• Tidak ada hasil yang ditemukan

september 26 - october 10, 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "september 26 - october 10, 2011"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)



Lama sekali tubuh dipinggirkan dalam sejarah peradaban. Tubuh

dianggap sumber masalah atau penghalang bagi cita-cita ideal

manusia terutama bagi masyarakat yang bersandarkan moralitas

agama dan filsafat idealisme. Agama-agama samawi jelasnya

teru-tama dalam berbagai perbedaan pandangan satu dengan lainnya

sepakat atas yang satu ini, tubuh adalah sumber dosa!

Pandan-gan seperti ini sejajar denPandan-gan doktrin dualisme filsafat Plato yang

jelas-jelas mendiskreditkan tubuh sebagai “penjara bagi jiwa”.

Tubuh menjadi target persepsi yang sudah dikonstruksi bahwa

dia harus ditaklukkan! Bahkan tubuh menjadi bagian yang

di-anggap paling representatif untuk diangkat sebagai komoditi

kekuasaan, khususnya dalam pemaksaan demi penundukan dan

pendisiplinan. Tubuh harus dihajar jika perlu disiksa agar muncul

ketakutan lalu tunduk dan bagaimana jika sang tubuh terus

mem-bangkang? Tak ada kata lain, “dihapuskan”!

Bagaimanapun sejarah peradaban menunjukkan bahwa tidak

begitu mudahnya tubuh tertundukkan. Tubuh memiliki banyak

aspek yang senantiasa berkelit dan bisa memampukannya luput

dari target ideal yang seringkali demikian menakutkan. Jika jiwa

yang menjadi lawan tubuh maka jiwa seringkali bertindak sebagai

pendendam untuk melenyapkan tubuh secara serta-merta.

Dalam Pameran Lukisan di Philo Art Space, kelompok lukis yang

menamakan dirinya Fighting Cocks (Acil, Aris, Basori, Zam Kamil,

plus Iqrar Dinata) menampilkan tema lukisan mereka tentang

tu-buh (manusia), tutu-buh dengan berbagai tantangan dan persepsi

namun mengarah pada problem yang sama tubuh-tubuh dalam

“garis batas”, Tubuh-Tubuh Marjin (margin). Tubuh-tubuh yang

bi-asanya bertebaran di dalam wilayah yang cenderung tertaklukkan.

Tubuh-tubuh yang mencoba menggeliat untuk eksis, tubuh-tubuh

yang mencoba terus survive!

Pada lukisan-lukisan Acil diperlihatkan bagaimana tubuh

terper-angkap dalam ruang-ruang yang terkesan demikian formalistik

dan struktural. Nampaknya relasi ruang-ruang itu fleksibel bagi

dirinya sendiri namun justru itulah yang menyebabkan manusia

nyaris terabaikan di sana. Secara cukup transparan di sini bahwa

pada kenyataan bukanlah jiwa yang terpenjara oleh tubuh

melain-kan sebaliknya. Idealitas ruang kehidupan sudah demikian kuat

menutup kemungkinan tubuh-tubuh kongkrit mencari jalannya

sendiri.

Senada dengan ini kita bisa simak pula napas lukisan-lukisan Aris.

Tubuh-tubuh di sana memperlihatkan ketakberdayaannya dalam

struktur sosial yang nyaris tak memungkinkan tubuh individual

Tubuh-Tubuh Margin

(4)

sebagai subjek perubahan muncul dan merdeka. Tubuh sudah

terkonstruksi demikian rupa ke dalam bagian-bagian komunitas

yang malah terbuka atau kemungkinan hanya mampu bergerak

sesuai dengan panggilan alam.

Pada lukisan-lukisan Iqrar Dinata sejarah tubuh diekspos

terang-benderang. Sedari masa kecil seseorang sudah dibuat mau jadi

apa, diobjektivikasi sesuai dengan idealitas sistem dan

dima-tangkan oleh pengawasan dan penghukuman. Biasanya apa yang

dihasilkan dari konstruksi sosial ini tak lain ialah kekerasan atas

tubuh. Tubuh sosial adalah sebuah pencapaian kekerasan yang

di-lakukan sejak kecil dan tubuh yang lebih tak berdaya adalah tubuh

perempuan.

Zam Kamil mengambil sisi relasi antar individu yang beraromakan

hasrat bagaimana tubuh menjadi penting. Ada sosok maestro

Vin-cent van Gogh disentil sebagai ikon bagi “hasrat kegilaan” sang

tubuh yang memang aneh di dalam sejarah peradaban.

Senyat-anya ikon itu bisa dibaca sebagai reaksi yang sangat waras bagi

peradaban yang tak lagi mempedulikan bagian detil dari tubuh,

peradaban tak lagi merasakan bagian yang sakit dari tubuh dan

bagaimana kita menyaksikan sebuah kematian rasa tubuh kita

sendiri hanya apabila kita terlalu pasif atas idealitas norma-norma

sosial. Zam Kamil justru ingin merayakan hasrat yang nyaris punah

itu.

Sementara Basori fokus pada hubungan tubuh dengan waktu,

berpacunya tubuh dengan gerak waktu yang memang

merupa-kan tema kontemporer yang gamblang. Ada sesuatu yang

mena-rik bahwa berpacunya tubuh dengan waktu ternyata

menghasil-kan hilangnya relasi kita dari tempat asal kita yakni “rumah alam”.

Manusia kontemporer telah kehilangan aura romantisisme? Apa

sesungguhnya yang ia kejar? Mungkin ia sendiri tak tahu jawabnya

kecuali harus berpacu dengan dan bersama waktu!

Selamat berpameran

Tommy F Awuy

(5)
(6)
(7)



Kepompong 10 x 10 cm acrylic on canvas 2011

(8)
(9)



(10)
(11)

11

Victim of Innocent 120 x 100 cm acrylic on canvas 2011

(12)
(13)

1

Silent 10 x 10 cm acrylic on canvas 2011

(14)
(15)

1

Kutunggu Di Jakarta 120 x 120 cm oil on canvas 2010

(16)

Puncak 10 x 10 cm oil on canvas 2010

(17)

1

Vincent, Matahari dan Puisi Kegelisahan 10 x 10 cm oil on canvas 2010

(18)

Waktu Terus Berlari 10 x 10 cm oil on canvas 2010

(19)
(20)

Di atas Langit Masih Ada Langit

200 x 200 cm acrylic on canvas 2011

(21)

21 Gerbang Pintu Harapan 10 x 10 cm acrylic on canvas 2011

(22)
(23)
(24)
(25)

2

(26)
(27)

2

(28)

NURUL HAYAT (ACIL) was born in Tasikmalaya, West of Java on Sep-tember, 06, 1972. Graduate from Sarjanawiyata Tamansiswa Univer-sity. Postgraduate Indonesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta. He create a Jhon Doe (‘Si Polan’ in Indonesia, ‘Fulana’ in Portugal, ‘Fulan’ in Middle East, ‘Ah Beng’ in Singapore, or ‘Thio Sam’ in Tiong-hoa) character on his works of two-dimension. The character of this ‘Jhon Doe’ describe by masculine bodies, completely naked, with colorful bald-head that always have a flat face (without expression). Acil wants to speak loudly about the identity of humanity and so at once he wants to criticize the wrong understanding when emphasis of urban life identity based on advertisement, lifestyle, and trend. He ‘undrape’ that bodies who dependent on that crap, even with ex-tremely he ‘shaving down’ all of the attribute about the beauty and handsomeness by removing the hair on the head of his characters. Acil is one of the artist that always want to learn everything and love to explore his works with different medium. In this time he struggling with newsprint media – as one of the urban life product – that he cre-ate to be his three-dimensions works.

AWARDS

200 : The second best TransTV and Trans7 gateway contest. 1992 : The best sketch Sarjanawiyata Tamansiswa University.

SELECTED GROUP EXHIBITIONS

2011 : Tubuh-Tubuh Margin, Philo Art Space, Jakarta, Indonesia; To Know The Unknown (collaboration with Marbod Fritsch-Austria), Se-won Artspace, Yogyakarta, Indonesia; Menembus Batas, a group exhi-bition with Sanggar Suwung, Bentara Budaya Yogyakarta, Indonesia; D & Art, Roemah Rempah, Solo, Indonesia; 27th Dies Natalis Indone-sian Institute of Art (ISI) Yogyakarta, UPT Galeri ISI Yogyakarta, Indo-nesia. 2010 : Art (Sem), Semarang, Indonesia; Tanah Jawa, a group exhibition with Arts Liberation Front, Taman Budaya Yogyakarta, Yo-gyakarta, Indonesia; Jakarta Art Award, North Art Space Pasar Seni

Ancol, Jakarta, Indonesia; Power Wagon, a group exhibition with Kelompok Parkiran, Jogja National Museum, Yogyakarta, Indone-sia; Kebersamaan, Biasa Gallery, Yogyakarta, Indonesia. 200: Jogja Jamming, Biennale X Yogyakarta, Indonesia; Jogja Art Fair, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia; Meeting People is Not Easy, Roommate, Yogyakarta, Indonesia. 200: Global Warming, a performance art with Pataga Tujuh Belas Agustus University, Sura-baya, Indonesia; Global Warming, a performance art at Tasikma-laya, West of Java, Indonesia; The Untranslateable, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia. 2002 : Group exhibition at Pulau Air, Seribu Islands, Jakarta, Indonesia. 2000 : Bercermin, Sanggar Suwung, Yogyakarta, Indonesia. 1 : Instalasi Chaos, Gedung Agung, Yo-gyakarta, Indonesia. 1 : Bandung-Yogya, a group exhibition with Sanggar Suwung, Yogyakarta, Indonesia; Instalation workshop with Nindityo Adipurnomo, Sanggar Suwung, Yogyakarta, Indonesia.

16 : Weather Report, a workshop with six Netherland artists, Cemeti Art House, Yogyakarta, Indonesia; A workshop with FX Har-sono, Cemeti Art House, Yogyakarta, Indonesia. 1 : Young Artist Exhibition II, Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Indonesia.

MULTAZAM KAMIL was born in Makassar, South of Sulawesi on August, 05, 1969. Graduate from Indonesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta.

He speak of little poetic moments in life, the fallibilities of the hu-man spirit, moods and situations in life. Matters relating to the material and physical are left behind in Zam Kamil’s painted world, one finds a sense of wonder towards nature; unceasing attempts to capture the depths of human sensations, and distilled essence of life’s milestones. The simplified and abstracted silhouette figure is a leitmotif in Zam Kamil;s paintings; it is also in them that we recall the bold early 20th century Fauvist manifestos of noted modernists like Andre Derain and Henri Matisse affirming the expressive po-tency of color and artistic freedom from academic realism.

(29)

2

RESEARCH

1 : Examine the mural paintings of prehistoric sites Leangleang cave in the context of preparation the thesis entitled “Values of Aesthetic and Magical Religious of Mural Paintings Leangleang Cave South Sulawesi”.

SOLO EXHIBITIONS

200 : Aphostrophe, CG Artspace, Jakarta, Indonesia. 200 : Dance of Life, Aryaseni Gallery, Singapore. 2001:Terapung, Leangleang Art Studio, Yogyakarta, Indonesia.

SELECTED GROUP EXHIBITIONS

2011 : Tubuh-Tubuh Margin, Philo Art Space, Jakarta, Indonesia; Dusta Suci, a group exhibition with Spirit ‘90, Santrian Gallery, Sa-nur, Bali, Indonesia. 2010 : Makassar Art Moment #2, TransStudio Mall, Makassar. 200 : Exposign The Great Exhibition, JEC Yogyakar-ta, Indonesia; Singapore Art Fair, Singapore; Semarak Biennale, CG Artspace, Jakarta, Indonesia. 200 : Masterpiece South East Asian Modern and Contemporary Auction, Singapore; Singapore Art Fair, Singapore. 200 : Indonesian Contemporary Art, Smend Gallery, Cologne, Germany; Borobudur South East Asian Fine Art Auction, Singapore Art Fair, Singapore; Zeitgenossische: Indonesische Kunst, Cologne, Germany; Indonesian Art Today: Reexploring Culture, Ve-rona Italy. 2006 : Homage 2 Homesite: Kembali ke Gampingan, Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia; Art for Jogja, Taman Bu-daya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia. 200 : Open Rotermundt Asian Art 5, Home Gallery, Holland, Netherland; Art for Aceh, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia.

MOCH BASORI was born in Kediri, East of Java on March, 09, 1971. Graduate from Indonesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta.

He used painting as a media to depict human condition including himself. For him, the understanding of others is as important as

un-derstanding himself. This paradigm is shape by his interest in kejawen (Javanese mysticism). However, painting is just one of his artistic ac-tivities. Basori love to exploring different materials used windscreen, coconut, wood, brass, resin, cloth and bicycle frames, etc and imagi-natively uses them as media or parts in his Creations.

SELECTED SOLO EXHIBITIONS

200: Ritus Kawin, Museum Affandi, Yogyakarta, Indonesia. 2001:

Solo exhibition at Kedai Arya Panjalu, Yogyakarta, Indonesia. 1:

Solo exhibition at Kedai Kebun, Yogyakarta, Indonesia. 1: Solo ex-hibition at Purna Budaya, Yogyakarta, Indonesia.

SELECTED GROUP EXHIBITIONS

2011 : Tubuh-Tubuh Margin, Philo Art Space, Jakarta, Indonesia; Dusta Suci, a group exhibition with Spirit ‘90, Santrian Gallery, Sa-nur, Bali, Indonesia. 2010 : Power Wagon, a group exhibition with Kelompok Parkiran, Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia.

200 : Jogja Jamming, Biennale X Yogyakarta, Indonesia; Jogja Art Fair, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia; Meeting Peo-ple is Not Easy, Roommate, Yogyakarta, Indonesia. 200 :Group ex-hibition at Sangkring Artspace, Yogyakarta, Indonesia; Group exhibi-tion at Museum Affandi, Yogyakarta, Indonesia; Group exhibiexhibi-tion at HeArt Space, Bali, Indonesia; 69 Sexy Nian, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia. 200 : Group exhibition at Gallery Arus, Lombok, Indone-sia. 200 : The Survivors of Spirit, a group exhibition with Spirit ‘90, FM Cafe Sosrowijayan, Yogyakarta, Indonesia. 2002 : Ritus Kangen, a group exhibition with Spirit ‘90, Purna Budaya, Yogyakarta, Indo-nesia; Rekreasi Produktif, Museum Widayat, Yogyakarta, IndoIndo-nesia; Widayat’s Remember Day Exhibition, Museum Widayat, Yogyakarta, Indonesia; Neurosis, an exhibition with Yeri Padang, Andi’s Gallery, Jakarta, Indonesia; Group exhibition at Mhc Gallery (Canada), New York, New Jersey and Virginia. 2001 : Spirit ‘90, INA Gallery, Jakarta, Indonesia; 7 Pendusta, Bentara Budaya, Yogyakarta, Indonesia; 7 Pendusta, Air Art House, Jakarta, Indonesia.

(30)

PRIYARIS MUNANDAR was born in Yogyakarta, Center of Java on February, 27, 1980. Graduate from Indonesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta.

AWARDS

2010 : Finalist 69 Indonesia Art Award (IAA) Jakarta, 2010.

2006 : 50 Best Finalist in Championship Painting of Mega-wati’s Face, Taman Budaya Solo, Solo, Indonesia. 1 : The Best Sketch, Indonesian Art Institute, alumni 1999, Yogyakar-ta, Indonesia.

SOLO EXHIBITIONS

200 : Face to Face, Kartika Plaza, Bali, Indonesia. 2006 : Hi-tam Putih, Agas Hotel, Solo, Indonesia.

SELECTED GROUP EXHIBITIONS

2011 : Tubuh-Tubuh Margin, Philo Art Space, Jakarta, Indo-nesia; Sstt...This is Art, Warning!, Syang Art Space, Magelang, Indonesia; Bling Bling Art Project, Pacific Place, Jakarta, In-donesia; Bazaar Art Jakarta, The Ritz Carlton, Jakarta, nesia; Sekarat, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indo-nesia. 2010 : Abstrak Indonesia, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia; Art Liberation Front, Biasa Gallery, Yogyakarta, Indonesia; Energy 3, Bentara Budaya Jakarta, Jakarta, Indonesia; Expresif, Jogja Gallery, Yogyakarta, In-donesia; Hip! Hip! Hero!, Galeri Apik, Jakarta, InIn-donesia; Contemporaneity, Biennale Indonesian Art Award 2010, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta; Green Carnival (Public Art Project), Pacific Place, Jakarta, Indonesia; Bazaar Art Jakarta, The Ritz Carlton, Jakarta, Indonesia; Visit Us in The Asia Top Gallery Hotel Art Fair, Seoul, Korea; Tanah Jawa, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia; Jogja Art Care, Jogja Nasional Museum, Yogyakarta, Indonesia. 200 : Jogja Jamming, Biennale X Yogyakarta, Indonesia; Menjadi Indonesia, Gedung Arsip Nasional (National Archive Build-ing), Jakarta, Indonesia; Post Boom, a group exhibition with

9 Block Group, Syang Art Space, Magelang, Indonesia; Group exhibi-tion with Persatuan Paguyuban, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakar-ta, Indonesia; Seniku Tak Berhenti Lama, Taman Budaya YogyakarYogyakar-ta, Yogyakarta, Indonesia. 200 : Mitos Kontemporer, a group exhibition with 9 Block Group, Sangkring Art Space, Yogyakarta, Indonesia; Body Painting Action, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia; Jogja Art Fair #1, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia. 200 : Homage 2 Homesite, Jogja Nasional Museum, Yogyakarta, Indonesia; Display 1000 Lukisan, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia; Welcome to and to, Ministry Coffee, Yogyakarta, Indonesia. 2006 : Homage 2 Homes-ite: Kembali ke Gampingan, Jogja National Museum, Yogyakarta, In-donesia; Welcome to and to, Ministry Coffee, Yogyakarta, Indonesia.

200-200 : Head to Creative Team at Tabloid Swasta, Yogyakarta, Indonesia.

IQRAR DINATA was born in Sawah Lunto, West of Sumatera, October, 06, 1981. Graduate from Indonesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta.

AWARDS

2006 : Finalist Jakarta Art Award (JAA). 2003 : Finalist Asean Art Award. 2002 : The Best Artwork, Dies Natalis Indonesia Art Institute (ISI) Yogyakarta, Indonesia.

SOLO EXHIBITION

1 : Aktivitas Manusia dan Lingkungannya, Fine Art Faculty, Indo-nesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta, Indonesia.

SELECTED GROUP EXHIBITIONS

2011 : Tubuh-Tubuh Margin, Philo Art Space, Jakarta, Indonesia; Group exhibition graduate of Fine Art High School (SMSR) Padang, Taman Budaya Padang, West of Sumatera, Indonesia. 2010 : Bakaba, a group exhibition with Sakato Art Community, Jogja National Muse-um, Yogyakarta, Indonesia. 200 : Trapesium, Edwin Gallery, Jakarta, Indonesia; Post Boom, a group exhibition with 9 Block Group, Syang Art Space, Magelang, Indonesia. 200 : Group exhibition at Elegance

(31)

1

Art Space, Jakarta, Indonesia; Kaba Rang Minang, Ego Gallery, Jakarta, Indonesia; Survey, Edwin Gallery, Jakarta, Indonesia; Hulu Fantasi, One Gallery, Jakarta, Indonesia; Looking Inward, Elegance Art Space, Jakarta, Indonesia; Mitos Kontemporer, a group exhibition with 9 Block Group, Sangkring Art Space, Yogyakarta, Indonesia; Heros, Tujuh Bintang Art Space, Yo-gyakarta, Indonesia. 200 : Nusantara, Galeri Nasional, Ja-karta, Indonesia; Panorama, SIGI Gallery, Bukittinggi, West of Sumatera, Indonesia. 2006 : Jalin Bapilin, Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Indonesia; Art for Jogja, Societet Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia; Jakarta Art Award, Ancol, Jakarta, Indonesia. 200 : Sketsa Ulang Tahun Yogyakarta, Gramedia Building Yogyakarta, Indonesia; Minangese art ex-hibition, Galeri Nasional, Jakarta, Indonesia. 200 : SA_AKA 99 group exhibition, Purna Budaya Yogyakarta, Indonesia; Group exhibition with Sakato Art Community, Langgeng Gal-lery, Magelang, Indonesia; Asean Art Award, Asean Secretary Building Jakarta, Indonesia; 1th Dies Natalis Indonesian In-stitute of Art (ISI) Yogyakarta, Galeri UPT ISI Yogyakarta, Indo-nesia; Group exhibition with Gledek 99, Purna Budaya Solo, Solo, Indonesia. 2002 : Group exhibition with Gledek 99, Sanggar Caping, Yogyakarta, Indonesia. 2001 : Group exhibi-tion with Sakato Art Community, Purna Budaya Yogyakarta, Indonesia.

(32)

This catalogue is published in conjunction with a Fighting Cocks Group Exhibition

TUBUH-TUBUH MARGIN september 26 - october 10, 2011 @ Philo Art Space

Jl Kemang Timur 90 C South Jakarta 12730 Indonesia t/f: (62 21) 719 84 48 m: +62 11 10 60  e: philoartspace@gmail.com Curator: Tommy F Awuy

Special thanks : Nurul Hayat (acil) I Multazam Kamil I Moch Basori Priyaris Munandar (aris) I Iqrar Dinata

Photography of Artworks: Artist Design: signscape

Published by Philo Art Space 2011

Copy Rights © Philo Art Space

All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photography, recording or otherwise, without the written permission from Philo Art Space

(33)

Referensi

Dokumen terkait

SUSANTO Seni Budaya SMA PEMBANGUNAN WONOSARI SABTU, 9 Agust 2014 51 Kab... Teknik Kendaraan Ringan SMK Muhammadiyah Doro SABTU, 9 Agust 2014

Pelaksanaan pengujian dilakukan dengan mengganti ukuran puli pada poros output dengan perbandingan puli input dan output 1 : 1,33 dan 1 : 3, mengukur jumlah putaran poros

Dengan cara menghitung yang sa- ma, dapat dikemukakan bahwa dalam 1 ha lahan pertanian di Indonesia terdapat sekitar 32,5 kg Meloidogyne spp., yaitu satu spesies nematoda

Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, menegaskan bahwa P3M Politeknik Negeri Semarang sesuai Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

Pokok penelitian ini terarah pada upaya untuk mengubah dan memperbaiki sistem yang telah ada di masyarakat, sehingga fenomena pembangunan rumah pasca- bencana, yang dinilai lambat

Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah lembar pengamatan berupa daftar cek ( checklist ) atau skala penilaian

2.3 KAJIAN OLEH ALDRIDGE DAN ROWLEY (1998) DI UNITED KINGDOM Kajian ini dijalankan oleh Aldridge dan Rowley (1998) yang bertujuan untuk mengetahui kepuasan pelajar

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ternak Potong, Laboratorium Terpadu dan Ranch Maiwa Breeding Center Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, penelitian