• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Self-Efficacy Dengan Perilaku Menyontek Pada Remaja Di SMA Negeri 3 Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Self-Efficacy Dengan Perilaku Menyontek Pada Remaja Di SMA Negeri 3 Banda Aceh"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA REMAJA DI SMA NEGERI 3 BANDA ACEH

SKRIPSI

Diajukah Oleh :

CUT ONE MUHARRIAMI NIM. 180901039

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH

2022 / 1444 H

(2)

i

(3)

ii

(4)
(5)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap waktu. Shalawat dan salam mari sama-sama kita doakan kepada Allah SWT. untuk dilimpahkan rahmat kepada baginda Nabi Muhammad SAW., yang telah memperjuangkan Islam dan membawa umatnya kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Self-Efficacy dengan Perilaku Menyontek Pada Remaja di SMA Negeri 3 Banda Aceh”.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan moral dan moril dari berbagai pihak, keluarga dan teman-teman terdekat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Muslim, M, Si sebagai Dekan Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada semua mahasiswa Psikologi.

2. Bapak Syafrilsyah, S.Ag., M. Si. sebagai Wakil Dekan I bidang Akademik dan Kelembagaan yang telah membantu dalam proses akademik mahasiswa.

3. Ibu Dr. Misnawati, S. Ag., M. Ag. sebagai Wakil Dekan II bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan yang telah membantu dalam administrasi mahasiswa.

(6)

iv

4. Bapak Drs. Nasruddin, M. Hum. sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada mahasiswa.

5. Bapak Julianto, S. Ag., M. Si selaku Ketuan Prodi Program Studi Psikologi UIN Ar-Raniry yang telah memberikan dukungan serta motovasi kepada mahasiswa

6. Ibuk Cut Riska Aliana, S. Psi., M. Si sekalu Sekretaris dan Penasehat Akademik Prodi Program Studi Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang telah memberikan dukungan serta motovasi kepada mahasiswa

7. Bapak Barmawi, S. Ag., M. Si selaku pembimbing I dalam proses penyelesaian skripsi ini, yang telah banyak membantu dan memberikan masukan serta telah meluangkan waktu untuk melakukan bimbingan kepada penulis.

8. Ibu Siti Hajar Sri Hidayati., M.A selaku pembimbing II dalam proses penyelesaian skripsi ini, yang telah banyak membantu dan memberikan masukan serta telah meluangkan waktu untuk melakukan bimbingan kepada penulis.

9. Ibu Miftahul Jannah, S. Ag., M. Si selaku penguji I dalam penyusunan skripsi ini dan yang telah banyak membantu dan memberikan masukan dalam skripsi ini.

10. Ibu Fatmawati, S. Psi., B. Psych (Hons), M. Sc selaku penguji II peneliti dalam penyusunan skripsi yang telah banyak membantu dan memberikan masukan dalam skripsi ini.

(7)

v

11. Raudhah Binti Yasa, S.Psi, M.Psi, Psikolog selaku penasehat akademik, yang telah membantu banyak hal dan meluangkan waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Terima kasih kepada seluruh dosen beserta staf Program Studi Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry yang telah membantu, mendidik, dan memberikan ilmu yang bermanfaat dengan ikhlas dan tulus.

13. Terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Ayah saya Teuku Burhansyah, TA. (Amponda) dan Ibunda tercinta saya Hj. Cut Mutia, S.Pd. (Nyanyak) serta untuk kakak tercinta Cut Putri Peunawa Ganda Bulan, A.Md.Keb. (Cut Anyak) dan Cut Fajar Afridayanti, S.Pd., M.Pd. (Cut Akak) yang telah memberikan dukungan dan doa yang tiada henti sehingga penulis sampai ke tahap akhir penyelesaian program S-1 ini.

14. Terima kasih kepada diri saya sendiri, yang telah mampu bertahan, selalu semangat, terus berfikir positif meski banyak rintangan selama penyusunan tugas akhir ini, terima kasih untuk banyaknya usaha dan doa yang dipanjatkan.

15. Terima kasih kepada sahabat-sahabat seperjuangan yaitu Alisa, Dara, Maula, Nova, Dini, Liza, Kak pin, Bila, Hanin, Ade, Kidul, Pipit, Icut, Muna, Nanda, Zaitin, Ima, Jack, Uput, Muhammad Andi Dermawan, Riya, yang telah banyak memberikan dukungan, membantu dan mendoakan penulis dalam melewati masa sulit dan senang bersama selama masa kuliah.

(8)

vi

16. Terima kasih kepada teman baik yaitu Cut Miftahul Jannah, S.E. dan Teuku Raja Muhammad Rajih, S.H serta Teuku Zulfikar, S.E yang telah menjadi sport system terbaik dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

17. Terima kasih kepada teman-teman yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan skripsi yaitu seluruh teman leting 2018 lainnya yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu karena telah dengan sabar memberi petunjuk dan penjelasan kepada penulis serta telah meluangkan waktu dan tenaga demi membantu penulis menyelesaikan skripsi dengan baik.

18. Terima kasih juga kepada responden yang telah membantu mengisi kuesioner penelitian ini sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

19. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penelitian ini, semoga Allah SWT memudahkan segala urusan dan membalas jasa-jasanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena kesempurnaan itu sesungguhnya hanyalah milik Allah SWT. oleh karena itu, saran dan kritikan dari pembaca sangat diharapkan. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak, terutama bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Banda Aceh, 01 Desember 2022 Yang Menyatakan,

Cut One Muharriami NIM. 180901039

(9)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian ... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Menyontek ... 12

1. Pengertian Perilaku Menyontek ... 12

2. Aspek-Aspek Perilaku Menyontek ... 13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek ... 15

B. Self-Efficacy ... 16

1. Pengertian Self-Efficacy ... 16

2. Aspek-aspek Self-Efficacy ... 18

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Efficacy ... 20

C. Hubungan antara Self-Efficacy dengan Perilaku Menyontek ... 22

D. Hipotesis ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 26

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 26

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 27

D. Subjek Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Instrument Penelitian ... 31

F. Uji Validitas, Uji Daya Beda dan Uji Reliabilitas ... 34

1. Uji Validitas ... 34

2. Uji Daya Beda ... 37

3. Uji Reliabilitas ... 40

4. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 43

B. Deskriptif Data Penelitian ... 44

C. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 47

(10)

viii

1. Administrasi Penelitian ... 47

a. Pelaksanaan Uji Coba ... 47

b. Hasil Validasi AlatUkur ... 48

D. Hasil Analisis daya Beda Aitem Alat Ukur ... 49

E. Analisis Data Penelitian... 49

1. Analisis Deskriptif ... 49

a. Skala Self- Efficacy ... 50

b. Skala Perilaku Menyontek... 52

2. Uji Prasyarat ... 53

3. Uji Hipotesis ... 55

F. Pembahasan ... 57

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa Kelas X dan XI Negeri 3 Banda Aceh ... 29

Tabel 3.2 Penarikan Sampel Penelitian ... 31

Tabel 3.3 Skor Kala Favorable dan Skala Unfavorable ... 32

Tabel 3.4 Blue Print Skala Self Efficacy ... 33

Tabel 3.5 Blue Print Skala Perilaku Menyontek ... 34

Tabel 3.6 Koefisien CVR Skala Self Efficacy ... 36

Tabel 3.7 Koefisien CVR Skala Perilaku Menyontek ... 37

Tabel 3.8 Koefisien Daya Beda Aitem Skala Self Efficacy ... 38

Tabel 3.9 Blue Print Akhir Skala Self Efficacy ... 39

Tabel 3.10 Koefisien Daya Beda Aitem Skala Perilaku Menyontek ... 39

Tabel 4.11 Blue Print Akhir Skala Perilaku Menyontek ... 40

Tabel 4.1 Data Demografi Subjek Penelitian Katagori Jenis Kelamin ... 45

Tabel 4.2 Data Demografi Subjek Penelitian Kategori Kelas ... 46

Tabel 4.3 Koefisien CVR Sevant Skala Self Efficacy ... 48

Tabel 4.4 Koefisien Daya Beda Aitem Skala Self Efficacy ... 49

Tabel 4.5 Deskripsi Data Penelitian Self Efficacy ... 50

Tabel 4.6 Kategorisasi Self Efficacy ... 51

Tabel 4.7 Deskripsi Data Penelitian Perilaku Menyontek ... 52

Tabel 4.8 Kategorisasi Perilaku Menyontek ... 53

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Sebaran ... 54

Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas Hubungan ... 55

Tabel 4.11 Uji Hipotesis Data Penelitian ... 56

Tabel 4.12 Analisis Measure of Association ... 56

(12)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 24

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Dekan Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry tentang Pembimbing Skripsi.

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Dari Lembaga/Tempat Penelitian.

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Psikologi UinAr-Raniry.

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian (Google Form) Lampiran 5 Tabulasi Penelitian skala

Lampiran 6 Hasil Penelitian

(14)

xii

HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA REMAJA DI SMA NEGERI 3 BANDA ACEH

ABSTRAK

Perilaku menyontek yaitu memberi, menggunakan ataupun menerima segala informasi, menggunakan materi yang dilarang digunakan dan memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur atau proses untuk mendapatkan suatu keuntungan yang dilakukan pada tugas-tugas akademik. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek yaitu self-efficacy. Self-Efficacy adalah penilaian keyakinan diri terhadap seberapa baik individu dapat melakukan tindakan yang diperlukan yang berhubungan dengan situasi yang prospektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan perilaku menyontek pada remaja di SMA Negeri 3 Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini yaitu skala self-efficacy (Bandura, 1997) dan skala perilaku menyontek (Cizek, 2003). Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 3 Banda Aceh yang berjumlah 233 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling. Analisis data yang digunakan adalah korelasi rho (ρ) dari Spearman.

Hasil penelitian ini memperoleh nilai koefisien korelasi rho (ρ = -0,499 dengan p=

0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara self-efficacy dengan perilaku menyontek pada siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 3 Banda Aceh sehingga hipotesis diterima. Semakin tinggi self- efficacy maka semakin rendah perilaku menyontek. Sebaliknya semakin rendah self-efficacy, maka semakin tinggi pula perilaku menyontek pada siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 3 Banda Aceh.

Kata Kunci: Self-Efficacy, Perilaku Menyontek

(15)

xiii

HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA REMAJA DI SMA NEGERI 3 BANDA ACEH

ABSTRACT

Cheating behavior is giving, using or receiving any information, using materials that are prohibited from being used and taking advantage of someone's weaknesses, procedures or processes to get an advantage carried out in academic tasks. One of the factors that influence cheating behavior is self-efficacy. Self- Efficacy is a self-confidence assessment of how well individuals can take the necessary actions related to prospective situations. The purpose of this study was to determine the relationship between self-efficacy and cheating behavior in adolescents at SMA Negeri 3 Banda Aceh. This study used a quantitative approach with the correlation method. The measurement tools used in this study are the self-efficacy scale (Bandura, 1997) and the cheating behavior scale (Cizek, 2003). The sample in this study were students of grades X and XI at SMA Negeri 3 Banda Aceh, totaling 233 students. The sampling technique used was proportionate stratified random sampling. The data analysis used is the rho correlation (ρ) from Spearman. The results of this study obtained the value of the correlation coefficient rho (ρ = -0.499 with p = 0.000 (p <0.05) which means that there is a significant negative relationship between self-efficacy and cheating behavior in class X and XI students at SMA Negeri 3 Banda Aceh so the hypothesis is accepted. The higher the self-efficacy, the lower the cheating behavior. On the other hand, the lower the self-efficacy, the higher the cheating behavior in class X and XI students at SMA Negeri 3 Banda Aceh.

Keywords: Self-Efficacy, Perilaku Menyontek

(16)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

Remaja memiliki peran penting terhadap masa depan suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan bagi usia remaja sangat berpengaruh untuk membentuk karakter remaja di masa dewasa. Karakter (budi pekerti) merupakan bagian mendasar dari pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian lebih intensif (Wijaya &

Helaluddin, 2018).

Pendidikan karakter merupakan salah satu opsi yang harus dioptimalkan sejak dini dalam sistem pendidikan di Indonesia, terutama bagi Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan karakter juga dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi, moral, dan watak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memutuskan baik dan buruknya suatu perilaku.

Selanjutnya dalam proses pendidikan dan pembelajaran, evaluasi diperlukan sebagai bahan pertimbangan untuk melihat nilai dan arti dari suatu data dengan standar sehingga menghasilkan sebuah keputusan (Ningsih, Firman &

Erlamsyah, 2018). Hal tersebut memungkinkan siswa untuk mempersepsi evaluasi atau ujian sebagai alat untuk menyusun peringkat dan dapat menyebabkan dirinya mengalami kegagalan, bukan sebagai instrumen yang menunjukan kemajuan dalam proses belajar. Menurut Warsiyah (2015), ketakukan akan kegagalan dan keinginan untuk mendapatkan nilai yang baik menjadi salah satu alasan bagi

(17)

2

sebagian peserta didik untuk mengambil jalan pintas, seperti menyontek (Silaen, 2020).

Perilaku menyontek merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering muncul menyertai aktivitas proses pembelajaran. Perilaku menyontek adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang secara ilegal atau curang untuk tujuan sah atau terhormat, yaitu memperoleh suatu keberhasilan atau menghindari kegagalan dalam menyelesaikan tugas akademik terutama yang berkaitan dengan evaluasi atau ujian hasil belajar (Djauhari & Wardani, 2018).

Penelitian tentang perilaku menyontek yang dilakukan oleh Andiwatir dan Khakim (2019) menunjukan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek, diantaranya karakteristik individu, faktor internal, dan faktor eksternal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih, Limbong, dan Handayani (2019) yang mengatakan bahwa perilaku menyontek dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Pada studi pendahuluan, peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap beberapa siswa di SMA Negeri 3 Banda Aceh. Alasan peneliti melakukan observasi di sekolah tersebut adalah karena SMA Negeri 3 merupakan salah satu sekolah unggul dan favorit di Banda Aceh. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya sekolah unggulan memiliki orientasi yang tingggi terhadap prestasi siswanya, hal tersebut menimbulkan persaingan antar siswa untuk dapat meraih prestasi terbaik. Dalam sebuah persaiangan akan timbul ketakutan akan kegagalan. Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya oleh Silaen (2020), bahwa ketakutan tersebut akan memicu peserta didik untuk mengambil jalan

(18)

pintas demi mewujudkan keinginannya agar mendapatkan nilai terbaik, yaitu dengan menyontek. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui permasalahan yang dimaksud. Berikut kutipan wawancara tersebut.

Kutipan wawancara 1 :

“…Kalau dalam mengerjakan tugas, kalau masih bisa dikerjakan senidiri ya dikerjakan sendiri. Tapi kalau udah pelajaran Fisika, Kimia, dan Matematika ya liat teman kak, hehehe”. (DN, Wawancara personal)

Kutipan wawancara 2 :

“… Kadang-kadang kak, gak yakin semuanya sih, paling mana yang adek gak tau jawabanya, terus ntar minta kasih tau sama temen yang bisa dipercaya”.

(NL, Wawancara personal)

Kutipan Wawancara 3 :

“… Kalau saya kak, kalau menurut saya temen itu dekat dan baik sama saya, saya bantu atau saya kasih jawabannya, tapi kalau misalnya saya gak dekat ya banyak alasan untuk gak mau kasih tau tentang tugas. Kadang alasan saya kalau tugasnya belum siap atau bilang aja kalau gak tau”. (CF, Wawancara personal)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas, ditemukan bahwa perilaku menyontek menjadi hal yang lumrah dilakukan di sekolah. Hal ini karena narasumber secara terang-terangan menyampaikan dan menjelaskan tentang perilaku menyontek yang dilakukan, sebagaimana yang disampaikan pada kutipan wawancara 1, 2, dan 3 di atas. Wawancara tersebut juga menjelaskan tentang bentuk dari perilaku menyontek yang diberikan, yaitu meminta, sebagaimana pada kutipan wawancara 2 “…terus ntar minta kasih tau sama temen yang bisa dipercaya” dan memberi, sebagaimana pada kutipan wawancara 3 “…kalau

(19)

4

menurut saya temen itu dekat dan baik sama saya, saya bantu atau saya kasih jawabannya”. Hal ini sesuai dengan aspek perilaku menyontek yang dikemukakan oleh Cizek (2003), salah satunya yaitu giving (memberi), taking (mengambil), or receiving (menerima) hasil jawaban ujian atau tugas yang sudah dikerjakan.

Pada hasil wawancara di atas ditemukan salah satu faktor dari perilaku menyontek, yaitu tidak adanya keyakinan pada diri individu terhadap kemampuannya, sebagaimana yang disampaikan pada kutipan wawancara 2

“…Kadang-kadang kak, gak yakin semuanya sih”. Hal tersebut dalam keilmuan psikologi dikenal dengan self-efficacy (Safitri, 2020). Sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Hartanto (2012) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek, antara lain terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, salah satunya self- efficacy.

Baron dan Byrne (1991) mendefinisikan self-efficacy sebagai evaluasi bagi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan (Saryadi & Rahayu, 2018).

Siswa yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung memiliki keyakinan terhadap kemampuan dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudiati (2018) yang menyatakan bahwa ada hubungan tingkat self-efficacy dengan perilaku menyontek. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aji (2019) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-efficacy dengan perilaku menyontek. Artinya, apabila

(20)

seseorang memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi maka ia tidak akan melakukan perbuatan tidak baik seperti menyontek.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara self-efficacy dengan perilaku menyontek pada remaja di SMA Negeri 3 Banda Aceh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini ialah “Adakah hubungan antara sel-efficacy dengan perilaku menyontek pada remaja di SMA Negeri 3 Banda Aceh”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan perilaku menyontek pada remaja di SMA Negeri 3 Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi psikologi, khususnya mengenai hubungan self-efficacy dengan perilaku menyontek pada remaja di SMA Negeri 3 Banda Aceh.

(21)

6

b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti lain untuk memberikan masukan khususnya mereka yang akan meneliti lebih lanjut mengenai self- efficacy dan perilaku menyontek

2.Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi masyarakat, khususnya siswa serta pembaca mengenai hubungan self-efficacy dengan perilaku menyontek remaja di tingkat SMA, sehingga dapat meminimalisir tingkat perilaku menyontek yang ada.

b. Untuk peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengamati dan menganalisa kondisi dan fenomena yang terjadi terutama yang berkaitan dengan self-efficacy dan perilaku menyontek.

c. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi siswa mengenai definisi self-efficacy dan perilaku menyontek.

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini dibuat berdasarkan hasil dari beberapa penelitian terdahulu yang memiliki karakteristik relative sama dalam hal tema dan kajian, namun bebrda dalam kriteria subjek, jumlah, posisi variabel, dan metode-metode yang digunakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Muthohhar, Supardi, dan Yulianti, (2019) dengan judul “Hubungan antara Self-Efficacy dengan Perilaku Menyontek Siswa MTs Masalikil Huda Tahunan Jepara” metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain korelasional. Sampel penelitian ini diambil

(22)

dengan teknik simple random sampling, sebanyak 75 siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dengan perilaku menyontek pada siswa kelas VII MTs Masalikil Huda Tahunan Jepara. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan ialah pada lokasi penelitian, subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian.

Selanjutnya penelitian yang di lakukan oleh Aji (2019) dengan judul

“Hubungan antara Self-Efficacy dengan Perilaku Menyontek Pada Pelajar SMA N 3 Bantul” Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala self-efficacy dan skala perilaku menyontek. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis Pearson Correlation. Subjek dalam penelitian ini adalah Pelajar SMA N 3 Bantul. Subjek penelitian sebanyak 60 orang. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah pada lokasi penelitian dan subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Yulita (2019) dengan judul

“Hubungan Self-Efficacy dengan Perilaku Menyontek Mahasiswa Bimbingan Konseling Pendidikan Islam UIM Raden Intan Lampung Angkatan 2016”

penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dengan mengunakan cluster sampling dengan jumlah sampel 72 mahasiswa.

Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data dengan mengunakan skala self-efficacy dan perilaku menyontek. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada lokasi penelitian, subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan

(23)

8

yang signifikan antara variabel self-efficacy dengan perilaku menyontek.

Penelitian selanjutnya yang di lakukan oleh Girsang (2019) yang berujudul “Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecenderungan Perilaku Menyontek Pada Siswa SMP x Di Kota Medan” penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII t.a 2018/2019 sebanyak 116 orang siswa. Pengumpulan data menggunakan skala self- efficacy dan juga skala sikap untuk melihat kecenderungan perilaku menyontek.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah pada lokasi penelitian, subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dengan kecenderungan perilaku menyontek pada siswa, yang artinya ketika self-efficacy mengalami kenaikan maka kecenderungan perilaku menyontek akan menurun.

Kemudian, Penelitian lainya yang di lakukan oleh Perianto (2021) yang berjudul “Hubungan Self Control dan Self Esteem dengan Perilaku Menyontek Pada Peserta Didik Di Sekolah Menengah Pertama Di Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan negatif antara kontrol diri terhadap perilaku mencontek dan harga diri terhadap perilaku mencontek pada peserta didik Sekolah Menengah Pertama di Yogyakarta. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Stratified Random Sampling. Sampel dalam penelitian ini yaitu 25 % dari jumlah populasi yaitu 64 orang. Teknik dalam pengambilan data dengan menggunakan skala kontrol diri, skala harga diri dan skala perilaku mencontek. Teknik analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan Analisis korelasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

(24)

peneliti lakukan adalah terdapat pada lokasi penelitian, subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, terdapat kesamaan dalam variabel, baik itu variabel terikat maupun variabel bebas yang dikaitkan dengan variabel lainya. Namun, terdapat beberapa perbedaan pada salah satu variabel terikat maupun variabel bebas dan terdapat juga perbedaan pada subjek, sampel, waktu dan lokasi penelitian dilakukan.

(25)

10 BAB II

LANDASAN TEORI A. Perilaku Menyontek

Dalam kajian berikut ini peneliti akan membahas mengenai pengertian perilaku menyontek, aspek-aspek dan faktornya. Berikut pemaparan konsep dari perilaku menyontek.

1. Pengertian Perilaku Menyontek

Menyontek adalah berarti curang, mencuri atau melakukan sesuatu yang menguntungkan diri sendiri dengan menggunakan segala macam cara saat sedang melaksanakan sebuah tes (Andermandan & Murdock, 2007). Definisi lain tentang mencontek adalah kegiatan menggunakan bahan atau materi yang tidak diperkenankan atau menggunakan pendampingan dalam tugas-tugas akademik atau kegiatan yang dapat mempengaruhi proses penilaian dalam (Hartanto, 2012)

Sebelumnya Mc Cabe (1992) mendokumentasikan perilaku menyontek sebagai perilaku secara serius yang harus ditangani. Selanjutnya ia mendefinisikan pelaku menyontek sebagai seseorang yang dapat menerima atau melakukan kegiatan menyalin (menjiplak) pekerjaan orang lain pada saat tes atau menggunakan catatan (contekan) yang tidak diperbolehkan atau membantu seseorang dalam menyontek ketika tes atau ujian yang sedang berlangsung.

Kemudian Cizek (2003) mengatakan bahwa bahwa perilaku menyontek yaitu memberi, menggunakan ataupun menerima segala informasi, menggunakan materi yang dilarang digunakan dan memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur atau proses untuk mendapatkan suatu keuntungan yang dilakukan pada tugas-tugas

(26)

akademik.

Mujahidah (2009) menyatakan bahwa menyontek memiIiki arti yang beraneka macam, akan tetapi biasanya dihubungkan dengan kehidupan sekolah, khususnya bila ada ulangan dan ujian. Menyontek berasal dari kata dasar "contek"

yang artinya "mengutip" atau "menjiplak". Kata mengutip sendiri diartikan menuliskan kembali suatu tulisan, sedangkan menjiplak diartikan menulis atau menggambar di atas kertas yang ditempelkan pada kertas yang dibawahnya bertulisan atau bergambar untuk ditiru.

Berdasarkan definisi dari beberapa tokoh di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa definisi perilaku menyontek adalah memberi, menggunakan ataupun menerima segala informasi, menggunakan materi yang dilarang digunakan dan memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur atau proses untuk mendapatkan suatu keuntungan yang dilakukan pada tugas-tugas akademik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Cizek (2003), karena teori tersebut lebih komprehensif dan telah banyak digunakan pada penelitian-penelitian serupa sebelumnya.

2. Aspek-Aspek Perilaku Menyontek

Berikut ini tiga aspek dari perilaku menyontek yang dikemukakan oleh Cizek (2003).

a. Giving (memberi), taking (mengambil), or receiving (menerima), yaitu memberikan, mengambil, menerima hasil jawaban ujian atau tugas yang sudah dikerjakan.

b. Menggunakan materi (bahan) yang terlarang, yaitu menggunakan materi atau

(27)

12

jawaban dari luar secara tidak legal atau tidak sah contohnya menyiapkan kunci jawaban dengan menulis dikertas ataupun mengguakan handhpone untuk melihat pedoman atau materi ujian secara tidak sah pada saat ujian.

c. Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk memperoleh keuntungan, yaitu mencari kesempatan untuk menyontek dengan memanfaatkan kelengahan pengawas.

Malinowski dan Smith (1985), sebelumnya juga mengungkapkan aspek- aspek perilaku menyontek sebagai berikut :

a. Pikiran

Siswa pada umumnya menganggap perilaku menyontek adalah wajar, karena mereka kurang menguasai pelajaran yang sedang diujikan, mereka juga berpikir bahwa perilaku menyontek tidak akan diketahui, menganggap pelajaran yang diujikan tidak penting, tidak mendapat perhatian, serta tidak memiliki waktu belajar yang cukup.

b. Perasaan

Cemas ketika ujian dapat menginduksi perilaku menyontek yang dikarenakan perasaan takut yang berlebihan seperti merasa takut gagal, merasa takut dikatakan bodoh oleh teman-teman, merasa takut dijauhi teman-teman, merasa harga dirinya akan jatuh jika nilai rendah, serta jenuh belajar yang dapat mempengaruhi tindakan menyontek pada siswa.

c. Tindakan

Respon siswa terhadap stimulus yang sesuai dengan perkembangannya yang ingin selalu aktif dalam perkembangannya menuntun perilaku yang didasari oleh

(28)

keterikatan yang tinggi dengan teman sebaya (peer group), yang juga dipengaruhi oleh kompetisi guna mencapai tujuannya (Andermandan & Murdock, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, aspek perilaku menyontek yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek yang dikemukakan oleh Cizek (2003), antara lain : giving (memberi), taking (mengambil), or receiving (menerima), menggunakan materi (bahan) yang terlarang dan memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk memperoleh keuntungan. Hal ini karena teori yang dikemukakan oleh Cizek (2003) lebih komprehensif dan telah banyak digunkan pada penelitian-penelitian serupa sebelumnya, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

3. Faktor-Faktor Perilaku Menyontek

Anderman dan Murdock (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek. Faktor-faktor tersebut digolongkan ke dalam empat karakteristik, yaitu:

a. Karakteristik demografi

1) Gender, penelitian yang dilakukan oleh Calabrese dan Cochran, Davis dan kawan-kawan, Michaels dan Miethe, Newstead, Franklin-Stokes, serta Armstead, menemukan bahwa laki-laki lebih banyak menyontek dari pada perempuan.

2) Usia, penelitian Jensen dan kawan-kawan menemukan bahwa peserta didik yang lebih muda lebih mungkin mencontek daripada peserta didik yang lebih tua ketika perbandingan ini dibuat antara siswa dan mahasiswa. Dari penelitian ini di temukan bahwa perilaku menyontek akan berkurang dengan

(29)

14

bertambahnya usia.

3) Status sosio-ekonomi, Calabrese dan Cochran juga meneliti perilaku menyontek pada peserta didik berdasarkan status sosio-ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peserta didik swasta yang memiliki status sosio-ekonomi tinggi lebih banyak menyontek dibandingkan dengan peserta didik negeri.

4) Agama, terdapat bermacam-macam hasil penelitian mengenai perilaku menyontek dan agama. Penelitian Rettinger dan Jordan yang dilakukan pada kelas religi dan kelas liberal, menemukan bahwa kelas religi lebih sedikit melakukan perilaku menyontek dibandingkan kelas liberal.

b. Karakteristik akademik

1) Ability (kemampuan), Newstead dan kawan-kawan menekankan pada kompleksnya hubungan antara ability dan perilaku menyontek. Para peneliti pada umumnya menunjukkan bahwa ability berhubungan dengan perilaku menyontek, dan hal tersebut secara umum dipercaya bahwa pelajar yang memiliki ability rendah lebih berkemungkinan melakukan perilaku menyontek.

2) Area subjek, Bowers, Davis dan Ludvigson, Newstead dan kawan-kawan, menyatakan bahwa subjek yang berada pada area sains, bisnis, dan mesin, diidentifikasi sebagai disiplin ilmu dengan tinggi adanya perilaku menyoontek jika dibandingkan dengan subjek yang berada di area seni dan sosial.

(30)

c. Karakteristik motivasi

1) Self-efficacy, Calabrese dan Cochran, Michaels dan Miethe, serta Malinowski dan Smith menemukan bahwa peserta didik menyontek lebih sering ketika mereka memiliki self-efficacy rendah yang meliputi rasa takut akan kegagalan.

2) Goal orientation, studi mengenai perilaku menyontek yang di kaitkan dengan teori achievement goal menegaskan bahwa perilaku menyontek sering muncul pada peserta didik yang tujuan belajarnya bukan pada penguasaan materi. Hubungan antara goal dan perilaku menyontek telah di temukan pada peserta didik yang lebih muda.

d. Karakteristik kepribadian

1) Impulsivitas dan sensation-seeking merupakan dua konstruk pada literatur psikologi kepribadian yang mungkin berhubungan dengan perilaku menyontek.

2) Self-control, Grasmick, Tittle, Bursik dan Arneklev, menemukan bahwa self- control dan presepsi terhadap kesempatan menyontek berhubungan dengan perilaku menyontek. Sebab kontrol diri akan menentukan apa yang orang akan lakukan.

3) Tipe kepribadian, pada penelitian eksperimen Davis ditemukan peserta didik dengan tipe kepribadian A lebih banyak melakukan perilaku menyontek dari pada peserta didik dengan tipe kepribadian B. Hal ini membuktikan bahwa kepribadian seseorang memungkinkan seseorang untuk menyontek.

(31)

16

4) Locus of control (pusat kendali) adalah gambaran keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. Locus of control merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku individu, termasuk bagaimana seseorang menentukan apakah ia akan menyontek atau tidak menyontek.

Dalam penelitian eksperimen locus of control di temukan bahwa seseorang yang memiliki eksternal locus of control lebih berkemungkinan melakukan perilaku menyontek.

B. Self-Efficacy

Dalam kajian berikut ini peneliti akan membahas mengenai pengertian self- efficacy, aspek-aspek dan faktornya. Berikut pemaparan konsep dari self-efficacy.

1. Pengertian Self-Efficacy

Bandura (1997), mendefinisikan konsep self-efficacy sebagai keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki untuk mengatur dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan dalam mencapai keinginannya. Kemudian Baron dan Byrne (2004) mendefinisikan efikasi diri (self efficacy) sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan. Disamping itu, menurut Kreitner dan Kinicki (2007) self-efficacy akan mempengaruhi proses motivasi seseorang, yaitu setelah orang itu tahu dan yakin akan kemampuannya, mereka merasa mampu untuk melaksanakan tugasnya, maka motivasinya juga akan lebih kuat dalam menyelesaikan tugas tersebut. Motivasi yang dimiliki akan menjadi tinggi juga, karena sudah tahu apa kemampuannya dan hasil apa yang diharapkan.

Selanjutnya menurut Alwisol (2009) self-efficacy adalah seseorang yang memiliki efikasi yang realistik (apa yang diharapkan sesuai dengan kenyataan hasil), atau sebaliknya efikasi hasilnya tidak realistik (mengharapkan terlalu tinggi

(32)

dari hasil nyata yang dapat dicapai), orang yang ekspektasi efikasinya tinggi (percaya bahwa dapat mengerjakan sesuai dengan tuntutan situasi) dan harapan hasilnya realistik (memperkirakan hasil sesuai dengan kemampuan diri), orang itu akan bekerja keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai. Pratiwi (2015) juga mengatakan bahwa self-efficacy (efikasi diri) merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan atau melakukan tindakan pada situasi tertentu untuk mendapatkan keberhasilan.

Berdasarkan definisi dari tokoh-tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self-efficacy adalah keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki untuk mengatur dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan dalam mencapai keinginannya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bandura (1997), karena teori tersebut memiliki landasan yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.

2. Aspek-Aspek Self-Efficacy

Bandura (1997) membagi self-efficacy menjadi tiga aspek yang perlu diperhatikan apabila hendak mengukur keyakinan diri seseorang yaitu:

a. Tingkat kesulitan (level)

Tingkat kesulitan (level) ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu, dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya. Aspek ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan dicoba atau dihindari.

Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasakan mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas kemampuan yang

(33)

18

dirasakannya.

b. Generalisasi (Generality)

Generalisasi ini berkaitan dengan bidang tugas atau masalah dalam kondisi tertentu, Konsep ini berkaitan dengan keluasan dalam bidang ilmu pengetahuan yang di yakini dan dikuasai individu dalam menyelesaikan berbagai tugas berdasarkan pengalamannya. seberapa besar individu memiliki keyakinan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapinya.

c. Kekuatan (Strength)

Kekuatan ini berkaitan dengan kuat atau lemahnya keyakinan indvidu mengenai kemampuan dalam melakukan suatu tugas tertentu. Keyakinan yang lemah akan mudah digoyahkan oleh pengalaman yang mendukung kesuksesan individu dalam suatu tugas tertentu. Sebaliknya, keyakinan yang kuat akan mendorong individu untuk tetap berusaha meskipun dalam kondisi yang sulit sekalipun.

Sebelumnya, Corsini (1994) juga mengemukakan self-efficacy terdiri atas 4 aspek yaitu:

a. Kognitif

Kemampuan sesorang dalam memikirkan cara yang dipakai dan merancang suatu tindakan yang akan diambilnya untuk mencapai suatu tujuan yang menjadi harapannya.

(34)

b. Motivasi

Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memotivasi diri lewat pikirannya dalam melakukan tindakan dan keputusan untuk mencapai suatu tujuan yang menjadi harapannya.

c. Afeksi

Kemampuan dari dalam mengatasi emosi yang mungkin dapat muncul pada diri individu dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan.

d. Seleksi

Kemampuan seseorang dalam menyeleksi perilaku dan lingkungan yang tepat sehingga bisa mencapai tujuan sesuai yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas, aspek self-efficacy yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek yang dikemukakan oleh Bandura (1997), yaitu : tingkat kesulitan (level), generalisasi (generality) dan kekuatan (strength). Hal ini karena teori tersebut sesuai dengan kebutuhan penelitian dan berasal dari referensi yang jelas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

3. Faktor-Faktor Self-Efficacy

Perubahan tingkah laku, menurut Bandura (1997) kuncinya adalah perubahan ekspektasi self-efficacy. Self-efficacy atau keyakinan kemampuan diri tersebut dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, diantaranya :

a. Past performance accomplishments (pengalaman performansi)

Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa lalu.

Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah self-efficacy yang

(35)

20

paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi kemampuan (efficacy), sedangkan kegagalan akan menurunkan kemampuan (efficacy). Sementara mencapai keberhasilan akan memberikan dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya seperti, semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi, mengerjakan suatu tugas sendiri lebih meningkatkan efikasi. Dibandingkan jika mengerjakan secara kelompok atau dibantu oleh orang lain, kegagalan dapat menurunkan efikasi jika inidvidu telah berusaha sebaik mungkin, jika individu mengalami kegagalan secara emosional/stres, namun ia dalam kondisi yang optimal maka tidak akan memberi dampak buruk baginya, jika individu mengalami kegagalan setelah memiliki efikasi yang kuat, maka dampaknya juga tidak akan seburuk jika individu yang belum memilki efikasi kuat, atau orang yang biasa berhasil, namun sesekali mengalami kegagalan maka tidak akan mempengaruhi efikasinya. Menurut Bandura (1986) jika individu telah memiliki self-efficacy yang kuat, ia dapat mengembangkannya dengan mengulangi keberhasilannya. Kegagalan kadang-kadang tidak memiliki pengaruh banyak terhadap penilaian dari kemampuan seseorang.

b. Vicarious experience (pengalaman orang lain)

Pengalaman orang lain diperoleh melalui model sosial. Self-efficacy akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya self-efficacy akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Melalui pengamatan (melihat atau memvisualisasikan) terhadap orang lain, individu dapat meningkatkan persepsi diri tentang

(36)

keberhasilan bahwa memiliki kemampuan dalam melaksanakan kegiatan yang serupa dengan orang lain.

c. Verbal persuasion (persuasi verbal)

Self-efficacy juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui persuasi verbal. Dampak dari sumber ini terbatas, namun pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi self-efficacy. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.

d. Emotional arousal (keadaan emosi)

Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi self- efficacy di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi self-efficacy. Namun, bisa terjadi peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan self-efficacy. Perubahan tingkah laku akan terjadi kalau sumber ekspektasi self-efficacy akan berubah sehingga perubahan self- efficacy banyak digunakan untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah behavioral.

C. Hubungan antara Self-Efficacy dengan Perilaku Menyontek

Pada dasarnya seluruh aspek kehidupan masyarakat selalu dikelilingi oleh dua hal, yaitu antara gagal dan berhasil. Konsep gagal dan berhasil selalu menjadi sandaran dalam pelaksanaan tugas, serta dalam menyusun sikap atau pandangan terhadap kemampuan yang dimiliki seseorang. Dampak bagi siswa yang berhasil mencapai prestasi akademis yang tinggi akan merasa lebih kompoten dan berarti.

Sebaliknya, dampak bagi siswa yang gagal meraih nilai yang tinggi akan merasa

(37)

22

tidak kompoten dan tidak berarti. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa pencapaian akademis digunakan sebagai hal penting yang dapat meningkatkan harga diri seseorang. Kenyataannya, prestasi akademis tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan, akan tetapi dapat juga ditentukan oleh variabel non kognitif seperti kepribadian, dan self-efficacy sebagai seperangkat sikap yang dinamis dan memotivasi seseorang (Hartosujono, 2015).

Self-efficacy bagi seorang siswa berarti mempunyai kepercayaan diri untuk melakukan sebuah pekerjaan atau tugas dan pada saat melangsungkan ujian.

Pernyataan tersebut berarti bahwa self-efficacy merupakan salah satu faktor dalam diri seseorang yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu agar tujuannya dapat tercapai (Bandura, 2001). Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi akan mempresepsikan dirinya agar mampu mengintegrasikan kemampuannya dalam melewati dan menyelesaikan tugasnya sehingga mencapai hal yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Sebaliknya, seseorang yang memiliki self-efficacy rendah akan mempersepsikan bahwa kemampuan yang dimiliknya belum tentu mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan apa yang diharapkannya sehingga mereka lebih memilih untuk melakukan perilaku menyontek (Pudjiastuti, 2012).

Hartanto (2012) mengatakan bahwa self-efficacy yang rendah (low self- efficacy) merupakan salah satu indikasi bagi perilaku menyontek. Siswa yang kurang yakin akan kemampuan yang dimiliknya akan lebih cenderung untuk melakukan perilaku menyontek, sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan cenderung lebih percaya diri pada kemampuan yang ia miliki

(38)

dan mampu menyelesaikan tugas dengan baik dan menolak untuk melakukan perilaku menyontek.

Berdasarkan salah satu aspek self-efficacy menurut Bandura (2001), yaitu level. Aspek level berkaitan dengan kesulitan tugas yang artinya individu akan memilih tugas berdasarkan tingkat kesulitannya. Siswa yang memiliki level yang tinggi cenderung merasa yakin akan kompetensi yang ia miliki, sehingga pada saat ujian berlangsung, siswa tersebut akan mengandalkan kompetensinya untuk mengerjakan soal-soal ujian (Ginanjar, 2015). Siswa yang memiliki level tinggi akan cenderung mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum menghadapi ujian, hal tersebut dikarenakan siswa selalu terdorong untuk mengatasi tantangan seperti ujian (Anderman & Mudrock, 2007). Dengan persiapan yang matang dan meyakini akan kemapuan yang dimilikinya, maka siswa akan merasa tidak perlu menyontek untuk memperoleh nilai yang diinginkan.

Beda halnya dengan siswa yang memiliki level yang rendah. Siswa akan lebih merasakan ketakutan dalam dirinya (Yunianti, Jaeng & Muslimin, 2016).

Rasa takut ini akan membangkitkan kecemasan pada dirinya. Siswa yang diliputi oleh rasa takut ini tidak yakin dan tidak percaya diri mengenai pemikirannya sehingga ia akan mencari tugas yang biasa dan tidak menuntut (Bandura, 2001).

Siswa tersebut pun menjadi cepat menyerah, kurang terinspirasi dan bergantung pada orang lain (Widaryati, 2013). Karena siswa yang memiliki level rendah lebih cepat menyerah, cemas dan cenderung menghindari sesuatu yang dianggap mengancam, termasuk saat menghadapi ujian, maka mereka cenderung melakukan perilaku menyontek.

(39)

24

Penelitian yang dilakukan oleh Anderman dan Murdock (2007) menyatakan bahwa kepercayaan diri siswa yang rendah menjadi salah satu indikasi munculnya perilaku menyontek. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Muthohhar, Supardi, dan Yulianti, (2019) tentang

“Hubungan antara Self-Efficacy dengan Perilaku Menyontek Siswa MTs Masalikil Huda Tahunan Jepara” yang membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif antara Self-Efficacy dengan Perilaku Menyontek pada Siswa MTs Masalikil Huda Tahunan Jepara.

Berikut ini gambar hubungan kedua variabel yang telah dideskripsikan sebelumnya.

(-)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual D. Hipotesis

Berdasarkan uraian kerangka konseptual di atas, maka dalam penelitian ini peneliti mengajuka hipotesis yaitu, terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dengan perilaku menyontek pada remaja di SMA Negeri 3 Banda Aceh. Artinya semakin tinggi self-efficacy siswa, maka akan semakin rendah tingkat perilaku menyontek pada siswa. Sebaliknya semakin rendah self-efficacy siswa, maka akan semakin tinggi perilaku menyontek pada siswa.

Self-Efficay Perilaku

Menyontek

(40)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data berupa angka yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2012). Metode dalam penelitian ini menggunakan metode korelasi. Penelitian korelasi adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel dalam penelitian (Sugiono, 2015). Pada penelitian ini metode korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara self-efficacy dengan perilaku menyontek pada remaja di SMA Negeri 3 Banda Aceh. Hubungan variabel dinyatakan dalam satu indeks yang dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antar variabel atau menyatakan besar kecilnya hubungan antar kedua variabel (Juliansyah, 2012).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan dari variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Sugiono, 2015).

Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

(41)

27

variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X) : Self-Efficacy

2. Variabel terikat (Y) : Perilaku Menyontek

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Self-Efficacy

Self-efficacy adalah keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki untuk mengatur dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan dalam mencapai keinginannya. Self-efficacy dalam penelitian ini diukur menggunakan skala yang dibuat oleh peneliti yang dikembangkan berdasarkan aspek-aspek dari Bandura (1997) yaitu tingkat atau level, keluasaan atau generality dan kekuatan atau strength.

2. Perilaku Menyontek

Perilaku menyontek adalah memberi, menggunakan ataupun menerima segala informasi, menggunakan materi yang dilarang digunakan dan memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur atau proses untuk mendapatkan suatu keuntungan yang dilakukan pada tugas-tugas akademik. Perilaku menyontek dalam penelitian ini diukur menggunakan skala yang dibuat oleh peneliti yang dikembangkan berdasarkan aspek-aspek dari Cizek (2003) yaitu giving atau memberi, menggunakan materi atau bahan dan memanfaatkan kelemahan seseorang.

(42)

D. Subjek Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2015). Alasan peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Banda Aceh karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah unggul di Banda Aceh. Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap beberapa siswa dari SMA Negeri 3 Banda Aceh terdapat variabel yang ingin diteliti oleh peneliti pada penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 3 Banda Aceh yang berjumlah 695 siswa berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Tata Usaha (TU) SMA Negeri 3 Banda Aceh. Alasan peneliti tidak melakukan penelitian pada kelas XII karena siswa tersebut sedang fokus untuk persiapan ujian nasional.

(43)

29

Tabel 3.1 Jumlah Pupulasi Siswa Kelas X dan XI SMA Negeri 3 Banda Aceh

No Kelas Jumlah Siswa

1 X-IPAS-1 36

2 X-IPAS-2 36

3 X-IPAS-3 34

4 X-IPAS-4 36

5 X-IPAS-5 35

6 X-IPAS-6 36

7 X-IPAS-7 37

8 X-IPAS-8 37

9 X-IPAS-9 36

10 X-IPAS-10 36

11 XI-A1-1 30

12 XI-A1-2 32

13 X1-A2-1 35

14 XI-A2-2 36

15 XI-A2-3 35

16 XI-A2-4 35

17 XI-A2-5 35

18 XI-A3-1 34

19 XI-A3-2 32

20 XI-A3-3 32

Total 695

(Sumber: Bagian Tata Usaha SMA Negeri 3 Banda Aceh)

2. Sampel

Sampel penelitian adalah faktor penting yang harus diperhatikan dalam melakukan sebuah penelitian. Sampel penelitian juga mencerminkan dan menentukan seberapa jauh manfaat dari sampel tersebut dalam membuat kesimpulan sebuah penelitian. Sampel adalah bagian dari populasi. Hal ini merangkum sejumlah anggota yang terpilih dari populasi. Maka dari itu, sebagian elemen dari populasi merupakan sampel (Sugiyono, 2015). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportionate stratified

(44)

random sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Anshori, 2017).

Cara menentukan sampel dalam penelitian ini adalah peneliti mengacu kepada tabel Isaac dan Michael untuk tingkat kepercayaan 95% dan taraf tingkat kesalahan 5%. Jumlah populasi yang terdapat dalam tabel penentuan jumlah sampel dari keseluruhan populasi yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, 2015). Berdasarkan tabel Isaac dan Michael didapat untuk sampel penelitian ini sebanyak 233 siswa.

Oleh karena metode pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling, maka langkah selanjutnya yang dilakukan dalam menentukan sampel sebanyak 233 siswa adalah dengan menggunakan rumus dibawah untuk menentukan besar sampel pada setiap kelas.

Berikut adalah hasil penarikan sampel yang telah dihitung oleh peneliti.

Keterangan:

N = Jumlah total sampel dalam penelitian n = Jumlah populasi setiap fakultas s = Jumlah keseluruhan populasi

(45)

31

Tabel 3.2 Penarikan Sampel Penelitian No Kelas Jumlah Populasi

per kelas

Perhitungan Sampel

per kelas Pembulatan

1 X-IPAS-1 36

X 233 = 5% 12

2 X-IPAS-2 36

X 233 = 5% 12

3 X-IPAS-3 34

X 233 = 5% 11

4 X-IPAS-4 36

X 233 = 5% 12

5 X-IPAS-5 35

X 233 =5% 12

6 X-IPAS-6 36

X 233 =5% 12

7 X-IPAS-7 37

X 233 =5% 12

8 X-IPAS-8 37

X 233 =5% 12

9 X-IPAS-9 36

X 233 = 5% 12

10 X-IPAS-10 36

X 233 =5% 12

11 XI-A1-1 30

X 233 = 5% 10

12 XI-A1-2 32

X 233 = 5% 11

13 XI-A2-1 35

X 233 = 5% 12

14 XI-A2-2 36

X 233 = 5% 12

15 XI-A2-3 35

X 233 = 5% 12

16 XI-A2-4 35

X 233 = 5% 12

17 XI-A2-5 35

X 233 = 5% 12

18 XI-A3-1 34

X 233 = 5% 11

19 XI-A3-2 32

X 233 = 5% 11

20 XI-A3-3 32

X 233 = 5% 11

Total 695 100% 233

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Instrument Penelitian

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi yang berbentuk skala likert. Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

(46)

fenomena sosial (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini terdapat satu skala dan dua angket yang akan digunakan, yaitu Self-efficacy dan perilaku menyontek.

Masing-masing skala memiliki 4 alternatif jawaban. Pernyataan yang ada dalam kedua skala terdiri dari aitem favorable (f) dan aitem unfavorable (uf).

Aitem favorable (f) berisi konsep keperilakuan yang sesuai atau mendukung atribut yang diukur, sedangkan aitem unfavorable (uf) adalah aitem yang tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur (Azwar, 2016).

Tabel 3.3 Skor Skala Favorable dan Skala Unfavorable

Jawaban Aitem

Favorabel Unfavorabel

SS (Sangat Setuju) 4 1

S (setuju) 3 2

TS (Tidak Setuju) 2 3

STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4

Berikut adalah gambaran skala yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Skala Self-Efficacy

Self-efficacy diukur menggunakan skala perilaku Self-efficacy yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Bandura (2018) di atas, peneliti menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai landasan dalam perbuatan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini karena aspek-aspek tersebut dapat mengungkapkan self-efficacy dalam diri individu secara lebih luas dan lebih mendalam yaitu kekuatan atau level, keluasaan atau generality dan kekuatan atau strength.

(47)

33

Tabel 3.4 Blue Print Skala Self-efficacy

No Aspek Indikator Aitem

Total %

F UF

1 Tingkat kesulitan (level)

1. Tingkat

kesulitan tugas 1, 17 9, 25 4 38%

2. Tingkat kemampuan menyelesaikan tugas

2, 18 10, 26 4

3. Tingkat

pemecahan soal 3, 19 11, 27 4

2 Generality Penguasaan berbagai materi dan tugas

4, 20 12, 28 4

24%

Keyakinan menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi

5, 21 13, 29 4

3 Kekuatan (strength)

Ketekunan 6, 22 14, 30 4 38%

Berkomitmen dalam menghadapi tugas-tugas

7, 23 15, 31 4

Kekuatan menghadapi situasi yang sulit

8, 24 16, 32 4

Total 16 16 32 100%

b. Skala Perilaku Menyontek

Perilaku Menyontek diukur menggunakan skala Perilaku Menyontek yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Cizek (2003) yaitu giving (memberi), taking (mengambil), or receiving (menerima), menggunakan materi (bahan) yang terlarang dan memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk memperoleh keuntungan.

(48)

Tabel 3. 5 Blue Print Skala Perilaku Menyontek N

o Aspek Indikator Aitem

Total %

F UF

1 Giving (memberi), taking

(mengambil), or receiving (menerima)

4. Memberikan

jawaban 1, 11 6, 16 4 60%

5. Mengambil

jawaban 2, 12 7, 17 4

6. Menerima

jawaban 3, 13 8, 18 4

2 Menggunakan materi (bahan) yang terlarang

Menggunakan materi atau jawaban dari luar secara tidak legal atau tidak sah

4, 14 9, 19 4

20%

Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk memperoleh keuntungan

Memanfaatkan kelemahan orang lain untuk menyontek

5, 15 10, 20 4

20%

3

Total 10 10 20 100%

F. Uji Validitas, Uji Daya Beda dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2016). Pada penelitian ini uji validitas yang digunakan oleh peneliti adalah validitas isi. Menurut Azwar (2016), validitas isi adalah validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement.

Tentu tidak diperlukan kesepakatan penuh (100%) dari penilai untuk menyatakan bahwa suatu aitem adalah relevan dengan tujuan ukur skala. Apabila sebagian

(49)

35

penilai sepakat bahwa suatu aitem adalah relevan, maka item tersebut dinyatakan sebagai item yang layak mendukung validitas isi skala.

Komputasi validitas yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah komputasi CVR (Content Validity Ratio). Data yang digunakan untuk menghitung CVR (Content Validity Ratio) diperoleh dari hasil penilaian sekelompok ahli yang disebut Subject Matter Experts (SME). Subject Matter Experts (SME) diminta untuk menyatakan apakah aitem dalam skala sifatnya esensial bagi operasionalisasi konstruk teoretik skala yang bersangkutan (Azwar, 2016).

Adapun rumus CVR sebagai berikut.

Keterangan:

Ne = Banyaknya SME yang menilai suatu item “esensial”

n = Banyaknya SME yang melakukan penilaian.

Hasil komputasi conten validity ratio skala self-efficacy yang peneliti gunakan diestimasi dan dikuantifikasi lewat pengujian terhadap isi skala melalui expert judgement dari beberapa orang expert untuk memeriksa apakah masing- masing aitem mencerminkan ciri perilaku yang ingin diukur. Oleh karena itu, untuk mencapai validitas tersebut, maka skala yang telah disusun akan dinilai oleh 3 orang expert judgement, hasil penilaian tersebut adalah sebagai berikut:

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Eksistensi madrasah tidak bisa dipisahkan dari kesadaran masyarakat muslim akan pentingnya pendidikan, dari mulai isiniatif pendiriannya, tanah dan bangunan,

Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya yang di Tetapkan berdasarkan Keputusan Pengguna Anggaran Kabupaten Lebong Nomor

Kerja (Pokja) Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi Bidang Cipta Karya dan Pengairan Kabupaten Padang Lawas Utara, telah melakukan Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen di website

Lahan kritis yang ditanami dengan budidaya sengon dimanfaatkan oleh pemerintah dan masyarakat setempat guna melaksanakan program pemerintah daerah Desa Tanjungsari

Bagaimanapun, banyak dari substansi karya-karya terbaik itu telah diselamatkan oleh para mahasiswa Latin dari Eropa Barat “tepat pada waktunya” melalui terjemahan ke dalam

Dalam Penilisan Ilmiah ini diharapkan penulis dapat membantu dan menyempurnakan sistem yang sedang berjalan, sehingga kemungkinan pengolahan data DVD pada penyewa maupun

Yang dimaksud dengan pelayanan navigasi penerbangan dilaksanakan dalam keadaan darurat penerbangan adalah pelayanan navigasi penerbangan yang diberikan kepada pesawat udara

Results of this study indicate that CSR disclosure area can serve as an intervening variable in the indirect effect on the performance of financial PROPER Assessment, proved