MAKALAH KONSEP DAN PENTINGNYA INTEGRASI ILMU PRINSIP DAN NILAI DASAR INTEGRASI ILMU
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Islam Dalam Disiplin Ilmu/IDI Dosen Pengampu : Amirullah, S.Pd.I., M.A
Kelas : 6A
Disusun Oleh : Kelompok 3
Oky Firlana 1901075044
Aliza Natasya Putri 1901095023 Aulia Putri Hidayah 1901095045 Nida khoffya 1901095049 Pepi Sasmita 1901095060 Sintia Dwi Apriyani 1901095057
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami kelompok 4 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MAKALAH KONSEP DAN PENTINGNYA INTEGRASI ILMU PRINSIP DAN NILAI DASAR INTEGRASI ILMU” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Islam dalam Disiplin Ilmu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Islam dalam Disiplin Ilmu bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Amirullah, S.Pd.I., M.A. Selaku Dosen pengampu mata kuliah Islam dalam Disiplin Ilmu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
.
Jakarta, 23 Maret 2022
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………... i
DAFTAR ISI……….. ii
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Rumusan Masalah………... 1
C. Tujuan Masalah………... 1
BAB II PEMBAHASAN………... 2
A. Pengertian Integritas Ilmu……….. 2
B. Jenis-jenis Ilmu……….. 3
C. Konsep dan Pentingnya Integritas Ilmu………. 3
D. Konsep dan Ruang Lingkup Integrasi Ilmu dan Agama……… 5
E. Prinsip dan Nilai Integrasi Ilmu……… 6
BAB III PENUTUP……….. 11
A. Kesimpulan……… 11
B. Saran………. 11
DAFTAR PUSTAKA ………. 12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Gagasan integrasi keilmuan dalam Islam kini terus diupayakan oleh para pemikir pendidikan Islam. Awal munculnya ide integrasi keilmuan dilatar belakangi adanya dualisme atau dikotomi keilmuan antara ilmu umum disatu sisi dan ilmu agama disisi lain, yang pada akhirnya melahirkan dikotomik sistem pendidikan. Wujud dikotomi pendidikan di Indonesia adalah beragamnya lembaga pendidikan, yakni pesantren, madrasah dan sekolah yang memiliki corak dan sistem yang berbeda.
Pesantren fokus pada kajian agama, sementara sekolah hanya mengkaji pendidikan umum semata.
Penerapan nilai-nilai universal yang diakui oleh masyarakat global merupakan salah satu prasyarat untuk dapat bersaing dalam masyarakat dunia yang semakin hari terasa semakin sempit. Kondisi seperti itu lebih disemrawutkan dengan terpuruknya bidang wacana keilmuan yang terjadi di negara kita. Di saat ilmu diharapkan mampu menjawab semua tantangan perkembangan zaman, yang terjadi malah dikotomisasi ilmu.
Adalah suatu ketimpangan ketika ilmu agama disendirikan dan dipisahkan dari ilmu umum yang pada kenyataannya mempunyai keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan karena eksistensinya yang saling komplementif. Dari proses pembuatan makalah ini diharapkan akan menjadi solusi dari berbagai krisis yang diakibatkan oleh ketidakpedulian suatu ilmu terhadap ilmu yang lain yang selama ini terjadi baik dalam kalangan pendidikan Islam maupun pendidikan pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Integrasi Ilmu?
2. Bagaimana Konsep Integrasi ilmu?
3. Apakah Ilmu dapat di integrasikan dengan Agama?
4. Bagaimana nilai dan prisnip dari integrasi ilmu?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dari integrasi ilmu 2. Memahami bagaimana konsep integrasi ilmu
3. Mengetahui bahwa ilmu pengetahuan dapat berintegrasi dengan agama 4. Memahami nilai serta prinsip dari integrasi ilmu
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Integrasi Ilmu
Pengertian Integrasi ilmu Secara Bahasa Integrasi berarti 1 Integrasi ilmu adalah suatu upaya umat Islam untuk tidak tenggelam dalam dikhotomi ilmu. Dikhotomi ilmu adalah suatu ‘penyakit’ yang harus diseingkirkan karena akan menyebabkan masuknya faham- faham sekuler ke tubuh umat Islam. Tidak akan dapat diharapkan kebangktan umat Islam jika penyakit yang menggerogati umat Islam ini tidak jika tidak segera dihilangkan. Dengan menganut faham dikhotomi ilmu maka umat Islam akan selalu terbawa dan terseret kedalam faham sekulerisme yang menyesatkan.1 (Firdaus, 2019)
Integrasi ilmu agama dan ilmu umum ini adalah upaya untuk meleburkan2 an ilmu sebagai sumber kebenaran yang independen pula.
integrasi dicirikan sebagai “mendayung di antara dua karang” (untuk menghindari pemisahan yang berujung pada konflik atau independensi) tujuannya Memadukan tak harus berarti menyatukan atau bahkan mencampuradukkan.
1 Affiifi. Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, “Pengertian Integrasi,” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 2014, 12–63.
2 Firdaus, F. (2019). Dasar Integrasi Ilmu dalam Alquran. Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan, 16(1), 23–35. https://doi.org/10.25299/jaip.2019.vol16(1).2726
B. Jenis Jenis Ilmu
Menurut Quraish Shihab, kata ilmu dalam berbagai bentuk terdapat 854 kali dalam al-qur'an. 3
Al-ghazali membagi ilmu menjadi dua macam yaitu fardhu 'ain (ilmu agama) dan fardhu kifayah (ilmu non-agama). Yang mana fardhu 'ain adalah kewajiban setiap orang atau kewajiban pribadi, individual, ataupun personal masing-masing orang yang menjadikan prioritas dalam mempelajari ilmu. Sedangkan fardhu kifayah itu kewajiban setiap kelompok, dimana harus ada yang melaksanakannya, apabila tidak ada sama sekali maka satu kelompok tersebut salah atau berdosa. Dapat diartikan bahwa ilmu agama itu harus dikuasai setiap individu yang merupakan suatu kewajiban. Ketika ilmu agama sudah di pelajari, maka boleh selanjutnya mempelajari ilmu-ilmu lain. Pada pengertian tersebut, banyak orang yang salah mengartikan atau menafsirkan dari teori tersebut.
Mereka lebih mementingkan ilmu agama, dan menomorduakan ilmu non agama.
C. Konsep dan Pentingnya Integrasi Ilmu
Integrasi ilmu pengetahuan itu dapat diartikan sebagai penggabungan antar berbagai disiplin ilmu. 4sebagai kata yang berasal dari kata kerjato integrate yang berarti “to join to something else so as to form a whole” (bergabung kepada sesuatu yang lain sehingga membentuk keterpaduan/keseluruhan). Sementara jika dilihat dari latar belakangnya, integrasi ilmu itu muncul karena adanya arus sekularisasi yang terjadi Secara bahasa, sekularisasi itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu speculum yang berarti masa (waktu) atau “generasi”, yang secara istilah dimaknai sebagai “dunia masa kini”. Di dalam Classel’s Latin Dictionary seperti dikutip oleh Syahrin Harahap bahwa kataspeculum itu merupakan lawan dari kataeternum yang berarti “abadi” yang digunakan untuk menunjukkan alam yang kekal abadi, yaitu alam sesudah dunia ini.
Setidaknya kita bisa menyebut bahwa integrasi yang kita inginkan adalah integrasi yang “konstruktif”, ini bisa dimaknai sebagai suatu upaya integrasi yang menghasilkan kontribusi baru (untuk sains dan agama), yang tak bisa diperoleh jika keduanya terpisah. Atau bahkan integrasi diperlukan untuk menghindari dampak negatif yang mungkin muncul jika keduanya berjalan sendiri-sendiri.2
3 Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, “Pengertian Integrasi.”
4 . Nasiruddin, “Integrasi Sains Dan Agama Dalam Pendidikan Islam,” LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan) 4, no. 2 (2016): 171, https://doi.org/10.21927/literasi.2013.4(2).171-188.
5yang membahas tentang integrasi agama dan sains memberikan suatu langkah-langkah yang sistematis untuk mencapai ide tersebut, diantaranya :
a) Penguasaan Disiplin Ilmu Moden : Penguraian Kategoris mengenai disiplin-disiplin ilmu dalam kemajuannya di zaman sekarang harus dipecah menjadi kategori-kategori, prinsip-prinsip, metodologi- metodologi, problema-problema, dan tema-tema yang mencerminkan daftar isi dalam sebuah buku teks (pelajaran) dalam bidang metodologi disiplin ilmu yang bersangkutan.
b) Survei Disiplin Ilmu : Apabila kategori-kategori disiplin ilmu telah dipilah-pilah, maka suatu survei secara menyeluruh harus ditulis untuk setiap disiplin ilmu, seperti mengenai asal-usul dan perkembangannya serta pertumbuhan metodologinya serta mencantumkan karya-karya tepenting.6
D. Konsep dan Ruang Lingkup Integrasi Ilmu dan Agama
Konsep Integrasi Ilmu dan Agama Dunia Islam pernah mencapai masa kejayaan pada kisaran abad ke VI-XII M, dalam hal iptek dan peradaban, yang ditandai dengan maraknya kajian tentang ilmu pengetahuan dan filsafat, sehingga saat itu dunia Islam menjadi mercusuar dunia, baik dibelahan Timur maupun Barat.
Bukti fisik yang bisa dilihat bahwa masa tersebut banyak ilmuwan dan filosof kaliber dunia di berbagai disiplin ilmu misalnya, dalam bidang fikih: muncul nama Imam Malik, Imam Syafi‟i, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hanbal. Dalam bidang filsafat: al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, dan Abu Yazid; dalam bidang sains:
Ibnu Hayyam, al-Khawarizmi, al-Razi, dan al-Mas‟udi. Pada pertengahan abad ke- l2 M masa kejayaan yang pernah digapai dalam dunia Islam sedikit demi sedikit mulai pudar dan menjauhi dunia Islam. Hal ini disebabkan karena terjadinya disintegrasi pemerintahan Islam yang berimplikasi pada munculnya sekte-sekte politik yang sparatif-kontradiktif. Sebagian sekte secara politis, memproklamirkan akan ketertutupan pintu ijtihad dan yang secara perlahan akan berpengaruh pada pemaknaan agama yang eksklusif serta mengisolasikan ilmu pengetahuan dan filsafat dari dimensi agama. Hal ini berdampak pada terjadinya stagnasi sains di dunia Islam, serta berimplikasi pada kerapuhan dan kelumpuhan umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan baik ekonomi, politik, militer maupun pengembangan keilmuan.7 Kondisi diatas ditangkap dan dimanfaatkan oleh dunia Barat untuk menancapkan kaki kolonialisme dan imperialismenya terhadap dunia Islam. Area Islam satu persatu ditaklukkan dengan mudah, yang pada giliranya dunia Islam menjadi suram dan pengembangan ilmu menjadi stagnan. Mengomentari hal itu, Isma‟il Raji al-Faruqi menyatakan bahwa umat
5 Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, “Pengertian Integrasi.”
6 Wawasan Pendidikan, “Makalah Konsep Integrasi Ilmu Umum Dan Ilmu Agama” 1, no. Ddi (2004): 1, http://www.wawasanpendidikan.com/2014/10/makalah-konsep-integrasi-ilmu-umum-dan-ilmu- agama.html.
7 (Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, 2014)
Islam di dunia ini merupakan umat yang kondisinya paling tidak menggembirakan, sekalipun dalam kuantitas besar dan berdomisili di dataran bumi yang subur dan kaya sumber daya alamnya. 19 Mulai abad ke-l8 M dan seterusnya (sampai sekarang), bangkitlah umat Islam dari tidurnya yang dimulai dari jatuhnya Mesir ke tangan bangsa Barat menyadarkan dan membuka mata umat Islam, bahwa di dunia Barat telah muncul peradaban baru yang lebih tinggi dan sekaligus menjadi ancaman besar bagi umat Islam. Mulai saat itu muncul di kalangan intelektual Islam ide-ide untuk mempelajari ilmu pengetahuan Barat yang sekularistik dan rasional-materialistik serta terpisah sama sekali dari ruh dan nilai-nilai moralitas Islam. Kemajuan peradaban di dunia Barat membangkitkan ghirah bagi intelektual muslim dan menimbulkan persaingan dan dua macam respon yang saling bersimpangan jalan di kalangan intelektual Muslim. Satu sisi mereka menampakkan sikap antagonistik- kontradiktif, bahkan mereka menganggap ilmu pengetahuan Barat sebagai karya-karya jahat dan hanya sebagai gembar-gembor dunia yang hampa. Di sisi lain, terdapat kelompok intelektual muslim yang menunjukkan sikap protagonisl.
Peradaban Islam merupakan peradaban yang pertama mengintegrasikan empirisitas keilmuan dan keagamaan secara terpadu. Bukti empiris yang bisa disaksikan adalah penemuan-penemuan ilmiah selama tujuh abad pemerintahan Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah. Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan Putranya al-Ma‟mun (813-833 M). Masa ini ilmu pengetahuan, kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasan. Pada masa inilah Negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. 20 Namun dalam pendidikan Islam, dikotomi ilmu berjalan cukup lama, terutama semenjak madrasah Nizhamiyah pada akhirnya mempopulerkan ilmu-ilmu agama dan mengesampingkan logika dan falsafah, hal itu mengakibatkan pemisahan antara al- „ulum al diniyah dengan al-„ulumul aqliyah. Terlebih lagi dengan adanya pemahaman bahwa menuntut ilmu agama itu tergolong fardhu
‟ain dan ilmu-ilmu non agama fardhu kifayah, dampaknya banyak umat yang mempelajari agama sebagai suatu kewajiban seraya mengabaikan pentingnya mempelajarai llmu-ilmu non agama.21 Berangkat dari pola pikir dikotomis inilah terjadi relasi disharmonis terhadap pemahaman ayat-ayat Ilahiyah dengan ayat-ayat kauniyah, antara iman dengan ilmu, antara ilmu dengan amal antara dimensi duniawi dan ukhrawi, dan relasi dimensi Ketuhanan (teosentris) dengan kemanusiaan (antroposentris).
E. Prinsip dan Nilai Integrasi Ilmu
Prinsip utama bagi terintegrasinya ilmu-ilmu umum dan agama menurut Mulyadhi Kartanegara adalah konsep tauhid yaitu seperti yang dikembangkan oleh Mulla Shadra dalam pandangannya tentang "kesatuan wujud". Karena wujud itu satu maka status ontologis obyek-obyek ilmu baik yang fisik maupun nonfisik menjadi sama. terjadinya integrasi pada aspek-aspek ilmu yang lain, diantaranya: integrasi di bidang sumber ilmu.
Sumber ilmu tidak hanya dibatasi pada indra manusia yang hanya mampu menangkap obyek-obyek fisik tetapi juga harus dicarikan alat lain yang mampu menguak dunia-dunia hal ini membawa kepada nonfisik.
Untuk itu, sumber ilmu harus diperluas meliputi akal, hati dan wahyu. (8) Penerimaan akan obyektivitas dan validitas sebuah jenis pengalaman manusia oleh ilmu modem bagi pasokan ilmu, dan penolakan terhadap pengalaman-pengalaman manusia lainnya, tentu saja akan menjadi hambatan yang berarti bukan saja bagi keutuhan pengalaman manusia yang multidimensional, melainkan juga, dalam kaitannya dengan pasokan yang beragam dari jenis-jenis pengalaman tadi, bagi integrasi sumber ilmu.9
Dalam pandangan al-Qur‟an, dasar interpretasi dari semua bentuk ilmu adalah tauhid, dalam arti ia dikembangkan dalam bingkai dan spirittauhid. Dalam al-Qur'an, khususnya lima ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yakni surat al-'Alaq ayat 1-5, disinyalir secara tegas bahwa ilmu mesti tidak dipisahkan dari Sang Pencipta, tetapi harus selalu terkait erat dengan-Nya agar dapat mencapai kebahagiaan serta keselamatan di dunia-akhirat. (10
8 Istikomah Istikomah, “Integrasi Ilmu Sebuah Konsep Pendidikan Islam Ideal,” Jurnal Pemikiran Keislaman 28, no. 2 (2017): 408–33, https://doi.org/10.33367/tribakti.v28i2.490.
9Ikhwan, A. (2003). INTEGRASI PENDIDIKAN ISLAM ( Nilai-Nilai Islami dalam Pembelajaran ).
10 Abuddin Nata dkk, Integrasi Ilmu Agama Dan Ilmu Umum, 2005.
Al-Faruqi meletakkan pondasi epistemologinya pada “prinsip tauhid” yang terdiri lima macam kesatuan, yaitu:
1) Keesaan (kesatuan) Tuhan, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, 2) Kesatuan ciptaan, bahwa semesta yang ada ini baik yang material,
psikis, spasial (ruang), biologis, sosial maupun estetis, adalah kesatuan yang integral,
3) Kesatuan kebenaran dan pengetahuan. Kebenaran bersumber pada realitas, dan jika semua realitas berasal dari sumber yang sama, Tuhan,
4) Kesatuan hidup.
Cerminan kurikulum Islami harus memuat prinsip :
a) Mengandung nilai kesatuan dasar bagi persamaan nilai Islam pada setiap waktu dan tempat
b) Mengandung nilai kesatuan kepentingan dalam mengembangkan misi ajaran Islam
c) Mengandung materi yang bermuatan pengembangan spiritual, intelektual dan jasmaniah
Pendidikan agama hanya berorientasi pada proses transfer pengetahuan-agama dan belum sampai pada pembinaan komitmen moral mereka yang dalam bahasa agama kita sebut “tammimu makarim al- akhlak”.11 Orangtua dan masyarakat pada umumnya memposisikan dirinya
“lepas” dari tanggungjawab penyelenggaraan pendidikan agama. Inilah permasalahan utama pendidikan agama dan umum di sekolah yaitu terputusnya tiga jaringan yang saling berhubungan dalam pelaksanaan pendidikan agama yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat sebagai suatu kesatuan sistem.
11 Istikomah, “Integrasi Ilmu Sebuah Konsep Pendidikan Islam Ideal.”
12mengungkapkan bahwa pendidikan nilai mencakup seluruh aspek sebagai pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten.
Kajian tidak ditujukan kepada kepentingan praktis, tetapi didelegasi untuk tujuan tujuan memahami eksistensi alam dan manusia. Dengan ini akan mampu menghantarkan umat pada peningkatan iman kepada Tuhan yang menciptakan ilmu sekaligus sebagai sumber ilmu tersebut.
Melepaskan ikatan-ikatan ilmu pengetahuan dari pengaruh sekulerisme.
Desekulerisasi ini akan menghadirkan pada keniscayaan kebenaran religius secara diferensial.Dalam ketiga inilah terjadi hubungan simultan dan saling melengkapi (complentary), yang pada tahap selanjutnya membutuhkan pada susunan langkah-langkah praktis dalam usaha integrasi agama dan sains Dalam skala global, persoalan pokok yang dihadapi agama memang masalah sekulerisasi. Sekulerisasi itu menjelajahi kehidupan sosial dalam dua bentuk.
Dalam bukunya Islam Benturan dan antar Peradaban, membagi dua masalah tersebut menjadi dua, yakni sekulerisasi obyektif dan sekulerisasi subyektif. Sekulerisasi obyektif bersifat konkret dan radikal, biasanya ditandai dengan pemisahan urusan/bidang agama ruhaniah dengan urusan/bidang material jasmaniah. Praktik ini mudah kita temukan dalam sejarah kehidupan masyarakat modern, terutama negara-negara Barat yang mempunyai pengalaman negatif soal hubungan agama (gereja) dengan keilmuan. Adapun sekulerisasi subyektif bersifat halus, biasanya ditandai dengan perasaan atau keyakinan batin untuk tidak menghubungkan pengalaman pragmatis sehari-hari dengan pengalaman keagamaan. Ia cenderung membebaskan diri dari kontrol ataupun komitmen terhadap nilai-nilai agama. Begitu halusnya sampai orang yang mempraktikannya kadang-kadang kurang menyadarinya. Menurut keduanya, masa depan manusia adalah sekuler dan transendentalisasi atau proses dimana Tuhan menjadi impersonal.Jika dilacak, munculnya kecenderungan masyarakat modern kearah sekuleristik dikondisikan oleh sains dan teknologi.
Kontruksi Iptek modern yang kurang mengakomodasi dimensi religiutas bersumber dari paradigma yang diandalkan oleh para ilmuan modern dalam membangun pengetahuan yang bercorak rasionalistik, positivistik, dan pragmatis.
Cara berpikir yang lebih mementingkan hal-hal rasional-material dan menafikan hal-hal spiritual metafisik ini secara tidak sadar telah
12 Abuddin Nata dkk, Integrasi Ilmu Agama Dan Ilmu Umum.
mereduksi dimensi kemanusiaan yang secara fitrah tidak bisa lepas dari hal-hal mistis spiritualis. Salah satu dampaknya, umat menjadi terperangkap pada jaringan sistem rasionalitas ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang humanis. Jika sudah demikian, manusia modern akan mengalami kekosongan dalam landasan moral dan kurang mampu memenuhi kebutuhan pokoknya dalam aspek nilai-nilai Ilahiyah (Transenden). Pengalaman masyarakat Barat setidak-tidaknya telah memberikan pelajaran berharga akan hal ini. Masyarakat yang kini memasuki Era Post-Industrial Society dengan meraih kemakmuran material melimpah berkat perangkat teknologi yang serba mekanis dan otomatis.13
13 Firdaus Firdaus, “Dasar Integrasi Ilmu Dalam Alquran,” Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan 16, no. 1 (2019): 23–35, https://doi.org/10.25299/jaip.2019.vol16(1).2726.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Integrasi berasal dari bahasa Inggris –integrate; integration- yang berarti menyatu-padukan; penggabungan atau penyatuan menjadi satu kesatuan yang utuh; pemaduan.
Menurut islam, ilmu terbagi menjadi dua yaitu: ilmu yang bersifat materi (dapat didengar, dilihat dan dirasakan). Kemudian ilmu yang bersifat non materi (spiritual, keyakinan dan motivasi ketenangan jiwa). Para pakar mengenai hubungan ilmu dan agama yang dapat dikelompokkan ke dalam empat madzhab Integrasi ilmu agama dan ilmu umum ini adalah upaya untuk meleburkan polarisme antara agama dan ilmu yang diakibatkan pola pikir pengkutupan antara agama sebagai sumber kebenaran yang independen dan ilmu sebagai sumber kebenaran yang independen pula.
B. Saran
Makalah yang disusun oleh sesuatu yang tidak sempurna ini, tentu
tidak wajar apabila tidak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami selaku kelompok memohon maaf atas segala keterbatasan. Di samping itu, kami pun mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari rekan pembaca guna meningkatkan kualitas penyusunan makalah kami di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
. Nasiruddin. “Integrasi Sains Dan Agama Dalam Pendidikan Islam.” LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan) 4, no. 2 (2016): 171. https://doi.org/10.21927/literasi.2013.4(2).171-188.
Abuddin Nata dkk. Integrasi Ilmu Agama Dan Ilmu Umum, 2005.
Firdaus, Firdaus. “Dasar Integrasi Ilmu Dalam Alquran.” Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan 16, no. 1 (2019): 23–35. https://doi.org/10.25299/jaip.2019.vol16(1).2726.
Istikomah, Istikomah. “Integrasi Ilmu Sebuah Konsep Pendidikan Islam Ideal.” Jurnal
Pemikiran Keislaman 28, no. 2 (2017): 408–33. https://doi.org/10.33367/tribakti.v28i2.490.
Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, Affiifi. “Pengertian Integrasi.” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 2014, 12–63.
Wawasan Pendidikan. “Makalah Konsep Integrasi Ilmu Umum Dan Ilmu Agama” 1, no. Ddi (2004): 1. http://www.wawasanpendidikan.com/2014/10/makalah-konsep-integrasi-ilmu- umum-dan-ilmu-agama.html.