• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran buah yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran buah yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran buah yang termasuk famili Leguminoceae yang telah dikenal lebih dari 7000 tahun yang lalu. Amerika Latin di wilayah Selatan Meksiko dan wilayah panas Guatemala adalah pusat asal utama tanaman buncis. Penjelajah Eropa berperan menyebarkan buncis ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Kuring, 2007).

Di dalam sistematika botani, tanaman buncis menduduki klasifikasi sebagai berikut: Divisi: spermatophyta, subdivisi: angiospermae, kelas: dicotyledoneae, subkelas: calyciflorae, ordo: leguminales, famili: Leguminoceae, sub family: papillionaceae, genus: phaseolus, spesies: Phaseolus vulgaris L. (Cahyono, 2007).

Tanaman buncis termasuk tanaman semusim yang dibedakan atas dua tipe pertumbuhan, yaitu tipe merambat (bersifat indeterminate) dimana tanaman tumbuh membelit atau merambat, sehingga memerlukan turus atau lanjaran setinggi kurang lebih 3 meter. Tipe kedua yaitu tipe tegak (bersifat determinate) dimana tanaman tidak tumbuh membelit atau merambat tetapi berbentuk semak, dan tingginya hanya sekitar 60 cm. Ruas batangnya agak pendek, percabangannya rendah dan sedikit. Sehingga tanaman buncis jenis ini tidak memerlukan turus atau lanjaran. Daun buncis berdaun tiga dan menyirip (Djuariah, 2013).

Tanaman buncis tipe merambat sifatnya mirip tanaman kacang panjang. Daunnya tegak lebih kasar dan polongnya cenderung lebih pipih dari kacang panjang. Aroma polong kacang buncis agak langu (kurang sedap). Buah dan polongnya pendek, berukuran 12 cm, ada yang lurus atau bengkok, dan warnanya bermacam-macam. Bentuk polongnya yang pipih (flat) dan ada yang gilig

(2)

(round). Buncis tipe merambat membutuhkan lanjaran. Biasanya lanjaran ini dibuat dari bambu atau kayu dengan ukuran panjang 2 m dan lebar 4 cm. Lanjaran tersebut ditancapkan didekat tanaman. Setiap 2 batang lanjaran yang berhadapan diikat menjadi satu pada bagian ujungnya, sehingga akan tampak lebih kokoh. Pelaksanaan pemasangan lanjaran dapat dilakukan setelah tanaman berumur 20 hari (Sunarjo, 2010).

Tanaman buncis tipe tegak tidak perlu diberikan lanjaran, sedangkan buncis menjalar perlu diberikan lanjaran, supaya pertumbuhannya dapat lebih baik. Buncis tipe tegak umumnya pendek dengan tinggi tidak lebih dari 60 cm. Harga lanjaran yang mahal di beberapa daerah pertanaman buncis rambat mendorong usaha beralih ke buncis tegak. Buncis tegak berbunga serempak dan tidak memerlukan turus atau lanjaran, sehingga dapat menghemat biaya usaha tani kira-kira sebesar 30% (Djuariah, 2013).

Buncis biasa ditanam bijinya, baik yang berasal dari tempat penjualan bibit yang telah siap ditanam ataupun dari kacang buncis yang telah dikeringkan setelah

dipanen. Jarak tanam yang dipakai untuk tanaman buncis tipe tegak adalah 30 x 40 cm. Kebutuhan benih per hektar untuk buncis tegak sebesar 20-30 kg/ha

(Waluyo dan Djuariah, 2013).

Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam pada dataran tinggi dengan ketinggian 1000 - 1500 mdpl dengan iklim kering. Sifat yang baik untuk tanaman buncis seperti tanahnya gembur, remah, subur, dan mempunyai pH 5,5 – 6,0. Tanaman buncis tidak menghendaki curah hujan yang khusus, melainkan dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 1500 - 2500 mm pertahun. Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan buncis adalah antara 20oC - 25oC. Pada suhu udara lebih rendah dari 20oC, tanaman tidak dapat melakukan

(3)

fotosintesis dengan baik. Akibatnya pertumbuhan polong menjadi terhambat. Sebaliknya pada suhu udara lebih tinggi dari 25oC banyak polong yang hampa. Kelembaban udara yang dibutuhkan untuk dapat tumbuh dengan baik adalah sebesar 50% - 60% (Setianingsih dan Khaerodin, 2002).

Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah remah yang dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 4 meter (Cahyono, 2007).

Panjang batang tipe merambat dapat mencapai 3 m, dengan lebih dari 25 buku pembungaan. Bentuk akar ini mudah rebah, karena itu, umumnya ditopang dengan lanjaran atau tiang. Bentuk semak determinate memang pendek, beberapa jenis lagi lebih tinggi dari 60 cm, memiliki jumlah buku sedikit dan perbungaannya terbentuk diujung batang tanaman (Cahyono, 2007).

Ukuran daun sangat bervariasi tergantung varietasnya (Cahyono, 2007). Daun buncis beranak daun tiga dan menyirip. Kultivar sekarang memiliki daun kecil sehingga meningkatkan penetrasi cahaya kedalam kanopi tanaman, khususnya untuk penanaman yang sangat rapat. Walaupun sifat ini cenderung meningkatkan hasil total, ukuran daun kecil menghasilkan polong yang kecil pula. Daun merupakan salah satu organ tanaman yang menjadi tempat berlangsungnya proses fotosintesis yang menghasilkan karbohidrat. Karbohidrat hasil fotosintesis akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ lainnya (Bleasdale, 1973).

Jumlah daun yang cukup merupakan syarat bagi tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis secara optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas bunga dan polong berisi. Bunga berukuran kecil dan mudah terlihat, berwarna

(4)

putih, merah jambu, atau ungu. Bunga ini sempurna dan seperti halnya kapri memiliki 10 benang sari, 9 diantaranya menyatu membentuk tabung yang melingkupi bakal buah panjang, dan satu benang sari teratas terpisah dari yang lain. Bunga menyerbuk sendiri dan umumnya jarang terjadi persilangan terbuka (Cahyono, 2007).

Polong bentuknya ada yang pipih lebar dan memanjang ± 20 cm, bulat lurus dan pendek ± 12 cm dan bulat panjang ± 15 cm. Susunan polong bersegmen-segmen dengan jumlah biji 5–14 per polong. Ukuran dan warna polong bervariasi tergantung kepada jenis varietas. Biji berukuran agak besar, bentuknya bulat lonjong dan pada bagian tengah melengkung (cekung), berat 100 bijinya sebesar 16-40.6 g dengan warna biji hitam (Cahyono, 2007).

Polong tanaman hampir selalu memanjang, bukan membesar, panjangnya berkisar 8-20 cm atau lebih dengan lebar mulai kurang dari 1 cm hingga beberapa cm. Bergantung pada kultivar, ujung polong dapat meruncing dan tumpul, bentuk polong melintangnya beragam, mulai dari bundar hingga oval memanjang dan beberapa jenis membentuk hati. Polong sebagian besar kultivar terbaru agak lurus, walaupun beberapa jenis biasanya melengkung. Sebagian besar kultivar memiliki polong berwarna hijau muda hingga hijau kebiruan tua, yang kutivar lain berpolong kuning (berlilin), ungu, atau multiwarna (Cahyono, 2007).

Pada kondisi pertanaman yang optimum, tanaman buncis tipe semak/tegak dapat dipanen pada umur 40-45 hari. Sedangkan tipe merambat umumnya memerlukan 10-20 hari lebih lama untuk dapat dipanen. Buncis tegak dapat dipanen sebanyak 4-5 kali, sedangkan buncis rambat 12-13 kali. Produksi polong buncis rambat mencapai 24-40 ton/ha dan buncis tegak 20-24 ton/ha. Panen polong dilakukan pada saat polong masih muda dan bijinya kecil belum menonjol

(5)

ke permukaan polong dan biasanya itu terjadi pada saat 2-3 minggu sejak bunga mekar. Apabila panennya terlambat, hasilnya akan meningkat tetapi kualitasnya cepat menurut karena biji dalam polong berkembang dan menyebabkan permukaan polong bergelombang. Penyimpanan pada suhu 5oC – 10oC dan kelembaban 95% dapat menjaga umur simpan polong selama 2-3 minggu (Djuariah, 2013).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman buncis dapat dilakukan dengan pemupukan. Pada sistem pertanian intensif yang diusahakan oleh petani berskala menengah dan besar, pemakaian pupuk anorganik sangat berlebihan. Penggunaan pupuk anorganik sering digunakan petani karena pengaruh yang ditimbulkan lebih cepat terlihat. Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dapat menurunkan kesuburan biologis tanah, memacu perkembangan patogen, menyebabkan keracunan unsur hara dan menurunkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama, penyakit, angin dan hujan (Sutanto,2002).

Pupuk organik adalah pupuk yang sudah mengalami penguraian dengan bahan baku utama sisa makhluk hidup seperti darah, tulang, kotoran, serta sisa tumbuhan atau limbah rumah tangga. Keberadaan bahan organik dalam tanah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui fisika, kimia, dan biologi tanah. Penggunaan pupuk organik seperti abu sekam padi, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan pupuk kandang kambing, semuanya berasal dari limbah pertanian dan limbah peternakan yang harus ditanggulangi secara baik. Penggunaan pupuk organik sangat penting peranannya dalam memperbaiki struktur tanah dan dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman dan dapat merangsang aktifitas mikroorganisme tanah (Yani, 2009).

(6)

Fungsi pupuk organik terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan kapasitas menahan air, mencegah erosi dan longsor, dan merevitalisasi daya olah tanah. Fungsi pupuk organik terhadap sifat kimia yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation, mengingkatkan ketersediaan unsur hara, dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Fungsi pupuk organik terhadap sifat biologi yaitu menjadikan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah seperti fungi, bakteri, serta mikoorganieme menguntungkan lainnya (Atmojo, 2003).

Pemupukan menggunakan pupuk kandang kambing dapat meningkatkan hasil tanaman kacang buncis. Pupuk kandang kambing dapat menyediakan unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Ca, Mg, S, Na, Fe, Cu, Mo). Selain mampu menyediakan unsur hara, pupuk kandang mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan penggunaan pupuk anorganik dengan cara meminimalkan kehilangan pupuk anorganik akibat penguapan atau tercuci oleh air siraman atau air hujan (Musnamar, 2004). Menurut Syarief (1986), pupuk kotoran kambing juga berfungsi untuk meningkatkan daya menahan air, mengandung mikroorganisme tanah yang dapat mensintesa senyawa tertentu yang bermanfaat bagi tanaman.

Menurut hasil penelitian Rihana dkk (2013), bahwa perlakuan pupuk kotoran kambing berpengaruh terhadap panjang tanaman, jumlah daun, bobot kering total tanaman, jumlah polong per tanaman, bobot per tanaman dan bobot per hektar pada tanaman buncis. Pemberian pupuk kotoran kambing dosis 10 ton/ha meningkatkan bobot polong per hektar sebesar 5,88 ton/ha.

Menurut hasil penelitian Hadi dkk (2015), jarak tanam dan dosis kotoran kambing mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman buncis pada bobot segar,

(7)

kering polong, jumlah polong dan bobot polong per tanaman. Perlakuan jarak tanam 50 x 30 cm menjadi 50 cm x 40 cm meningkatan bobot per hektar sebanyak 0,43 ton ha-1. Pemberian pupuk kotoran kambing 15 ton ha-1 dapat meningkatkan bobot polong per hektar sebanyak 1,34 ton ha-1.

Dalam penelitian Styaningrum dkk (2013), menyatakan bahwa perlakuan pupuk kandang kambing berpengaruh terhadap panjang tanaman buncis, jumlah daun, umur muncul bunga dan umur panen. Pemberian pupuk kandang kambing dengan dosis 10 ton ha-1 sampai dengan dosis 30 ton ha-1 meningkatkan bobot polong per hektar sebesar 6,76 ton, sedangkan dari dosis 30 ton ha-1 menjadi dosis 40 ton ha-1 terjadi peningkatan sebesar 2,24 ton.

Hasil penelitian Manik (2003), menunjukkan bahwa pemupukan dengan pupuk kandang kambing dengan dosis 4 ton/ha menghasilkan pertumbuhan tanaman kedelai yang terbaik dan juga berbeda nyata dengan dosis yang sama dari pupuk kandang yang lainnya. Hal ini bertentangan dengan penelitian Harsono dkk (1992), yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang kambing sampai dengan dosis 10 ton/ha belum mampu meningkatkan hasil kacang tanah di Jepara. Pupuk TSP (Triple Super Fosfat) merupakan sumber unsur fosfor terbaik karena kadar fosfor yang dikandungnya praktis hampir seluruhnya dapat melarut dalam air. Pupuk TSP ini tidak berbentuk serbuk tetapi merupakan butiran-butiran yang berwama kelabu. Pupuk ini tidak higroskopik (tidak mudah menyerap uap air), sehingga resiko terjadi pengumpalan sangat kecil (Sutejo, 1990).

Fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan hasil optimum. Fosfor merupakan komponen yang mempunyai fungsi penting dalam proses fotosintesis, penggunaan gula serta pati, dan transfer energi. Tidak ada unsur hara lain yang dapat menggantikan

(8)

fungsi P pada tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan P yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Defesiensi P dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat, lemah, dan kerdil.

Fungsi utama Fosfor (P) berperan dalam setiap proses fisiologis tanaman, baik yang menyangkut pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Fosfor merupakan komponen utama asam nukleat yang berperan kedalam pembentukan akar. Kekurangan unsur fosfor akan dapat melemahkan jaringan, menghambat pertumbuhan, serta memperlambat proses fisiologis (Sastrosayono, 2003).

Sebagian besar tanaman dapat mengambil P yang diberikan dari pupuk sebesar 10 hingga 30% dari total P yang diberikan selama tahun pertama pemupukan, berarti 70-90% pupuk P tetap berada di dalam tanah. Besarnya kemampuan tanah tanaman memanfaatkan P dipengaruhi oleh pH tanah, tipe liat, temperatur, bahan organik, dan waktu aplikasi (Hanafiah KA, 2007 ).

Walaupun sumber fosfor di dalam tanah mineral cukup banyak, tanaman masih bisa mengalami kekurangan fosfor, karena sebagian besar terikat secara kimia oleh unsur lain sehingga sukar terlarut di dalam air (Novizan, 2002).

Di dalam batuan fosfat alam terkandung berbagai unsur seperti Ca, Mg, Al, Fe, Si, Na, Mn, Cu, Zn, Mo, B, Cd, Hg, Cr, Pb, As, U, V, F, Cl. Unsur utama di dalam fosfat alam antara lain P, Al, Fe, dan Ca. Secara kimia, fosfat alam didominasi oleh Ca-P atau Al-P dan Fe-P sedangkan unsur lain merupakan unsur ikutan yang bermanfaat dan sebagian lain kurang bermanfaat bagi tanaman (Sutriadi dkk, 2010).

Hasil penelitian Kustiawan (2014), menunjukkan bahwa pemberian pupuk TSP secara tunggal memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, persentase

(9)

polong bernas per tanaman dan berat biji kering per tanaman dan berat 100 biji pada tanaman kacang hijau, dengan perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan pemberian pupuk TSP 14,4 g/plot.

Hasil penelitian Barus (2014), menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk TSP dosis 30 g/plot memberikan hasil maksimal terhadap parameter umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah polong per plot,berat 100 biji dan bobot polong per plot pada tanaman kacang hijau.

Menurut Djuariah (2013), bahwa pupuk yang digunakan pada tanaman buncis terdiri atas pupuk kandang kuda atau ayam 15 ton/ha, TSP 250 kg/ha dan KCL 250 kg/ha sebagai pupuk dasar. Pemberian pupuk kandang dilakukan dengan cara disebar dan diratakan bersamaan dengan pengolahan tanah. Pupuk N berupa Urea dan ZA dengan perbandingan 1:2 sebanyak 300 kg/ha diberikan pada umur 1 dan 3 minggu setelah tanam masing-masing setengah dosis.

Referensi

Dokumen terkait

Semangat semacam inilah yang hendak dilakukan Muhammad Syahrur, seorang pemikir kontemporer dari Arab-Syiria, yang mencoba “menawarkan” metodologi baru dengan teori batas

Meniru menjadi salah satu faktor pemicu shopaholic bagi mahasiswa untuk terus merasa kekurangan terhadap apa yang belum mereka miliki, karena gaya hidup seperti

kendi” diambil dari banyaknya wadah tembikar yang pecah ketika nenek monyang masyarakat Pongka masa lalu lewat pada daerah ini. Wadah-wadah tersebut pecah akibat

Operasionalisasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang akan menjadi acuan dalam penelitian ini menggunakan CDM mengacu pada Durianto 2007 maka variabel yang

• Jaringan telekomunikasi dirancang untuk melayani beragam pengguna yang menggunakan berbagai macam perangkat yang berasal dari vendor yang berbeda.. • Untuk merencanakan

Dalam penelitian ini peneliti ingin menyelidiki peningkatan kemampuan kepercayaan diri siswa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada konsep asam basa dengan

Hasil analisis multivariabel menunjukkan bahwa wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia tahun berisiko , kali lebih besar untuk menderita kanker serviks

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada guru PAI untuk memilih strategi yang baik dalam meningkatkan disiplin shalat fardhu siswa SMPN