793
PELAKSANAAN KEWAJIBAN PEMBERITAHUAN TENTANG OBJEK OLEH TERTANGGUNG KEPADA PENANGGUNG PADA ASURANSI KENDARAAN
BERMOTOR
( Suatu Penelitian Pada PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh )
Eti Andriani
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111
T. Haflisyah
Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh – 23111
Abstrak - Berdasarkan Pasal 246 KUHD yang mewajibkan pihak penanggung untuk memberikan ganti rugi kepada tertanggung, sehingga adanya kewajiban tertanggung untuk memberitahukan hal yang sebenarnya mengenai objek yang diasuransikannya seperti yang diatur didalam pasal 251 KUHD. Dalam kenyataanya tertanggung tidak meberitahukan secara lengkap tentang objek yang diasuransikan, dan juga ada beberapa dari pihak tertanggung yang memang tidak mengetahui akan adanya kecacatan pada objek yang diasuransikannya sehingga sanksi yang diatur didalam Pasal 251 KUHD tetap dapat juga dikenakan kepadanya. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kewajiban pemberitahuan oleh pihak tertanggung terhadap objek yang diasuransikan, penerapan ganti rugi pada asuransi kendaraan bermotor yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, serta mengetahui penyebab penolakan klaim asuransi di PT.Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh. Untuk memperoleh data dalam penulisan artikel ini dilakukan Penelitian kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis ilmiah, dan Penelitian lapangan dilakukan guna memperoleh data primer melalui wawancara secara langsung dengan responden dan informan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa penerapan Pasal 251 KUHD masih belum berjalan dengan semestinya, sehingga dibutuhkan adanya penerapan prinsip i’tikad baik pada diri tertanggung maupun penanggung sehingga dapat menjalankan kewajibannya sesuai yang diperjanjikan didalam polis asuransi.
Penerapan ganti rugi pada asuransi kendaraan bermotor yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas berjalan sebagaimana yang telah diperjanjikan sebelumnya oleh kedua belah pihak, adapun yang menjadi penyebab penolakan klaim asuransi adalah adanya premi yang menunggak, melaporkan keterangan yang tidak benar, keterlambatan tertanggung dalam pemberitahuan, tidak adanya Surat Izin Mengemudi (SIM). Disarankan kepada pemerintah untuk mengkaji ulang isi dari Pasal 251 KUHD yang lebih melindungi pihak penanggung, sehingga hak-hak tertanggung juga dapat dilindungi seperti adanya hak tertanggung atas suatu informasi.
Kata Kunci: Asuransi, Kendaraan Bermotor, Kewajiban Pemberitahuan
Abstract - Based on Article 246 of Commercial Code (KUHD) which obliges the insurer to provide compensation to the insured parties, so the existence of the obligation of the insured, to tell the truth about the insured object as outlined in Article 251 of KUHD. In fact, the insured parties do not give a complete explanation of the insured object, and also there are some of the insured parties who do not know of any defects in the object that is insured so that sanctions outlined in Article 251 of KUHD still can also be applied to him or her. The purpose of this study was to know how the implementation of the notification obligation by the insured on the object insured, the application of compensation on motor vehicle insurance caused by traffic accidents, and know the reason of the refusal of insurance claims in PT.Asuransi Ramayana Tbk Branch of Banda Aceh.
To obtain data in the writing of this study, it was conducted library research to obtain scientific theoretical data, and field research was conducted to obtain primary data through direct interviews with respondents and informants related to the problems of the study. Based on the results of research, it is known that the implementation of Article 251 of KUHD still not running properly, so that the application of principles of good deeds to both the insured and the insurer is needed. Therefore it can perform its obligations as agreed in the insurance policy. The application of compensation to motorized vehicle insurance caused by traffic accidents as previously agreed by both parties, while the cause of the refusal of insurance claims is the existence of premiums in arrears, reports of incorrect information, the delay of the insured in the notice, the absence of driver's license (SIM). It is suggested that the government review the contents of Article 251 of KUHD which better protect the insurer so that the rights of the insured parties can also be protected such as the right of the insured of information.
Keywords: Insurance, Motor vehicle, Notification Obligations.
PENDAHULUAN
Peran industri asuransi dalam perekonomian Indonesia tidak diragukan lagi, sebagai produk jasa industri asuransi relatif lambat perkembangannya karena produk asuransi kurang diminati konsumen untuk membeli (un-sought goods). Namun kenyataan menunjukkan bahwa sejumlah aktifitas industri dan perdagangan tidak mungkin berlangsung tanpa dukungan produk jasa asuransi.
Seseorang di dalam suatu masyarakat sering menderita kerugian karena akibat dari suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya mendapatkan kecelakaan dalam perjalanan di darat. Kalau kerugian ini hanya kecil sehingga dapat ditutup dengan uang simpanan, maka kerugian itu tidak begitu terasa . lain halnya apabila uang simpanan tidak mencukupi untuk kerugian itu, maka orang akan betul-betul menderita. Untuk itulah, jaminan-jaminan perlindungan terhadap keadaan-keadaan tersebut di atas sangat diperlukan oleh setiap masyarakat yang ingin mengantisipasi apabila keadaan di luar dugaan telah terjadi.
Perjanjian asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian yang mempunyai sifat khusus, sehingga perjanjian ini mempunyai karakteristik tertentu yang khas dibandingkan dengan perjanjian lain. Secara umum perjanjian asuransi harus memenuhi asas- asas tertentu yang mewujudkan sifat atau ciri khusus dari perjanjian asuransi itu sendiri.1
Perjanjian asuransi yang selanjutnya disebut dengan polis asuransi termasuk ke dalam kategori kontrak baku atau juga disebut dengan kontrak standar. Kontrak baku adalah suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh satu pihak dalam kontrak tersebut, bahkan seringkali kontrak tersebut sudah tercetak dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu saja dengan sedikit atau tanpa pemberitahuan dalam klausula- klausula yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku sangat berat sebelah.2
Asuransi kendaraan bermotor merupakan salah satu dari berbagai jenis asuransi kerugian. Pada umumnya tujuan dari asuransi kendaraan bermotor adalah untuk mengambil alih risiko-risiko yang mungkin ditanggung oleh pemilik kendaraan bermotor yang bersangkutan terhadap risiko keuangan yang diderita kendaraan bermotor karena berbagai
1 Sri Rejeki Hartono, hukum asuransi dan perusahaan asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2001 . Hlm. 89
2 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung: PT. Cita Aditya Bakti, 2003, Hlm.76
sebab yang tidak tentu. Dapat juga terhadap risiko-risiko yang berhubungan dengan kewajiban menurut hukum untuk membayar ganti rugi kepada pihak ketiga berhubungan dengan sesuatu yang ada kaitannya dengan kendaraan bermotor miliknya yang menjadi tanggung jawabnya, termasuk jenis kendaraan bermotor.
Adanya ketentuan yang mewajibkan kepada tertanggung supaya memberitahukan tentang keadaan obyek yang diasuransikannya terdapat dalam Pasal 251 KUHD, yang berbunyi :
“Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya sehingga seandainya penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya asuransi.”
Dalam pembayaran klaim oleh pihak penanggung banyak hal yang harus dipertimbangkan, termasuk kewajiban pemberitahuan oleh pihak tertanggung kepada pihak penanggung terhadap objek yang diasuransikan. Keterangan tersebut diperlukan penanggung untuk menentukan sikap menerima atau menolak permohonan penutupan perjanjian asuransi yang diajukan kepadanya.3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat yuridis empiris, yaitu dimana hukum dilihat sebagai norma (das sollen) yang menggunakan bahan-bahan hukum atau aturan-aturan hukum yang tertulis maupun tidak tertulis. Sedangkan penelitian hukum empiris melihat hukum berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan sebagai perilaku nyata (das sein) sebagai gejala sosial yang terjadi di masyarakat.
Mengingat jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa jenis data sekunder yang diperoleh dari bahan pustaka, serta data primer yang diperoleh dari wawancara dan interview, maka cara yang akan digunakan dalam menganalisa data adalah dengan pendekatan kualitatif yang merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari pihak yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti.
3 Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi, Bandung: PT Alumni, 2004, Hlm. 141.
Dalam penelitian ini juga dilakukan analisa terhadap data primer yang diperoleh dari hasil wawancara karena ini merupakan penelitian yuridis empiris. Analisa data ini juga akan dilakukan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa pengumpulan kata tertulis maupun lisan dari pihak-pihak yang bersangkutan dengan penelitian dan perilaku yang diamati.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan Kewajiban Pemberitahuan oleh Pihak Tertanggung Terhadap Objek yang diasuransikannya.
Risiko kecelakaan sifatnya tidak terduga dan tidak dapat diperhitungkan terlebih dahulu. Pihak tertanggung mencari usaha yang dapat mengatasi kemungkinan timbul kerugian atas kecelakaan yang mungkin akan dialaminya, yaitu dengan mengadakan perjanjian asuransi. Sesuai dengan diadakannya perjanjian asuransi yaitu mengalihkan risiko kerugian, dengan membayar sejumlah premi kepada pihak penanggung resiko.
Dalam pengajuan klaim asuransi, adanya ketentuan yang mewajibkan pihak penanggung untuk membayar klaim kepada tertanggung seperti yang telah dijelaskan di dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, dengan adanya Pasal 246 ini maka timbul kewajiban tertanggung untuk memberitahukan tentang keadaan obyek yang diasuransikannya dapat disimpulkan dari Pasal 251 KUHD, yang berbunyi : “Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya sehingga seandainya penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup denga syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya asuransi”
PT. Asuransi Ramayana Tbk cabang Banda Aceh atas nama penanggung mempunyai kewajiban mengganti kerugian apabila terjadi kerugian atas kehilangan atau pencurian kendaraan bermotor yang tidak diharapkan oleh tertanggung, sedangkan kewajiban dari pihak tertanggung adalah membayar premi, maka sejak itu pula risiko kerugian terhadap objek yang diasuransikan beralih kepada penanggung dimana ketentuanya terdapat pada Pasal 246 KUHD yang dinyatakan bahwa “ pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen”.
Dengan adanya pasal 246 kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) yang menjelaskan kewajiban penanggung membayar ganti kerugian maka adanya kewajiban tertanggung untuk memberikan pemberitahuan yang sebenar-benarnya terhadap objek yang diasuransikannya, yang didasari pada pasal 251 kitab undang-undang hukum dagang (KUHD), yang mewajibkan pihak tertanggung untuk memberitahukan tentang jenis, identitas, dan sifat dari objek yang diasuransikannya.
Dalam hal perjanjian asuransi kendaraan bermotor “Otoransi”, Sazmar Dilwan, sebagai Kepala Perwakilan PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh menjelaskan, bahwa harus memenuhi syarat dan ketentuan tertentu untuk mengadakan perjanjian asuransi, seperti Foto Copy KTP, Foto Copy STNK, Foto Kendaraan yang akan di asuransikan dan mengisi formulir Otoransi, formulir tersebut antara lain memuat tentang identitas calon tertanggung, harga pertanggungan, kondisi pertanggungan, jangka waktu pertanggungan, besarnya premi yang harus dibayar calon tertanggung, serta identitas mengenai objek yang akan diasuransikannya seperti merk, jenis, tahun pembuatan, penggunaan objek dan hal penting lainnya.
Sebelum pembayaran klaim yang akan dilakukan oleh PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh, pihak tertanggung harus memenuhi syarat dalam pengajuan ganti rugi, termasuk memberitahukan dengan jelas dan benar terhadap objek yang diasuransikannya seperti bagaimana kejadian sebenarnya dalam suatu kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan kerugian padanya, dan memberikan keterangan yang benar bahwa objek tersebut tidak digunakan untuk mendapatkan keuntungan, seperti halnya kendaraan yang penggunaannya untuk pribadi tetapi pada kenyataanya digunakan untuk menarik keuntungan daripadanya (direntalkan).4
Berdasarkan Pasal 3 dalam Polis asuransi kendaraan bermotor “Otoransi” disebutkan bahwa pertanggungan tidak menjamin kerugian, kerusakan, biaya atas kendaraan bermotor yang penggunaanya selain dari yang dicantumkan dalam polis, seperti yang disebutkan dalam polis bahwasanya penggunaan tersebut untuk pribadi, tetapi kenyataannya tidak demikian.
Menurut Bapak Ilyas, S.H.,M.Hum, Pasal 251 Kitab Undang-undang Hukum Dagang lebih melindungi pihak penanggung, dikarenakan pihak tertanggung diwajibkan untuk memberitahukan segala sesuatu yang menyangkut dengan objek yang diasuransikannya, namun dalam kenyataannya banyak dari pihak tertanggung mungkin tidak mengetahui
4 Sazmar Dilwan, Kepala Perwakilan PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh, Wawancara, 23 mei 2017
keadaan objeknya, sehingga sengaja maupun tidak sengaja pihak tertanggung tetap dianggap melakukan pelanggaran terhadap Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang akibatnya pihak tertanggung tidak mendapatkan pembayaran klaim dari pihak penanggung.5
Dari hasil penelitian masih ada beberapa dari tertanggug yang tidak memberitahukan dengan jujur terhadap objek yang diasuransikan serta adanya manipulasi kejadian, seperti yang diceritakan oleh bapak Adi Jaya, menurut beliau ada beberapa dari pihak penanggung melaporkan suatu kejadian yang tidak sinkron dengan kerusakan yang dialami oleh kendaraan itu sendiri, sehingga menimbulkan kecurigaan dari pihak penanggung bahwa adanya pemberitahuan yang tidak benar dalam pengajuan klaim, biasanya pihak tertanggung melakukan manipulasi data untuk mendapatkan pembayaran kerugian yang lebih banyak dari apa yang seharusnya, apabila didapatkan adanya tindakan pihak tertanggung yang dapat merugikan pihak penanggung maka akan terjadinya penolakan klaim yang diajukan.6
Kewajiban untuk mengungkapkan fakta diatur pada Pasal 6 dalam polis asuransi kendaraan bermotor “Otoransi” yang menjelaskan tentang kewajiban tertanggung mengungkapkan fakta material yaitu informasi, keterangan, keadaan dan fakta yang mempengaruhi pertimbangan penanggung dalam menerima atau menolak suatu permohonan penutupan asuransi dan dalam menetapkan suku premi apabila permohonan dimaksud diterima.
Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang memberikan perlindungan bagi pihak penanggung sebagai pihak yang memikul sebuah risiko dari pembayaran premi¸ namun tertanggung tidak mendapatkan perlindungan sama sekali dari Pasal 251 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang ini, menurut Pasal ini, sengaja maupun tidak sengaja, tertanggung dapat dikenakan sanksi yang telah diatur didalam Pasal 251 KUHD, padahal dalam kenyataannya ada beberapa dari pihak tertanggung tidak mengetahui adanya kecacatan dari objek yang akan diasuransikan sebelumnya.
Perjanjian yang telah disediakan oleh sepihak atau sering disebutkan dengan kontrak baku merupakan perjanjian dalam berasuransi yaitu polis asuransi, yang menurut bapak Ilyas, S.H,.M.Hum merupakan sebuah perjanjian yang patut untuk dikaji ulang oleh pemerintah sehingga pemerintah dapat mempertimbangkan hak-hak yang sepatutnya dimiliki oleh pihak
5 Ilyas , S.H.,M.Hum, Selaku Ahli Hukum Asuransi, wawancara, 13 Juni 2017
6 Adi Jaya, Kepala Bagian Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor PT.Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh, Wawancara, 23 mei 2017
tertanggung, karena dalam kenyataannya banyak dari pihak tertanggung yang merasa dirugikan dengan kontrak baku yang telah disediakan terlebih dahulu oleh pihak penanggung.
2. Penerapan Ganti Rugi pada Asuransi Kendaraan Bermotor yang Disebabkan oleh Kecelakaan Lalu Lintas di PT.Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh.
Tujuan dari asuransi adalah untuk meringankan beban risiko yang dihadapi oleh tertanggung dengan memperoleh ganti rugi dari penanggung. Risiko yang mungkin suatu saat diderita oleh tertanggung karena suatu kecelakaan atau karena suatu kehilangan terhadap objek yang diasuransikannya, maka timbul kewajiban bagi penanggung untuk menerapkan ganti rugi kepada tertanggung.
Penerapan ganti rugi terhadap kendaraan bermotor yang mengalami kecelakaan lalu lintas harus memenuhi beberapa syarat yang telah disepakati di awal perjanjiannya, yang merupakan syarat ketika mengajukan klaim kepada PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh, karena landasan penerapan ganti rugi adalah pengajuan klaim terlebih dahulu, sehingga pihak penanggung dapat memutuskan berhak atau tidak seorang tertanggung itu mendapatkan ganti rugi.
PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh sebagai penanggung berkewajiban mengganti kerugian apabila terjadi kerugian yang tidak diharapkan oleh tertanggung akibat kehilangan atau pencurian kendaraan bermotor yang menjadi objek dari asuransi tersebut.
Tanggung jawab PT.Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh dalam hal terjadinya kerugian yang diderita tertanggung adalah dengan pembayaran klaim ganti kerugian berdasarkan pada besarnya jumlah kerugian sesuai dengan ketentuan syarat di dalam polis Otoransi.
Pelaksanaan ganti rugi yang telah disepakati pada perjanjian asuransi kendaraan bermotor “Otoransi” maka penanggung yang mengalami kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas harus memenuhi syarat dalam pengajuan ganti rugi atau klaim asuransi.
Dari hasil penelitian penerapan ganti rugi pada PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh berjalan sebagaimana tindakan dari kedua belah pihak yaitu pihak penanggung dan tertanggung, apabila pihak tertanggung memberikan informasi yang tidak benar mengenai sebuah peristiwa yang menimbulkan kerugian atas dirinya, maka pihak penanggung tidak akan memberikan ganti rugi kepadanya, karena semuanya ini telah diperjanjikan terlebih dahulu didalam polis asuransinya.
Menurut Rudy Darwin, bahwa dalam pengajuan klaim asuransi berlaku sebagaimana apa yang telah diperjanjikan sebelumnya di dalam polis asuransi, sehingga apabila pihaknya
sebagai tertanggung tidak memiliki i’tikad baik mengenai pemberitahuan yang sebenarnya maka pihaknya tidak akan mendapatkan penggantian atas kerugian yang dideritanya.
Menurut Bapak Ilyas Yunus, S.H.,M.Hum. selaku ahli Asuransi menyatakan bahwa dalam penerapan ganti rugi tersebut berlakunya kesepakatan dari kedua belah pihak, dimana kedua belah pihak sebelumnya telah membuat sebuah perjanjian terlebih dahulu dan disepakati secara bersama, maka penerapan ganti rugi harus sesuai dengan apa yang telah disepakati terlebih didalam perjanjiannya. Apabila penerapan ganti rugi tidak sesuai dengan perjanjianya, maka pihak yang dirugikan bisa memperkarakannya di pengadilan.7
3. Penyebab Penolakan Klaim Asuransi di PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh.
Pada implementasi tanggung jawab asuransi kendaraan bermotor pada PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh, khususnya terhadap proses penyelesaian klaim, terkadang terdapat hal-hal yang menghambat proses sehingga mengakibatkan hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung tidak dapat terlaksana.
Dalam pengajuan klaim yang terpenting adalah kendaraan bermotor yang menjadi objek asuransi harus dalam keadaan STNK nya masih berlaku, karena apabila kendaraan tersebut STNK nya sudah tidak berlaku lagi maka tertanggung sudah jelas tidak berhak mendapatkan ganti rugi terhadap risiko yang dialaminya, atau dengan kata lain adanya penolakan klaim.8
Penyebab penolakan klaim Asuransi di PT. Asuransi Ramayana Tbk cabang Banda Aceh adalah sebagai berikut:
1. Pembayaran premi yang menunggak
Tertanggung mengalami kecelakaan lalu lintas yang kendaraan bermotornya diasuransikan di PT.Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh masih ada tunggakan beberapa bulan sebelum kendaraan bermotornya mengalami kecelakaan.
Berdasarkan hal tersebut Adi jaya sebagai kepala bagian klaim Asuransi kendaraan bermotor PT.Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh menjelaskan bahwa penyelesaian klaim dalam hal penunggakan premi penaggung dan tertanggung dapat bekerjasama dalam musyawarah untuk menyelesaikan syarat-syarat dalam pengajuan klaim dan pembayaran penunggakan premi yang belum dibayar tertanggung, dalam
7 Ilyas Yunus, S.H.,M.Hum, Selaku Ahli Hukum Asuransi, wawancara, 13 Juni 2017
8 Adi Jaya, Kepala Bagian Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor PT.Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh, Wawancara, 23 mei 2017
hal ini ditekankan adanya itikad baik dari pihak tertanggung maupun pihak penanggung itu sendiri.9
2. Melaporkan keterangan yang tidak benar
Pihak tertanggung memberikan informasi yang tidak benar mengenai objeknya, kejadiannya atau sebagainya yang bertujuan memperoleh keuntungan dari jaminan polisnya, hal ini diatur di dalam polis asuransi kendaraan bermotor pada pasal 13, yang menjelaskan bahwa tertanggung tidak berhak mendapatkan ganti rugi apabila:
a. Mengungkapkan fakta atau membuat pernyataan yang tidak benar tentang hal-hal yang berkaitan dengan permohonan yang disampaikan pada waktu pembuatan polis inidan yang berkaitan dengan kerugian atau kerusakan yang terjadi.
b. Memperbesar jumlah kerugian yang diderita.
c. Memberitahukan barang-barang yang tidak ada sebagai barang-barang yang ada pada saat peristiwa dan menyatakan barang-barang tersebut musnah.
d. Menyembunyikan barang-barang yang terselamatkan atau barang-barang sisanya dan menyatakan sebagai barang yang hilang.
e. Mempergunakan surat atau alat bukti palsu, dusta atau tipuan.
3. Keterlambatan tertanggung dalam pemberitahuan
Mengenai permasalahan pemberitahuan tentang adanya suatu kejadian kecelakaan lalu lintas terhadap kendaraan bermotor yang menjadi objek dari asuransi itu sendiri yang dipertanggungkan kepada penanggung selambat-lambatnya 3 x 24 jam setelah terjadinya kecelakaan.
Hal tersebut dibenarkan oleh Sazmar Dilwan, bahwa sebenarnya dalam pengurusan klaim asuransi harus ada pemberitahuan terlebih dahulu sejak kejadian yang menimpa objek asuransi itu sendiri dengan tenggang waktu 3 x 24 jam.
Pemberitahuan tersebut dilakukan secara tulisan atau secara lisan yang diikuti dengan laporan tertulis kepada pihak penanggung yaitu PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh seperti mendapat surat keterangan serendah-rendahnya dari pos polisi setempat.
Maka keterlambatan pemberitahuan tentang suatu kejadian menjadi salah satu kendala dalam pengurusan klaim asuransi yang selama ini ada pada PT. Asuransi
9 Adi Jaya, Kepala Bagian Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor PT.Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh, Wawancara, 23 mei 2017
Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh. Pemberitahuan selambat-lambatnya 3 x 24 jam dalam polis yang telah disepakati oleh penanggung dan tertanggung, dan kendala selama ini banyak dari pihak tertanggung yang tidak membaca dengan benar dan jelas tentang isi dari polis yang telah diperjanjikannya.10
4. Tidak adanya Surat Izin Mengemudi ( SIM )
Surat izin mengemudi ( SIM ) merupakan dokumen penting pendukung klaim, tertanggung dalam mengajukan klaim harus menyertai Surat Izin Mengemudi (SIM) milik pengemudi pada saat kejadian. Apabila pengemudi tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) maka pengajuan klaim ditolak karena secara hukum si pengemudi tidak berhak mengemudi kendaraan apabila belum adanya Surat Izin Mengemudi (SIM) walaupun si pengemudi bisa mengemudi kendaraan. Maka dalam kasus ini pengajuan klaim akan ditolak.11
KESIMPULAN
Pelaksanaan kewajiban pemberitahuan oleh pihak tertanggung terhadap objek yang diasuransikan , berdasarkan Pasal 246 KUH Dagang adanya kewajiban penanggung mengganti kerugian terhadap tertanggung apabila tertanggung mengalami sebuah risiko, dengan adanya kewajiban penaggung mengganti kerugian terhadap tertanggung maka timbul kewajiban tertanggung untuk memberikan informasi yang sebenar-benarnya dan sejujur- jujurnya terhadap objek yang diasuransikannya seperti yang diatur didalam Pasal 251 KUH Dagang. Namun Pasal 251 KUH Dagang sangat melindungi pihak penanggung, sehingga hak tertanggung tidak diperhatikan, seperti adanya pihak tertanggung yang tidak sengaja untuk tidak memberitahukan tentang objek yang akan diasuransikannya, namun tetap dapat disanksikan dengan Pasal 251 KUH Dagang.
Penerapan ganti rugi pada asuransi kendaraan bermotor yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas di PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh berjalan sebagaimana yang telah diperjanjikan didalam polis asuransi, dan apabila pihak tertanggung melanggar apa yang telah diperjanjikan maka ganti rugi tidak akan diberikan kepada
10 Sazmar Dilwan, Kepala Perwakilan PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh, Wawancara, 23 mei 2017
11 Sazmar Dilwan, Kepala Perwakilan PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh, Wawancara, 23 mei 2017
tertanggung, sebaliknya apabila penangung yang melanggar apa yang telah diperjanjikan maka pihak tertanggung dapat memperkarakannya di pengadilan.
Penyebab penolakan klaim asuransi di PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh apabila kendaraan bermotor milik tertanggung mengalami kecelakaan, kendala-kendala sehingga terjadinya penolakan klaim adalah dikarenakan pembayaran premi yang menunggak, melaporkan keterangan yang tidak benar, keterlambatan tertanggung dalam pemberitahuan, dan tidak adanya Surat Izin Mengemudi (SIM).
DAFTAR PUSTAKA 1. Buku-buku
Sri Rejeki Hartono, hukum asuransi dan perusahaan asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2001
Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung: PT. Cita Aditya Bakti, 2003.
Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi, Bandung: PT Alumni, 2004.
2. Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.
Polis Asuransi Kendaran bermotor PT.Asuransi Ramayana Tbk Cabang Banda Aceh.