Uyi Khodariah, 2014
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat
memperoleh gelar Sarjana Sastra
oleh
Uyi Khodariah
1000280
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Uyi Khodariah, 2014
dan Tinjauan Fungsi
oleh
Uyi Khodaria
sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Uyi Khodariah 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Uyi Khodariah, 2014
SAJARAH CIJULANG: KRITIK TEKS, TINJAUAN ISI, DAN TINJAUAN FUNGSI
Uyi Khodariah NIM 1000280
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sulitnya mencari informasi naskah di masyarakat, serta pentingnya mengungkap informasi yang terkandung dalam naskah kuno sebagai ungkapan atau hasil pemikiran masyarakat terdahulu. Naskah Sajarah Cijulang (selanjutnya disingkat SC) adalah salah satu naskah Sunda yang masih dimiliki dan digunakan (dibacakan) oleh masyarakat warga dusun Cikoranji, kecamatan Cigugur, kabupaten Pangandaran. Penelitian terhadap naskah SC menjawab beberapa persoalan. Pertama, bagaimanakah kesalahan tulis yang terdapat pada naskah SC? Kedua, bagaimanakah edisi teks dan terjemahan teks naskah SC yang mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca masa kini? Ketiga, bagaimanakah kandungan isi teks naskah SC? Keempat bagaimanakah fungsi naskah SC bagi masyarakat? Untuk mencapai hal tersebut, dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif analisis dan metode kajian filologi edisi standar. Sementara itu teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan dan studi pustaka. Hasil penelitian ini terdiri atas empat hal, yaitu (1) penyimpangan redaksional dalam naskah SC terdiri atas 0.68% adisi, 0.93% lakuna, dan 2.44% emendasi; (2) edisi teks dan terjemahan naskah SC disajikan mengacu pada EYD dan kamus; (3) hal yang terkandung dalam naskah SC di antaranya adalah adanya pengaruh agama dan kebudayaan Islam dan Hindu, adanya pengaruh dari kebudayaan Jawa, serta terdapat hubungan antara keturunan orang-orang Cijulang dengan Cirebon; (4) fungsi teks naskah SC bagi masyarakat Cijulang adalah sebagai pengingat dan penghormatan terhadap leluhur, dan sebagai sarana mengakrabkan diri antar masyarakat. Dalam penelitian ini naskah
Uyi Khodariah, 2014
SAJARAH CIJULANG: TEXT CRITIC, CONTENT REVIEW, AND FUNCTION REVIEW
Uyi Khodariah NIM 1000280
ABSTRACT
This research is motivated by the difficulty in finding history text in the society, and also the importance to reveal the information in the ancient text as the manifestation of the society's way of thinking. The script of Sajarah Cijulang
(abbrreviated as SC), is one of Sundanese script which is still used to the present day by the people in Cikoranji village which is located in Kecamatan Cigugur, Kabupaten Pangandaran. The research on SC answers a few questions. First, how are the writing errors in the script of SC? Second, how about the original and the translation version of SC that is easy to read and to comprehend by the modern readers? Third, how about the content of SC? Fourth, what is the function of the script of SC for the society? To accomplish those findings, this research uses analytical descriptive research method and the standard philology study method. The data collecting technique uses both field study and literature study. The result of this research consists of four facts, and these are (1) the editorial deviation in
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang
keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan
“warisan budaya” dalam hal ini merupakan suatu pemerian bahwa naskah kuno adalah teks klasik yang diwariskan secara turun termurun.
Barried, dkk., (1985, hlm. 54) mendefinisikan naskah kuno sebagai “tulisan
tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil
budaya bangsa masa lampau.” Bangsa lampau dalam hal ini merupakan indikator
usia suatu naskah kuno. Artinya naskah kuno merupakan karya yang diciptakan
masyarakat zaman dulu serta mewakili suatu masa, minimal 50 tahun yang lalu.
Hal tersebut berkaitan dengan salah satu kriteria benda cagar budaya dalam bab
III pasal 5 Undang-Undang Cagar Budaya bahwa benda cagar budaya berusia 50
tahun atau lebih (DJPP, 2010). Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan masalah
waktu, teks yang tertulis pada naskah kuno dapat dimaknai sebagai media
informasi yang menjembatani zaman dahulu dengan zaman sekarang.
Naskah-naskah di Indonesia berisi berbagai aspek kehidupan, baik yang
bersifat kesejarahan, pendidikan, keagamaan, atau kesusastraan. Naskah kuno
dipandang sebagai teks sastra karena merupakan suatu keutuhan yang
mengungkapkan pesan (Baried, dkk., 1985, hlm. 4). Dalam kehidupan atau
kegiatan sastra, tradisi penulisan naskah kuno merupakan tahap kedua (Djamaris,
2002, hlm. 5). Sebelum orang mengenal tulisan, kegiatan sastra seperti cerita atau
dongeng daerah disampaikan secara lisan. Setelah masyarakat mengenal tulisan,
banyak yang menulis kemudian menyalin berbagai cerita yang tadinya berasal
dari lisan tersebut. Selain itu, banyak pula naskah-naskah yang disalin langsung
dari bentuk teks karena banyak masyarakat yang ingin memiliki sendiri naskah
tersebut, karena khawatir terjadi sesuatu dengan naskah asli, atau karena naskah
asli sudah rusak (Barried, dkk., 1985, hlm. 59), sehingga jumlah naskah di
Naskah Sunda merupakan salah satu dari banyaknya naskah yang dimiliki
Indonesia. Ekadjati (1988, hlm. 4 dan 9) menyatakan bahwa naskah Sunda adalah
naskah yang penulisan dan penyusunannya dilakukan di daerah Sunda, serta
naskah yang berisi cerita tentang wilayah Sunda maupun orang Sunda. Aksara
yang digunakan dalam naskah Sunda di antaranya aksara Sunda Kuna, aksara
Pegon, aksara Jawa, dan Latin.
Naskah Sunda umumnya dimiliki oleh orang-orang yang menduduki jabatan
tertentu di masyarakat yang bersifat formal, non formal, ataupun tradisional.
Misalnya kaum bangsawan, para ulama atau kyai, serta para pecinta kesenian dan
kebudayaan Sunda. Selain dimiliki oleh pejabat tertentu, ada pula naskah yang
dimiliki oleh perorangan karena yang bersangkutan memperoleh naskah dengan
menulis sendiri, menyalin, atau warisan dari orang tua.
Saat ini, naskah Sunda banyak disimpan di tempat-tempat penyimpanan
naskah seperti museum dan perpustakaan. Namun ada pula naskah yang masih
berada di masyarakat dan menjadi milik perorangan. Pada zamannya, fungsi
naskah Sunda bagi masyarakat dapat dilihat berdasarkan isi kandungannya.
Menurut Permadi (2012, hlm. 2), naskah berfungsi sebagai bacaan, panduan atau
pegangan hidup, mulai dari yang bersifat keseharian hingga yang bersifat
peribadatan. Sebagai contoh, naskah sejarah berisi silsilah raja-raja, sejarah
leluhur, dan sejarah daerah berfungsi sebagai pegangan kaum bangsawan
(Ekadjati, 1988, hlm. 9). Contoh lain, naskah tentang pengetahuan tata cara
pengobatan, berfungsi sebagai pedoman ketika melaksanakan pengobatan.
Keadaan naskah di masyarakat saat ini berbeda dengan dahulu. Pada masa
kini, naskah Sunda tidak digunakan lagi oleh masyarakat. Hal tersebut ditandai
dengan sulitnya mendapatkan informasi tentang naskah Sunda di masyarakat.
Kesulitan tersebut bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti naskah Sunda sudah
tidak digunakan dalam keseharian masyarakat; masyarakat sama sekali tidak tahu
menahu tentang naskah Sunda; tulisan pada naskah Sunda tidak lazim digunakan
pada masa kini sehingga naskah tidak diminati; naskah telah berpindah tangan,
Selain hal di atas, sulitnya mendapatkan informasi tentang naskah juga
disebabkan oleh sikap pemilik naskah. Ada yang menganggap naskah sebagai
benda penting dan berharga, menganggap sebagai benda biasa, menggap sebagai
benda yang tidak penting, atau ada pula yang menganggap naskah sebagai benda
pusaka yang dikeramatkan dan memiliki kekuatan gaib sehingga keberadaannya
disembunyikan. Beberapa pemilik naskah yang menganggap naskah sebagai
benda pusaka biasanya tidak mengizinkan naskah dibaca oleh sembarang orang.
Bahkan untuk membacanya kadang-kadang harus disertai ritual tertentu
(Djamaris, 2002, hlm. 11).
Melihat sikap pemilik naskah yang berbeda-beda, maka kemungkinan
kepunahan naskah yang berada di masyarakat sangat besar. Hal yang patut
disoroti adalah sikap masyarakat yang menganggap naskah sebagai benda biasa
saja. Menganggap naskah sebagai benda biasa menyebabkan beberapa
kemungkinan, misalnya naskah dibiarkan tanpa diberikan perawatan khusus, atau
bahkan naskah dibakar karena dianggap sebagai buku usang yang tidak terpakai
lagi.
Berbeda dengan kondisi naskah di masyarakat, naskah Sunda yang telah
menjadi koleksi beberapa lembaga bisa dikatakan dalam keadaan aman.
Perpustakaan dan museum biasanya memberi perawatan dan perlakuan khusus
terhadap naskah. Naskah dirawat dengan cara konservasi misalnya diawetkaan
secara kimiawi atau tradisional, dengan preservasi seperti mengatur kelembabaan
udara, suhu, dan intensitas cahaya ruang penyimpanan, serta dengan memberikan
pengamanan dari kemungkinan kerusakan baik kerusakan ulah manusia atau
serangan serangga (Mulyati, 2013, hlm. 3). Dengan demikian naskah dapat
dikatakan selamat dari kemungkinan punah, serta kebudayaan dan kearifan lokal
yang termuat dalam naskah Sunda terjaga kelestariannya.
Pelestarian naskah Sunda seyogianya didukung dengan pemanfaatan naskah
Sunda oleh masyarakat masa kini. Pemanfaatan naskah Sunda sebagai media
informasi dan penyambung kehidupan lampau dengan kehidupan masa kini
mengalami kemandegan akibat globalisasi. Padahal semestinya masyarakat
diungkapkan Baried, dkk. (1985, hlm. 87) bahwa untuk mencapai keseimbangan
dan keselarasan dalam pembangunan suatu bangsa, penghayatan sastra klasik
dengan kemajuan teknologi modern harus saling mengisi. Namun yang terjadi saat
ini adalah adanya penetrasi budaya asing menyebabkan kepedulian masyarakat
terhadap naskah semakin berkurang. Akibatnya, terjadi kepunahan naskah di
Indonesia, khususnya naskah Sunda. Para generasi muda sebagai penerus bangsa
yang seharusnya menjaga warisan budaya leluhur, banyak terbawa arus
globalisasi sehingga melupakan budaya lokalnya sendiri. Menyikapi kondisi
tersebut, keberadaan naskah di masyarakat menjadi hal yang bersifat penting
untuk diteliti sebagai bentuk penyelamatan naskah. Maka dari itu, pada
kesempatan ini akan dilakukan penelitian terhadap salah satu naskah Sunda yang
masih berada di tangan masyarakat.
Naskah Sajarah Cijulang (selanjutnya disingkat SC) adalah salah satu naskah Sunda yang masih berada di masyarakat. Pemilik naskah bernama Ibu Ita
dan Bapak Lamri warga dusun Cikoranji, kecamatan Cigugur, kabupaten
Pangandaran. Di tengah perkembangan zaman, naskah SC masih dibacakan oleh masyarakat Cijulang pada bulan Muharam, bulan Maulid, malam-malam kaliwon
tertentu, dan sebagian isinya diterapkan atau digunakan pada acara hajat laut.
Meski masih digunakan, pada kenyataannya tidak semua masyarakat mengetahui
tentang keberadaan naskah SC. Keberadaan serta penggunaan atau pembacaan naskah SC menjadi alasan kuat untuk menjadikan naskah SC sebagai objek penelitian.
Alasan lain pemilihan naskah SC adalah masih digunakannya naskah SC
oleh sebagian masyarakat di daerah Cijulang yang menandakan bahwa ada suatu
hal yang dijaga dari naskah tersebut. Kemudian melihat pembacaan naskah yang
dilakukan pada bulan-bulan Islam (Muharam dan Maulid) memungkinkan bahwa
masyarakat Cijulang masih menjunjung tinggi nilai sejarah melalui perspektif
budaya keislaman.
Alasan selanjutnya berkaitan dengan bentuk naskah, naskah SC ditulis dengan huruf Arab pegon yang sudah tidak lazim digunakan pada zaman
dan memiliki kekhasan dalam strukturnya, sehingga naskah SC menjadi sulit dipahami oleh pembaca masa kini.
Penelitian terhadap naskah sejenis sebelumnya pernah dilakukan oleh
Ruswendi Permana pada tahun 1996 berupa tesis di Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Padjajaran yang berjudul Sajarah Cijulang: Sebuah Kajian Filologis. Dalam tesisnya, naskah Sajarah Cijulang yang menjadi objek penelitian Permana berupa naskah jamak berjumlah enam naskah. Kajian filologis pada penelitian
tersebut menghasilkan teks yang diangap bersih dari kesalahan, edisi nakah yang
telah melewati proses kritik teks, serta terjemahan naskah dalam bahasa
Indonesia.
Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Kuswan Nurhidayat pada tahun
2008 berupa skripsi di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni UPI. Penelitian
tersebut berjudul Silsilah Luluhur Ciamis (Ulikan Filologis jeung Analisis Teks). Dalam penelitiannya Nurhidayat menggunakan satu naskah berjudul Silsilah Luluhur Ciamis. Metode yang digunakan Nurhidayat adalah metode naskah tunggal. Hasil penelitian Nurhidayat berupa edisi teks dan analisis teks. Namun
dalam skripsi tersebut, Nurhidayat tidak menyajikan hasil kritik teks.
Melihat kekhasan yang terdapat dalam naskah SC sebagai objek penelitian kali ini, maka penelitian ini melengkapi beberapa penelitian terdahulu. Penelitian
ini dilakukan dengan mengkaji naskah SC secara filologis, kemudian mengungkapkan atau mendeskripsikan tinjauan kandungan isi dan tinjauan fungsi
naskah SC.
Penelitian ini merupakan suatu upaya penyelamatan naskah Sunda kuno
yang masih dimiliki masyarakat. Selain itu, penelitian ini juga sebagai upaya
penyajian informasi tentang naskah SC bagi pembaca umum.
Penelitian terhadap naskah SC berkaitan dengan bidang keilmuan bahasa, sastra, sejarah, dan kebudayaaan. Kaitannya dengan ilmu bahasa, penelitian ini
dapat mengungkapkan kosa kata, makna kata, serta pola penyusunan struktur kata
tipe penceritaannya. Kaitannya dengan ilmu sejarah, teks naskah SC bisa digunakan sebagai referensi kesejarahan, karena memuat asal mula dan silsilah
leluhur Cijulang. Sementara itu, kaitannya dengan bidang ilmu kebudayaan adalah
naskah SC mengungkapkan sejarah dan kepercayaan yang ada pada masa lampau.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian
Sebagaimana telah dipaparkan pada latar belakang, terdapat beberapa
masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Naskah Sunda yang menjadi koleksi pribadi masyarakat sulit diakses oleh
masyarakat umum karena naskah seringkali disembunyikan.
2. Huruf Arab Pegon yang digunakan dalam naskah SC sudah tidak lazim digunakan pada zaman sekarang, sehingga tidak semua masyarakat dapat
membaca naskah SC.
3. Beberapa tulisan pada naskah SC tidak jelas sehingga sulit dibaca, sehingga menyulitkan pemahaman pembaca.
4. Naskah SC menggunakan bahasa campuran Sunda dan Jawa sehingga sulit
dipahami oleh pembaca masa kini.
5. Struktur teks pada naskah SC memiliki kekhasan tersendiri, sehingga membuat kandungan isi naskah SC menjadi sulit dipahami pembaca masa kini.
1.2.1 Batasan Masalah
Karena luasnya permasalahan yang dihadapi dalam penelitian, maka
penelitian ini dibatasi pada kajian filologis serta analisis teks dan fungsi. Naskah
SC merupakan naskah tunggal, maka kajian filologi dilakukan sesuai dengan metode kajian edisi standar. Analisis teks (tinjauan kandungan isi) dilakukan
untuk mengungkapkan hal-hal penting yang terkandung dalam naskah. Sementara
1.3 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasar pada latar belakang serta identifikasi masalah, maka dirumuskan
beberapa rumusan masalah sebagi berikut.
1. Bagaimanakah kesalahan tulis yang terdapat pada naskah SC?
2. Bagaimanakah edisi teks dan terjemahan teks naskah SC yang mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca masa kini?
3. Bagaimanakah kandungan isi teks naskah SC? 4. Bagaimanakah fungsi naskah SC bagi masyarakat?
1.4 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan kesalahan tulis pada teks naskah SC.
2. Menyajikan bentuk edisi teks dan terjemahan teks naskah SC yang mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca masa kini.
3. Mendeskripsikan kandungan isi teks naskah SC. 4. Mendeskripsikan, fungsi naskah SC bagi masyarakat.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis
maupun praktis.
1.5.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan pustaka
bagi penelitian selanjutnya dalam berbagai bidang, seperti sastra, bahasa, sejarah,
dsb. Penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai media informasi mengenai
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini merupakan salah satu upaya penyelamatan dan
pelestarian salah satu warisan budaya Nusantara berupa naskah. Penelitian juga ini
sebagai salah satu cara untuk mengungkapkan, memahami budaya, mempelajari
budaya-budaya masa lampau, serta kearifan lokal yang ada di dalam naskah SC.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini tersusun atas lima bab. Bab I Pendahuluan, yang berisi uraian tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian yang di
dalamnya terdapat batasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, serta manfaat penelitian yang meliputi manfaat teoretis dan manfaat
praktis.
Bab II, Landasan Teoretis dan Kerangka Pemikiran yang berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian. Bab ini tersusun atas enam subbab,
yakni empat subbab tentang teori yang digunakan dalam penelitian (naskah, teks,
tinjauan isi, dan tinjauan fungsi), satu subbab tentang penelitian terdahulu, dan
satu subbab berisi kerangka pemikiran penelitian.
Bab III, Objek, Metode, dan Teknik Penelitian. Pada bab ini dipaparkan secara rinci tentang objek penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian,
serta teknik pelaksanaan penelitian.
Bab IV, Kritik Teks, Tinjauan Isi, dan Tinjauan Fungsi. Bab ini memaparkan hasil penelitian dan pembahasan. Bagian pembahasan
mendeskripsikan hasil analisis dikaitkan dengan teori yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya.
Bab V, Simpulan dan Saran. Pada bab ini dipaparkan simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah.
Dalam bab ini juga dipaparkan saran atau rekomendasi bagi para peneliti
23 BAB III
OBJEK, METODE, DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah naskah Sunda berjudul Sajarah Cijulang
(SC). Naskah SC merupakan naskah yang berada di kalangan masyarakat. Sebagai objek penelitian, informasi mengenai naskah SC perlu dijelaskan secara rinci.
Dalam penelitian filologi, pendeskripsian informasi mengenai naskah yang
disebut dengan identifikasi naskah merupakan langkah awal yang harus dilakukan
secara cermat dan lengkap. Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh gambaran
umum tentang naskah. Hermansoemantri (1986, hlm. 2) mengungkapkan
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan identifikasi naskah, yaitu
1) judul naskah; 2) nomor naskah; 3) tempat penyimpanan naskah; 4) asal naskah;
5) keadaan naskah; 6) ukuran naskah; 7) tebal naskah; 8) jumlah baris per
halaman; 9) aksara naskah; 10) cara penulisan; 11) bahan naskah; 12) bahasa
naskah; 13) bentuk teks; 14) usia naskah; 15) pengarang/penyalin; 16) asal-usul
naskah; 17) fungsi sosial naskah; 18) ikhtisar teks.
3.1.1 Identifikasi dan Deskripsi Naskah SC
Untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang naskah SC sebagai objek penelitian kali ini, dilakukan identifikasi dan deskripsi naskah SC. Berikut adalah identifikasi dan deskripsi naskah SC mengacu pada hal-hal yang diungkapkan Hermansoemantri.
-Judul : tidak tertulis
-Nomor naskah : tidak terdapat penomoran
- Kolofon : tidak terdapat kolofon
- Pemilik naskah : Ibu Ita dan Bapak Lamri
-Asal naskah : warisan dari orang tua
- Bahan naskah : kertas bergaris buatan pabrik dengan alat tulis
- Ket. halaman : tidak tertulis penomoran halaman
- Jumlah baris/halaman : 13 baris per halaman, kecuali halaman terakhir
- Bahasa naskah : Sunda campur Jawa
- Bentuk teks : Prosa
- Usia naskah : sekitar 50 tahunan
- Iktisar : Naskah Sajarah Cijulang bercerita tentang silsilah leluhur Cijulang sejak zaman kenabian yang
dimulai dengan cerita penciptaan alam dunia. Teks
terdiri atas pasal-pasal yang merupakan pasal
sejarah besar dan sejarah kecil. Pasal-pasal tersebut
bercerita tentang leluhur Ciamis secara umum yang
pada akhirnya bermuara pada penceritaan tentang
Judul Sajarah Cijulang tidak tersurat atau tertulis pada teks naskah. Penamaan judul berdasar pada informasi dari pemilik naskah bahwa naskah
tersebut berjudul Sajarah Cijulang atau Buk Cijulang karena berkisah tentang sejarah leluhur Cijulang. Hal ini kemudian dikuatkan dengan isi teks naskah yang
dominan menceritakan leluhur Cijulang serta daerah Cijulang yang menjadi latar
peristiwa dalam naskah tersebut, seperti dapat dilihat dalam kutipan teks berikut.
Gambar 3.1 halaman 68 baris 4 (dok. pribadi)
Transliterasi: Iyeu pasal Cijulang * Sembah Agung kagungan jimat
Terjemahan: Ini pasal Cijulang * Sembah Agung memiliki jimat
Naskah SC merupakan naskah milik perorangan, oleh karena itu naskah ini tidak memiliki nomor naskah seperti halnya naskah koleksi perpustakaan atau
museum. Selain itu, dalam naskah SC juga tidak terdapat informasi atau catatan penulis mengenai tempat, waktu, dan penyalin naskah.
Naskah SC merupakan naskah milik Ibu Ita (berusia 50 tahun) serta Bapak Lamri (berusia 60 tahun) yang tinggal di kampung Cikoranji RT 02 RW 07 dusun
Cikoranji, desa Cimindi, kecamatan Cigugur kabupaten Pangandaran. Naskah SC
telah dimiliki oleh pasangan suami istri tersebut selama kurang lebih 20 tahun.
Naskah SC merupakan warisan dari ayah Ibu Ita yakni bapak Mad Tahri yang telah meninggal dunia. Pada saat mewariskan naskah tersebut, Mad Tahri berusia
sekitar 80 tahun. Saat masih hidup Mad Tahri adalah orang yang sering
membacakan naskah SC dalam acara tertentu. Berdasarkan kepemilikan naskah oleh Ibu Ita dan Bapak Lamri selama kurang lebih 20 tahun, serta
mempertimbangkan rentang waktu kepemilikan naskah oleh bapak Mad Tahri,
diperkirakan teks naskah SC berusiasekitar 50 tahunan.
Naskah SC disimpan di dalam lemari dan dibungkus menggunakan kain. Menurut pemiliknya, menyimpan naskah di dalam lemari dapat menjauhkan
dapat diketahui bahwa pemilik naskah SC memperlakukan naskah secara khusus dalam hal perawatan naskah.
Saat ini keadaan fisik naskah SC terbilang baik dan utuh, hanya sampul naskah hampir terlepas. Terlepasnya sampul merupakan kerusakan mekanik pada
naskah yakni berkaitan dengan faktor penanganan dan perlakuan terhadap naskah.
Selain itu terdapat pula kerusakan biologi berupa penjamuran pada bagian sampul
naskah.
Gambar 3.2 Sampul Naskah
Terlepas (dok. pribadi)
Gambar 3.3. Sampul Berjamur
(dok. pribadi)
Naskah SC ditulis pada kertas bergaris buatan pabrik berukuran 16,7 x 21 cm, bingkai baca sekitar 15 x 17,7 cm. Saat ini kertas bahan naskah berwarna
putih kekuning-kuningan. Tebal naskah SC secara keseluruhan berjumlah 89 halaman, satu halaman dikosongkan yaitu halaman 75. Halaman yang kosong
tersebut bisa merupakan kesengajaan untuk pembatas antar teks, merupakan
kesengajaan dalam penyalinan berkaitan dengan teks yang tertulis dalam naskah
sumber tidak terbaca, atau merupakan kesalahan yang dilakukan penyalin ketika
membuka lembaran kertas.
Naskah SC merupakan naskah yang terdiri atas 26 teks yang di antaranya terbagi lagi menjadi pasal-pasal. Pembagian setiap teks pada naskah SC berdasar pada tanda permulaan dan tanda akhir teks. Misalnya permulaan teks diawali
dengan kata punika, bismillahirohmanirohim, dsb. Sementara itu kata tamat
banyak digunakan dalam bagian akhir suatu teks. Sebagai contoh bisa dilihat pada
Gambar 3.4. Contoh Awal Teks (dok. pribadi)
Halaman 1 baris 1 dan 2,
Alih aksara: Bismillahirohmanirohim
Punika sajarah purwaning jagat kang gumelar kabéh tetkala
awang
Gambar 3.5 Contoh Akhir Teks (dok. pribadi)
Halaman 29 baris 10
Alihaksara: tamat wallohua’lam
Keterangan mengenai teks dan pasal dalam naskah SC dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Teks dan Pasal dalam Naskah SC
Teks Pasal Halaman Isi
1
1 1 s.d. 10 Sejarah penciptaan alam dunia dna segala isinya
serta kisah penciptaan Nabi Adam dan silsilah para
Nabi hingga keturunannya di Cirebon
2 10 s.d. 23 Pasal Pulau Jawa yang berisi tentang asal mula padi
serta silsilah leluhur Galuh
3 23 s.d. 25 Pasal Pajajaran
4 25 s.d. 27 Pasal Nakhoda
5 27 s.d. 29 Silsilah Siliwangi yang berasal dari Padnawati dan
Padnalarang
2 29 s.d. 39 Kisah Nini Gede dan Aki Gede yang berasal dari banyumas kemudian berkelana hingga sampai ke
Cijulang
4 49 s.d. 50 Bacaan agar terhindar dari para siluman
5 50 Nama-nama Batara Cijulang
6 50 Pengingat pancakaki leluhur Cijulang
7 51 s.d. 57 Teks kisah pancakaki leluhur Cijulang yang berasal dari berbagai daerah
13 72 Pasal melaksanakan perintah
14
1 73 s.d. 74 Pasal Mataram
2 74 Nama Batara Pulau Jawa
3 74 Doa caracas
15 71 s.d. 81 Sejarah penciptaan langit dan bumi
16 81 Sahadat
Berdasar pada tabel di atas, terlihat bahwa dari 26 teks yang terdapat dalam
naskah SC hanya sekitar 12 teks yang relevan dengan judul naskah, yakni teks 1 hingga teks 12. Teks lainnya merupakan teks pendek yang berisi tentang berbagai
Selanjutnya, setiap halaman pada naskah SC terdiri atas 13 baris, kecuali pada halaman terakhir hanya enam baris. Pada naskah ini tidak terdapat
penomoran halaman, namun peneliti menghitung nomor halaman secara manual.
Teks naskah SC disusun dalam bentuk prosa menggunakan huruf Arab pegon yang ditulis dari kanan ke kiri dengan pola pemakaian halaman recto dan
verso (bolak-balik). Bentuk huruf dalam naskah SC adalah tegak lurus dengan menggunakan khat naskhi, yaitu gaya penulisan yang banyak digunakan ketika menulis aksara Arab.
Gambar 3.6 Contoh Khath Naskhi (Subarna A. D., dkk., 2006, hlm. 58)
Gambar 3.7 Halaman 1, baris 1-3 (dok. pribadi)
Transliterasi:
(1) Bismillahirrohmanirrohim.
(2) Punika sajarah purwaning jagat kang gumelar kabeh tetkala awang
(3) uwung durung ana sawiji2 la ta’yun arane goiyul guyub arane
Terjemahan:
(1) Bismillahirohmanirrohim.
(2) Inilah sejarah asal muasal penciptaan jagat raya. Ketika di langit (3) belum ada sesuatu apa pun yang disebut la ta’yun goiyul guyub
terdapat beberapa bagian tinta yang luntur diduga karena terkena air atau akibat
kelembaban udara.
Gambar 3.8
Kecerahan warna tinta berbeda pada
halaman 5 (dok. pribadi)
Gambar 3.9
Tinta luntur pada halaman 43
(dok. pribadi)
Sementara itu, bahasa yang digunakan dalam naskah SC merupakan bahasa campuran Sunda dan Jawa, dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.10 Bahasa Campuran Sunda dan Jawa
halaman 1 baris 3 dan 4, (dok. pribadi)
Transliterasi:
(3) uwung durung ana sawiji2 la ta’yun arané goiyul guyub arané (Jawa) (4) mangka aya kersa méméh aya nu dikersakeun dingaranan nangtu goib
(Sunda)
Terjemahan:
(3) belum ada sesuatu apa pun yang disebut la ta’yun goiyul guyub
(4) maka ada kehendak sebelum ada yang dikehendaki dinamai nangtu goib
Pada naskah SC terdapat beberapa perbaikan kesalahan tulis oleh penyalin yang dilakukan dengan pencoretan. Hal tersebut bisa dilihat dari gambar berikut.
Gambar 3.11 Pencoretan sebagai perbaikan kesalahan pada halaman 18
Kemudian melihat bentuk tulisannya, dalam naskah SC terdapat dua tulisan
yang berbeda sehingga naskah terlihat seperti ditulis oleh dua orang yang berbeda.
Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.12 Tulisan Pertama: hlm. 30 (dok. pribadi)
Gambar 3.13 Tulisan Kedua: hlm. 33 (dok. pribadi)
Dalam teks ini jugaterdapat pungtuasi atau tanda baca yang khas dan
nonstandar. Dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.14 Tanda Baca pada Naskah SC: hlm. 21 dan 26 (dok. pribadi)
3.2 Metode
atau strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk
memecahkan rangkaian permasalahan yang ada.
Nazir (dalam Suryani, 2012, hlm. 73) mengungkapkan dua istilah yang
berkaitan dengan metode, yakni prosedur dan teknik. Prosedur merupakan
urutan-urutan pekerjaan, sementara teknik merupakan alat pengukur yang digunakan
dalam sebuah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu metode penelitian dan metode kajian
3.2.1 Metode Penelitian
Penelitian terhadap suatu naskah bertujuan untuk mendeskripsikan
informasi mengenai naskah serta memahami isi kandungan yang terdapat dalam
naskah. Berdasarkan hal tersebut, metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Menurut Ratna (2011, hlm. 53)
metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta
yang kemudian disusul dengan analisis.
Suryani (2012, hlm. 74) mengatakan metode deskriptif analisis dalam
penelitian filologi dilakukan dengan mencatat, menuturkan, dan menafsirkan data
melalui proses pemahaman yang bergantug pada keadaan data dan nilai bahan
atau objek penelitian yang digarap.
Langkah kerja yang ditempuh dalam penelitian ini di antaranya melakukan
kritik teks meliputi transliterasi serta suntingan teks naskah SC, kemudian menghasilkan edisi teks. Setelah itu teks dianalisis untuk mendeskripsikan
kandungan isi dan fungsi naskah SC.
3.2.2 Metode Kajian Filologi
Metode penyuntingan naskah terbagi menjadi dua yakni metode
penyuntingan naskah tunggal dan metode penyuntingan naskah jamak. Naskah SC
merupakan naskah tunggal, maka metode penyuntingan naskah tunggal digunakan
dalam penelitian ini.
Penyutingan naskah tunggal dapat dilakukan dengan dua cara, yakni edisi
perlakuan khusus berkaitan dengan isinya yang merupakan cerita biasa, maka
penyuntingan edisi standar lebih tepat digunakan dalam penelitian ini. Edisi
standar dilakukan dnegan membetulkan beberapa ketidakajegan dalam naskah
serta melakukan beberapa pengubahan, seperti penyesuaian ejaan dengan
ketentuan yang berlaku, pembagian kata, serta pembagian kalimat. Penggunaan
edisi standar ini bertujuan untuk memudahkan pembacaan dan pemahaman teks.
Djamaris (2002, hlm. 24) menyebutkan beberapa hal yang harus dilakukan dalam
edisi standar sebagai berikut:
a) mentransliterasi teks;
b) membetulkan kesalahan teks;
c) membuat catatan perbaikan/perubahan;
d) memberi komentar, tafsiran (informasi di luar teks);
e) membagi teks dalam beberapa bagian;
f) menyusun daftar kata sukar (glosari).
3.3 Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan tafsir dalam memahami konsep penelitian ini,
perlu dipaparkan beberapa hal sebagai berikut.
1) Sajarah Cijulang adalah naskah Sunda yang berada di masyarakat dan masih digunakan oleh masyarakat. Naskah SC memuat cerita silsilah leluhur Cijulang.
2) Kritik teks adalah upaya perbaikan (penyuntingan) penyimpangan
redaksional teks naskah SC sehingga menghasilkan edisi teks yang bertujuan untuk memudahkan pembacaan dan pemahaman pembaca.
3) Tinjauan isi adalah penguraian dan pendeskripsian hal-hal yang terkandung
dalam teks naskah SC.
3.4 Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi lapangan untuk
mendapatkan objek penelitian. Kemudian setelah objek didapatkan, dilakukan
penganalisisan berdasar pada data yang telah didapatkan.
3.4.1 Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) menyusun rencana penelitian sebagai tahap pra observasi;
2) melakukan observasi lapangan guna mendapatkan naskah yang berada di
tangan masyarakat;
3) menentukan objek penelitian;
4) mencari berbagai referensi yang relevan dengan penelitian;
5) mengidentifikasi naskah;
6) membaca naskah SC dengan seksama serta mentransliterasi naskah dari huruf Arab Pegon menjadi huruf Latin;
7) melakukan kritik teks;
8) menghasilkan edisi teks;
9) melakukan terjemahan teks;
10) mencatat kosa kata yang tidak dapat dialihbahasakan menjadi bahasa
Indonesia.
11) analisis kandungan isi teks naskah SC; 12) analisis fungsi naskah SC bagi masyarakat; 13) menyusun laporan.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi lapangan dan
studi pustaka.
Studi lapangan merupakan pengamatan secara langsung terhadap objek
penelitian di lapangan. Studi lapangan pada penelitian ini dilakukan dengan
mendatangi beberapa orang atau tokoh yang dianggap penting serta
berkemungkinan mengetahui keberadaan naskah di kecamatan Cigugur.
Pemerolehan data dilakukan dengan teknik wawancara yaitu berupa ajuan
beberapa pertanyaan mengenai naskah.
3.4.2.2 Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi yang relevan dengan
fokus penelitian. Studi pustaka dalam penelitian ini di antaranya melakukan
pencarian buku-buku, karya tulis ilmiah, artikel, jurnal, dsb. di perpustakaan dan
tempat lain.
3.5 Alat dan Instrumen Penelitian
Pemerolehan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai
pemilik naskah. Oleh karena itu, proses wawancara yang dilakukan memanfaatkan
beberapa alat dan instrumen penelitian.
3.5.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya sebagai berikut:
1) sebuah telepon genggam yang digunakan untuk merekam percakapan antara
peneliti dengan pemilik naskah, juga digunakan untuk mengambil gambar
pemilik naskah;
2) alat tulis berupa kertas polio dan pulpen yang digunakan dalam mencatat
informasi-informasi pada saat melakukan wawancara;
3) sebuah camera digital yang digunakan pada saat pengambilan gambar naskah
SC sebagai langkah awal proses digitalisasi naskah
3.5.2 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar pertanyaan yang digunakan
Lembar pertanyaan juga digunakan saat melakukan wawancara dengan pemilik
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap naskah SC, didapatkan
empat simpulan yang menjawab persoalan-persoalan yang terdapat dalam
rumusan masalah. Pertama, dalam naskah SC terdapat tiga kategori penyimpangan redaksional, yakni 0.68% adisi, 0.93% lakuna, dan 2.44%
emendasi. Persentase kategori penyimpangan tersebut menandakan bahwa dalam
proses penyalinan naskah SC penyalin banyak keliru. Jika melihat pola kesalahan yang terjadi seperti kesalahan pemberian tanda titik (sebagai identitas huruf Arab)
dan kesalahan pemberian penanda bunyi, bisa jadi penyalin naskah SC melakukan kecerobohan yang tidak disengaja. Kemungkinan ketidaksengajaan penyalin
tersebut dapat dikuatkan dengan tidak berubahnya makna dari kata-kata yang
mengalami penyimpangan redaksional.
Kedua, teks yang telah melewati proses kritik teks (pembersihan dari penyimpangan redaksional) kemduian disajikan, yang biasa disebut dengan edisi
teks. Dalam penyajian edisi teks peneliti melakukan beberapa penyesuaian redaksi
berdasar pada ketentuan yang berlaku, seperti pada pedoman ejaan dan kamus.
Penyesuaian tersebut bertujuan agar teks naskah SC lebih mudah dibaca oleh masyarakat umum masa kini. Selain itu, hasil edisi teks kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia dengan tujuan agar teks dapat dipahami oleh
masyarakat umum (tidak terbatas pada masyarakat Sunda, mengingat naskah SC
adalah naskah Sunda). Dalam penerjemahan teks, pola yang digunakan adalah
pola terjemahan setengah bebas. Penggunaan pola terjemahan setengah bebas
ditujukan untuk menyajikan teks yang mudah dipahami pembaca, namun bahasa
sumber naskah tetap dapat dilihat pada terjemahan tersebut.
Ketiga, hal yang terkandung dalam naskah SC di antaranya, adanya pengaruh agama dan kebudayaan Islam dan Hindu, sehingga jika dikaitkan
agama Islam di Sunda; adanya pengaruh dari kebudayaan Jawa; terdapat
hubungan antara keturunan orang-orang Cijulang dengan Cirebon.
Keempat, fungsi naskah SC bagi masyarakat Cijulang adalah sebagai pengingat terhadap leluhur . Dengan demikian, naskah SC dapat dipandang sebagai bentuk penghormatan masyarakat Cijulang terhadap leluhurnya. Selain itu
pembacaan naskah SC sesuai dengan yang diungkapkan Hermansoeantri (1986, hlm. 117) sebagai pengikat kekerabatan antar keluarga, juga merupakan ajaran
moral yang bersifat didaktis, dengan meneladani sikap dan prilaku para leluhur.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, peneliti mengungkapkan
beberapa hal sekaitan dengan penelitian selanjutnya tentang naskah SC. Pertama, dalam penelitian ini naskah tidak dianalisis secara keseluruhan. Data yang
dianalisis hanya data yang berkaitan dengan judul naskah Sajarah Cijulang. Hal tersebut merupakan keterbatasan peneliti kaitannya dengan masalah waktu dan
pengalaman. Meneliti naskah SC secara keseluruhan merupakan hal yang menarik dan dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya.
Kedua, penelitian naskah SC ini disertai dengan tinjauan kandungan isi dan fungsi. Peneliti hanya malakukan tinjauan fungsi karena untuk melakukan analisis
fungsi yang lebih mendalam diperlukan waktu yang cukup lama. Apalagi
mengingat naskah SC masih dibacakan pada bulan-bulan tertentu. Artinya apabila ingin menganalisis fungsi naskah SC dan mengaitkannya dengan konteks penuturan harus menunggu waktu pelaksanaan pembacaan naskah tersebut.
Sementara untuk saat ini hal tersebut belum mungkin dilakukan oleh peneliti.
Untuk itu bagi penelitian selanjutnya, fungsi naskah SC bisa dianalisis secara mendalam dengan mengaitkannya pada proses pembacaan yang dilakukan setiap