MODUL 6
PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
2 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
KATA PENGANTAR
Modul Pemeriksaan Detail Jembatan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang prosedur pemeriksaan detail jembatan, kepada inspektor jembatan di lingkungan Ditjen Bina Marga.
Modul Pemeriksaan Detail Jembatan ini disusun dalam 4 (Empat) bab yang terdiri dari Pendahuluan, Pemeriksaan Detail Jembatan, Jenis Kerusakan Pada Bahan dan Elemen Jembatan, dan Prosedur Penilaian Kondisi Kerusakan Jembatan. Buku ini disusun secara sistematis agar peserta dapat dengan mudah memahami prosedur pemeriksaan detail jembatan dengan baik.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Ibu Ir. Lanny Hidayat, M.Si atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini. Penyempurnaan, maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan teknologi dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi Insan PUPR dalam bidang pengawasan dan pemeliharaan Jembatan.
Bandung, Desember 2018 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Ir. Thomas Setiabudi Aden, M.Sc.Eng NIP. 19640520 198903 1020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 2
DAFTAR ISI ... 3
DAFTAR GAMBAR ... 5
DAFTAR TABEL ... 9
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... 10
A. Deskripsi ... 10
B. Persyaratan ... 10
C. Metode ... 10
D. Alat Bantu/Media ... 10
BAB 1 PENDAHULUAN ... 11
1.1 Latar Belakang ... 12
1.2 Deskripsi Singkat ... 12
1.3 Tujuan Pembelajaran ... 12
1.4 Hasil Belajar ... 12
1.5 Indikator Hasil Belajar ... 13
1.6 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ... 13
1.7 Estimasi Waktu ... 14
BAB 2 PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN ... 15
2.1 Pemeriksaan Detail ... 16
2.2 Pelaksanaan Pemeriksaan ... 16
2.3 Latihan ... 21
4 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
2.4 Rangkuman ... 21
BAB 3 JENIS KERUSAKAN PADA BAHAN DAN ELEMEN JEMBATAN ... 23
3.1 Umum ... 24
3.2 Kerusakan Pada Elemen Bahan ... 26
3.3 Kerusakan Pada Elemen Jembatan ... 97
3.4 Latihan... 129
3.5 Rangkuman ... 129
BAB 4 PROSEDUR PENILAIAN KONDISI KERUSAKAN JEMBATAN ... 130
4.1 Data Administrasi Dan Inventarisasi ... 131
4.2 Kunci Jawaban ... 140
DAFTAR PUSTAKA ... 143
GLOSARIUM... 144
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 - Bata dengan Adukan ... 27
Gambar 2 - Batu kali dengan adukan ... 27
Gambar 3 - Retak pada pasangan batu ... 28
Gambar 4 - Retak pada Pasangan Bata ... 29
Gambar 5 - Penurunan mutu Pasangan Bata karena umur ... 30
Gambar 6 - Pasangan batu yang terkikis dan lepas dari adukannya ... 30
Gambar 7 - Pondasi yang terkikis / runtuh ... 31
Gambar 8 - Pasangan bata yang retak akibat beban berlebih ... 31
Gambar 9 - Penggembungan pada Permukaan Pasangan ... 32
Gambar 10 - Perubahan Bentuk dan Retak pada Pelengkung ... 33
Gambar 11 - Retak pada pelengkung utama... 33
Gambar 12 - Lengkungan yang Terpisah dari Pelengkungnya... 34
Gambar 13 - Pasangan bata yang mulai lepas dari strukturnya ... 34
Gambar 14 - Pelengkung pasangan batu yang lepas ... 35
Gambar 15 - Pergerakan fondasi pada pelengkung ... 35
Gambar 16 - Pasangan batu lepas dari lengkungannya ... 36
Gambar 17 - Beton dalam Gaya Tekan dan Tarik ... 37
Gambar 18 - Lentur Pada Balok ... 37
Gambar 19 - Gaya Prategang Pada Balok ... 38
Gambar 20 - Lendutan Pada Balok ... 38
Gambar 21 - Jembatan Beton Bertulang ... 39
Gambar 22 - Jembatan Beton bertulang ... 40
Gambar 23 - Jembatan Beton Pratekan ... 40
Gambar 24 - Beton Keropos ... 43
Gambar 25 - Beton Porous ... 44
Gambar 26 - Beton Yang Mengalami Spalling Karena Selimut Beton Yang Tidak Sesuai Dan Mutu Beton Yang Rendah ... 44
Gambar 27 - Beton Yang Mengalami Spalling (Rontoknya Selimut Beton) ... 45
Gambar 28 - Kerontokan Pada Beton ... 45
Gambar 29 - Beton yang keropos ... 46
Gambar 30 - Beton Yang Keropos ... 46
Gambar 31 - Gelagar Beton Bertulang Yang Keropos ... 47
6 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 32 - Pemeriksaan Untuk Beton Yang Berongga ... 47
Gambar 33 - Beton Yang Sudah Terlihat Baja Tulangannya ... 48
Gambar 34 - Lantai Beton Yang Bocor Dan Mengakibatkan Kerusakan Pada Landasan ... 49
Gambar 35 - Pola Retak Tipikal Secara Umum ... 50
Gambar 36 - Tipe Keruntuhan Atau Retak Structural Pada Gelagar Beton... 51
Gambar 37 - Tipikal Retak Pada Gelagar Dalam Kondisi Lentur, Geser dan Torsi 52 Gambar 38 - Retak Tarik Akibat Momen lentur ... 52
Gambar 39 - Daerah Yang Mungkin Terjadi Retak... 53
Gambar 40 - Pemeriksaan Retak Struktural ... 53
Gambar 41 - Retak Susut ... 54
Gambar 42 - Alat Pengukur Lebar Retak ... 54
Gambar 43 - Lokasi Yang Umumnya Terjadi Retak Pada Gelagar Beton ... 55
Gambar 44 - Retak Yang Berkembang ... 55
Gambar 45 - Settlement Pondasi ... 56
Gambar 46 - Kerusakan Akibat Penurunan Pondasi ... 56
Gambar 47 - Retak Akibat Susut ... 58
Gambar 48 - Retak Pada Permukaan Jalan ... 59
Gambar 49 - Retak Pada Permukaan Jalan Beton ... 59
Gambar 50 - Jenis Retak Permukaan Beton yang Tidak Beraturan ... 59
Gambar 51 - Karat Pada Baja Tulangan Dan Laju Korosi Per TahuN ... 61
Gambar 52 - Kerusakan Lantai Jembatan ... 63
Gambar 53 - Abrasi Pada Bangunan Bawah ... 64
Gambar 54 - Kerusakan Akibat Proses Kimiawi Pada Beton ... 64
Gambar 55 - Kondisi Beton Dengan Serangan Kimia Sulfat ... 65
Gambar 56 - Kondisi Struktur Akibat Chloride ... 66
Gambar 57 - Karbonasi Pada Beton ... 66
Gambar 58 - Pecah, Gompal, Spalling Pada Beton ... 67
Gambar 59 - Lendutan Pada Gelagar... 68
Gambar 60 - Jenis-Jenis Kerusakan Pada Struktur Baja ... 68
Gambar 61 - Bagian-Bagian Yang Menunjukkan Kerusakan Awal Pada Struktur Baja ... 70
Gambar 62 - Lokasi Elemen Jembatan Dengan Korosifitas Lingkungan ... 72
Gambar 63 - Lokasi Karat ... 75
Gambar 64 - Sambungan Berlapis Yang Mengembang Karena Karat ... 75
Gambar 65 - Tempat-Tempat Dimana Umumnya Terjadi Karat Pada Jembatan
Rangka ... 76
Gambar 66 - Titik-Titik Dimana Umumnya Terjadi Karat Pada Jembatan Gelagar Baja ... 76
Gambar 67 - Kerusakan Karat Pada Baja Struktur ... 76
Gambar 68 - Baut Yang Berkarat ... 77
Gambar 69 - Karat Pada Flens Bawah ... 77
Gambar 70 - Perubahan Bentuk Setempat ... 78
Gambar 71 - Perubahan Bentuk Secara Keseluruhan Akibat Tumbukan ... 78
Gambar 72 - Elemen Ikatan Angin Atas dan Bawah Yang Rusak ... 79
Gambar 73 - Kebakaran Yang Menyebabkan Keruntuhan Pada Konstruksi Baja 79 Gambar 74 - Tempat Dimana Biasanya Terjadi Retak Pada Gelagar Baja Dengan Cover Plate ... 81
Gambar 75 – Retak Pada Gelagar Melintang ... 81
Gambar 76 - Jembatan Bailey Dengan Bagian-Bagian Yang Biasanya Mengalami Retak ... 81
Gambar 77 - Kabel Yang Menjadi Lemah ... 83
Gambar 78 - Tempat Kritis Terjadinya Perlemahan Pada Kabel Jembatan Gantung ... 83
Gambar 79 - Paku Keling, Baut dan Las... 85
Gambar 80 - Baut Mutu Tinggi ... 86
Gambar 81 - Pemeriksaan Kekencangan Paku Keling ... 87
Gambar 82 - Potongan Melintang Balok Kayu Glondongan ... 88
Gambar 83 - Daerah Pembusukan Pada Struktur Kayu ... 90
Gambar 84 - Pecahnya Kayu Dekat Sambungan ... 92
Gambar 85 - Keausan Papan Lantai Yang Tipikal ... 92
Gambar 86 - Pembengkokan Kayu ... 93
Gambar 87 - Mata Kayu ... 93
Gambar 88 - Serat yang Miring ... 94
Gambar 89 - Pengaruh Batang Yang Susut Pada Jembatan Rangka ... 95
Gambar 90 - Tumpukan Sampah ... 101
Gambar 91 – Banjir ... 102
Gambar 92 - Pengaruh Penurunan Pada Jalan Pendekat ... 104
Gambar 93 - Potongan Melintang Tanah Bertulang ... 105
Gambar 94 - Panel Tanah Bertulang ... 106
8 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 95 - Sudut Panel Tanah Bertulang Yang Rusak Akibat Pergerakan
Dinding ... 106
Gambar 96 - Bagian Jembatan Gantung Ankur Betonnya ... 107
Gambar 97 - Blok Angker Yang Bergerak ... 107
Gambar 98 - Angkur Block Jembatan Gantung ... 108
Gambar 99 - Pergerakan Akibat Penurunan ... 109
Gambar 100 - Rotasi Akibat Gaya-Gaya Pada Bidang Longsor ... 109
Gambar 101 - Guling Akibat Gaya Yang Berlebihan ... 110
Gambar 102 - Pergerakan Akibat Gaya Yang Berlebihan ... 110
Gambar 103 - Puntir Akibat Gerusan ... 111
Gambar 104 - Pergerakan Pada Tembok Penahan Tanah ... 111
Gambar 105 - Landasan Yang Tertahan ... 112
Gambar 106 - Landasan Rocker Yang Macet ... 113
Gambar 107 - Landasan Dengan Tempat Kedudukan Yang Tidak Rata ... 114
Gambar 108 - Tempat Kedudukan Landasan Yang Tidak Cukup Lebar ... 114
Gambar 109 - Kerusakan Mortar Dasar Landasan ... 115
Gambar 110 - Gerakan Yang Berlebihan Dari Landasan ... 115
Gambar 111 - Perubahan Bentuk Landasan ... 116
Gambar 112 - Landasan Karet/Neoprene Yang Retak Dan Pecah ... 117
Gambar 113 - Lendutan Vertikal ... 118
Gambar 114 - Lendutan Ke Samping ... 118
Gambar 115 - Lubang Pembuangan Air ... 119
Gambar 116 - Permukaan Yang Bergelombang ... 121
Gambar 117 - Bagian Trotoar Yang Hilang ... 123
Gambar 118 - Siar Muai Yang Tidak Sama Tinggi ... 123
Gambar 119 - Siar Muai Yang Terisi ... 124
Gambar 120 - Siar Muai Lantai Yang Longgar Atau Rusak ... 124
Gambar 121 - Retak Aspal Pada Sambungan Lantai ... 125
Gambar 122 - Kerusakan Pada Tanda Batasan ... 126
Gambar 123 - Kerusakan pada Pembatas Lebar Jembatan ... 126
DAFTAR TABEL
Tabel 1 – Bahan dan Jenis Kerusakannya ... 25
Tabel 2 – Kategori Korosifitas Lingkungan ... 71
Tabel 3 – Kategori lingkungan dan air tanah ... 72
Tabel 4 – Kategori Umur Proteksi ... 73
Tabel 5 – Pengaruh dari Serat yang Miring pada Kekuatan Balok ... 94
Tabel 6 – Kerusakan Elemen Jembatan ... 98
Tabel 7 – Verifikasi Data Inventarisasi ... 131
Tabel 8 – Contoh Daftar Elemen yang Rusak ... 133
Tabel 9 – Contoh Lokasi Elemen yang Rusak ... 134
Tabel 10 – Contoh Pemberian Nilai Kondisi pada Level 5 dan Level 3-4 ... 136
Tabel 11 – Contoh Pemberian Nilai Kondisi pada Level 3 ... 138
Tabel 12 – Data Lain (Diganti Sesuai Pedoman 2017) ... 139
10 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
A. Deskripsi
Modul Pemeriksaan Detail Jembatan ini terdiri dari empat kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas Pengertian Pemeriksaan Detai Jembatan. Kegiatan belajar kedua membahas Penentuan Jenis Kerusakan Pada Bahan dan Elemen Jembatan. Kegiatan belajar ketiga membahas Prosedur Nilai Kondisi Kerusakan Jembatan.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan disertai contoh- contoh pelaksanaan pemeriksaan detail jembatan guna memudahkan dalam praktek pelaksanaannya. Latihan atau evaluasi ini menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi dalam modul ini.
B. Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini peserta pelatihan dilengkapi dengan pedoman pemeriksaan jembatan yang terkait dengan materi Pemeriksaan Detail Jembatan.
C. Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara, adanya kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi.
D. Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu:
1 LCD/projector 2 Laptop
3 Papan tulis atau white board dengan penghapusnya 4 Flip chart
5 Bahan tayang
6 Modul dan/atau bahan ajar
BAB 1
PENDAHULUAN
12 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jembatan sebagai sarana yang memiliki peranan penting sebagai pengubung jaringan jalan. Meningkatnya kebutuhan jembatan di Indonesia perlu diimbangi dengan ketersediaan tenaga inspektor jembatan sebagai pendukung dalam pengelolaan jembatan.
Pengelolaan jembatan di Indonesia saat ini menggunakan Bridge Management System (BMS) sebagai panduan dalam pemeriksaan kondisi jembatan. Dalam metode penilaian kondisi jembatan dengan menggunakan BMS, penilaian dilakukan secara hirarki yang terbagi menjadi 5 level penilaian. Selain itu, terdapat kode elemen jembatan yang menjadi bagian dalam penilaian kondisi jembatan tersebut.
Modul Pemeriksaan Detail Jembatan diharapkan dapat memberikan gambaran secara jelas dan pemahaman terkait dengan metode penilaian kondisi jembatan.
1.2 Deskripsi Singkat
Modul Pemeriksaan Detail Jembatan ini disusun dengan maksud agar dapat memberikan pemahaman tentang pemeriksaan detail jembatan di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, melalui pengertian pemeriksaan detail jembatan, jenis kerusakan pada bahan dan elemen jembatan, serta prosedur penilaian kondisi kerusakan jembatan.
1.3 Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar sebagai berikut:
1.4 Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan mampu memahami dan menerapkan prosedur pemeriksaan detail jembatan.
1.5 Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu:
a) Menerapkan prosedur pemeriksaan detail jembatan
b) Menentukan jenis kerusakan pada bahan dan elemen jembatan c) Menentukan nilai kondisi kerusakan jembatan
1.6 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Dalam modul Pemeriksaan Detail Jembatan terdapat 5 materi yang akan dibahas, yaitu:
1. BAB 1, Pendahuluan meliputi:
a) Latar Belakang b) Deskripsi Singkat c) Tujuan Pembelajaran
d) Materi Pokok dan Sub Materi Pokok e) Estimasi Waktu
2. BAB 2, Pemeriksaan Detail Jembatan meliputi:
a) Pemeriksaan Detail b) Pelaksanaan Pemeriksaan
3. BAB 3, Jenis Kerusakan Pada Bahan dan Elemen Jembatan meliputi:
a) Umum
b) Kerusakan Pada Elemen Bahan c) Kerusakan Pada Elemen Jembatan
4. BAB 4, Prosedur Penilaian Kondisi Kerusakan Jembatan meliputi:
a) Data Administrasi dan Inventaris b) Kesan Secara Keseluruhan c) Daftar Elemen yang Rusak d) Lokasi Elemen yang Rusak e) Pemberian Nilai Kondisi f) Data Lain
g) Pemeliharaan Rutin
14 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
h) Catatan Kecil dan Sketsa
1.7 Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan Pemeriksaan Detail jembatanpada peserta pelatihan ini adalah 10 jam pelajaran.
BAB 2
PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
16 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menerapkan prosedur pemeriksaan detail jembatan
2.1 Pemeriksaan Detail
1. Tujuan Khusus Pemeriksaan Detail
Pemeriksaan secara mendetail dilaksanakan untuk menilai secara akurat kondisi suatu jembatan. Semua komponen dan elemen jembatan harus diperiksa serta kerusakan-kerusakan yang berarti dikenali kemudian didata.
Secara lebih khusus, Pemeriksaan secara Detail dilakukan untuk : (1) Mengenali dan mendata semua kerusakan penting pada elemen
jembatan
(2) Menilai kondisi elemen dan sekelompok elemen jembatan dan secara obyektif menentukan suatu Nilai Kondisi.
(3) Melaporkan apakah Tindakan Darurat dibutuhkan dan alasannya (4) Melaporkan apakah suatu Laporan Khusus dibutuhkan dan alasannya (5) Melaporkan apakah pemeliharaan rutin yang baik sedang berlangsung Data dari Pemeriksaan secara Detail dimasukkan dalam Database yang mampu memproses data tersebut dan menganjurkan pemeliharaan setiap jembatan secara keseluruhan yang dapat mengembalikan jembatan tersebut ke suatu kondisi tertentu dan dalam tingkat layak layan.
2.2 Pelaksanaan Pemeriksaan 1. Personil
Paling kurang dibutuhkan seorang Pemeriksa Jembatan untuk melaksanakan suatu Pemeriksaan secara Detail terhadap suatu jembatan, dengan dibantu oleh seorang atau lebih pemeriksa yang terlatih.
Asisten dan tenaga kerja lainnya mungkin dibutuhkan tergantung dari situasi dan kondisi, seperti lokasi jembatan, kompleksitas struktur dan kondisi lalu lintas.
a) Peralatan dan Material
Para Pemeriksa membutuhkan peralatan berikut untuk melaksanakan suatu Pemeriksaan secara Detail.
(1) Peralatan dan Material
Formulir Laporan Pemeriksaan Detail
Kertas untuk gambar dan catatan
Alas papan untuk menulis
Pena, pensil dan penghapus
Kamera dan handycam.
Kalkulator
Kendaraan dengan odometer yang berfungsi
Alat pengukur jarak (Theodolit, rambu ukur, laser dll)
Pita pengukur 5 m dan 30 m
Papan tulis putih kecil dan spidol bukan permanen (untuk menampilkan nama dan nomor jembatan dalam foto)
Teropong
Lampu senter dan batere
Kapur untuk menulis
Sekop
Parang
Palu
Obeng
Pelampung dan batu duga
Sikat baja
Sapu kecil
Kaca
Pisau saku
Busur derajat
Pengukur lebar retak
Penggaris
Jangka lengkung ke dalam dan ke luar
Pahat
Seperangkat feeler gauge
Seperangkat kunci pas
18 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Linggis
Tangga
(2) Peralatan Tambahan (sesuai dengan kebutuhan)
Perahu
Sepatu bot tinggi dan tahan air
Seperangkat peralatan panjat tebing (climbing equipment)
Penopang (scafolding)
Botol contoh air, dll
(3) Peralatan Keamanan/Keselamatan
Rompi dan topi pengaman
Sarung tangan
Tanda/rambu
Kerucut lalu lintas
Rompi apung, dll (4) Bahan Acuan
Sebelum melaksanakan suatu Pemeriksaan secara detail, para pemeriksa harus mengumpulkan bahan-bahan berikut:
Buku Pegangan Pemeriksaan Jembatan di Lapangan
Peta yang memperlihatkan ruas jalan
Laporan Data Lalu Lintas dan Ruas Jalan.
Paket Laporan Pemeriksaan secara Rinci yang mencantumkan semua jembatan yang akan diperiksa
Laporan Data Inventarisasi Jembatan terakhir untuk setiap jembatan yang akan diperiksa
Laporan Data Pemeriksaan secara Detail sebelumnya untuk setiap jembatan yang akan diperiksa
b) Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan secara Detail
Pemeriksaan secara Detail pada umumnya dilaksanakan maksimum dalam jangka waktu lima tahun. Paket Laporan Pemeriksaan secara Detail dikeluarkan oleh Sistim Informasi Manajemen Jembatan (SIMAJI), yang menggunakan kriteria berikut ini untuk memilih jembatan yang harus diperiksa :
(1) Nilai Kondisi 3 atau lebih tinggi, dan Laporan Pemeriksaan secara Detail sebelumnya yang dikeluarkan lebih dari dua tahun yang lalu, (2) Pemeriksaan secara Detail sebelumnya yang dilakukan sebelumnya,
dan
(3) Pekerjaan jembatan besar yang baru diselesaikan dan Pemeriksaan secara Detail kemudian dibutuhkan untuk menetapkan data inventarisasi dan kondisi yang baru.
Jembatan tidak dipilih untuk Pemeriksaan secara Detail bila panjangnya kurang dari 6 meter, atau tidak ada dalam Program Kerja yang terbaru.
Lintasan basah tidak diperiksa.
Sesudah Paket Pemeriksaan secara Detail selesai, Laporan Data Inventarisasi terbaru dan Laporan Pemeriksaan secara Detail sebelumnya dapat dipersiapkan untuk setiap jembatan yang tercantum di dalam Paket, untuk digunakan dalam Pemeriksaan.
c) Urutan Pemeriksaan
Setiap jembatan harus diperiksa berdasarkan urutan berikut ini :
(1) Konfirmasikan lokasi jembatan dan catat data administrasi pada Halaman 1 dari Laporan Pemeriksaan secara Detail -- nama jembatan, lokasi, kab/kota, dan seterusnya
(2) Periksa Data Inventarisasi Jembatan pada Laporan Data Inventarisasi, dan catat ketepatan atau ketidaktepatannya pada Halaman 1 dari Formulir Pemeriksaan. Lakukan koreksi pada Laporan Data bila perlu.
(3) Berjalan mengelilingi jembatan dan dapatkan suatu kesan menyeluruh mengenai strukturnya
(4) Periksa secara sistematis jembatan yang bersangkutan dari fundasi ke lantai permukaan dan catat elemen-elemen dengan kerusakan, lokasi elemen yang rusak dan Nilai Kondisi, pada Halaman 2 & 3 dari Formulir Pemeriksaan
(5) Ambil dari Nilai Kondisi dari elemen tingkat lebih tinggi sesuai dengan keperluan, dan catat pada Halaman 3 dari Formulir Pemeriksaan (6) Catat pada Halaman 1 dari Formulir apakah dibutuhkan suatu
Pemeriksaan Khusus atau Tindakan Darurat dan alasannya.
(7) Catat data lain pada Halaman Gambar dan Foto dari Formulir
Selama Pemeriksaan, Pemeriksa harus mengambil foto dan membuat gambar-gambar untuk lebih menjelaskan laporan.
20 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
d) Sistem Pemeriksaan secara Detail
Dasar dari Sistem Pemeriksaan secara Detail adalah penilaian kondisi elemen dan kelompok elemen menurut keadaannya dan keseriusan dari kekurangan/kelemahannya.
Untuk tujuan Pemeriksaan secara Detail dan evaluasi dari kondisi jembatan secara menyeluruh, struktur suatu jembatan dibagi atas hirarki elemen yang terdiri atas 5 Level, tertinggi adalah Level 1, yaitu jembatan itu sendiri, dan level terendah adalah Level 5, yaitu elemen kecil secara individual dan bagian-bagian jembatan.
Pemeriksaan secara Detail bertujuan mendata kondisi elemen pada Level yang paling tinggi, dan pada Level ini semua elemen memiliki kondisi yang sama. Level tertinggi elemen dinilai adalah Level 3. Dalam sebagian besar situasi, elemen-elemen harus dinilai pada Level 4 atau Level 5.
Dalam upaya menyederhanakan prosedur pemeriksaan, hanya kerusakan yang penting yang dicatat selama Pemeriksaan secara Detail. Bila ditemukan kerusakan kecil yang dapat diperbaiki dalam Pemeliharaan Rutin, kerusakan ini hanya perlu dilaporkan dalam Bagian Pemeliharaan Rutin pada Halaman 2 dari Laporan.
Untuk setiap elemen yang memiliki kerusakan yang berarti, 5 nilai ditentukan, yaitu :
(1) Nilai Struktur (S)
(2) Nilai Perkembangannya (volume) (K) (3) Nilai Kerusakannya (R)
(4) Nilai Fungsi (F) (5) Nilai Pengaruh (P)
Setiap nilai diberi angka 0 atau 1, sehingga subjektivitas selama pemeriksaan dapat diminimalkan dan penilaian menjadi lebih konsisten.
Elemen atau kelompok elemen dinilai dengan diberikan suatu Nilai Kondisi antara 0 dan 5. Angka-angka tersebut mewakili jumlah dari kelima nilai yang ditentukan di atas.
Sesudah penilaian elemen pada Level 5, 4, atau 3, Nilai Kondisi untuk elemen pada Level yang lebih tinggi dalam hirarki ditentukan dengan cara mengevaluasi sejauh mana kerusakan dalam elemen pada Level yang lebih rendah dalam kaitannya dengan elemen-elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya , apakah elemen-elemen ini dapat berfungsi, dan apakah elemen- elemen lain pada level yang (lebih tinggi) ini dipengaruhi oleh kerusakan- kerusakan tersebut.
Nilai Kondisi untuk elemen Level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu ditentukan oleh pemeriksa di lapangan dengan menggunakan cara ini, dan dicatat dalam Formulir Pemeriksaan. Pemeriksaan ini menggunakan Nilai Kondisi pada Level 3 untuk mendapatkan suatu Nilai Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk menentukan strategi pemeliharaan secara keseluruhan untuk jembatan yang bersangkutan. Pemeliharaan yang dianjurkan dapat berbentuk penggantian jembatan bila jembatan berada dalam kondisi kritis dan biaya perbaikan terlalu tinggi, rehabilitasi jembatan dengan melakukan perbaikan besar atau penggantian komponen utama jembatan, perbaikan elemen individual, atau sekedar pemeliharaan rutin.
2.3 Latihan
1. Jelaskan apa tujuan pemeriksaan detail?
2. Bahan apa saja yang harus disiapkan oleh pemeriksa jembatan sebelum dilakukan pemeriksaan detail?
3. Sebutkan 5 kriteria dalam penilaian kondisi jembatan?
4. Jelaskan yang disebut dengan elemen paling kecil dan dimulainya penilaian kondisi?
5. Sebutkan jenis elemen yang merupakan kumpulan dari sub elemen pada jalan pendekat yang harus diperiksa secara detail?
6. elaskan defan beberapa jenis p pemeriksaan jembatan BMS 92?
2.4 Rangkuman
Pemeriksaan detail adalah jenis pemeriksaan yang mempunyai tujuan untuk mengenali dan mendata semua kerusakan penting pada elemen dan sub elemen jembatan, dan menilai kondisi elemen dan sekelompok elemen jembatan dan secara obyektif menentukan suatu Nilai Kondisi. Dalam pelaksanaan pemeriksaan detail harus disiapkan data untuk mendukung
22 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
pelaksanaan pemeriksaan detail jembatan seperti Buku Pegangan Pemeriksaan Jembatan di Lapangan, Peta yang memperlihatkan ruas jalan, Laporan Data Lalu Lintas dan Ruas Jalan, Laporan Data Inventarisasi Jembatan terakhir untuk setiap jembatan yang akan diperiksa dan Laporan Data Pemeriksaan secara Detail sebelumnya untuk setiap jembatan yang akan diperiksa.
BAB 3
JENIS KERUSAKAN PADA BAHAN DAN ELEMEN
JEMBATAN
24 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
JENIS KERUSAKAN PADA BAHAN DAN ELEMEN JEMBATAN
Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menentukan jenis kerusakan pada bahan dan elemen jembatan
3.1 Umum
Jembatan dapat mengalami dua macam kerusakan yang berbeda yaitu : 1. Sehubungan dengan jenis bahan.
2. Kerusakan secara keseluruhan.
1. Kerusakan yang Berhubungan dengan Bahan
Terdapat bermacam - macam kerusakan yang berhubungan langsung dengan jenis bahan yang dipergunakan untuk membuat komponen jembatan.
Sebagai contoh :
a) Pelapukan dan keretakan pada kayu.
b) Karat pada baja.
c) Kerontokan pada beton.
d) Kerusakan adukan pada pasangan batu/bata.
2. Kerusakan yang Berhubungan dengan Elemen
Kerusakan jembatan yang berhubungan dengan elemen tidak secara langsung berhubungan dengan jenis bahan jembatan itu tetapi berpengaruh terhadap fungsi jembatan.
Contoh-contoh utama kerusakan yang berhubungan dengan elemen:
a) Penggerusan pada Pondasi.
b) Pilar yang miring.
c) Hilangnya tanda ukuran tinggi.
d) Berpindahnya aliran sungai.
Pada Tabel 8 terdapat jenis kerusakan yang biasanya terjadi pada konstruksi jembatan. Jika mungkin, kerusakan tersebut dihubungkan dengan jenis bahannya. Meskipun demikian apabila terjadi kerusakan pada bahan yang
disebabkan oleh kerusakan jembatan secara keseluruhan maka untuk ini harus dibuat catatan secara khusus.
Contoh: Balok kepala pada kepala jembatan beton retak yang disebabkan karena adanya penurunan. Pemeriksa harus membuat catatan kerusakan utama yang terjadi yaitu retak, tetapi selain itu juga dicatat juga penyebabnya yaitu penurunan. Dengan demikian petugas pemeliharaan dapat memperbaiki kerusakann maupun penyebabnya.
Tabel 1 – Bahan dan Jenis Kerusakannya
Kode kerusakan Bahan dan Kerusakan
PASANGAN BATU/BATA 101 Pelapukan dan retak
102 Penggembungan atau perubahan bentuk 103 Pecah atau hilangnya bahan
BETON
201 Cacat pada beton termasuk terkelupas, sarang lebah, berongga, berpori dan kualitas beton yang jelek 202 Keretakan
203 Korosi pada tulangan baja
204 Kotor, berlumut, penuaan atau pelapukan beton 205 Pecah atau hilangnya bahan
206 Lendutan
BAJA
301 Penurunan mutu cat
302 Korosi
303 Perubahan bentuk 304 Keretakan
305 Pecah atau hilangnya bahan 306 Elemen yang tidak benar
26 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Kode kerusakan Bahan dan Kerusakan
307 Kabel yang terurai
308 Lepasnya ikatan/sambungan
KAYU
401 Cacat pada kayu akibat lapuk, serangan serangga, sobek, kerusakan mata kayu
402 Pecah atau hilangnya elemen 403 Penyusutan
404 Penurunan mutu pelapis permukaan 405 Lepasnya elemen
3.2 Kerusakan Pada Elemen Bahan 1. Kerusakan Pada Pasangan Batu/Bata
Pasangan batu/bata menggunakan bahan-bahan yang langsung berasal dari alam seperti batu atau yang dibuat di pabrik seperti batu bata tanah liat atau beton pracetak. Pasangan batu/bata banyak dipakai untuk konstruksi jembatan lengkung yang dibangun sebelum tahun 1940. Pasangan ini juga sering digunakan untuk membuat kepala jembatan, dinding penahan tanah atau pelindung talud.
Konstruksi pasangan batu/bata dapat dibuat dari blok-blok dengan bentuk teratur atau dari batu yang tidak teratur. Blok-blok tersebut atau batu kali biasanya direkatkan satu dengan lainnya dengan menggunakan adukan pasir dan semen. Batu dapat direkatkan dalam betonan atau dengan menggunakan adukan.
Di sini akan dijelaskan mengenai tipe kerusakan pada pasangan batu/bata dan bagian yang biasanya mengalami kerusakan.
Gambar 1 - Bata dengan Adukan Batu juga dapat berupa beton atau diikat dengan adukan.
Gambar 2 - Batu kali dengan adukan
a) KERUSAKAN 101 - Penurunan Mutu Bata atau Batu dan Retak
Bata atau batu dapat mengalami penurunan mutu secara tersendiri. Hal ini dapat terjadi karena :
(1) Beberapa bahan berbeda mutunya
(2) Kecelakaan yang merusakkan satu atau lebih bagian bata/batu (3) Pengikisan/gerusan sungai atau hujan dapat jadi lebih
membahayakan pada bagian-bagian tertentu.
Penurunan mutu ini dapat diperiksa dengan penglihatan, atau memukul- mukul untuk mendengarkan bunyinya.
Penurunan mutu pasangan batu/bata pada sekitar daerah perletakan atau pada daerah pembebanan adalah berbahaya.
28 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 3 - Retak pada pasangan batu
Adukan pengikat biasanya akan menurun mutunya terlebih dahulu jika dibandingkan dengan bata atau batu. Hal ini dapat terjadi karena : (1) Pengikisan air atau
(2) Retak yang menyebabkan adukan bergeser tempat atau (3) Hancurnya adukan
Jenis kerusakan ini berbahaya jika mengakibatkan bata/batu bergeser.
Retak merupakan suatu masalah yang berbahaya pada pasangan batu/bata dan ini disebabkan oleh :
(1) Penurunan pondasi (2) Getaran pada struktur
(3) Beban atau kejut yang berlebihan
Retak menjadi berbahaya jika akibat retak tersebut konstruksi pasangan batu/bata tidak lagi bekerja sebagai satu kesatuan melainkan menjadi bagian yang terpisah-pisah. Retak dapat berkembang dan mengakibatkan keruntuhan pada konstruksi pasangan batu/bata kerusakan pada bagian- bagian lain jembatan
Retak biasanya terlihat pada bagian adukan tetapi dapat juga terjadi pada bagian batu atau batanya.
Retak sangat berbahaya apabila ini terjadi pada daerah perletakan.
Tanaman akan tumbuh pada daerah retak dan akibat dari ini timbul tekanan yang mengakibatkan retak bertambah lebar.
Gambar 4 - Retak pada Pasangan Bata
Penurunan mutu bata atau pasangan batu dinyatakan secara struktur berbahaya karena terjadinya kerusakan akibat aus (peenuaan) atau umur dimana kondisi ini pasangan bata atau batu sudah rapuh dan secara struktur tidak dapat dipertanggung jawabkan, dimana umur rencana untuk pasangan bata atau batu ini secara umum sekitar 10-15 tahun.
Apabila terjadi kerusakan akibat benturan juga disnyatakan berbahaya karena berkurangnya dimensi dan kekuatan pasangan batu tersebut yang dapat menyebabkan retak atau hilangnya sebagian material batu.
30 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 5 - Penurunan Mutu Pasangan Bata Karena Umur
Gambar 6 - Pasangan Batu Yang Terkikis Dan Lepas Dari Adukannya
Gambar 7 - Pondasi Yang Terkikis / Runtuh
Gambar 8 - Pasangan Bata Yang Retak Akibat Beban Berlebih
b) KERUSAKAN 102 - Permukaan Pasangan yang Menggembung
32 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Permukaan konstruksi pasangan batu/bata mungkin menggembung atau bergerak keluar. Hal ini dapat terjadi pada bagian manapun pada struktur pasangan bata/batu yang disebabkan adanya tekanan di belakang dinding. Kerusakan tersebut menjadi berbahaya jika penggembungan tersebut menyebabkan retaknya atau lepasnya adukan.
Pemeriksa harus memeriksa secara visual apakah permukaan dinding tersebut rata atau dalam bentuk yang baik.
Apabila ditemukan suatu penggembungan, maka harus dilakukan pemeriksaan pada pondasinya untuk melihat kemungkinan terjadinya pengikisan (undermining) atau penurunan yang menyebabkan pergerakan.
Gambar 9 - Penggembungan Pada Permukaan Pasangan
Penggembungan dan perubahan bentuk pada pelengkung dapat membahayakan stabilitasnya. Terdapat tiga pengaruh utama yaitu : (1) Bentuk pelengkung yang berubah
Bentuk lengkungan dari suatu pelengkung dapat berubah dan lengkungnya menjadi tidak baik serta mengakibatkan pelengkung tersebut menjadi lemah. Biasanya ini akan diikuti o!eh keretakan. Jika perubahan bentuk pelengkung dan retakan terus berlanjut, sudah pasti pelengkung tersebut akan runtuh.
Gambar 10 - Perubahan Bentuk Dan Retak Pada Pelengkung
Gambar 11 - Retak Pada Pelengkung Utama (2) Dinding pelengkung yang lepas dari pelengkung aslinya
Kerusakan ini terjadi akibat terdapat tekanan yang berlebihan pada bagian belakang dinding yang mengakibatkan rusaknya lengkungan dari pelengkung dan pergerakan yang mengakibatkan terjadinya pergeseran. Jika pergeseran sudah lebih dari 30 mm maka hal tersebut merupakan kerusakan yang berbahaya. Kerusakan ini dapat terlihat dengan adanya jarak yang jelas antara pelengkung dengan lengkungannya, seperti pada Gambar 12.
34 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 12 - Lengkungan Yang Terpisah Dari Pelengkungnya
Gambar 13 - Pasangan Bata Yang Mulai Lepas Dari Strukturnya
Gambar 14 - Pelengkung Pasangan Batu Yang Lepas
(3) Pergerakan Pondasi.
Gambar 15 - Pergerakan Pondasi Pada Pelengkung
c) KERUSAKAN 103 - Bagian yang Pecah atau Hilang
Pada pasangan batu atau bata seringkali terdapat hilangnya batu atau bata yang sudah terpasang dan hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan pada pasangan batu/bata tersebut.
36 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 16 - Pasangan Batu Lepas Dari Lengkungannya 2. Kerusakan Pada Beton
a) Umum
Beton dibuat dari campuran semen ,agregat kasar, agregat halus dan air.
Air akan bereaksi dengan semen dan membuat semen mengeras serta mengikat agregat. Walaupun demikian jumlah air atau rasio air terhadap semen yang digunakan harus sesuai dengan mutu beton yang akan dihasilkan. Bahan-bahan tersebut diaduk dengan proporsi yang sesuai dengan rancangan campuran dan dengan waktu yang cukup untuk mendapatkan campuran yang merata.
Untuk beton struktur yang perlu diperhatikan adalah kadar air agregat dan harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga jumlah air bebas yang ditentukan tidak melampaui batas karena air yang berlebihan dapat menurunkan mutu beton.
Untuk mendapatkan beton yang mempunyai kekuatan yang baik, pengecoran beton harus mempunyai acuan yang stabil tanpa penundaan waktu yang lama dan diperlukan penggetaran untuk menghilangkan gelembung udara dalam beton
Sesudah beton dicor maka harus dilakukan proses perawatan (curing) setelah terjadinya waktu pengikatan awal semen yang berfungsi untuk menjaga supaya beton jumlah air bebas yang berada di dalam campuran
beton tidak menguap yang dapat megakibatkan retak sehingga beton tidak mencapai kekuatan yang penuh.
Jika proses tersebut di atas tidak diikuti maka dapat terjadi kerusakan.
Beton adalah bahan yang keras, awet dan kuat menahan tekanan tetapi lemah dalam hal tarikan.
Gambar 17 - Beton Dalam Gaya Tekan Dan Tarik
Jika beton tersebut merupakan suatu balok maka bagian atas beton (flens atas) menahan tekanan dan bagian bawah (flens bawah) menahan tarikan. Besi tulangan ditaruh pada bagian bawah balok agar balok dapat juga menahan tarikan. Beton yang ada pada bagian bawah balok pada dasarnya merupakan beton yang menahan tulangan agar tetap pada tempatnya dan melindunginya terhadap karat. Selimut beton yang cukup merupakan hal yang penting untuk menghindarkan tulangan dari karat.
Gambar 18 - Lentur Pada Balok Garis
netral
tekan
Umumnya pada balok y
= ½ tinggi balok
tarik
38 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 19 - Gaya Prategang Pada Balok
Gambar 20 - Lendutan Pada Balok Gaya (F)
Defleksi (d)
Panjang (L) Perletakan
b) Jenis-jenis Beton
Ada 4 (empat) jenis beton struktur yaitu : (1) Beton siklop
Jenis ini adalah campuran beton mutu minimal 15 MPa dengan menambahkan batuan yang cukup besar dengan ukuran maksimum 25 cm untuk membuat fondasi yang berat. Jenis beton siklop ini sering digunakan dalam fondasi pada pekerjaan isian dalam fondasi sumuran.
(2) Beton Tak Bertulang
Jenis beton tak bertulang ini umumnya digunakan sebagai lantai kerja dengan mutu fc’ 15 Mpa.
(3) Beton Bertulang
Beton bertulang adalah beton struktur dengan mutu antara fc’ 20 MPa sampai lebih dari 45 MPa. Beton bertulang adalah beton dengan adanya baja tulangan yang berfungsi untuk menahan tarik dalam struktur beton. Mutu beton untuk struktur jembatan masuk dalam kategori mutu sedang.
Gambar 21 - Jembatan Beton Bertulang
40 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 22 - Jembatan Beton bertulang
(4) Beton Pratekan
Beton pratekan pada umumnya hanya digunakan pada gelagar bangunan atas atau lantai, kadang-kadang beton pratekan juga digunakan untuk tiang pancang. Beton pratekan adalah beton yang menggunakan tendon sebagai bagian yang menahan Tarik dalam struktur gelagar. Beton yang digunakan untuk beton pratekan dalam spesifikasi disyaratkan mempunyai mutu minimal dari 45 MPa.
Gambar 23 - Jembatan Beton Pratekan
c) KERUSAKAN 201 - Kerusakan-Kerusakan Pada Beton
Yang termasuk dalam kerusakan beton dengan kode 201 adalah mutu beton rendah, keropos, beton yang berrongga.
(1) Mutu beton rendah
Mutu beton yang rendah adalah mutu beton yang tidak sesuai dengan persyaratan dalam desain ataupun spesifikasi. Mutu beton dibagi menjadi 3 yaitu:
Beton mutu tinggi dengan mutu fc’ ≥ 45 MPa dan umumnya digunakan untuk beton pratekan
Beton mutu sedang dengan mutu 20 MPa ≤ fc’ < 45 MPa digunakan untuk beton bertulang, lantai jembatan, kepala jembatan, pilar dan tiang bor, isian tiang pancang baja
Beton mutu rendah dengan mutu 15 MPa ≤ fc’< 20 MPa digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan, beton siklop seta beton yang digunakan untuk trotoar. Beton mutu rendah dengan mutu fc’ < 15 MPa digunakan untuk lantai kerja.
Beton mutu rendah yang tidak selalu mempunyai mutu rendah, melainkan apabila mutu beton tidak sesuai dengan persyaratan, maka dapat dikategorikan sebagai beton dnegan mutu yang rendah dan disebut sebagai kerusakan 201. Sebagai contoh, mutu beton untuk beton pratekan, seharusnya lebih dari 45 MPa,
42 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
tetapi apabila di lapangan hanya tercapai 35 MPa, maka hal ini termasuk beton dengan mutu rendah.
Akibat mutu beton yang rendah, terjadi kerusakan mulai dari karbonasi, retak, terjadinya reaksi alkali silika, reaksi alkali agregat juga akan menyebabkan retak. Masalah ini sagat perlu dipahami dalam pemeriksaan jembatan, karena semuanya menyebabkan retak, dimana harus dipahami penyebab retak yang terjadi.
(2) Beton Keropos (Honeycombing)
Beton yang keropos akan terjadi apabila mortar semen yaitu bahan campuran antara semen, air dan agregat halus tidak mengisi rongga- rongga antara agregat kasar. Akibatnya beton kehilangan ketahanannya seperti adanya udara dan rongga di dalam beton dan membuat beton tidak kedap, yang mengakibatkan terjadinya karbonasi dimana pH beton menurun dati pH 13 menjadi 7 atau 8, dan beton kehilangan daya lindung terhadap baja tulangan yang selanjutnya mengakibatkan karat pada baja tulangan. Demikian juga beton akan menjadi lemah.
Beton keropos dapat terjadi akibat campuran yang jelek tetapi lebih umum diakibatkan karena cara penanganan yang jelek, seperti kurangnya pemadatan, hilangnya cairan beton yang disebabkan acuan yang jelek, dan terlalu rapatnya baja tulangan. Juga disebabkan karena campuran beton tidak sesuai dengan proporsi yang disarankan dalam job mix.
Pemeriksa harus mencatat daerah di mana terdapat beton keropos tersebut, ambil foto dan buatlah gambar sketsanya .
Gambar 24 - Beton Keropos (3) Beton yang berrongga
(4) Kerontokan
Yang dimaksudkan dengan kerontokan di sini adalah terlepasnya sebagian betonan dari beton secara keseluruhan. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya karat dan pengembangan pada baja tulangan serta kesalahan penanganan.
Kerontokan beton akibat karat pada baja dapat terjadi pada bagian manapun juga yang disebabkan selimut beton yang kurang tebal atau mutu beton yang rendah sehingga tidak dapat melindungi baja tulangan yang berada di dalam beton. Bagian bawah lantai beton, gelagar yang dicor ditempat dan ujung siku-siku kolom dan balok kepala tiang merupakan bagian yang sering mengalami kerusakan jenis ini.
44 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 25 - Beton Porous
Gambar 26 - Beton Yang Mengalami Spalling Karena Selimut Beton Yang Tidak Sesuai Dan Mutu Beton Yang Rendah
Gambar 27 - Beton Yang Mengalami Spalling (Rontoknya Selimut Beton)
Gambar 28 - Kerontokan Pada Beton (5) Beton Keropos (Honeycombing)
Beton yang keropos akan terjadi apabila bahan yang halus tidak mengisi rongga-rongga antara agregat yang besar dan baja.
Akibatnya beton kehilangan ketahanannya seperti adanya udara dan uap air yang merembes masuk dalam beton dan mengakibatkan karat pada baja tulangan. Demikian juga beton akan menjadi lemah.
Beton keropos dapat terjadi akibat campuran yang jelek tetapi lebih umum diakibatkan karena cara penanganan yang jelek, seperti kurangnya pemadatan, hilangnya cairan beton yang disebabkan acuan yang jelek, dan terlalu rapatnya baja tulangan.
46 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Pemeriksa harus mencatat daerah di mana terdapat beton keropos tersebut, ambil foto dan buatlah gambar sketsanya .
Gambar 29 - Beton Yang Keropos
Gambar 30 - Beton Yang Keropos
Gambar 31 - Gelagar Beton Bertulang Yang Keropos (6) Beton yang Berongga/Berbunyi (Drumminess)
Drumminess adalah suatu istilah yang diberikan untuk mutu beton yang jelek jika waktu anda memukulnya dengan palu beton menjadi berlubang atau berbunyi seperti drum.
Drumminess dapat diakibatkan oleh :
(1) Karat yang ada pada besi tulangan mendorong sebagian permukaan beton
(2) Perbaikan yang tidak baik bila penambalan yang dilakukan tidak menempel dengan baik pada bahan dasar dan terjadi lapisan yang terpisah
Gambar 32 - Pemeriksaan Untuk Beton Yang Berongga
48 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 33 - Beton Yang Sudah Terlihat Baja Tulangannya (3) Rembesan atau Bocoran Kedalam Beton
Rembesan air atau bocoran dalam beton dapat terjadi jika pada beton tersebut sudah terjadi kerusakan. Kerusakan-kerusakan ini mengakibatkan air dapat merembes masuk kedalam elemen beton.
Rembesan dapat dikenali dengan adanya tanda warna pada permukaan beton. Kadang-kadang tanda warna tersebut adalah :
Warna hijau karena ditumbuhi lumut
Warna putih berkerak atau bahkan membentuk stalaktit berwarna putih, ini menandakan bahwa terdapat larutan kapur dari semen yang merembes keluar (atau terbuang)
Adanya daerah yang basah secara terus menerus.
Rembesan dan pengaliran kelembaban melalui komponen jembatan dapat terjadi di sebelah mana saja. Tetapi hal ini lebih sering terjadi pada daerah lantai jembatan dan pada daerah siar muai.
Gambar 34 - Lantai Beton Yang Bocor Dan Mengakibatkan Kerusakan Pada Landasan
(4) Mutu Beton yang Jelek
Kerusakan ini merupakan kerusakan dimana beton mempunyai kekuatan yang rendah atau tidak sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi. Jenis kerusakan ini sulit bagi pemeriksa untuk menentukan dan diperlukan alat yang khusus. Dengan alasan apapun, jika timbul keragu-raguan mengenai mutu beton tanpa nampak adanya kerusakan yang lain, hal ini harus diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan secara khusus.
Kerusakan 201 akibat mutu beton yang rendah dapat mengakibatkan terjadinya karbonasi yang secara struktur berbahaya, karena pada proses karbonasi terjadi penurunan pH beton dari 13 menjadi 9 atau bahkan 8, dimana pH ini menurunkan sifat alkali beton menjadi asam. Akibat tingkat keasaman beton, maka baja tulangan cenderuing lebih mudah berkarat dan kapasitas struktur menjadi berkurang.
Pada proses mutu beton rendah, dimana struktur merupakan beton pratekan, maka struktur cenderung retak, karena mutu beton pratekan yang disyaratkan adalah ≥ 45 MPa, dimana beton tidak dapat menahan gaya Tarik akibat penegangan baja yang dilaksanakan. Juga pada kondisi baja tulangan yang berkarat akan mengembang volumenya, dan lepasnya selimut beton dan beton menghalami spalling (gompal) yang kemudian secara lingkungan, apabila struktur beton berada dalam lingkungan yang korosif dengan tingkat agresifitas yang cukup tinggi, maka baja tulangan
50 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
akan mempunyai tingkat korosi yang tinggi, dan kapasitas struktur menjadi turun.
Beton dengan kerusakan 201, beton keropos, seperti sudah dijelaskan di atas. Hal ini secara umum diakibatkan karena perbandingan atau rasio antara agregat halus dan agregat kasar yang tidak sesuai dengan hasil dari rancangan beton hasil laboratorium. Masalah selanjutnya apabil beton yang keropos ini berada pada daerah yang cenderung mengalami tumbukan atau benturan, maka struktur beton tersebut tidak berfungsi.
Jadi, pada kerusakan 201 dimana beton mempunyai mutu yang rendah, keroipos ataupun keropos di bagian dalam struktur sehingga beton berbunyi (druminess) secara struktur adalah berbahaya.
d) KERUSAKAN 202 – Retak
Retak pada beton merupakan hal yang umum. Retak dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
(1) Retak struktural (2) Retak bukan struktural
Untuk mengetahui jenis penanganan/perbaikan yang diperlukan, harus diketahui apakah retak tersebut adalah retak yang bergerak atau tetap.
Gambar 35 - Pola Retak Tipikal Secara Umum
(3) Retak Struktural
Retak struktural adalah retak yang paling berbahaya diakibatkan adanya beban yang melebihi beban rencana atau kekuatan potongan.
Suatu retak struktural adalah :
Terbuka dan melebar ketika beban lalu-lintas lewat di atasnya, lebih sering terjadi di daerah pelat lantai dan gelagar jembatan
Terus berkembang seiring dengan berlangsungnya pergerakan dan penurunan, lebih sering terjadi pada bangunan bawah.
Retak pada balok dan elemen utama dapat disebabkan oleh :
Momen (sekitar daerah tengah bentangan)
Retak ini merupakan retak yang tegak/vertical
Gaya lintang dekat landasan
Retak ini biasanya membuat sudut 40 sampai 50 derajat terhadap sumbu elemen yang bersangkutan.
Kombinasi momen dan gaya lintang.
Gambar 36 - Tipe Keruntuhan Atau Retak Structural Pada Gelagar Beton Tipe keruntuhan pada gelagar
52 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 37 - Tipikal Retak Pada Gelagar Dalam Kondisi Lentur, Geser dan Torsi Daerah yang perlu diperiksa untuk retak struktural adalah :
Daerah Tarik
Daerah yang kritis yang perlu ditinjau adalah bagian yang menahan tarik. Sebagai contoh pada bagian balok kepala pilar atau pada bagian tengah daripada gelagar seperti yang terlihat pada Gambar 38.
Gambar 38 - Retak Tarik Akibat Momen lentur
Retak Akibat Gaya Lintang
Retak ini biasanya terjadi dekat daerah perletakan. Untuk ini daerah dekat perletakan gelagar dan daerah dekat kepala kolom harus diperhatikan.
Retak struktural biasanya dapat diraba dan bukan dilihat. Untuk ini ada cara yang terbaik yaitu dengan meletakkan telapak tangan pada permukaan retakan pada saat lalu-lintas berat lewat diatasnya.
Perbedaan pergerakan akan terasa oleh tangan kita.
Gambar 39 - Daerah Yang Mungkin Terjadi Retak
Gambar 40 - Pemeriksaan Retak Struktural
Kerusakan 202 (retak), yang diakibatkan oleh beban berlebih, karbonasi benturan yang menyebabkan spalling (gompal), akibat adanya penurunan fondasi sehingga adanya deformasi pada bagunan atas atau sebagian bangunan bawah, gaya prategang yang berlebihan (tidak sesuai dengan persyaratan), retak akibat adanya tumbuhan liar, maka jenis kerusakan 202 (retak) ini dinilai berbahaya, Sedangkan retak akibat susut masih dinilai tidak berbahaya karena susut pada struktur beton telah diperhitungkan dan terkaji untuk jangka panjang.
54 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 41 - Retak Susut (4) Pengukuran dan Pencatatan Retak
Apabila retak ditemukan maka mereka harus mencatatnya untuk perbaikan dan memantaunya mengenai apakah retak tersebut berkembang.
Retak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur retak seperti pada gambar 16 atau selama pemeriksaan khusus menggunakan kaca pembesar.
Gambar 42 - Alat Pengukur Lebar Retak
Bilamana retak terlihat bertambah, detail keretakan harus diberi tanda pada permukaan beton dengan menggunakan spidol yang tahan air untuk menggambarkan :
Iokasi retak
Lebar retak
Tanggal pengukuran
Gambar keretakan harus dibuat untuk memperlihatkan pola retak. Selain itu juga perlu dibuat foto pada daerah terjadinya retak.
Gambar 43 - Lokasi Yang Umumnya Terjadi Retak Pada Gelagar Beton
Gambar 44 - Retak Yang Berkembang (5) Retak Akibat Penurunan Fondasi
Apabila fondasi mengalami penurunan atau bergerak, terjadi banyak gaya-gaya tambahan dalam struktur beton. Retak akibat gaya-gaya tersebut tidak mempunyai pola yang pasti. Apabila terjadi penurunan maka ada baiknya untuk memeriksa pada sekitar bagian atas dan bawah kolom penyokongnya dan pada bagian tengah kepala pilar untuk kemungkinan terjadinya retakan.
56 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 45 - Settlement Pondasi
Gambar 46 - Kerusakan Akibat Penurunan Pondasi (6) Retak Akibat Karat
Retak dapat juga terjadi akibat terjadinya karat pada tulangan baja di bawah permukaan. Karena karat tersebut mengembang, itu akan mengangkat permukaan dan mengakibatkan retak. Jika keretakan tersebut tidak diperiksa, maka akan terjadi kerontokan pada beton seperti terlihat pada Gambar 46.
Seorang pemeriksa harus menyelidiki setiap bukaan yang buruk pada beton yang diperkirakan sebagai akibat karat. Hal ini dapat dilakukan
dengan memukul dengan palu sebagian kecil permukaan beton sehingga terlihat tulangannya. Setiap tulangan yang terbuka/terlihat harus dicatat supaya dapat ditutup secepatnya
(7) Retak Non Struktural
Retak non struktural atau retak tak bergerak biasanya terjadi pada bagian permukaan dan umumnya tidak bertambah besar. Beberapa jenis retak ini ada yang berbahaya tetapi dapat tidak berbahaya.
Terdapat beberapa jenis retak non struktural dan akan dijelaskan mengapa keretakan tersebut terjadi,
Retak akibat susut
Retak permukaan
Retak-retak struktur
Retak akibat acuan yang bergerak (8) Retak Akibat Susut
Retak akibat susut pada beton biasanya terjadi pada permukaan yang terbuka dari bagian lantai dan pelat (atau bagian-bagian lain dengan permukaan yang lebar) dimana akan terjadi kehilangan banyak kadar air yang disebabkan oleh kelembaban yang rendah, angin, dan/atau temperatur yang tinggi. Susut plastis biasanya terjadi sebelum akhir penyelesaian pekerjaan sebelum dilakukannya perawatan (curing).
Apabila penguapan kadar air dari parmukaan beton yang baru digelarkan lebih cepat daripada penggantian oleh kelebihan air dari campuran beton (bleed water) maka permukaan beton akan mengalami retak susut. Akibat adanya tahanan dalam beton dibawah permukaan yang mengering, gaya tarik akan timbul pada daerah yang lemah, kekakuan plastis beton akan mengakibatkan retak yang dangkal dan biasanya pendek dan menuju ke segala arah.
Retak dapat bermacam-macam sekali panjangnya, lebar dan jaraknya serta tergantung pada keadaan beton itu sendiri demikian juga kondisi udara, terutama panas dan angin.
Gambar 47 menggambarkan retak plastis yang tidak beraturan.
58 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Jika susut yang terjadi dibatasi oleh tulangan yang dekat dengan permukaan, retakan yang terjadi akan pengikuti pola garis tulangan.
Retak susut merupakan retak tetap dan tidak dicatat sebagai jenis kerusakan apabila lebar keretakan tersebut kurang dari satu milimeter dan panjang kurang dari 300 mm.
Gambar 47 - Retak Akibat Susut (9) Retak Permukaan
Retak permukaan ialah retak rambut pada setiap permukaan beton yang membentuk gambar tidak beraturan yang merata seperti terlihat pada Gambar 20. Retak permukaan adalah suatu jenis susut yang khusus, Retak-retak tersebut tidak berpengaruh pada beton secara keseluruhan dan hal ini tidak akan mengarahkan pada keadaan beton yang bertambah buruk.
Retakan-retakan tersebut tidak lebih dari beberapa milimeter dalamnya dan disebabkan oleh susut lapis permukaan. Bentuk keretakan jenis ini tidak beraturan, sering kali berbentuk segi enam, dan jaraknya sekitar 60 dan 75 mm, biasanya disebut juga peta pola retakan.
Retak ini biasanya terjadi pada :
Permukaan yang mengambang atau yang dihaluskan dengan sendok aduk pada pelat beton
Permukaan beton yang dibentuk oleh cetakan
Jenis keretakan ini tidak dianggap sebagai suatu kerusakan.
Gambar 48 - Retak Pada Permukaan Jalan
Gambar 49 - Retak Pada Permukaan Jalan Beton
Gambar 50 - Jenis Retak Permukaan Beton yang Tidak Beraturan
60 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
(10) Retak Akibat Bergeraknya Acuan
Retak yang diakibatkan oleh bergeraknya acuan tidak mengikuti pola tertentu dan ini disebabkan karena pada waktu beton mulai mengeras acuan bergerak.
Retak akibat bergeraknya acuan dapat menjadi suatu masalah jika retak tersebut cukup dalam dan mengakibatkan terlihatnya tulangan.
(11) Retak Akibat Kestabilan Struktur
Beberapa retak struktur disebabkan karena pergerakan. Tetapi apabila Pondasi distabilkan atau dihilangkan penyebabnya maka keretakan itu tidak akan berkembang.
Dalam hal ini retak tersebut adalah retak tetap. Tetapi keretakan itu perlu dipantau selama dua belas bulan sebelum retak tersebut dinyatakan benar-benar aktif.
e) KERUSAKAN 203 - Karat pada Besi Tulangan
Baja tulangan yang berkarat merupakan masalah yang berbahaya dalam struktur beton. Baja akan berkarat jika tidak dilindungi terhadap air dan udara. Dalam beton bertulang dan beton pratekan, selimut beton merupakan pelindung baja tulangan tersebut. Jika terjadi retak atau lubang pada beton maka pelindungan terhadap baja dengan sendirinya akan hilang.
Apabila baja tulangan mulai berkarat ia akan menggembung maka beton akan terdorong dan mulai terjadi retak. Hal ini memungkinkan udara dan air masuk ke dalam beton sehingga proses tersebut akan berjalan bertambah cepat.
Karat akan terjadi dengan lebih cepat jika : (1) Dalam lingkungan berair asin (2) Adanya kerusakan pada beton (3) Tidak cukupnya selimut beton
Karat dapat terjadi dimana saja pada struktur beton bertulang atau beton pratekan. Daerah yang perlu pemeriksaan khusus ialah :
(1) Dekat daerah batas air (2) Di bawah lantai dan balok (3) Di bawah kepala pilar
(4) Di bawah permukaan yang menggembung atau berongga (drumminess)
Karat dapat dikenali dengan :
(1) Besi tulangan yang terbuka dan berkarat
(2) Terlihat warna karat pada permukaan beton. Penentuan ini harus hati-hati jangan sampai salah dengan adanya batuan (gravel) yang berwarna karat
Bilamana dijumpai karat, penting sekali bagi pemeriksa untuk menentukan berapa banyak karat yang sudah terjadi pada besi.
Selimut beton minimum yang umum ialah 30 mm. Jika selimut beton tidak cukup tebal dan menimbulkan masalah karat, hal ini harus dicatat oleh pemeriksa - Alat penentu tebal selimut beton dapat dipakai untuk mengukur ketebalan selimut beton tersebut.
Gambar 51 - Karat Pada Baja Tulangan Dan Laju Korosi Per Tahun
62 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Karat yang terjadi pada baja tulangan ini dinilai berbahaya, karena kapasitas baja tulangan tidak sesuai dengan kondisi baja tulangan yag utuh
f) KERUSAKAN 204 - Kerusakan Komponen karena aus dan pelapukan Beton dapat aus dan lapuk. Hal tersebut terjadi karena :
Lalu lintas
Pengikisan oleh air atau bahan yang larut dalam air
Proses kimiawi
Kerusakan 204 yang menunjukkan elemen struktur beton dalam kondisi aus, dan sejenisnya, dinilai berbahaya, karena dengan meningkatnya daya layan yang sudah dilaksanakan oleh struktur tersebut, maka kondisi beton secara umum menurun, walau pada beberapa jenis beton kondisi ini tidak berlaku, yaitu dimana beton yang mempunyai durabilitas atau kekedapan yang baik.
Untuk kerusakan 204 yang diabkibatkan oleh abrasi, serangan kimia (karbonasi, chloride, sulfat), benturan, mutu rendah, baja tulangan berkarat, maka hal ini dinilai berbahaya.
(3) Lalu-lintas
Pada lantai jembatan yang tidak diberi lapisan permukaan aspal, lalu- lintas pada umumnya dapat menyebabkan keausan pada permukaan lantai. Pada beton sangat buruk mutunya, keausan pada permukaan lantai merupakan hal yang tidak umum, karena pada umumnya sebelum beton tersebut aus, maka struktur lantai akan retak terlebih dahulu.
Gambar 52 - Kerusakan Lantai Jembatan
(4) Pengikisan (Abrasi)
Abrasi dapat terjadi pada kolom pilar atau tiang pancang yang berada di bawah muka air normal. Hal ini biasanya terjadi jika aliran sungai membawa pasir atau batuan kecil. Apabila keausan cukup nyata tetapi kadarnya tidak dapat diukur, maka harus disarankkan pemeriksaan secara khusus.
64 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 53 - Abrasi Pada Bangunan Bawah (5) Terjadi Proses Kimiawi
Jika terdapat bahan kimia terlarut dalam air sungai, maka hal ini dapat merusak beton. sehingga beton akan menjadi lunak dan rapuh, atau hilangnya bahan yang halus dan meninggalkan agregat yang kasar.
Apabila kerusakan akibat proses kimiawi benar-benar terjadi, maka harus disarankan adanya pemeriksaan jembatan secara khusus.
Gambar 54 - Kerusakan Akibat Proses Kimiawi Pada Beton
Gambar 55 - Kondisi Beton Dengan Serangan Kimia Sulfat
66 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 56 - Kondisi Struktur Akibat Chloride
Gambar 57 - Karbonasi Pada Beton
g) KERUSAKAN 205 - Pecah atau Hilangnya Sebagian dari Beton
Elemen beton yang pecah atau gompal (spalling) karena tumbukan kendaraan atau benda lainnya dinilai berbahaya karena dimensi struktur menjadi berkurang dan sudah tidak sesuai lagi dengan dimensi yang dirancang untuk dapat menahan beban. Untuk kerusakan elemen beton, apakah beton structural maupun non structural dapat dinilai sebagai kerusakan yang berbahaya. Kerusakan ini adalah kerontokan akibat adanya gaya luar. Jika sebagian beton hancur atau hilang dan dapat atau
tidak memperlihatkan adanya kerusakan pada baja tulangan hal ini merupakan kerusakan 205.
Daerah yang paling dekat dengan lalu lintas merupakan tempat dimana sering mengalami kerusakan ini. Kerusakan akibat tabrakan - contohnya mobil menabrak tiang sandaran dan kerusakan yang disebabkan oleh balok kayu yang mengapung dan menerjang pilar
Kerusakan 205 yang ditimbulkan oleh penyebab apa saja dinilai berbahaya, karena menurunkan kapasitas struktur beton.
Gambar 58 - Pecah, Gompal, Spalling Pada Beton h) KERUSAKAN 206 – Lendutan
Lendutan dapat terjadi karena perubahan bentuk dari acuan atau bekisting pada saat pelaksanaan. Tetapi lendutan ini dapat terjadi juga pada saat operasional, yang disebabkan karena dimensi atau kapasitas gelagar atau struktur yang tidak memadai akibat beban yang ada, atau disebabkan karena adanya tumbukan sehingga menimbulkan lendutan pada struktur, atau karena fondasi mengalami settlement setempat.
Kerusakan lendutan ini dinilai berbahaya. Untuk keparahan harus diperiksa besaran lendutan yang terjadi.
68 MODUL 6-PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN
Gambar 59 - Lendutan Pada Gelagar 3. Kerusakan Pada Baja
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai jenis-jenis kerusakan yang dapat menyerang baja dan bagian-bagian dimana kerusakan tersebut dapat terjadi.
Baja banyak digunakan sebagai konstruksi jembatan karena kekuatannya dan tahan lama apabila dipelihara secara baik. Kebanyakan jembatan yang dibangun sejak pertengahan tahun 1970 terbuat dari konstruksi baja yang berupa rangka baja maupun gelagar baja dengan lantai beton. Sebelum masa itu, banyak jembatan baja yang dibangun biasanya tanpa sistem lapisan penutup yang cukup memadai.
Gambar 60 - Jenis-Jenis Kerusakan Pada Struktur Baja
Terdapat 5. (lima) permasalahan utama pada jembatan-jembatan baja yang memerlukan pemeriksaan yaitu:
Penurunan mutu dari cat dan galvanisasi
Karat
Kerusakan pada bagian-bagian baja
Ikatan/sambungan yang longgar
Keretakan
a) KERUSAKAN 301 - Penurunan Mutu dari Cat dan/atau Galvanis
Baja akan mengalami proses korosi dan menghasilkan karat apabila tidak dilindungi terhadap udara dan air. Struktur Jembatan Baja secara umum dilindungi dengan cat atau galvanis. Galvanis adalah suatu lapisan tipis seng yang dilekatkan pada permukaan baja melalui suatu proses yang khusus yaitu dengan proses hot dip galvanized. Umumnya logam yang digalvanis akan berwarna abu-abu atau warna perak karena galvanis merupakan zinc yang dilelehkan menjadi cairan dan dimana profil atau batang elemen jembatan dicelupkan pada suhu sekitar 900 derajat C..
Dengan galvanis logam akan dilindungi untuk jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan cat.
Lapisan pelindung permukaan dapat rusak akibat waktu / umur atau lecet akibat suatu gesekan. Kerusakan lapisan pelindung permukaan yang disebabkan oleh tumbukan kendaraan dapat juga terjadi dan perlu dilaporkan. Penurunan mutu sistem pelindung permukaan pada umumnya terjadi pada sisi yang tajam dari struktur baja dimana pelindung permukaannya pada umumnya tipis, dan khususnya untuk komponen yang dicat.
Penurunan mutu pada awalnya cepat terlihat dengan timbulnya gelembung pada permukaan. Ini menandakan bahwa karat mulai timbul dibawah lapisan pelindung. Juga harus dicari tanda karat yang kecil pada