UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
Sahabudin
SMAN 1 Simpang Empat
Email :[email protected] ABSTRAK
Tujuan Peneltian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar ( PAI) Pendidikan Agama Islam materi meniti hidup dengan kemulian dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning. Penelitian ini menggunakan metode Penelinitian Tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus dengan empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X IPS 7 SMAN 1 Simpang Empat tahun ajaran 2021/2022 yang berjumlah 22 siswa.
Objek penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar PAI materi meniti hidup dengan kemulian dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Instrumen penelitian adalah test tulis, Analisis data menggunakan teknik Analisis Deskriptif
Hasil penelitian ini menunjukan peningkatkan dari hasil belajar PAI siswa dilihat dari capaiannya dengan menerapkan pembelajaran Model Pembelajaran Discovery Learning diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,00 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar.
Pada siklus I meningkat menjadi 77,73 dan pada siklus II meningkat dengan nilai rata-rata 82,73. Pada siklus I meningkat, menjadi 79% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 86% sedangkan persentase peningkatan hasil belajar pada siklus I 79% meningkat pada siklus II menjadi 86%.
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas X IPS 7 PAI materi meniti hidup dengan kemulian dengan model pembelajaran discovery learning telah meningkat secara signifikan, sehingga layak untuk diterapkan di SMAN 1 Simpang Empat.
Kata kunci : Model Discovery Learning, PAI
PENDAHULUAN
Kualitas pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam sistemnya. Yaitu tujuan, bahan ajar (materi), anak didik, sarana, media, metode, partisipasi masyarakat, performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib, 1998).
Performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib, 1998).
Optimalisasi komponen ini, menentukan kualitas (proses dan produk) pembelajaran.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah melakukan analisis tentang karakteristik setiap komponen dan mensinkronisasikan sehingga ditemukan konsistensi dan keserasian di antaranya untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Karena pembelajaran mulai dari perencana, pelaksanaan dan evaluasinya senantiasa merujuk pada tujuan yang diharapkan untuk dikuasai atau dimiliki oleh anak didik baik instructional effect (sesuai dengan tujuan yang dirancang) maupun nurturrant effect (dampak pengiring) (Moch. Shochib: 1999).
Realisasi pencapaian tujuan tersebut, terdapat kegiatan interaksi belajar mengajar terutama yang terjadi di kelas. Dengan demikian, kegiatannya adalah bagaimana terjadi hubungan antara guru/bahan ajar yang didesain dan dengan anak didik. Interaksi ini merupakan proses komunikasi penyampaian pesan pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Arief S Sadiman yang menyatakan proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses interaksi yaitu proses penyampaian pesan melalui saluran media/teknik/ metode ke penerima pesan. (Arief S, Sadiman, dkk, 1996:13).
Dengan demikian, interaksi belajar mengajar idealnya mampu membelajarkan anak didik berdasarkan Problem Based Learning, Authentic Instruction, Inquiry Based Learning, Project Based Learning, Service Learning, and Cooperative Learning. Pola interaksi yang mampu mengemas hal tersebut dapat mengubah paradigma pembelajaran aktif menjadi paradigma pembelajaran reflektif.
Dengan interaksi pembelajaran reflektif dapat membuat anak didik untuk menjadikan hasil belajar sebagai referensi refleksi kritis tentang dampak ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat; mengasah kepedulian sosial, mengasah hati nurani, dan bertanggungjawab terhadap karirnya kelak. Kemampuan ini dimiliki anak didik, karena dengan pola interaksi pembelajaran tersebut, dapat membuat anak didik aktif dalam berfikir (mind-on), aktif dalam berbuat (hand-on),
dan membudayakan untuk memecahkan permasalahan baik secara personal maupun sosial (Surawan,2020).
Agar hasil ini dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran dan fungsinya menjadi fasilitator, mediator, mitra belajar anak didik, dan evaluator. Ini berarti, guru harus menciptakan interaksi pembelajaran yang demokratis dan dialogis antara guru dengan anak didik, dan anak didik dengan anak didik (Moh. Shochib: 1999;
dan Paul Suparno dkk: 2001).
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Penelitian dilakukan oleh St Karamah, Guru SMA Negeri 1 Ogan Komering Ulu Tahun 2019 dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAI Pada Peserta Didik Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Ogan Komering Ulu”. Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana penerapan metode discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran PAI kelas X! IPA 5 SMA Negeri 1 Ogan Komering Ulu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Teknik pengumpulan datanya dengan menggunakan tes formatif, dan lembar observasi proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan pada kelas yang siswanya berjumlah 35 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode discovery learning semakin mengalami peningkatan dalam ketuntusan belajar siswa. Hal ini dibuktikan sebelum adanya penelitian tindakan, ketuntasan belajar siswa yaitu 31,43% ada 11 siswa tuntas. Kemudian dilaksanakan penelitian tindakan ini, pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa yaitu 68,57% terdapat 24 siswa tuntas. Dikarenakan belum mencapai batas minimal, maka dilakukan kembali siklus 2 yang menghasilkan ketuntasn belajar siswa yaitu 91,43% ada 32 siswa tuntas (St Karomah, 2019).
Dengan menyadari kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning setelah mempelajari temuan- temuan terdahulu yang mana model pembelajaran Discovery Learning dapat membuat siswa berpikir kritis, aktif dan kreatif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka ( Sulfemi dan Desi Yuliana, 2019)
Penelitian ini mengangkat judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dengan Menerapkan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Pokok bahasan tentang Meniti Kehidupan dengan Kemulian Siswa Kelas X IPS 7 SMAN 1 SIMPANG EMPAT TANAH BUMBU tahun pelajaran 2021 “ METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Classroom Action Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru (pendidik) di kelas atau tempat ia mengajar yang terfokus pada penyempurnaan proses dan praksis pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas berfungsi sebagai alat untuk menyelesaikan masalah- masalah yang muncul di kelas dan juga sebagai alat untuk in-service training, dimana guru menggunakan keterampilan dan metode-metode yang baru serta mempertajam kemampuan analitisnya. Selanjutnya, sebagai alat untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif, sebagai alat untuk memperbaiki komunikasi antara guru dengan peneliti ilmiah, serta sebagai alat yang memberikan alternatif bagi permasalahan yang terjadi di kelas. PTK dilakukan melalui suatu siklus yang terdiri dari empat tahapan, dimulai dengan perencanaan aksi, dilanjutkan dengan aksi pembelajaran dan kegiatan observasi dan di akhiri dengan refleksi untuk menganalisis data yang diperoleh melalui aksi. PTK berbeda dengan penelitian formal atau ilmiah, meliputi pelatihan yang diperlukan oleh guru, tujuan penelitian, metode dalam mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, penetapan teori dasar, penetapan sample penelitian, disain penelitian, prosedur pengukuran, analisis data, dan aplikasi hasil penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Metode Pengumpulan Data
Valid atau tidaknya suatu penelitian tergantung pada jenis pengumpulan data yang dipergunakan serta pemilihan metode yang tepat sesuai dengan jenis dan sumber data dalam penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi, soal tes, dan data respon siswa.
1. Observasi atau pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah penginderaan secara langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau prilaku. Dalam hal ini peneliti mengamati dan mencatat secara langsung untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran PAI dengan menggunakan Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
2. Test
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengatahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
Perangkatan test peneliti ini adalah pre test dan pos test. Pre test diadakan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum pembelajaran dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dilaksanakan.
Drs. Sumanto, MA mengatakan bahwa pre test digunakan untuk melihat apakah kelompok-kelompok tersebut variable dependent sama atau tidak. Dengan kata lain pre test digunakan untuk melihat kemampuan kedua kelompok sama atau tidak Dengan kata lain pre test digunakan untuk melihat kemampuan kedua kelompok sama atau tidak. Dari hasil pre test kemudian ditentukan siswa yang termasuk
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan post test digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh atau tidak penggunaan Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam upaya meningkatkan hasil belajar PAI mata pelajaran PAI siswa kelas X IPS 7 SMAN 1 SIMPANG EMPAT.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar laporan hasil observasi, soal tes, dan data respon siswa.
Untuk memperoleh data-data yang mendukung keberhasilan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Teknik Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Efek dari suatu intervensi (action) terus dimonitor secara reflektif (Arikunto, 2007: 127).
Kegiatan observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat untuk digunakan sebagai perangkat pengumpul data, mengamati aktivitas guru dalam pembelajaran, dan catatan lapangan.
Adapun hal-hal yang diobservasi adalah:
1) Observasi terhadap rencana pembelajaran 2) Observasi terhadap proses pembelajaran
3) Observasi terhadap prestasi yang diperoleh peserta Teknik wawancara
Wawancara (interview) merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya.
Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber.
Maka untuk mengetahui bagaimana kegiatan pembelajaran PAI di SMAN 1 SIMPANG EMPAT , penulis melakukan wawancara pada SMAN 1 SIMPA NG EMPAT.
c. Teknik Tes
Teknik tes adalah cara memberikan penilaian dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab dengan benar oleh testi. Teknik tes ini terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu: tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Tes tertulis terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu: tes subjektif dan tes objektif. Yang dari keduanya berkembang menjadi bentuk tes yang beragam.
Penelitian yang target datanya berupa keterampilan, kompetensi, intelegensi dan bakat, lebih tepat menggunakan teknik tes. Dalam penelitian pendidikan seringkali dibutuhkan teknik tes untuk mengukur bakat, minat dan keterampilan guru. Misalnya tes intelegensi, tes bakat, tes hasil belajar serta tes kepribadian (Musfiqon, 2012: 131).
d. Analisis Deskriptif
Teknik ini digunakan untuk menjelaskan seluruh rangkaian penelitian pada saat sebelum, selama, maupun pasca tindakan pembelajaran dilaksanakan, begitu juga dengan daur dan hasil penelitian
Teknik Pengolahan dan Analisis. Data Analisa data yang digunakan adalah analisa data kualitatif, yaitu data berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar (Arikunto, 2007: 131).
Data-data yang diperoleh akan dianalisis secara triangulasi. Triangulasi yaitu proses memasan sesuatu (getting a ‘fix’) dari berbagai sudut pandang. Istilah ini berkembang dengan rungsi utama untuk meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam pengumpulan data (Arikunto, 2007: 128). Tringulasi dilakukan dengan membandingkan data hasil observasi, aktifitas siswa, hasil observasi pembelajaran. Teknik ini bertujuan untuk menjaga keabsahan dan keobyektifan data dengan cara menyilang atau membandingkan informasi data yang diperoleh dari beberapa sumber sehingga diperoleh data yang abash.
Setelah data dianalisis kemudian diambil kesimpulan tentang tercapainya tujuan dari pembelajaran, apabila belum tercapai dilakukan tindakan selanjutnya dan apabila sudah tercapai maka penelitian dihentikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran Model Pembelajaran Discovery Learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari Pra siklus ke siklus I, dan II, ) yaitu masing-masing 68,18%, 79,01%, dan 86,36%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
Tabel 1. Hasil Belajar Siswa
Rata-rata Ketuntasan
Pra siklus 70,00 68%
Siklus I 77,73 79%
Siklus II 82,73 86%
Berdasarkan Tabel 1 di atas, Model Pembelajaran Discovery Learning dapat memperbaiki proses pembelajaran yaitu dengan meningkatnya ketuntasan belajar siswa secara klasikal dan meningkatnya hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan pada pembelajaran dengan menerapkan Discovery Learning Model Pembelajaran Discovery Learning. Dimana menurut teori konstuktivisme bahwa belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si pebelajar.
Ia harus aktif melakukan kegiatan yaitu aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun pada akhirnya yang paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. (Isti’adah, 2020: 217).
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pad setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PAI pada pokok bahasan Munakahat atau Perkawinan dengan Model Pembelajaran Discovery Learning yang paling dominan adalah, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan gurudilanjutkan dengan simulasi. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pengajaran konstekstual model pengajaran berbasis masalah dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
Berdasarkan hasil yang diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 82,73 dan dari 22 siswa telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,36%
(termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus ini mengalami peningkatan lebih baik
adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Model Pembelajaran Discovery Learning sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
Refleksi, Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran Model Pembelajaran Discovery Learning Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1 Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2 Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3 Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4 Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.
Berdasarkan guru telah menerapkan pembelajaran Model Pembelajaran Discovery Learning dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Simpulan
Model Pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PAI, Pembelajaran Model Pembelajaran Discovery Learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pra siklus (68,18%), siklus I (79,01%), siklus II (86,36%).Model pembelajaran Discovery Learning dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas
Penerapan pembelajaran model Discovery Learning mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Pelaksanaan proses belajar mengajar PAI lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa,
Guru hendaknya dapat melaksanakan model pembelajaran Discovery Learning memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran model Discovery Learning dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal guna meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Kepala sekolah, hendaknya dapat lebih memajukan dan memberikan semangat guru untuk melakukan penelitian Tindakan kelas sebagai upaya hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan kualitas pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan memperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
RineksaCipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Classroom Action Reseach, Vol. 1, No. 1
http://repositori.unsil.ac.id/638/6/13.%20BAB%202.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, UniversitasTerbuka.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Surawan, 2019, "Peningkatan Prestasi Belajar PAI dengan Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas VI Muhammadiyah Sumbermulyo Bantul Yogyakarta", Journal of Surawan, 2019. “Pola Internalisasi Nilai Keislaman Keluarga Muhammadiyah Dan Islam
Abangan”, Jurnal Hadratul Madaniyah, Vol. 4, No.2
Surawan. (2020). Dinamika Dalam Belajar : Sebuah Kajian Psikologi Penelitian.
Yogyakarta : K-Media.