pISSN 2460-6855 Jurnal Gizi KH, Desember 2018, 1(1):8-13
KORELASI KUNJUNGAN KE POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SAMBIREJO
KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI
(Correlation of Visit to Posyandu with Nutrition Status of Children Under Five in Sambirejo Village, Pare District, Kediri Regency)
Enggar Anggraeni
Program Studi D3 Gizi, Akademi Gizi Karya Husada Kediri, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Indonesia
Korespondensi : enggar@gizikaryahusadakediri.ac.id
ABSTRACT
The health level of a person is influenced by several factors, including free from illness or disability, socio- economic conditions, environment and nutritional status. Nutritional status is one of important factors in achieving optimal health status. Integrated Service Post (Pos Pelayanan Terpadu, Posyandu) is one of health services in the village to facilitate the community to find out the general health status and nutritional status of children under five. Family liveliness at each posyandu activity can affect the nutritional status of children under five. Participation of visits to Posyandu in Sambirejo Village from data of 2016 to 2017 decreased from 58.9% to 53.6%. This study aims to analyze the correlation of participation in visits to posyandu with the nutritional status of children under five in Sambirejo Village, Pare District, Kediri Regency. The study design is observational analytic with cross sectional approach method, using a sample of 84 selected by the Stratified Random Sampling method. Instruments used were questionnaire, KMS and dacin. To test the hypothesis of the correlation of participation variables and nutritional status, it used the Spearman Rank Correlation test (α = 5). The results of the analysis produced p value = 0.001 with r = 0.871. From these results, it can be concluded that there is a correlation between the participation of visits to the posyandu with the nutritional status of children under five in Sambirejo Village, Pare District, Kediri Regency with a strong level of correlation and direction of positive correlation. The direction of correlation means that each increase in the frequency of visits to posyandu will be followed by an increase in the nutritional status of children under five. From the results of this study, in order to improve the nutritional status of children under five, it is necessary to increase children under five visits to the posyandu. To increase visits to the posyandu, it requires support and cooperation from families, cadres, community leaders, and health workers.
Keywords: visits to the posyandu, nutritional status, children under five
ABSTRAK
Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain terbebas dari penyakit atau cacat, sosial ekonomi, lingkungan dan status gizi. Status gizi adalah salah satu faktor yang penting dalam meraih derajat kesehatan yang optimal. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk mempermudah masyarakat guna mengetahui status kesehatan secara umum dan status gizi balita.
Partisipasi keluarga pada kegiatan posyandu dapat berpengaruh terhadap status gizi balita. Partisipasi kunjungan ke Posyandu di Desa Sambirejo dari data tahun 2016 ke 2017 mengalami penurunan dari 58,9%
menjadi 53,6%. Penelitian ini bertujuan menganalisis korelasi partisipasi kunjungan ke posyandu terhadap status gizi balita di Desa Sambirejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Desain penelitian adalah observasional analitik metode cross sectional, menggunakan sampel sebesar 84 yang dipilih dengan metode Stratified Random Sampling. Instrument yang digunakan kuesioner, KMS dan dacin. Untuk melakukan pengujian hipotesis korelasi variabel partisipasi dan status gizi digunkanan uji Korelasi Spearman Rank (α=5),. Hasil analisis menghasilkan p value = 0,001 dengan r = 0.871. Dapat disimpulkan bahwa ada korelasi antara partisipasi kunjungan ke posyandu terhadap status gizi balita yang ada di Desa Sambirejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri dengan tingkat korelasi kuat serta arah korelasi positif. Arah korelasi diartikan bahwa setiap kenaikan frekuensi kunjungan ke posyandu akan diikuti dengan kenaikan status gizi balita. Dari hasil penelitian tersebut maka, untuk meningkatkan status gizi balita diperlukan peningkatan kunjungan balita ke posyandu. Untuk meningkatkan kunjungan posyandu dibutuhkan dukungan dan kerjasama dari keluarga, kader, dan tokoh masyarakat, serta petugas kesehatan.
Kata kunci : kunjungan ke posyandu, status gizi, balita
PENDAHULUAN
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang, antara lain bebas dari cacat atau penyakit, sosial ekonomi, status gizi dan environment. Salah satu dari beberapa faktor yang sangat berperan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal yaitu status gizi (Par’i M, 2016). Salah satu unit kegiatan masyarakat yang berguna untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Posyandu menjadi bagian dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang bermanfaat untuk menggambarkan keadaan kesehatan khususnya pada bumil dan anak usia balita.
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak usia balita adalah keikutsertaan anggota rumah tangga pada kegiatan kegiatan poosyandu. Karena pemantauan meningkatnya status gizi masyarakat khususnya pada bumil dan anak usia balita menjadi sasaran kegiatan posyandu (Yulifah & Johan, 2009).
Status Gizi merupakan cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi yang merupaakan hasil asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh. Kunjungan ke Posyandu berperan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita. Data Riskesdas dalam enam bulan terakhir memperlihatkan terjadinya peningkatan dari tahun ke tahun yaitu 25,5 % (2007), 23,8% (2010) menjadi 34,3% (2013) pada pemantauan pertumbuhan anak balita usia 06-59 bulan yang tidak pernah ditimbang.
RISKESDAS tahun 2018 yang dilakukan di Indonesia memperlihatkan perubahan perbaikan status gizi pada anak usia balita. Presentase anak balita dengan status gizi sangat pendek dan pendek mengalami penurunan, yaitu dari 37,2 % (Riskesdas 2013) menjadi 30,8 %. Begitu juga presentase anak balita dengan gizi buruk dan gizi kurang mengalami penurunan dari 19,6 % (Riskesdas 2013) menjadi 17,7 %.
Namun yang perlu menjadi perhatian kita adalah adanya tren peningkatan proporsi obesitas pada orang dewasa 10,5 % (Riskesdas 2007), 14,8 % (Riskesdas 2013) dan 21,8 % (Riskesdas 2018).
Puskesmas Bendo memiliki wilayah kerja 5 desa yaitu Pelem, Bendo, Darungan, Sumberbendo, dan Sambirejo. Data tahun 2016 diketahui bahwa jumlah posyandu yang ada sebanyak 29 posyandu dengan jumlah semua balita 2441. Adapun partisipasi masyarakat (D/S) di Desa Pelem 79,3%, Desa Bendo 66,6%, Desa Darungan 66,0%, Desa Sumberbendo 75,1%, Desa Sambirejo 58,9%. Data tersebut menunjukkan bahwa partisipasi kunjungan balita masih belum memenuhi target yang dicanangkan, yaitu 85%, partisipasi paling rendah adalah di Desa Sambirejo yaitu 58,9%.
Hasil studi pendahuluan diketahui bahwa Desa Sambirejo memiliki 6 posyandu.
Jumlah balita tercatat sebanyak (S) 513 balita, balita yang memiliki KMS sebanyak (K) 513 balita, jumlah balita yang datang ditimbang sebanyak (D) 218 balita, jumlah balita yang berat badannya mengalami kenaikan sebanyak (N) 101 balita. Adapun partisipasi masyarakat (D/S) 42,49%, keberhasilan program (N/D) 46,33 %, kelestarian program (K/S) 100%.
Partisipasi kunjungan ke Posyandu di Desa Sambirejo dari data tahun 2016 ke 2017 mengalami penurunan partisipasi yaitu dari 58,9% menjadi 53,6%, sehingga dari latar belakang tersebut maka perlu dilakukan analisis korelasi partisipasi kunjungan ke posyandu dengan status gizi balita di Desa Sambirejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
METODE
Metode Pengumpulan Data
Penelitian observasional analitik pendekatan cross sectional.
Metode Analisis Data
Data partisipasi kunjungan ke posyandu dan status gizi balita disajikan dalam tabel dan dianalisis menggunakan uji spearman rank (α=5), dengan bantuan komputer. Ketentuan pengambilan kesimpulan adalah H0 di tolak jika p value ≤ 0,05 dan H0 di terima jika p value (>0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Desa
Desa Sambirejo berada dalam wilayah Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah Desa Sambirejo yaitu 5.510.900 Ha. Desa Sambirejo memiliki 6 posyandu yaitu Posyandu Kedelai, Posyandu Padi, Posyandu Tebu, Posyandu Mlinjo, Posyandu Jagung, dan Posyandu Kelapa.
Gambaran Umum Responden a. Umur
Data umur responden diperoleh dengan cara wawancara langsung. Hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Ibu Balita
No Kelompok Umur
Ibu
n %
1 21-25 36 42,9%
2 26-30 19 22,6%
3 31-35 17 20,2%
4 36-40 7 8,3%
5 41-45 5 6%
Jumlah 84 100%
Data tabel 1 di atas dapat menunjukkan bahwa kelompok umur terbanyak adalah umur 21-25 tahun yaitu 42,9% dari 84 responden.
b. Pendidikan
Data tingkat pendidikan responden diperoleh dengan cara wawancara langsung.
Hasil wawancara tersebut pada tabel 2
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Balita
No Tingkat
Pendidikan n %
1 Tidak sekolah 0 0%
2 SD 10 11,9%
3 SMP 44 52,4%
4 SMA 24 28,6%
5 PT 6 7,1%
Jumlah 84 100%
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu terbanyak adalah lulusan SMP yaitu sebesar 44 responden (52,4%).
c. Pekerjaan
Data jenis pekerjaan responden diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada responden dan hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Ibu
No Jenis Pekerjaan
Ibu
n %
1 IRT 60 71,4%
2 Karyawan
swasta 4 4,8%
3 Buruh pabrik 20 23,8%
Jumlah 84 100%
Data tabel 3 diatas dapat disimpulkan bahwa jenis pekerjaan ibu mayoritas adalah IRT/ ibu rumah tangga sebanyak 71,4%.
Data Partisipasi Kunjungan ke Posyandu
Data keikutsertaan ibu menghadiri kegiatan posyandu di Desa Sambirejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu
No Partisipasi
Kunjungan N %
1 Baik 63 75%
2 Belum Baik 21 25%
Jumlah 84 100%
Data tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa partisipasi kunjungan balita ke posyandu mayoritas sudah baik sejumlah 63 orang (75 %) dari 84 responden. Namun ada 21 responden yang partisipasinya masih belum baik. Banyak hal yang menyebabkan ibu anak balita tidak mengunjungi posyandu sampai anak balita berumur 59 bulan, diantaranya kesibukan, rasa malas ke posyandu, anak telah mengikuti semua imunisasi, dan anak tidak mau ke posyandu.
Partisipasi ibu anak usia balita dalam kegiatan kegiatan posyandu adalah faktor pendukung yang sangat dibutuhkan dalam pemantauan pertumbuhan anak usia balita.
Hal ini dapat dilihat dari partisipasi aktif orang tua membawa anaknya ke posyandu.
Partisipasi masyarakat dapat dilhat dari perbandingan antara jumlah anak yang ditimbang dengan seluruh anak yang ada di wilayah tersebut (D/S). Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu presentasenya diharuskan mencapai minimal 80%. seandainya presentasenya masih kurang dari 80% berarti bisa dikatakan keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berat badan sangat rendah (Arali, 2008).
Partisipasi yang rendah menjadi indikator bahwasanya masih ada ibu anak balita yang masih kurang mengerti pentingnya mengunjungi posyandu hingga anak balita berumur 59 bulan. Oleh karena itu, kader-kader posyandu harus terus berupaya memberikan motivasi bagi ibu agar ibu selalu rutin membawa anaknya ke posyandu. Kehadiran rutin anak balita pada kegiatan posyandu dapat memberikan manfaat yang besar pada balita karena bisa mencegah terjadinya masalah status gizi kurang pada anak balita.
Data Status Gizi Balita
Status gizi adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan asupan gizi dan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh. Status gizi balita dapat diketahui melalui pengukuran parameter balita antara
lain, berat badan menurut umur kemudian dibandingkan dengan standar atau rujukan.
Data status gizi pada balita yang ada di Desa Sambirejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri diperoleh dengan melakukan penimbangan menggunakan dacin. Distribusi status gizi balita dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Status Gizi Balita
No Status Gizi N %
1 Gizi Kurang 3 3,57%
2 3
Gizi baik Gizi Lebih
80 1
95,3%
1,19%
Jumlah 84 100%
Tabel 5 menunjukkan bahwa masih terdapat empat balita mallnutrisi. Tiga balita dengan gizi kurang dan satu balita obesitas.
Balita merupakan salah satu golongan yang rawan menderita gizi kurang. Hal ini akan berdampak pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu sejak janin sampai anak berusia dua tahun. Hal tersebut berpengaruh pada perkembangan fisik dan kognitif anak.
Kecerdasan dan ketangkasan berpikir, serta produktivitas kerja dipengaruhi oleh perkembangan fisik dan kognitif.
Ketidakcukupan gizi yang terjadi pada usia ini berkaitkan dengan peluang menculnya penyakit kronis pada usia dewasa, diantaranya yaitu obesitas, kardiovaskuler dan penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke dan DM (Kemenkes, 2014).
Menurut Suharjo (2003), faktor langsung yang dapat menyebabkan munculnya permasalahan gizi yang terjadi pada anak balita yaitu penyakit infeksi, dan asupan yang kurang dari kebutuhan.
Kurangnya pengetahuan ibu dalam hal kesehatan, sosial ekonomi, kecukupan pangan ditingkat keluarga yang tidak mencukupi, pola asupan makan yang kurang baik, serta faskes yang jauh dari jangkauan merupakan faktor tidak langsung yang menyebabkan munculnya masalah gizi pada anak balita. Ada dua faktor penyebab munculnya permasalahan gizi secara tidak langsung salah satunya adalah pemeliharaan kesehatan (Supariasa, 2013).
Korelasi Partisipasi Kunjungan Balita ke Posyandu terhadap Status Gizi Balita di Desa Sambirejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri
Tabulasi silang antara partisipasi kunjungan balita ke posyandu terhadap status gizi balita di Desa Sambirejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri diperoleh hasil pada tabel 6.
Tabel 6. Korelasi Partisipasi Kunjungan Balita ke Posyandu terhadap Status Gizi Balita di Desa Sambirejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri
Status Gizi
Partisipasi kunjungan
balita Total
Baik Belum baik
N % n % n %
Kurang 2 69 1 14,3 3 3,57
Baik 60 3,6 20 1,2 80 95,3
Lebih 1 3,6 0 8,3 1 1,19
Total 63 75 21 25 84 100
Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang memiliki partisipasi kunjungan ke posyandu dengan baik memiliki balita dengan status gizi baik dengan jumlah 80 orang (95,3%).
Hasil uji korelasi menggunakan Spearmen Rank menunjukkan p value 0,001 dengan koefisien korelasi (r) = 0,871. Artinya ada korelasi antara partisipasi kunjungan ke posyandu dengan status gizi balita dengan korelasi erat dan arah korelasi positif. Arah korelasi positif bahwa setiap kenaikan frekuensi kehadiran di posyandu akan diikuti dengan kenaikan status gizi pada balita.
Penelitian Asdhany (2012) yang dilakukan di posyandu Kelurahan Cangkringan Kecamatan Mijen Kota Semarang menunjukkan hasil bahwa tingkat partisipasi ibu ke posyandu mempengaruhi status gizi balita. Hasil penelitian Raharjo dalam Maulana (2013), di Posyandu Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi keaktifan ibu untuk datang ke posyandu setiap bulan. Hal ini sejalan dengan penelitian Reihana & Duarsa, bahwa terdapat hubungan antara pendidikan ibu terhadap partisipasinya dalam
keikutsertaan menimbang balitanya ke Posyandu. Tingginya pendidikan ibu mempunyai peluang 2,7 kali dalam keaktifan partisipasi dalam menimbang balitanya ke Posyandu dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Seseorang akan semakin berkemampuan atau kompeten sejalan dengan semakin tingginya pendidikan. Partisipasi kegiatan kemasyarakatan akan semakin tinggi apabila semakin tinggi tingkat pendidikan.
Peningkatan status gizi pada anak balita dipengaruhi oleh tingginya pastisipasi ibu pada setiap kegiatan acara posyandu.
Kegiatan posyandu dapat diartikan sebagai salah satu metode yang sesuai untuk mengurangi kejadian kesakitan dan kematian serta dapat menaikkan perubahan status gizi pada anak balita. Balita masuk dalam siklus tumbuh kembang yang membutuhkan gizi dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan kelompok umur dan tingkat partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu (Hartati, 2005).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan di Posyandu Desa Rancaekek Kulon Kabupaten Bandung, menunjukkan adanya hubungan antara keaktifan keluarga dalam partisipasinya mengikuti posyandu terhadap status gizi balita. Keluarga yang tidak aktif berpartisipasi dalam kegiatan posyandu mempunyai resiko 6,857 kali lebih tinggi terkena status gizi Kurang Energi Protein (KEP) dibandingkan dengan keluarga yang aktif (Octaviani, 2008). Pencegahan masalah gizi pada balita membutuhkan guide berupa pedoman gizi seimbang sebagai pedoman makan, diikuti dengan aktivitas fisik, mempertahankan berat badan dalam kondisi normal dan hidup bersih (Kemenkes, 2014).
Penelitian pendukung lainnya adalah penelitian Maulana (2013) di Desa Soko Jember K ec amat an Jelbuk Kabupat en Jember. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara keaktifan ibu dalam posyandu dengan penurunan jumlah balita Bawah Garis Merah
(BGM). Keaktifan Ibu dalam kegiatan posyandu dapat menurunkan jumlah balita yang mengalami Bawah Garis Merah (BGM). Hal ini sejalan dengan penelitian Sugiyarti (2014) yang menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kepatuhan kunjungan posyandu dengan status gizi balita di Posyandu Karangbendo Banguntapan Bantul Yogyakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Partisipasi kunjungan balita ke posyandu di desa Sambirejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri diketahui bahwa (75%) memiliki partisipasi yang baik, dan (25%) memiliki partisipasi yang belum baik.
Terdapat korelasi positif dan kuat antara partisipasi kunjungan balita ke posyandu dengan status gizi balita di Desa Sambirejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
Saran
Partisipasi kunjungan balita ke posyandu, membutuhkan dukungan penuh dan kerjasama dari pihak keluarga, kader, dan tokoh masyarakat serta petugas kesehatan. Pihak pemerintah atau dinas kesehatan harus menyediakan sarana, prasarana dan tenaga kesehatan yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Arali, (2008), Hubungan Status Gizi dengan Ketersediaan Pangan, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Asdhany C, dan Kartini A., (2012), Hubungan Tingkat Partisipasi Ibu dalam Kegiatan Posyandu dengan Status Gizi Anak Balita (Studi di Kelurahan Cangkiran Kecamatan Mijen Kota Semarang), Journal of Nutrition College.
Hartati, (2005), Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini, Jakarta, Depdiknas.
Kemenkes RI., (2014), Pedoman Gizi Seimbang, Jakarta, Dirjen Bina Gizi dan KIA.
Maulana A., (2013), Hubungan Keaktifan Ibu dalam Posyandu dengan Penurunan Jumlah Balita Bawah Garis Merah di Desa Soko Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, Universitas Jember.
Oktaviani, dkk., ( 2008), Hubungan Keaktifan Keluarga Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi Balita di Desa Rancaekek Kulon Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung.
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/29 949
Par’i Muhammad, H., (2016), Penilaian Status Gizi : dilengkapi Proses Asuhan Gizi Terstandar, Jakarta, EGC buku Kedokteran.
RISKESDAS, (2007), Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan, Kemenkes : Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
RISKESDAS, (2010), Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan, Kemenkes : Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
RISKESDAS, (2013), Riset Kesehatan Dasar, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
RISKESDAS, (2018), Riset Kesehatan Dasar, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Sugiyarti, dkk., (2014), Kepatuhan Kunjungan Posyandu dan Status Gizi Balita di Posyandu Karnagbendo Banguntaan, Bantul, Yogyakarta, Journal Ners and Midwifery Indonesia
Suharjo, (2003), Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Jakarta, Bumi Aksara.
Supariasa, I.D.N., Bakri, B., dan Fajar, I., (2013), Penilaian Status Gizi, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
Yulifah, R . dan Johan, T. A. Y., (2009), Asuhan Kebidanan Komunitas, Jakarta, Salemba Medika.