• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN BERDIRI LAMA SEBAGAI FAKTOR RISIKO VARISES VENA TUNGKAI BAWAH PADA WANITA PEDAGANG DAN PEMBELI DI PASAR GAMBIR TEBING TINGGI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN BERDIRI LAMA SEBAGAI FAKTOR RISIKO VARISES VENA TUNGKAI BAWAH PADA WANITA PEDAGANG DAN PEMBELI DI PASAR GAMBIR TEBING TINGGI SKRIPSI"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN BERDIRI LAMA SEBAGAI FAKTOR RISIKO VARISES VENA TUNGKAI BAWAH PADA WANITA PEDAGANG DAN PEMBELI DI PASAR GAMBIR TEBING

TINGGI

SKRIPSI

Oleh : AINIL AISYAH

180100021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

HUBUNGAN BERDIRI LAMA SEBAGAI FAKTOR RISIKO VARISES VENA TUNGKAI BAWAH PADA WANITA PEDAGANG DAN PEMBELI DI PASAR GAMBIR TEBING

TINGGI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh : AINIL AISYAH

180100021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

i

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kelak di hari akhir kita mendapatkan syafa’at beliau. Skripsi yang berjudul “Hubungan Berdiri Lama Sebagai Faktor Risiko Varises Vena Tungkai Bawah pada Wanita Pedagang dan Pembeli di Pasar Gambir Tebing Tinggi” ini merupakan tugas akhir yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran program studi Pendidikan dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tentu tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada:

1. Kedua orangtua penulis, Zahidin, S.Pd., M.Pd. dan Nelfiza, S.Pd., M.Pd.

serta adinda yang penulis sayangi Miftahul Husna yang selalu memberikan doa, semangat, kasih sayang, keceriaan dan kehangatan dalam kehidupan penulis.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K); Wakil Dekan I FK USU Dr. dr. Delyuzar, M.Ked(PA), Sp.PA(K), Wakil Dekan II FK USU Dr. dr. Muara P. Lubis, M.Ked(OG), Sp.OG(K), Wakil Dekan III FK USU dr. Inke Nadia Diniyanti Lubis, M.Ked(Ped), Sp.A, Ph.D yang telah memberikan dukungan dalam bentuk sarana dan prasarana, motivasi serta nasihat kepada penulis selama masa pendidikan di FK USU.

3. dr. Indri Adriztina M.Ked(ORL-HNS), Sp.THT-KL selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan ilmu, nasehat, dukungan dan bimbingan selama menjalani masa pendidikan di FK USU.

4. dr. Ali Nafiah Nasution, M.Ked(Cardio), Sp.JP, FIHA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu serta memberikan

(5)

iii

arahan, masukan, ilmu, perhatian dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Prof. dr. Bidasari Lubis Sp.A(K) dan dr. Deryne Anggia Paramita, M.Ked(KK), Sp.KK selaku dosen penguji yang telah mencurahkan ilmu, masukan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika USU dan FK USU, MEU FK USU serta komisi etik USU yang telah meluangkan waktu dan tenaga, untuk memberikan ilmu, bantuan, nasihat serta bimbingan bagi penulis baik dalam menjalani masa pendidikan di FK USU maupun dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat terbaik penulis, Azhzhilla Izza Mora Lubis, Putri Rhizkikah, Amalia Faghira Aldreyn, Naomi Laksita Laras, Rizki Fauzan Ghali, Rasyid Ridha, Ahmad Razi, Namira Mardhiyah, Nanda Andini, Dimas Pangestu, Ahmad Aziz Multazam, Zahratunnisa, Dila, Clara, yang selalu ada di setiap suka duka serta selalu memberikan keceriaan dan dukungan dalam keseharian penulis.

8. Kakanda dr. Justika Usmadhani Aulia dan Anggi, yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu serta nasehat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. PEMA FK USU, Abdul Hakim Nasution, Nisa’, Chalya, Lili, Nicholas, Putri, Shafira, Sofi, Rizki, Umam, Daffa, Alfath, Bella, Zidan, Indira, Amel, yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

10. WIRUS PEMA FK USU, Uswah Utami, Erick, Fira, Nicole, Vivi, Zeeva, Vina, Chris, Fiola, Alul, yang selalu menghibur dan memberikan semangat pada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

11. SCORE PEMA FK USU GEN XVI, Wyhra Pratama Said, Anggi Annisa, Aurel, Firyal, Nurul, Sofya, Ridha yang selalu membagi ilmu dan semangat selama menjalani masa pendidikan di FK USU.

(6)

iv

12. Senior dan sejawat penulis di FK USU lainnya yang telah bekerjasama dalam kehidupan organisasi kampus serta memberikan ilmu dan keceriaan dalam menjalani masa pendidikan di FK USU.

13. Pedagang dan pembeli di Pasar Gambir Tebing Tinggi, yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang kedokteran.

Medan, November 2021 Penulis,

Ainil Aisyah 180100021

(7)

v DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Daftar Isi... ii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Singkatan... x

Abstrak ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan ... 4

1.4.2 Bagi Peneliti ... 4

1.4.3 Bagi Peneliti Lain ... 4

1.4.4 Bagi Masyarakat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Anatomi Ekstremitas Tungkai Bawah ... 5

2.2 Fisiologi Ekstremitas Tungkai Bawah ... 8

2.3 Varises Vena Tungkai Bawah ... 9

2.3.1 Prevalensi ... 9

2.3.2 Definisi ... 9

2.3.3 Faktor Risiko ... 10

2.3.4 Mekanisme Terjadinya Varises Vena Tungkai Bawah 13 2.3.5 Patofisiologi ... 14

2.3.6 Klasifikasi... 15

2.3.7 Gejala Klinis ... 16

(8)

vi

2.3.8 Anamnesis ... 17

2.3.9 Pemeriksaan Fisik ... 18

2.3.10 Pemeriksaan Penunjang... 20

2.3.11 Tatalaksana ... 20

2.3.12 Pencegahan ... 24

2.3.13 Komplikasi ... 24

2.4 Menopause... 25

2.4.1 Definisi ... 25

2.4.2 Proses Menopause ... 26

2.4.3 Jenis-Jenis Menopause ... 26

2.5 Kerangka Teori ... 28

2.6 Kerangka Konsep ... 29

2.7 Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Rancangan Penelitian ... 30

3.2. Lokasi dan Waktu Penlitian ... 30

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

3.3.1 Populasi ... 30

3.3.2 Sampel ... 30

3.4 Variabel Penelitian ... 32

3.4.1 Variabel Bebas ... 32

3.4.2 Variabel Terikat ... 32

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 32

3.5.1 Teknik Pengolahan Data ... 32

3.5.2 Analisis Data ... 33

3.5.2.1 Analisis Univariat ... 34

3.5.2.2 Analisis Bivariat ... 34

3.5.2.3 Analisis Multivariat ... 35

3.6 Sumber Data ... 35

(9)

vii

3.6.1 Data Primer ... 35

3.7 Instrumen Penelitian ... 35

3.8 Teknik Pengambilan Data ... 37

3.8.1 Wawancara dengan Responden ... 37

3.8.2 Pengukuran ... 38

3.8.3 Pengambilan Foto ... 38

3.9 Alur Penelitian ... 38

3.10 Definisi Operasional ... 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 43

4.1.1 Karakteristik Demografi ... 43

4.1.1.1 Analisis Univariat ... 42

4.1.1.2 Analisis Bivariat ... 48

4.1.1.3 Analisis Multivariat ... 57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 59

5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN ... 63

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Pembuluh Darah Vena dan Arteri ... 5

2.2 Vena Ekstremitas Bawah ... 6

2.3 Patofisiologi Varises ... 15

2.4 Kerangka Teori ... 28

2.5 Kerangka Konsep ... 29

3.1 Alur Penelitian ... 38

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Definisi Operasional... 39

4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Wanita Pedagang dan Pembeli yang Menderita VVTB... 43 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Wanita Pedagang dan Pembeli yang telah Menopause... 43 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Waktu Kumulatif Wanita Pedagang dan Pembeli Berdiri dari Jam 06.00- 18.00... 44 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Waktu Kumulatif Wanita Pedagang dan Pembeli Duduk dari Jam 06.00- 18.00... 44 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan IMT Wanita Pedagang dan Pembeli... 45

4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Keluarga Wanita Pedagang dan Pembeli... 45 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik Wanita Pedagang dan Pembeli... 46 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Multiparitas Kehamilan Wanita Pedagang dan Pembeli... 47 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Wanita Pedagang dan Pembeli... 47 4.10 Analisis Hubungan Pekerjaan terhadap VVTB... 48

4.11 Analisis Hubungan Berdiri Lama terhadap VVTB... 49

4.12 Analisis Hubungan Duduk Lama terhadap VVTB... 50

4.13 Analisis Hubungan Usia Menopause terhadap VVTB... 52

4.14 Analisis Hubungan Riwayat Keluarga terhadap VVTB... 53

4.15 Analisis Hubungan IMT terhadap VVTB... 54

4.16 Analisis Hubungan Multiparitas terhadap VVTB... 55

4.17 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik terhadap VVTB... 56

4.18 Hasil Akhir Analisis Multivariat ... 57

(12)

x

DAFTAR SINGKATAN

A. : Arteri

CEAP : Clinical, Etiological, Anatomic, Pathophysiologic CS : Compression Stockings

ELT : Endovenous Laser Therapy IMT : Indeks Massa Tubuh Jar. : Jaringan

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

N. : Nervus

Perdoski : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah SPG : Sales Promotion Girl

SPSS : Statistical Package for the Social Sciences

V. : Vena

VSM : Vena Saphena Magna VSP : Vena Saphena Parva

VVTB : Varises Vena Tungkai Bawah WHO : World Health Organization

(13)

xi

ABSTRAK

Latar Belakang. VVTB adalah penyakit yang serius dan sering dijumpai tetapi penderita varises kadang kala membiarkan penyakit tersebut dikarenakan varises yang masih terbilang ringan dan tidak merasakan gejala, padahal jika dibiarkan ada risiko komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit tersebut dan masih sedikit perhatian dari para klinisi, karena kelainan ini dianggap ringan dan mortalitasnya yang rendah. Di Indonesia, angka kejadian varises saat ini diperkirakan sekitar 25%-30% pada wanita dan 10%-20% pada pria. Berbagai penelitian telah meneliti hubungan risiko berdiri lama terhadap kejadian VVTB terutama dikalangan wanita, namun untuk wanita pedagang dan pembeli di pasar pada daerah Sumatera Utara masih belum ada dilaporkan. Dengan demikian, penulis tertarik untuk menganalisa hubungan berdiri lama sebagai faktor risiko varises vena tungkai bawah pada wanita pedagang dan pembeli di Pasar Gambir Tebing Tinggi. Tujuan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan berdiri lama sebagai faktor risiko varises vena tungkai bawah pada wanita pedagang dan pembeli di Pasar Gambir Tebing Tinggi. Metode.

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian observasi analitik menggunakan desain cross sectional dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Populasi penelitian ini adalah wanita pedagang dan pembeli di Pasar Gambir Tebing Tinggi yang memiliki VVTB. Hasil. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa faktor risiko VVTB adalah usia menopause (OR = 2,988) dan jam berdiri >8 jam (OR = 6,897). Kesimpulan. Usia menopause dan jam berdiri >8 jam adalah faktor risiko varises vena tungkai bawah.

Kata kunci: berdiri lama, faktor risiko, VVTB, wanita pedagang dan pembeli di pasar

(14)

xii

ABSTRACT

Background. LLVV is a serious disease and is often encountered, but people with varicose veins sometimes leave the disease because varicose veins are still relatively mild and do not feel symptoms, even though if left untreated there is a risk of complications caused by the disease and there is still little attention from clinicians, because this disorder is considered light weight and low mortality. In Indonesia, the incidence of varicose veins is currently estimated to be around 25%- 30% in women and 10%-20% in men. Various studies have examined the relationship between the risk of long standing and the incidence of LLVV, especially among women, but for women traders and buyers in markets in North Sumatra, it has not been reported. Thus, the authors are interested in analyzing the relationship between long standing as a risk factor for lower limb varicose veins of women traders and buyers at Pasar Gambir Tebing Tinggi. Objective. This study aims to determine the relationship between long standing as a risk factor for lower limb varicose veins of women traders and buyers at Gambir Tebing Tinggi Market. Method. The research that will be conducted is analytic observational research using cross sectional design with purposive sampling technique.

The population of this research are women traders and buyers at Gambir Tebing Tinggi Market who have LLVV. Results. Multivariate analysis using logistic regression showed that the risk factors for LLVV were menopausal age (OR = 2,988) and standing hours >8 hours (OR = 6,897).

Conclusion. Menopausal age and standing hours >8 hours are risk factors for lower limb varicose veins.

Keywords: long standing, risk factors, LLVV, women traders and buyers in the market

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Varises vena tungkai bawah (VVTB) adalah vena yang letaknya berada pada tungkai bawah yang melebar dikarenakan oleh inkompetensi katup vena profundus, vena superfisialis dan/atau vena perforantes. Inkompetensi katup vena tersebut mengakibatkan terjadinya refluksnya aliran darah vena, yang kemudian menyebabkan peningkatan tekanan vena. Peningkatan pada tekanan vena mengakibatkan pembuluh vena subkutan di tungkai bawah melebar, kencang atau berliku-liku (NICE, 2013; Joseph et al., 2016).

Saat ini, di Indonesia angka terjadinya varises vena tungkai bawah diperkirakan sekitar 25%-30% pada wanita dan 10%-20% pada pria (Suwignyo, 2017). Varises merupakan penyakit yang serius jika tidak ditindaklanjuti dan akan timbul dampak bagi kesehatan dan akan berisiko pada bagian tubuh lainnya. Menurut Suhartono, penderita VVTB kadang kala membiarkan penyakit tersebut dikarenakan oleh varises yang masih terbilang ringan dan penderita juga tidak merasakan gejala apapun, padahal jika terus dibiarkan akan ada risiko komplikasi yang disebabkan oleh penyakit VVTB, yaitu seperti kulit menjadi kering, bersisik, memerah, adanya penggumpalan darah dan peradangan pada pembuluh vena bagian kaki, dapat juga terjadi penebalan pada kulit kaki akibat dari ulkus vena yang terluka akibat kenaikan tekanan pada vena, kemudian terjadi perdarahan akibat dari tekanan darah yang meningkat dan akan dengan mudah terjadi perdarahan saat vena tersebut terkena benturan.

Jika terus menerus dibiarkan maka aliran darah rusak dan akan terjadi pembekuan di dalam pembuluh darah. Pembekuan tersebut akan menyebabkan terjadinya pembengkakan dan jika pembekuan darah tersebut lepas dan masuk ke dalam paru-paru maka akan berakibat fatal, hal terburuk yang dapat terjadi adalah mengakibatkan penyumbatan darah pada paru-paru (emboli paru-paru)

(16)

serta kegagalan pemompaan darah pada jantung (gagal jantung) (Adriana, 2012).

Pada penelitian Pramita et al. (2020), menguji hubungan berdiri lama sebagai faktor risiko terjadinya varises vena tungkai bawah pada wanita usia menopause di Desa Parean Tengah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapatnya hubungan signifikan antara faktor risiko wanita usia menopause dengan terjadinya varises vena tungkai bawah. Kelemahan penelitian yaitu faktor risiko seperti genetik, paritas, obesitas dan faktor lain tidak dilakukan analisis lebih lanjut.

Penelitian Pratiknyo et al. (2016), menguji faktor resiko apa saja yang berpengaruh terhadap kejadian VVTB pada pramuniaga di Kota Semarang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat keluarga dan overweight/obesitas merupakan faktor risiko terjadinya VVTB pada pramuniaga. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor risiko lain yang berhubungan dengan kejadian VVTB yaitu lama bekerja dan diharapkan tidak hanya satu faktor, namun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian varises vena tungkai bawah juga, sehingga bisa diperoleh hasil yang lebih menyeluruh.

Berbagai penelitian telah meneliti hubungan risiko berdiri lama terhadap kejadian varises vena tungkai bawah terutama dikalangan wanita, namun VVTB untuk wanita pedagang dan pembeli di pasar pada daerah Sumatera Utara masih belum ada dilaporkan. Varises vena tungkai bawah adalah penyakit yang sering, tetapi masih sedikit perhatian dari para klinisi, karena kelainan ini dianggap ringan dan mortalitasnya rendah.

Pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian di Pasar Gambir Tebing Tinggi dengan sampelnya adalah wanita pedagang dan pembeli di pasar.

Biasanya para pedagang mulai berdagang dengan posisi berdiri dan duduk dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari atau sekitar 12 jam. Pada penelitian ini juga akan dilakukan analisis lebih lanjut terhadap faktor-faktor risiko lainnya.

(17)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Varises vena tungkai bawah adalah penyakit yang sering, tetapi masih sedikit perhatian dari para klinisi, karena kelainan ini dianggap ringan dan mortalitasnya rendah. Saat ini, angka kejadian varises vena tungkai bawah di Indonesia diperkirakan sekitar 25%-30% pada wanita dan 10%-20% pada pria.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengindentifikasi faktor risiko apa sajakah pada varises vena tungkai bawah pada wanita. Namun, penelitian hubungan berdiri lama sebagai faktor risiko varises vena tungkai bawah pada wanita pedagang dan pembeli di Pasar Gambir Tebing Tinggi belum ada dilakukan sampai saat ini padahal VVTB bisa memunculkan risiko penyumbatan darah, meningkatkan terjadinya kegagalan jantung dan emboli pada paru-paru. Dengan demikian, penulis tertarik untuk menganalisa hubungan berdiri lama sebagai faktor risiko varises vena tungkai bawah pada wanita pedagang dan pembeli di Pasar Gambir Tebing Tinggi.

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui hubungan berdiri lama sebagai faktor risiko varises vena tungkai bawah pada wanita pedagang dan pembeli di Pasar Gambir Tebing Tinggi.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

Untuk mengetahui adanya hubungan antara duduk lama, indeks massa tubuh, usia menopause, aktivitas fisik, multiparitas kehamilan, dan riwayat keluarga dengan terjadinya varises vena tungkai bawah.

(18)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 BAGI ILMU PENGETAHUAN

Dengan adanya hasil penelitian ini dapat dilihat hubungan berdiri lama sebagai faktor risiko varises vena tungkai bawah pada wanita pedagang dan pembeli di Pasar Gambir Tebing Tinggi. Dari hasil penelitian ini juga diberikan masukan kepada tenaga kesehatan dalam upaya melakukan edukasi terhadap varises vena tungkai bawah kepada masyarakat khususnya wanita pedagang dan pembeli di pasar.

1.4.2 BAGI PENELITI

1. Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam penelitian dengan cara mengemukakan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan.

2. Mengembangkan minat dan kemampuan dalam bidang penelitian.

1.4.3 BAGI PENELITI LAIN

Data dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan oleh tenaga medis dan peneliti lain untuk memberikan perhatian lebih dan solusi pada wanita pedagang dan pembeli di pasar yang terkena varises vena tungkai bawah. Serta penelitian ini juga bisa sebagai acuan dan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.4.4 BAGI MASYARAKAT

Dari hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan informasi kepada masyarakat khususnya para wanita pedagang dan pembeli di Pasar Gambir Tebing Tinggi mengenai faktor risiko dan cara pencegahan VVTB.

(19)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ekstremitas Tungkai Bawah

Vena tungkai bawah terdiri atas komponen yaitu ada vena superfisialis, vena profunda dan vena perforantes atau vena penghubung (Price, 2006).

Terdapat tiga lapisan pada dinding vena, yaitu:

1. Tunika adventisia yaitu lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat fibrous.

2. Tunika media yaitu vena yang berotot lebih tipis, kekuatannya lemah, mudah mengecil dan kurang elastis daripada arteri.

3. Endothelium/tunika intima adalah lapisan bagian dalam.

Gambar 2.1 Pembuluh Darah Vena dan Arteri (Price, 2006).

Pembuluh darah pada ekstremitas bawah yang terdiri dari vena-vena superfisial dan sistem vena lainnya yang bergabung menjadi vena perforator.

(20)

Vena terdiri dari banyak katup dengan banyak percabangan yang pada tiap cabangnya memperlihatkan variasi yang khas di lokasi vena tersebut.

Gambar 2.2 Vena Ekstremitas Bawah(Doherty G.M, 2010).

Vena saphena magna adalah vena yang paling panjang di dalam tubuh, di mulai dari kaki sampai ke fossa ovalis dan mengalirkan darah dari bagian medial kaki serta ke sisi medial tungkai. Pada 10% pasien, vena ditemukan bercabang. Percabangan ini pada umumnya berasal dari lengkungan kaki bagian belakang dan biasanya ditemukan dari bagian anterior sampai ke bagian medial malleous pergelangan kaki. Vena saphena magna terletak di atas betis tepatnya berada di bawah fascia superfisial (Doherty G.M, 2010).

Vena ini adalah gabungan dari dua percabangan vena yaitu vena anterior yang melewati tibia dan vena posterior yang berada di posterior sampai bagian medial malleous disamping a. libialis posterior. Kemudian vena saphena magna berjalan melalui fossa ovalis yang kemudian berubah menjadi vena femoralis (Doherty G.M, 2010).

Saphena femoral junction adalah gabungan dari empat atau lima cabang dari vena saphena yang terdiri atas, v. iliaka superfisial sirkumfleksa, v.

pudenda eksterna, v. epigastrika superfisial dan aksesoris dari v. saphena media

(21)

dan lateral. Bagian vena lainnya merupakan gabungan dari v. saphena magna ke percabangan vena sampai ke n.femoralis (Doherty G.M, 2010).

Menurut Lofgren dan Rivlin, vena saphena magna berisiko 5-6 kali terkena varises vena tungkai bawah dibandingkan dengan vena saphena parva.

Di tungkai bawah v. saphena magna berdampingan dengan saraf kulit cabang, yaitu n. femoralis yang mempersarafi permukaan medial tungkai bawah (Faiz O & Moffat D, 2004). V. saphena parva berasal dari v. superfisial dorsalis yang terletak pada bagian lateral malleolus pergelangan kaki dan berada di garis tengah bagian posterior betis yang kemudian naik ke bagian belakang lutut lalu menjadi v. popliteal (Doherty G.M, 2010).

Vena bagian dalam terhubung dengan rangkaian arteri. Dua atau tiga v.

komitans tergabung di setiap a. tibialis. Pada bagian lutut vena yang memiliki kapasitas tinggi tergabung menjadi v. popliteal, yang mana berlanjut ke proksimal menjadi vena femoralis (Doherty G.M, 2010). Pada bagian ligamentum inguinal, v. femoralis dan v.profunda bergabung ke media menuju a. femoralis ke v. femoralis. Bagian proksimal ligamentum inguinal, yang mana v.femoralis menjadi v. iliaka eksterna. Sedangkan pada bagian pelvis, v.

iliaka eksterna dan interna bergabung menjadi v.iliaka komunis lalu menjadi v.cava inferior (Doherty G.M, 2010). V. perforantes merupakan vena yang menghubungkan v. superfisialis ke v. profunda, dengan cara langsung menembus ke fascia. Vena ini memiliki katup yang mengarahkan aliran darah dari v. superfisial ke v. profunda. Bila katup ini tidak berfungsi atau mengalami kegagalan maka aliran darah akan terbalik sehingga tekanan v. superfisial makin tinggi dan VVTB dengan mudah akan terbentuk (Faiz O & Moffat D, 2004).

(22)

2.2 Fisiologi Ekstremitas Tungkai Bawah

Volume darah pada ekstremitas bawah dapat meningkat ketika seseorang bergerak dari posisi relaksasi menjadi posisi berkontraksi.

Peningkatan volume darah ini di akomodasikan dengan peningkatan kapasitas vena, yang diatur oleh kontraktilitas otot polos yang berada di bagian dinding vena. Posisi kontraksi ini akan membuat aliran darah naik ke atas, menggunakan tekanan hidrostatik yang sama dengan jarak dari ujung kaki ke atrium kanan atau sekitar 100-120 mmHg (Doherty G.M, 2010).

Tekanan hidrostatik harus diatur agar tidak terjadi aliran balik bagian kaki dan mengalirkan vena ke jantung. Beberapa aspek dari sistem vena memungkinkan terjadi pergerakan aliran darah melawan gaya gravitasi. Karena sirkulasi vena merupakan sistem yang tertutup, aliran balik vena berpengaruh pada sirkulasi arteri dan tekanan intrathoraks negatif yang terbentuk selama inspirasi (Doherty G.M, 2010).

Katup vena yang mengalami insufisiensi menyebabkan terjadinya aliran balik sehingga terjadi gangguan sirkulasi dari vena superfisial ke sistem dalam vena. Berkurangnya tekanan hidrostatik ini akibat dari kurangnya stimulasi pembukaan katup. Vena soleus adalah komponen utama menuju sistem vena. Ketika selama latihan otot berkontraksi, maka tidak ada cadangan darah dari sinusoid ke vena dalam bagian betis dan kaki. Maka terjadilah peningkatan kecepatan aliran darah sampai ke betis, dianalogikan seperti asap akan ke atas tertiup oleh angin melewati cerobong asap (venturi efek) (Doherty G.M, 2010).

(23)

2.3 Varises Vena Tungkai Bawah 2.3.1 Prevalensi

Menurut WHO (2013), sekitar 100 ribu perempuan di Korea Selatan didiagnosis menderita VVTB, yang berarti ada >60% dari pasien di seluruh negeri. Penyakit vaskuler ini terjadi peningkatan selama 6 tahun belakangan terutama pada perempuan muda, tetapi pada wanita usia 40-an dan 50-an berisiko lebih tinggi menderita VVTB. Prevalensi terjadinya varises vena tungkai bawah di Eropa adalah sekitar 50% dari penduduk dewasa. Varises vena tungkai bawah dapat terjadi pada pria dan wanita, namun wanita lebih sering terjadi daripada pria. Pada tahun 2007 telah dilaporkan di Eropa dan Amerika Serikat bahwa penderita varises vena tungkai bawah ada sebanyak 25-35% pada wanita dan 15% pada pria. Data pada studi Framingham telah dilaporkan bahwa varises vena tungkai bawah terjadi sebanyak 39,4/1000 pada pria dan 51,9/1000 pada wanita (Adriana, 2012).

Saat ini, angka terjadinya varises vena tungkai bawah di Indonesia diperkirakan sekitar 25%-30% pada wanita dan 10%-20% pada pria. Di Kalimantan Timur yang tepatnya pada Rumah Sakit Abdul Wahab Syahrani menurut laporan rekam medik penderita VVTB tahun 2012 ada sebanyak 20 pasien, sedangkan tahun 2013 ada sebanyak 13 pasien dan tahun 2014 ada sebanyak 24 pasien. Menurut data rekam medik RSUD Inche Abdul Moeis tahun 2012 ada sebanyak 8 pasien, sedangkan tahun 2013 sebanyak 11 pasien dan tahun 2014 sebanyak 15 pasien penderita varises vena tungkai bawah (Suwignyo, 2017).

2.3.2 Definisi

VVTB merupakan dilatasi v. subkutan tungkai bawah dengan diameter

≥ 3 milimeter yang diukur dalam posisi tegak. Varises vena tungkai bawah merupakan vena yang berada pada tungkai bawah yang melebar dikarenakan oleh inkompetensi katup vena profundus, vena superfisialis dan/atau vena

(24)

perforantes. Inkompetensi katup vena ini menyebabkan terjadinya refluks aliran darah vena, yang meningkatkan tekanan vena. Tekanan vena yang meningkat menyebabkan pembuluh v. subkutan di tungkai bawah melebar, kencang atau berliku-liku. (NICE, 2013; Joseph et al., 2016).

2.3.3 Faktor Risiko

Ada sejumlah faktor risiko varises tungkai bawah, yaitu:

1. Genetik

Adanya gambaran VVTB pada usia remaja dan terjadi penyakit yang sama pada beberapa anggota keluarga. Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa VVTB diturunkan secara x-linked dominan (Adriana, 2012).

2. Usia menopause

Menurut penelitian Khalil dan Raffeto (2007) usia > 50 tahun sangat berisiko terjadinya varises vena tungkai bawah dengan presentasi 21%

dari 1566 responden, karena adanya perubahan struktur pada pembuluh darah.

Insiden terjadinya varises akan meningkat pada usia lanjut. Dinding vena menjadi lemah karena lamina elastik menjadi tipis dan atrofik dengan adanya degenerasi otot polos. Kemudian adanya atrofi otot betis sehingga terjadi penurunan tonus otot. (Akbar, 2019).

3. Perempuan

Pada usia 20-an sampai 40-an, perempuan lebih sering terkena VVTB dari pada laki-laki. Hal itu disebabkan oleh proses aterogenesis yang dimulai dari usia remaja akhir (17-25 tahun), selanjutnya 10-20 tahun kemudian terbentuklah aterosklerosis pada usia tertentu.

Banyaknya timbunan aterosklerosis ini akan menyebabkan pembuluh darah kaku dan elastisitasnya berkurang (Karim M.I.B.A, 2010).

4. Kegemukan atau obesitas

Obesitas dapat diartikan sebagai akumulasi lemak berlebih yang dapat mempengaruhi fisiologi pembuluh darah dimana obesitas dapat

(25)

menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku dan elastisitasnya menjadi berkurang (Karim M.I.B.A, 2010).

Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT):

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Obesitas adalah tingkat indeks massa tubuh yang paling tinggi, dimana berat badan telah melampaui berat badan normal.

Menurut Kemenkes, 2019:

1. Kurus

- Kekurangan berat badan tingkat berat : <17,0 - Kekurangan berat badan tingkat ringan : 17,0 – 18,4

2. Normal : 18,5 – 25,0

3. Gemuk

- Kelebihan berat badan tingkat ringan : 25,1 – 27,0 - Kelebihan berat badan tingkat berat : >27,0

Menurut Ibrahim (2001), saat dalam posisi berdiri, kaki terlalu berat menahan bobot tubuh sehingga memperberat beban kerja dari pembuluh darah vena untuk mengalirkan darah ditambah lagi dengan adanya kolesterol yang terkandung dalam darah yang dapat mengganggu aliran darah.

Adanya risiko yang lebih tinggi terkena varises vena tungkai bawah pada seseorang dengan indeks massa tubuh yang tinggi dibandingkan seseorang dengan usia yang sama dengan berat badan yang normal.

Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa adanya tekanan hidrostatik yang meningkat, hal ini diakibatkan dari peningkatan volume darah serta kecenderungan jeleknya struktur dari penyangga vena (Adriana, 2012).

(26)

5. Berdiri dalam waktu yang lama

Menurut Cristoper (2002), pekerjaan yang menuntut seseorang untuk berdiri dalam waktu yang lama adalah faktor predisposisi terjadinya varises vena tungkai bawah. Hal ini dikarenakan oleh aliran darah di vena didorong oleh kontraksi otot rangka di sekitarnya yang memeras darah untuk kembali lagi ke jantung.

Posisi berdiri dalam waktu yang lama tanpa adanya kontraksi otot dapat mengakibatkan penimbunan darah ditungkai sehingga vena tersebut akan melebar (Corwin, 2009). Berdiri lama juga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan hidrostatik kronis. Tekanan hidrostatik ini membuat tekanan vena 10 kali lebih besar, sehingga terjadilah inkompetensi pada katup (Suhartono, 2010). Semakin besar diameter pembuluh darah, maka akan semakin lambat darah akan mengalir (Philips dkk, 2013).

Berdiri dalam waktu yang lama membuat kaki terlalu berat untuk menahan tubuh dan akan memperparah beban kerja pembuluh vena dalam mengalirkan darah. Jika pekerjaan mengharuskan untuk banyak berdiri, maka usahakan untuk tetap bergerak, misalnya berjalan ditempat agar otot tungkai bawah dapat terus bekerja memompa darah ke jantung, jangan terus-menerus berdiri dengan posisi statis (diam) (Manjoer, 2015).

6. Duduk lama.

Umumnya penderita varises vena tungkai bawah mengalami nyeri pada kaki setelah duduk atau berdiri dalam waktu yang lama. Pekerja kantoran rentan mengalami ini akibat dari duduk dalam waktu yang lama dan otot kaki yang jarang digerakkan sehingga pembuluh darah vena tidak bekerja secara optimal (Perdoski, 2018).

Saat duduk, maka kita berada dalam keadaan statis atau diam sehingga aliran pembuluh darah balik akan melambat. Aliran pembuluh darah balik asalnya dari pompa otot, jadi jikalau ototnya statis atau diam maka tidak akan bisa memompa. Pompa otot ini penting karena akan

(27)

mengalirkan darah ke atas. Jika tidak dialirkan, maka kaki kita akan bengkak dan akhirnya terjadi varises vena tungkai bawah (Agustina, 2014).

7. Multiparitas kehamilan

Pengaruh hormonal, volume darah yang meningkat, dan obstruksi akibat dari pembesaran uterus adalah penyebab varises vena tungkai bawah pada kehamilan, namun varises vena tungkai bawah akan mengalami perbaikan 3-12 bulan setelah melahirkan. Beberapa penelitian mendapatkan bahwa angka kejadian VVTB lebih tinggi pada penderita dengan kehamilan lebih dari dua kali (Akbar, 2019).

8. Kurang gerak

Gaya hidup masyarakat perkotaan yang kurang gerak atau kurang olahraga, mengakibatkan otot sekitar pembuluh darah vena tidak mampu untuk memompakan darah secara maksimal (Perdoski, 2018).

2.3.4 Mekanisme Terjadinya Varises Vena Tungkai Bawah

Penyebab dari varises vena tungkai bawah adalah adanya kelemahan yang terjadi pada dinding vena permukaan. Kelemahan dinding vena permukaan ini lama kelamaan akan mengakibatkan hilangnya kelenturan.

Vena akan menjadi meregang, lebih lebar dan lebih panjang. Untuk menyesuaikan dengan ruang yang normal, vena yang memanjang akan berliku-liku dan jika mengakibatkan penonjolan di kulit yang menutupinya, akan tampak gambaran seperti jaring laba-laba. Pelebaran vena tersebut mengakibatkan terpisahnya daun-daun katup. Sebagai akibatnya, ketika penderita berdiri, maka vena akan dengan cepat terisi oleh darah dan vena berdinding tipis yang berliku-liku ini akan semakin melebar. Pelebaran vena ini juga akan mempengaruhi beberapa vena yang berhubungan, yang ketika dalam keadaan normal mengalirkan darah hanya dari vena permukaan ke vena dalam. Ketika katup-katup pada vena tersebut gagal, maka saat otot vena

(28)

dalam menekan, darah akan menyembur kembali ke dalam vena permukaan, sehingga vena permukaan akan menjadi lebih teregang (Alawiyah, 2016).

2.3.5 Patofisiologi

Penyebab dari varises primer adalah kelemahan struktural yang terjadi pada dinding pembuluh darah yang diturunkan. Dilatasi dapat disertai dengan gangguan katup vena, dikarenakan oleh daun katup tidak mampu untuk menutup dan menahan aliran refluks. Varises primer cenderung terjadi pada vena-vena permukaan, dikarenakan oleh kurangnya dukungan dari luar ataupun kurangnya resistensi dari jaringan subkutan. Varises sekunder disebabkan oleh adanya gangguan patologi sistem vena dalam, yang didapat sejak lahir. Hal ini mengakibatkan dilatasi vena-vena permukaan, vena penghubung, atau vena kolateral. Ketika kerusakan katup vena pada sistem vena dalam mengganggu aliran darah menuju jantung, resultan statis, maka akan terjadi penimbunan darah yang mengakibatkan hipertensi vena dalam.

Jika katup vena penghubung (penyambung) tersebut tidak berfungsi dengan baik, maka tekanan sirkuit vena dalam yang meningkat akan mengakibatkan aliran darah balik ke dalam v. penghubung. Darah vena akan dialirkan ke v.

permukaan melalui vena dalam. Hal ini adalah faktor predisposisi timbulnya varises sekunder pada vena-vena permukaan. Pada keadaan ini, v. permukaan berguna sebagai pembuluh kolateral untuk sistem vena dalam, yang mengalirkan darah dari daerah yang mati (Akbar, 2019).

(29)

Gambar 2.3 Patofisiologi Varises Vena Tungkai Bawah (Akbar, 2019) Keterangan: Umumnya kerusakan disebabkan oleh karena adanya suatu hambatan

aliran darah dan adanya tekanan hidrostatik yang terlalu besar.

2.3.6 Klasifikasi

VVTB dibagi berdasarkan berat ringan manifestasi klinisnya menurut klasifikasi Clinical, Etiological, Anatomic, Pathophysiologic (CEAP), yaitu: (Antani, 2020)

1. Derajat 0: Tidak terlihat atau teraba tanda gangguan vena 2. Derajat 1: Telangiektasis, vena reticular

3. Derajat 2: Varises vena

4. Derajat 3: Edem tanpa perubahan kulit

5. Derajat 4: Perubahan kulit akibat gangguan vena (pigmentasi, dermatitis statis, lipodermatosklerosis

6. Derajat 5: Perubahan kulit dengan ulkus yang sudah sembuh 7. Derajat 6: Perubahan kulit dengan ulkus aktif

(30)

Klasifikasi varises berdasarkan penyebab, yaitu:

1. Varises primer merupakan kelemahan struktur herediter dari dinding pembuluh darah. Dilatasi dapat disertai dengan gangguan katup vena dikarenakan daun katup yang tidak mampu menutup dan menahan aliran refluks. Varises primer cenderung terjadi pada vena-vena superfisialis dikarenakan oleh berkurangnya dukungan dari luar atau karena kurangnya tahanan dalam jaringan subkutan (Price, 2006).

2. Varises sekunder merupakan gangguan pembuluh darah pada v. profunda yang didapat sejak lahir, mengakibatkan dilatasi dari vena-vena superfisialis, vena saluran penghubung, atau vena kolateral. Ketika, kerusakan katup vena pada sistem v. profunda mengganggu aliran darah menuju jantung, stasis yang timbul dan penimbunan darah akan mengakibatkan hipertensi v. profunda. Jika katup v. penghubung tidak berfungsi dengan baik, maka peningkatan tekanan sirkuit v. profunda akan mengakibatkan aliran darah balik ke dalam v. penghubung. Darah vena akan dialirkan ke v. superfisialis dari v. profunda, hal ini adalah faktor predisposisi timbulnya varises sekunder pada vena-vena superfisialis.

Ketika keadaan ini, v. superfisialis berguna sebagai pembuluh darah kolateral untuk sistem vena profunda (Price, 2006).

2.3.7 Gejala Klinis

Manifestasi klinis yang sering terjadi pada VVTB adalah gangguan kosmetik. Gejala klinis dari varises vena tungkai bawah yang dapat dirasakan pada penderita antara lain:

1. Nyeri di kaki setelah berdiri dalam waktu yang lama dan akan membaik ketika kaki diangkat lebih tinggi dari posisi jantung, atau dengan duduk berselonjor.

2. Kaki akan terasa berat, dan terkadang terdapat bengkak pada telapak kaki.

3. Munculnya guratan seperti cacing berwarna coklat kebiruan 4. Adanya perasaan kaku dan kram pada betis

(31)

Varises vena tungkai bawah primer dapat menyebabkan nyeri tumpul ringan pada tungkai, terutama ketika menjelang malam. Rasa tidak nyaman biasanya akan berkurang jika mengangkat kaki dan menggunakan kaus kaki penahan elastis. Rasa tidak nyaman dikarenakan oleh varises vena tungkai bawah sekunder cenderung lebih berat. Diagnosis terhadap varises vena tungkai bawah mudah dilakukan dan didasarkan pada observasi dan palpasi pada vena yang dilatasi (Price, 2006).

Secara gejala klinis, varises vena tungkai bawah dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Varises trunkal

Varises trunkal adalah varises vena tungkai bawah yang menyerang v. saphena magna dan v. saphena parva, dengan diameter lebih dari 8 mm, warna yang biru-biru kehijauan (Sjamsuhidajat & Jong, 2010).

2. Varises retikular

Varises retikular adalah varises vena tungkai bawah yang menyerang cabang dari v. saphena magna atau v. saphena parva yang biasanya kecil dan berkelok hebat, dengan diameter 2-8 mm, warna yang biru kehijau-hijauan (Sjamsuhidajat & Jong, 2010).

3. Varises kapilar

Varises kapilar adalah varises kapiler vena subkutan yang terlihat sebagai kelompok serabut halus pembuluh darah, dengan diameter 0,1-1 mm, warna merah, atau sianotik (jarang) (Sjamsuhidajat & Jong, 2010).

2.3.8 Anamnesis

Anamnesis yang penting ditanyakan antara lain adalah (Suhartono, 2010):

a. Riwayat insufisiensi vena (seperti kapan awalnya terlihat abnormalitas pada vena, kapan terjadinya onset dari gejala, apakah diagnosis sebelumnya, dan riwayat kehamilan yang berhubungan dengan kondisi varises sebelumnya).

b. Keluhan penderita yang terdiri atas keluhan rasa lelah, rasa berat, rasa nyeri, rasa panas atau adanya sensasi terbakar pada tungkai, kejang pada otot betis, bengkak serta keluhan kosmetik.

(32)

c. Gejala dan perkembangan dari lesi merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan untuk mengetahui separah apakah penyakit tersebut dan bagaimana perencanaan pengelolaannya.

d. Faktor predisposisi

e. Riwayat penyakit sistemik pengobatan dan tindakan medis atau pembedahan yang pernah dilakukan sebelumnya.

f. Ada atau tidak riwayat keluarga dengan penyakit vaskular lainnya.

2.3.9 Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi

Inspeksi pada tungkai dilakukan di bawah pencahayaan yang cukup dengan posisi eksorotasi tungkai dan pemeriksaan tungkai yang abduksi dari arah belakang akan membantu visualisasi dari VVTB. Perlu diperhatikan apakah ada tanda kronisitas dan kelainan kulit, misalnya dermatitis statis, talengiektasis, perdarahan, edem, dan ulkus. Vena yang mengalami VVTB perlu untuk diperhatikan v. superfisial utama (VSM dan VSP) atau cabangnya. Umumnya vena tersebut tampak jelas melebar, berwarna kebiruan, dan berkelok-kelok. VVTB yang terdapat pada cabang v.

superfisial umumnya lebih berkelok-kelok dibandingkan dengan v.

superfisial utama (Suhartono, 2010; Reina, 1997).

b. Palpasi

Daerah pada vena yang berkelok-kelok diraba untuk menilai ketegangan dari VVTB dan seberapa besar pelebaran vena yang terjadi.

Pulsasi pada arteri harus teraba, jika tidak teraba, maka harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah terjadi obstruksi arteri.

Distribusi anatomi VVTB perlu digambarkan dengan jelas (Suhartono, 2010; Reina, 1997).

c. Perkusi

Perkusi dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan katup v.

superfisial. Caranya adalah dengan mengetuk vena bagian distal dan

(33)

dirasakan apakah ada gelombang yang menjalar sepanjang vena bagian proksimal (Reina, 1997).

d. Manuver perthes

Manuver Perthes merupakan teknik yang digunakan untuk membedakan antara aliran darah retrograde dengan aliran darah antegrade.

Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah fungsi dari sistem v. profunda.

Penderita diminta untuk berdiri beberapa saat, lalu dipasangkan ikatan elastis di bawah lutut, ini dimaksudkan untuk membendung v. superfisial.

Kemudian penderita berjingkat beberapa kali supaya otot-otot betis berkontraksi sehingga darah dipompa dari sinusoid vena otot dan vena sekitarnya. Jika vena yang terletak di distal ikatan kempis ataupun kosong, berarti katup-katup v. perforantes dan v. profunda berguna dan tidak ada sumbatan. Maka sebaliknya, jika v. superfisial bertambah lebar berarti katup-katup tersebut mengalami kegagalan atau adanya sumbatan pada v.

profunda (Suhartono, 2010; Reina, 1997).

e. Tes trendelenburg

Tes ini dilakukan untuk menentukan derajat insufisiensi katup pada v. komunikans. Awalnya penderita berbaring dengan tungkai ditinggikan 30° sampai 45° selama beberapa menit untuk mengosongkan vena. Setelah itu akan dipasang ikatan yang terbuat dari bahan elastis di paha, tepat berada di bawah percabangan safeno femoral untuk membendung v. superfisial setinggi mungkin. Ketika penderita berdiri, pengisian vena diperhatikan.

Bila vena lambat untuk terisi ke proksimal, maka katup komunikans baik.

Vena akan terisi darah dari peredaran darah kulit dan subkutis. Bila vena cepat untuk terisi, misalnya dalam waktu 30 detik sudah terisi, maka terdapat insufisiensi katup komunikans. Uji Trendelenburg dikatakan positif jika terdapat pengisian v. safena yang patologis (Suhartono,2010;

Reina, 1997).

(34)

2.3.10 Pemeriksaan Penunjang a. Tes doppler

Tes Trendelenburg dapat memperkirakan berapa derajat dan ketinggian lokasi inkompetensi pada katup vena, namun ultrasonografi doppler dapat menunjukkan dengan tepat lokasi pada katup yang abnormal (Reina, 1997).

b. Duplex ultrasonography

Modalitas pencitraan standar yang digunakan untuk diagnosis sindrom insufisiensi vena dan juga untuk perencanaan pengobatan serta pemetaan sebelum operasi. Duplex ultrasonography merupakan kombinasi dari pencitraan model B dan Doppler. Pencitraan model B menggunakan tranduser gelombang ultra yang ditempelkan pada kulit sebagai detektor dan sumber. Pantulan dari gelombang suara yang terjadi memberikan citra struktur anatomi, dan pergerakan struktur, sehingga dapat dideteksi dalam bentuk bayangan (Reina, 1997).

c. Plebography

Plebography adalah pemeriksaan invasif yang menggunakan medium kontras. Ada 4 teknik pemeriksaan yaitu:

1. Ascending 2. Descending 3. Intra osseus 4. Varicography

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat sumbatan dan vena yang melebar, berkelok-kelok serta adanya katup yang rusak. Plebography juga dapat menunjukkan kekambuhan varises vena tungkai bawah paska operasi yang sering disebabkan oleh adanya kelainan v. perforantes di daerah kanalis hunter di paha (Suhartono, 2010; Reina, 1997).

(35)

2.3.11 Tatalaksana

Terapi varises vena tungkai bawah kebanyakan dilakukan atas indikasi kosmetik. Untuk indikasi medis, biasanya berupa keluhan kaki berat atau sakit jika berdiri dalam waktu yang lama. Perdarahan, adanya penambahan kulit hipotrofik, dan tromboflebitis superfisialis adalah indikasi medis lain (Jong W, Sjamsuhidajat R, 2010).

Penanganan VVTB, dapat konservatif (non bedah) dan/atau pembedahan, tergantung dari keadaan penderita serta berat ringannya suatu penyakit. Penanganan tidak hanya untuk menghilangkan keluhan, memperbaiki fungsi vena, mencegah komplikasi, dan perbaikan kosmetik, tetapi juga dapat memperbaiki kualitas hidup dari penderita. Terapi ini akan menghilangkan nyeri dan rasa tidak nyaman serta mencegah terjadinya komplikasi seperti phlebitis yang kambuhan dan ulserasi (Adriana C, 2012).

1. Terapi Kompresi

Dasar penanganan insufisiensi vena adalah terapi kompresi.

Cara ini berguna untuk katup vena membantu pompa otot betis untuk mencegah kembalinya aliran darah vena, edem kaki, dan bocornya bahan fibrin sehingga pembesaran vena lebih lanjut dapat dicegah, tetapi tidak dapat untuk mengembalikan ukuran vena.

Terapi kompresi yaitu: compression stockings, compression bandages, dan pneumatic compression pumps. Compression Stocking digunakan sepanjang hari kecuali penderita tidur dan pemakaiannya harus tepat dari telapak kaki sampai bawah lutut.

Berdasarkan tekanan terhadap pergelangan kaki dibagi menjadi 4 kategori menurut klasifikasi European Standardization Commission, Compression stockings (CS), yaitu:

1. Compression Stocking dengan tekanan 16-20 mmHg pada thrombosis prophylaxis.

2. Compression Stocking dengan tekanan 21-30 mmHg pada varises vena tungkai bawah simtomatis post-skleroterapi dan kehamilan.

(36)

3. Compression Stocking dengan tekanan 31-40 mmHg pada post- trombotic syndrome.

4. Compression Stocking dengan tekanan >40 mmHg pada phlebolymphedema.

2. Skleroterapi

Penyuntikan larutan (sklerosan) ke dalam vena mengakibatkan terjadinya iritasi pada tunika intima dan merusak lapisan endotel, sehingga mengakibatkan trombosis, endosklerosis, dan fibrosis pembuluh darah yang selanjutnya akan diserap oleh jaringan sekitarnya tanpa terjadi rekanalisasi.

Sklerosan digolongkan dalam 3 jenis, yaitu:

1. Larutan osmotik/hipertonik (larutan garam hipertonik atau kombinasi dengan gula hipertonik).

2. Larutan deterjen (polidokanol).

3. Larutan iritan kimia (polyiodide iodide).

Skleroterapi dilakukan untuk telangiektasis, varises retikular, varises persisten atau rekuren paska bedah serta varises pada penderita lanjut usia (Adriana C, 2012).

Kontra indikasi skleroterapi pada varises tungkai bawah adalah obstruksi berat pada tungkai, riwayat trombosis vena profunda, penyakit pembekuan darah. Sedangkan kontra indikasi relatif adalah kehamilan, penderita imobilisasi, diabetes, obesitas, urtikaria, dan dugaan alergi terhadap sklerosa (Adriana C, 2012).

Efek samping yang mungkin timbul adalah urtikaria, hiperpigmentasi, dermatitis kontak, folikulitis, anyaman telangiektasis, lepuh, erosi, memar di sekitar suntikan, dan rasa nyeri. Komplikasi yang lebih serius tetapi jarang adalah nekrosis kulit, ulkus, mikrotrombus, hematom intravaskular, tromboplebitis superfisialis, trombosis vena profunda dengan emboli paru, anafilaksis (Adriana C, 2012).

(37)

3. Terapi pembedahan

Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita varises tungkai bawah dengan varises ukuran besar, varises pada tungkai atas sisi medial atau anterior, adanya komplikasi statis (pigmentasi, dermatitis, ulkus), simtomatik, dan insufisiensi perforantes (Adriana C, 2012).

Tujuan metode pembedahan adalah untuk menghilangkan gejala, mengurangi atau mencegah komplikasi, memulihkan fisiologi vena, dan memperbaiki penampilan (kosmetik). Kontraindikasi tindakan pembedahan adalah usia lanjut atau keadaan umum buruk, berat badan berlebihan, tromboflebitis aktif, tukak vena terinfeksi, kehamilan, sumbatan arteri menahun pada tungkai bersangkutan, dan tumor besar intra abdomen (Adriana C, 2012).

Komplikasi tindak bedah pada varises tungkai bawah adalah perdarahan, infeksi, edema tungkai, kerusakan saraf kulit (n. saphena atau n. suralis), limfokel, dan trombosis vena profunda. Infeksi berat dapat terjadi pada bekas saluran “stripper”. Untuk mencegah edema tungkai dianjurkan untuk memakai kaos kaki elastis selama dua bulan pasca bedah. Limfokel terbentuk karena saluran limfe terpotong saat operasi, pengobatannya cukup dengan aspirasi. Trombosis vena dalam dapat berakibat fatal (Adriana C, 2012).

4. Terapi laser / Endovenous Laser Therapy (ELT)

ELT adalah terapi untuk varises tungkai bawah dimana serat optik dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang akan diobati dan sinar laser (biasanya di bagian inframerah dari spektrum) diarahkan ke bagian dalam pembuluh darah. Terapi ini lebih tidak menyakitkan dibanding vein ligation and stripping, menggunakan anestesi lokal serta memiliki waktu pemulihan yang lebih pendek. Selain itu, laser adalah pilihan yang baik untuk mengobati pembuluh yang resisten terhadap skleroterapi (Adriana C, 2012).

(38)

Kontraindikasi ELT adalah pasien hamil atau menyusui, sistem vena dalam tidak memadai untuk mendukung aliran balik vena setelah terapi, disfungsi hati atau alergi yang mustahil menggunakan anestesi lokal, sindrom hiperkoagulabilitas berat, refluks vena skiatik.

Komplikasi yang dapat timbul adalah perforasi vena, trombosis vena dalam, ekimosis, hiperpigmentasi dan reaksi alergi (Adriana C, 2012).

2.3.12 Pencegahan

Penderita VVTB harus mencegah berlanjutnya varises vena tungkai bawah dengan memperbaiki kualitas hidup seperti:

1. Tidur dengan tungkai dinaikkan (15-20 cm).

2. Menghindari berat badan yang berlebihan. Diet kaya serat dianjurkan.

3. Hindari berdiri terlalu lama. Sedapat mungkin melakukan relaksasi jika dalam aktifitas sehari-hari dituntut untuk berdiri lama.

4. Hindari terlalu lama duduk dengan kaki yang menyilang. Posisi ini dapat menghambat aliran darah dari tungkai ke arah jantung.

5. Berolahraga secara teratur. Olahraga yang dianjurkan yaitu berjalan, berenang, senam. (Adriana, 2012)

2.3.13 Komplikasi

Hipertensi vena persisten akan mempengaruhi fungsi kapiler, tekanan trans mural dan intra mural akan meningkat, mendorong cairan, elektrolit dan eritrosit keluar memasuki jaringan sehingga terjadi edem dan hiperpigmentasi. Kapiler mengalami dilatasi dan penurunan kecepatan aliran darah, hal ini akan mempengaruhi adhesi leukosit (neutrofil) pada mikrosirkulasi dan venula post kapiler, akibatnya leukosit akan terperangkap pada endotel dan teraktivasi sehingga melepaskan radikal

(39)

bebas, enzim proteolitik dan sitokin, di samping itu fibrin perikapiler akan menjadi barier terhadap difusi oksigen dan nutrisi lain. Semua keadaan ini menyebabkan kerusakan jaringan berupa hipoksia, iskemik, nekrosis lemak, pigmentasi kulit, dan ulkus (Adriana, 2012)

Varises adalah penyakit yang serius jika tidak ditindaklanjuti maka akan berdampak bagi kesehatan dan berisiko pada bagian tubuh lainnya.

Menurut Suhartono, varises yang masih terbilang ringan dan tidak merasakan gejala penyakit tersebut kadang kala membuat penderita membiarkannya, padahal jika dibiarkan maka akan ada risiko komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit varises yaitu seperti kulit menjadi kering, bersisik, dan memerah, adanya penggumpalan darah dan peradangan pada pembuluh vena pada bagian kaki, dapat juga terjadi penebalan pada kulit kaki akibat ulkus vena yang terluka akibat kenaikan tekanan pada vena, terjadi perdarahan akibat dari meningkatnya tekanan darah dan akan mudah terjadi perdarahan ketika vena tersebut terkena benturan. Jika hal tersebut masih terus dibiarkan maka aliran darah menjadi rusak dan dapat menyebabkan pembekuan di dalam pembuluh darah. Pembekuan tersebut mengakibatkan pembengkakan dan jika pembekuan darah tersebut lepas dan masuk ke paru-paru akan berakibat fatal maka hal yang terburuk adalah mengakibatkan penyumbatan darah pada paru-paru (emboli paru-paru) serta kegagalan pemompaan darah pada jantung (gagal jantung) (Adriana, 2012).

2.4 Menopause 2.4.1 Definisi

Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang umumnya terjadi diatas usia 40 tahun. Ini adalah suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi akibat penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan oleh indung telur. Berhentinya haid ini akan membawa pengaruh pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis (Yudomustopo, 1999).

(40)

Menurut Kemenkes (2018), menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami, yang biasanya terjadi pada saat wanita memasuki usia 45 hingga 55 tahun.

Seorang wanita dikatakan telah menopause apabila tidak mengalami menstruasi lagi, minimal 12 bulan. Wanita usia menopause cenderung akan memiliki prevalensi lebih tinggi terkena varises akibat penurunan elastisitas atau kelenturan seiring dengan bertambahnya usia.

2.4.2 Proses Menopause

Menurut Edwards (2019), secara endokrinologis, wanita mulai mengalami proses menua sejak berada di kandungan. Ada sejumlah 7.000.000 sel telur (folikel) yang terdapat pada kedua ovarium janin yang berusia 22-24 minggu dan berkurang akibat penghancuran sehingga sewaktu dilahirkan folikel bayi wanita tinggal 2.000.000 buah. Jumlah tersebut berkurang menjadi 200.000 saat mendapat haid pertamanya pada masa pubertas.

2.4.3 Jenis-Jenis Menopause

Adapun jenis-jenis dari menopause yaitu (Edwards, 2019):

1. Menopause spontan

Menopause spontan atau sering disebut dengan “menopause alami”

didiagnosis secara retrospektif setelah satu tahun berlalu sejak periode menstruasi terakhir wanita. Mayoritas wanita mengalami menopause antara usia 45 dan 55 tahun.

2. Menopause dini

Penghentian menstruasi paruh baya nonsurgical dapat terjadi di luar rentang usia yang diharapkan. Memasuki menopause sebelum usia 45 tahun

(41)

dianggap “awal”, sedangkan memasuki menopause sebelum usia 40 tahun disebut sebagai “prematur”.

3. Menopause yang diinduksi

Menopause yang diinduksi dapat mengacu pada penghentian permanen menstruasi dikarenakan oleh pengangkatan ovarium, baik melalui pembedahan (pengangkatan ovarium dan saluran tuba, atau hanya ovarium), atau ablasi ovarium melalui kemoterapi atau radiasi.

(42)

2.5 Kerangka Teori

Gambar 2.4 Kerangka Teori Berdiri

Lama

IMT Duduk

Lama

Multiparitas Kehamilan

Aktivitas Fisik

Usia Menopause

Riwayat Keluarga

Pompa muskulovena + gravitasi

Kurang gerak

Degenerasi otot polos

Dinding vena tipis Estrogen

Progesteron

Tekanan hidrostatik

Posisi statis Obesitas

Hipertensi vena tungkai bawah

Distensi vena

Inkompetensi katup vena tungkai bawah

Varises Vena Tungkai Bawah Pompa

muskulovena

Relaksasi otot polos

Pelunakan jaringan kolagen Hipotonia

otot polos

Pompa muskulovena Volume

darah

(43)

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Bebas (Independen) Variabel Terikat (Dependen)

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Dengan mempertimbangkan landasan teori yang telah dikemukan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah:

Terdapatnya hubungan berdiri lama sebagai faktor risiko varises vena tungkai bawah pada wanita pedagang dan pembeli di Pasar Gambir Tebing Tinggi.

Berdiri Lama

Duduk Lama Usia Menopause

Indeks Massa Tubuh Aktivitas Fisik

Multiparitas Kehamilan Riwayat Keluarga

Varises Vena Tungkai Bawah

(44)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian

Jenis metode penelitian yang dipakai adalah observasi analitik dengan cross-sectional sebagai pendekatannya, untuk mengetahui keterkaitan antara faktor risiko berdiri lama dengan kasus VVTB yang terjadi pada wanita pedagang dan pembeli di pasar.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Gambir Tebing Tinggi. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai tanggal 1-30 September 2021.

3.3 Populasi dan sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita pedagang dan pembeli di Pasar Gambir Tebing Tinggi yang memiliki varises vena tungkai bawah.

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan tidak berdasarkan peluang (non probability sampling) yaitu dengan purposive sampling. Non probability sampling adalah pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik purposive sampling adalah pengambilan sampel yang ditentukan oleh peneliti berdasarkan dengan pertimbangan atau kriteria tertentu dari penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga sampel dinyatakan mampu mewakili penelitian yang akan dilakukan (Sugiyono, 2015).

(45)

Besar sampel dalam penelitian ini di hitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

𝑛1 = 𝑛2 = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2

𝑃1 − 𝑃2 )

2

𝑛1 = 𝑛2 = (1,282√2 𝑥 0.7 𝑥 0,3+0,842√0,8 𝑥 0,2+0,6 𝑥 0,4

0,8−0,6 )

2

= 46 Keterangan:

Zα : deviat baku alfa (1,282) Zβ : deviat baku beta (0,842)

P1 : proporsi varises vena tungkai bawah = 0,8 Q1 : 1- P1 = 1 – 0,8 = 0,2

P1-P2 : selisih proporsi pajanan yang dianggap bermakna antara kasus dengan kontrol (0,2)

P2 : 0,6

Q2 : 1 – P2 = 1 – 0,6 = 0,4

P : (P1 + P2)/2 = (0,8+0,6)/2 = 0,7 Q : 1 – P = 1 – 0,7 = 0,3

Dengan demikian, besar sampel untuk tiap kelompok adalah 46 (kelompok kasus sebanyak 46, kelompok kontrol sebanyak 46).

(46)

Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

a. Bersedia diikutsertakan dalam penelitian b. Wanita usia 18 tahun – 65 tahun

2. Kriteria Eksklusi

a. Pernah mengalami trauma di tungkai bawah 3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel bebas a. Berdiri lama b. Duduk lama c. Usia menopause d.Aktivitas fisik e. Riwayat keluarga f. Indeks massa tubuh g. Multiparitas kehamilan

3.4.2 Variabel Terikat a. Varises vena tungkai bawah

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.5.1 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses dimana dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan beberapa cara tertentu, proses tersebut meliputi:

(47)

1. Editing

Hal ini dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan dari data yang telah dikumpulkan dengan mewawancari responden.

2. Coding

Data yang sudah terkumpul kemudian dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya, lalu diberi kode secara manual oleh peneliti sebelum diolah dengan komputer.

3. Tabulasi

Tabulasi dimaksudkan untuk memasukkan data kedalam tabel- tabel dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori.

4. Entry

Data yang dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

5. Cleansing

Semua data yang sudah dimasukkan ke dalam komputer diperiksa kembali untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memasukkan data.

6. Saving

Selanjutnya disimpan dan siap untuk dianalisis.

3.5.2 Analisis Data

Data yang telah diolah tersebut kemudian dianalisis menggunakan alat bantu komputer dengan program olah data statistik. Kegiatan analisis data tersebut dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat.

(48)

3.5.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.

Data hasil penelitian dideskripsikan dalam bentuk tabel, grafik maupun narasi, untuk mengevaluasi besarnya proporsi dari masing-masing variabel bebas yang diteliti (Notoatmodjo, 2010:182).

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang telah diteliti, baik variabel independen (berdiri lama, duduk lama, usia menopause, aktivitas fisik, riwayat keluarga, indeks massa tubuh, pekerjaan dan multiparitas kehamilan) maupun dependen (varises vena tungkai bawah).

3.5.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi yaitu antara variabel bebas dan variabel terikat. Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Chi-Square, yang bertujuan untuk menjelaskan hipotesis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Untuk memutuskan apakah terjadi hubungan yang signifikan antar variabel bebas dan variabel terikat, dengan taraf kesalahan 5% (p value 0,05). Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan program komputer spss.

Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

1) Jika nilai p > 0,05 berarti dinyatakan hubungan tidak signifikan secara statistik (tidak ada hubungan variabel bebas dengan variable terikat).

2) Jika nilai p < 0,05 berarti dinyatakan terdapat hubungan signifikan secara statistik (adanya hubungan variabel bebas dengan variabel terikat).

(49)

3.5.2.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan variabel terikat. Kemudian untuk mengontrol varibel perancu sehingga diperoleh hubungan murni antara satu variabel bebas dengan variabel terikat. (M.Sopiyudin Dahlan, 2014)

Proses analisis multivariat dengan menghubungkan beberapa variabel independen dan variabel dependen dalam waktu bersamaan, maka dapat diketahui variabel independen manakah yang paling dominan pengaruhnya terhadap variabel dependen, apakah variabel independen berhubungan dengan variabel dependen dipengaruhi oleh variabel lain atau tidak (Hastono, 2007). Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Logistik.

Variabel yang dimasukkan ke dalam analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p<0,25.

3.6 Sumber Data 3.6.1 Data Primer

Data yang diambil dari responden atau sampel penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara secara langsung untuk memperoleh data tentang lama berdiri, lama duduk, multiparitas kehamilan, indeks massa tubuh, aktivitas fisik, riwayat keluarga pada wanita pedagang dan pembeli di Pasar Gambir Tebing Tinggi.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian (Notoatmodjo, 2010:87).

Instrumen dalam penelitian ini adalah:

a. Informed Consent

Instrumen ini berisi pernyataan mengenai kesediaan sampel untuk menjadi

Gambar

Gambar 2.1 Pembuluh Darah Vena dan Arteri (Price, 2006).
Gambar 2.2 Vena Ekstremitas Bawah (Doherty G.M, 2010).
Gambar 2.3 Patofisiologi Varises Vena Tungkai Bawah (Akbar, 2019)  Keterangan: Umumnya kerusakan disebabkan oleh karena adanya suatu hambatan
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
+2

Referensi

Dokumen terkait