PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
4I
TAHUN 2O2ITENTANG
PEI\TYELENGGARAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS
Menimbang
Mengingat
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
bahwa
untuk
melaksanakan ketentuan pasal 11SA ayat l2l Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang perubahanatas
Undang-UndangNomor 10 Tahun l99S
tentangKepabeanan, ketentuan Pasal 168 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 42 Tahun
2OO9tentang
PerubahanKetiga
atas Undang-UndangNomor 8 Tahun 1983 tentang
pajakPertambahan Nilai Barang dan Jasa dan pajak penjualan atas Barang Mewah, serta ketentuan Pasal 152
dan pasal lg5
huruf b Undang-Undang Nomor 1I
Tahun 2O2O tentang CiptaKerja, perlu
menetapkanPeraturan pemerintah
tentangPenyelenggaraan Kawasan Perdagangan Bebas dan pelabuhan Bebas;
1.
Pasal5
ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;2.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang KetentuanUmum dan Tata Cara
Perpajakan (l.embaran Negara Republik IndonesiaTahun
1983 Nomor49,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3262il sebagaimana telah beberapakali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2OO9 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor STahun
2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang- Undang Nomor6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara
PerpajakanMenjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2oog Nomoi62, Tambahan lembaran
NegaraRepublik
IndonesiaSALINAN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
3.
Undang-UndangNomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1983
Nomor50,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32631 sebagaimanatelah
beberapakali
diubahterakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun2008 tentang
Perubahan Keempatatas
Undang-UndangNomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor133, Tambahan Lembaran Negara Republik
IndonesiaNomor a893);
4.
Undang-UndangNomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran
NegaraRepubtik Indonesia Nomor 3264)
sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan
Undang-UndangNomor 42
Tah:un 2OO9tentang
PerubahanKetiga
atas Undang-UndangNomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun
2OO9Nomor 150, Tambahan l,embaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5O69);5. .Undang-Undang Nomor 1O Tahun 1995
tentangKepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1995
Nomor75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612)'sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2006
tentangPerubahan
atas
Undang-Undang Nomor 10Tahun
1995tentang Kepabeanan (Lembaran Negara
Republik IndonesiaTahun 2006
Nomor93,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 46611;6. Undang-Undang
Menetapkan
REPUBLIK INDONESTA
-3-
6.
Undang-UndangNomor 11 Tahun 1995 tentang
Cukai (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun
1995 Nomor76, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3613) sebagaimanatelah
diubah dengan Undang- Undang Nomor39 Tahun
2OO7tentang
Perubahan atas Undang-UndangNomor 11 Tahun 1995 tentang
Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor 1O5,Tambahan Lembaran
NegaraRepublik
Indonesia Nomor a755);7.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1Tahun 2000 tentang
Kawasan Perdagangan Bebas danPelabuhan Bebas menjadi
Undang-Undang (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun
2OOONomor
251, Tambahan Lembaran NegaraRepublik
Indonesia Nomor 4053) sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 44 Tahun
2OO7tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-UndangNomor 1
Tahun 2OO7 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 36Tahun 2000 tentang
PenetapanPeraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1Tahun
2000 tentangKawasan
PerdaganganBebas dan Pelabuhan
Bebasmenjadi Undang-Undang menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor130, Tambahan Lembaran
NegaraRepublik
Indonesia Nomor 4775);8.
Undang-UndangNomor 11 Tahun
2O2Otentang
Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun
2O2ONomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);MEMUTUSKAN
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS.
I
PRES
REPUBLIK INDONESIA
-4-
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah
ini
yang dimaksud dengan:Kawasan Perdagangan Bebas
dan
Pelabuhan Bebasyang selanjutnya disingkat KPBPB adalah
suatu kawasanyang
beradadalam wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebasdari
pengenaanbea
masuk,pajak pertambahan
nilai,
pajak penjualan atas barang mewah, dan cukai.Dewan Kawasan Perdagangan Bebas
dan
PelabuhanBebas yang selanjutnya disebut Dewan
Kawasanadalah dewan yang dibentuk untuk
menetapkankebijakan umum, membina, mengawasi,
danmengoordinasikan kegiatan Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas yang selanjutnya disebut
Badan Pengusahaanadalah badan yang dibentuk untuk melaksanakan pengelolaan, pengembangan,
dan pembangunan KPBPB.Pola
Pengelolaan KeuanganBadan Layanan
Umumyang selanjutnya disebut PPK-BLU adalah
polapengelolaan keuangan
yang
memberikan fleksibilitas berupa keleluasaanuntuk
menerapkanpraktik
bisnisyang sehat untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakatdalam rangka
memajukan kesejahteraanumum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa,sebagaimana
diatur dalam
Undang-UndangNomor
1Tahun
2OO4 tentang Perbendaharaan Negara, sebagai pengecualiandari
pengelolaan keuangan negara pada umumnya.Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik lndonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan
negara Republik Indonesia yangdibantu
olehWakil
Presiden 23
4
5
REPUBLIK INDONESIA
-5-
6. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah
sebagaiunsur penyelenggara pemerintahan daerah
yangmemimpin
pelaksanaanurusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.7.
Pelaku Usaha adalah orang perseoranganatau
badan usaha yang melakukan usahadan/atau
kegiatan pada bidang tertentu.8.
PerizinanBerusaha adalah legalitas yang
diberikan kepada Pelaku Usaha atau pengusahauntuk
memulai dan menjalankan usahadan/atau
kegiatannya.9.
Penduduk adalah warga negara Indonesiadan
orang asing yang beradadi
KPBPB.10. Barang Konsumsi adalah barang yang
digunakanuntuk
keperluan konsumsi Penduduk.11. Daerah
Pabeanadalah wilayah Republik
Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udaradi atasnya, serta tempat-tempat tertentu di
zor.aekonomi eksklusif dan landas kontinen yang
di dalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan.12.
Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhanlaut,
bandar udara, atau tempatlain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang
yang sepenuhnya beradadi
bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.13.
Kewajiban Pabeanadalah
semua kegiatandi
bidang kepabeananyang wajib dilakukan untuk
memenuhiketentuan dalam Undang-Undang Kepabeanan.
14. Kantor Pabean adalah kantor dalam
lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinyaKewajiban
Pabeansesuai dengan ketentuan
dalamUndang-Undang Kepabeanan dan/atau
kewajibancukai sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Cukai.
15.
Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuatoleh orang dalam rangka
melaksanakan Kewajiban Pabeandalam bentuk dan syarat yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Kepabeanan.16. Manifes Kedatangan Sarana Pengangkut
yangselanjutnya disebut
sebagaiIruaard
Manifest adalah daftar muatan barang niaga yang diangkut oleh sarana pengangkutmelalui laut, udara, dan darat
pada saat memasuki Kawasan Pabean.PRES
REPUBLIK INDONESIA
-6-
17. Manifes Keberangkatan Sarana Pengangkut
yangselanjutnya disebut Outward Manifest
adalah daftarmuatan barang niaga yang diangkut oleh
sarana pengangkutmelalui laut, udara, dan darat
pada saat meninggalkan Kawasan Pabean.18. Tempat Penimbunan Sementara yang
selanjutnyadisingkat
TPSadalah bangunan
danlatau
lapanganatau tempat lain yang disamakan dengan itu
di Kawasan Pabeanuntuk
menimbun barang, sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.19.
Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajakberdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai
pajakpertambahan nilai barang dan jasa dan
pajakpenjualan atas barang mewah.
20. Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai
pajakberdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai
pajakpertambahan nilai barang dan jasa dan
pajakpenjualan atas barang mewah.
21. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha
yangmelakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenaipajak
pertambahannilai
barangdan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah.
22. Pajak
PertambahanNilai yang selanjutnya
disingkatPPN adalah Pajak Pertambahan Nilai atau
PajakPertambahan
Nilai dan
Pajak Penjualanatas
Barang Mewah.23.
Pajak Penghasilan Pasal22
yang selanjutnya disebutPPh Pasal 22 adalah bentuk pemotongan
ataupemungutan pajak yang dilakukan satu
pihakterhadap
wajib pajak dan berkaitan
dengan kegiatan perdagangan barang.24. Endorsement adalah pernyataan mengetahui
daripejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak
atas pemasukan Barang Kena Pajak dari tempatlain
dalamDaerah
Pabeanke
KPBPB,berdasarkan
penelitian formal atas dokumen yangterkait
dengan pemasukan Barang Kena Pajak tersebut.PRES lDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7
-25. Barang Kena Cukai adalah barang tertentu
yangmempunyai sifat atau
karakteristik
konsumsinya perludikendalikan, peredarannya perlu
diawasi,pemakaiannya
dapat menimbulkan dampak
negatifbagi masyarakat atau lingkungan hidup,
atau pemakaiannyaperlu
pembebananpungutan
negarademi keadilan dan keseimbangan,
berdasarkan Undang-Undang Cukai.26. Praktik Bisnis Yang Sehat adalah
penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah manajemen yangbaik
dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan.27.
Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disingkatKEK adalah kawasan dengan batas tertentu
dalamwilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesiayang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.28. Tempat Penimbunan Berikat adalah
bangunan,tempat, atau
kawasanyang memenuhi
persyaratantertentu yang digunakan untuk menimbun
barangdengan tujuan tertentu dengan
mendapatkan penangguhan bea masuk.29. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnyadisebut
Pegawai ASN adalah pegawai negerisipil
danpegawai pemerintah dengan perjanjian kerja
yangdiangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negaralainnya
dandigaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan.30.
Pegawai NegeriSipil yang
selanjutnyadisingkat
PNSadalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaianuntuk
menduduki jabatan pemerintahan.31.
Aset adalah seluruh barangmilik
negara yang dikelola oleh Badan Pengusahaan.32. Pelabuhan
PRES
REPUBLIK INDONESIA
-8-
32. Pelabuhan Laut adalah tempat yang terdiri
atasdaratan dan/atau perairan dengan
batas-batastertentu
sebagaitempat kegiatan
pemerintahan dankegiatan
pengusahaanyang dipergunakan
sebagaitempat kapal bersandar, naik turun
penumpang,dan/atau
bongkarmuat
barang, berupaterminal
dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatandan
keamanan pelayarandan
kegiatanpenunjang pelabuhan, serta sebagai
tempatperpindahan
intra
dan antarmoda transportasi.33. Bandar Udara adalah
kawasandi daratan dan/atau
perairan dengan batas-batastertentu
yang digunakan sebagaitempat
pesawatudara mendarat dan
lepas landas,naik turun
penumpang, bongkar muat barang,dan tempat perpindahan intra dan
antarmodatransportasi, yang dilengkapi dengan
fasilitaskeselamatan dan keamanan penerbangan,
serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.34.
Pelabuhan adalah Pelabuhan Laut dan Bandar Udara.35.
Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitandengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk
menunjang kelancaran, keamanan, dan
ketertibanarus lalu lintas kapal,
penumpangdan/atau
barang,keselamatan dan keamanan berlayar,
tempatperpindahan intra dan/atau antarmoda,
sertamendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.
36. Badan
Usaha Pelabuhanyang selanjutnya
disingkatBUP adalah badan usaha yang kegiatan
usahanyakhusus di
bidang pengusahaanterminal dan
fasilitas pelabuhan lainnyadi
KPBPB.37. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu
yangberkaitan dengan penyelenggaraan Bandar Udara dan
kegiatan lainnya dalam melaksanakan
fungsi keselamatan, keamanan, kelancaran,dan
ketertibanarus lalu lintas
pesawatudara, penumpang,
kargodan/atau
poS,tempat perpindahan intra dan/atau
antarmoda, serta meningkatkan
pertumbuhanPRES lDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9
-38.
Badan Usaha Bandar Udarayang selanjutnya disingkatBUBU adalah salah satu unit kerja
BadanPengusahaan yang melaksanakan
kegiatan pengusahaan di Kawasan Bandar Udara Hang Nadim.39.
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submissionyang selanjutnya
disingkat OSS adalah Perizinan Berusaha yangditerbitkan
oleh Lembaga OSSuntuk
dan atas nama menteri, pimpinanlembaga, gubernur, atau bupati/wali kota
kepadapengusaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini
mengaturmengenai:
a.
kelembagaan;b.
pelayanan perizinan;c.
pengembangan dan pemanfaatan Aset;d.
fasilitas dan kemudahan;e.
pengembangandan pengelolaan kawasan
Batam, Bintan, dan Karimun; danf.
sanksi.BAB II KELEMBAGAAN
Bagian Kesatu Umum
Pasal 3
Kelembagaan KPBPB
terdiri
atas:a.
Dewan Kawasan; danb.
Badan Pengusahaan.Bagian Kedua
PRES
REPUALIK INDONESIA
-10-
Bagian Kedua Dewan Kawasan
Pasal 4
(1)
Dewan Kawasan dibentukuntuk
1 (satu) KPBPB atau lebihdari
1 (satu) KPBPB.(21 Dewan Kawasan diketuai oleh menteri
yangmengoordinasikan
urusan pemerintahan di
bidangperekonomian dan
beranggotakanmenteri,
kepala lembaga, gubernur,bupati/wali kota,
danf atau ketua dewan perwakilan ralryat daerah yang terkait.Pasal 5
(1) Dewan
Kawasanmempunyai tugas dan
wewenangmenetapkan kebijakan
umum,
membina, mengawasi, dan mengoordinasikan kegiatan Badan Pengusahaan.(21
Kebijakan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dalam rangka memberikan arahan,
pembinaan,pengawasan,
dan koordinasi
pelaksanaan kegiatan Badan Pengusahaan.Pasal 6
Keanggotaan
Dewan Kawasan
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 ayat (2\ ditetapkan dengan
KeputusanPresiden berdasarkan usulan dari menteri
yangmengoordinasikan urusan pemerintahan di
bidangperekonomian.
Pasal 7
(1) Untuk
membantu pelaksanaan tugas Dewan Kawasan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1),dibentuk
Sekretariat Dewan Kawasan.(21 Sekretariat
Dewan Kawasan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dipimpin oleh Sekretaris
DewanKawasan.
PRES
REPUBLIK INDONESIA
- 11-
(3) Sekretariat Dewan
Kawasandan Sekretaris
Dewan Kawasan ditetapkan oleh Ketua Dewan Kawasan.(4) Ketentuan
mengenaitugas, fungsi, dan tata
kerjaSekretariat
Dewan Kawasan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan
DewanKawasan.
(5) Dalam rangka membantu pelaksanaan
tugasSekretariat
Dewan Kawasan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dapat dibentuk tim teknis
yangditetapkan oleh Ketua Dewan Kawasan.
Bagian Ketiga Badan Pengusahaan
Paragraf 1 Umum Pasal 8
(1) Dewan Kawasan membentuk Badan
Pengusahaanuntuk
1 (satu) KPBPB atau lebihdari
1 (satu) KPBPB.(21
Badan Pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Dewan Kawasan.(3)
Badan Pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan wewenang:a.
melaksanakan pengelolaan, pengembangan, danpembangunan KPBPB sesuai dengan
fungsiKPBPB;
b. membuat ketentuan yang diperlukan
dalampengelolaan, pengembangan,
dan
pembangunan KPBPB; danc. menetapkan
pengelolaankeuangan,
pengadaan, perlengkapan,dan
sumber daya manusia beserta sistem remunerasinya yang sesuai dengan sistem merit dan prinsip tata kelola yang baik.Pasal 9
REPUBLIK INDONESIA
-t2-
Pasal 9
(1) Dalam rangka pengelolaan, pengembangan,
dan pembangunan KPBPB sebagaimanadimaksud
dalamPasal 8 ayat (3) huruf a, Badan
Pengusahaan mengembangkankegiatan di bidang ekonomi
padasektor pertanian, Perdagangan,
maritim,perindustrian, transportasi, perbankan,
pariwisata,logistik,
pengembangan teknologi, kesehatan, sumberdaya air, limbah dan lingkungan, farmasi,
kelautandan perikanan, kehutanan,
energidan
sumber dayamineral, pekerjaan umum dan perumahan
rakyat,kebudayaan, telekomunikasi, dan bidang lainnya.
(2)
Bidanglainnya
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)ditetapkan oleh Dewan Kawasan.
(3)
Pengembangan kegiatandi
bidang ekonomidi
dalam KPBPBdilakukan
sesuai dengan Rencana Tata RuangKawasan Strategis Nasional Batam, Bintan,
danKarimun, Rencana Tata Ruang Wilayah
ProvinsiKepulauan Riau, Rencana Tata Ruang
WilayahKabupatenf Kota, dan rencana detail tata rutang.
(41 Dalam hal rencana detail tata ruang
sebagaimanadimaksud pada ayat (3) belum
ditetapkan, pengembangankegiatan ekonomi di dalam
KPBPBdilakukan sesuai dengan Rencana Tata
RuangKawasan Strategis Nasional Batam, Bintan,
danKarimun, Rencana Tata Ruang Wilayah
ProvinsiKepulauan Riau, dan/atau Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten I Kota.(5)
Terhadapkegiatan di bidang ekonomi
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) yang berkaitan
dengan pembangunaninfrastruktur publik dan
kepentinganumum, dilaksanakan berdasarkan
perencanaanbersama antara Badan Pengusahaan
denganPemerintah Daerah.
(6) Infrastruktur publik dan kepentingan
umum sebagaimanadimaksud pada ayat (5)
merupakaninfrastruktur untuk
pelayananpublik yang
menjadikewenangan
Pemerintah Daerah untuk
menunjangPRES
REPUBLIK INDONESIA
-13-
(71
Perencanaan bersama sebagaimanadimaksud
pada ayat (5) dikoordinasikan oleh Dewan Kawasan.(8) Infrastruktur publik
sebagaimana dimaksud pada ayat(5) dapat dilakukan kerja sama
pemanfaataninfrastruktur dimaksud antara Pemerintah
Daerah dengan KPBPB.Pasal 10
(1)
Badan Pengusahaanterdiri
atas:a.
kepala;b.
anggota; danc.
pegawai.l2l
Kepala dan anggota Badan Pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan ditetapkan oleh Dewan Kawasan.(3) Kepala, anggota, dan pegawai pada
BadanPengusahaan mengikuti ketentuan
peraturanperundang-undangan mengenai badan
layanan umum.Pasal 1 1
(1) Susunan organisasi dan tata kerja
BadanPengusahaan
ditetapkan dengan Peraturan
DewanKawasan.
(21 Susunan organisasi dan tata kerja
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1) ditetapkan setelah mendapatpersetujuan tertulis dari menteri
yangmenyelenggarakan
urusan pemerintahan di
bidangpendayagunaan aparatur negara dan
reformasibirokrasi.
Pasal 12
Badan Pengusahaan menyampaikan laporan kepada Dewan Kawasan secara berkala paling
kurang
1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu diperlukan.REPUBLIK INDONESIA
-t4-
Paragraf 2
Pengelolaan Keuangan
Pasal 13
(1)
Kekayaan Badan Pengusahaan merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan.(2)
AnggaranBadan
Pengusahaanbersifat dinamis
dan fleksibel yang menerapkan Praktik Bisnis Yang Sehat.(3) Badan Pengusahaan menyelenggarakan
kegiatan penyelenggaraanlayanan umum didasarkan
padaPraktik Bisnis Yang Sehat tanpa
mengutamakan pencarian keuntungan.Pasal 14
(1) Untuk
mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang,Badan
Pengusahaandiberikan fleksibilitas
dalampengelolaan keuangan berdasarkan
prinsip
ekonomi dan penerapan Praktik Bisnis Yang Sehat.(2) Fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangansebagaimana
dimaksud pada ayat
(1)paling
sedikitmeliputi penganggaran dan
pengelolaan perbendaharaan.(3)
Pengelolaan perbendaharaan sebagaimana dimaksudpada
ayat (21meliputi
pengelolaan uang, pengelolaan utang, dan pengelolaan Aset.(4) Ketentuan
mengenai pengelolaanAset
sebagaimanadimaksud pada ayat (3) diatur dengan
Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara.Pasal
15.
. .PRES
REPUBLIK INDONESIA
- 15-
Pasal 15Pola
pengelolaankeuangan pada Badan
Pengusahaanmerupakan pola
pengelolaankeuangan yang
mengikutiketentuan
PPK-BLU sebagaimanadiatur
dalam Peraturan Pemerintahyang mengatur
mengenai PPK-BLU, kecualidiatur
lain dalam Peraturan Pemerintah ini.Pasal 16
(1) Kepala Badan
Pengusahaanberkedudukan
sebagaipengguna anggaran/barang pada
BadanPengusahaan.
(2) Kepala Badan Pengusahaan selaku
penggunaanggaran
lbarang dapat menunjuk kuasa
penggunaanggaran lbarang.
Pasal 17
(1) Badan
Pengusahaan mengusahakansendiri
sumber pendapatanuntuk
mendanai belanjanya.(21 Sumber pendapatan Badan
Pengusahaan diperoleh dari:a.
jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat;b.
hasil kerja sama dengan pihak lain;c. hibah yang diperoleh sesuai
peraturanperundang-undangan;
d. pendapatan yang diperoleh dari uang
wajibtahunan
atashak
pengelolaan yangdimilikinya;
dan/atau
e.
hasil usaha lainnya.(3)
Pendapatan sebagaimanadimaksud pada ayat
(21dilaporkan kepada menteri yang
menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang keuangan
negarasebagai penerimaan negara bukan pajak.
(4)
Pendapatan...
REPUBLIK INDONESIA
- 16-
(41 Pendapatan
sebagaimanadimaksud pada ayat
(21dapat
digunakan langsunguntuk
membiayai belanja Badan Pengusahaan.(5) Selain sumber pendapatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (21, Badan Pengusahaan dapat memperoleh pendapatan dari:a. anggaran pendapatan dan belanja
negara;dan/atau
b.
anggaran pendapatan dan belanja daerah.Paragraf 3 Pegawai Pasal 18
(1) Pegawai Badan
Pengusahaandapat berasal
dariPegawai ASN, Pegawai non-ASN, dan
tenagaprofesional.
(2)
PegawaiASN
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)terdiri dari PNS dan pegawai pemerintah
denganperjanjian kerja sesuai ketentuan
peraturanperundang-undangan.
(3)
Tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan
pegawai pemerintah denganperjanjian
kerja sebagaimanadimaksud pada ayat
(21diangkat
olehKepala Badan Pengusahaan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.(4)
Pegawai Badan Pengusahaan yang menduduki jabatantertentu dan telah mencapai batas usia
pensiun,sesuai dengan kebutuhan dapat diperpanjang sebagai pegawai
Badan
Pengusahaanpaling tinggi
sampaidengan usia 6O (enam puluh) tahun.
Paragraf 4
PRES
REPUBLIK INDONESIA
-t7-
Paragraf 4 Remunerasi
Pasal 19
Kepala, anggota, dan pegawai Badan
Pengusahaandiberikan
remunerasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.BAB III
PELAYANAN PERIZINAN Pasal 20
(1)
Badan Pengusahaan berwenang:a. menerbitkan seluruh Perizinan Berusaha
bagipara pengusaha yang mendirikan
danmenjalankan usaha di KPBPB dalam
rangka mengembangkankegiatan di bidang
ekonomi sebagaimanadimaksud dalam
Pasal9 ayat
(1);dan
b.
menetapkanjenis
danjumlah
Barang Konsumsi serta menerbitkan perizinan pemasukannya.(21
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup Perizinan Berusaha pada sektor:a.
kelautan dan perikanan;b.
pertanian;c.
kehutanan;d.
energi dan sumber daya mineral;e.
perindustrian;f.
perdagangan;g.
pekerjaan umum dan perumahan ralryat;h.
transportasi;i.
kesehatan;j.
kebudayaan;k. pariwisata.
.REPUBLIK INDONESIA
- 18-
k.
pariwisata;l.
telekomunikasi;m.
logistik;n.
sumber daya air; dano.
limbah dan lingkungan.(3)
Jenis Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud padaayat
(1)tercantum pada Lampiran yang
merupakan bagiantidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini.(4) Pelaksanaan Perizinan Berusaha
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
denganketentuan peraturan perundang-undangan
yangmengatur mengenai perizinan berusaha
berbasis risiko.(5) Badan Pengusahaan berwenang
menerbitkanperizinan lainnya yang diperlukan para
pengusahayang mendirikan dan
menjalankanusaha di
KPBPBsesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Pelaksanaan Perizinan Berusaha
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan perizinan
lainnyasebagaimana
dimaksud pada ayat (5)
dilaksanakan oleh Badan Pengusahaan melalui OSS sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan
yangmengatur mengenai sistem pelayanan
perizinanberusaha secara elektronik.
(71 Dewan Kawasan dapat mengubah dan/atau menambahkan jenis Perizinan Berusaha
dalamLampiran Peraturan Pemerintah ini
berdasarkanpersetujuan Presiden dan ditetapkan
denganPeraturan Dewan Kawasan.
BAB IV
REPUBLIK INDONESIA
-19-
BAB IV
PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN ASET Pasal 21
(1) Badan
Pengusahaandapat melakukan kerja
samapemanfaatan Aset.
(2) Dalam rangka pemanfaatan Aset
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1),Badan
Pengusahaan dapat melakukan kerja sama dengan badan usaha.(3) Badan usaha
sebagaimanadimaksud pada ayat
(2)meliputi:
a.
badan usahamilik
negara;b.
badan usahamilik
daerah;c.
koperasi;d. badan usaha
swastayang berbentuk
perseroan terbatas; dane.
badanhukum
asing.(41 Bentuk
dantata
cara pemanfaatan Aset sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Kepala Badan Pengusahaan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan aset.Bagian Kesatu
Bandar Udara Hang Nadim Pasal 22
(1) Badan Pengusahaan menyelenggarakan
kegiatan pengusahaandi
Bandar Udara Hang Nadim Batam.(2)
Badan...
PRES
REPUBLIK INDONESIA
-20-
(2) Badan Pengusahaan membentuk BUBU untuk melakukan kegiatan
pengusahaandi Bandar
Udara Hang Nadim Batam.(3) BUBU sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)melakukan kegiatan
pengusahaandi Bandar
UdaraHang Nadim Batam sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.(4)
Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pengusahaandi Bandar Udara Hang Nadim Batam
sebagaimanadimaksud pada ayat
(3), BUBUdapat bekerja
sama dengan:a.
badan usahamilik
negara;b.
badan usahamilik
daerah;c.
koperasi;d. badan usaha
swastayang berbentuk
perseroan terbatas; dane.
badanhukum
asing.Pasal 23
(1)
Penyelenggaraan kegiatan pengusahaan Bandar Udara Hang Nadim Batam dikenakan tarif.(21
Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri
atas:a.
tarif jasa Kebandarudaraan; danb.
tarif jasaterkait
Bandar Udara.(3) Tarif jasa
Kebandarudaraan sebagaimana dimaksudpada
ayat (2)huruf a ditetapkan
oleh BUBU setelahdikonsultasikan
dengan KepalaBadan
Pengusahaan dengan berpedoman padajenis, struktur,
golongan,dan mekanisme penetapan tarif jasa Kebandarudaraan yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang transportasi.(4)
Tarif
REPUBLIK INDONESIA
-21
-(4) Tarif jasa terkait Bandar Udara
Hang Nadim Batamsebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b ditetapkan oleh Kepala Badan Pengusahaan.(5) Dalam hal
penyelenggaraanlayanan Bandar
Udara yang dikerjasamakan belummemiliki
tarif jasaterkait
Bandar Udara, besarantarif
tersebut ditetapkan oleh Kepala Badan Pengusahaan.(6)
Tarif jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan (5)ditetapkan
dengan mempertimbangkan pengaruhnya terhadap daya saing investasi.Bagian Kedua Pelabuhan Laut
Pasal24
(1) Badan
Pengusahaan menyelenggarakan pengaturan,pengendalian, dan pengawasan
kegiatan Kepelabuhanan, kecuali penyelenggaraan keselamatan dan keamanan pelayaran serta kerja sama Pemerintah Pusat dengan lembaga/organisasi internasional yang diselenggarakan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang transportasi.(21 Badan Pengusahaan menyelenggarakan
kegiatan pengusahaan Pelabuhan Laut di KPBPB.(3) Badan
Pengusahaandalam
pengusahaan Pelabuhan Laut sebagaimana dimaksud pada ayat {2) membentuk BUP.(41
BUP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melakukan kegiatan pengusahaan Kepelabuhanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(5)
Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pengusahaan Kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), BUP dapat bekerja sama dengan:a.
badan usahamilik
negara;b. badan
PRES
FIEPUBLIK INDONESIA
-22-
b.
badan usahamilik
daerah;c.
koperasi;d. badan usaha
swastayang berbentuk
perseroan terbatas; dane.
badanhukum
asing.Pasal 25
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengaturan
kegiatan Kepelabuhanan sebagaimanadimaksud dalam
Pasal24
ayat (1), Badan Pengusahaan mengenakan tarif.(21
Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri
atas:a.
tarif jasa Kepelabuhanan; danb.
tarif jasaterkait
Kepelabuhanan.(3) Tarif jasa Kepelabuhanan
sebagaimana dimaksudpada ayat
(21huruf a ditetapkan oleh BUP
setelahdikonsultasikan
dengan KepalaBadan
Pengusahaan dengan berpedoman padajenis, struktur,
golongan,dan
mekanisme penetapantarif jasa
Kepelabuhanan yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakanurusan
pemerintahan di bidang transportasi.(4) Tarif jasa terkait Kepelabuhanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf b
ditetapkan oleh BUPsetelah mendapat persetujuan Kepala
BadanPengusahaan.
(5) Tarif jasa
sebagaimanadimaksud pada ayat
(2)ditetapkan
dengan mempertimbangkan pengaruthnya terhadap daya saing investasi.Bagian Ketiga
REPUBLIK INDONESIA
-23-
Bagian Ketiga
Air,
Limbah, dan Aset LainnyaPasal 26
(1) Badan Pengusahaan melakukan
pengelolaan, pemeliharaan, dan pengusahaan sistem penyediaanair minum,
termasuk daerah tangkapanair, waduk,
dan bendungan di KPBPB.(21 Dalam rangka pengelolaan, pemeliharaan,
danpengusahaan sistem penyediaan air
minumsebagaimana dimaksud pada ayat (1),
BadanPengusahaan dapat membentuk badan usaha sistem penyediaan
air
minum.(3) Badan Pengusahaan melakukan
pengelolaan, pemeliharaan,dan
pengusahaansistem air
limbah, dan limbah bahan berbahaya dan beracun.(4) Badan Pengusahaan melakukan
pengelolaan, pemeliharaarl,dan
pengusahaanAset lainnya
yangtidak termasuk sebagai aset Bandar Udara,
asetPelabuhan Laut, aset
pengelolaanair minum,
dan pengelolaanair limbah,
dan limbah bahan berbahaya dan beracun.(5) Dalam rangka pengelolaan, pemeliharaan,
dan pengusahaan air limbah, dan limbah bahan berbahayadan beracun
sebagaimanadimaksud pada ayat
(3), serta Asetlainnya
sebagaimanadimaksud
pada ayat (4).,Badan
Pengusahaandapat membentuk
badanusaha.
(6) Dalam rangka pengelolaan, pemeliharaan,
danpengusahaan sistem penyediaan air
minumsebagaimana dimaksud pada ayat (1),
air
limbah, danlimbah bahan
berbahayadan beracun
sebagaimanadimaksud pada ayat (3), serta Aset
lainnyasebagaimana dimaksud pada ayat (4),
BadanPengusahaan dapat bekerja sama dengan:
a. badan
BAB V
FASILITAS DAN KEMUDAHAN
DI KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS Bagian Kesatu
Umum
REPUBLIK INDONESIA
-24-
a.
badan usahamilik
negara;b.
badan usahamilik
daerah;c.
koperasi;d. badan usaha
swastayang berbentuk
perseroan terbatas; dane.
badanhukum
asing.Pasal27
(1)
Pengusaha yang melakukan kegiatan usahadi
KPBPB diberikan fasilitas dan kemudahan berupa:a.
pemasukan dan pengeluaran barang;b.
perpajakan;c.
kepabeanan;d.
cukai;e.
keimigrasian;f.
larangan dan pembatasan; dang.
fasilitas dan kemudahan lainnya.(21 Fasilitas dan kemudahan lainnya
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf g ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Bagian Kedua
REPUBLIK TNDONESIA
-25-
Bagian Kedua
Pemasukan dan Pengeluaran Barang
Pasal 28
(1)
Pemasukandan pengeluaran barang ke dan
dari KPBPB wajib dilakukandi
Pelabuhan yangditunjuk.
(2)
Pelabuhan yangditunjuk
sebagaimana dimaksud padaayat (1) merupakan Pelabuhan yang
telahmendapatkan izin dari menteri
yangmenyelenggarakan
urusan pemerintahan di
bidangtransportasi dan telah mendapatkan
penetapansebagai Kawasan Pabean.
(3) Untuk kepentingan pengawasan dan
pelayanan,menteri yan g menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang keuangan negara menetapkan
KantorPabean, Kawasan Pabean, dan pos
pengawasanpabean.
(4)
Penetapansuatu
kawasan sebagai Kawasan Pabean sebagaimanadimaksud pada ayat (3)
dilaksanakansesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
di
bidang Kawasan Pabean.Pasal 29
Pemasukan
dan
pengeluaran barangke dan dari
KPBPB beradadi
bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.Pasal 30
Badan Pengusahaan berkewajiban
untuk
menyediakan dan mengembangkan Pelabuhanyang ditunjuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (21.Pasal 31
PRES lDEN
REPUBLIK ]NDONESIA
-26-
Pasal 31
(1)
Pemasukandan pengeluaran barang ke dan
dari KPBPB hanya dapatdilakukan
oleh pengusaha yangtelah mendapat Perizinan Berusaha dari
BadanPengusahaan.
(21 Perizinan Berusaha dari Badan
Pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:a.
pemasukan Barang Konsumsiuntuk
kebutuhan Penduduk; ataub.
pemasukan danf atau pengeluaran barang, selain Barang Konsumsiuntuk
kebutuhan Penduduk.(3) Pengusaha
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)hanya dapat memasukkan barang ke KPBPB dari
luar Daerah
Pabeansesuai dengan Perizinan
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2ll, dan barang yangdimasukkan ke
KPBPBhanya yang
berhubungan dengan kegiatan usahanya.(4)
Badan Pengusahaan melakukan pengawasan terhadap kesesuaianjumlah
danjenis
Barang Konsumsi yangtelah dimasukkan oleh pengusaha sesuai
dengan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf
a.(5) Dikecualikan dari ketentuan
sebagaimana dimaksud padaayat
(1) terhadap pemasukandan
pengeluaran barang ke dandari
KPBPB atas:a. barang perwakilan negara asing beserta
parapejabatnya yang bertugas di
Indonesiaberdasarkan asas timbal balik;
b. barang untuk keperluan badan
internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia;c. barang kiriman hadiah/hibah untuk
keperluan ibadahuntuk umum, amal,
sosial, kebudayaan,atau untuk kepentingan
penanggulangan bencana alam;PRES
REPUBLIK INDONESIA
-27
-d. barang untuk keperluan penelitian
danpengembangan
ilmu
pengetahuan;e.
persenjataan,amunisi, dan
perlengkapanmiliter
dan kepolisian, termasuk suku cadang
yangdiperuntukkan bagi keperluan pertahanan
dan keamanan negara;f.
barang contoh yang tidakuntuk
diperdagangkan;g. peti atau
kemasanlain
yangberisi
jenazah atau abu jenazah;h.
barang pindahan;i. barang pribadi penumpang, awak
saranapengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman;
j. obat-obatan yang dimasukkan
denganmenggunakan anggaran pemerintah
yangdiperuntukkan
bagi kepentingan masyarakat;k. bahan terapi manusia,
pengelompokan darah, dan bahan penjenisan jaringan;1. peralatan dan bahan yang digunakan untuk
mencegah pencemaran lingkungan;
m.
barangoleh
Pemerintah Pusatatau
PemerintahDaerah yang ditujukan untuk
kepentingan umum;n. barang untuk keperluan olahraga
yangdimasukkan oleh induk organisasi
olahraga nasional;o. barang untuk keperluan museum,
kebunbinatang, dan tempat lain
semacamitu
yangterbuka untuk umum serta barang untuk
konservasi alam;p. buku ilmu
pengetahuan; danq.
baranguntuk
keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya.(6)
Ketentuan...
REPUBLIK INDONESIA
-28-
(6)
Ketentuan mengenaiPerizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayatl2l
dan pelaksanaan pengawasan sebagaimanadimaksud pada ayat
(41diatur
lebihlanjut
dengan Peraturan Badan Pengusahaan.Pasal 32
(1) Pemasukan Barang Konsumsi untuk
kebutuhanPenduduk dari luar Daerah Pabean ke
KPBPB, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:a. pemasukan hanya dapat dilakukan
olehpengusaha
yang telah mendapatkan
Perizinan Berusahadari
Badan Pengusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2)huruf
a; danb. jumlah dan jenis Barang Konsumsi
yangdimasukkan ke KPBPB sesuai dengan
jumlah
dan jenis yang ditetapkan oleh Badan Pengusahaan.(21
Penetapanjumlah
danjenis
Barang Konsumsiuntuk kebutuhan
Pendudukdari luar
Daerah Pabean oleh Badan Pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b, dilakukan
sesuai dengan pertimbangan dari Dewan Kawasan.(3)
Penetapanjumlah
danjenis
sebagaimana dimaksudpada ayat
(21dilaksanakan
secaraotomasi
denganmemperhatikan penerapan asas transparansi
dan Praktik Bisnis Yang Sehat.(4) Formulasi penetapan jumlah dan jenis
Barang Konsumsi oleh Badan Pengusahaandilakukan
dengan memperhitungkan antara lain :a. jumlah
dan jenis kebutuhan;b. jumlah Penduduk berdomisili KPBPB
dan Penduduk non-domisili KPBPB;c.
luas wilayah KPBPB;d. realisasi
PRES
REPUBLIK INDONESIA
-29-
d. realisasi pemasukan barang ke
KPBPBberdasarkan
penetapanjumlah dan jenis
oleh Badan Pengusahaan; dane. tingkat
kepatuhan pengusaha.(5)
Pengawasan atas peredaran Barang Konsumsiuntuk kebutuhan Penduduk dari luar Daerah
Pabean ke KPBPB sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
danpengadministrasiannya dilakukan oleh
BadanPengusahaan.
(6)
Hasil pengawasan peredaran Barang Konsumsiuntuk kebutuhan Penduduk dari luar Daerah
Pabean keKPBPB dan pengadministrasian
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), menjadi pertimbangan Badan Pengusahaan dalam menghitung formulasi penetapanjumlah
danjenis
Barang Konsumsidari luar
Daerah Pabean yang dimasukkan ke KPBPBuntuk
kebutuhan Penduduk.(7) Tata cara penetapan jumlah dan jenis
BarangKonsumsi oleh Badan
Pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b,
formulasi penetapanjumlah dan jenis Barang Konsumsi
sebagaimanadimaksud pada ayat (4), dan pengawasan
atas peredarandan
pengadministrasian Barang Konsumsiuntuk kebutuhan
Penduduk sebagaimana dimaksud padaayat
(5)diatur
dengan Peraturan Kepala Badan Pengusahaan.Pasal 33
(1)
Barang Konsumsi sebagaimana dimaksud pada Pasal32
ayat (1) memenuhikriteria
antara lain:a.
baranguntuk
keperluan pemenuhan kebutuhan konsumsi Penduduk;b. tidak ditujukan
sebagai bahanbaku atau
bahan penolongindustri;
danc.
dikonsumsi di dalam KPBPB.(21
TerhadapBarang Konsumsi
sebagaimana dimaksud padaayat
(1)tidak
dapatdikeluarkan ke
tempat lain dalam Daerah Pabean.REPUBLIK INDONESIA
-30-
(3) Dikecualikan dari ketentuan
sebagaimana dimaksudpada ayat (2) atas pengeluaran Barang
Konsumsiberupa barang kiriman, barang penumpang,
ataubarang awak sarana pengangkut dalam jumlah dan/atau nilai tertentu berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai.(4)
Terhadap barangkiriman, barang
penumpang, ataubarang awak sarana pengangkut
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberitahukan kepada pejabat bea dan cukai.(5) Untuk kepentingan
pengawasan,pejabat bea
dancukai berwenang melakukan pemeriksaan
atas pengeluaran Barang Konsumsi berupa barang kiriman,barang penumpang, atau barang awak
sarana pengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (3).(6)
Pengawasan sebagaimanadimaksud pada ayat
(5)dilakukan
berdasarkan:a.
penilaianrisiko; dan/atau
b. sistem analisis informasi penumpang,
awak sarana pengangkut atau barang kiriman.l7l
Terhadapbarang kiriman, barang
penumpang, atau barang awak sarana pengangkut yang:a.
tidak diberitahukan sebagaimana dimaksud pada ayat (41;b. diberitahukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4)namun jumlah dan/atau jenis tidak
sesuai;dan/atau
c. melebihi jumlah dan/atau nilai
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3),dilakukan penindakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai.Paragrafl...
PRES
REPUBLIK INDONESIA
-31
-Paragraf 1
Pengangkutan, Pembongkaran, Pemuatan, dan Penimbunan Barang
Pasal 34
(1)
Pengangkut yang sarana pengangkutnya akan datang dari:a. luar
Daerah Pabean;b.
KPBPB lainnya; atauc.
tempatlain
dalam Daerah Pabean,wajib memberitahukan rencana kedatangan
saranapengangkut ke setiap Kantor Pabean yang
akan disinggahi sebelum kedatangan sarana pengangkut.(2) Pengangkut
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)harus terhubung dengan
ekosistemlogistik
KPBPBsebagai bagian dari ekosistem logistik
nasional(National Logistic
Ecosystem/ NLE)yang
diwajibkan pemerintahuntuk
percepatan logistik nasional.(3) Pemberitahuan rencana kedatangan
saranapengangkut yang telah disampaikan ke Kantor Pabean
dan mendapatkan nomor pendaftaran,
merupakanpendahuluan lruaard Manifest yang diajukan
olehpengangkut.
(41
Pengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yangsarana pengangkutnya memasuki KPBPB,
wajibmencantumkan barang yang diangkutnya
dalam Inward Manifest.(5) Pengangkut yang sarana pengangkutnya
akan berangkat dari KPBPB menuju ke:a. luar
Daerah Pabean;b.
KPBPB lainnya; atauc.tempat...
PRES
REPUBLIK ]NDONESIA
-32-
c.
tempat lain dalam Daerah Pabean,wajib
menyerahkan pemberitahuan Outward Manifest atas barang yang diangkutnya paling lambat sebelum keberangkatan sarana pengangkut.(6) Kewajiban untuk menyerahkan
pemberitahuan rencana kedatangan sarana pengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (Ll, Iruaard Manifest sebagaimanadimaksud pada ayat (4)., dan Outuard
Manifestsebagaimana
dimaksud pada ayat
(5),juga
berlakuuntuk
angkutan penyeberangan di dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perLlndang-undangan di bidang pelayaran.(7) Tata cara penyerahan pemberitahuan
rencanakedatangan sarana pengangkut, ekosistem
logistik, Inutard Manifest, danAttward
Manifesf dilaksanakansesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai penyerahan
pemberitahuanrencana kedatangan sarana pengangkut,
Inutard Manifest, dan Outward Manifest.Pasal 35
(1) Barang yang diangkut oleh sarana
pengangkutsebagaimana dimaksud dalam Pasal
34
ayat (1) wajib dibongkar di:a.
Kawasan Pabean; ataub. tempat lain di luar Kawasan Pabean
setelahmendapat persetujuan Kepala Kantor
Pabeanberdasarkan rekomendasi Kepala
BadanPengusahaan.
(2)
Pemuatan barang yang akan dikeluarkandari
KPBPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal34
ayat (5), wajibdilakukan
di:a.
Kawasan Pabean; atauPRES
REPUBLIK INDONESIA
-33-
tempat lain di luar Kawasan Pabean
setelahmendapat persetujuan Kepala Kantor
Pabeanberdasarkan rekomendasi Kepala
BadanPengusahaan.
Pasal 36
(1)
Sementara menunggu pengeluarannyadari
KawasanPabean di KPBPB, barang asal luar KPBPB atau barang yang sepenuhnya diperoleh
di
KPBPB dapatditimbun
di TPS.(21 Dalam hal tertentu, barang asal luar
KPBPB atau barangyang
sepenuhnya diperolehdi
KPBPB dapatditimbun di tempat lain yang diperlakukan
sama dengan TPS.(3)
Barang yangtelah diberitahukan untuk
dikeluarkan dari KPBPB ke:a. luar
Daerah Pabean;b.
KPBPB lainnya;c.
Tempat Penimbunan Berikat;d.
KEK; ataue.
tempat lain dalam Daerah Pabean,sementara menunggu pemuatannya, dapat
ditimbun
di TPSatau
tempatlain di luar
Kawasan Pabean setelah mendapatkan izin Kepala Kantor Pabean.Pasal 37
(1) Barang yang telah dibongkar di Pelabuhan
yangditunjuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal28
ayat (1)dapat dikeluarkan dari
Kawasan Pabean setelah dipenuhinya Kewajiban Pabeannyauntuk:
a.
dimasukkan ke KPBPB;b.
diangkutlanjut;
c.
diangkut ke TPSdi
Kawasan Pabean lainnya;d.
dikeluarkan kembali keluar
Daerah Pabean; ataue.
dikeluarkan ke tempat lain dalam Daerah Pabean.b
REPUBLIK INDONESIA
-34-
(21 Barang yang telah dimuat
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 35 ayat (21 dapat dikeluarkan
dariKawasan Pabean di KPBPB, setelah
dipenuhinya Kewajiban Pabeannyauntuk dikeluarkan dari
KPBPB ke:a. luar
Daerah Pabean;b.
KPBPB lainnya;c.
Tempat Penimbunan Berikat;d.
KEK; ataue.
tempat lain dalam Daerah PabeanParagraf 2
Pemberitahuan Pabean
Pasal 38
(1)
Pemenuhan Kewajiban Pabeandilakukan di
Kantor Pabean dengan menggunakan Pemberitahuan Pabean.(21
Pemberitahuan Pabean sebagaimanadimaksud
padaayat (1) disampaikan dalam bentuk data
elektronik melalui sistem pertukaran data elektronik kepabeananyang terhubung dengan Indonesia National
Single Window (INSW).(3) Dalam hal telah ditetapkan kondisi
kahar,Pemberitahuan Pabean sebagaimana
dimaksud
padaayat (1) dapat disampaikan
secaratertulis di
atasformulir.
(41
Pemasukan barang dariluar
Daerah Pabean ke KPBPB dicatat sebagai impor.(5)
Pengeluaranbarang dari KPBPB ke luar
DaerahPabean dicatat sebagai ekspor.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-35-
Paragraf 3 Pemeriksaan Pabean
Pasal 39
(1)
Terhadap barang yang akan:a.
dimasukkan ke KPBPBdari luar
Daerah Pabean,KPBPB lainnya, Tempat Penimbunan
Berikat, atau KEK; ataub. dikeluarkan dari
KPBPB keluar
Daerah Pabean,KPBPB lainnya, Tempat Penimbunan
Berikat, KEK, atau tempatlain
dalam Daerah Pabean,dapat dilakukan penelitian dokumen
secara selektif berdasarkan manajemen risiko.(21
Terhadap pemasukan:a.
barang ke KPBPBdari
tempatlain
dalam Daerah Pabean; ataub. Barang Konsumsi untuk kebutuhan
Penduduk dariluar
Daerah Pabean,dikecualikan dari penelitian dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).(3)
Terhadap barang yang akan:a.
dimasukkan ke KPBPBdari luar
Daerah Pabean,KPBPB lainnya, Tempat Penimbunan
Berikat, KEK, atau tempat lain dalam Daerah Pabean; ataub. dikeluarkan dari
KPBPB keluar
Daerah Pabean,KPBPB lainnya, Tempat Penimbunan
Berikat, KEK, atau tempatlain
dalam Daerah Pabean,dapat dilakukan pemeriksaan fisik secara
selektifberdasarkan manajemen risiko atau nota
hasil intelijen.(4)
Tata...
PRES
REPUBLIK INDONESIA
-36-
(4)
Tata cara mengenai penelitian dokumen sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan pemeriksaan fisik
sebagaimanadimaksud pada ayat (3)
dilaksanakansesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kepabeanan.
Paragraf 4 Akses Kepabeanan
Pasal 40
(1)
Pengusaha yangtelah
mendapat Perizinan Berusahadari Badan Pengusahaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasa1 31 ayat (1), dan pengangkut sebagaimanadimaksud dalam
Pasal34
ayat (1)wajib
melakukanregistrasi kepabeanan untuk mendapatkan
akses kepabeanan.(21
Registrasi kepabeanan sebagaimanadimaksud
padaayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuanperaturan
perundang-undangan mengenai registrasi kepabeanan.Paragraf 5
Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai
Pasal 4 1
(1) Pengusaha Barang Kena Cukai di KPBPB
wajibmemiliki nomor pokok pengusaha Barang Kena Cukai.
(21
Tata cara penetapan nomor pokok pengusaha BarangKena Cukai
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai cukai.REPUBLIK INDONESIA
-37
-Paragraf 6 Pembukuan
Pasal 42
(1)
Pengusaha yangtelah
mendapat Perizinan Berusahadari Badan Pengusahaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal31 ayat
(1), pengusaha TPS, pengusahapengurusan jasa kepabeanan,
pengusahapengangkutan,
atau
pengusahadi
bidangcukai
wajib menyelenggarakan pembukuan.(2)
Pejabatbea dan cukai
berwenangmelakukan audit kepabeanan dan/atau audit cukai
terhadappengusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3)
Atas permintaan pejabat bea dancukai
dalam rangka menjalankanaudit
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pengusaha sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)wajib menyerahkan laporan keuangan,
buku,
catatan, dan dokumen yang menjadibukti
dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasukdata elektronik, serta surat yang berkaitan
dengankegiatan di bidang
kepabeananuntuk
kepentinganaudit
kepabeanandan/atau
kegiatandi
bidang cukaiuntuk
kepentingan audit cukai.(4) Tata cara
pelaksanaanaudit
kepabeanandan/atau audit cukai
sebagaimanadimaksud pada ayat
(2ll,dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan mengenai audit
kepabeanandan/atau audit
cukai.Paragraf7 .
PRES
REPUBLIK INDONESIA
-38-
Paragraf 7
Pemeriksaan Bersama Dalam Rangka Kepentingan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai
Pasal 43
(1) Untuk kepentingan kepabeanan, perpajakan,
dancukai, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
danDirektorat Jenderal Pajak dapat
melakukanpemeriksaan bersama atas pemasukan
dan pengeluaran barang ke dan dari KPBPB.(21
Pemeriksaan bersama sebagaimanadimaksud
pada ayat (1) dapat melibatkaninstansi teknis terkait
atau Badan Pengusahaan.Paragraf 8
Kerja Sama Dalam Rangka
Pelayanan dan Pengawasan antara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
dan/atau
Direktorat Jenderal Pajak dengan Badan PengusahaanPasal 44
(1)
Badan Pengusahaan melakukan pengawasan terhadap pengusaha di KPBPB.(2) Dalam melaksanakan pengawasan
terhadap pengusahadi
KPBPB sebagaimanadimaksud
padaayat (1), Badan
Pengusahaandapat
berkoordinasi denganDirektorat
Jenderal Beadan Cukai dan/atau
Direktorat Jenderal Pajak.Pasal 45