• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

i

DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI POKOK SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP NUSA BANGSA DEMAK

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Tadris Matematika

Oleh :

ABDUL KARIS NIM : 3105369

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2009/2010

(2)

ii Lamp : 4 (empat) Eksemplar

Hal : Naskah skripsi A.n. Abdul Karis

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara:

Nama : Abdul Karis NIM : 3105369

Judul : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC DENGAN MEDIA KARTU SOAL TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI POKOK SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP NUSA BANGSA DEMAK TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

Dengan ini, saya mohon kiranya skripsi tersebut dapat segera dimunaqasahkan.

Demikian harap maklum adanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 10 Desember 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Minhayati Saleh, Hj. S,Si. M.Sc. Raharjo H. Dr. M. Ed. St.

NIP. 197604262 006004 2 001 NIP. 19651123 199103 1 003

(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi Saudara : Abdul Karis Nomor Induk : 3105369

Jurusan : Tadris Matematika

Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dengan Media Kartu Soal Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII SMP Nusa Bangsa Demak Tahun Pelajaran 2009/2010

Telah dimunaqasyahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus pada tanggal: 30 Desember 2009 dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S.1) tahun akademik 2009/2010.

Semarang, 4 Januari 2010

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Alis Asikin, M. A. Yulia Rhomadiastri, S. Si.

NIP.19690724 199903 1 002 NIP.19810715 200501 2 008

Penguji I Penguji II

Dr. Muslih M. A. Tuti Qurrotul A., M. Ag.

NIP.15027692 600000 1 000 NIP.19721016 199703 2 001

(4)

iv

Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Matematika IAIN Walisongo Semarang, 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC efektif terhadap hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yang dilaksanakan di SMP Nusa Bangsa Demak. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII, sedangkan sampelnya adalah kelas VIII-A yang terdiri dari 30 peserta didik sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-B yang terdiri dari 33 peserta didik sebagai kelas kontrol.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, dokumentasi dan tes. Sebelum diberi treatment kedua kelas diuji keseimbangannya dengan uji normalitas, homogenitas dan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan nilai ulangan harian BAB II. Kemudian kedua kelas diberi treatmen yang berbeda, kelas eksperimen menggunakan model kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional.

Setelah data didapat, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas.

Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata nilai tes akhir kelas eksperimen = 68,50 dan kelas kontrol = 52,82. Dalam uji hipotesis peneliti menggunakan uji t-tes.

Berdasarkan perhitungan t-test dengan taraf signifikasi = 5% diperoleh thitung = 3,608, sedangkan ttabel = 1,67. Karena thitung > ttabel maka terjadi perbedaan secara signifikan antara rata-rata hasil belajar matematika peserta didik yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)bermedia kartu soal dengan peserta didik yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dengan media kartu soal lebih tinggi atau lebih baik dari pada nilai rata-rata hasil belajar peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition) dengan media kartu soal lebih efektif dari pada model pembelajaran konvensional.

(5)

v

ﻮْﻘﱠﺘﻟاَو ِّّﺮِﺒْﻟا َﻰﻠَﻋاْﻮُﻧَوﺎَﻌَﺗَو

ٰ

ْﺛِﻹْا َﻰﻠَﻋ اْﻮُﻧَوﺎَﻌَﺗَﻻَو ى اَوْﺪُﻌﻟْاَو ِﻢ

ِن ةﺪﺋﺎﻤﻟا﴿

: ٢

Dantolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

(Q. S. Al-Ma’idah: 2)1

1 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, (Jakarta:Al-Huda, 2005), hlm. 107.

(6)

vi

tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan

Semarang, 21 Desember 2009 Deklarator,

Abdul Karis NIM. 3105369

(7)

vii tulus dan ikhlas untuk:

1. Bapak dan Ibu yang paling saya hormati, karena do’a-do’a beliau yang selalu menyejukkan hati mengiringi setiap langkah perjalanan hidup saya.

2. Dosen-dosen, sebagai pelita hati saya yang Arif, tawaddu’, rendah hati, penyabar dan penyayang dalam membimbing dan mencurahkan segala kemampuan dalam memahamkan suatu kebenaran ilmu.

3. Kakak-kakak saya berhati mulia yang membekali saya selama kuliah.

4. Sahabat-sahabat, yang selalu menjadi teman untuk bermuhasabah dan bertafakkur di dalam menghadapi dan menjalani kehidupan ini.

5. Almamater.

(8)

viii

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih, tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dengan Media Kartu Soal Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Di Kelas VIII SMP Nusa Bangsa Demak Tahun Pelajaran 2009/2010“ dengan baik.

Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang jurusan Tadris Matematika. Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. Ibnu Hajar, M. Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Abdul Wahid, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Tadris Matematika Fakultas Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.

3. Ibu Hj. Minhayati Shaleh, S. Si, M. Sc, selaku Pembimbing I, yang telah memberikan waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini.

4. Bapak DR. H. Raharjo, M. Ed. St, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini.

5. Bapak Saminanto, S. Pd., M. Sc., yang telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran untuk membimbing dan mengarahkan penulis hingga terselesaikan skripsi ini.

(9)

ix

8. Bapak Nur Soleh Syamsuri S. Pd. I, selaku Kepala SMP Nusa Bangsa Demak yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

9. Ibu Safitri, S. Pd, selaku guru matematika, yang telah membantu pencapaian keberhasilan dalam penelitian ini.

10. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi dan tempat bertukar pikiran dalam proses penulisan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan hasil yang telah didapat. Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berdo’a, semoga bermanfa’at adanya dan mendapat ridho dari-Nya, Amin Yarabbal ‘aalamin.

Semarang, 21 Desember 2009 Penulis

Abdul Karis NIM. 3105369

(10)

x

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu yang sangat penting. Matematika digunakan oleh semua orang disegala kehidupan, karena matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika juga merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem pendidikan di seluruh dunia.1 Namun keabstrakan matematika dalam pembelajaran sekolah membuat matematika sulit dipahami. Ditambah lagi dengan anggapan peserta didik bahwa matematika tidak lebih dari sekedar berhitung, bermain dengan rumus, aturan-aturan yang tidak bermakna dan tidak dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan peserta didik seringkali enggan bahkan tidak berminat dengan pelajaran metematika. Gurupun banyak yang mengeluhkan rendahnya kemampuan matematika peserta didiknya terutama dalam menerapkan konsep matematika dalam kehidupan nyata (real mathematic).

Masalah tersebut sangat dikhawatirkan akan mengakibatkan peserta didik kurang memahami permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan matematika. Padahal, seiring dengan diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dalam pembelajaran matematika seharusnya dihubungkan dengan masalah dunia nyata dan dituntut agar mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan baik.

Penerapan matematika dalam kehidupan nyata sering disajikan dalam bentuk soal cerita, yang mana bentuk soal cerita merupakan bagian dari usaha untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah peserta didik sehingga keberadaannya sangat diperlukan.

Selain itu, melalui soal cerita, keabstrakkan materi matematika bisa terkurangi, pembelajaran matematika lebih bermakna, serta peserta didik akan

1 Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, (Yogjakarta: Algensindo, 2007), hlm. 40.

(12)

memiliki kepekaan dalam memahami suatu persoalan dan bagaimana memecahkannya sehingga bermanfaat dalam kehidupannya.

Namun sering kita temui banyak peserta didik yang kesulitan dalam memecahkan soal cerita. Karena untuk dapat menyelesaikan soal cerita dibutuhkan kemampuan pemecahan masalah. Dan kamampuan pemecahan masalah itu sendiri merupakan suatu aktivitas intelektual tingkat tinggi yang tidak semua peserta didik dapat memilikinya.

Berdasarkan observasi awal penelitian di SMP Nusa Bangsa Demak melalui wawancara dengan guru matematika, bahwa penguasaan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita matematika SPLDV masih tergolong rendah. Mereka masih kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal cerita SPLDV. Dari hasil wawancara, diketahui beberapa penyebabnya yaitu: kemampuan peserta didik dalam memaknai bahasa soal masih kurang, masih bingung dalam menafsirkan soal cerita ke dalam bentuk model matematika secara tepat, serta sebagian peserta didik belum dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, masih bingung dalam memisalkan variabel. Selain itu peserta didik juga masih sulit mengerjakan soal yang sedikit berbeda dengan contoh soal yang diberikan.2

Diperburuk lagi dengan latar belakang IQ peserta didik tidak merata artinya terdapat peserta didik yang memiliki IQ tinggi dan ada juga yang memiliki IQ sangat rendah. Faktor-faktor inilah yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta didik SMP Nusa Bangsa khususnya dalam menyelesaikan soal cerita Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). Kenyataan ini dapat kita lihat dari nilai rata-rata ulangan dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV kelas VIII tahun pelajaran 2008/2009 yaitu 5,4 padahal kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah adalah 6,0.3 Hal ini dikarenakan kurang tepatnya pemilihan model pembelajaran dalam menyampaikan materi soal cerita

2 Observasi dan wawancara langsung pada hari Sabtu, 10 September 2009 dengan guru matematika SMP Nusa Bangsa Demak.

3 Ibid.

(13)

SPLDV. Pembelajaran yang biasa dilakukan masih konvensional, yakni ceramah, contoh soal, latihan soal, dan pembelajaran masih didominasi guru.

Kondisi tersebut akan dapat diminimalisir jika model pembelajaran yang digunakan dapat menarik minat peserta didik dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kooperatif. Sehingga harapan agar peserta didik dapat menyelesaikan soal cerita dengan baik dan benar dapat terwujud. Untuk menciptakan hal tersebut salah satunya dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kooperatif menjadi alternatif model pembelajaran yang cukup memadai.

Dengan pembelajaran kooperatif peserta didik diberi kesempatan bekerja sama dengan kelomopok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain untuk menyelesaikan atau memecahkan permasalahan secara bersama-sama. Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan dapat membantu peserta didik meningkatkan sikap positif peserta didik terhadap mata pelajaran matematika.4 Di mana peserta didik terdorong untuk saling bertanya, saling melengkapi kemampuan yang dimiliki, peserta didik yang IQnya rendah akan terbantu dengan temannya yang memiliki IQ tinggi, bisa mengurangi perasaan takut atau malu untuk bertanya dalam mengungkapkan pendapat.

Adapun salah satu model pembelajaran kooperatif yang cocok untuk menyelesaikan soal cerita SPLDV ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Model pembelajaran ini dipilih karena kegiatan pokoknya adalah memecahkan soal matematika berbentuk cerita melalui rangkaian kegiatan diskusi bersama. Adapun rangkaian kegiatan diskusi CIRC yang spesifik yaitu salah satu anggota kelompok/beberapa anggota saling membaca soal, membuat prediksi atau menafsirkan maksud soal secara bersama-sama, saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian, menuliskan rencana penyelesaian secara sistematis dan saling merevisi. Dengan model

4 Erman Suherman, et. al., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 259.

(14)

pembelajaran CIRC peserta didik dapat belajar bersama, saling membantu, mengintegrasikan pengetahuan baru (new knowledge) dengan pengetahuan yang telah mereka miliki, menemukan pemahamannya sendiri lewat ekplorasi dalam diskusi, saling merevisi, menjelaskan dan mempertanyakan gagasan- gagasan baru yang muncul dalam kelompoknya sehingga model ini sangat tepat untuk menyelesaikan soal cerita SPLDV.

Namun dalam pelaksanaannya di lapangan, ternyata model pembelajaran ini masih ditemukan sedikit kendala yaitu dalam penyajian soalnya seringkali guru melakukannya dengan mendikte soal atau menuliskannya di papan tulis sehingga hal ini cukup memotong waktu pelajaran yang menyebabkan pembelajaran kurang efektif. Maka dari itu diperlukan suatu pengembangan model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah diatas. Salah satunya yaitu dengan memakai media kartu soal supaya pembelajaran lebih efektif dan efisien. Dengan media kartu soal secara otomatis waktu pelajaran tidak tersita terlalu banyak sehingga pembelajaran bisa berlangsung dengan efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC DENGAN MEDIA KARTU SOAL TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI POKOK SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP NUSA BANGSA DEMAK TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

B. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah bahwa peserta didik pada umumnya masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV sehingga hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV untuk mata pelajaran matematika masih tergolong rendah, salah satu penyebab utamanya adalah kurang tepatnya

(15)

model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi tersebut.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas dan agar permasalahan tidak terlalu komplek maka peneliti membatasi sasaran penelitian sebagai berikut:

1. Sasaran penelitian terbatas pada peserta didik SMP Nusa Bangssa kelas VIII semester gasal, tahun ajaran 2009/2010.

2. Sasaran penelitian terbatas pada materi pokok SPLDV tepatnya pada kompetensi dasar ”Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya“.

3. Sasaran hasil belajar terbatas pada hasil belajar dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV

Dan untuk memudahkan dan menghindari salah penafsiran dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi sebagai berikut:

1. Efektivitas

Efektivitas adalah suatu tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.5 Sedangkan efektivitas pengajaran adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.6 Dalam penelitian ini, efektivitas dapat dilihat dari apakah rata-rata hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan media kartu soal lebih baik dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar peserta didik dengan model pembelajaran yang biasa dipakai sebelumnya yakni model pembelajaran konvensional.

5 Suliman dan Sudarsono, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 61.

6 St. Vembriarto, dkk., Kamus Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 1994), hlm. 17.

(16)

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran berbasis sosial yang menekankan dialog interaktif yang mencakup suatu kelompok kecil peserta didik yang bekerja sebagai tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Adapun salah satu model pembelajaran kooperatif yang dipakai dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC.

3. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.7 Sedangkan Sardiman mengatakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai tes yang diberikan guru.8

Jadi yang dimaksud hasil belajar disini adalah hasil nilai tes matematika yang diberikan guru sebagai hasil peguasaan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang ingin ditunjukkan adalah nilai tes matematika peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).

4. Peserta didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.9  Sedangkan  peserta didik yang menjadi obyek penelitian di sini adalah kelas VIII SMP Nusa Bangsa Demak.

7 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 37.

8 AM. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Semarang: UNNES, 2001), hlm.55.

9 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, hlm. 3.

(17)

5. Soal cerita matematika.

Soal cerita matematika adalah soal matematika yang disajikan dengan kalimat-kalimat yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari serta memuat masalah yang menuntut pemecahan masalah. Adapun soal cerita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah soal cerita SPLDV.

6. Media kartu soal

Media pembelajaran merupakan komponen dari sistem pembelajaran yang mempunyai fungsi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Media yang dimaksud dalam penelitian di sini adalah media cetak berupa kartu soal.

7. Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)

Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) adalah kumpulan dua buah persamaan linear dua variabel atau lebih yang hanya mempunyai satu penyelesaian.10 Materi ini merupakan ialah satu materi pokok dalam matematika yang diajarkan pada peserta didik SMP Nusa Bangsa Demak kelas VIII semester gasal, dalam penulisan ini peneliti hanya membahas soal cerita SPDLV.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “apakah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan media kartu soal efektif terhadap hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pokok sistem persamaan linear dua variabel?”.

Rumusan pokok masalah tersebut dapat dipecah manjadi tiga rumusan masalah yang operasional sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai rata-rata hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan media kartu soal.

10M. Cholik Adinawan, Matematika untuk SMP Kelas VIII,(Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 70.

(18)

2. Bagaimana nilai rata-rata hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

3. Adakah perbedaan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan media kartu soal.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dan hendak dicapai dalam peneletian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik:

a. Peserta didik dapat bekerja sama dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah terhadap soal cerita SPLDV, yang pada akhirnya memperoleh hasil belajar yang tinggi.

b. Terjalin hubungan baik antar peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar.

c. Menumbuhkan hubungan antar pribadi yang positif diantara peserta didik yang berasal dari latar belakang yang berbeda.

d. Mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerja sama dalam kelompok dan menerapkan bimbingan antar teman.

2. Manfaat bagi guru:

a. Sebagai alternatif bagi guru untuk memilih model pembelajaran yang variatif dan inovatif, sehingga peserta didik akan termotivasi dalam belajar matematika.

b. Dengan penggunaan model ini, diharapkan guru dapat mengetahui kemampuan masing-masing peserta didik.

3. Manfaat bagi sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi SMP Nusa Bangsa Demak dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model

(19)

CIRC dengan media kartu soal sebagai variasi pembelajaran efektif dan kooperatif.

4. Manfaat bagi penulis.

a. Mendapat pengalaman langsung pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dengan media kartu soal untuk mata pelajaran Matematika di SMP Nusa Bangsa Demak.

b. Dapat mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan yang diperoleh ke dalam kegiatan pembelajaran Matematika.

(20)

10 1. Belajar

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang ”belajar” dan seringkali kita temukan perumusan dan tafsiran itu berbeda satu sama lain. Dalam Catharina Tri Anni dkk., konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para pakar psikologi sebagai berikut.

Gagne dan Berliner (1983:252) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morgan et.al. (1986:140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Slavin (1994:152) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif individu yang disebabkan oleh pengalaman. Gagne (1977:3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.1

Sedangkan Slameto menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam reaksi dengan lingkungannya.2

Syekh Abdul Aziz dan Abdul Majid dalam kitab At-Tarbiyatul wa Thuruqut Tadris mendenifisikan belajar sebagai berikut:

ﺇﻥ ﻢﹼﻠﻌﺘﻟﺍ ﻮﻫ ﲑﻴﻐﺗ ﰱ ﻦﻫﺫ ﻢﹼﻠﻌﺘﳌﺍ ﺃﺮﻄﻳ ﻠﻋ ﺧ ﻰ ﱪ ﺓ ﺔﻘﺑﺎﺳ ﺙﺪﺤﻴﻓ ﺎﻬﻴﻓ

ﺍﲑﻴﻐﺗ

ﺍﺪﻳﺪﺟ

1 Catharina Tri Anni dkk., Psikologi Belajar, (Semarang: Universitas Negeri Semarang Press, 2006), hlm. 2.

2 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 2.

(21)

(Belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku pada diri (jiwa) Si pelajar berdasarkan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru).3

Sedangkan Jabir Abdul Hamid Jabir memberikan definisi belajar sebagai berikut:

ﻑﺮﻌﻳ ﻢﻠﻌﺘﻟﺍ ﺑﺄ ﻪﻧ ﲑﻐﺗ ﺀﺍﺩﻷﺍﻰﻓ ﻭﺃ

ﻞﻳﺪﻌﺗ ﻰﻓ ﻙﻮﻠﺴﻟﺍ ﺓﱪﳋﺍ ﻖﻳﺮﻃ ﻦﻋ

ﻥﺍﺭﻤﻟﺍﻭ

(Maksud dari definisi di atas adalah dinamakan belajar dikarenakan adanya perubahan tindakan atau penyesuaian tingkah laku melalui pengalaman dan latihan). 4

Menurut Hilgard dan Bower, dalam buku karangan Gordon mendefinisikan belajar sebagai berikut.

“Learning refers to the change in a subject's behavior or behavior potential to a given situation brought about by the subject's repeated experiences in that situation, provided that the behavior change cannot be explained on the basis of the subject's native response, tendencies, maturation, or temporary states.” 5

(Belajar mengacu pada perubahan tingkah laku seseorang dan potensi prilaku pada situasi tertentu (yang diberikan) yang dihasilkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu, yang ditetapkan bahwa perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan pada dasar kecenderungan respon bawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang).

Pengertian-pengertian di atas mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses atau aktivitas untuk menghasilkan perubahan tingkah laku. Aktivitas belajar inilah yang oleh Harold Spears dalam Agus Suprijono diartikan dengan “learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. Belajar terdiri dari mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri sesuatu, mendengarkan,

3 Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid, At-tarbiyah wa Thuruqut Tadris, Juz I, (Mesir: Darul Ma’arif, t.th), hlm. 169.

4 Jabir Abdul Hamid Jabir, Sikulujiyah at Ta’allum, (Mesir: Daarun Nahdhoh al Arabiyah, 1978), hlm. 8.

5 Gordon H. Bower, Theories of Learning, (Washington, D.C.: National Gallery of Art, 1981), hlm. 11.

(22)

mengikuti arahan”.6 Hal tersebut sejalan dengan ungkapan Ash- Shieddieqy dalam bukunya Al- Islam, “belajar ialah berusaha menguasai ilmu pengetahuan, baik dengan cara bertanya, melihat dan mendengar”.7

Menurut Dr. Oemar Hamalik, bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dan tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek- aspek tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.8

Adapun ciri-ciri belajar di antaranya sebagai berikut:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.9

Didasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha sadar dalam hal ini merupakan aktivitas individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan tingkah laku melalui latihan-latihan, pengulangan-pengulangan, proses pengalaman yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan dan perubahan perilaku tersebut bersifat relatif permanen.

Dalam belajar, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu:10

6Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 2.

7 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001), Cet. 2, hlm. 611.

8 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Bumi Aksara, 2007) Cet VII, hlm. 30.

9 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 45.

10 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet V, hlm. 113-121.

(23)

a. Faktor-faktor stimuli belajar

Yaitu segala hal diluar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Faktor-faktor stimuli belajar meliputi: berartinya bahan pelajaran, sulitnya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal.

b. Faktor-faktor metode belajar

Yaitu metode yang dipakai guru dalam pembelajaran yang meliputi: kegiatan berlatih, overlearning, drill, resitasi belajar, diskusi dan lain sebagainya.

c. Faktor-faktor individual.

Yaitu faktor yang ada pada individu yang meliputi: kematangan yang dicapai individu, faktor usia kronologis, jenis kelamin, pengalaman sebelumya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani maupun rohani, dan motivasi.

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, faktor metode belajar merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Maka dari itu dalam penelitian ini, telah dipilih model pembelajaran yang tepat yakni model pembelajaran CIRC dengan media kartu soal. Dengan model pembelajaran CIRC dengan media kartu soal ini, peserta didik akan lebih mampu untuk menyelesaikan soal cerita matematika sehingga hasil belajarnya menjadi lebih tinggi.

Dan untuk mengukur keberhasilan peserta didik selama proses pembelajaran melalui model CIRC dengan media kartu soal diperlukan adanya indikator pencapaian yang disebut hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar.11 Sedang DR. Mulyono Abdurrahman mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.12 Kemampuan-kemampuan peserta didik dalam pencapaian hasil belajar dalam proses pembelajaran oleh Benyamin

11Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), Cet. 6, hlm. 22.

12 Mulyono Abdurrahman, op. cit., hlm. 37.

(24)

Bloom mengklasifikasikan secara garis besar menjadi 3 ranah sebagai berikut:13

a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan penilaian (evaluation).

b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap, minat dan nilai yang terdiri dari 5 aspek yaitu penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), pembentukan pola hidup (organization by a value complex).

c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.

Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai yang dicapai seseorang dengan kemampuan maksimal setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan hal yang penting yang akan dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan peserta didik dalam belajar dan sejauh mana sistem pembelajaran yang diterapkan guru berhasil atau tidak.

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan ranah kognitif peserta didik yakni hasil belajar peserta didik dalam menyelasaikan soal cerita matematika pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) kelas VIII SMP Nusa Bangsa Demak setelah mendapat pembelajaran dengan model CIRC dengan media kartu soal.

2. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik

13 Nana Sujdana, op. cit., hlm. 23-30.

(25)

yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik.14

Dienes dalam Herman Hudojo berpendapat bahwa belajar matematika melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya.

Jadi, asumsi ini bearti bahwa konsep-konsep matematika tingkat lebih tinggi tidak mungkin dipahami bila prasyarat yang mendahului konsep- konsep itu belum dipelajari. Herman Hudojo sendiri mendefinisikan matematika sebagai sesuatu yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep- konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalaran deduktif.15

Sedangkan Istilah matematika itu sendiri berasal dari kata Yunani

“mathein” atau manthenein”, yang artinya “mempelajari”.16 Menurut johnson dan Myklebust dalam Moch. Masykur, berpendapat bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungn kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.17 Jadi matematika adalah ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis, berpola pikir deduktif yang mengekspresikan hubungan-hubungn kuantitatif dan keruangan dan mempunyai fungsi teoritis untuk memudahkan berpikir.

Adapun ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum menurut R. Soedjadi adalah sebagai berikut:

a. Memiliki objek kajian abstrak.

b. Bertumpu pada kesepakatan.

c. Berpola pikir deduktif.

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti.

e. Memperhatikan semesta pembicaraan.

14 Amin Suyitno, Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya Di sekolah (Bahan Pelatihan Sertifikasi Guru-guru Mata Pelajaran Matematika di SMP), (Semarang, UNNES, 2007), hlm. 1.

15 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran Matematik, (Semarang, UNNES, 1996), hlm. 83.

16 Moch. Masykur, op. cit., hlm. 42.

17 Mulyono Abdurrahnan, op. cit. hlm 252.

(26)

f. Konsisten dalam sistemnya.18

Proses belajar matematika akan terjadi secara lancar bila dilakukan secara kontinyu. Itu disebabkan karena “kehirarkisan matematika itu sendiri sehingga belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar.”19

Secara umum, tugas guru matematika diantaranya adalah: 20

a. Bagaimana materi pelajaran itu diberikan kepada peserta didik sesuai dengan standar kurikulum.

b. Bagaimana proses pembelajaran berlangsung dengan melibatkan peran peserta didik secara penuh dan aktif, sehingga proses pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan dengan menyenangkan.

Sedangkan fungsi matematika itu sendiri, berdasarkan kurikulum matematika adalah sebagai wahana untuk:

a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol.

b. Mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Sedangkan strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai. Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan metode

18 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 1999), hlm. 13.

19 Herman Hudojo, op. cit., hlm. 5.

20 R. Soedjadi, op. cit., hlm. 78.

(27)

pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi pokok kepada para peserta didik.21

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.22

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.23 Sedangkan menurut Mutadi, pembelajaran kooperatif (coopertive learning) adalah sebuah grup kecil yang bekerja bersama sebagai sebuah tim untuk memecahkan masalah (solve a problem), melengkapi latihan (complete a task) atau untuk mencapai tujuan tertentu. Ada beberapa teknik cooperative learning yang berbeda tetapi kesemuanya memiliki ciri-ciri dasar yang sama. Salah satu ciri dasar yang di maksud adalah ketika peserta didik melakukan pekerjaan dalam grupnya, mereka lakukan dengan saling bekerja sama (they work cooperatively). Sedangkan ciri dasar yang lainya menurut mutadi adalah:

a. Pertama, setiap anggota dalam sebuah grup harus menerima bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim yang mempunyai tujuan tertentu.

b. Kedua, setiap anggota dalam grup harus menyadari bahwa permasalahan yang mereka pecahkan adalah permasalahan grup.

c. Ketiga, untuk menyelesaikan atau melengkapi tugas kelomponya, setiap peserta didik harus berbicra satu dengan lainya, terlibat aktif dalam mendiskusikan setiap permasalahan.

21 Amin Suyitno, op. cit., hlm. 1.

22 Trianto, Model-Model pembelajaran Inovativ Berorientasi Konstruktivistik, (Surabaya:

Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 41.

23 Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 15.

(28)

d. Keempat, yang perlu dijelaskan pada semua adalah hasil pekerjaan setiap anggota memiliki andil yang besar dalam sukses atau tidaknya sebuah grup.24

Perintah kerjasama atau saling tolong menolong ini sejalan dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:

...

) ةدءﺎﻤﻟا : 2 (

”Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (Al Maidah:2).”25 Jadi pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial yang menekankan dialog interaktif yang mencakup suatu kelompok kecil peserta didik yang saling bekerja sama sebagai tim untuk menyelesaikan sebuah masalah dalam mencapai tujuan bersama.

Roger dan David Johnson dalam bukunya Agus Suprijono mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Adapun lima unsur tersebut adalah sebagai berikut:

a. Positive interpendence (saling ketergantungan positif) b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan).

c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif) d. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)

24 Mutadi, Pendekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Balai Diklat Prop Jateng, 2007), hlm. 35.

25 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, (Jakarta:Al-Huda, 2005), hlm.

107.

(29)

e. Group Processing (pemrosesan kelompok).26

Sedangkan menurut Slavin ada 5 karakteristik prinsipil pembelajaran kooperatif:

a. Tujuan kelompok, kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam metode pembelajaran tim peserta didik, ini bisa berupa nilai, sertifikat atau rekognisi lainnya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Tanggung jawab individual, ini dilakukan dalam dua cara yang pertama adalah menjumlah skor kelompok, yang kedua adalah spesialisasi tugas.

c. Kesempatan sukses yang sama, karakteristik unik dari metode pembelajaran tim peserta didik adalah penggunaan metode skor yang memastikan semua peserta didik mendapat kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.

d. Kompetisi tim, Penggunaan kompetisi antar tim merupakan sarana untuk memotivasi peserta didik untuk bekerja sama dengan anggota timnya.

e. Spesialisasi tugas, yaitu tugas untuk melaksanakan subtugas terhadap masing-masing anggota kelompok. 27

4. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition)

CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading And Composition, termasuk salah satu tipe model pembelajaran Cooperative Learning. Dalam model pembelajaran CIRC ini, peserta didik ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 peserta didik. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin,

26 Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakrta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008), Cet. VI, hlm. 31.

27 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice, Alih Bahasa Nurulita Yusron, (Bandung: Nusa Media, 2008), hlm. 26.

(30)

suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan peserta didik. Jadi dalam kelompok ini sebaiknya ada peserta didik yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing peserta didik sebaiknya merasa cocok satu sama lain.

Dengan pembelajaran kelompok diharapkan peserta didik dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.28

Sebelum dibentuk kelompok, peserta didik diajarkan untuk bisa menjadi pendengar yang baik dalam kelompoknya, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat orang lain, dan sebagainya.

Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara.

Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, sehingga peserta didik yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan peserta didik yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.29

Kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal cerita meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu:30

a. Salah satu kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca.

b. Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menulis apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu.

c. Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita d. Menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut.

e. Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi)

28 Amin Suyitno, Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya Disekolah, Bahan Pelatihan Sertifikasi Guru-guru Mata Pelajaran Matematika di SMP, (Semarang: UNNES, 2007), hlm. 16.

29 Ibid.

30Amin Suyitno, Pembelajaran Inovatif (Buku PLPG Guru-Guru Matematika), (Semarang:UNNES, 2009), hlm. 27.

(31)

Melalui model pembelajaran CIRC dengan media kartu soal untuk melatih peserta didik meningkatkan ketrampilannya dalam menyelesaikan soal cerita, maka langkah seorang guru mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut :31

a. Guru menyiapkan materi pokok SPLDV yang akan disajikan kepada para peserta didiknya dengan mengadopsi model pembelajaran CIRC dengan media kartu soal.

b. Guru menjelaskan kepada semua peserta didik tentang akan diterapkannya model pembelajaran CIRC sebagai suatu variasi model pembelajaran.

c. Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang pola kerjasama antar peserta didik dalam suatu kelompok.

d. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar peserta didik (Learning Society) yang heterogen. Setiap kelompok terdiri atas 4 atau 5 peserta didik.

e. Guru memberikan lembar cara penyelesaian soal cerita SPLDV untuk didiskusikan dan dipahami oleh setiap kelompok yang telah terbentuk.

f. Guru mempersiapkan 1 atau 2 soal cerita yang sudah dikemas dalam kartu soal dan membagikannya kepada setiap peserta didik dalam kelompok yang sudah terbentuk.

g. Guru siap melatih peserta didik untuk meningkatkan ketrampilan peserta didiknya dalam menyelesaikan soal cerita melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan media kartu soal.

h. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan spesifik berikut:

1) Salah satu kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca.

2) Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menulis apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu.

31 Ibid., hlm. 27-28.

(32)

3) Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita.

4) Menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut (memisalkan urutan komposisi penyelesaiannya).

5) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi.).

6) Menyerahkan hasil tugas kelompok kepada guru.

i. Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC (Team Study). Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.

j. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya.

Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional.

k. Ketua kelompok harus dapat memastikan bahwa setiap anggota telah memahami dan dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.

l. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.

m. Guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk menyajikan temuannya di depan kelas.

n. Guru membubarkan kelompok yang dibentuk dan para peserta didik kembali ke tempat duduknya masing-masing.

o. Menjelang akhir waktu pembelajaran, guru dapat mengulang secara klasikal tentang strategi pemecahan soal cerita.

p. Guru dapat memberikan tes evaluasi, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan.

q. Guru memberikan tugas/PR soal cerita secara individual kepada para peserta didik tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.

Secara khusus kelebihan model pembelajaran CIRC adalah sebagai berikut :

a. CIRC sangat tepat untuk meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita.

b. Dominasi guru dalam proses pembelajaran berkurang.

c. Pelaksanaan program sederhana sehingga mudah diterapkan.

(33)

d. Peserta didik termotivasi pada hasil secara teliti, karena belajar dalam kelompok.

e. Para peserta didik dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya.

f. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal cerita.

g. Peserta didik yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya.

5. Pembelajaran dengan Media Kartu Soal

Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan- penyimpangan sehingga komunikasi tidak efektif dan efisien, anatara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan peserta didik, kurangnya minat dan kegairahan dan sebagainya. Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian adalah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar.32

Menurut Gagne dan Brigs sebagaiman dikutip dalam bukunya Azhar Arsyad mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran.33 Media pendidikan bisa memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.34 Selain itu media pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai komponen dari sistem pembelajaran yang mempunyai fungsi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan,

32 H. Asnawir, dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) Cet. II, hlm.13.

33 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja grafindo Persada, 2003), hlm. 4.

34 Ibid., hlm. 6.

(34)

kondisi peserta didik, mutu teknis dan biaya.35 Manakala hal ini diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Pengguanaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:

a. Dapat mengatasi ruang kelas.

b. Memungkinkan adanya interaksi langsung dengan lingkungan.

c. Dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.

d. Dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar. 36

Menurut taksonomi Leshin sebagaimana dikutip dalam buku Azhar Arshad, media pengajaran dikelompokkan menjadi:

a. Media berbasis manusia b. Media berbasis cetakan c. Media berbasis visual d. Media berbasis audiovisual e. Media berbasis komputer37

Dalam penelitian ini media pembelajaran yang akan digunakan adalah media kartu soal. Media kartu soal ini termasuk media berbasis cetakan yang di dalamnya berisi soal-soal untuk membantu guru mengajar yaitu dalam menyampaikan soal cerita.

6. Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika

Soal cerita sering dihubungkan dalam bentuk cerita yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini yang dimaksud soal cerita adalah soal cerita matematika materi pokok SPLDV yang disajikan dengan kalimat-kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari serta memuat masalah yang menuntut pemecahan. Soal cerita dalam pengajaran metematika sangat penting bagi proses berpikir peserta didik

35 Basyirudin Usman, op. cit., hlm. 14.

36Ibid., hlm 15.

37 Azhar Arsyad, op. cit., hlm. 79-81.

(35)

tepatnya yaitu aspek pemecahan masalah, sehingga keberadaannya sangat diperlukan.

Pemecahan masalah didefinisikan oleh Polya sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi.38

Adapun langkah-langkah penyelesaian masalah menurut polya adalah sebagai berikut :

a. Memahami masalah

b. Merencanakan penyelesaian c. Menyelesaikan masalah d. Memeriksa kembali 39

Selain itu untuk membantu peserta didik menyelesaikan soal cerita guru bisa melakukannya dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membaca soal cerita.

b. Tanyakan kepada peserta didik beberapa pertanyaan untuk mengetahui apakah soal cerita itu sudah benar-benar dimengerti.

c. Rencana metode penyelesaian.

d. Menyelesaikan soal cerita.

e. Bila suatu penyelesaian sudah diperoleh, coba peserta didik di suruh mendiskusikan “apakah jawaban itu sudah benar”.40

7. Tinjauan Materi Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

Sistem persamaan linear dua variabel dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan sehari-hari tersebut menjadi pernyataan- pernyataan matematika atau dibuat model matematikanya dengan cara

38 Herman Hudojo, op. cit., hlm. 87.

39 Erman Suherman dkk., op. cit., hlm. 105

40 Herman Hudojo, op. cit., hlm. 198

(36)

memisalkan.41 Biasanya dalam soal disajikan dalam bentuk soal cerita.

Untuk menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel tersebut terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam kalimat matematika, kemudian diselesaikan sistem persamaannya.42

Adapun untuk menyelesaikan soal cerita SPLDV bisa dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Memahami masalah

b. Menyusun model matematikanya ke dalam bentuk SPLDV c. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel d. Memeriksa kembali dan menarik kesimpulan

Contoh :

a. Hadi, Anton dan Aminah membeli buku tulis dan pena di toko yang sama. Hadi membeli 5 buah buku tulis dan 1 buah pena, sedangkan Anton membeli 7 buah buku tulis dan 2 buah pena. Uang yang harus di bayarkan hadi sebesar Rp. 8.000,- sedangkan uang yang harus di bayarkan oleh anton sebesar Rp. 12.100,-. Berapa uang yang harus dibayarkan oleh Aminah jika ia membeli 3 buah buku tulis dan sebuah pena?

Penyelesaian :

1) Memahami Masalah

Diketahui: - Hadi membeli 5 buah buku tulis dan 1 buah pena.

- Anton membeli 7 buah buku tulis dan 2 buah pena.

- Uang yang harus di bayarkan hadi sebesar Rp. 8.000,- - Uang yang harus di bayarkan oleh anton sebesar Rp.

12.100,-.

Di tanya: Berapa uang yang harus dibayarkan oleh Aminah jika ia membeli 3 buah buku tulis dan sebuah pena?

41 Tazudin dkk, Matematika Kontekstual Jilid 2 SMP kelas VIII, (Jakarta: Literatur Media Sukses, 2005), hlm. 89.

42 Ponco Sujatmiko, Matematika Kreatif kelas VIII SMP, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2005) Cet I, hlm 86-87.

(37)

- 2) Menyusun Rencana/membuat model matematikanya Misal : Harga buku tulis = x

Harga pena = y.

maka kalimat matematikanya adalah : 5x + y = 8.000

7x + 2y = 12.000 3) Pelaksanaan Rencana

100 . 12 2 7

000 . 8 5

= +

= +

y x

y x

1 x

2 x

100 . 12 2 7

000 . 16 2 10

= +

= +

y x

y x

300 . 1 3900 3

=

= x x

Dengan mensubstitusikan x = 1.300 ke pers. 5x + y = 8.000, diperoleh : 5x + y = 8.000

(1.300) + y = 8.000 6.500 + y = 8.000 y = 1.500

4) Memeriksa Kembali dan menarik kesimpulan 5x + y = 8.000

5 (1.300) + 1.500 = 8.000

6.500 + 1.500 = 8.000 (Benar)

Dengan demikian harga buku tulis adalah Rp. 1.300,00 per buah dan harga pena adalah Rp.1.500,00 per buah .

Jadi uang yang harus dibayarkan oleh aminah adalah 3x + y : 3x + y = 3(1.300) + 1.500 = Rp. 3.900,00 + Rp. 1.500,00 = Rp. 5.400,00.43

b. Ibu membeli 20 batang sabun cuci dan sabun mandi dengan harga Rp.

14.000,00. jika harga 1 batang sabun cuci Rp. 500,00. dan 1 batang sabun mandi Rp. 1.000,00. Tentukan banyaknya masing-masing sabun yang dibeli ibu?

43 Ibid.

(38)

- Penyelesaian :

1) Memahami Masalah

Diketahui: - Harga 20 batang sabun cuci dan sabun mandi dengan Rp.14.000,00.

- Harga 1 batang sabun cuci Rp. 500,00. dan 1 batang sabun mandi Rp. 1.000,00.

Ditanya: Banyaknya masing-masing sabun yang dibeli ibu?

2) Menyusun Rencana

Misal x = banyak sabun cuci y = banyak sabun mandi

Kalimat matematikanya:

x + y = 20...pers 1).

500x + 1000y = 14.000....pers 2).

3) Pelaksanaan Rencana

x + y = 20 x 50 500x + 500y = 10.000.

500x + 1000y = 14.000 x 1 500x + 1000y = 14.000 - 500 y = - 4.000 y = 8

dari y = 8 disubstitusikan ke persamaan 1), maka diperoleh:

x + y = 20 x + 8 = 20 x = 20 - 8 x = 12

4) Memeriksa Kembali dan menarik kesimpulan

x + y = 20 500x + 1000y = 14.000.

12 + 8 = 20 500 x 12 + 1000 x 8 = 14.000 20 = 20 (benar). 6000 + 800 = 14.000 14.000 = 14.000 Jadi - Banyaknya sabun cuci yang dibeli ibu = 12 buah

- Banyaknya sabun mandi yang dibeli ibu = 8 buah. 44

44 M. Cholik A. Sugijono, op. cit., hlm. 120.

(39)

8. Penerapan model pembelajaran CIRC dengan media kartu soal dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV

Adapun langkah-langkah penerapan model CIRC untuk menyelesaikan soal cerita SPLDV dengan media kartu soal adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan materi pokok SPLDV yang akan disajikan kepada para peserta didiknya dengan mengadopsi model pembelajaran CIRC dengan media kartu soal.

b. Membentuk kelompok-kelompok belajar peserta didik (Learning Society) yang hiterogen. Setiap kelompok terdiri atas 4 atau 5 peserta didik.

c. Memberikan lembar cara penyelesaian soal cerita SPLDV untuk didiskusikan dan dipahami oleh setiap kelompok yang telah terbentuk.

d. Guru memberikan 1 soal cerita yang sudah dikemas dalam kartu soal dan membagikannya kepada setiap peserta didik dalam kelompok yang sudah terbentuk.

Contoh soal cerita yang dikemas dalam kartu soal seperti berikut:

e. Guru membagikan lembar soal yang memuat kartu-kartu soal kepada masing-masing kelompok, agar setiap kelompok bisa mengoreksi hasil temuan yang akan ditulis di papan tulis oleh masing-masing kelompok.

Lima kali umur Ana ditambah empat kali umur Budi adalah 215 tahun. Lima kali umur budi

ditambah empat kali umur Ana adalah 235 tahun. Tentukan Umur Ana dan umur Budi!

Selamat Mengerjakan KARTU SOAL_1

(40)

-

f. Guru siap melatih peserta didik untuk meningkatkan ketrampilan peserta didiknya dalam menyelesaikan soal cerita melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan media kartu soal.

g. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan spesifik berikut:

1) Salah satu kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca.

2) Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menulis apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu.

Contoh:

Memahami Masalah

Diket : - Lima kali umur Ana ditambah empat kali umur Budi adalah 215 tahun.

- Lima kali umur budi ditambah empat kali umur Ana adalah 235 tahun.

Ditanya: Tentukan Umur Ana dan umur Budi!?

 Menyusun Rencana

misalkan : - Umur Ana = x - Umur Budi = y Maka kalimat matematikanya :

5x + 4y = 215...pers 1)

4x + 5y = 235...pers 2)

3) Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita.

Contoh:

Pelaksanaan Rencana penyelesaian

4x 5y 235 215 4y 5x

= +

= +

5 x

4 x

175 . 1 25 20

860 16

20

= +

= +

y x

y x

(41)

35 315 9

=

=

y

y

y =35 disubstitusikan kedalam persamaan 1), maka diperoleh:

5x + 4y = 215 5x + 4(35) = 215 5x + 140 = 215 5x = 215 - 140 5x = 75

x =15 Memeriksa Kembali 5x + 4y = 215 5 (15) + 4 (35) = 215 75 + 140 = 215

215 = 215 (benar) Jadi Umur Ana = 15 th.

Umur Budi = 35 th.

4) Menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut (memisalkan urutan komposisi penyelesaiannya).

5) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi).

6) Menyerahkan hasil tugas kelompok kepada guru.

h. Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC (Team Study). Guru sebagai fasilitator berkeliling mengawasi kerja kelompok.

i. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional.

j. Ketua kelompok harus dapat memastikan bahwa setiap anggota telah memahami dan dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.

k. Meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk menyajikan temuannya di depan kelas.

(42)

l. Membubarkan kelompok yang dibentuk dan para peserta didik kembali ke tempat duduknya masing-masing.

m. Menjelang waktu akhir pembelajaran, guru mengulang secara klasikal tentang strategi pemecahan soal cerita.

n. Guru memberikan 1 soal kuis.

o. Memberikan tugas rumah

B. KERANGKA BERPIKIR

Kesadaran pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari harus ditumbuhkan karena dalam setiap periode kehidupan manusia tidak lepas dari matematika. Tanpa disadari matematika menjadi bagian dalam kehidupan yang dibutuhkan kapan dan dimana saja sehingga menjadi hal yang penting.

Anggapan bahwa matematika itu pelajaran yang sulit merupakan tantangan bagi guru dalam mengajar. Seorang guru dituntut untuk dapat menyampaikan materi pembelajaran agar mudah dipahami dan menyenangkan. pembelajaran yang dilakukan harus sesuai dengan perkembangan kognitif peserta didk sehingga anggapan matematika sebagai pelajaran yang sulit akan terkurangi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Namun untuk mencapai keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas perlu didukung oleh komponen sistem pembelajaran yang terkait. Sistem pembelajaran yang dimaksud mencakup penguasaan materi oleh guru, penggunaan media dan alat bantu mengajar yang optimal serta pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan disajikan. Dan untuk menciptakan suasana belajar yang aktif tersebut guru dapat menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan inovatif, sehingga pembelajaran yang ditempuh benar-benar akan memperoleh hasil yang optimal. Pembelajaran optimal apabila peserta didik mempunyai aktivitas yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, jadi pembelajaran yang efektif didominasi oleh aktivitas peserta didik tidak guru.

(43)

Soal cerita merupakan salah satu bentuk penyajian soal matematika.

Banyaknya kesulitan yang dialami peserta didik dalam menyelesaikan soal berbentuk cerita, memerlukan suatu strategi untuk mengatasinya. Sesuai dengan tuntutan KTSP, kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kompetensi belajar yang harus di kuasai peserta didik.

Kemampuan tersebut merupakan bagian dari kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. Agar tingkat berpikir matematis tingkat tinggi berkembang, maka pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana peserta didik dapat terlibat langsung secara aktif dalam banyak kegiatan matematis yang bermanfaat. Pemilihan model pembelajaran sangat diperlukan untuk tercapainya keberhasilan tujuan pemebelajaran ini. Semakin tepat memilih model pembelajaran, diharapkan makin efektif dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran sehingga jangan sampai keliru dalam menentukan model pembelajaran yang berakibat kurang efektifnya proses pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang cocok untuk mengatasai masalah ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Kegiatan pokoknya untuk untuk memecahkan soal cerita meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni salah satu kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca, membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita, menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut, saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian. Namun pelaksanaan CIRC di lapangan ternyata masih ditemukan kendala yaitu dalam penyajian soalnya seringkali guru melakukannya dengan mendikte soal sehingga kurang efektif. Salah satu media untuk mengurangi kelemahan tersebut adalah kartu soal.

Melalui model ini peserta didik diajak belajar mandiri dan dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap pemecahan soal yang dicari, juga dilatih menjelaskan temannya kepada pihak lain dan dilatih untuk memecahkan masalah bersama. Jadi melalui model ini peserta didik diajak

Gambar

Tabel 4.7  Sumber Data Homogenitas
Tabel Sumber Data Untuk Uji T
Gambar 3  02468 1012141618frekuensi 15-38 38-61 62-85 86-108 Interval Nilai
Tabel data untuk mencari varian:
+6

Referensi

Dokumen terkait

Karena proses pengembangan bisa memakan biaya besar, tahap investigasi sistem biasanya membutuhkan studi awal terlebih dahulu yang disebut studi kelayakan

 Saling tukar informasi tentang materi Nilai-nilai kehidupan dalam cerpen dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui k ekuatan bending dan impact yang optimal dari k omposit berpenguat sek am padi bermatrik urea formaldehyde pada frak si

“Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal, Kebijakan Dividen dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang Go Publik di Bursa Efek

Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak limpahan berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Keberhasilan pada peningkatan hasil belajar Matematika dikarenakan penerapan model Quantum Teaching dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa dengan cara bermain

Kombinasi pemberian limbah cair biogas dosis 300 ml/tanaman dengan media topsoil menunjukkan rasio tajuk akar bibit tanaman kelapa sawit tertinggi dari semua perlakuan

Aplikasi penjualan spare part dan aksesoris O2 Racing Sport ini memberikan fasilitas kepada konsumen dalam bertransaksi secara online, sehingga konsumen tidak perlu untuk