2011). Inokulum bakteri patogen (OD600nm 0,1

setara dengan 107 CFU/mL) (Martins et al., 2011) di-inokulasi sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi yang berisi media MHA cair sebanyak 15 mL (suhu ± 50oC) kemudian divortex dan dituangkan ke dalam cawan petri, agar dibiarkan memadat.

Ekstrak kasar fermentasi steril isolat bakteri endofit Pseudomonas stutzeri LBKURCC44, dan Pseudomonas cepacia LBKURCC47 sebanyak 50 L diteteskan pada kertas cakram steril (diameter 6 mm) dan dibiarkan mengering. Kontrol positif yang digunakan adalah Amoxan® 30 g dan kontrol negatif yang digunakan adalah media fermentasi steril. Kemudian kertas cakram diletakkan di atas media MHA yang telah diinokulasi bakteri uji (Escherichia coli atau Staphylococcus aureus). Selanjutnya cawan petri diinkubasi pada suhu 37oC dengan kondisi cawan petri dibalikkan. Diameter zona bening disekitar kertas cakram diukur setelah inkubasi selama ± 24-48 jam.

(3)

Uji fitokimia ekstrak kasar fermentasi Pseudomonas sp.

Ekstrak kasar media fermentasi steril bakteri endofit Pseudomonas sp. yang memiliki aktivitas antimikroba dilakukan uji fitokimia pada waktu optimum produksi antimikroba (Devi et al., 2012) untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan.

1. Uji terpenoid/steroid

Ekstrak kasar media fermentasi steril bakteri endofitik Pseudomonas sp. dimasuk-kan ke dalam tabung reaksi dan dicampur kloroform beramoniak kemudian ditambah-kan H2SO4 2 N ke dalam tabung dan dikocok

kuat. Campuran didiamkan hingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan asam (atas) dan lapisan kloroform (bawah). Lapisan kloroform diletakkan di plat tetes dan dibiarkan meng-uap lalu ditambahkan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat (pereaksi Lieberman-Burchard). Apabila terbentuk warna hijau-biru menandakan adanya senyawa steroid dan warna merah menandakan adanya senyawa terpenoid

2. Uji alkaloid

Lapisan asam diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer. Hasil dinyatakan positif mengandung alkaloid apabila terjadi perubahan warna menjadi jingga setelah penambahan pereaksi Dragendorff dan warna putih setelah penambahan pereaksi Mayer.

3. Uji fenolik

Ekstrak kasar fermentasi diletakkan di atas plat tetes dan ditambahkan larutan besi (III) klorida. Hasil positif dinyatakan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi biru-hitam.

4. Uji flavonoid

Ekstrak kasar fermentasi dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah-kan etanol 70% dan dipanasditambah-kan. Campuran ditambahkan lempeng logam magnesium dan setetes asam klorida pekat. Hasil positif mengandung flavonoid bila terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda.

5. Uji saponin

Akuades ditambahkan ke dalam ta-bung reaksi yang berisi ekstrak kasar fermentasi dan dipanaskan hingga mendidih. Kemudian larutan dikocok kuat dan apabila terbentuk busa yang stabil selama ±10 menit

maka sampel dinyatakan mengandung sapo-nin.

Data pengukuran pertumbuhan isolat bakteri endofitik digambarkan sebagai kurva pertumbuhan. Hasil uji antimikroba disajikan secara statistik deskripsi dengan Uji Duncan Jarak Berganda untuk mengetahui per-bandingan zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak kasar fermentasi isolat bakteri endofitik Pseudomonas stutzeri LBKUR-CC53, Pseudomonas stutzeri LBKURCC44, Pseudomonas cepacia LBKURCC47, Pseu-domonas stutzeri atau PseuPseu-domonas cepa-cia LBKURCC50 yang diisolasi dari umbi dahlia (Dahlia variabilis).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan waktu fermentasi optimum Pseudomonas sp.

Penentuan waktu fermentasi optimum untuk produksi antimikroba oleh ekstrak kasar isolat bakteri endofit Pseudomonas stutzeri LBKURCC53, Pseudomonas stutzeri LBKURCC44, Pseudomonas cepacia LBKURCC47, dan Pseudomonas stutzeri atau Pseudomonas cepacia LBKURCC50; ditentukan dengan pembuatan kurva per-tumbuhan isolat bakteri endofit dan uji aktivitas antimikroba setiap waktu produksi 24 jam.

Pada penelitian ini, fase adaptasi pertumbuhan isolat Pseudomonas stutzeri LBKURCC44 dan Pseudomonas cepacia LBKURCC47 berlangsung hingga 6 jam dan setelah fermentasi selama 6 jam terjadi fase pertumbuhan logaritmik. Produksi senyawa antimikroba belum terjadi hingga jam ke-48 dan mulai menunjukkan adanya aktivitas antimikroba setelah proses fermentasi berlangsung selama 72 jam

Uji aktivitas metabolit antibakteri

Waktu optimum produksi antimikroba oleh ekstrak kasar media fermentasi bakteri endofit Pseudomonas sp. ditentukan dengan pembuatan kurva hubungan antara waktu inkubasi, pengukuran Optical Density (OD) isolat bakteri endofit setiap waktu produksi 0, 6, 24, 30, 48, 54, 72, 78, dan 96 jam serta uji aktivitas antimikroba setiap waktu produksi 24 jam (24, 48, 72, dan 96 jam). Uji aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode difusi agar sebanyak tiga kali pengulangan dengan volume sebesar 50 µL/cakram. Kontrol positif yang digunakan yaitu Amoxan® dengan konsentrasi 30 µg (b/v). Kontrol negatif yang digunakan yaitu media fermentasi steril.

(4)

Rata-rata diameter zona hambat yang ditimbulkan oleh filtrat isolat LBKURCC44 dan LBKURCC47 pada kultur umur 72 jam terhadap E. coli dapat dilihat pada Tabel 1 serta terhadap S. aureus dapat dilihat pada Tabel 2. Pada kultur umur 96 jam terlihat pertumbuhan sel telah memasuki fase ke-matian, diameter zona hambat yang di-timbulkan oleh filtrat isolat Pseudomonas stutzeri LBKURCC44 dan Pseudomonas cepacia LBKURCC47 mengalami penurunan dengan rata-rata diameter dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 baik terhadap Escherichia coli ataupun terhadap Staphy-lococcus aureus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua isolat bakteri endofit P. stutzeri LBKURCC44 dan P. cepacia LBKUR-CC47 memiliki aktivitas penghambatan terhadap E.coli dan S.aureus sedangkan dua isolat lainnya P. stutzeri LBKURCC53 dan P. stutzeri atau P. cepacia LBKURCC50 tidak memiliki aktivitas penghambatan. Hubungan

antara pertumbuhan bakteri endofit P. stutzeri LBKURCC44 dan P. cepacia LBKURCC47 dan aktivitas antimikroba terhadap S.aureus dan E.coli dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Pelczar et al. (1986), bahwa metabolit sekunder (antimikroba) dihasilkan oleh mikroorganisme pada akhir fase stasioner pertumbuhannya. Hal ini disebab-kan karena metabolit sekunder biasanya disintesis pada akhir siklus pertumbuhan sel, yaitu pada fase stasioner saat populasi tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Sintesis metabolit sekunder dimulai pada saat beberapa zat gizi di dalam media pertumbuh-an mikroorgpertumbuh-anisme telah habis. Keterbataspertumbuh-an zat gizi tersebut menyebabkan terakumulasi-nya induser enzim metabolit sekunder dan terlepasnya gen-gen untuk sintesis metabolit sekunder (Pratiwi, 2008).

Gambar 1. Hubungan antara pertumbuhan bakteri endofit (a) Pseudomonas stutzeri LBKURCC44 dan (b)

Pseudomonas cepacia LBKURCC47 dan aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus.

Gambar 2. Hubungan antara pertumbuhan bakteri endofit (a) Pseudomonas stutzeri LBKURCC44 dan (b)

(5)

Tabel 1. Aktivitas antimikroba ekstrak kasar P. stutzeri LBKURCC53, P. stutzeri LBKURCC44, P. cepacia LBKURCC47, P. stutzeri atau P. cepacia LBKURCC50 terhadap Escherichia coli.

Rata-rata diameter hambat (mm)

24 jam 48 jam 72 jam 96 jam

Amoxan® (11,95 ± 0,07)b (11,96 ± 0,06)b (12,85 ± 0,24)a (11,61 ± 0,15)b Kontrol (-) - - - - LBKURCC53 - - - - LBKURCC44 - - (9,16 ± 0,28)c (8,85 ± 0,13)c LBKURCC47 - - (8,73 ± 0,17)c (8,68 ± 0,02)d LBKURCC50 - - - -

Catatan: *Diameter hambat ekstrak kasar P.stutzeri LBKURCC53, P.stutzeri LBKURCC44, P.cepacia LBKURCC47, P.stutzeri /P.cepacia LBKURCC50. Pangkat huruf yang sama menyatakan tidak berbeda secara nyata pada tingkat 5% (p>0,05) berdasarkan uji Duncan jarak berganda.

Tabel 2. Aktivitas antimikroba ekstrak kasar P. stutzeri LBKURCC53, P. stutzeri LBKURCC44, P. cepacia LBKURCC47, P. stutzeri atau P. cepacia LBKURCC50 terhadap Staphylococcus aureus.

Rata-rata diameter hambat (mm)

24 jam 48 jam 72 jam 96 jam

Amoxan® (12,43 ± 0,05)a (11,96 ± 0,06)a (12,91 ± 0,07)a (11,36 ± 0,31)b Kontrol (-) - - - - LBKURCC53 - - - - LBKURCC44 - - (9,66 ± 0,28)c (9,47 ± 0,13)c LBKURCC47 - - (8,63 ± 0,33)d (8,52 ± 0,02)d LBKURCC50 - - - -

Catatan: *Diameter hambat ekstrak kasar P. stutzeri LBKURCC53, P. stutzeri LBKURCC44, P. cepacia LBKURCC47, P. stutzeri atau P. cepacia LBKURCC50. Pangkat huruf yang sama menyatakan tidak berbeda secara nyata pada tingkat 5% (p>0,05) berdasarkan uji Duncan jarak berganda.

Identifikasi senyawa fitokimia bakteri endofit Pseudomonas sp.

Uji fitokimia dilakukan terhadap eks-trak kasar media fermentasi bakteri endofit Pseudomonas sp. yang memiliki aktivitas antimikroba yaitu P. cepacia LBKURCC47 dan P. stutzeri LBKURCC44 yang telah diinkubasi di dalam media fermentasi Mueller-Hinton Broth selama 72 jam. Kontrol yang digunakan sebagai pembanding yaitu media fermentasi steril. Hasil uji fitokimia me-nunjukkan bahwa ekstrak kasar media fermentasi bakteri endofit P. cepacia LBKURCC47 dan P. stutzeri LBKURCC44 mengandung metabolit sekunder golongan saponin (Tabel 4).

Uji fitokimia yang telah dilakukan oleh Suryadi (2007) terhadap umbi dahlia menunjukkan bahwa umbi dahlia mengan-dung senyawa metabolit sekunder flavonoid, fenolik, dan saponin. Saponin adalah senyawa aktif yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air sehingga bersifat seperti sabun, memiliki molekul yang dapat menarik air atau hidrofilik dan molekul yang dapat melarutkan lemak atau lipofilik sehingga dapat mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, mengubah struktur dan fungsi

membran, dan akhirnya menyebabkan mem-bran sel akan rusak dan lisis (Arabski et al., 2012).

Menurut Tan & Zou (2001), mikroba endofit memang dapat menghasilkan senyawa bioaktif yang karakternya mirip atau sama dengan inangnya. Contohnya adalah senyawa Oleandrin sebagai senyawa anti-kanker, selain dihasilkan oleh tanaman Nerium indicum, ternyata juga dihasilkan oleh mikroba endofit yang diisolasi dari daun Nerium indicum (Prihatiningtias, 2007). Endofit juga memiliki kemampuan untuk mentransformasi komponen kimia dalam tanaman inangnya (Agusta, 2009) seperti bakteri endofit Bacillus polymixa yang diisolasi dari tumbuhan Artemisia annua dengan kemampuan untuk memproduksi senyawa biotransformasi artemisinin sebagai senyawa bioaktif antimalaria (Simanjuntak et al., 2004). Oleh karena itu, kemungkinan komponen fenolik dan flavonoid yang terdapat dalam umbi tanaman dahlia mengalami transformasi menjadi struktur kimia yang lain oleh bakteri endofit P. cepacia LBKURCC47 dan P. stutzeri LBKURCC44.

(6)

(a) (b)

Gambar 3. Skrining isolat P. stutzeri LBKURCC53, P. stutzeri LBKURCC44, P. cepacia LBKURCC47, dan P. stutzeri atau P. cepacia LBKURCC50 pada jam (a) ke-72, (b) ke-96 terhadap Escherichia coli (kiri) dan Staphylococcus aureus (kanan)

Keterangan : 1 (kontrol positif), 2 (kontrol negatif), 3 (Pseudomonas stutzeri LBKURCC53), 4 (Pseudomonas cepacia LBKURCC47), 5 (Pseudomonas stutzeri LBKURCC44), 6 (Pseudomonas stutzeri atau Pseudomonas cepacia LBKURCC50).

Tabel 3. Uji fitokimia ekstrak kasar isolat bakteri endofitik P. cepacia LBKURCC47 dan P. stutzeri LBKURCC44

Alkaloid Flavonoid Terpenoid Fenolik Saponin

Kontrol - - - - -

LBKURCC44 - - - - +

LBKURCC47 - - - - +

Keterangan: “+” = terdeteksi, “-” = tidak terdeteksi

KESIMPULAN DAN SARAN

Produksi metabolit antimikroba oleh bakteri endofit dilakukan dengan cara fermentasi dalam medium cair Mueller-Hinton Broth (MHB). Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi metabolit sekunder yaitu waktu pertumbuhan bakteri tersebut. Indikator waktu optimum produksi mikroba adalah waktu dimana senyawa anti-mikroba diproduksi secara maksimal yang ditandai dengan terbentuknya zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Gram-negatif Escherichia coli dan bakteri Gram-positif Staphylococcus aureus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua isolat bakteri endofitik Pseudomonas stutzeri LBKURCC44 and Pseudomonas cepacia LBKURCC47 menunjukkan aktivitas antibakteri dengan rata-rata diameter zona hambat pada kultur umur 72 jam masing-masing yaitu sebesar (9,16±0,28) mm dan (8,73±0,17) mm terhadap E. coli serta (9,66 ±0,28) mm dan (8,63±0,33) mm terhadap S.

aureus. Hal ini mengindikasikan bahwa kultur umur 72 jam (hari ke-3) merupakan waktu optimum produksi senyawa antibakteri ter- hadap bakteri patogen E. coli dan S. aureus. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa eks- trak kasar media fermentasi bakteri endofit LBKURCC47 dan LBKUR-CC44 me- ngandung metabolit sekunder golongan saponin. Melihat potensi anti-bakteri yang dihasilkan oleh isolat bakteri endofit P. stutzeri LBKURCC44 dan P. cepacia LBKURCC47 sehingga perlu dilakukan pene- litian lebih lanjut tentang isolasi dan identifikasi senyawa aktif antimikrobial dari ekstrak kasar media fermentasi isolat bakteri endofit ini.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dibiayai oleh “Hibah Pasca DIKTI 2011” atas nama Prof. Dr. Saryono, M.Si. Metabolit sekunder Bahan uji 1 2 3 4 5 6 2 3 1 4 5 6 2 1 3 4 6 5 1 2 6 5 4 3

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. 2009. Biologi dan Kimia Jamur Endofit. Bandung: ITB.

Arabski M, Wegierek-Ciuk A, Czerwonka G, Lankoff A, & Kaca W. 2012. Effect of saponin againts Clinical E.coli strains and eukaryotic cell lines. Journal of Biomedicine and Biotechnology 20(12): 1-6.

Cappuccino JG & Sherman N. 2011. Microbiology a Laboratory Manual. Ed. 9. San Francisco: Benjamin Cummings.

Devi NN, Prabakaran JJ, & Wahab F. 2012. Phytochemical analysis and enzyme analysis of endophytic fungi from Centella asiatica. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine 20(12): 1-5.

Martins IM, Cortés JCG, Munoz J, Moreno MB, Ramos M, Clemente-Ramos JA. 2011. Differential activities of three families of specific β(1,3)glucan synthase inhibitors in wild-type and resistant strains of fission yeast. The Journal of Biological Chemistry 5(286): 3484-3496. Pelczar MJ & Chan ECS. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: Universitas Indonesia. Pratiwi ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Prihatiningtias W. 2007. Prospek mikroba endofit sebagai sumber senyawa bioaktif. Majalah Obat Tradisional 12(42).

Radji M. 2005. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit Dalam Pengembangan Obat Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian 2(3): 113-126.

Simanjuntak P, Bustanussalam, Otovina DM, Rahayuningsih M, & Said EG. 2004. Isolasi dan identifikasi artemisinin dari hasil kultivasi mikroba endofitik dari tanaman Artemisia annua. Majalah Farmasi Indonesia 15(2): 68-74.

Strobel G & Daisy B. 2003. Bioprospecting for Microbial Endophytes and Their Natural Products. Microbiology and Molecular Biology Reviews 67: 491-502.

Suryadi AE. 2007. Ekstraksi dan Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Umbi Dahlia (Dahlia variabilis). Skripsi FMIPA Universitas Riau. Pekanbaru.

Tan RX, & Zou WX. 2001. Endophytes: a rich source of functional metabolites. Nat. Prod. Rep. 18: 448–459.

Utami U. 2011. Isolation, Identification and Antimicrobial Activities Selection of Endophytic Bacterial from Mangrove Plantation Brugulera gymnorrhiza. International Journal of Academic Research 1(3): 187-194.

Gambar

Gambar  1.  Hubungan  antara  pertumbuhan  bakteri  endofit  (a)  Pseudomonas  stutzeri  LBKURCC44  dan  (b)  Pseudomonas cepacia LBKURCC47 dan aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus
Gambar 3.   Skrining  isolat  P.  stutzeri  LBKURCC53,  P.  stutzeri  LBKURCC44,  P.  cepacia  LBKURCC47,  dan  P

Referensi

Dokumen terkait

Provinsi Sumatera Barat telah mulai memakai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup sebagai alat ukur keberhasilan pengelolaan lingkungan sejak tahun 2013.Namun Indeks

falciparum di Thailand yang menemukan lebih dari tiga kelas alel, namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Kalimantan dan Sulawesi dimana pada lokus

hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia di sebuah daerah yang

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijuala. 249,084 c Bagian efektif dari lindung nilai arus kas

Kepala Terminal Kampung Rambutan, Dwi Basuki, mengatakan, segera menutup pagar tembok yang dilubangi warga Agar tidak keluar masuk terminal dan memanfaatkan lahan di

Finally, the project planning and scheduling hopefully will create a big picture of the project before execution, and as a guide to help the project manager to carry out the

Tidak sedikit contoh dari penerapan PJJ malah berdampak negative terhadap prestasi mahasiswa, diantaranya yaitu terjadi kecurangan dalam menyelesaikan

Untuk identifikasi faktor-faktor dalam manajemen komunikasi proyek EPC antara kontraktor (PT.X) -owner pada tahap Engineering yang beresiko dominan terhadap kinerja waktu proyek