• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rektor Wisuda Lulusan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Rektor Wisuda Lulusan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

NEWSLETTER EDISI 131/TAHUN XIV/NOVEMBER 2018

WISUDAWAN KITA

UNAIR NEWS - Secara seremoni, lembaran baru lulusan Universitas Airlangga (UNAIR) ditandai dengan prosesi wisuda. Periode Desember ini, Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih mewisuda 1.084 lulusan. Mereka terdiri dari lulusan jenjang diploma (D3-D4) 156 orang, sarjana (S1) 681 orang, master (S2) 192 orang, dan doktor (S3) 25 orang. Periode wisuda Desember ini, Fakultas Ekonomi dan Bisnis masih menempati fakultas dengan wisudawan terbanyak.

Pada periode wisuda bulan Desember 2018 ini, ada 7 lulusan yang tercatat sebagai wisudawan terbaik, dan 10 lulusan tercatat sebagai wisudawan berprestasi. Mengenai penetapan wisudawan terbaik dan prestasi, semua dinilai oleh fakultas tempat mahasiswa belajar. Wisudawan terbaik dinilai berdasarkan perolehan IPK tertinggi diambil dari masing-masing fakultas dan jenjang studi, dengan masa studi maksimal 4 tahun untuk program sarjana.

Rektor Wisuda 1.084 Lulusan

Menempuh pendidikan di UNAIR pada dasarnya adalah berhijrah. Hijrah meninggalkan kebodohan dan ketidaktahuan, menjadi manusia berilmu, berakhlak, dan cerdas.

Dengan bekal itulah kita akan memenangi persaingan

WISUDAWAN BERPRESTASI & TERBAIK UNIVERSITAS AIRLANGGA PERIODE DESEMBER 2018

BAMBANG BES

www. unair.ac.id / / www.news.unair.ac.id

(2)

Pesan Rektor untuk Lulusan

Dengan diwisudanya lulusan UNAIR ini, menambah daftar SDM berkualitas yang akan berkontribusi untuk masyarakat. Dalam amanatnya kepada ribuan wisudawan UNAIR periode wisuda September lalu, rektor berharap kepada semua lulusan agar senantiasa tidak menyerah dengan keadaan. Lulusan diharapkan selalu berjuang dan berinovasi mengatasi problema masyarakat.

”Dengan bekal ilmu yang diberikan universitas, disertai semangat juang pantang menyerah, saya yakin dan hakkul yakin Anda akan mampu melaksanakan itu,” kata rektor.

Sebaliknya, lanjutnya, sekalipun lulus S3 (doktor), dengan predikat cumlaude ber-IPK 4,00, tetapi kalau tidak memiliki daya juang, maka akan sulit untuk mencapai cita-cita.

Semangat juang inilah pekerjaan rumah untuk senantiasa kita gelorakan kepada setiap mahasiswa dan alumni UNAIR. Selain itu, diharapkan untuk terus belajar. Karena di masyarakat itulah sejatinya sumber ilmu. (bin)

Fakultas Kedokteran (FK) 133 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) 3 Fakultas Hukum (FH) 75

Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 182 Fakultas Farmasi (FF) 36

Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) 30 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) 73 Fakultas Sains dan Teknologi (FST) 107 Sekolah Pascasarjana 20

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) 126 Fakultas Psikologi (Fpsi) 34

Fakultas Ilmu Budaya (FIB) 57 Fakultas Keperawatan (FKp) 22

Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) 32 Fakultas Vokasi 154

J U M L A H W I S U D A

“Soal ijazah dan kerja bukan hal utama. Yang utama adalah ilmu dan pengetahuan. Sehingga bisa melewati hidup dengan lebih hikmah, cerah, dan berkah”

admin@pih.unair.ac.id @universitasairlangga @unair_official @univ_airlangga @univ_airlangga

SUSUNAN REDAKSI Penasehat: Rektor Universitas Airlangga, Wakil Rektor I, Wakil Rektor

II, Wakil Rektor III, Wakil Rektor IV. Penanggung Jawab/Pimpinan Redaksi: Ketua Pusat Informasi dan Humas. Pelaksana Redaksi: Binti Q. Masruroh. Redaktur & Anggota Redaksi: Feri Fenoria Rifai, Binti Q.

Masruroh. Koresponden: M. Najib Rahman, Zanna Afia Deswari, Fariz Ilham Rosyidi, Galuh Mega Kurnia. Layout: Feri Fenoria Rifai. Telepon/

Fax: (031) 5915551. Surel: news@pih.unair.ac.id Pusat Informasi dan

Humas (PIH) Lantai 2 Ruang 203, Kantor Manajemen Kampus C UNAIR, Jl. Mulyorejo Surabaya.

ALAMAT REDAKSI:

(3)

UNAIR NEWS - Amadea Zulfiah Azmi alumnus S1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini memiliki segudang pencapaian yang membuat dirinya dinobatkan menjadi wisudawan berprestasi periode Desember 2018.

Di antaranya, berhasil mengharumkan nama prodi Pendidikan Bidan UNAIR di ajang lomba kebidanan bergengsi pada bidang debat ilmiah nasional bertajuk Scientific Debate in National Camp Midwifery Student Competition (NCMSC).

Tak tanggung-tanggung, Amadea sukses menjadi jawara nasional selama tiga tahun berturut – turut sejak 2015 – 2017. Yakni, menjadi juara I pada tahun 2015, juara III pada tahun 2016, dan kembali merebut juara I pada 2016.

“Jujur saja, saya berawal tidak ingin sama sekali bersekolah di kebidanan. Sebagai anak yang berusaha mengejar ridha bapak ibu, saya berusaha mencoba dan struggling. As I go long, saya merasakan bahwa ilmu kebidanan yang saya pelajari ini insyaAllah bermanfaat untuk saya pribadi maupun orang-orang sekitar saya,”

ungkap gadis kelahiran Surabaya itu.

Dirinya mengutarakan, tidak pernah memasang target tertentu untuk menjadi mahasiswa berprestasi. Hal yang senantiasa dilakukannya ialah berusaha semaksimal mungkin dan tak henti memanjatkan doa.

“Singkatnya, melakukan hal terbaik itu tujuan, sedangkan mendapat apresiasi adalah

dampak,” imbuhnya.

Perjuangan Amadea selama menempuh pendidikan tinggi rupanya bukan tanpa hambatan. Di pertengahan kuliah, ia mengaku sempat menghadapi masa sulit akibat faktor finansial. Ia pun harus memutar otak untuk mengatasi masalahnya agar dapat terus melanjutkan pendidikan tanpa membebani kedua orangtuanya. Alhasil, kegigihan Amadea pun mengantarkan dirinya menjadi salah satu mahasiswa penerima beasiswa PPA.

“Berinteraksi dan bermanfaat untuk sekitar.

Disamping kegiatan non akademis di kampus, semenjak semester 2 akhir, saya memutuskan untuk mengambil kesempatan menjadi tentor Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) bagi adik-adik SD dan SMP, hingga semester 7. Alhamdulillah mendapat rezeki untuk kebutuhan kuliah sehari-hari,” terangnya.

Kini, dirinya tengah fokus menjalani studi pendidikan profesi bidan serta menekuni bisnis kreasi hijab yang dirintisnya, Eluria.id. (zan/bin)

AMADEA ZULFIAH AZMI, Wisudawan Berprestasi Fakultas Kedokteran

Berturut-turut, Tiga Tahun Juara Debat Ilmiah

Nasional

“Melakukan hal terbaik itu tujuan, sedangkan mendapat

apresiasi adalah dampak”

(4)

NUR QOMARIYAH,

Wisudawan Berprestasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UNAIR NEWS - Nur Qomariyah atau yang biasa dipanggil Nur, mahasiswa program studi S1 ilmu politik berhasil lulus dengan perolehan IPK 3.83 dan SKP 712. Selain fokus kuliah, banyak kegiatan yang diikuti oleh Nur untuk mengembangkan potensi yang ia miliki.

Beberapa di antaranya adalah aktif dalam forum atau organisasi lintas kampus seperti FPCI (Foreign Policy Community of Indonesia), mengikuti beberapa project, dan menjadi volunteer untuk sebuah kegiatan.

“Hal tersebut saya ikuti dan saya lakukan untuk mengasah soft skill, time managemengt, dan networking,” ucapnya.

Terdapat banyak prestasi yang diperoleh Nur sejak duduk di bangku perkuliahan. Di antaranya, Juara II untuk Padjadjaran Social and Political Days oleh Unpad dan MPR-RI

(2015), juara II National Governance Days di Bandung (2016), dan terpilih sebagai Juara II Mahasiswa Berprestasi FISIP di tahun yang sama.

Diakuinya, hal yang menjadi golden moment ketika kuliah adalah saat semester akhir. Nur berkesempatan magang selama 3 bulan di Kantor Staf Presiden RI untuk mengelola pengaduan dan aspirasi secara online dalam usaha peningkatan kualitas pelayanan publik.

Selain itu, dia juga pernah menjadi asisten dosen untuk departemen ilmu politik dan asisten peneliti bagi mahasiswa doktoral di Australia.

“Pengalaman tersebut menjadi pemantik semangat dalam melakukan penelitian yang pernah saya lakukan di National University of Singapore maupun saat menjadi delegasi untuk International Outreach Program di Universiti Teknologi MARA, Malaysia,” jelas Nur.Selain deretan prestasi itu, tahun 2016 Nur pernah menjadi Facilitator Urban Youth Meeting for United Nations Habitat III dan Project Assistant World Vision Indonesia Urban Surabaya in Child-Friendly Resilient Project partner with UNICEF. Tahun 2017 ia menjadi Research Assistant Doctoral Research Griffith University di Australia, Research and Teaching Assistant Department of Politics di UNAIR, dan menjadi Participation Analyst Intern in the Executive Office of the President Indonesia tahun 2018. (gal/bin)

“Keaktifan kuliah, organisasi, mengikuti project, dan menjadi

volunteer saya lakukan untuk mengasah softskill, time management, dan networking”

Kembangkan

Potensi Hingga ke

Negeri Kanguru

(5)

ADI WISNU NUGROHO, Wisudawan Berprestasi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UNAIR NEWS - “Saya pernah juara I debat

bahasa Inggris pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) tahun 2016 dan memenangkan ASEAN+3 University Network (ASEAN+3 UNet) Logo Competition,”

tutur Adi Wisnu Nugroho dengan bangga.

Awal tahun 2018, mahasiswa Manajemen angkatan 2014 tersebut dinobatkan sebagai pemenang ASEAN+3 Unet Logo competition yang diikuti oleh 93 peserta, dengan pendaftar sebanyak 152 dari 9 negara ASEAN.

Atas prestasinya itu, Wisnu mendapatkan menghargaan berupa uang tunai senilai 800 US Dollar atau setara dengan 10.810.810,8 Rupiah Indonesia beserta sertifikat pengakuan dari ASEAN+3 UNet.

“Prestasi memiliki arti yang luas. Pencapaian apapun pada saat kuliah dapat dikategorikan sebagai prestasi,” tambahnya.

Selain kegiatan perkuliahan, Wisnu turut menjadi bagian dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNAIR periode 2015 dan 2016. Wisnu juga sempat tergabung di Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) UNAIR yang memiliki target meningkatkan ranking UNAIR di titik 500 World Class University.

Tahun 2017 hingga sekarang, Wisnu turut

aktif dalam membangun komunitas baru yang digagas bersama rekan dari UNAIR yang bernama Lingkar Sinergi. “Saya juga tengah menjalankan bisnis bersama teman saya sejak 2015,” tambahnya.

Mengaku harus adaptasi dengan perkuliahan karena lintas jurusan, Wisnu mengakhiri kuliahnya dengan IPK yang membanggakan yaitu 3,72. Rencananya, setelah lulus ia akan mencari pekerjaan serta mengambil sertifikasi atau kursus untuk meningkatkan kompetensi.

“Saat ini hanya memiliki gelar saja tidak cukup untuk berkompetisi di dunia pekerjaan,”

ucapnya.

Wisnu menambahkan, saat memasuki kuliah mahasiswa dituntut untuk mengeksplorasi dirinya sendiri dengan memberanikan diri keluar dari zona nyaman. Dengan mencoba hal baru yang positif seperti mengikuti ormawa, lomba, dan penelitian dengan dosen dapat memberikan hard skill dan soft skill yang tidak didapat ketika di dalam kelas. Serta, insight tentang seperti apa dunia di luar sana. (njb/bin)

Juara Debat Hing- ga Desain Logo ASEAN+3 Unet

“Saat ini hanya memiliki

gelar saja tidak cukup untuk

berkompetisi di dunia pekerjaan”

(6)

UNAIR NEWS - Wildan Hafata Yahfitu Zahra patut bangga atas pencapaian yang diraihnya.

Mahasiswa program studi S1 Ilmu Sejarah itu menjadi wisudawan berprestasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga periode Desember 2018. Selama menjadi mahasiswa, wisudawan yang akrab disapa Ata’ itu gemar mengeksplorasi dunia tulis-menulis.

Bagi Ata’, mengikuti lomba karya tulis adalah sebuah kesenangan tersendiri. Ia menemukan sebuah arti proses yang panjang sebelum meraih penghargaan. Dirinya bersikukuh dengan mencoba menulis disertai dengan mengambil hikmah merupakan sebuah keberhasilan yang sebenarnya.

“Saya mempunyai definisi lain tentang prestasi. Saya mengukurnya tidak hanya dengan penghargaan, tapi juga dengan softskill menulis yang terus terasah selama menjadi mahasiswa,” terangnya.

Selama mengikuti lomba menulis, Ata’

mengatakan banyak menemukan hambatan.

Seperti keterbatasan finansial yang membuat gagal berangkat, tugas kuliah yang menumpuk belum dikerjakan, dan rasa malas yang terkadang menganggunya.

“Perasaan berat dan ingin berhenti menulis itu pasti ada. Tapi saya tidak sendiri karena saya punya partner (teman) berjuang yang selalu menyemangati saya ketika lelah dan bahkan mengajak bangkit ketika terpuruk. Bagi saya teman adalah yang paling berharga,” jelasnya.

Inspirasi Menulis

Dalam menulis, Ata’ mengaku terinspirasi oleh Sarkawi B. Husain Ketua Program Studi Ilmu Sejarah. Menurutnya, Sarkawi adalah sosok penting dalam perjalanan belajar selama perkuliahan. Ketika belajar, mahasiswa sering melakukan kesalahan dan butuh melatih attitude (perilaku). Tetapi, Sarkawi adalah orang yang baik dalam memberikan kesempatan, pembelajaran, serta motivasi pada mahasiswa.

Selama menekuni dunia tulis-menulis, Ata’

pernah memperoleh beberapa penghargaan, di antaranya; Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional UM tahun 2016; Harapan III Karya Tulis Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia 2017; Finalis Indonesian Student Researcher Festival UPI 2016; Finalis Lingart Essay Competition UNNES 2018; dan Juara I Lomba PIM FIB UNAIR tahun 2015. (fir/

bin)

“Saya mempunyai definisi lain tentang prestasi. Saya mengukurnya tidak hanya dengan penghargaan, tapi juga

dengan softskill menulis yang terus terasah selama menjadi

mahasiswa”

Menangi Berbagai Lomba Menulis

WILDAN HAFATA YAHFITU ZAHRA, Wisudawan Berprestasi Fakultas Ilmu Budaya

(7)

HEZBY VIERDAUSYTHA, Wisudawan Berprestasi Fakultas Psikologi UNAIR NEWS - “Perjuangan saya selama

menempuh studi S-1 adalah memprioritaskan pendidikan. Walaupun saya sebagai atlet dituntut untuk latihan rutin setiap hari, namun saya berusaha untuk dapat mengimbanginya.”

Begitulah ungkapan semangat dari Hezby Vierdausytha, wisudawan berprestasi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga periode Desember 2018.

Wisudawan kelahiran Surabaya, 24 Januari 1997 tersebut menambakan, selama perkuliahan ia lebih banyak menghabiskan kegiatan di luar kampus. Seperti mengikuti kejuaraan pada event tingkat provinsi dan nasional cabang olahraga renang, dan berlatih di club renang Suryanaga Surabaya.

“Selain itu, saya juga ikut mendirikan UKM Airlangga Aquatic pada tahun 2016 dan menjadi sekretaris UKM tersebut.

Selain menjadi pengurus, saya juga menjadi pelatihnya tahun 2016-2017. Dari situ, saya bisa berlatih dan mengikuti berbagai kejuaraan antar mahasiswa untuk mengharumkan UNAIR pada cabang olahraga renang,” terangnya.

Tak tanggung-tanggung, wisudawan yang akrab dipanggil Hezby ini mempunyai sederetan gelar juara renang yang cukup banyak. Prestasi terbesar yang pernah

diperolehnya adalah mendapatkan 3 medali pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) XIV di Aceh pada tahun 2015, terdiri dari juara II renang gaya dada 50 meter, juara III renang gaya dada 100 meter, dan juara III renang estafet gaya ganti 4x100 meter.

Setelah lulus dari UNAIR, Hezby berkeinginan untuk kembali menekuni dunia renang. Selain itu, ia juga berharap dapat melanjutkan S-2 profesi psikologi di UNAIR dengan konsentrasi pengembangan bidang keolahragaan renang di Indonesia.

Tak lupa, wisudawan yang mengagumi sosok Giorgio Chiellini pemain Juventus tersebut berpesan kepada seluruh mahasiswa UNAIR.

Pesannya, agar mahasiswa selalu mengasah kemampuan dengan selalu bersifat gigih dan bertanggung jawab terhadap apapun yang sedang ditekuni.

“Karena kesempatan menjadi mahasiswa tidak datang dua kali. Oleh karenanya harus dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik- baiknya dan memprioritaskan mana yang lebih menjadi kewajiban utama,” pungkasnya. (fir/bin)

Konsisten Tekuni Renang

“Kesempatan menjadi ma- hasiswa tidak datang dua kali.

Harus dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan mem- prioritaskan mana yang menjadi

kewajiban utama”

(8)

UNAIR NEWS - Berasal dari desa kecil di Lamongan, fokus menuntut ilmu di madrasah dan pondok pesantren membuat Dia Kurnia Dewi merasa minder dan ragu untuk dapat beradaptasi. Namun, pemikiran tersebut mulai terkikis ketika pertama kali dirinya dikukuhkan dan melihat para mahasiswa berprestasi UNAIR naik ke atas podium.

“Sejak saat itu, saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya tidak boleh minder belajar di sini dan suatu saat saya harus menjadi bagian kesatria Airlangga yang bukan hanya bangga menjadi bagian dari UNAIR tapi juga harus bisa membanggakan nama UNAIR,” jelas Dewi, mahasiswa biologi yang berhasil menjadi wisudawan berprestasi Fakultas Sains dan Teknologi.

Dewi berhasi lulus dari UNAIR dengan IPK sebesar 3,37 dan SKP 1.397. Pretasi tersebut tentu tidak didapatkan Dewi dengan instan.

Sejak tahun pertama perkuliahan, Dewi telah mengikuti berbagai organisasi dan perlombaan.

Berbagai prestasi telah diraih oleh Dewi.

Tahun 2016 ia menjadi finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Nasional SELF Udayana, Universitas Udayana; juara harapan I MTQM Regional cabang Fahmil Quran Universitas

Trunojoyo; dan juara II Archipelago Essay Competition Universitas Pattimura.

Tahun 2017 Dewi berhasil menjadi finalis LKTI MIPA Open and Exposition Universitas Negeri Makassar, finalis Call for Paper LOGIKA Universitas Indonesia, juara III MTQM Nasional cabang Fahmil Quran, Universitas Negeri Malang – Universitas Brawijaya, dan memperoleh medali perak di ajang World Young Inventor and Exhibition Malaysia.

Tidak hanya itu, pada tahun 2018 Dewi memperoleh Gold Award on International Invention and Innovative Competition Malaysia.

“Bagi saya prestasi yang paling berkesan yaitu ketika menjadi Juara III cabang Fahmil Quran diajang MTQ Mahasiswa Nasional dan ketika mengikuti World Young Inventor and Exhibition yang mengantarkan saya dan tim memperoleh Silver Medal,” terang Dewi.

Setelah menyelesaikan studi S1, ke depannya Dewi ingin bekerja dan mengikuti kegiatan volunteer di waktu luang. Dewi merasa berkewajiban untuk terlibat dalam pengabdian masyarakat karena semasa kuliah dirinya merupakan mahasiswa Bidikmisi. (gal/bin)

DIA KURNIA DEWI, Wisudawan Berprestasi Fakultas Sains dan

Teknologi

“Prestasi paling berkesan ketika Juara III cabang Fahmil Quran diajang MTQ Mahasiswa

Nasional dan ketika mengikuti World Young Inventor and Exhibition yang mengantarkan saya dan tim memperoleh Silver

Medal”

Janji Banggakan Universitas

Airlangga

(9)

NINA FARAH ADELA, Wisudawan Berprestasi Fakultas Hukum UNAIR NEWS - Periode ini, nama Nina Farah

Adela menjadi salah satu daftar wisudawan yang menyandang gelar sebagai wisudawan berprestasi. Alumnus S1 Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga ini telah banyak menorehkan catatan prestasi selama dirinya menempuh studi.

Di antaranya ialah, menjadi Juara 1 National Moot Court Competition Piala Mutiara Djokosoetono IX di FH Universitas Indonesia pada Desember 2016. Pada acara yang sama, Nina menyabet tiga penghargaan terbaik sekaligus, yaitu sebagai majelis hakim terbaik, penuntut umum terbaik, dan penasehat hukum terbaik. Kompetisi peradilan semu itu diikuti oleh beberapa tim yang beranggotakan 20 orang dari masing-masing universitas di seluruh Indonesia.

Sebelumnya, pada April 2016, Nina juga meraih juara 3 Story Telling dalam acara The 20th ALSA National English Competition di FH Universitas Indonesia.

Disamping perkuliahan, Nina juga mengikuti beberapa kegiatan aktif di kampus. Di antaranya, anggota Divisi Moot Court dan anggota Divisi Eksternal dalam Komunitas Peradilan Semu (KPS FH UNAIR), Vice Head Officer of Information,

Communication and Technology International Law Students Associaton (ILSA FH UNAIR), dan anggota Divisi Gunung Pecinta Alam Tanda Kehormatan (PATAKA FH UNAIR).

“Diluar kegiatan dalam kampus, saya menghadiri beberapa seminar atau konferensi internasional. Pada Juni 2015, saya berkesempatan untuk menjadi salah satu delegasi indonesia dalam acara Japan University English Model United Nations Conference di Kindai University, Osaka, Jepang,” sebut gadis asal Sidoarjo tersebut.

Kemudian, pada Januari hingga Februari 2018 Nina dan beberapa rekannya mengikuti kegiatan magang di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia.

Setelah menyelesaikan studi, ia berencana mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA), melanjutkan pendidikan jenjang S2 Magister Hukum dengan konsentrasi international law, dan bekerja pada kantor hukum. (zan)

Raih Juara dan Tiga Penghargaan dalam Sekali

Lomba

“Juni 2015 saya berkesempatan untuk menjadi salah satu del-

egasi indonesia dalam acara Japan University English Model

United Nations Conference di

Kindai University, Osaka, Jepang”

(10)

UNAIR NEWS - “Sebenarnya saya orang yang tidak terlalu menonjol di akademik maupun non akademik. Bahkan saya orangnya humoris.

Tetapi ketika saya sudah menentukan pilihan, saya akan berusaha untuk melakukannya semaksimal mungkin.” Itulah ungkapan dari Egy Ramandhani, wisudawan berprestasi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (UNAIR) periode Desember 2018.

Wisudawan kelahiran Sidoarjo, 8 Februari 1997 itu mengaku, selama kuliah di prodi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Hiperkes) Fakultas Vokasi UNAIR, dirinya diajari arti tanggungjawab, komunikasi, kekeluargaan serta kerja sama yang dipersiapkan untuk menghadapi dunia kerja.

Perjuangan menuntaskan kuliah tak selalu berjalan mudah. Awalnya, Egy terkendala ketika merasakan pengalaman praktik kerja lapangan (PKL). Egy mengakui dirinya merasa gugup saat pertama kali memberikan pengarahan mengenai keselamatan kerja kepada pekerja.

“Tetapi saya tidak menyerah dan saya belajar untuk berkomunikasi di depan pekerja.

Lama kelamaan saya sudah bisa dan terbiasa untuk berkomunikasi di depan orang,” terang wisudawan yang pernah aktif di HIMA Hiperkes itu.Pengalaman PKL itu diangkat Egy dalam kompetisi lomba karya tulis ilmiah (LKTI) IOSH

Summit Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Competition 2017 dan menjadi juara satu dalam kompetisi tersebut. Dia mengambil tema tentang penerapan budaya kerja sehat, dan menamainya dengan aplikasi SEGOMIMIK atau senam ergonomis dan musik. KTI itulah yang kemudian mengantarkannya menjadi wisudawan berprestasi.

“Jadi itu (SEGOMIMIK, Red) dilakukan sesaat sebelum pekerja istirahat. Gerakan senamnya sederhana. Seperti gerakan salat, tetapi manfaatnya akan sangat baik bagi tubuh jika dilaksanakan secara berkelanjutan,” terang wisudawan yang sedang bekerja di PT Wilmar Gresik tersebut.

Tak lupa, Egy berpesan untuk mahasiswa UNAIR yang sedang menempuh kuliah. “Jangan sia-siakan waktu anda di kuliah hanya belajar atau bermain saja, jika ada kesempatan atau kegiatan yang sekiranya positif untuk dilakukan entah itu HIMA, BEM, UKM atau kegiatan di luar kampus yang diminati sebaiknya coba untuk dilakukan. Karena waktu kuliah ini menentukan kehidupan anda selanjutnya saat masuk ke masyarakat,” pungkasnya. (fir/bin)

EGY RAMANDHANI, Wisudawan Berprestasi Fakultas Vokasi

“Jangan sia-siakan waktu anda di bangku kuliah hanya untuk belajar atau bermain saja. Waktu

kuliah ini menentukan kehidu- pan anda selanjutnya”

Egy: Waktu Kuliah

Menentukan Ke-

hidupan Selanjut-

nya

(11)

AHMAD ZAKKY MULTAZAM, Wisudawan Berprestasi Fakultas Kesehatan

Masyarakat UNAIR NEWS - Ahmad Zakky Multazam atau

yang akrab dipanggil Zakky, mahasiswa dengan jiwa bisnis yang besar ditunjang softskill bidang desain grafis, sempat tidak ingin melanjutkan kuliah selepas SMA. Terlebih ketika dirinya telah mendapat banyak permintaan desain baik dari dalam maupun luar negeri.

Tuntutan orang tua untuk melanjutkan kuliah membawa Zakky menjadi wisudawan berprestasi Fakultas Kesehatan Masyarakat PSKU UNAIR di Banyuwangi. Zakky berhasil lulus dengan perolehan IPK 3.41 dan SKP sebesar 1.130. Tidak hanya berkuliah saja, Zakky juga mengelola beberapa bisnis kecil-kecilan untuk menambah pemasukan dan mengasah kemampuan.

“Di samping kuliah, saya juga memiliki usaha percetakan kecil-kecilan, menjadi juragan cetak, serta membina bisnis kripik mbote kepada adik binaan,” ucap mahasiswa asal Kediri itu.

Meskipun sibuk berkuliah dan berbisnis, Zakky terus mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai organisasi. Ia dipilih menjadi ketua Keluarga Mahasiswa (KM) PSDKU UNAIR di Banyuwangi (2014), menjadi bagian dari B-PHA (Banyuwangi Public Health Association) dan koordinator Broadcasting

Class Sinematografi (2016), serta koordinator Advokasi INSAN GENRE Banyuwangi (2017).

Prestasi yang diperoleh Zakky tidak kalah membanggakan. Tahun 2014 ia berhasil menjadi juara I Kumite Kelas Remaja Putra Piala PANGKOSTRAD Karate Full Body Contact Tingkat Nasional di Semarang dan juara II Logo dan Maskot Contest in ASEAN Tourism Forum di Manila (2016). Selain itu, pada semester lima Zakky mengikuti program pertukaran mahasiswa Permata di Univesitas Sumatera Utara selama satu semester.

Untuk adik-adik yang kini masih menjalani perkuliahan, Zakky berpesan agar mereka tidak terlalu asik menjalani rutinitas kuliah saja.

Menurut Zakky, perbedaan mahasiswa dengan siswa biasa adalah pada pola pikirnya. Untuk itu, mahasiswa juga harus memperbanyak organisasi dan berdiskusi.

“Jika hanya fokus dengan kuliah, maka kita tidak akan bisa berkembang. Perlu untuk mengasah skill dan pola pikir dengan organisasi dan berdiskusi,” pungkas Zakky. (gal/bin)

Asik Berkarir

Hingga Sempat Tak Ingin Kuliah

“Jika hanya fokus dengan kuliah, maka kita tidak akan bisa berkembang. Perlu untuk

mengasah skill dan pola pikir dengan organisasi dan

berdiskusi”

(12)

MUHAMMAD BAIHAQI AL CHASAN, Wisudawan Berprestasi Wirausaha UNAIR NEWS - Tak terpikirkan sebelumnya

oleh Mochammad Baihaqi Al Chasan untuk mendirikan bisnis di masa kuliahnya. Mahasiswa S1 Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga angkatan 2011 itu berhasil mendirikan QIA Catering dan sukses mengantarkannya menjadi wisudawan berprestasi di bidan wirausaha dengan IPK 3,46.

Mahasiswa kelahiran Blitar, 17 Mei 1992 tersebut menceritakan, awal mula pendirian bisnisnya itu muncul akibat dirinya terdesak dalam hal finansial. Di saat uang Bidikmisi yang menunjang akademisnya usai, Bai sapaan akrabnya, dihadapkan dengan kegagalan ujian proposal penelitian untuk skripsi yang membuatnya harus menambah masa studi.

Dengan bakat dan hobi yang dimiliki, guna membiayai penelitian skripsinya Bai menerima undangan sebagai Master of Ceremony (MC) atau penyanyi electone pada setiap acara. Merasa bukan menjadi pemasukan yang pasti, alumni SMAN 2 Blitar itu memutuskan untuk bekerja part time di sebuah rumah makan cepat saji.

“Awalnya saya membayangkan bakal menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan baik meskipun dengan bekerja. Namun ternyata salah,” tambahnya.

Bekerja di sebuah rumah makan selama setahun lebih membuat Bai mengerti bagaimana membuka dan mempertahan bisnis kuliner, menemuciptakan ide kreatif dalam sajian kuliner, hingga manajemen waktu serta sumberdaya manusia dalam suatu organisasi perusahaan

makanan.

Dari modalnya tersebut, bersama tiga rekannya, awal Agustus 2017 Bai mendirikan sebuah bisnis katering harian yang bernama QIA Catering. Pendirian bisnis tersebut merupakan hasil pemikiran atas kesenjangan masyarakat urban yang mempunyai aktivitas padat dan seringkali makan tidak teratur dan kurang variatif.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIB tahun 2014 tersebut menambahkan, produk yang ditawarkannya ialah katering harian, katering makan siang, nasi kotak, nasi bakar, aneka jajanan pasar, tumpeng tradisional, dan minuman tradisional sinom. Saat ini omzet usahanya mencapai 12 juta rupiah. Dengan dipimpin oleh tiga orang, usahanya tersebut memiliki dua karyawan, tiga karyawan freelance, empat kurir, dan dua kurir freelance.

“Ke depan saya ingin mendirikan bisnis 3F yaitu Food, Fashion, and Fun yang dalam hal ini fun ialah wisata edukasi sejarah kepada anak.

Maka dari itu saya akan mengambil S2 jurusan Museum Education dan juga kembali kepada tujuan awal saya menjadi dosen,” tutupnya. (njb/

bin)

Mulai Bisnis Akibat Desakan Finansial

“IPK memang hal yang penting, tapi bukan segalanya.

Seberapapun IPK yang didapat akan membawa tanggung jawab

masing-masing”

(13)

UNAIR NEWS – Mengangkat judul thesis Analisis Usaha Pengaruh Ekstrak Meniran (Phyllanthus niruni Linn) sebagai Pengganti Antibiotik Growth Promoter (AGP) pada Ayam Petelur yang Diinfeksi APEC (Avian Pathogenic Escherichia coli)” membawa Ika Anes Ajiardiana menjadi wisudawan terbaik S2 Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR periode Desember 2018 dengan indeks prestasi kumulatif sempurna, 4,00.

Wisudawan kelahiran Malang, 30 Oktober 1991, tersebut mengulas tentang pengaruh penambahan ekstrak meniran (Phyllanthus niruni Linn) sebagai pengganti Antibiotic Growth Promoter (AGP) pada pakan terhadap analisis usaha ayam petelur yang diinfeksi atau tidak diinfeksi oleh Escherichia coli.

Ika mengatakan terdapat tiga alasan mengapa dirinya meneliti topik tersebut;

pertama dirinya berharap penelitian ini dapat menggantikan cara kerja AGP (Antibiotic Growth Promoter) yang penggunaannya sudah dilarang oleh pemerintah. Sebab, itu menimbulkan residu obat pada ternak, gangguan kesehatan pada manusia, timbulnya resistensi mikroba pathogen, dan tidak ramah lingkungan.

Kedua, mengetahui berapa jumlah atau dosis ekstrak meniran yang diberikan sebagai pengganti AGP pada pakan ayam yang diinfeksi dan yang tidak diinfeksi bakteri Escherichia coli. Dan yang ketiga, untuk mengetahui besar keuntungan dan kerugian peternakan ayam petelur yang diinfeksi dan yang tidak diinfeksi bakteri Escherichia coli dengan penambahan

ekstrak meniran pada pakannya.

”Biasanya ayam petelur terinfeksi bakteri Escherichia coli dapat memproduksi telur dengan optimal setelah diberi penambahan ekstrak meniran pada pakannya dengan konsentrasi 30 persen dan tentunya itu tidak menimbulkan kerugian pada peternakan,” jelasnya.

Perempuan yang pernah praktek kerja di Dinas Peternakan Kota Denpasar tersebut, bahkan pernah memublikasikan penelitiannya dalam jurnal internasional dengan judul Effect of Meniran Extract (Phyllanthus Niruni Linn) to Alternate Antibiotik Growth Promoter (AGP) on Egg Quality and Economic Analysis of Layer that Infected By Eschericia Coli.

Untuk merealisasikan penelitiaannya itu, Ika ingin memulainya dari hal kecil. Misalnya, bercita-cita membuat usaha peternakan untuk masyarakat di desanya.

”Saya berkeinginan kuat membuat peternakan ayam atau sapi untuk memberdayakan masyarakat desa. Saya ingin membangun pola pikir masyarakat, terutama dalam hal etos kerja di bidang peternakan,”

pungkasnya. (fir/fer)

IKA ANES AJIARDIANA, Wisudawan Terbaik S2 Fakultas

Kedokteran Hewan

Catatkan IPK Sempurna, 4.00

“Saya ingin membangun pola pikir masyarakat, terutama dalam hal etos kerja di bidang

peternakan,”

(14)

UNAIR NEWS – Kecintaan Novitasari terhadap ekonomi Islam muncul sejak duduk di bangku SMA. Maka tak heran, saat kuliah, belasan prestasi yang sebagian besar lomba karya tulis ilmiah dan debat ekonomi ia raih.

Bukan hanya itu, ia berhasil lulus dengan IPK cumlaude 3,7 dan memperoleh predikat sebagai wisudawan terbaik S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).

”Saya kuliah, organisasi dan kepanitiaan mahasiswa, dan kerja part time,” terang gadis kelahiran Surabaya, 9 November 1995, itu.

Dari berbagai kompetisi yang diikuti, yang paling berkesan menurutnya adalah meraih juara II kompetisi debat oleh Kementerian Pertahanan RI tahun 2012. Selain itu, masih di bangku SMA, ia berhasil meraih juara I penulisan esai Smada Muslim Competition.

Perempuan asal Surabaya itu mengaku dengan mengikuti lomba debat, wawasan yang

ia miliki semakin bertambah. Serta, ia dapat sekaligus belajar tentang sudut pandang lain yang bisa membuat pribadi menjadi lebih bijak dalam menghadapi apapun.

Alumnus SMA 5 Surabaya itu mengaku tak memiliki kendala yang berarti selama menjalani proses perkuliahan. Salah satu perjuangannya adalah dalam membagi waktu.

Lulus dengan peredikat wisudawan terbaik dan mengantongi rentetan prestasi membanggakan tentu tak dimiliki banyak mahasiswa pada umumnya. Mengenai hal itu, Novita berpesan agar mahasiswa dapat memanfaatkan waktu sebaik-bainya saat berada di bangku kuliah.

”Kalau bisa jangan pasif di kampus, berteman dgn banyak teman dan ikuti banyak kegiatan karena semuanya bakal bermanfaat buat hari kita di kampus dan hidup kita insya Allah,”

ujar perempuan yang mengikuti International Student Exchange di Universiti Malaya pada Februari–Juni 2018 itu.

“Kuliah di UNAIR itu enak. Banyak orang pinter-nya. Jadi bisa belajar banyak. Anak-anak juga pada semangat-semangat gitu kuliahnya.

Jadi, kita bisa berkembang dengan baik di lingkungan itu. Dosen-dosennya juga ngajar- nya enak. Over all lingkungannya bagus. Tinggal kita saja yang pinter nyari temen dan nyari kesempatan yang bagus,” paparnya. (bin/fer)

“Jangan pasif di kampus.

Berteman dengan banyak teman dan ikuti banyak kegiatan karena semuanya

bakal bermanfaat. Insya Allah”

NOVITASARI,

Wisudawan Terbaik S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Aktif Berkompetisi Debat sejak SMA

(15)

SUHAILA HAYAZA, Wisudawan Terbaik S2 Fakultas Sains dan

Teknologi UNAIR NEWS – Selama menjalani kuliah S2,

Suhailah Hayaza atau yang kerap dipanggil Ella berhasil menjadi penerima beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari Dikti. Dengan beasiswa tersebut, Ella dituntut untuk harus menyelesaikan S2-nya dalam kurun waktu 1.5 hingga 2 tahun dengan IPK 3,90.

”Alhamdullillah, saya bisa menjawab tuntutan tersebut dengan lulus dalam kurun waktu 14 bulan,” ucap mahasiswa program studi biologi tersebut.

Menurut Ella, menerima beasiswa PMDSU tidaklah mudah. Terlebih, mahasiswa S2 di Universitas Airlangga juga diharuskan untuk memiliki publikasi minimal 1 paper. Momen tersusah yang sempat dialami Ella adalah ketika dirinya duduk di semester II. Saat itu dia harus melakukan analisis hasil penelitian, menyiapkan sidang tesis, dan menulis paper untuk publikasi dalam waktu kurang dari dua bulan.

”It was crazy, but totally worthed! InsyaAllah hasil tidak akan menghianati usaha,” terang Ella.

Tesis yang ditulis oleh Ella berjudul Aktivasi Anti Kanker Polisakarida Okra (Abelmoschus esculentus L) berdasarkan Pertumbuhan dan Apoptosis Sel Kanker Hati Huh7it serta Aktivasi Sel Natural Killer secara In Vitro. Tesis tersebut membahas efek ekstrak tanaman okra, dalam hal ini ekstrak raw polysaccharide terhadap sel kanker hati berupa kultur sel Huh7it.

Ella berharap, ekstrak tersebut dapat menunjukkan respons yang baik sebagai

agen antikanker. Yaitu dengan melakukan penghambatan terhadap pertumbuhan kanker itu sendiri serta peningkatan kinerja sistem imun sel non-kanker.

”Subhanallah, hasilnya sangat menarik dan insyaAllah topik ini akan saya lanjutkan untuk disertasi saya nanti,” ujarnya.

Meski fokus pada perkuliahan dan penelitian, Ella juga menyempatkan diri untuk membantu bisnis mukenah bordir milik orang tua. Selain itu, dia aktif mengikuti seminar atau konferensi ilmiah di dalam maupun di luar negeri. Pada awal November kemarin, Ela berangkat ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk mempresentasikan hasil risetnya di symposium yang diadakan oleh Universiti Malaya.

”Saya juga merupakan salah satu affiliate member dari Organization for Women in Science for the Developing World (OWSD) yang merupakan bagian dari UNESCO,” tuturnya.

Saat ini Ella menyiapkan laporan akhir tahun pertama PMDSU untuk diberikan ke Dikti dan Uji kualifikasi S3. Ke depan, Ella berharap dapat meraih gelar PhD. (gal/fer)

Lulus S2 dalam 14 bulan Ber-IPK 3,9

”It was crazy, but totally worthed! InsyaAllah hasil tidak

akan menghianati usaha,”

(16)

UNAIR NEWS – Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Begitulah perjalanan Khoirun Nisak, S.E., M.SEI., dalam menjalani studi S2 di Universitas Airlangga. Perbedaan budaya antara Malang dan Surabaya mengharuskan dirinya untuk ekstra keras beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Namun, mahasiswa kelahiran Trenggalek, 22 Agustus 1992, tersebut berhasil mengakhiri studinya dengan predikat wisudawan terbaik Sekolah Pascasarjana dengan IPK 3,8.

Tentang tugas akhirnya, mahasiswa yang akrab disapa Nisa tersebut mengangkat judul Model Pemberdayaan Zakat di Perguruan Tinggi: Studi Kasus LAZ el-Zawa Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

Dalam tesisnya tersebut, Nisa membahas mengenai pengelolaan zakat di perguruan tinggi. Menurutnya, topik tersebut merupakan hal yang baru dan jarang dibahas oleh mahasiswa yang lain.

”Saya ingin tesis saya tidak hanya berakhir berdebu di rak perpustakaan, tapi bisa menjadi rekomendasi dan manfaat bagi lembaga yang bersangkutan dalam pengelolaan zakat dan universitas lain yang ingin membuat lembaga zakat yang serupa,” tambahnya.

Nisa menuturkan, dalam pengelolaan zakat di perguruan tinggi, uang zakat berasal dari karyawan kampus. Kemudian, dari hasil pengumpulan dana tersebut, porsi dana zakat lebih besar disalurkan kepada civitas akademika yang kurang mampu.

Nisa menceritakan, saat kuliah di samping sibuk dengan akademiknya, dirinya juga disibukkan dengan menjadi supervisor Beastudi Etos Surabaya. Nisa juga termasuk pegiat #IndonesiaTanpaJIL chapter Surabaya , sebuah komunitas yang fokus mengkaji pemikiran Islam. Dalam event tertentu, Nisa juga mengikuti beberapa international conference di bidang ekonomi

Islam serta menjadi salah satu penerima manfaat Beasiswa Kepemimpinan dari Dompet Dhuafa.

”Awalnya, ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi di Surabaya dan membuat kesulitan beradaptasi, tapi saya berusaha untuk terus menyesuaikan diri,” tambahnya.

Nisa mengaku harus banyak menyesuaikan diri dengan budaya Surabaya yang berbeda dengan budaya di Malang ketika menjalani studi S1. Di samping itu, dia juga harus seimbang membagi waktu antara kuliah dan kerja.

”Tapi, memang begitulah seninya belajar, kata Imam Syafi’i. Kalau kau tak tahan menanggung lelahnya, maka kau harus tahan menanggung pahitnya kebodohan,” ucapnya.

Saat ini Nisa masih menjadi supervisor Beastudi Etos Surabaya dan menjadi asisten peneliti untuk beberapa riset. Ke depan, Nisa berencana menjadi pengajar di kampus.

”Mahasiswa S2 seharusnya mindset-nya sudah beda dengan mahasiswa S1. Porsi untuk penelitian, diskusi ilmiah, baca buku, dan menulis harus lebih besar. Jangan menjadi magister karbitan yang kapasitas keilmuannya belum mumpuni ketika lulus,”

pungkasnya. (njb/fer)

“Hidup itu dinamis, maka saya tidak boleh statis”

KHOIRUN NISAK,

Wisudawan Terbaik Sekolah Pascasarjana

Rekomendasikan

Pengelolaan Zakat

di Perguruan Tinggi

(17)

UNAIR NEWS – Desember ini, rupanya, menjadi waktu yang istimewa bagi Fauziah Mukti Sugiharto. Wisudawan S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat yang periode ini menyabet gelar sebagai wisudawan terbaik.

Fauziah pun berbagi sedikit cerita di balik capaian gemilangnya itu.

Skripsinya yang berjudul Hubungan Beban Kerja Mental dan Dukungan Sosial Rekan Kerja dan Atasan dengan Stres Kerja pada tenaga kerja bagian perawatan pesawat di PT. X berhasil menorehkan nilai IPK memuaskan, yaitu 3,77.

Di samping perkuliahan, Fauziah juga aktif mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan.

Semisal mengikuti kepanitiaan mulai semester I sampai dengan semester VI.

”Dalam waktu enam semester tersebut, terdapat kurang lebih sembilan kepanitiaan yang saya ikuti, mulai kepanitiaan kegiatan tingkat fakultas sampai nasional. Selain itu, saya juga memiliki kegiatan wirausaha, namun tidak berjalan lama. Hanya semester III sampai akhir semester V. Lalu, pada semester VII dan VIII,

saya hanya fokus pada kegiatan perkuliahan, magang kerja, dan skripsi saja,” jelas perempuan asal Sidoarjo tersebut.

Meski disibukkan oleh berbagai macam kegiatan, Fauziah merasa sangat bang. Sebab, dia mampu menyeimbangkan kegiatan perkuliahan dan di luar perkuliahan tanpa membuat nilainya turun.

”Bahkan, saat di semester V saya memiliki cukup banyak kegiatan selain perkuliahan dan IP semester saya nyaris sempurna, yaitu 3,95,”

imbuhnya.

Selama empat tahun menempuh studi, Fauziah mengakui tidak ada hambatan atau kendala besar yang dialami. Hanya, pernah suatu hari dirinya jatuh sakit cukup parah sehingga membuat perkuliahannya sedikit terganggu. Dia bahkan sempat mengalami kecelakaan ketika mengambil data untuk menyelesaikan skripsi.

Hal itu pun membuat Fauziah harus beristirahat kurang lebih seminggu lamanya.

Usai menamatkan studi S1, Fauziah berencana untuk fokus bekerja dan berkarir.

Namun, dia juga tak menampik jika kemudian hari mendapat kesempatan melanjutkan studi ke pascasarjana.

Tak lupa, Fauziah membagikan tips untuk teman-teman mahasiswa yang masih menempuh studi. ”Kuliah dan studi itu memang yang utama, tapi jangan terlalu berfokus hanya pada kegiatan perkuliahan. Eksplorlah hal- hal lain yang dapat menambah wawasan dan pengalamanmu semasa kuliah. Jangan takut salah, jangan takut untuk dikritik, jangan takut mencoba hal baru,” tuturnya. (zan/fer)

Aktif Ikuti Kepanitiaan di Sela Kuliah

FAUZIAH MUKTI SUGOHARTO, Wisudawan Terbaik S1 Fakultas Kesehatan

Masyarakat

“Eksplorlah hal-hal lain yang dapat menambah wawasan dan

pengalamanmu semasa kuliah.

Jangan takut salah, jangan takut untuk dikritik, jangan takut

mencoba hal baru,”

(18)

UNAIR NEWS – Kretawiweka Nuraga Sani atau yang lebih karib disapa Eka mencintai mulai gemar mengembangkan start-up sejak duduk di bangku semester V perkuliahan. Beberapa start-up itu ada produk yang ia hasilkan berkat ilmu yang ia dapat dari program studi sistem Informasi. Tak hanya memiliki keterampilan yang mumpuni dalam bidang akademik, Eka berhasil menamatkan studi dengan IPK cumlaude 3,56.

Sejak semester V, bersama teman-temannya, Eka mengembangkan start-up antara lain Hai UNAIR dan olimipiade.id. Hai UNAIR menjadi start-up yang fokus pada pengembangan aplikasi kumpulan event-event yang ada di UNAIR. Sedangkan olimpiade.id merupakan start- up yang menyediakan jasa pendaftaran online hingga ujian online.

Di ranah akademik, kegelisahan terhadap informasi hoaks yang bermunculan di Indonesia

membuat Eka berinovasi membuat sistem pendeteksi keakurasian sebuah berita. Melalui inovasi itu, Eka membuat sistem pendeteksi berita, apakah berita tersebut fakta atau hoaks.

Tentu, sistem itu sudah diberi algoritma dan sudah dilakukan proses training data.

”Saya ingin sedikit membantu menyelesaikan masalah peredaran informasi hoaks dengan ilmu yang saya punya,” terang Eka yang menulis skripsi dengan judul Sistem Deteksi Hoax Berita Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Algoritma Naive Bayes.

Saat ini Eka bekerja sebagai Frontend Developer di kitabisa.com. Ia memiliki impian untuk bisa melanjutkan studi S2 nantinya.

”Saya ingin membuat produk start-up sendiri.

Tapi untuk saat ini saya masih butuh ilmu yg lebih banyak lagi,” terangnya.

Dikatakan Eka, tak ada kendala yang berarti dalam menyelesaikan perkuliahan. ”Mungkin lebih ke bagi waktu pada semester VI, antara kuliah dengan kerja di start-up itu,” papar Eka.

Kesibukan itu ia rasakan ketika berada di semester VI saat sedang mempersiapkan diri mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS).

”Kalau kuliah jangan hanya kuliah. Selagi masih kuliah gali aja potensi yang ada di dalam diri. Jangan sampai hingga lulus mahasiswa masih belum menggali potensi yang ada pada dirinya,” terang Eka. (bin/fer)

“Kalau kuliah jangan hanya kuliah. Gali aja potensi yang ada

di dalam diri. Jangan sampai hingga lulus, mahasiswa masih

belum menggali potensi yang ada pada dirinya,”

KRETAWIWEKA NURAGA SANI, Wisudawan Terbaik S1 Fakultas Sains

dan Teknologi

Aplikasikan Ilmu dengan Kembangkan

Start-up

(19)

YENI KUSTIYANINGSIH, Wisudawan Terbaik S3 Fakultas Sains

dan Teknologi

UNAIR NEWS - Kesulitan dalam membagi waktu antara keluarga dan kuliah S3 tidak membuat Yeni Kustiyahningsih, patah semangat.

Hal tersebut dibuktikan Yeni meraih predikat wisudawan terbaik S3 Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga dengan IPK 3,87.

Dalam tugas akhirnya, mahasiswa kelahiran Sidoarjo, 21 September 1977 tersebut mengangkat judul “Model Pengambilan Keputusan Grup Multi Kriteria Dengan Adaptive Interval Value Fuzzy Untuk Rekomendasi Sistem E-Learning. Dalam disertasi itu ia membahas mengenai pembuatan framework model pengambilan keputusan grup multi kriteria dengan konsep adaptive interval value fuzzy dan mengkonstruksi model hybrid metode Adaptive Interval Value Fuzzy Analytic Hierarchy Process (AIVFAHP) dengan Adaptive Interval Value Fuzzy Technique for Order Preference of Similarity Ideal Solution (AIVFTOPSIS). Juga mengimplementasikan model keputusan untuk

pengukuran dan rekomendasi sistem e-learning.

“Artikel penelitian/disertasi saya diterima di jurnal bereputasi dan terindeks Scopus,” ucapnya.

Yeni menuturkan, bukan hal yang mudah agar disertasi tersebut diterima di jurnal bereputasi dan terindeks Scopus. Kesulitan dalam menentukan topik dan judul disertasi sampai menemukan benang merah penelitian S3 pun pernah dihadapinya. Ditambah, akses jurnal internasional yang berbayar sangat terbatas sehingga informasi yang didapat tidak optimal.

“Belum lengkapnya informasi mengenai jurnal yang terindeks Scopus, jurnal predator dan jurnal yang abal-abal juga sedikit menyulitkan saya untuk submit jurnal,” tambahnya.

Namun, banyaknya kendala yang dihadapi tidak membuat Yeni menyerah begitu saja.

Prinsipnya, tidak menunda tugas dari dosen serta membuat planning apa yang akan dilakukan ke depannya. Juga, tidak pernah lupa untuk berdoa dan selalu berusaha. Alhasil, disertasinya diterima di jurnal bereputasi dan terindeks Scopus.

“Baca jurnal sebanyak-banyaknya dan segera submit jurnal jika proposal sudah diambil,”

tambahnya.

Ke depan, selain kembali mengabdi menjadi dosen di Universitas Trunojoyo Madura, Yeni berencana mengembangkan bidang penelitian S3 dengan banyak menulis publikasi baik nasional maupun internasional. Selain itu, ia juga akan mengembangkan penelitian S3 yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kearifan lokal di Madura. (njb/bin)

“Baca jurnal sebanyak- banyaknya dan segera submit jurnal jika proposal

sudah diambil”

Perjuangan Menulis di Jurnal Terindeks Scopus

(20)

Alamat Redaksi:

Pusat Informasi dan Humas (PIH) Universitas Airlangga, Lantai 2, Ruang 203 Kantor Manajemen UNAIR Kampus C Jl. Mulyorejo Surabaya

Telepon/Faks (031) 5913244 Alamat E-mail Redaksi

Periode

&

Desember

Sukses

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip kerja dari sistem ini adalah ketika terjadi suatu yang abnormal di dalam rumah baik itu kemalingan maupun asap yang tidak wajar, ada api, dan suhu

Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan mengeksplor tanggapan mengenai praktik kartu kredit syariah dalam hal ini aplikasi iB Hasanah Card dari berbagai sudut

Fungsi asertif merupakan peran kata di dalam kalimat yang melibatkan pembicara pada kebenaran maksud yang diekspresifkan. Data pada judul puisi ”Kapal Oleng”

Dalam aplikasinya di proses pengeringan kayu nilai di ujung-ujung ruas garis atau di sisi-sisi luar persegi panjang tersebut adalah temperatur yang diberikan

 Semakin bisa memahami cara yang tepat untuk mengajari siswa.  Perkembangan Biologis, Kognitig,

Meskipun pemupukan NPK nyata mempengaruhi bobot kering polong dibanding kontrol, namun penambahan pupuk hayati pada dosis N yang lebih rendah (1/4–1/2 N), meningkatkan hasil

“Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, argumentasi, serta interprestasi untuk memperoleh

Motivasi Orang Tua Memilih Pondok Pesantren Sebagai Pendidikan anak (Study deskriptif di desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember); Ayu Dya Dwi