Aprodita Emma Yetti, S.T., M.Sc
[ii]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Rekayasa Health Architecture
Penulis Aprodita Emma Yetti, S.T., M.Sc
Editor Tim The Journal Publishing
Setting & Lay Out:
Agil Surya Pramudita, S.Par
Desain Cover:
Agil Surya Pramudita, S.Par
Cetakan pertama …. Februari 2021 ISBN. 978-623-5367-31-6
Diterbitkan:
CV The Journal Publishing
Address:
Lemahdadi, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta 55184
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun, secara elektronik maupun mekanis termasuk memfotocopy, merekam, atau teknik perekam lainnya tanpa izin tertulis dari pihak penulis.
[iii]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Buku Ajar:
Rekayasa Health Architecture
PENYUSUN:
Aprodita Emma Yetti, S.T.,M.Sc NIP. 9004181505304
Buku Ajar ini disusun sebagai pedoman dan acuan dalam pelaksanaan perkualiahan teori Mata Kuliah Rekayasa Health
Architecture
Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Disahkan pada 15 Januari 2021
DISAHKAN
DEKAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Hapsari Wahyuningsih, S.T., M.Sc
DISIAPKAN OLEH PENYUSUN
Aprodita Emma Yetti., S.T., M.Sc
DEKAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
DISAHKAN
DEKAN FAKULTAS SAINS DAN DEKAN FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI
PENYUSUN
[iv]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabaroktuh
Alhamdullilah, atas berkat rahmat Allah SWT Yang Maha Kuasa dengan didorongkan oleh keinginan luhur memperluas wawasan mengenai Perancangan Arsitektur, maka buku ajar mata kuliah ini dibuat untuk memudahkan mahasiswa Program Studi S1 Arsitektur dalam mengikuti rangkaian perkuliahan teori Mata Kuliah Rekayasa Health Architecture.
Adapun capaian manfaat dari tersusunnya buku ajar ini adalah:
1. Sebagai pedoman dosen dan mahasiswa dalam pelaksanaan perkuliahan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
2. Sebagai media kontrol dan evaluasi capaian kompentensi mahasiswa dalam capaian pembelajaran mata kuliah.
Selamat bergabung di mata kuliah Rekayasa Health Architecture.
Mata kuliah ini ditujukan kepada mahasiswa yang menempuh perkuliahan di semester 4 (empat). Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung pembuatan buku ajar ini. Selamat mengikuti perkuliahan, semoga kita dapat saling belajar, memberi manfaat, dan terus bersemangat.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabaroktuh
Penyusun Aprodita Emma Yetti, S.T., M.Sc
[v]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ...v
VISI, MISI, TUJUAN ... 1
URGENSI PERKULIAHAN ... 2
KEBUTUHAN PERANCANGAN ... 7
TIPOLOGI DAN TINGKATAN PELAYANAN ...14
FASILITAS KESEHATAN TINGKAT RUJUKAN LANJUT (FKTRL) ...20
LINGKUP PERANCANGAN ...23
STANDAR PERANCANGAN ...27
PRINSIP PERANCANGAN ...30
IMPLEMENTASI BANGUNAN SEHAT ...40
DAFTAR RUJUKAN ...58
[1]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
VISI, MISI, TUJUAN PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
VISI
Menjadi Program Studi yang pilihan dan unggul di bidang perancangan Arsitektur berwawasan kesehatan “health architecture” bedasarkan nilai-nilai islam berkemajuan MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat berbasis Arsitektur berwawasan Kesehatan dan berdasarkan Nilai-Nilai Islam Berkemajuan.
2. Menghasilkan Sarjana Arsitek yang unggul dalam merancang di bidang Arsitektur berwawasan Kesehatan yang mampu memenuhi kebutuhan dunia kerja.
3. Mengembangkan kajian dan pemberdayaan perempuan dalam kerangka Islam Berkemajuan.
4. Menyelenggarakan tata kelola prodi arsitektur yang baik dan amanah secara berkelanjutan dan berakreditasi.
[2]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
TUJUAN
1. Menghasilkan pendidikan perancangan dan penelitian yang diarahkan pada Pengembangan pengetahuan dan teknologi khususnya Bidang Arsitektur Berwawasan Kesehatan.
2. Menghasilkan karya-karya perancangan arsitektur berwawasan kesehatan yang bersifat aplikatif dan menjadi rujukan dalam pemecahan masalah di bidang Arsitektur.
3. Menghasilkan karya-karya perancangan arsitektur mendukung pemberdayaan perempuan dalam kerangka Islam Berkemajuan.
4. Menghasilkan tata kelola program studi yang baik berlandaskan etika akademik serta menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Islaman untuk kemaslahatan umat manusia.
URGENSI PERKULIAHAN
REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Mata Kuliah Rekayasa Health Architecture memiliki muatan 3 Satuan Kredit Semester (SKS) yang berjalan di semester 4 (Empat). Mata kuliah ini memberikan pengetahuan, pemahaman, serta mengajak mahasiswa untuk berfikir
[3]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
kritis terkait arsitektur di Fasilitas Kesehatan. Studi Preseden dari Fasilitas Kesehatan baik dari Indonesia maupun Luar Negeri dapat memberikan pandangan terkait kebutuhan arsitektural penyediaan fasilitas Kesehatan yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
Mata kuliah ini diangkat dari respon kebutuhan dan perkembangan saat ini ditengah masyarakat yang membutuhkan rancangan arsitektur fasilitas kesehatan yang sehat, aman, nyaman, berkelanjutan.
Mata kuliah ini akan fokus dalam pemahaman mahasiswa terkait penyediaan kebutuhan dalam perancangan fasilitas Kesehatan. Diharapkan pula, mata kuliah ini menjadi pengantar bagi mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur di semester selanjutnya dengan tema-tema fasilitas Kesehatan seperti perancangan arsitektur Rumah Sakit, Klinik, Puskesmas, Posyandu, Pusat Rehabilitasi dan lainnya. Capaian Pembelajaran Lulusan yang diharapkan dari Mata Kuliah ini mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level 6 dan refleksi dari Student Performance Criteria dari Korean Acreditation International. Berikut merupakan jabaran Capaian Pembelajaran Lulusan dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah Rekayasa Health Architecture:
[4]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Tabel 1. Capaian Pembelajaran Lulusan Mata Kuliah Rekayasa
Health Architecture
CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN (CPL) / Graduate Learning Outcomes
CPL Kode/Code Deskripsi/Description
SIKAP S9 Menunjukan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri.
PENGUASAAN
PENGETAHUAN PP13 Menguasai pengetahuan arsitektur dan terampil merancang bangunan dan lingkungan sehat berbasis konsep 'Health Architecture'.
KETRAMPILAN
UMUM KU5 Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang
keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data.
KETRAMPILAN
KHUSUS KK7 mampu merancang bangunan dan lingkungan melalui teknik rekayasa arsitektur 'health architecture'.
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK) / Course Learning
Outcome
S9,
PP13,KU5,KK7 Mahasiswa mampu memahami kebutuhan desain di fasilitas kesehatan sesuai klasifikasinya specialized referral hosital, tertiarty healthcare facility, secondary healthcare facility, primary healthcare facility.
Mahasiswa mampu berfikir kritis terkait isu arsitektural di fasilitas kesehatan.
Mahasiswa mampu mengembangkan pengetahuan, sebagai pijakan dasar berfikir serta mampu
mengaplikasi teori yang diberikan terkait kebutuhan arsitektural di fasilitas kesehatan dan nantinya diaplikasikan didalam perancangan fisik dan lingkungan fasilitas kesehatan.
STUDENT PERFORMANCE CRITERIA - Korean Architecture Acreditation Board
SPC.04 Architecture and
Society Understanding of regional, social, cultural, economic, and policy aspects and their mutual relationships that influence architecture and city.
SPC.05 Human Behaviour
and Spaces Understanding of applying principles and methodologies of relationship between physical environment and human behavior to the spatial design.
SPC.21 Building Material
and Methods Understanding of property and application of building materials, and construction methods of building components.
[5]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN (CPL) / Graduate Learning Outcomes
CPL Kode/Code Deskripsi/Description
SPC.22 Building
Construction and Construction Management
Understanding of project delivery methods and construction management to effectively facilitate physical, human, technical resources and budget.
Sumber: Analisis dan Olahan Penulis, 2020
Muatan dan topik perkuliahan yang ditempuh mata kuliah ini dalam satu semester selama 21 (dua puluh satu) kali pertemuan meliputi Kebijakan dan Standar Fasilitas Kesehatan dan arsitektur, Isu dan Tren Desain Fasilitas Kesehatan, Studi Kasus Fasilitas Kesehatan, serta Kebutuhan Infrastruktur di Fasilitas Kesehatan. Topik-topik tersebut akan dijabarkan kedalam kajian-kajian yang terdiri dari:
1. Pemahaman Kebutuhan Perancangan Fasilitas Kesehatan.
2. Tipologi dan Tingkatan Pelayanan Fasilitas Kesehatan di Indonesia.
3. Standar dan Peraturan terkait Kebutuhan Fasilitas Kesehatan.
4. Kebutuhan dan Alur Perencanaan di Fasilitas Kesehatan.
5. Prinsip dan Teknis Perancangan Arsitektur di Fasilitas Kesehatan.
[6]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
6. Isu Perancangan di Fasilitas Kesehatan.
7. Pemahaman Evaluasi Pasca Huni di Fasilitas Kesehatan.
[7]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
KEBUTUHAN PERANCANGAN
FASILITAS KESEHATAN DI INDONESIA
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.
Beberapa pertanyaan refleksi yang perlu kita urai bersama:
1. Apa yang Anda ketahui dan pahami tentang fasilitas Kesehatan?
2. Bagaimana pandangan Anda terkait Fasilitas Kesehatan di Indonesia saat ini?
3. Bagaimana pandangan Anda terkait Fasilitas Kesehatan di Indonesia di masa yang akan datang?
4. Apa peran Anda untuk mewujudkan Fasilitas Kesehatan yang sehat?
Kondisi Fasilitas Kesehatan di Indonesia kurun waktu sepuluh tahun terakhir:
[8]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 1. Jumlah Puskesmas di Indonesia
Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2019
Gambar 2. Jumlah Klinik di Indonesia Tahun 2018 Sumber : Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, 2019
[9]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 3. Jumlah Praktik Mandiri Dokter di Indonesia Tahun 2018
Sumber : Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, 2019
[10]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 4. Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Umum dan Rumah
Sakit Khusus Tahun 2014-2018
Sumber : Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, 2019
Data dan Grafik diatas menjadi refleksi Kembali bagaimana pertumbuhan, kebutuhan dan sebaran fasilitas Kesehatan di Indonesia yang semakin meningkat. Hal ini perlu ditindaklanjuti tidak hanya dari sisi administrasi dan finansial. Namun, juga perlu perhatian serta strategi untuk mewujudkan lingkungan binaan yang sehat, aman dan nyaman untuk dapat mengakomodir kebutuhan Fasilitas Kesehatan di masa yang akan datang.
[11]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Pertanyaan-pertanyaan berikut, dapat menjadi refleksi lanjutan dari perancangan fasilitas Kesehatan di Indonesia:
1. Bagaimana Isu dan tantangan apa yang akan kita hadapi kedepan?
2. Bagaimana langkah anda menghadapi fenomena kebutuhan, fenomena kondisi Fasilitas Kesehatan di Indonesia saat ini seperti sebaran, perfomansi pelayanan, dan fisik arsitektural serta lingkungan fasilitas Kesehatan saat ini di Indonesia?
MENGAPA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
FASILITAS LAYANAN KESEHATAN BUTUH
PERENCANAAN YANG MATANG DAN DETAIL?
Yusuf (2019) menjabarkan beberapa alasan mengapa para perencana dan perancang butuh memperhatikan kebutuhan saat merancang maupun memulai langkah dalam Teknik Fasilitas Kesehatan, diantaranya adalah:
1. Instalasi di fasilitas kesehatan beroperasi 24/7, sehingga desain dirancang dengan sistem pendukung dan cadangan, serta desain dengan prioritas tindakan pemeliharaan dan preventif.
[12]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
2. Terdapat sumber infeksi yang tinggi : Bakteri, virus, mikroorganisme dari udara, kimia, dan bahan radioaktif.
3. User pasien yang ada didalamnya memungkinkan aktivitas penyebaran infeksi. Sehingga desain dirancang untuk mendukung controlling tata udara dan sirkulasi untuk menekan penyebaran tersebut.
Esensi perencanaan dan perancangan fasilitas kesehatan dapat kita runtunkan menjadi:
1. Tujuan Fasilitas Kesehatan akan memfasilitasi siapa?
Rumah sakit apakah rumah bagi orang sakit?
2. Berapa besaran dan skala layanan dari fasilitas Kesehatan yang dirancang? Apa parameternya?
3. Bagaimana Langkah perancangan dan pengembangan kedepan? Dirancang dan bangun bertahap atau serentak?
4. Jika ada pengembangan, bagaimana rules yang diterapkan?
[13]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Skema Kebutuhan hingga perancangan Fasilitas Kesehatan:
Gambar 5. Skema Kebutuhan dan Perancangan Fasilitas Kesehatan Sumber : Olahan dan Analisis Penulis, 2019
[14]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
TIPOLOGI DAN TINGKATAN PELAYANAN
FASILITAS KESEHATAN DI INDONESIA
Indonesia memiliki hirarki sistem dalam pelayanan kesehatan. Hal tersebut merupakan upaya penyebaran pelayanan Kesehatan Indonesia yang merata dan adil sehingga tercapai Indonesia Sehat.
[15]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 6. Sistem Layanan Kesehatan Indonesia
Sumber : https://www.slideshare.net/deniiskandar/indonesia-health- delivery-and-financing-sys diakses 20 Desember 2020.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menjadi tingkat pelayanan kesehatan tertinggi yang juga memonitoring pelayanan Kesehatan di Indonesia. Distribusi Pelayanan kemudian dikoordinasi berdasarkan zonasi seperti tingkat provinsi dengan adanya Rumah Sakit Umum Daerah, tingkat Kota dan Kabupaten, Kecamatan dengan Puskesmas, dan Fasilitas Kesehatan Primer seperti Polindes, Posyandu dan Mandiri.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dimaksud adalah:
[16]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terdiri dari Puskesmas, klinik pratama, praktik dokter, dan dokter gigi perseorangan.
2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjut (FKTRL) yang terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.
Berikut jabaran deskripsi dari Fasilitas Kesehatan di Indonesia:
FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)
Gambar 7. Visualisasi Layanan Kesehatan
Sumber : https://www.google.co.id/imghp?hl=en&authuser=0&ogbl diakses 20 Desember 2020.
1. Puskesmas, merupakan fasilitas pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat perseorangan tingkat pertama. Puskesmas tersebar di tingkat primer yaitu tingkat Kecamatan. Puskesmas dikelola oleh pemerintah.
2. Klinik, merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan perorangan
[17]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
dengan menyediakan pelayanan medik ataupun spesialistik.
Kepemilikan klinik dapat mencakup :
• Kepemilikan Pemerintah dan Pemerintah Daerah, didirikan sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan
• Kepemilikan masyarakat – rawat jalan didirikan oleh perorangan atau badan usaha
• Kepemilikan masyarakat – rawat inap harus didirikan oleh badan hukum.
Klinik diklasifikasikan menjadi:
Klinik Pratama, yaitu klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar, baik pelayanan umum dan khusus,
• Hanya dapat melakukan bedah kecil (minor) tanpa anastesi umum dan spinal.
• Sifat pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bisa berupa rawat jalan, one day care, dan home care.
• Menyelenggarakan layanan klinik umum pratama sesuai ketentuan peraturan dan undang-undang.
[18]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Klink Utama, yaitu klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialis atau pelayanan medik dasar dan spesialis.
• Dapat melakukan tindakan bedah kecuali bedah yang menggunakan anaastesi umum, operasi sedang yang beresiko tinggi dan operasi besar.
• Sifat pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bisa berupa rawat jalan, one day care, rawat inap dan/atau home care.
• Dapat menyelenggarakan pelayanan laboratorium klinik umum pratama atau klinik umum madya.
Secara umum, perbedaan mendasar antara klinik pratama dan klinik utama adalah status kepemilikan klinik, fungsi peruntukan klinik, dan fasilitas-daya dukung klinik tersebut. Syarat perancangan klinik dapat mengacu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014. Penrancangan bangunan klinik memiliki syarat dasar berupa:
• Bangunan Klinik harus berupa bangunan permanen. Berkaitan dengan keamanan dan keselamatan bangunan.
• Mampu mengopimalkan bangunan sesuai fungsi dan kebutuhan klinik. Sesuai dengan target
[19]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
pelayanan klinik : promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
• Memperhatikan keamanan dan keselamatan pengguna dalam menggunakan fasilitas di dalam maupun luar bangunan.
• Kemudahan dan kenyamanan bagi pasien dan pengguna. Baik dari aksesibilitas dan fungsional bagi lansia, disabilitas dan difabel.
3. Praktik Mandiri, setiap dokter baik dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi atau tenaga medis dengan Surat Izin Praktik (SIP) dapat menjalankan praktik mandiri yang disertai dengan izin dan bukti tertulis dari Dinas Kesehatan.
[20]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
FASILITAS KESEHATAN TINGKAT RUJUKAN LANJUT (FKTRL)
Gambar 8. Visualisasi Layanan Kesehatan Rumah Sakit Sumber : https://healthcaresnapshots.com/photos/ diakses 23
Desember 2020.
[21]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Rumah Sakit didefinisikan sebagai pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan layanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat.
1. Rumah Sakit Umum, didefinisikan sebagai rumah sakit yang memberikan pelayanan Kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Terdiri dari pelayanan medis, keperawatan dan kebidanan, penunjang medik dan penunjang non medik.
2. Rumah Sakit Khusus, didefinisikan sebagai rumah sakit yang memberikan pelayan utama pada bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasar disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.
Rumah sakit juga dapat menjadi rujukan dari fasilitas Kesehatan tingkat pertama (Puskesmas, Klinik) untuk penyelenggaraan pelayanan pelimpahan tanggung jawab terkait masalah Kesehatan yang lebih kompleks yang hanya dapat ditangani dan difasilitasi oleh Rumah Sakit.
Klasifikasi tipe dari Rumah Sakit adalah berikut :
[22]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
1. TIPE A, memfasilitasi dan memiliki kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik luas.
2. TIPE B, memfasilitasi dan memiliki kemampuan pelayanan medik sepesialistik luas namun sub spesialistik terbatas.
3. TIPE C, memfasilitasi dan memiliki kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-kurangnya 4 spesialistik dasar lengkap.
4. TIPE D, memfasilitasi dan memiliki kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar dan minimal 2 spesialistik dasar lengkap.
Perencanaan dan perancangan arsitektur fasilitas kesehatan pada umumnya didasari oleh prinsip pokok seperti peraturan pemerintah dan persyaratan teknis yang diterapkan. Hal-hal yang mendasari perencanaan dan perancangan bermuara pada desain yang mampu mengakomodir kebutuhan teknis, kebutuhan user sehingga mencapai desain yang “sehat” dan sustain.
[23]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
LINGKUP PERANCANGAN
FASILITAS KESEHATAN DI INDONESIA
Proses perencanaan, perancangan, dan pengembangan fasilitas kesehatan dapat dijabarkan sebagai berikut:
Gambar 9. Alur Proses Perencanaan dan Perancangan Fasilitas Kesehatan
Sumber : Analisis dan Olahan Penulis, 2019
[24]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
1. Tahapan Awal, Mengidentifikasi masalah dengan mengumpulkan data (primer dan sekunder), analisis permasalahan (Arsitektural dan non arsitektural) yang didukung dengan studi literatur dan data pendukung lainnya.
2. Masterplan, tujuan dari Menyusun dan mengolah masterplan sebagai mana dijabarkan oleh Hatmoko (2018) adalah
• Memperoleh Keterpaduan antara rencana pengembangan program pelayanan kesehatan dengan rencana pengembangan fisik, yang dapat diandalkan baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
• Memperoleh arah pengembangan fisik sekaligus sebagai kerangka dasar bagi pengembangan bangunan serta insfrastruktur di lingkungan rumah sakit.
• Memperoleh dasar bagi pentahapan pengembangan fisik, dikaitkan dengan pengembangan program pelayanan kesehatan maupun dengan manajemen rumah sakit secara keseluruhan.
[25]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 10. Capaian Masterplan Rumah Sakit
Sumber : Adi Utomo Hatmoko, 2019
Hatmoko (2018) juga menjelaskan tahapan dari penyusunan masterplan secara garis besar adalah pengumpulan data, analisis, master program, program fungsi, perencanaan blokplan, dan rencana pentahapan pembangunan. Capaian dari perumusan Masterplan adalah fungsi ruang, sistem ruang, sirkulasi, massa, infrastruktur, tata hijau dan pengelohan air yang baik dan sehat.
3. Tahap Perancangan, tahapan ini terdiri dari respon terkait analisis dan masterplan yang sudah tersusun.
Menuangkan ide, gagasan, dan konsep kedalam gambar skematik hingga realisasi gambar kerja arsitektural dan teknis.
4. Evaluasi, selain mempersiapakn perencanaan, perancangan dan pembangunan. Perancang harus
[26]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
tetap mengevaluasi dan mendampingi secara berkala terkait desain, baik saat proses membangun namun juga evaluasi minor dan mayor yang dilakukan secara berkala oleh operator atau pihak fasilitas Kesehatan.
[27]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
STANDAR PERANCANGAN
FASILITAS KESEHATAN DI INDONESIA
Organisasi pelayanan kesehatan berperan menyediakan fasilitas yang aman, fungsional dan suportif bagi pasien, keluarganya, staf dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas fisik, medis, peralatan lainnya, dan sumber daya manusianya harus dikelola secara efektif. Secara khusus, manajemen harus berusaha untuk:
• mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko;
• mencegah kecelakaan dan cedera; dan
• memelihara kondisi yang aman.
Fasilitas Kesehatan seperti Rumah Sakit secara regular akan menjalani akreditasi nasional dengan tingkat capaian yang diharapkan adalah tingkat paripurna atau excellent.
Dari sisi bangunan dan lingkungan, berikut aspek dan isu yang perlu dicermati sekaligus menjadi poin pencermatan dalam tahapan perancangan arsitektur fasilitas Kesehatan:
1. Pencermatan arsitektural dan teknis dari poin Komisi Akreditasi Rumah Sakit
[28]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 12. Cermatan Arsitektural dari Akreditasi Rumah Sakit
Sumber : Olahan Penulis, 2019
2. Pencermatan arsitektural dan teknis dari poin akreditasi internasional Joint Commission International (JCI) :
Gambar 13. Cermatan Arsitektural dari Akreditasi JCI Sumber : Olahan Penulis dan JCI accreditation, 2019
[29]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Dari kedua jabaran poin pencermatan, dapat ditarik kesimpulan ringkas, yaitu orientasi perancangan yang mengacu pada :
▪ Pemanfaatan ruang yang mengacu pada fungsi, dimensi, dan sirkulasi
▪ Persyaratan menyangkut masalah keamanan terhadap kebakaran serta metode evakuasi pasien.
▪ Suasana yang tercipta dalam lingkungan fisik yang mengakomodir kebutuhan medis, operasional dan maintenance.
▪ Estetika bangunan dan lingkungan yang menghasilkan citra bagi fasilitas kesehatan.
Selain itu, sangat penting untuk diperhatikan oleh para perancang terkait standar-standar yang digunakan, kita perlu aktual merespon Peraturan Pemerintah yaitu Peraturan Menteri Kesehatan, begitupun standar bangunan serta lingkungan setempat.
[30]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
PRINSIP PERANCANGAN
FASILITAS KESEHATAN DI INDONESIA
Gambar 14. Kata Kunci Perancangan Fasilitas Kesehatan Sumber : Olahan Penulis, 2019
Prinsip runtun dalam perancangan fasilitas Kesehatan adalah :
• Memenuhi syarat-syarat dan kebutuhan fasilitas kesehatan.
• Mendukung dan memudahkan pelayanan medis.
• Mencegah penyebaran sumber penyakit dan infeksi di lingkungan fasilitas kesehatan.
[31]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
• Memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna.
Dari prinsip tersebut, kita dapat menyederhanakan menjadi empat kata kunci, yaitu keamanan, Kesehatan, kemudahan dan kenyamanan. Keempat kata kunci tersebut tentu berkaitan dan perlu pengkondisian agar menghasilkan capaian perancangan yang diharapkan dari sebuah gagasan desain fasilitas kesehatan. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan:
Tabel 2. Upaya Pencapaian Perancangan Fasilitas Kesehatan
Sumber : olahan penulis, 2019
Meminjam kalimat dari Goldwyn (1950) “a hospital is no place to be sick” menjadi semangat dan pengingat untuk mencapai Kualitas Arsitektur, Interior, Lanskap dan
[32]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
infrastrukstur yang mendukung terwujudnya lingkungan yang “sehat” di fasilitas kesehatan. (kinerja bangunan).
Serta menyajikan suasana penyembuhan. (performa bangunan dan lingkungan). Bagaimana mencapai tujuan tersebut ?
1. Kesesuaian dan Pemenuhan Fungsi 2. Tata massa, sirkuasi, dan zonasi yang baik
3. Infrastruktur yang memenuhi Standar Oprasional 4. Menyajikan suasana pemulihan.
KEAMANAN DAN KESELAMATAN
Gambar 15. Cermatan Aspek Keamanan dan Keselamatan Perancangan Fasilitas Kesehatan
Sumber : Olahan Penulis, 2019
Cermatan arsitektur aspek keamanan dan keselamatan tidak hanya diranah keamanan bangunan, namun juga terkait medical system didalamnya. Maka kita juga perlu untuk memperhatikan:
1. Memperhatikan zonasi, tata massa dan ruang yang direncanakan.
2. mengakomodir desain dengan besaran ruang sesuai aktifitas, protokol kesehatan dan kedekatan ruang.
[33]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
3. Infrastruktur sesuai dengan Standar operasional dan standar keamanan
Hatmoko (2018) menjelaskan keterkaitan perancangan fasilitas kesehatan Rumah Sakit yang baik dengan Zonasi.
Zonasi yang tepat dapat mendukung efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan di fasilitas kesehatan. Zonasi dalam perencanaan dan perancangan fasilitas kesehatan dikategorikan berdasar:
1. Zonasi berdasar tingkat resiko penularan 2. Zonasi berdasarkan privasi kegiatan
3. Zonasi berdasarkan tingkat tindakan/pelayanan.
Gambar 19. Contoh Skema Zonasi Rumah Sakit Sumber : Adi Utomo Hatmoko, 2018
[34]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Perancangan zonasi juga erat kaitannya dengan alur dan kedekatan ruang. Tahapan setelah perancangan zonasi ruang yang tepat adalah merancang sirkulasi dan aksesibilitas baik didalam maupun ruang luar bangunan klinik.
1. Bagaimana kebutuhan teknis (ukuran, jenis alat, space manusia, kendaraan) pada sirkulasi eksternal (contoh:
masuk dan drop IGD).
2. Bagaimana kebutuhan teknis (ukuran, jenis alat, space manusia, kendaraan) pada sirkulasi internal (contoh:
IGD, ramp, bangsal, lift, dan lainnya).
Tahapan selanjutnya adalah mengolah tata massa agar tercapai kualitas lingkungan yang sehat. Pencapaiannya dapat dicapai dengan mencermati poin-poin berikut :
Gambar 19. Cermatan Tata Massa Perancangan Fasilitas Kesehatan Sumber : Olahan Penulis, 2019
Kembali kita tidak boleh abai bagaimana memenuhi Standar Program Ruang, Tipe, Besaran, Kebutuhan-
[35]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
kebutuhan Spesifik serta memenuhi standar-standar medis, servis untuk pasien (rawat inap & rawat jalan).
Berikut beberapa contoh dari penataan ruang di klinik:
Gambar 20. Organisasi Ruang dan Analisis Kebutuhan Perancangan Klinik
Sumber : Olahan Hilman Abdul Rahman, 2020
[36]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
[37]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 21. Perancangan Klinik 1
Sumber : Olahan Hilman Aul Rahman, 2020
[38]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 22. Contoh Pembagian Zonasi Perancangan Klinik 2
Sumber : Olahan Jauharoh Pancawati, 2020
[39]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 23. Contoh Pembagian Zonasi Perancangan Klinik 3
Sumber : Olahan Vanisa, 2020
[40]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
IMPLEMENTASI BANGUNAN SEHAT
FASILITAS KESEHATAN DI INDONESIA
Gambar 24. Kengo Kuma “Green Hospital” for Tokyo
Sumber : https://www.archdaily.com/599763/seijo-kinoshita-hospital- green-hospital-kengo-kuma-and-associates diakses 15 November
2019
Sejalan dengan topik-topik sebelumnya, capaian “Sehat”
dalam perancangan fasilitas kesehatan. Kita dapat menelaah terlebih dahulu refleksi berikut :
1. Pernahkah mendengar implementasi Green Hospital dari capaian Green Building ?
2. Pernahkan mendengar Zero Energy Healthy Building ? 3. Pernahkan mendengar Health Environment ?
[41]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Kosa kata dari pertanyaan diatas sering Anda jumpai saat Anda berkecimpung dan mempelajari pendekatan Sustainable Architecture.
Green Building dan Sustainable Architecture
Upaya menciptakan bangunan dengan kinerja yang baik untuk manusia dan lingkungan untuk menghindari/mengurangi efek panas bumi/jejak karbon.
Green Building dapat diupayakan dengan menggunakan kontruksi dan teknologi yang diaplikasi didalam bangunan.
Zero Energy Healthy Building
Zero Energy Healthy Building dinarasikan sebagai upaya strategis dari implementasi Healthy Building dan efisiensi energi. Healthy building merupakan upaya menciptakan ruang dan bangunan sehat dengan pengolahan tata massa, dan lainnya.
Manfaat dari implementasi pendekatan sustainable architecture adalah :
1. Mengurangi Sumber Daya Alam.
Luaran : kinerja bangunan yang hemat energi, air dan material.
2. Meminimalisir dampak buruk lingkungan.
[42]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Luaran : Pemanfaatan lahan yang baik, pengolahan sampah dan limbah lain yang optimal.
3. Meningkatkan kualitas lingkungan (indoor health dan luar bangunan)
Luaran : indoor quality, kenyamanan thermal, visual dan suara.
Dalam proses perencanaan dan perancangan bangunan hijau, kita dapat mengacu pada acuan prasyarat bangunan hijau milik Green Building Council Indonesia GBCI) :
Gambar 25. Panduan Assesment dan Penerapan Greenship New Building
Sumber : Green Building Council Indonesia
Dengan catatan, yang kembali harus kita pahami bahwa fasilitas Kesehatan terutama Rumah Sakit memiliki tingkat kinerja yang sangat tinggi dengan jam operasional yang
[43]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
hampir berjalan 24 jam. Sehingga dalam kasus rumah sakit atau klinik yang sudah operasional dan berkembang namun ingin menerapkan green hospital perlu menyadari bahwa upaya yang dilakukan tentu maksimal namun belum tentu dapat menekan efisiensi dan efektivas dari penerapan tersebut.
SUASANA PEMULIHAN
Suasana pemulihan atau healing environment dapat dicapai dengan beberapa strategi perancangan, yaitu :
Gambar 27. Healing Environment Sumber : Adi Utomo Hatmoko, 2019
[44]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Sebelumnya kita telah membahas terkait strategi zonasi, sirkulasi, separasi, konsep berkelanjutan dan ketepatan pemenuhan fungsi. Upaya berikutnya adalah menghasilkan situasi yang kondusif agar mendukung suasana pemulihan. Sasaran pemulihan tidak hanya ditujukan kepada pasien, namun juga kepada keluarga pasien, staff medis dan pelayanan. Mengapa kita perlu memperhatikan kenyamanan untuk segala aspek ? Lingkungan fisik yang baik adalah menciptakan ketersediaan oksigen dan lingkungan yang rendah polusi, serta ruangan yang memiliki kelembaban dan suhu yang nyaman. Asupan Oksigen yang cukup akan memberikan dampak penghuni menjadi lebih relaks dan tidak terkena Sick Building Syndrome. Sehingga, secara tidak langsung akan berdampak pada produktivitas penghuninya.
Cermatan fisik bangunan fasilitas kesehatan dalam upaya menghadirkan suasana pemulihan adalah sebagai berikut :
1. Mencermati teknis desain didalam dan luar bangunan seperti tema warna, pemilihan material dan tekstur, pencahayaan dan detail.
[45]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 28. Teknis Desain Arsitektural Healing Environment
Sumber : olahan penulis, 2019
Pemilihan Warna
Gambar 29. Skema Warna Sumber :Canva, 2019
Pemilihan warna di interior maupun eksterior dapat memberi dampak citra bangunan. Kita dapat memilih strategi warna dari skema warna.
Dalam perancangan fasilitas Kesehatan untuk menekankan citra bangunan, kita dapat memilih warna-warna identitasi dari fasilitas Kesehatan tersebut yan dipadukan dengan pilihan warna-warna eath tone seperti sand, deep sea, limestone, dan lainnya. Contoh penerapan skema warna adalah sebagai berikut :
[46]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 30. Skema Pemilihan Warna di Fasilitas Kesehatan
Sumber : Olahan Penulis dan google, 2019
Pemilihan Material dan Tekstur
Syarat dari pemilihan material dan tekstur di fasilitas Kesehatan adalah aman, hospital grade material, jangka Panjang dan mudah dalam pemeliharaan.
Gambar 31. Material dan Tekstur di Fasilitas Kesehatan Sumber : olahan penulis dan akses google, 2019
W A L L F L O O R
[47]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
Contoh dari pencermatan material adalah lantai di area penerimaan rawat jalan menggunakan tile, marble, granite, vinyl dan karpet. Sedangkan untuk zona medis wajib memperhatikan syarat medis seperti vinyl grade medic dengan epoxy. Perbedaan material yang digunakan berdasarkan pada fungsi dan zonasi ruang.
Pencahayaan
Sumber pencahayaan terdiri dari pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami adalah cahaya matahari yang masuk dari bukaan seperti jendela, ventilasi, jalusi dan lainnya. Fungsi utama adalah memberikan akses masuk cahaya matahari langsung ke ruangan sehingga mencapai kenyamanan visual maupun kesehatan. Sedangkan pencahayaan buatan bersumber dari lampu.
Gambar 32. Pencahayaan sebagai Dekoratif dan penanda Sumber : olahan penulis dan akses google, 2019
[48]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 32. Pencahayaan hangat dan pencahayaan alami.
Sumber : olahan penulis dan akses google, 2019
Pencahayaan dekoratif dapat memberikan kesan dan citra bangunan baik di eksterior maupun interior. Sedangkan cahaya dari lampu kuning dapat memberi kesan hangat dan nyaman, penggunaan pencahayaan ini dapat diterapkan di zona rawat inap maupun rehab medik.
Kemudian, pencahayaan alami digunakan sebagai upaya efisiensi dan green hospital dengan catatan, area tersebut tidak termasuk zonasi pelayanan medis dengan resiko tinggi.
[49]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 33. Pencahayaan Terang Dan Putih
Sumber : olahan penulis dan akses google, 2019
Pencahayaan terang dan putih diterapkan untuk zonasi medis dengan resiko sedang hingga tinggi. Hal tersebut berkaitan dengan kebutuhan tenaga medis untuk fokus saat bekerja dan kenyamanan visual saat tindakan medis.
Detail Arsitektural
Sangat perlu untuk memperhatikan detail-detail dalam perancangan fasilitas Kesehatan. Menyadari dan paham bahwa fasilitas kesehatan diakses oleh berbagai kalangan dan usia.
1. Mencermati sudut-sudut konus dan menyediakan railing bagi pasien.
[50]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 34. Pencahayaan Terang Dan Putih
Sumber: pinterest.com diakses 10 Juni 2019, 2019
2. Universal Desain, bangunan dapat diakses oleh seluruh kalangan seperti rekan-rekan difabel, masyarakat lanjut usia, anak-anak, Ibu hamil, dan lainnya.
Gambar 35. Universal Desain di Rumah Sakit Sumber : olahan penulis dan akses google, 2019
IMPLEMENTASI SUASANA PEMULIHAN
Setelah mencermati poin-poin kebutuhan untuk menghasilkan suasana pemulihan, kita dapat mengimplementasikan kedalam produk perancangan.
Berikut beberapa strategi yang dapat kita lakukan dalam produk perancangan:
All image : pinterest.com
[51]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
1. Menciptakan Suasana atau atmosfer yang “welcome”
dan “warm” di zonasi penerimaan seperti lobby rumah sakit. Kita dapat meberikan dimensi yang lebih luas, open space, dan memilih furniture. Pengkondisian ini ditempuh dengan mendialogkan aspek-aspek healing environment yang telah dipaparkan sebelumnya.
Gambar 36. Suasanan dan Kemudahan Sumber: analisis penulis dan akses google, 2019
2. Memperhatikan kemudahan akses didukung dengan signange yang baik.
3. Menawarkan kenyamanan dengan
mengimplementasikan healing environment di seluruh area fasilitas Kesehatan, tidak hanya di area publik dan area rawat inap namun juga area diagnostik.
[52]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 37. Suasanan dan Kemudahan
Sumber: analisis penulis dan akses google, 2019
4. Memberi suasana entertain dan meminimalir stigma
“kaku” dan “dingin” di area pelayanan. Maksud dari pengkondisian ini selain untuk memberi kesan casual adalah memberikan kemudahan akses bagi pengguna jika membutuhkan layanan entertain saat diarea fasilitas kesehatan
[53]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 38. Suasana Entertain
Sumber : analisis penulis dan akses google, 2019
5. Menghadirkan healing garden di ruang-ruang komunal. Keseimbangan lingkungan dapat menurunkan resiko stress yang dihadapi oleh pengguna. Healing garden disajikan dengan mengangkat unsur alam seperti air, vegetasi, dan perkerasan yang juga dapat dipadu dengan tata penerangan dan outdoor furniture.
http://www.chinatoday.com/entertain/luxury_hospital_lobby.htm
google.com pinterest.com
pinterest.com pinterest.com
[54]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 38. Healing Garden
Sumber : olahan penulis dan akses google, 2019
Berikut beberapa contoh dari penerapan desain di Rumah Sakit :
All
[55]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 39. Interior poli anak
Sumber : olahan penulis dan tim, 2019
Gambar 40. Interior poli umum Sumber : olahan penulis dan tim, 2019
[56]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 41. Interior Ruang Rawat Inap VIP
Sumber : olahan penulis dan tim, 2019
[57]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE Gambar 42. Interior Ruang Rawat Inap Kelas 3
Sumber : olahan penulis dan tim, 2019
Gambar 43. Interior Ruang IGD Sumber : olahan penulis dan tim, 2019
[58]
BUKU AJAR MATA KULIAH : REKAYASA HEALTH ARCHITECTURE
DAFTAR RUJUKAN
Hatmoko, Adi (2015), Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Nomor 2014.
Yetti, Aprodita Emma (2017), Kajian Konsep Healing Environment terhadap Psikologi Ruang Dalam Perencanaan Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit. Health Architecture Proceeding: Yogyakarta.
Yetti, Aprodita Emma (2018), Kajian Arsitektur Perilaku Untuk Ruang Laktasi Di Ruang Publik. Jurnal Arsitektur dan Perencanaan (JUARA) Volume 1 No 2 : Yogyakarta.