• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEMANFAATKAN LOKASI TAMBANG TIMAH (CAMOI) SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEMANFAATKAN LOKASI TAMBANG TIMAH (CAMOI) SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT

(STM) DENGAN MEMANFAATKAN LOKASI TAMBANG TIMAH

(CAMOI) SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI UNTUK

MENINGKATKAN SIKAP DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA

TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

Nadia Gumaria

(1308016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

LEMBAR HAK CIPTA

PEMBELAJARAN MODEL SAINS TEKNOLOGI

MASYARAKAT (STM) DENGAN MEMANFAATKAN

LOKASI TAMBANG TIMAH (CAMOI) SEBAGAI

SUMBER BELAJAR BIOLOGI UNTUK

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN

SIKAP SISWA TENTANG PENCEMARAN

LINGKUNGAN

Sebuah Tesis yang diajukan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Nadia Gumaria

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau

sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi atau cara

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT

(STM) DENGAN MEMANFAATKAN LOKASI TAMBANG TIMAH

(CAMOI) SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI UNTUK

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA

TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing I,

Prof. Dr. Hj. RR. Hertien Koosbandiah. S, MScEs. PhD NIP. 196104191985032001

Pembimbing II,

Dr. H. Taufik Rahman, M.Pd NIP. 196201151987031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Biologi

(4)

PEMBELAJARAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT

(STM) DENGAN MEMANFAATKAN LOKASI TAMBANG TIMAH

(CAMOI) SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI UNTUK

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA

TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN

Nadia Gumaria

Program Studi Pendidikan Biologi

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Email: nadiagumaria@gmail.com

ABSTRAK

Pembelajaran biologi yang diterapkan pada penelitian ini mengangkat isu dan masalah pencemaran lingkungan akibat tambang timah di Provinsi Bangka Belitung. Disesuaikan dengan muatan dalam Kurikulum 2013, melalui model Sains Teknologi Masyarakat (STM), pembelajaran ini dilakukan dengan memanfaatkan lokasi tambang timah (camoi) sebagai sumber belajar biologi. Penelitian juga dilakukan untuk mengungkap fakta di lokasi tambang timah dan mengetahui bagaimana peningkatan penguasaan konsep serta sikap siswa terkait konsep pencemaran lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah week exsperiment dengan desain penelitian one-group pretest-postest yang dilakukan di SMAN 2 Sungaiselan kabupaten Bangka Tengah, pada 38 orang siswa kelas X IPA 2 yang sedang memperoleh materi pencemaran lingkungan pada semester genap tahun 2014/2015. Data penelitian diperoleh sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan. Intrumen berupa soal tes penguasaan konsep dengan level kognitif dan dimensi pengetahuan konsep, faktual, prosedural dan metakognitif yang mengacu pada taksonomi Bloom revisi, sedangkan, instrumen angket sikap siswa mengacu pada framework Krathwohl. Selama pembelajaran siswa berinteraksi langsung dengan fakta di lokasi tambang timah dengan dibantu oleh LKS yang dikembangkan sesuai dengan konteks tahapan dari model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor penguasaan konsep untuk postest lebih tinggi 62,4% dari rerata skor pretest dan termasuk kategori sedang. Hasil ini juga didukung oleh peningkatan sikap siswa terhadap pembelajaran, yang menunjukkan ada perbedaan, yaitu skor rerata postest lebih tinggi dibandingkan rerata skor pretest, yaitu sebesar 15,0% namun masih dalam kategori rendah. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang memanfaatkan lokasi tambang timah (camoi) sebagai sumber belajar belum memberikan hasil yang maksimal terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa.

(5)

THE SOCIETY TECHNOLOGY SCIENCE (STS) MODEL LEARNING BY UTILIZING THE LOCATION OF LEAD MINING (CAMOI) AS LEARNING

RESOURCE TO ENHANCE CONCEPT MASTERY AND STUDENT’S ATTITUDE ABOUT ENVIRONMENTAL POLLUTION

Nadia Gumaria

Study Program of Biology Education

School of Post Graduate, Indonesia University of Education Email: nadiagumaria@gmail.com

ABSTRACT

Biology learning which is applied in this study raise the issue and problem of environment pollution as result of lead mining in Bangka Belitung Province. Tailored with content in Curriculum 2013, Society Technology Science (STS) learning model which utilize the location of lead mining (camoi) as learning resource is learning which is applied in this study to find out how the enhancement of concept mastery and student’s attitude. The method of study used is week experiment by one-group pre test-post test research design which is conducted in SMAN 2 Sungaiselan, Central Bangka province toward 38 students of class X IPA 2, who were getting environment pollution material in even semester, 2014/2015 academic year. Research data is obtained before and after learning implementation, namely instrument in the form of concept mastery test with cognitive level and concept, factual, procedural and meta cognitive knowledge dimensions which are refer to Krathwohl framework. During learning, student interact directly with facts in location of lead mining, assisted by LKS which is developed in accord with stage context of Society Technology Science learning model. Result of study show that the average of concept mastery score for post test is higher than 62.4% from average of pre test score and included in medium category. This result is also supported by enhancement of student attitude toward learning, which show there is difference, namely average of post test score is higher than average of pre test score, that is 15.0% and included in low category. The conclusion of this study is that learning by Society Technology Science (STS) model which utilize the location of lead mining (camoi) as learning resource has not gave maximal outcome toward concept mastery and student’s attitude.

Keywords: The Society Technology Science Learning Model, the location of lead mining as learning resource, concept mastery, student’s attitude,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN...………. ii

ABSTRAK………. iii

KATA PENGANTAR……….. v

UCAPAN TERIMA KASIH……… vii

DAFTAR ISI……….……….... ix

DAFTAR TABEL……….... xi

DAFTAR GAMBAR……….... xii

DAFTAR LAMPIRAN………. xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….. 1

B. Rumusan Masalah………. 7

C. Batasan Masalah……… 7

D. Tujuan Penelitian……….. 8

E. Manfaat Penelitian……… 9

F. Asumsi Penelitian………. 9

G. Hipotesis Penelitian……….. 10

H. Struktur Organisasi Tesis……….. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Studi Lingkungan Akibat Tambang Timah ……….. 13

B.Pemanfaatan Masalah Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Biologi 23

C.Peran Masalah Lingkungan dalam Pembelajaran Biologi………. 25

D.Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)…. 26 E.Penguasaan Konsep………... 34

F. Sikap Siswa dalam Pembelajaran Biologi………. 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian………. 44

(7)

C. Definisi Operasional……… 45

D. Instrumen Penelitian……… 47

E. Prosedur Penelitian ……… 49

F. Mengolah data dan Analisis Data………. 62

G. Alur Penelitian ……….. 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Hasil Penelitian 1. Hasil Observasi Fakta Lingkungan Akibat Tambang Timah…. 67

2. Perencanaan Pembelajaran………. 71

3. Implementasi dan Kronologis Pembelajaran……….. 74

4. Uji Statistik Penguasaan Konsep dan Sikap……….. 90

5. Hasil Angket Tanggapan Siswa………. 97

6. Hasil Observasi Sikap……… . 100

B.Pembahasan Hasil Penelitian 1. Deskripsi Potensi Lokasi Tambang Timah terkait hasil observasi……… 102

2. Deskripsi Hasil Penguasaan Konsep Siswa ... 106

3. Deskripsi Hasil Angket Sikap Siswa ……… 115

4. Deskripsi Tanggapan Siswa ………. 119

5. Hasil Observasi Sikap Siswa ……… 121

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 124

B. Saran ………. 125

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perubahan Penutuan Lahan………... 19

Tabel 2.2 Lahan Kritis di kawasan Pertambangan……… 20

Tabel 2.3 Keberadaan Satwa……… 21

Tabel 2.4 Keberadaan Fauna………. 21

Tabel 2.5. Selabus Biologi kelas X IPA semester 2 ……… 26

Tabel 2.6. Sintaks atau Tahapan Model Pembelajaran STM……… 28

Tabel 2.7. Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan Model STM………... 34

Tabel 2.8. Struktur Proses Kognitif Dimensi dari Taksonomi Bloom Revisi……... 36

Tabel 2.9. Keunggulan Model Pembelajaran STM………... 38

Tabel 3.1. The One-Group Pretest-Postest Design………... 44

Tabel 3.2. Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal Pilihan Ganda……… 52

Tabel 3.3. Kategori Tingkat Kesukaran ……….. 53

Tabel 3.4. Hasil Analisis Uji Coba Tingkat Kesukaran Soal Pilihan Ganda ……… 53

Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda……… 55

Tabel 3.6. Hasil Ujicoba Analisis Validitas Instrumen Sikap ………. 59

Tabel 3.7. Kategori Persentase Pencapaian Penguasaan Konsep melalui Tes ……. 63

Tabel 3.8. Pengkategorian Persentase <g> ………... 63

Tabel 3.9. Pedoman penskoran jawaban pernyataan sikap………... 65

Tabel 3.10. Pedoman Penentuan Kriteria sikap ……… 65

Tabel 4.1. Hasil Observasi dan Wawancara ……….. 68

Tabel 4.2 Hasil Tes Penguasaan Konsep ………. 90

Tabel. 4.3. Hasil Sikap Siswa Kelas XIPA2………. 91

Tabel.4.4.Hasil Tes Pengusaan Konsep Soal Esai………. 91

Tabel 4.5. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa Kelas XIPA2 (N-Gain)……… 92

Tabel 4.6. Kategori Peningkatan Sikap Siswa Kelas XIPA2 (N-Gain) ……… 92

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Peningkatan Penguasaan Konsep dan Sikap Siswa Kelas XIPA2……… 93

Tabel 4.8. Rata-Rata Penguasaan Konsep Soal Pilihan Ganda………..…….. 94

Tabel 4.9. Rata-rata Penguasaan Konsep Soal Esai……… 96

Tabel 4.10. Tanggapan terhadap Indikator 1………... 98

Tabel 4.11 Tanggapan terhadap Indikator 2………... 98

Tabel 4.12 Tanggapan terhadap Indikator 3………. 99

Tabel 4.13 Tanggapan terhadap Indikator 4……… 99

Tabel 4.14 Tanggapan terhadap Indikator 5……… 99

Tabel 4.15 Tanggapan terhadap Indikator 6……… 100

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Fakta di Lokasi Tambang Timah “Air Hangat” ……….. 15

Gambar 2,2. Sintaks Model Pembelajaran STM………... 21

Gambar 2.3. Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013……….. 31

Gambar 2.4. Skema Stuktur Kognitif Taxsonomi Bloom Revisi………….. 35

Gambar 2.5. Attitude dari Framework Krathwohl………… ……….. 42

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian……… 67

Gambar 4.2 Skema Kegiatan Pembelajaran……….. 73

Gambar 4.3 Kegiatan Pretest……… 75

Gambar 4.4 Kegiatan Siswa ketika Menyimak Penjelasan Guru…………. 76

Gambar 4.5 Tampilan Gambar diawal Pembelajaran……… ………... 77

Gambar 4.6. Lokasi Tambang ”air hangat ”yang diamati Siswa... 78

Gambar 4.7. Kegiatan Penyemprotan Tanah... 79

Gambar 4.8. Bekas Galian yang Digenangi Air (Camoi)... 80

Gambar 4.9. Kondisi Genangan Air di Camoi... ... 81

Gambar 4.10. Hamparan Tanah Setelah Pengerukan... 81

Gambar 4.11. Hamparan Genangan Air (Camoi)... 82

Gambar 4.12. Kondisi Lokasi Penambangan Timah ’Air Hangat’... 83

Gambar 4.13. Wawancara Kepada Penambang Timah ’Air Hangat’... 84

Gambar 4.14. Mesin Penyedot Air ... 85

Gambar 4.15. Kegiatan Mengukur PH Tanah... 86

Gambar 4.16. Persiapan sebelum Penyaringan Sampel Air... 87

Gambar 4.17. Tahap Penyaringan Sampel Air dari Camoi... 87

Gambar 4.18. Kegiatan Penanaman Pohon di Lokasi Tambang Timah... 89

Gambar 4.19. Grafik Rata-Rata Sikap Siswa………. 97

Gambar 4.20. Rekapitulasi Hasil Observasi……...……….. 101

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Instrumen Penelitian

Lampiran A.1. RPP pertemuan 1-5 ….……… 132

Lampiran A.2 LKS 1……….... 142

Lampiran A.3 LKS 2………..…….. 146

Lampiran A.4 LKS 3……… 148

Lampiran A.5 Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep………... 151

Lampiran A.6 Kisi-Kisi Angket Sikap……… 152

Lampiran A.7 Kisi-Kisi Lembar Tanggapan……… 154

Lampiran A.8 Kisi-Kisi Lembar Observasi Sikap……….. 155

Lampiran A.9 Soal Pretes dan posttes Penguasaan Konsep…….. 156

Lampiran A.10 Lembar Pretes dan Postes Angket Sikap………… 163

Lampiran A.11 Lembar Tanggapan ……… 165

Lampiran A.12 Lembar Observasi Sikap……… 169

Lampiran A.13 Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran………….. 172

B. Hasil Uji Coba Tes Lampiran B.1 Tabel Hasil Analisis Uji coba Tes Sikap Siswa … 177 Lampiran B.2 Tabel Hasil Analisis Ujicoba Tes Konsep………… 178

Lampiran B.3. Hasil Analisis Reliabilitas Sikap dan Konsep…… 180

Lampiran B.4. Hasil Analisis uji coba Soal Konsep Esai.. …… 180

C. Analisis Data Lampiran C.1 Grafik Rekapituasi Hasil Pretest dan Postest………181

Lampiran C.2 Grafik Peningkatan Hasil Konsep dan Sikap………182

Lampiran C.3 Rata-Rata Peningkatan Konsep dan Sikap.. …… 183

Lampiran C.4 Hasil Uji Normalitas……… 185

Lampiran C.5 Grafik Hasil Skor Tanggapan Siswa……….. 186

Lampiran C.6 Hasil Perhitungan Observasi Sikap……… 188

(11)

Uji Hipotesis pretes penguasan konsep dan sikap… 186

D. Dokumen Pendukung

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Pembelajaran biologi pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antara individu dengan lingkungannya sebagai sumber belajar. Dari interaksi tersebut akan muncul keterlibatan proses siswa baik fisik maupun mental siswa yang memungkinkannya untuk berpikir dan bertindak. Piaget (dalam Nasution, 2009) juga menekankan bahwa proses belajar salah-satunya merupakan suatu interaksi individu dengan fenomena atau informasi baru yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, dalam pembelajaran sebaiknya guru menyajikan sesuatu yang berbeda dan dapat menarik perhatian siswa dengan memperluas ruang lingkup pengamatan terhadap lingkungan sekitar, serta pembelajaran juga sebaiknya dapat menyebabkan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman belajar siswa, sehingga kebermaknaan dalam pembelajaran dapat dirasakan.

Mengingat biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang banyak mengandung konsep dan erat hubungannya dengan proses mencari tahu hingga proses menemukan kebenaran dari fakta untuk membangun suatu konsep dan kemudian memahaminya. Dengan itu, proses tersebut akan dapat terjadi apabila ketika belajar dapat melibatkan proses fisik dan mental siswa untuk berkesempatan menemukan sendiri kebenaran tentang fakta yang ditemui langsung di lingkungan sekitar. Hal itu sangat mendukung proses pembelajaran, apabila terdapat kepekaan guru maupun siswa terhadap fakta terkait isu dan masalah yang berkembang di lingkungan dan di masyarakat.

(13)

dari hal-hal up to date yang berkembang di lingkungan dan masyarakat sekitar. Dengan memanfaatkan isu lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, diharapkan siswa akan memperoleh informasi lebih akurat dan dapat dipertanggung-jawabkan. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat belajar dari mengamati fakta yang ada di sekitarnya dan juga dapat membantu siswa mencari tahu dalam menemukan keterkaitan bahkan informasi terbaru terkait fakta. Hal ini dilakukan agar pembelajaran dapat mendorong terbentuknya pemahaman yang lebih bermakna yang menjadikan siswa sebagai pembelajar, yang mengerti bagaimana makna belajar (learning how to learn) (Depdikbud, 2013).

Terkait dengan penerapan model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat (STM) mengharuskan bahwa pembelajaran tidak lepas dari hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, salah-satu yang menjadi ciri penting STM adalah dengan mengangkat isu dan masalah yang berkembang di lingkungan masyarakat. Pembelajaran diharapkan dapat mengangkat isu tersebut yang kemudian dihadapkan kepada siswa ketika mereka belajar. Dalam penerapannya model Sains Teknologi Masyarakat juga dapat menambah pengalaman siswa ketika berinteraksi dengan kelompok, berdiskusi, bersosialisasi dan berkomunikasi dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dikaitkan dan diterapkan melalui materi pencemaran lingkungan pada kelas X SMA semester 2. Agar terlaksananya hal tersebut, maka pembelajaran hendaknya dapat dilakukan dengan mengedepankan kemampuan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa ketika proses belajar. Proses ini dapat diawali dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengenal lebih dekat terhadap kondisi apa yang sedang diamati, sehingga siswa dimotivasi untuk berupaya menunjukkan tindakan-tindakan terkait penerapan konsep dari pengetahuan yang siswa miliki salah-satunya dalam bentuk kepedulian siswa terhadap masalah lingkungan yang ada.

(14)

menghadirkan langsung isu dan masalah lingkungan sekitar yang sedang berkembang, sehingga sampai sekarang pembelajaran belum menggali potensi tersebut untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk siswa. Oleh sebab itu, fenomena ini menjadi salah-satu faktor yang mencerminkan rendahnya sikap keingintahuan siswa terhadap masalah yang sedang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Berkaitan dengan penjabaran dari fenomena tersebut, tentunya dirasa belum sejalan jika disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional yang dipertegas dalam UU No.20 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan sesungguhnya dituntut dapat menciptakan insan yang cerdas, bermoral dan memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Inti pernyataan tersebut bermaksud bahwa pembelajaran seharusnya dapat mengupayakan terbentuknya rasa bersyukur siswa terhadap anugerah alam yang diberikan-Nya melalui cara bertindak sesuai etika, peduli dan rasa tanggung-jawab terhadap kondisi lingkungan yang terjadi. Terkait dengan itu, Hamalik (2002) juga menekankan bahwa ini menjadi tugas penting bagi seorang guru ketika berperan dalam mengajar, dan guru sebaiknya harus memahami bahwa selain mengajar guru juga mempunyai kedudukan sentral serta berkewajiban untuk mampu menerjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai dalam kurikulum dan selanjutnya mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa selama proses pembelajaran.

(15)

Pembelajaran biologi pada dasarnya memiliki hubungan dengan alam dan lingkungan sekitar, sehingga guru dituntut dapat memanfaatkan potensi alam dan fenomena lingkungan sebagai sumber belajar, dengan memotivasi dan membimbing siswa pada kegiatan penginderaan seperti mengamati, menerima, menggali dan mengolah informasi yang dijumpai oleh siswa. sehingga kebermaknaan dalam belajar akan terlihat ketika informasi tersebut dapat dimengerti dan mudah diingat oleh siswa. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Lambros (2004), bahwa siswa akan berperan dan terlibat apabila pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan belajarnya, salah-satunya pembelajaran dihadapkan pada suatu masalah ataupun konflik yang sering mereka dijumpai. Maka dari itu pemanfaatan terhadap bagaimana kondisi lingkungan yang ada, dapat menjadi alternatif bagi guru untuk menciptakan kondisi belajar yang berbeda dari sebelumnya serta menjadi inspirasi bagi guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar melalui proses yang mengedepankan aktifitas dan kemampuan siswa. Carin dan Sund, (1997) juga menekankan bahwa biologi adalah bagian dari sains yang pada hakikatnya terbentuk dari interaksi antara sikap dan proses sains, yang diperoleh melalui penyelidikan fenomena. Maka potensi lingkungan sebetulnya dapat dimanfaatkan untuk membantu proses belajar siswa dan membantu guru dalam menggali kemampuan siswa. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan lingkungannya, dan hal ini sangat penting untuk diterapkan.

(16)

lagi adalah masalah ini tidak mendapat kejelasan mengenai keberlanjutannya dalam hal tindakan untuk mengantisipasi bahkan tindakan nyata terhadap potensi-potensi dari akibat yang dapat terjadi. Terlebih lagi lokasi tersebut tidak jauh dari keseharian siswa, bahkan tidak sedikit aktivitas siswa dan kerabatnya yang ikut berperan dalam proses penambangan timah tersebut.

Kenyataan ini mungkin tidak terpikirkan oleh siswa mengenai dampak buruk dari lubang-lubang (camoi) bekas galian timah yang melanda lingkungannya. Hal ini terjadi semata-mata karena belum ada kepekaan siswa terhadap masalah yang di lingkungan, ditambah dalam pembelajaran siswa tidak pernah dihadapkan langsung pada masalah atau fenomena yang ada. Dengan demikian, melalui pembelajaran biologi, dapat menjadi suatu upaya dalam membekali siswa dengan pengetahuan dan kepedulian dengan mengenalkan siswa lebih dekat terhadap masalah lingkungan yang ada disekitarnya.

Pada kenyataannya, selama ini pembelajaran biologi seyogyanya juga belum mewujudkan sikap peka dan rasa peduli dari siswa terhadap fenomena dan masalah di lingkungan sekitarnya. Hal ini mungkin dikarenakan pembelajaran belum mencoba untuk mengeksplor masalah lingkungan sekitar yang sangat berpotensi menjadi sumber belajar. Begitu pula yang dikatakan Schultz (2011), di mana hasil penelitian pendidikan sejauh ini masih jarang mengedepankan kesadaran terhadap masalah lingkungan, hal ini karena dalam pendidikan tidak terbiasa mengakibatkan peningkatan sikap peduli lingkungan, sehingga pemikiran manusia belum tanggap terhadap ancaman lingkungan dan individu umumnya menganggap diri mereka masih terpisah dari alam bahkan seakan-akan berpikir bahwa masalah lingkungan umumnya dipandang kurang mendesak.

(17)

itu, Tjipto (2013) menambahkan bahwa salah-satu langkah dalam Kurikulum 2013 dan erat hubungannya dengan berbasis saintifik adalah kemampuan memperoleh informasi dan mengkomunikasikan gagasan dari apa yang ditemui dan dialaminya di lapangan. Hal tersebut dapat menjadi bagian dari perilaku siswa dalam usahanya menjaga dan melestarikan lingkungan. Johnson (2010), mengemukakan bahwa suatu yang ada pada diri siswa hanya dapat dikembangkan melalui latihan yang melibatkan aktifitas berfikir dan aktifitas fisik, serta perubahan sikap juga dialami siswa setelah mendapatkan pengalaman melalui suatu proses pembelajaran. Begitu pula yang dikemukakan oleh Slameto (2010), yang mengartikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah-laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu sendiri, dalam interaksi dengan lingkungannya.

Penjabaran di atas menuntut guru untuk dapat menyesuaikan keterkaitan proses pembelajaran dengan kondisi nyata keseharian yang dialami siswa terhadap lingkungannya. Melalui konsep pencemaran lingkungan, guru dapat memfasilitasi pembelajaran dengan memanfaatkan isu yang ada di lingkungan siswa, yakni masalah lingkungan yang ada di lokasi camoi (lokasi tambang timah).

Ketika lokasi tambang timah dimanfaatkan menjadi sumber belajar biologi, seharusnya pembelajaran dituntut untuk dapat memberikan kesan positif kepada siswa selama proses pembelajaran. Hal ini penting karena akan memberikan pengaruh pada perolehan hasil belajar yang akan dicapai. Maka dari itu, guru dituntut untuk mengkondisikan proses pembelajaran biologi dengan melatih siswa berproses baik fisik dan mentalnya. Untuk merancang pembelajaran yang dapat melatih siswa berproses, salah-satunya diawali dengan memotivasi kesediaan dan kepedulian siswa dalam menerima kondisi pembelajaran yang dihadapkan langsung pada isu di lingkungan.

(18)

siswa dilibatkan aktif baik kemampuan fisik maupun aktifitas mentalnya, misalnya dalam hal berpikir, bertindak, mengemukaan ide, tanggapan dan kesediaan mengikuti rangkaian pembelajaran. Berkaitan dengan itu, Trianto (2009) menekankan bahwa sangat memungkinkan bagi guru untuk sebaiknya memilih model pembelajaran atau pendekatan yang disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dengan itu, peran guru dalam pembelajaran, tentunya harus selalu mengedepankan proses yang akan dilakukan siswa, dengan itu gurupun wajib menjadi fasilitator bagi siswa dalam menghubungkan konsep pembelajaran dengan lingkungan di sekitar yang sebetulnya berpotensi menjadi sumber belajar.

Berhubungan dengan implementasi Kurikulum 2013 dan tujuan pendidikan nasional seperti yang telah diuaraikan sebelumnya, penjabaran di atas menjadi dasar bagi peneliti dalam merancang proses pembelajaran yang mengedepankan kepedulian siswa terkait peningkatan penguasaan konsep dan sikap siswa terhadap masalah lingkungan akibat dari penambangan tambang timah daratan (camoi). Mengingat daerah kepulauan Bangka Belitung, dalam hal ini kabupaten Bangka Tengah, terkenal dengan hasil tambangnya, yaitu penghasil timah terbesar di Indonesia. Namun, selama proses penambangan timah yang tidak ramah lingkungan, dapat menyebabkan kondisi lingkungan menjadi rusak dan sangat memprihatinkan, ditambah dengan penambangan timah secara liar yang tidak ada pertanggung-jawaban, dan sampai sekarang peristiwa tersebut masih terjadi. Hal yang lebih memprihatinkan lagi yaitu lokasi tersebut sering dijumpai dalam keseharian dan menjadi tontonan yang tidak asing lagi dari pandangan siswa. Terlebih lagi akibat galian penambangan timah tersebut, dalam waktu jangka panjang akan berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan pulau Bangka.

(19)

merancang kegiatan pembelajaran yang mengedepankan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi langsung peristiwa apa yang terjadi di lokasi tambang timah tersebut. Sehingga dengan pengalaman belajar yang diperoleh siswa, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa terhadap lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk mengembangkan penelitian, di mana penelitian ini bermaksud menjadikan lingkungan di sekitar siswa sebagai jembatan membantu siswa memahami keterkaitan konsep pencemaran lingkungan, sertadapat menambah pengalaman belajar terhadap masalah lingkungan yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran tersebut juga diharapkan dapat mengembangkan kepedulian dan sikap siswa setelah berinteraksi langsung dengan lingkungan. Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan

difokuskan pada:” Pembelajaran dengan Model Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan Memanfaatkan Sumber Belajar Lokasi Tambang Timah (camoi) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Sikap Siswa terkait Konsep Pencemaran Lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka

secara umum dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu “Bagaimana

penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan memanfaatkan lokasi tambang timah (camoi) sebagai sumber belajar biologi terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa SMA 2 Sungaiselan kelas X IPA 2 pada konsep pencemaran lingkungan?. Untuk memperjelas rumusan masalah tersebut, maka difokuskan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana potensi lokasi tambang timah (camoi) sebagai sumber belajar biologi pada materi pencemaran lingkungan?

(20)

3. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa SMA 2 Sungaiselan kelas XIPA 2 setelah pembelajaran model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan memanfaatkan lokasi tambang timah (camoi) sebagai sumber belajar biologi pada konsep pencemaran lingkungan? 4. Bagaimana peningkatan sikap siswa SMA 2 Sungaiselan kelas XIPA 2

setelah pembelajaran dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan memanfaatkan lokasi tambang timah (camoi) sebagai sumber belajar biologi pada konsep pencemaran lingkungan? 5. Bagaimana tanggapan siswa SMA 2 Sungaiselan kelas XIPA 2 mengenai

pembelajaran model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan memanfaatkan lokasi tambang timah (camoi) sebagai sumber belajar biologi pada konsep pencemaran lingkungan?

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan pada penelitian ini terfokus pada hal yang diharapkan, maka cakupan yang menjadi ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Isu lingkungan yang difokuskan pada penelitian ini tidak lepas dari masalah yang berkembang di lingkungan siswa yakni masalah lingkungan akibat penambangan timah di daerah kecamatan Sungaiselan kabupaten Bangka Tengah.

2. Pembelajaran yang dilakukan yakni memanfaatkan lokasi tambang timah sebagai sumber belajar biologi. Hal itu karena terdapat fakta dan informasi yang dapat diungkapkan di lokasi tambang timah tersebut, sehingga dapat mendukung pembelajaran terkait konsep pencemaran lingkungan, diantaranya tentang: kondisi fisik tambang timah, fakta yang mengindikasikan perubahan atau kerusakan lingkungan yang terjadi, faktor-faktor penyebab dan dampak yang ditimbulkan dari kerusakan lingkungan di lokasi tambang timah (camoi).

(21)

langsung pada isu atau masalah yang berkembang di lingkungannya. Hal ini mengindikasikan bahwa masih rendahnya rasa ingin tahu siswa, terlebih siswa belum terbiasa dilatih untuk mandiri menemukan dan mengkontruk suatu konsep. Oleh karena itu, diperlukan penerapan pembelajaran yang dapat memunculkan keterlibatan fisik dan mental siswa dalam proses kegiatan belajar. Dalam hal ini dengan memanfaatkan masalah di lokasi tambang timah (camoi) sebagai sumber belajar biologi. Dalam kegiatannya siswa dapat mengungkapkan fakta-fakta terkait konsep pencemaran lingkungan. Dengan itu, diharapkan pembelajaran dapat memberikan peningkatan hasil belajar siswa pada aspek penguasaan konsep dan sikap siswa.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh dan mengkaji informasi terkait fakta-fakta pencemaran lingkungan yang dapat diungkapkan dari lokasi tambang timah, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi melalui model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap peningkatan penguasaan konsep dan sikap siswa SMA kelas XIPA2.

E.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi pembelajaran, dapat memberikan sumbangsih mengenai bukti empirik pencapaian hasil belajar biologi khususnya pada aspek penguasaan konsep dan sikap siswa melalui pembelajaran model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan memanfaatkan lokasi tambang timah (camoi) sebagai sumber belajar.

(22)

model pembelajaran dengan mengangangkat isu faktual di lingkungan dapat dijadikan sumber belajar.

3. Bagi siswa, melatih dan membiasakan siswa untuk peka terhadap lingkungan dan siswa memiliki penguasaan konsep mengenai konsep pencemaran yang berasal dari isu masalah lingkungan yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, melalui pembelajaran dapat memberikan informasi bagi siswa mengenai fakta-fakta di lokasi tambang timah (camoi).

4. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

F. Asumsi Penelitian

1. Pembelajaran model Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang dipadukan dengan isu lingkungan sekitar dapat memberikan berdampak positif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang lingkungan. (Yager, 1996).

2. Melalui penyajian suatu masalah, isu dan informasi yang berkembang di lingkungan sekitar akan memberikan pengalaman langsung dan memotivasi siswa agar berinteraksi langsung dengan fakta, sehingga cenderung akan meningkatkan sikap positif atau rasa tanggung-jawab siswa (Slavin dalam Joyce Bruce, 2009).

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat peningkatan hasil sikap dan penguasaan konsep siswa SMA 2 Sungaiselan kelas X IPA 2 tentang pencemaran lingkungan, melalui model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang memanfaatkan lokasi tambang timah sebagai sumber belajar biologi ”.

H. Struktur Organisasi Tesis

(23)

Pembahasan Penelitian serta Kesimpulan dan Saran. Masing-masing bagian memiliki penjelasan yang berbeda, dimana perbedaaan tersebut dilihat dari penjelasan pokok yang ingin ditekankan oleh penulis, mulai dari penjelasan permasalahan, teori yang mendukung, serta hal-hal yang diungkapkan saat persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian hingga perumusan hasil penelitian.

Pada bagian awal yaitu bagian pendahuluan, menyajikan maksud dan alasan terkait hendak dilakukannya penelitian ini. Penjelasan dijelaskan dalam bentuk kerangka berfikir penulis yang menggambarkan latar belakang pentingnya penelitian ini dikembangkan, dalam hal ini penjelasan didukung oleh studi pendahuluan, kebutuhan belajar siswa terkait kurikulum 2013 dan landasan teoritis yang dapat mendukung rumusan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, batasan masalah yang akan dikaji, tujuan dilakukannya penelitian, asumsi penelitian, dan hipotesis yang diharapkan yakni terdapat peningkatan penguasaan konsep dan sikap siswa setelah mengalami pembelajaran. Serta manfaat penelitian yang diharapkan bagi siswa, guru, bagi peneliti sendiri untuk lebih mengembangkan permasalahan yang serupa dengan fokus penelitian yang berbeda serta bagi pembelajaran yang dapat menjadi alternatif dalam memanfaatkan potensi lokal di lingkungan siswa sebagai sumber belajar.

Pada bagian kajian pustaka mengandung penjelasan teori yang mendukung permasalahan penelitian. Dalam penelitian tesis ini menekankan tentang pembelajaran model Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan memanfaatkan lokasi tambang timah sebagai sumber belajar biologi terkait peningkatan penguasaan konsep dan sikap siswa. Maka setiap variabel penelitian tersebut ditekankan dalam teori yang mendukung dan sistematikanya dijabarkan berdasarkan keterkaitannya.

(24)

penelitian. Hal ini bertujuan agar tahapan penyusunan penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Pada bagian Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian menjelaskan tentang penjabaran hasil yang berupa data perhitungan dan temuan-temuan empirik yang diperoleh selama penelitian. Sistematika penulisan hasil penelitian mengacu pada pertanyaan penelitian yang telah dijabarkan dalam perumusan masalah pada bagian pendahuluan. Selanjutnya hasil penelitian tersebut dianalisis dan dibahas secara komprehensif dalam sistematika pembahasan yang saling berkaitan. Dan pada pembahasan juga diungkapkan landasan teori yang mendukung hasil penelitian serta kendala-kendala yang ditemukan.

(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 2 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah, yang di sekitarnya terdapat lokasi akibat penambangan timah (camoi) dan aktifitas penambangan timah. Pemilihan sekolah dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel nonrandom (tidak acak) untuk populasi yang spesifik, dengan kriteria/pertimbangan tertentu yang memenuhi persyaratan (Fraenkel&Wallen, 2006). Kriteria/pertimbangan yang digunakan yakni memilih sekolah yang dekat dengan lokasi tambang timah (camoi). Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas X IA yang berjumlah 38 orang. Sebagai kelas yang diberikan pembelajaran dengan memanfaatkan lokasi tambang timah (camoi) sebagai sumber belajar.

B. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode weak eksperimental (Fraenkel&Wallen, 2006). Pembelajaran yang dilakukan yakni melalui

model sains teknologi masyarakat (STM) dengan pemanfaatan lokasi tambang timah (camoi) sebagai sumber belajar. Pengukuran peningkatan penguasan konsep dan sikap siswa dilaksanakan melalui pretes dan postes, sehingga desain penelitian yang

digunakan adalah “The One-Group Pretest-Postest Design”. Adapun bentuk desain

penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.1. The One-Group Pretest-Postest Design O1 X O2

Prettes Perlakuan Posttes (Fraenkel&Wallen, 2006)

Keterangan: O1: Prettes O2: Postes

(26)

C. Definisi Operasional

Untuk memberikan persepsi yang sama dan menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi operasional terhadap istilah sebagai berikut:

1. Pembelajaran model Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan pembelajaran menekankan konsep-konsep sains, fakta, masalah dan isu yang berhubungan dengan lingkungan dalam konteks sosial maupun teknologi, untuk bertambahnya pengalaman hidup yang lebih bermakna (Zeidler L. Dana, 2004). melalui sumber belajar yang memanfaatkan lokasi tambang timah, pembelajaran ini dilakukan berdasarkan pada sintaks atau tahapan Sains Teknologi Masyarakat, yakni sebagai berikut: tahap invitasi, tahap eksplorasi, tahap eksplanasi, tahan aksi/aplikasi dan tahap evaluasi. Keterlibatan siswa pada tahapan pembelajaran tersebut akan mengedepankan kemampuan siswa untuk bereksplolasi dalam melakukan serangkaian kegiatan terkait fakta-fakta di lokasi tambang timah.

2. Penguasaan konsep yang diukur dalam penelitian ini merupakan kemampuan kognitif siswa dalam memahami materi pencemaran lingkungan. Namun, untuk mendukung pencapaian konsep dan teori tersebut, siswa dihadapkan pada fakta atau isu lingkungan yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari yakni kerusakan lingkungan akibat tambang timah. Perolehan kemampuan siswa dalam penguasaan konsep ini berdasarkan jenjang kognitif yang mengacu pada Taksonomi Bloom yang telah direvisi (Krathwohl. R. David, 2002). Dalam mengakses data penguasaan konsep, peneliti mengembangkan tes objektif dalam bentuk pilihan ganda yang terdiri dari lima pilihan (a, b, c, d dan e) dan soal esai. Dimana tes dilakukan sebelum (prettes) dan sesudah (posttes) pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang memanfaatkan lokasi penambangan timah (camoi) sebagai sumber belajar. Sedangkan untuk peningkatan penguasaaan konsep siswa dapat diketahui dari hasil posttes siswa yang cenderung signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil prettes siswa.

(27)

menginternalisasi sistem nilai ke dalam pribadinya (Characterization). Untuk mengetahui sikap siswa, peneliti mengembangkan angket sikap yang terdiri dari pernyataan positif maupun pernyataan negatif, kemudian disusun dalam bentuk skala likert mulai dari skor terendah skor 1 (tidak setuju) sampai dengan skor paling tingi skor 4 (sangat setuju) (Azwar, 2005). Sedangkan untuk peningkatan sikap siswa dapat diketahui dari hasil posttes (sikap setelah pembelajaran) siswa yang cenderung signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil prettes (sikap sebelum pembelajaran) siswa.

4. Lokasi tambang timah (camoi) yang dimanfaatkan menjadi sumber belajar dalam penelitian ini adalah lokasi penambangan yang dilakukan di atas permukaan bumi atau daratan, yang disebut tambang terbuka. Dimana proses penambangan yang dilakukan masih secara manual menggunakan peralatan mekanis sederhana dan proses yang dilakukan adalah melalui penggalian atau pengerukan tanah. Sedangkan untuk lokasi tambang timah yang dimaksud yakni lokasi penambangan timah yang masih aktif terdapat kegiatan penambangan dan juga lokasi sekitar yang belum lama ditinggalkan dari kegiatan penambangan, dalam hal ini masih berada dalam area penambangan timah. Selain itu, criteria lokasi penambangan timah yang akan dikunjungi adalah lokasi tambang “air hangat” yang berada dekat dari lingkungan sekolah, tentunya dalam kesehariannya sering dijumpai siswa. Pada umumnya lokasi tambang timah terdapat banyak fakta-fakta yang akan dapat diungkapkan terkait dengan konsep kerusakan lingkungan, salah-satunya fakta tersebut yakni kondisi fisik lingkungan yang dapat dikaji oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran berdasarkan tahapan model Sains Teknologi Masyarakat (STM).

D. Instrumen Penelitian

(28)

Instrumen ini digunakan bertujuan untuk memperoleh data mengenai peningkatan penguasaan konsep siswa jenjang kognitif mengetahui (C1) sampai mencipta (C6), dalam hal ini terhadap konsep pencemaran lingkungan melalui sumber belajar yang diungkapkan dari lokasi tambang timah (camoi). Instrumen Tes penguasaan konsep pada penelitian ini berupa tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dan esai. Instrumen terdiri dari tes awal (pretes) yang diberikan sebelum pembelajaran dan tes akhir (postest) yang diberikan setelah pembelajaran. Sedangkan untuk penskoran yang dilakukan disesuaikan dengan kunci jawaban yang telah disusun sebelumnya.

Instrumen tes penguasaan konsep berjumlah 34 butir soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban sedangkan untuk soal esai terdapat 4 butir soal dengan menggunakan penskoran melalui bobot nilai tertentu. Soal tes ini mengandung muatan yang mengungkap penguasaan konsep mengenai konsep materi pencemaran lingkungan dan mengangkat masalah lingkungan yang teraktual dalam kehidupan sehari-hari siswa, yaitu pencemaran lingkungan akibat penambangan timah (camoi). 2. Angket Sikap

Instrumen angket sikap dalam penelitian digunakan untuk mengetahui bagaimana peningkatan sikap siswa terhadap pembelajaran yang memanfaatkan masalah lingkungan akibat penambangan timah. Sikap siswa yang diukur dalam penelitian ini merupakan sikap siswa dalam pembelajaran meliputi: sikap kesediaan menerima (Receiving), sikap kesediaan memberikan tanggapan (Responding), sikap memberikan penghargaan (Valuing), sikap kesediaan berpartisipasi (Participation) dan sikap kesediaan menginternalisasi sistem nilai ke dalam pribadinya (Characterization). Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert yaitu berisi pernyataan yang disusun berdasarkan indikator sikap. Di mana setiap pernyataan yang dibuat ada yang bersifat positif dan negatif. Sedangkan pelaksanaannya, instrument angket sikap diberikan pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran.

3. Instrumen pendukung

Selain dua instrumen di atas, penelitian juga didukung oleh instrumen lain yang berupa:

(29)

di lokasi tambang timah. Sinambela, (2014) juga mengemukakan bahwa observasi dapat dilakukan secara berstruktur oleh peneliti agar dapat mengetahui apa yang dilakukan siswa selama kegiatan di lapangan.

b. Lembar observasi sikap siswa, lembar instrumen ini di gunakan observer untuk mengamati sikap siswa selama pembelajaran dan ini juga digunakan sebagai masukan tambahan bagi peneliti dalam mendeskripsikan sikap siswa.

c. Lembar tanggapan siswa, intrumen ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa setelah melaksanakan pembelajaran. Dimana uraian pertanyaan dideskripsikan berdasarkan tujuh indikator tanggapan, yaitu; Ketertarikan terhadap pembelajaran, minat terhadap pembelajaran, persepsi terhadap kemudahan dalam menguasai konsep, pembelajaran dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep, sikap terhadap pembelajaran dan teknis pembelajaran.

d. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan instrumen berupa lembar kegiatan siswa (LKS), yang bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing siswa agar mandiri selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pernyataan dalam LKS mendorong siswa untuk saling berdiskusi dan bekerjasama dalam berfikir dan bertindak.

e. Catatan lapangan, catatan dibuat dalam bentuk tulisan tambahan yang digunakan apabila terdapat peristiwa atau hal-hal yang kurang diharapkan terjadi, serta catatan juga dapat untuk menggambarkan keadaan di lapangan. Sehingga hal ini dimaksud sebagai masukan dalam menunjang pembahasan penelitian.

E. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat tahapan prosedur yang akan ditempuh peneliti, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Berikut uraian dari setiap tahap-tahap tersebut:

I. Tahap Persiapan Penelitian

(30)

diterapkan dalam pembelajaran ditentukan berdasarkan beberapa indikator yang menjadi pertimbangan, yaitu:

1. Isu lingkungan, berhubungan dengan isu atau masalah lingkungan yang sedang berkembang di lingkungan siswa.

2. Fakta, terdapat fakta yang dapat diungkapkan terkait konsep kerusakan atau pencemaran lingkungan yang berasal dari isu lingkungan akibat penambangan timah.

3. Kelayakan sumber belajar, yang mengacu pada kriteria tertentu, yakni: ekonomis, praktis, mudah, fleksibel dan sesuai tujuan.

4. Sangat mendukung proses pembelajaran, terkait pembelajaran yang akan melibatkan aktifitas siswa, serta dapat menambah wawasan dan pengalaman belajar siswa.

b. Tahap ini dilanjutkan dengan studi pendahuluan melalui kegiatan observasi ke- lokasi tambang timah yang menjadi masalah lingkungan. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk mengkaji potensi-potensi yang dapat diungkapkan pada lokasi tambang timah tersebut.

c. Merancang penyusunan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan siswa, kegiatan tetap menjadikan siswa sebagai student centre, yaitu siswa aktif dan mandiri ketika terlibat dalam pembelajaran yang memanfaatkan lokasi tambang timah sebagai sumber belajar biologi. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan merancang aktifitas belajar siswa yang mengkolaborasikan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM), sesuai dengan konsep pencemaran lingkungan dan tahapan atau sintaks model pembelajaran yang digunakan tersebut.

d. Melakukan tanya-jawab dengan guru biologi mengenai pembelajaran sebelumnya terkait konsep pencemaran lingkungan. Selanjutnya peneliti melakukan studi literatur serta studi pendahuluan terhadap pembelajaran biologi SMA kelas X semester 2, meliputi kajian kurikulum 2013 terkait standar isi dan standar proses pembelajaran biologi terkait topik pencemaran lingkungan. e. Penyusunan desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar

Kegiatan Siswa (LKS).

(31)

g. Seminar proposal penelitian tesis.

h. Revisi proposal penelitian tesis berdasarkan saran, arahan dan masukan dari bapak ibu dosen penguji ketika seminar proposal tesis.

i. Melakukan beberapa tahapan konsultasi dengan bapak ibu dosen pembimbing, untuk pemantapan BAB I, BAB II dan BAB III. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun instrumen penelitian.

j. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, untuk menjaring data penelitian yang diharapkan, peneliti menyusun instrumen tertulis dalam bentuk soal pilihan ganda, soal esai, angket sikap siswa serta angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Untuk instrumen soal bertujuan mengeksplor kemampuan kognitif siswa setelah pembelajaran terhadap sumber belajar dengan pemanfaatan lokasi tambang timah (Camoi), sedangkan untuk angket sikap ditampilkan dalam bentuk skala likert terkait sikap siswa dengan pernyataan mengarah pada pembelajaran terhadap masalah lingkungan di lokasi tambang timah. Sedangkan untuk intrumen angket tanggapan siswa disusun dalam bentuk pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” atau “tidak” dan disertai dengan alasan agar dapat memperkuat pilihan jawaban. Selain itu, peneliti juga menyusun instrumen pendukung seperti yang telah diuraikan sebelumnya. k. Pelaksanaan judgement intrumen oleh beberapa dosen ahli.

l. Berdasarkan masukan dan saran hasil dari judgement, instrumen direvisi dalam hal perbaikan yang umumnya perbaikan dalam redaksi kata maupun kesesuaian soal dengan indikator yang ingin diukur.

m.Melaksanakan administrasi penelitian ke pihak Pascasarjana UPI, Dinas Pendidikan kab Bangka Tengah dan pihak sekolah tempat penelitian

n. Melakukan uji coba instumen ke satu kelas siswa di luar kelas penelitian, yaitu kelas XIPA 1 di SMAN 2 Sungaiselan Kab Bangka Tengah.

o. Langkah selanjutnya, melakukan analisis hasil uji coba instrumen.

(32)

konsep yang hendak diukur. Di mana cakupan tersebut terkait dengan masalah lingkungan akibat tambang timah (camoi) dan hubungannya dengan materi pencemaran lingkungan. Validitas konstruk, berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian untuk mengukur indikator-indikator dalam variabel terikat. Menurut Arikunto (2009) sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaaan sebenarnya. Soal tersebut valid apabila soal yang dimaksud dapat mengukur apa yang hendak diukur. Beberapa tahapan analisis uji coba butir soal dapat dilakukan dengan:

a. Uji Validitas butir soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui tingkat ketetapan suatu butir soal pilihan ganda. Untuk menghitung koefisien validitas butir soal digunakan cara, skor pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah butir soal memiliki validitas yang tinggi, apabila skor butir soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dalam penelitian ini, digunakan item soal dalam bentuk dichotomous (correct/incorrect, true/false). Sehingga perhitungannya digunakan rumus untuk korelasi point-biserial pada item ke-i adalah :

p

X Rata-rata pada test hanya orang yang menjawab benar pada item ke-i p = Proporsi dari orang yang menjawab benar pada item ke-i.

1- p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i.

X

SD Standar deviasi pada test untuk semua orang

(33)

Jumlah butir soal (bs)/ Nomor Soal Validitas Kriteria

≥ 0,3 (titik kritis), valid Cukup

13 butir soal/

2,4,7,9,10,11,12,14,16,18,27,30, dan 40

≥ 0,3 (titik kritis), valid Tinggi

1 butir soal/19 ≥ 0,3 (titik kritis), valid Sangat Tinggi

Tabel 3.2 menjelaskan bahwa validitas yang lebih tinggi dari titik kritis 0,3, maka dinyatakan valid. Namun bs 1, bs 5,bs 6, bs 8, bs 31 dan bs 37 memiliki koefisien validitas kurang dari 0,3 sehingga dinyatakan tidak valid. Dengan demikian, terdapat 34 butir soal yang digunakan dari 40 butir soal yang diuji coba.

b. Uji taraf kesukaran

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik adalah keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara proporsional. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Taraf kesukaran ini digunakan untuk menganalisis data hasil uji coba instrumen penelitian dalam hal tingkat kesukaran setiap butir soal, dengan menggunakan rumus:

I =

Keterangan:

I = Indeks kesukaran tiap butir soal

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

(34)

Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh hasil uji coba untuk analisis tingkat kesukaran soal, yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.4. Hasil Analisis Uji Coba Tingkat Kesukaran Soal Pilihan Ganda

Jumlah butir soal (bs)/Nomor soal Kriteria

5 butir soal/1,28,29,dan 37 Mudah

29 butir soal/

2,3,4,6,9,10,11,12,14,16,18,19,20,22,23,24,25,26,27,30,31,32,33,3 4,35,36,38,39,40

Sedang

6 butir soal/5,8,13,15,17 dan 21 Sukar

Berdasarkan tabel 3.4 menunjukkan bahwa dari 40 butir soal, terdapat 5 butir soal dengan kriteria mudah, sehingga soal tersebut tidak digunakan dalam penelitian. Sedangkan untuk butir soal no 31, walaupun dengan kriteria sedang namun ditidak dapat digunakan dalam penelitian karena untuk hasil uji coba yang lain menunjukkan criteria yang tidak mendukung. Dengan demikian, berdasarkan hasil uji daya pembeda terdapat 35 butir soal yang dapat digunakan untuk penelitian.

c. Uji Reliabilitas

Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan disini adalah dengan menggunakan Koefisien Reliabilitas Kuder-Richardson (KR-20), metode ini merupakan koefisien reliabilitas yang dapat menggambarkan variasi dari item-item untuk jawaban benar/salah yang diberi skor 1 atau 0. Koefisien Reliabilitas Kuder-Richardson (KR-20) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana : n = jumlah item St2 = Varians total

p = Proporsi dari orang yang menjawab benar pada item ke-i. 1- p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i = q

Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keeratan hubungan bisadigunakan kriteria (Santosa, 2014), yaitu :

(35)

Hasil uji coba menunjukkan bahwaberdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien penguasaan konsep 0,936, dengan demikian seluruh soal pada instrumen memiliki tingkat reliabilitas tinggi.

d. Uji Daya Pembeda Soal

Uji daya pembeda soal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan (kemampuan) antara siswa kelompok atas dengan siswa kelompok bawah. Uji daya pembeda soal dihitung dengan menggunakan bantuan program analisis butir soal essai ANATES.

Uji daya pembeda soal dapat juga dihitung dengan rumus: BA BB

⌡A ⌡B

⌡ =Jumlah Peserta Tes

⌡A = banyaknya peserta kelompok atas ⌡B = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar (P sebagai indeks kesukaran)

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2005) adalah sebagai berikut: D: 0,00-0,20 : Jelek

D: 0,20-0,40 : Cukup D: 0,40-0,70 : Baik D: 0,70-1,00 : Baik Sekali

D: negatif, semuanya tidak baik (sebaiknya dibuang)

Hasil dari analisis uji coba perhitungan uji daya pembeda soal dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda

Jumlah butir soal (bs)/Nomor soal Kriteria

6 butir soal/ 1,5,6,8, 31, 37 Jelek

28 butir soal/ 2,3,4,7,9,10,12,13,15-26,29,30,32,35,39,dan 40 Cukup

6 butir soal/11,14,27,28,36 dan 38 Baik

(36)

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa dari 40 butir soal terdapat 6 butir soal dengan kriteria jelek, sehingga soal tersebut tidak digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, berdasarkan hasil uji daya pembeda terdapat 34 butir soal yang dapat digunakan untuk penelitian.

Langkah berikutnya peneliti melakukan analisis uji coba soal esai (uraian). Analisis dapat dilakukan dengan cara empiris dengan menganalisis secara kuantitatif: a. Uji Validitas

Validitas butir dinyatakan dalam bentuk korelasi sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi dari product momentPearson (Santosa, 2014).

� = �{xy − Ʃx Ʃ

√[�Ʃ 2− Ʃ 2}{�Ʃ 2− Ʃ 2]

Keterangan:

� = Koefisienkorelasiantaravariabel x danvariabel y n = Jumlahpesertates

x = skorsiswapadatiapbutirsoal y = skor total

Penafsiran nilai korelasi dapat dilakukan berdasarkan kriteria berikut Antara 0,80-1,00 = Sangat tinggi

Antara 0,60-0,80 = Tinggi Antara 0,40-0,60 = Cukup Antara 0,20-0,40 = Rendah

Antara 0,00-0,20 = Sangat Rendah

Berdasarkan hasil analisis uji coba soal penguasaan konsep bentuk esai, menggunakan rumus tersebut perhitungan menunjukkan bahwa seluruh soal dapat digunakan dalam penelitian ini, karena nilai koefisien setiap soal berkisar antara 0,60-0,80 dengan ketegori tinggi dan 0,60-0,80-1,00 dengan katgori sangat tinggi. Dari empat soal esai yang diuji coba, nilai koefisien hasil uji coba yang diperoleh sebesar 0,744 dengan kategori tinggi untuk soal pertama, nilai koefisen 0,945 dengan kategori sangat tinggi untuk soal ke dua, nilai koefisien 0,767 dengan kategori tinggi dan nilai koefisien 0,867 dengan kategori sangat tinggi. Dengan demikian, ke empat soal penguasan konsep ini dapat dikatakan valid dikarenakan hitung lebih besar dari t-tabel, sehingga dapat digunakan sebagai intrumen penelitian.

(37)

Reliabilitas tes digunakan untuk mengetahui tingkat keajegan perangkat tes tersebut. Jika alat ukur mempunyai reliabilitas tinggi maka pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan alat ukur itu terhadap subjek yang sama dalam kondisi yang sama dalam kondisi yang sama akan menghasilkan informasi yangsama atau mendekati sama. Untuk menghitung koefisien reliabilitas seperangkat alat tes yang berbentuk uraian digunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu:



 = jumlah varians skor tiap-tiap item

2 t

 = varians total

Klasifikasi besarnya koefisien reliabilitas dimodifikasi dari Santosa (2014), sehingga memperoleh klasifikasi:

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas soal penguasaan konsep bentuk esai menyimpulkan bahwa keseluruhan soal dikatakan memiliki reliabilitas, hasil perhitungan menunjukkan nilai koefisien yang diperoleh sebesar 0.844 menunjukkan tingkat reliabilitas yang cukup tinggi.

c. Analisis Daya Pembeda Soal

Indeks daya pembeda biasanya dinyatakan dengan proporsi. Semakin tinggi proporsi itu, maka semakin baik soal tersebut membedakan antara siswa yang belajar dengan yang tidak belajar, antara siswa yang menguasai dengan yang tidak menguasai. Untuk menguji daya pembeda ini dilakukan dengan langkah:

a) Menghitung/menjumlahkan dan mengurutkan skor total siswa dari yang terbesar sampai terkecil, sehingga dapat diklasifikasikan menjadi kelompok unggul dan tidak, atau kelompok atas dan kelompok bawah.

(38)

c) Hitung skor rata-rata (mean) untuk masing-masing kelompok (rata-rata kelompok atas dan rata-rata kelompok bawah)

d) Hitung daya pembeda soal dengan rumus

Rata-rata kelompok atas - rata-rata kelompok bawah Daya Pembeda = ---

Skor maksimum soal

Kriteria:

> 0,40 = Sangat Baik 0,30 - 0,39 = Baik

0,20 - 0,29 = Cukup, soal perlu perbaikan < - 0,19 = Jelek, soal dibuang

Berdasarkan hasil analisis uji coba terhadap soal penguasaan konsep kategori esai, diperoleh bahwa seluruh soal termasuk dalam kriteria baik.

d. Analisis Tingkat Kesukaran.

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu, yang biasa dinyatakan dengan indeks. Indeks ini biasa dinyatakan dengan proporsi yang bersarnya antara 0,00 sampai 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran, berarti soal tersebut semakin mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal uraian ditempuh langkah:

a) Menghitung rata-rata skor (mean) untuk suatu butir soal, yang dapat dihitung dengan rumus:

Jumlah skor-skor peserta didik pada suatu soal (X) Rata-rata = ---

Jumlah peserta didik yang mengukuti tes (N)

b). Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus: Rata-rata

Tingkat Kesukaran = --- Skor maksimum suatu soal

c). Kriteria untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut adalah: 0,00 - 0,30 = sukar

0,31 - 0,70 = sedang 0,71 - 1,00 = mudah

(39)

a. Uji Validitas

Validitas butir dinyatakan dalam bentuk korelasi sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi dari product momentPearson.

� = �{xy − Ʃx Ʃ

√[�Ʃ 2− Ʃ 2}{�Ʃ 2− Ʃ 2]

Keterangan:

� = Koefisienkorelasiantaravariabel x danvariabel y n = Jumlahpesertates

x = skorsiswapadatiapbutirsoal y = skor total

Penafsiran nilai korelasi dapat dilakukan berdasarkan kriteria berikut Antara 0,80-1,00 = Sangat tinggi

Antara 0,60-0,80 = Tinggi Antara 0,40-0,60 = Cukup Antara 0,20-0,40 = Rendah

Antara 0,00-0,20 = Sangat Rendah

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen sikap, perhitungan menunjukkan bahwa dapat dikatakan seluruh butir pernyataan sikap dapat digunakan dalam penelitian ini. Sebagian besar butir soal menghasilkan koefisien validitas yang lebih tinggi dari titik kritis 0,3, maka dinyatakan valid. Namun p12, p20, dan p28 memiliki koefisien validitas kurang dari 0,3 sehingga dinyatakan tidak valid. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.6. Hasil Ujicoba Analisis Validitas Instrumen Sikap

Pernyataan Validitas Kriteria

P1,P3,P4, P7, dan P10 ≥ 0,3 (titik kritis),

(40)

P28 ≤ 0,3 (titik kritis), tidak valid

Sangat Rendah

b. Uji Reabilitas

Reliabilitas tes digunakan untuk mengetahui tingkat keajegan perangkat tes tersebut. Jika alat ukur mempunyai reliabilitas tinggi maka pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan alat ukur itu terhadap subjek yang sama dalam kondisi yang sama dalam kondisi yang sama akan menghasilkan informasi yangsama ataumendekati sama. Untuk menghitung koefisien reliabilitas seperangkat alat tes yang berbentuk uraian digunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu:



 = jumlah varians skor tiap-tiap item

2 t

 = varians total

Klasifikasi besarnya koefisien reliabilitas dimodifikasi Santosa, (2014), sehingga memperoleh klasifikasi:

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas soal sikap menyimpulkan bahwa keseluruhan soal dikatakan memiliki reliabilitas, hasil perhitungan menunjukkan nilai koefisien yang diperoleh sebesar 0,913 menunjukkan tingkat reliabilitas yang cukup tinggi.

J. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

(41)

sebagai instrumen penelitian. Sedangkan untuk hasil analisis uji coba soal pengetahuan konsep, sebagian besar butir soal menghasilkan koefisien validitas yang lebih tinggi dari titik kritis 0,3, maka dinyatakan valid. Namun bs1, bs5,bs6, bs8, bs31 dan bs37 memiliki koefisien validitas kurang dari 0,3 sehingga dinyatakan tidak valid. Sehingga dari 40 butir soal yang diujicoba terdapat 6 butir soal yang tidak digunakan dalam penelitian ini dan terdapat 34 butir soal yang memiliki ketepatan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Sedangkan untuk hasil perhitungan uji realibilitas menggunakan SPSS 13.0 diperoleh hasil yakni nilai koefisien soal pengetahuan konsep sebesar 0.913 dan nilai koefisien soal konsep sebesar 0,936. Hasil tersebut menyatakan bahwa seluruh soal dari intrumen tersebut memiliki tingkat reliabilitas tinggi. sedangkan untuk soal esai, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien validitas soal esai dapat dikatakan valid, hal ini dikarenakan t-hitung lebih besar dari t-tabel. Begitu pula untuk koefisien reliabilitas juga menunjukkan tingkat reliabilitas yang cukup tinggi.

II. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanan penelitian, peneliti berperan sebagai observer sedangkan guru berperan seperti biasanya yakni sebagai pengajar. Pembelajaran ini memerlukan waktu 7 jam pelajaran, yaitu 5 kali pertemuan. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

e. Diawal pertemuan dilakukan pemberian pretes berupa soal dan angket sikap kepada siswa kelas XIPA 2, ini dilaksanakan dalam waktu 1jam pelajaran (45’).

f. Pertemuan kedua, dilakukan selama 2 jam pelajaran (90’) yakni kegiatan

(42)

XNR=

x 100%

yang ditemui. Seiring dengan itu, selama kegiatan pembelajaran di lokasi tambang timah juga tidak lepas dari pengawasan observer terhadap aktivitas siswa.

g. Kemudian dilanjutkan pada pertemuan ketiga, yang berlangsung 1 jam pelajaran (45’), sama halnya dengan pertemuan sebelumnya siswa juga diajak ke lokasi, melakukan kegiatan yang terdapat dalam lembar kegiatan siswa. Seiring dengan kegiatan, siswa juga berkesempatan melakukan konsultasi kepada guru sebagai pembimbing untuk merencanakan usulan kegiatan terkait dengan usaha dan tindakan siswa dalam memberikan solusi terhadap masalah berdasarkan fakta yang diperoleh. Selama kegiatan pembelajaran juga dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa.

h. Untuk pertemuan keempat, berlangsung selama 2jam pelajaran (90’). Melalui

petunjuk yang ada di LKS siswa menerapkan tindakan sebagai bentuk aplikasi dari kegiatan yang telah mereka usulkan.

i.Sedangkan untuk pertemuan terakhir, guru membagikan soal posttes, angket sikap dan angket tanggapan untuk siswa.

j.Melaksanakan pengolahan dan analisisi data.

K. Mengolah data dan Analisis Data

a. Data Pretest dan Postest

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif berupa konversi skor, perhitungan rerata skor, dan peningkatan rerata hasil pretes dan postes.

1) Memberikan skor pada tiap lembar jawaban siswa berdasarkan kunci jawaban 2) Konversi Skor Penguasaan Konsep

Skor mentah hasil tes dikonversi menggunakan persamaan berikut: TNR

Tabel 3.7. Kategori Persentase Pencapaian Penguasaan Konsep melalui Tes

(43)

86-100% Sangat baik

75-85% Baik

60-75% Cukup

55-59% Kurang

< 54% Kurang sekali

3). Perhitungan Gain Ternormalisasi

Menghitung persentase peningkatan penguasaan konsep dan sikap siswa, dihitung dengan menggunakan gain yang dikoordinasi yaitu dengan rumus g faktor sebagai berikut:

Persentase < � >= < �< � > − < � � >

��� > − < � � > %

< � >= Rata-rata gain yang dinormalisasi

< � > = Nilai post-test

< � � > = Nilai pre-test

< ���� > = Nilai maksimum ideal

Untuk mengkategorikan <g> sikap siswa digunakan pengkategorian yang dapat dilihat pada tabel berikut (Hake, 1999):

Tabel 3.8. Pengkategorian Persentase <g>

Persentase Kategori

%<g>70,0 Tinggi

30,0<%<g><70,0 Sedang

%<g>30,0 Rendah

4). Uji Normalitas

Uji normalitas dengan menggunakan program SPSS 13.0. Uji normalitas ini dimaksud untuk menunjukkan apakah data pretest dan posttest berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Wilxocon, uji ini merupakan uji prasyarat untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan. Uji normalitas ini dilakukan menggunakan software SPSS 13.0 pada taraf nilai signifikasi 95% atau α= 0,05. Hipotesis yang dikemukakan yaitu:

H0 : Data dalam sampel berdistribusi normal H1 : Data dalam sampel tidak berdistribusi normal

Gambar

Tabel 3.2 menjelaskan bahwa validitas yang lebih tinggi dari titik kritis 0,3,
Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda
Tabel 3.6. Hasil Ujicoba Analisis Validitas Instrumen Sikap
Tabel 3.8. Pengkategorian Persentase <g>
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan untuk menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini, maka penulis

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli diatas, dapat diasumsikan bahwa pemasaran merupakan proses manajerial yang melibatkan kegiatan- kegiatan penting yang

Apabila Lulus/Memenuhi Syarat dalam Klarifikasi dan Pembuktian Kualifikasi, maka akan dilanjutkan Negosiasi Teknis dan Harga oleh Pokja Pembangunan Sarana Dan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris apakah pemberian informasi dan sosialisasi, latar belakang pendidikan, jenjang pendidikan, lama usaha dan ukuran

Hal ini mendorong penulis untuk mengangkat masalah tersebut dalam sebuah Skripsi yang berjudul: “PENGEMBANGAN APLIKASI DAN ANALISIS SISTEM ANTRIAN NASABAH PADA PELAYANAN BANK

Pada tahun 2007, dimana harga susu dunia meningkat cukup tinggi, harga susu segar di dalam negeri mengalami peningkatan yang tidak terlalu tinggi, sehingga imbangan

[r]