Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………..
iSAMBUTAN………...
iiiKOMITE ILMIAH ………...
vDAFTAR ISI ………...
viiKEYNOTE SPEAKER
SUSTAINABLE BUILDING MATERIALS ADALAH KEBUTUHAN……… KS-1 PERAN ENERGI TERBARUKAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI
INDONESIA……….. KS-11
BIDANG STRUKTUR DAN MATERIAL
PEMANFAATAN STEEL SLAG SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN PADA CAMPURAN BETON
NORMAL ………. SM-1
PERENCANAAN BETON MUTU TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN
SUPERPLASTICIZER SULPHONAT DAN PENAMBAHAN FLY ASH ……… SM-9 ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG SRPMK TERHADAP BEBAN GEMPA
STATIK DAN DINAMIK DENGAN PERATURAN SNI 1726 2012 ……….. SM-19 EVALUASI SIMPANGAN STRUKTUR AKIBAT PENAMBAHAN LANTAI DENGAN
METODE ANALISIS STATIK DAN DINAMIK RESPONSE SPECTRUM (STUDI KASUS :
PEMBANGUNAN GEDUNG DEKANAT FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA) ………... SM-27 PENGARUH PENGURANGAN PENAMPANG TERHADAP KERUSAKAN RANGKA
BAJA………. SM-35
STUDI PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MOMENT RESISTING FRAME
DAN ECCENTRICALLY BRACED FRAME PADA GEDUNG CDAST ……… SM-43 PENGARUH PENAMBAHAN SERAT DRAMIX DAN PERAWATAN TERHADAP KUAT
TEKAN, KUAT TARIK DAN BIAYA BETON ………. SM-49 PENINGKATAN KINERJA BETON HIGH VOLUME FLY ASH DENGAN VARIASI UKURAN
BUTIR MAKSIMUM AGREGAT KASAR ……… SM-55
KEKUATAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MENGGUNAKAN SERBUK BATU
BATA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN ………. SM-63 STUDI PEMASANGAN PANEL BETON PRACETAK CORRUGATED SEBAGAI BADAN
REL-KERETA API: KASUS JALUR PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG …………. SM-71 ANALISIS PEMBEBANAN SEISMIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG
DENGAN DAN TANPA INTERAKSI TANAH-STRUKTUR (KASUS GEDUNG 5 LANTAI
DENGAN PONDASI TIANG)………. SM-87
STUDI PERBANDINGAN PERILAKU SEISMIK STRUKTUR RANGKA BETON
BERTULANG DENGAN PEMODELAN PONDASI KAKU DAN FLEKSIBEL ……… SM-101
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana viii STUDI PERBANDINGAN PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN
KOLOM KOMPOSIT CONCRETE ENCASED DAN CONCRETE FILLED TUBE, SERTA NON
KOMPOSIT………... SM-113
EVALUASI POTENSI ABU TERBANG SISA PEMBAKARAN ASPALT MIXING PLAN (AMP) PT.HARAPAN JAYA BETON BALI SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN
PORTLAND ………. SM-125
STUDI PEMASANGAN PANEL BETON PRACETAK CORRUGATED SEBAGAI BADAN REL-KERETA API: KASUS JALUR PELABUHAN TANJUNG EMAS
SEMARANG…………...……….. SM-135
ANALISIS PERILAKU HUBUNGAN PELAT-KOLOM TEPI STRUKTUR PELAT DATAR
DENGAN CONCRETE DAMAGE PLASTICITY (CDP) DARI ABAQUS……….. SM-151 PENGARUH VARIASI CAMPURAN DAN FAKTOR AIR SEMEN TERHADAP KUAT
TEKAN BETON NON PASIR DENGAN AGREGAT GRANIT PULAU BANGKA ……….. SM-161 ANALISIS PERILAKU STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN
DENGAN PENAMBAHAN TINGKAT MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA……… SM-169 PERBANDINGAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BREISING KONSENTRIK (SRBK) TIPE
X-2 LANTAI DENGAN STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN BIASA (SRPMB)……….. SM-179
BIDANG GEOTEKNIK
ANALISIS KONSOLIDASI PDA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN METODE PREFABRICATED VERTICAL DRAIN (PVD) ……… GT-1 ANALISIS WAKTU PENURUNAN KONSOLIDASI PADA KASUS PERBAIKAN TANAH
MENGGUNAKAN STONE COLUMN……….……….. GT-11
ANALISIS PENGARUH PEMERAMAN TERHADAP TANAH LEMPUNG YANG
DICAMPUR DENGAN ASPAL EMULSI……….………... GT-25 PEMANFAATAN LIMBAH BATUBARA SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH
LEMPUNG LUNAK………... GT-41 PERBANDINGAN DAYA DUKUNG PONDASI AKIBAT PERBEDAAN METODE
KONSTRUKSI PONDASI DALAM... GT-55 KAJIAN EFEK PNGEMBANGAN TERHADAP KUAT GESER DAN PERUBAHAN VOLUME
TANAH LEMPUNG BOBONARO... GT-63 PENGARUH KONSOLIDASI TERHADAP DEFORMASI DAN FAKTOR KEAMANAN
DENGAN MODEL MATERIAL TANAH LUNAK... GT-75 DAYA LAYAN PILE SLAB BETON BERTULAN SEBAGAI STRUKTUR PERKERASAN
JALAN PADA TANAH LUNAK………...……….. GT-83
BIDANG MANAJEMEN PROYEK DAN REKAYASA KONSTRUKSI
KENDALA DALAM PENERAPAN METODE TERINTEGRASI PADA PROYEK
KONSTRUKSI……… MK-1
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana ix STUDI KECUKUPAN INFRASTRUKTUR PENUNJANG SOSIAL EKONOMI DAN
LINGKUNGAN DI BALI ……… MK-9
STANDAR GREEN BUILDING INDONESIA: STUDI KOMPARASI ……… MK-17 ANALISIS PENGARUH PENERAPAN TQM (TOTAL QUALITY MANAGEMENT) DAN
KOMPENSASI TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KONSTRUKSI (STUDI
KASUS: PROYEK KONSTRUKSI DI PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA) ………. MK-23 PERAN TEKNOLOGI INFORMASI (TI) TERHADAP TOTAL QUALITY MANAGEMENT
(TQM) DAN SUPPLY CHAINT MANAGEMENT (SCM) PADA INDUSTRI KONSTRUKSI
(STUDI KASUS PADA KONTRAKTOR DI DAERAH DKI JAKARTA) ………... MK-31 IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR COST OVERRUN DALAM MENINGKATKAN
KINERJA BIAYA KONSTRUKSI DI PERUSAHAAN ”X” ……… MK-39 IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR PENYEBAB REWORK PROYEK KONSTRUKSI
BANGUNAN GEDUNG APARTEMEN DI PERUSAHAAN X……… MK-47 IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR RISIKO PENTING PERUSAHAAN KONSTRUKSI ”X”
DALAM PROYEK KERJA SAMA OPERASI DENGAN PERUSAHAAN ASING DI
INDONESIA ………. MK-57
PENGARUH TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN REHABILITASI REKONSTRUKSI DALAM RANGKA PERBAIKAN RUMAH TINGGAL DI KOTA PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 (STUDI KASUS: KOTO TANGAH
DAN KURANJI) ……… MK-65
EVALUASI TEKNIS DAN SISTEM PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PELAYANAN
PUBLIK “GRAHA SEWAKA DHARMA” PEMERINTAH KOTA DENPASAR……… MK-77 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESUKSESAN PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN
BANGUNAN DI KOTA DENPASAR……… MK-89
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI REGULASI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DALAM
PENATAAN PEMBANGUNAN DI KOTA DENPASAR……… MK-95 ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KLAIM KONTRAK DAN PENYELESAIANNYA PADA
PROYEK KONSTRUKSI……… MK-105
PERSPEKTIF PEMILIK PROYEK TERHADAP PERMASALAHAN DALAM MANAJEMEN
KLAIM KONSTRUKSI……… MK-113
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) MENGGUNAKAN OHSAS PADA PROYEK PEMBANGUNAN FAVE HOTEL KARTIKA
PLAZA KUTA……….. MK-121
FAKTOR PENUNJANG MANAJEMEN MUTU TERPADU UNTUK MENINGKATKAN
KINERJA KONTRAKTOR KECIL DI KOTA DENPASAR……….. MK-129
BIDANG TRANSPORTASI
JALAN LAYANG SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PRASARANA TRANSPORTASI
RAMAH LINGKUNGAN……… TRANS-1
SKENARIO PENGEMBANGAN SISTEM ANGKUTAN UMUM DI KOTA PALANGKA
RAYA BERBASIS SISTEM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN………... TRANS-9
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana x POLA PERGERAKAN PEJALAN KAKI ANAK SEKOLAH PADA JALUR PEDESTRIAN……. TRANS-19 ANALISIS KARAKTERISTIK DAN BIAYA KECELAKAAN DI JALAN TOL TANGERANG –
MERAK (KM 31 – KM 72)……….. TRANS-29
EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM DI KOTA SALATIGA ……… TRANS-45 MODEL PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP NILAI KAPASITAS JALAN
DAN BIAYA OPERASI KENDARAAN PADA RUAS JALAN JAWA KABUPATEN
JEMBER……….……….……….. TRANS-57
KARAKTERISTIK BANGKITAN PERJALANAN BERBAGAI ODTW DI BALI……….. TRANS-65 ANALISIS KORBAN DAN KECELAKAAN LALU LINTAS FATAL DI KABUPATEN
TABANAN……….……….………. TRANS-73
KARAKTERISTIK VISCO ELASTIC ASPAL AKIBAT PENUAAN DITINJAU DARI NILAI
SUDUT PHASE……….………... TRANS-81
DESAIN JALAN REL UNTUK TRANSPORTASI BATU BARA RANGKAIAN PANJANG
(STUDI KASUS: SUMATERA SELATAN)………... TRANS-89 KARAKTERISTIK CAMPURAN AC-WC MODIFIKASI JENIS BNA BLEND PADA NILAI
ABRASI AGREGAT KASAR YANG BERBEDA YANG TERSEDIA DI BALI………. TRANS-97 EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION
INDEX (PCI) UNTUK MENUNJANG PRIORITAS PENANGANAN PERBAIKAN JALAN DI
BEBERAPA RUAS JALAN KOTA SAMARINDA……… TRANS-107 KAJIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN SIMPANG DENGAN UNDERPASS (STUDI
KASUS SIMPANG TUGU NGURAH RAI DI PROVINSI BALI)………. TRANS-113 ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PARKIR DI BANDARA
INTERNASIONALI GUSTI NGURAH RAI-BALI………... TRANS-121 ANALISIS PERILAKU PEMILIHAN RUTE BERDASARKAN SISTEM INFORMASI LALU
LINTAS REAL TIME (STUDI KASUS: PENGARUH PENGGUNAAN APLIKASI WAZE)…….. TRANS-131 ANALISIS MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH KABUPATEN TABANAN (STUDI
KASUS : KECAMATAN TABANAN DAN KECAMATAN KEDIRI)………. TRANS-141 KAPASITAS LINGKUNGAN JALAN SEBAGAI PENDUKUNG REKOMENDASI
ANDALALIN PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT METRO MEDIKA MATARAM………. TRANS-149 PENANGANAN JALAN DAN PEMASANGAN UTILITAS DI WILAYAH KOTA DENPASAR:
KONDISI DAN KENDALA………. TRANS-159
ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN RUTE JALAN TOL
BALI MANDARA……… TRANS-167
KAJIAN EMISI GAS RUMAH KACA AKIBAT SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA
CILEGON………... TRANS-179 ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN (CAED) DENGAN
EPOXY SEBAGAI BAHAN TAMBAH………... TRANS-189
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-97
KARAKTERISTIK CAMPURAN AC-WC MODIFIKASI JENIS BNA BLEND PADA NILAI ABRASI AGREGAT KASAR YANG BERBEDA YANG
TERSEDIA DI BALI
I Nyoman Arya Thanaya1, D.M. Priyantha Wedagama2, Made Budiana3
1,2,3Program Studi Magister teknik Sipil, Pascsarjana Unud
Email: [email protected]
ABSTRAK
Ketersediaan agregat dengan nilai abrasi rendah semakin terbatas di Bali. Aplikasi campuran AC-WC modifikasi dgn BNA blend di Bali merupakan hal yang masih baru. Tujuan utama penelitian ini untuk menganalisis karakteristik campuran dengan agregat yang memiliki abrasi ≤30% dan agregat abrasi antara 30-40%. Agregat kasar yang dapat memenuhi karakteristik Marshall dan Stabilitas Dinamis digunakan sebagai agregat pilihan untuk dicampur dengan agregat kasar yang memiliki nilai abrasi 30- 40% dengan variasi campuran mulai 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%. Kegiatan lab diawali dengan pengujian dan memproporsikan material, pembuatan dan pengujian sampel. Kadar aspal optimum dicari pada setiap proporsi campuran selanjutnya diuji Marshall. Campuran: dengan agregat yang memiliki abrasi 21,43% memberi kadar aspal optimum-kao 6% dan stabilitas min 1000 kg; dengan abrasi 27% (kao 6,4%; tidak memenuhi stabilitas) dan dengan abrasi 32,5% (kao 6,5%; tidak memenuhi stabilitas). Pengujian Wheel Tracking Machine (WTM) dilakukan pada campuran memakai agregat dengan abrasi 21,43%, diperoleh stabilitas dinamis 4500 lintasan/mm (min 2500 lintasan/mm).
Selanjutnya, dibuat campuran yang memakai agregat dengan abrasi 32,5% yang fraksi agregat kasarnya saja disubstitusi dengan agregat dengan nilai abrasi 21,43% mulai dari variasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%. Disimpulkan bahwa agregat dengan abrasi 32,5% dan 21,43% dapat digunakan sebagai campuran aspal AC-WC mod jenis BNA Blend dengan perbandingan (30:70)% dan (40:60)%, dimana semua karakteristiknya dipenuhi.
Kata kunci: abrasi agregat, AC-WC modifikasi, BNA blend
ABSTRACT
The availability of aggregate with low abrasion in Bali is limited. Application of AC-WC mod in Bali is still new. The objective of the experiment was to analyze the characteristics of the mixture when using aggregates with abrasion ≤30% and 30-40% . The coarse aggregate that met Marshall characteristics and Dynamic Stability was used as the selected aggregate to be mixed with coarse aggregates with abrasion value 30-40%, with variation from 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%. It was initiated by testing and proportioning material, production and testing the samples. The optimum asphalt content (oac) was determine on every proportion of mixture then tested for their Marshall properties. The mixture using aggregate with abrasion value of 21,43% (gave 6% oac, met minimum stability of 1000 kg), using aggregate with 27% abrasion value (gave 6.4% oac, did not meet stability specification), using aggregate with abrasion 32,5% (gave 6,5% oac, did not meet stability specification). Testing of samples using Wheel Tracking Machine (WTM) was done on samples with aggregate of 21,43% abrasion with dynamic stability 4500 pass/mm (min 2500 pass/mm). Then, it was produced mixture using aggregate with 32,5% abrasion, in which the coarse aggregates were substituted with aggregates with 21,43% abrasion, started from 10, 20, 30, 40, and 50%. From the test results and analysis, it can be concluded that combination of aggregates with 32,5% and 21,43% can be used as materials for AC-WC Modification with BNA Blend, with proportion of (30:70)% dan (40:60)%, where all of the characteristics were met.
Keywords: aggregate abrasion, AC-WC modification, BNA blend
I Nyoman Arya Thanaya, D.M. Priyantha Wedagama\, dan Made Budiana
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-98 1. PENDAHULUAN
Pemakaian aspal modifikasi dari asbuton sebagai campuran perkerasan merupakan usaha untuk meningkatkan pemanfaatan produk dalam negeri dan sekaligus untuk meningkatkan perkerasan jalan agar tahan terhadap deformasi plastis sehingga umur perkerasan jalan menjadi lebih lama. Disamping itu juga sesuai dengan permen PU. Nomor 35/PRT/M/2006 tanggal 27 desember 2006 tentang kebijakan nasional pemanfaatan asbuton untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan pada jalan nasional dan provinsi dipergunakan untuk lalu lintas rencana >10 juta ESA atau LHR>2000 kendaraan berat dan jumlah truk lebih dari 15%. Sebagai tantangan untuk meningkatkan pemanfaatan aspal modifikasi di pulau Bali adalah ketersediaan agregat yang berkualitas baik dengan nilai abrasi ≤30% (spesifikasi agregat kasar) untuk campuran yang menggunakan aspal mod serta memiliki bentuk yang kubikal.
Dari data hasil survey pada Aspal Mixing Plant (AMP), diketahui bahwa jumlah material dengan abrasi rata-rata 21,43-23% sebanyak 15%, material dengan abrasi 25-28% sebanyak 20% dan material dengan abrasi rata-rata 31-35% sebanyak 65% dari total jumlah material yang ada. Karena ketersediaan material yang baik dengan nilai abrasi ≤30 sangat terbatas sedangkan material dengan nilai abrasi antara 30-40% cukup banyak maka perlu diupayakan usaha untuk memanfaatkan material dengan abrasi antara 30-40% sebagai campuran AC-WC Mod dan di Bali masih merupakan hal yang sangat baru sehingga perlu di teliti lebih lanjut mengenai pengaruh campuran dari sifat agregat terutama nilai abrasinya terhadap campuran AC-WC Mod yang menggunakan aspal modifikasi jenis BNA Blend (Dep. PU, 2010).
Pada penelitian ini, Kadar aspal optimum (KAO) dicari pada setiap sampel dengan agregat yang memiliki nilai abrasi 21,43%, 27% dan 32,5% untuk selanjutnya dilakukan pengujian Marshall. Sampel yang dapat memenuhi nilai stabilitas Marshall minimum 1000 kg (Dep. PU, 2010), dan dilanjutkan dengan pengujian whell tracking machine untuk mencari nilai stabilitas dinamisnya. Sampel agregat kasar dengan nilai abrasi paling besar selanjutnya di campur dengan agregat kasar yang memiliki nilai abrasi paling kecil melalui substitusi agregat dengan variasi mulai dari 10%,20%,30% dan 50% terhadap berat total fraksi agregat kasar. Kemudian KAO dicari pada setiap sampel dan uji Marshall. Sampel yang memenuhi karakteristik Marshall dilanjutkan pengujian stabbilitas dinamis kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik Marshall campuran pada kadar aspal optimum dan mengetahui perbandingan campuran agregat kasar yang dapat memenuhi karakteristik Marshall dan stabilitas dinamis sebagai campuran AC-WC mod dengan agregat abrasi ≤40% .
2. MATERIAL CAMPURAN ASPAL PANAS
2.1 Laston
Laston adalah campuran aspal beton (AC) atau aspal panas yang terbentuk dari agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi (filler) dan aspal. Aspal beton (Laston) sebagai lapisan aus (Aspalt Concrete-Wearing Course/AC-WC) memiliki sifat kedap air, tahan terhadap cuaca, stabilitas tinggi dan berfungsi sebagai bidang kontak langsung dengan beban diatasnya. Dalam pengujian campuran aspal panas kekuatan daya tahan terhadap beban mekanis ditunjukkan dari hasil pengujian Marshallnya sedangkan kekuatan terhadap perubahan deformasi plastis ditunjukkan dari hasil stabilitas dinamisnya. Sifat abrasi agregat mempengaruhi hasil stabilitas campuran, pada umumnya semakin kecil nilai abrasi agregat pencampur aspal beton maka stabilitas Marshallnya semakin meningkat. Pada penelitian Syamsul (2007), nilai stabilitas cenderung mengalami penurunan dengan semakin besarnya nilai abrasi dan nilai stabilitas Marshall dapat mencapai maksimum sebesar 1.787,477kg terjadi pada nilai abrasi 20,44%. Campuran aspal panas sebagai perkerasan harus memenuhi karakteristik antara lain: memiliki kemampuan menerima beban lalu lintas tanpa terjadinya perubahan bentuk (deformasi), keawetan, tahan terhadap kelelahan (fatigue resistance), memiliki kelenturan (fleksibilitas), kekesatan/tahanan geser (skid resistance), kedap air (impermeable), tidak mengkilap dan mudah dilaksanakan.
2.2 Agregat
Agregat adalah material berbutir padat yang keras dan solid. Agregat sebagai campuran aspal panas memiliki porsi sekitar 90-95% dari total berat campuran. Secara umum agregat sebagai bahan perkerasan jalan memiliki ketentuan sebagai berikut:
a. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%
b. Berat jenis (specific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari 0,2.
Karakteristik Campuran AC-WC Modifikasi Jenis Bna Blend Pada Nilai Abrasi Agregat Kasar Yang Berbeda Yang Tersedia Di Bali
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-99 c. Memenuhi nilai abrasi/kehausan yang diijinkan yaitu nilai abrasi ≤40% untuk campuran aspal minyak,
sedangkan nilai abrasi ≤30% untuk campuran aspal modifikasi.
Adapun sifat-sifat agregat yang perlu diperiksa sebagai bagian dari proses pembuatan campuran aspal panas antara lain (Sukirman, 2007): gradasi rapat (Dense Graded) atau gradasi baik (Well Graded),ukuran maksimum agregat, daya tahan agregat, bentuk dan tekstur agregat, daya lekat agregat terhadap aspal, berat jenis agregat.
2.3 Aspal
Aspal merupakan material perekat (comentitious) berwarna hitam atau cokelat tua dengan unsur utamanya bitumen. Bitumen adalah zat perekat (comentitious) berwarna hitam atau gelap yang dapat diperoleh di alam maupun sebagai hasil produksi biasanya berbentuk padat atau semi padat pada temperatur ruang. Aspal keras yang digunakan di Indonesia sebagai campuran aspal panas sebagai perkerasan jalan memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknik tahun 2010 revisi 3 Bina Marga (Dep. PU, 2010) yaitu aspal tipe I yaitu aspal pen 60/70 dan atau tipe II aspal yang dimodifikasi. Aspal modifikasi sebagai campuran aspal panas haruslah jenis Asbuton dan elastomer latex atau sintetis yang memenuhi ketentuan spesifikasi seperti aspal mod BNA Blend. Aspal BNA Blend adalah aspal jadi yang telah melalui proses pengolahan dengan berbahan dasar Asbuton dan telah mengalami proses pengujian sehingga dinyatakan memenuhi standar spesifikasi Bina Marga sebagai campuran aspal panas. Aspal mod ini memiliki kelebihan dalam mengatasi deformasi plastis akibat pengaruh suhu dan cuaca serta memiliki karakteristik hampir sama dengan aspal minyak. Aspal BNA Blend mengandung aspalteen 37% jauh lebih besar dari kandungan aspalteen aspal minyak (9%), secara alami mengandung anti striping karena kandungan nitrogen base coumpound yang besar (PT.Performa Alam Lestari, 2013). Sifat-sifat aspal keras yang diperiksa sebagai bahan campuran adalah sebagai berikut: penetrasi aspal, titik lembek, titik nyala dan titik bakar, kehilangan berat, daktilitas dan berat jenis aspal.
2.4 Pengujian Whell Tracking Machine
Pengujian wheel tracking dilakukan setelah karakteristik campuran diteliti melalui uji Marshall.
Pengujian dilakukan mengikuti standar pengujian yang dikeluarkan oleh JRA (Japan Road Association),1980 dengan buku panduannya yang berjudul “Manual For Design And Contruction Of Aspalt Pavement (1980)”.
Pengujian wheel tracking dilakukan pada kadar aspal optimum (KAO). Tujuan pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ketahanan campuran akibat depormasi plastis melalui uji lintasan roda whell tracking machine diatas benda uji.
3. MATERIAL DAN METODE 3.1 Material
Material agregat yang dipakai adalah agregat alam yang bersumber dari quarry Desa Peh-Jembrana dengan abrasi 21,43%, agregat abrasi 27% dari quarry Gerokgak dan agregat abrasi 32,5% dari quarry Bebandem-Karangasem dan aspal BNA Blend dari distributor PT. Performa Alam Lestari dan filler yang ditambahkan dari semen Gresik. Sifat-sifat material agregat dan aspal yang digunakan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Sifat-sifat agregat
No Nama Pengujian Abrasi Agregat Speck
32,50% 27% 21,43%
1 Pengujian angularitas agregat halus 45,02 45,71 47,92 45%
2 Pengujian angularitas agregat kasar 96,85 97,88 98,9 95%
3 Pengujian kelekatan agregat terhadap aspal 99 99 99 95%
Tabel 2 Sifat-sifat agregat (lanjutan)
I Nyoman Arya Thanaya, D.M. Priyantha Wedagama\, dan Made Budiana
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-100
No Nama Pengujian Abrasi Agregat Speck
32,50% 27% 21,43%
4 Pengujian butiran agregat kasar berbentuk pipih,
lonjong atau pipih dan lonjong 5,5 4 2,85 10%
5 Pengujian jumlah bahan lolos saringan no.200
agregat kasar 0,82 0,46 0,2 maks.2%
6 Pengujian jumlah bahan lolos saringan no.200
agregat halus 1,02 0,67 0,28 maks.2%
7 Pengujian Gumpalan lempung dan butiran mudah pecah dalam agregat
Agregat kasar 0,8 0,53 0,42 maks.1%
Agregat Halus 0,95 0,85 0,82 maks.1%
Tabel 3 Berat jenis agregat
Specific Gravity
Agregat Abrasi 32,5% Agregat Abrasi 27% Agregat Abrasi 21,43%
Agg
Halus Agg.
Kasar Filler Agg
Halus Agg.
Kasar Filler Agg
Halus Agg.
Kasar Filler Specific Gravity 2.332 2.343 3.142 2.332 2.376 3.142 2.660 2.626 3.142 Bulk Specific
Gravity 2.263 2.270 2.268 2.355 2.629 2.588
Apparent 2.431 2.449 2.423 2.408 2.714 2.691
Absorption (%) 3.067 3.233 2.813 2.649 1.184 1.478
Tabel 4 Karakteristik aspal BNA Blend
3.2 Perencanaan campuran
Setelah persiapan dan pemilihan agregat dilakukan sesuai kebutuhan selanjutnya dilakukan perencanaan campuran aspal dengan mengacu kepada Spesifikasi Bina Marga tahun 2010 revisi 3. Campuran yang diteliti menggunakan gradasi rapat dengan proporsi batas tengah campuran AC-WC seperti dibawah ini. Secara umum dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengelompokan agregat dalam penelitian ini sebagai agregat kasar (tertahan saringan No.4 = 4,75mm, agregat halus ( lolos saringan No. 4 = 4,75mm dan tertahan saringan No.200 = 0,075 mm), sedangkan filler dari material abu batu yang lolos saringan No. 200 = 0,075 mm minimal 85%. Filler tambahan berupa semen Gresik. Setelah proporsi masing-masing agregat diketahui, maka dilakukan perhitungan kadar aspal optimum perkiraan, memakai Persamaan 1.
Pb = 0,035(%CA)+0,045(%FA)+0,18(%FF)+ K (1)
K = nilai factor K diambil 0,5, sesuai nilai absorpsi agregat yang relatif rendah.
b. Penentuan prosentase material terhadap berat total campuran dihitung berdasarkan berat total agregat.
Umumnya diperlukan sekitar 1200 gram agregat sesuai proporsinya dan prosentase terhadap berat total campuran akan berubah sesuai dengan variasi prosentase kadar aspal. Kemudian material ditempatkan
No. Jenis pengujian Hasil uji Sat
1. Penetrasi pada 25⁰C, 100 g, 5 detik 56 dmm
2. Titik Lembek 54,4 ⁰C
3. Daktilitas pada 25⁰C, 5 cm / menit >140 Cm
4. Titik Nyala (COC) 311 ⁰C
5. Kelarutan dalam C2HCI3 95,85 %
6. Berat Jenis 1.032 -
7. Perbedaan titik lembek setelah stabilitas penyimpanan 0,1 ⁰C
8. Kehilangan berat (TFOT) 0,308 %
9. Penetrasi setelah TFOT 66,46 %
10. Daktilitas setelah TFOT 140 Cm
11. Mineral lolos saringan no. 100 99 %
Karakteristik Campuran AC-WC Modifikasi Jenis Bna Blend Pada Nilai Abrasi Agregat Kasar Yang Berbeda Yang Tersedia Di Bali
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-101 dalam wadah dari metal/Waskom dan juga aspal secukupnya ditempatkan dalam kaleng lalu dipanaskan (sebaiknya) dalam open.
c.
Pencampuran, pemadatan dilakukan sesuai ketentuan temperatur aspal untuk pemanasan, pencampuran dan pemadatan didasarkan atas rentang temperatur dimana viskositas aspal akan memberikan hasil yang optimal. Pengukuran volumetrik sampel dengan berpedoman Teknik No. 028/T/BM/1999, (Dep. PU., 1999), kinerja campuran beraspal ditentukan oleh volumetrik campuran (padat) yang terdiri atas: Berat Jenis Agregat, Jenis Maksimum Campuran, Penyerapan aspal, Kadar Aspal Efektif, VIM, VMA, VFB, Stabilitas, Flow, MQ, (VIM PRD), Penentuan KAO.4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan hasil uji lab seperti Tabel 4 bahwa setiap sampel memiliki karakteristik campuran yang berbeda-beda dengan hasil semakin kecil nilai abrasi agregat sebagai bahan campuran maka karakteristik campuran semakin baik dengan kadar aspal semakin menurun. VIM menjadi lebih kecil dan stabilitas semakin meningkat.
Tabel 5 Hasil uji Marshall
Sifat campuran Sat Sampel dengan abrasi agregat
Spesifikasi 32,5 %
(I)
27%
(II)
21.43 % (III)
Kadar Aspal Optimum Camp. % 6,50 6,40 6,00 -
Stabilitas kg 895,18 922,50 1,411,39 Min1000 kg
Marshall Quotient kg/mm 261,06 290,55 370,45 -
Flow Mm 3,43 3,18 3,81 2 - 4
Berat Jenis Aspal Campuran grm/cm3 2,028 2.083 2,314 -
V.I.M % 5,19 4.85 3,60 3 – 5
V.M.A % 15,05 17.76 17,02 Min 15
V.F.B % 85,41 72.66 78,87 Min 65
VIM PRD % 3,5 2 2 Min 2
Sisa Marshall 60˚C selama 24
jam % 95,29 92,54 96,53 Min 90%
Agregat yang memiliki abrasi 21,43% memiliki karakteristik Marshall yang lebih baik dan memenuhi semua ketentuan spesifikasi dengan satabilitas 1.411,39kg sehingga dapat dilanjutkan pada uji stabilitas dinamis sedangkan campuran dengan agregat abrasi 27% dan 32,5% tidak dapat memenuhi ketentuan spesifikasi 2010 karena stabilitas Marshall dibawah 1000kg. Adapun analisis karakteristik Marshall campuran seperti berikut dibawah ini:
4.1 Porositas (VIM) campuran dan Rongga Antar Agregat (VMA)
Gambar 1 menunjukkan semakin kecil nilai abrasi agregat yang digunakan maka nilai porositas campuran semakin menurun. VIM campuran AC-WC mod dibatasi antara 3-5%. Gambar 2 diatas menunjukkan semakin kecil nilai abrasi agregat yang digunakan maka rongga diantara agregat (VMA) semakin meningkat. VMA adalah prosentase ruang di antara agregat termasuk rongga udara dan aspal. VMA dibawah 15% menyebabkan tebal film aspal terlalu tipis dan mudah mengalami oksidasi sehingga campuran akan cepat mengalami pengelumpasan setelah sifat adhesi campuran berkurang.
4.2 Rongga terisi aspal (VFB) dan Marshall Quotient (MQ)
Gambar 3 menunjukkan nilai abrasi agregat tidak terlalu berpengaruh terhadap persentase rongga terisi aspal (VFB) dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh kadar aspal optimum yang memberikan VMA dan VIM yang seimbang. VFB adalah prosentase rongga yang terisi oleh aspal yang terdapat diantara partikel agregat, tidak termasuk aspal yang diserap oleh agregat
Gambar 4 menunjukkan semakin kecil nilai abrasi agregat maka nilai Marshall Quetiont semakin meningkat. Hal ini terjadi karena campuran dengan abrasi lebih tinggi memiliki stabilitas yang lebih rendah
I Nyoman Arya Thanaya, D.M. Priyantha Wedagama\, dan Made Budiana
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-102 dibandingkan dengan campuran yang menggunakan agregat abrasi yang lebih kecil. Marshall Quotient adalah hasil bagi antara stabilitas dengan flow.
Gambar 1. Pengaruh abrasi agregat terhadap nilai porositas (VIM)
Gambar 2. Pengaruh abrasi agregat terhadap nilai VMA
Gambar 3. Pengaruh abrasi agregat terhadap VFB Gambar 4. Pengaruh abrasi agregat terhadap Marshall quotient (MQ)
4.3 Deformasi (flow) dan Stabilitas Marshall
Grafik pada gambar 5 menunjukan bahwa nilai abrasi agregat tidak begitu berpengaruh terhadap flow namun lebih disebabkan oleh jumlah kadar aspal optimum, viskositas dan pemadatan. Flow yang memenuhi syarat adalah antara 2%-4%. Dari gambar diatas menunjukkan semakin besar nilai abrasi agregat yang digunakan sebagai campuran aspal panas maka stabilitas Marshall akan semakin kecil dan begitu juga sebaliknya. Syarat minimum stabilitas Marshall campuran yang menggunakan aspal modifikasi adalah 1000kg (Dep. P.U., 2010). Dari data hasil uji Stabilitas Marshall pada Gambar 6, sampel dengan agregat abrasi 21,43% (sampel 3) memenuhi spesifikasi, yang dilanjutkan ke pengujian stabilitas dinamis dengan alat Whell Track Machine dimana hasilnya sebesar 4.500 lintasan/mm.
Dengan demikian selanjutnya dilakukan perbaikan properties agregat kasar dengan cara mencampur agregat kasarnya saja yang dengan agregat abrasi 32,5% dengan agregat kasar dengan abrasi 21,43% melalui variasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50% atau mulai dengan variasi campuran dengan perbandingan 90% agregat abrasi 32,5% dengan 10% agregat kasar abrasi 21,43% sampai dengan variasi 50% agregat kasar 32,5%
dengan 50% agregat kasar 21,43% sesuai dengan fraksi agregat kasar (selanjutnya disebut ‘% variasi’ saja) sedangkan agregat halus dan filler tetap menggunakan agregat dengan abrasi 32,5%.
Dari hasil kombinasi secara umum memberikan pengaruh peningkatan berat jenis agreget kasar seperti pada Tabel 4 berat jenis agreget gabungan. Dengan peningkatan berat jenis (Tabel 5) agregat gabungan memberikan pengaruh terhadap kepadatan campuran sehingga karakteristik campuran semakin baik dan stabilitas campuran semakin meningkat pula. Adapun hasil uji karakteristik Marshall pada kadar aspal optimum seperti Tabel 6 dan analisisnya seperti uraian dibawah ini yaitu:
5,71 4,85
3,60
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00
15,42 17,75
17,02
14,00 15,00 16,00 17,00 18,00
82,68
72,66 78,87
65,00 70,00 75,00 80,00 85,00
261,06290,55370,45
0,00 100,00 200,00 300,00 400,00 Max
Min
I II III
Sampel
VIM(%)
I II III
Sampel
Min
I II III Min Sampel
VMA(%)
VFB(%)
I II III
Sampel
MQ(kg/mm)
Karakteristik Campuran AC-WC Modifikasi Jenis Bna Blend Pada Nilai Abrasi Agregat Kasar Yang Berbeda Yang Tersedia Di Bali
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-103 Gambar 5. Pengaruh nilai abrasi agregat kasar
terhadap pelelahan (flow) Gambar 6. Pengaruh nilai abrasi agregat kasar terhadap stabilitas Marshall
Tabel 6 Berat jenis agregat gabungan
Berat jenis agregat Prosentase variasi agregat abrasi 21.43% dan 32.5%
10% 20% 30% 40% 50%
BULK. SPGR 2,251 2,256 2,297 2,378 2,404
APP SPGR 2,416 2,414 2,417 2,547 2,570
EFF. SPGR 2,333 2,335 2,357 2,463 2,487
Tabel 7 Hasil uji Marshall pada kadar aspal optimum
% Variasi
*) Kadar
Aspal BJ.Camp. VMA VFB VIM Stabilitas FLOW MQ
50 6.3% 2.231 15.92 85.37 2.33 1240.07 3.68 336.76
40 6.3% 2.193 16.38 80.40 3.21 1109.10 3.68 301.15
30 6.4% 2.079 17.42 73.87 4.55 1053.41 3.43 307.21
20 6.5% 2.057 17,63 73.36 4,70 950.04 3.56 267.16
10 6.5% 2.045 15,05 85.41 5.19 937.14 3.56 263.54
*) Variasi
a
gg dgn abrasi 21,43% thd yg 32,5%.4.4 Pengaruh perubahan variasi agregat kasar
Perubahan variasi pada agregat kasar, dapat mempengaruhi kadar aspal optimum menjadi menurun dari kadar aspal 6,5% variasi 10%-20%, kadar aspal optimum 6,4% pada variasi 30% dan kadar aspal 6,3% pada variasi 40-50%. Adapun hasil pengujian dan karakteristiknya adalah: terhadap porositas (VIM) campuran
Gambar 8 di atas menunjukkan bahwa perubahan prosentase variasi agregat kasar sampai dengan variasi 50% pada campuran AC-WC mod dapat memperkecil nilai porositas campuran (VIM). Syarat VIM campuran adalah antara 3-5%. Dengan demikian, campuran dengan substitusi dari variasi 30% sampai dengan 40% baru dapat memenuhi VIM yang disyaratkan dan pada variasi sampai dengan 50% VIM campurannya tidak memenuhi atau terlalu kecil. Hal ini dipengaruhi oleh peningktan berat jenis agregat kasar akibat variasi agregat kasar yang menyebabkan peningkatan berat jenis maksimum campuran, peningkatan density yang secara langsung dapat mempengaruhi rongga campuran VIM.
4.5 Hubungan perubahan variasi agregat kasar terhadap Stabilitas dan Flow
Gambar 7 menunjukkan perubahan variasi dapat meningkatkan stabilitas Marshall campuran menjadi lebih tinggi. Besar kecilnya stabilitas Marshall tergantung dari besarnya berat jenis agregat, berat jenis campuran padat yang biasanya bergantung pada abrasi suatu agregat. Dengan mencampur agregat kasar yang
3,43 3,18 3,81
2,00 2,50 3,00 3,50 4,00
895,18922,50 1411,40
0,00 500,00 1000,00 1500,00
I II III
Sampel
Min Max
Flow(%)
I II III
Sampel
StabMarshall(kg)
Min
I Nyoman Arya Thanaya, D.M. Priyantha Wedagama\, dan Made Budiana
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-104 dengan abrasi lebih kecil secara langsung sudah memperbaiki properties agregat terutama pada nilai abrasinya dan dapat memperbaiki sifat saling kunci (interlock), memberikan permukaan campuran yang kasar serta memberikan pengaruh terhadap jumlah kadar aspal optimum.
Gambar 8 menunjukkan bahwa perubahan variasi agregat kasar, pada kadar aspal optimum memberikan nilai flow/kelelahan yang berbeda-beda namun masih memenuhi standar yang dipersyaratkan yaitu antara 2%
sampai dengan 4%. Nilai flow yang rendah dengan stabilitas tinggi mengindikasikan campuran tersebut kaku dan mudah getas sedangkan campuran yang memiliki flow tinggi dengan stabilitas rendah mengindikasikan campuran tersebut mudah berubah bentuk/plastis pada saat terjadi penambahan beban lalu lintas. Nilai flow/kelelahan tidak terlalu sensitif akibat perubahan perbandingan variasi agregat kasar tetapi sangat dipengaruhi oleh kadar aspal, viscositas aspal, gradasi agregat, jumlah tumbukan dan temperatur pemadatan.
Gambar 7. Hubungan variasi agregat terhadap
stabilitas Marshall Gambar 8. Grafik hubungan perubahan variasi agregat kasar terhadap deformasi/flow
Gambar 9 menunjukkan bahwa variasi agregat kasar dapat mempengaruhi Marshall quotient campuran.
Hal ini terjadi karena perubahan agregat kasar sangat mempengaruhi berat jenis campuran dan mengurangi nilai porositas dengan pemadatan yang optimal sehingga stabilitas Marshall akan meningkat pada kadar aspal optimum dengan nilai flow yang rendah. Pada spesifikasi Bina Marga revisi 3 nilai MQ tidak dipersyaratkan, akan tetapi sesuai petunjuk pelaksanaan lapis aspal beton untuk jalan raya (SKBI 2.4.26.1987) disyaratkan untuk lalu lintas berat minimum 200kg/mm serta maksimum 350 kg/mm dan sesuai dengan pedoman pemanfaatan asbuton sebagai campuran beraspal panas dengan asbuton olahan minimum sebesar 300kg/mm (Dep. PU.No.001-03/BM/2006), sehingga variasi antara 30%-50% dapat memenuhi MQ campuran aspal panas dengan asbuton.
4.5 Hubungan perubahan variasi agregat kasar terhadap VIM VFB dan VMA
Gambar 10,11, dan 12 menunjukkan perubahan variasi agregat kasar terhadap VIM VFB dan VMA. VFB dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh besarnya nilai VMA dan VIM campuran. VFB pada Gambar 12 merupakan persentase rongga yang terisi aspal, tidak termasuk aspal efektif denga batasan minimum 65%, akan tetapi VFB yang baik adalah berkisar antara 69% - 82%. Kadar aspal optimum tergantung pada porositas material pencampurnya, dapat mempengaruhi nila VFB yang merupakan bagian dari VMA yang terisi aspal, VMA dipengaruhi oleh nilai VIM dan VIM sangat dipengaruhi oleh kualitas material pencampurnya.
Material yang baik sebagai campuran aspal apabila hasil uji Marshall VFB menunjukkan prosentase yang tinggi namun nilai VIM nya memenuhi syarat.
Gambar 11 di atas menunjukkan bahwa perubahan variasi agregat kasar dapat mempengaruhi rongga antar agregat (VMA) campuran pada kadar aspal optimum. VMA yang terlalu besar akan terlalu banyak aspal mengisi rongga yang ada, nilai VIM pada Gambar 10 menjadi rendah sehingga menimbulkan deformasi permanen dan retak. Oleh sebab itu dipersyaratkan antara VMA dan VIM harus seimbang sehingga campuran tahan terhadap deformasi dan tahan terhadap kelelahan/retak. VMA yang baik untuk campuran AC-WC mod adalah ≥16% yang menunjukkan bahwa campuran tersebut cukup memiliki tebal film untuk menyelimuti agregat sehingga campuran dapat memepertahankan durabilitasnya dan cukup impermeable, cukup lentur dan tidak mudah ditembus udara dan air.
937,14950,041053,411191,10 1240,27
0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1000,00 1200,00 1400,00
3,56 3,56 3,43
3,68 3,68
3,30 3,40 3,50 3,60 3,70 3,80
10 20 30 40 50
% variasi
StabMarshall(kg)
Min
Flow(mm)
10 20 30 40 50
% variasi
Karakteristik Campuran AC-WC Modifikasi Jenis Bna Blend Pada Nilai Abrasi Agregat Kasar Yang Berbeda Yang Tersedia Di Bali
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-105 Gambar 7. Hubungan perubahan variasi agregat
terhadap Marshall Quotient Gambar 10. Hubungan Variasi agregat terhadap VIM
Gambar 11. Hubungan Variasi agregat terhadap VMA
Gambar 12. Hubungan variasi agregat terhadap VFB
5. KESIMPULAN
Dari data dan hasil analisis didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Campuran AC-WC Mod jenis BNA Blend yang menggunakan agregat abrasi 21,43%, 27% dan 21,43%
memiliki kadar aspal optimum sebesar 6,%, 6,4% dan 6,5% dari berat total campuran.
2. Karakteristik Marshall campuran AC-WC Mod jenis BNA Blend dengan agregat abrasi 21,43%; 27%
dan 32,5% adalah:
a. Karakteristik Marshall campuran terbaik diperoleh dari camuran yang memakai agregat dengan abrasi 21,43% adalah: VIM:3,6%(3-5%), VMA:17,02%(15%), VFB:78,87% (65%), Stabilitas Marshall:1.411,3kg (1000Kg), MQ:370,45kg, Flow:3,81mm(2-4mm).
b. Stabilitas dinamis campuran dengan agregat abrasi 21,43% sebesar 4500 lintasan/mm.
3.
Perbandingan variasi agregat kasar abrasi 21,43% dan 32,5% yang dapat memenuhi karakteristik Marshall dan stabilitas dinamis sebagai campuran AC-WC Mod jenis aspal BNA Blend adalah pada variasi 30% dan 40%, dimana stabilitas dinamis semakin meningkat yaitu pada variasi 30%: 2.736,1 lintasan/mm; dan pada variasi 40%: 3.315,80 lintasan/mm.DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2014). ASBUTON (Aspal Buton). http://litbang.pu.go.id/asbuton-aspal-buton.balitbang.pu.go.id Diakses tanggal 2/2/2014.
263,54267,16307,21 301,15 336,76
0,00 100,00 200,00 300,00
400,00 5,19
4,70 4,55 3,21
2,35
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00
15,05
17,63 17,42 16,57
15,94
13,00 14,00 15,00 16,00 17,00 18,00
85,41
73,36 73,86
80,60 85,26
65,00 70,00 75,00 80,00 85,00 90,00
10 20 30 40 50
% variasi 10 20 30 40 50
% variasi
10 20 30 40 50
% variasi
Min
Min Max
VFB(%)VIM(%)
VMA(%)
Min
MQ(Kg/mm)
10 20 30 40 50
% variasi
I Nyoman Arya Thanaya, D.M. Priyantha Wedagama\, dan Made Budiana
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-106 Departemen Pekerjaan Umum. (1987). Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya. SKBI
2.4.26.1987).
Departemen Pekerjaan Umum. (1999). Pedoman Teknik Campuran Beraspal Panas (No.028/T/BM/1999).
Departemen Pekerjaan Umum. (2006). Kebijakan Nasional Pemanfaatan Asbuton (Permen No.
35/PRT/M/2006).
Departemen Pekerjaan Umum. (2006). Pedoman Pemanfaatan Asbuton Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton Olahan (N0.001-03/BM/2006).
Departemen Pekerjaan Umum. (2010). Spesifikasi Teknis 2010, revisi 3.
Japan Road Association - JRA. (1980). Manual For Design And Contruction of Aspalt Pavement.
Performa Alam Lestari. (2013). Buton Natural Asphalt Product Factsheet & Overview.
Syamsul. (2007). Analisis campuran aspal panas. http:/jurnalsmartek.files.wordprss com/2012.
Sukirman. (2007). Beton aspal campuran panas. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.