• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KONSEP DAN PRINSIP INTEGRASI ILMU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH KONSEP DAN PRINSIP INTEGRASI ILMU"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KONSEP DAN PRINSIP INTEGRASI ILMU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam Dalam Disiplin Ilmu/IDI Dosen Pengampu : Amirullah, S.Pd.I., M.A

Kelas : 6G

Disusun Oleh : Kelompok 4

Nurhalimah 1801025007

Elparra Maida Yuswadi 1801025071 Syafina Shalsa Dilla 1801025163 Melati Rezadiahrahma 1801025331

Salsabila 1801025344

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami kelompok 4 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “KONSEP DAN PRINSIP INTEGRASI ILMU” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Islam dalam Disiplin Ilmu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Islam dalam Disiplin Ilmu bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Amirullah, S.Pd.I., M.A. Selaku Dosen pengampu mata kuliah Islam dalam Disiplin Ilmu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

.

Jakarta, 15 Maret 2021

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan Masalah ... 1

BAB II ... 2

PEMBAHASAN ... 2

A. Pengertian Integrasi Ilmu ... 2

B. Jenis Jenis Ilmu ... 3

C. Konsep dan Pentingnya Integrasi Ilmu... 3

D. Konsep dan Ruang Lingkup Integrasi Ilmu dan Agama ... 5

E. Prinsip dan Nilai Integrasi Ilmu ... 8

BAB III ... 11

PENUTUP ... 11

A. Kesimpulan ... 11

B. Saran ... 11

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penerapan nilai-nilai universal yang diakui oleh masyarakat global merupakan salah satu prasyarat untuk dapat bersaing dalam masyarakat dunia yang semakin hari terasa semakin sempit. Kondisi seperti itu lebih disemrawutkan dengan terpuruknya bidang wacana keilmuan yang terjadi di negara kita. Di saat ilmu diharapkan mampu menjawab semua tantangan perkembangan zaman, yang terjadi malah dikotomisasi ilmu. Adalah suatu ketimpangan ketika ilmu agama disendirikan dan dipisahkan dari ilmu umum yang pada kenyataannya mempunyai keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan karena eksistensinya yang saling komplementif. Dari proses pembuatan makalah ini diharapkan akan menjadi solusi dari berbagai krisis yang diakibatkan oleh ketidakpedulian suatu ilmu terhadap ilmu yang lain yang selama ini terjadi baik dalam kalangan pendidikan Islam maupun pendidikan pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Integrasi Ilmu? 2. Bagaimana Konsep Integrasi ilmu?

3. Apakah Ilmu dapat di integrasikan dengan Agama? 4. Bagaimana nilai dan prisnip dari integrasi ilmu?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian dari integrasi ilmu 2. Memahami bagaimana konsep integrasi ilmu

3. Mengetahui bahwa ilmu pengetahuan dapat berintegrasi dengan agama 4. Memahami nilai serta prinsip dari integrasi ilmu

(5)

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Integrasi Ilmu

Pengertian Integrasi ilmu Secara Bahasa Integrasi berarti penyatuan untuk menjadi satu kesatuan yang utuh. Poerdowsminto,1986:384). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) integrasi diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. (DepP&K,1989:335). Secara harfiah “integrasi” berlawanan dengan “pemisahan”, suatu sikap yang meletakkan tiap-tiap bidang kehidupan di dalam kotak-kotak yang berlainan. Integrasi adalah salah satu bentuk interaksi antara agama dan ilmu pengetahuan. Dalam integrasi, agama menyumbangkan ajarannya pada ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan memberikan pengetahuanya pada agama. Agama dan ilmu pengetahuan tidak berperang. Keduanya mempunyai jembatan yang menyatukan, tidak bersinggungan namun lebih kepada penyatuan bahkan peleburan.

Integrasi ilmu adalah suatu upaya umat Islam untuk tidak tenggelam dalam dikhotomi ilmu. Dikhotomi ilmu adalah suatu ‘penyakit’ yang harus diseingkirkan karena akan menyebabkan masuknya faham-faham sekuler ke tubuh umat Islam. Tidak akan dapat diharapkan kebangktan umat Islam jika penyakit yang menggerogati umat Islam ini tidak jika tidak segera dihilangkan. Dengan menganut faham dikhotomi ilmu maka umat Islam akan selalu terbawa dan terseret kedalam faham sekulerisme yang menyesatkan.1 (Firdaus, 2019)

Integrasi ilmu agama dan ilmu umum ini adalah upaya untuk meleburkan polarisme antara agama dan ilmu yang diakibatkan pola pikir pengkutupan antara agama sebagai sumber kebenaran yang independen

1

Firdaus, F. (2019). Dasar Integrasi Ilmu dalam Alquran. Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan, 16(1), 23–35. https://doi.org/10.25299/jaip.2019.vol16(1).2726

(6)

3 dan ilmu sebagai sumber kebenaran yang independen pula. integrasi dicirikan sebagai “mendayung di antara dua karang” (untuk menghindari pemisahan yang berujung pada konflik atau independensi) tujuannya Memadukan tak harus berarti menyatukan atau bahkan mencampuradukkan.

B. Jenis Jenis Ilmu

Menurut Quraish Shihab, kata ilmu dalam berbagai bentuk terdapat 854 kali dalam al-qur'an. Menurut islam, ilmu terbagi menjadi dua yaitu: ilmu yang bersifat materi (dapat didengar, dilihat dan dirasakan). Kemudian ilmu yang bersifat non materi (spiritual, keyakinan dan motivasi ketenangan jiwa).

Al-ghazali membagi ilmu menjadi dua macam yaitu fardhu 'ain (ilmu agama) dan fardhu kifayah (ilmu non-agama). Yang mana fardhu 'ain adalah kewajiban setiap orang atau kewajiban pribadi, individual, ataupun personal masing-masing orang yang menjadikan prioritas dalam mempelajari ilmu. Sedangkan fardhu kifayah itu kewajiban setiap kelompok, dimana harus ada yang melaksanakannya, apabila tidak ada sama sekali maka satu kelompok tersebut salah atau berdosa. Dapat diartikan bahwa ilmu agama itu harus dikuasai setiap individu yang merupakan suatu kewajiban. Ketika ilmu agama sudah di pelajari, maka boleh selanjutnya mempelajari ilmu-ilmu lain. Pada pengertian tersebut, banyak orang yang salah mengartikan atau menafsirkan dari teori tersebut. Mereka lebih mementingkan ilmu agama, dan menomorduakan ilmu non agama.

C. Konsep dan Pentingnya Integrasi Ilmu

Integrasi ilmu pengetahuan itu dapat diartikan sebagai penggabungan antar berbagai disiplin ilmu. Sebab secara bahasa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Akh Minhaji bahwa integrasi

(7)

4 sebagai kata yang berasal dari kata kerjato integrate yang berarti “to join to something else so as to form a whole” (bergabung kepada sesuatu yang lain sehingga membentuk keterpaduan/keseluruhan).

Sementara jika dilihat dari latar belakangnya, integrasi ilmu itu muncul karena adanya arus sekularisasi yang terjadi di Barat, yang menyebabkan terpisahnya ilmu pengetahuan dari agama. Secara bahasa, sekularisasi itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu speculum yang berarti masa (waktu) atau “generasi”, yang secara istilah dimaknai sebagai “dunia masa kini”. Di dalam Classel’s Latin Dictionary seperti dikutip oleh Syahrin Harahap bahwa kataspeculum itu merupakan lawan dari kataeternum yang berarti “abadi” yang digunakan untuk menunjukkan alam yang kekal abadi, yaitu alam sesudah dunia ini.

Setidaknya kita bisa menyebut bahwa integrasi yang kita inginkan adalah integrasi yang “konstruktif”, ini bisa dimaknai sebagai suatu upaya integrasi yang menghasilkan kontribusi baru (untuk sains dan agama), yang tak bisa diperoleh jika keduanya terpisah. Atau bahkan integrasi diperlukan untuk menghindari dampak negatif yang mungkin muncul jika keduanya berjalan sendiri-sendiri.2

Dengan begitu penulis mengambil salah satu langkah dari tokoh yang memiliki konsep tentang integrasi. Ismail Raji Al-faruqi sebagai tokoh pemabaharu Islam yang membahas tentang integrasi agama dan sains memberikan suatu langkah-langkah yang sistematis untuk mencapai ide tersebut, diantaranya :

a) Penguasaan Disiplin Ilmu Moden : Penguraian Kategoris mengenai disiplin-disiplin ilmu dalam kemajuannya di zaman sekarang harus dipecah menjadi kategori-kategori, prinsip-prinsip, metodologi- metodologi, problema-problema, dan tema-tema yang

2

Bagir, Zainal Abidin, dkk. 2005. Integrasi Ilmu dan Agama : Interpretasi Dan Aksi. Bandung : PT Mizan Pustaka (buku)

(8)

5 mencerminkan daftar isi dalam sebuah buku teks (pelajaran) dalam bidang metodologi disiplin ilmu yang bersangkutan.

b) Survei Disiplin Ilmu : Apabila kategori-kategori disiplin ilmu telah dipilah-pilah, maka suatu survei secara menyeluruh harus ditulis untuk setiap disiplin ilmu, seperti mengenai asal-usul dan perkembangannya serta pertumbuhan metodologinya serta mencantumkan karya-karya tepenting.

D. Konsep dan Ruang Lingkup Integrasi Ilmu dan Agama

Integrasi dipahami sebagai usaha pemaduan antara ilmu dan agama, merupakan lawan dari pemisahan. Perpaduan atau keterpaduan (integrasi) di sini tidak dimaksudkan sebagai peleburan atau pencampuradukan anatara ilmu dan agama, karena entitas masing- masing tetap ada dan dijaga. Idenatitas dan watak dari keduanya, ilmu dan agama, tidaklah hilang. Integrasi adalah upaya memposisikan ilmu dan agama secara sehat dan konstruktif dalam arti kontributif bagi kemajuan ilmu dan agama, bukan “ayatisasi” dengan cara mencocok - cocokan ayat - ayat al - Qur’an dengan temuan - temuan sains modern. Yang terakhir ini disinyalir merupakan upaya integrasi yang kurang valid dan tidak konstruktif. (Bagir et all 2005:18- 20).

Pandangan para pakar mengenai hubungan ilmu dan agama yang dapat dikelompokkan ke dalam empat madzhab sebagai berikut yaitu :

a) Pertama, pandangan yang mempertentangkan antara ilmu dan agama. Keduanya dianggap saling berlawanan bahkan saling bermusushan. Pandangan ini dinamai madzhab konflik.

b) Kedua, pandangan yang menempatkan ilmu pada satu wilayah dan agama pada wilayah yang lain. Keduanya tidak ada keterkaitan dan hubugan karena masing -masing berjalan sendiri - sendiri. Pandangan ini dikenal dengan madzhab independent dalam pandangan Barbour dan kontras dalam pandangan John F Haught.

(9)

6 c) Ketiga, pandangan yang melihat ada keterkaitan danhubungan

antara ilmu dan agama. Keterkaitan ini dianggap penting karena kesadaran bahwa keduanya sesungguhnya bisa saling memberikan pengaruh. Pandangan ini disebut madzhab dialog atau kontak. d) Keempat pandangan yang menekankan “pertemuan” dan

“keterpaduan” pada “akar”, yaitu asumsi metafisis keilmuan menyangkut alam yang menjadi objek kajian ilmu.

Sains, seperti dikatakan Golshoni, mau tak mau, mesti berasumsi bahwa alam yang menjadi objek kajiannya adalah alam yang rasional, teratur dan memiliki hukum - hukum. Pada dirinya sendiri sains tidak dapat memberikan asumsi ini. Dalam sains sekuler, ini menjadi semacam “iman” yang tak perlu dibuktikan meskipun (mau tak mau) diyakini. Tanpa keyakinan bahwa ada hukum yang berlaku secara teratur, maka tak ada dasar konseptual bagi pengembangan teori - teori ilmiah. Di sinilah, menurut Golshani, senada dengan Haught, agama dapat menjadi dasar untuk kerja sains. (Bagir et all 2005:18-23) Pandangan demikian dinamai madzhab integrasi dan konfirmasi.

Dari sini, agama dapat dijadikan sebagai dasar dan landasan kerja ilmu, sehingga membawa kebaikan dan kemaslahatan bagi keduanya, ilmu dan agama. Pandangan ini dinamai madzhab integrasi dalam pandangan Barbour dan konfirmasi dalam pandangan Haught (2004: 32). Dari empat madzhab di atas, tampak jelas bahwa ide integrasi tidak mewakili dua madzhab yang pertama, konflik dan independent, tetapi mewakili dua madzhab yang terakhir, dialog dan integrasi. Meskipun sama- sama penggagas integrasi, tetapi bentuk dan model integrasi yang ditawarkan bisa beragam dan berbeda - beda.

Untuk itu, berikut dijelaskan beberapa model integrasi yang pernah dicoba dan dikembangkan di dunia Islam, termasuk di

(10)

7 Indonesia.3 (Slamet, 2019). Pandangan islam mengenai sains sangatlah terbuka. Dimana islam merupakan agama yang menganjurkan umatnya untuk memberikan segala kemampuan untuk menggunakan akalnya untuk memikirkan apa yang ada di alam semesta ini.

Sebagaimana dalam surat ar- rahman ayat 33 yang artinya: “hai jamaah, jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamutidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”. Dalam ayat tersebut Allah SWT memberikan kesempatan terhadap manusia untuk menggunakan akalnya dan menjclajahi terhadap alam semesta.

Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa tidak ada agama (islam) tanpa adanya aktifitas akal. Dimana hal tersebut penyeimbangan antara akal dan iman untuk mencari suatu kebenaran atas setiap fenomena atau permasalahan yang ada. Agama memiliki sitat yang umum, tetap, dan mengatur untuk kehidupan, sehingga dalam percalisasiannya antara agama dan masyarakat jika tidak seimbang maka akan sulit dipahami.4

Di dalam Classel’s Latin Dictionary seperti dikutip oleh Syahrin Harahap bahwa kataspeculum itu merupakan lawan dari kataeternum yang berarti “abadi” yang digunakan untuk menunjukkan alam yang kekal abadi, yaitu alam sesudah dunia ini. Sampai di sini, dapat dimaklumi bahwa sekularisasi itu merupakan upaya pemisahan sesuatu dari nilai-nilai agama, termasuk pemisahan ilmu dari agama. Selanjutnya, jika diperhatikan lebih dalam, semua upaya dalam konsep integrasi keilmuan itu memiliki kesamaan landasan yaitu berlandaskan pada konsep tauhid.

Untuk ini, lihat saja misalnya proses kerja islamisasi ilmu yang diagagas oleh Naquib Al-Attas maupun Ismail Raji Al-Faruqi. Dengan

3 Slamet. (2019). Konsep Integrasi Ilmu dan Agama. As-Salam Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, II(03), 231–245.

4

Syuhadah, Ainor; Putri Intan Delsa. Analisis Konsep Integrasi Ilmu Dalam Islam. Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan.

(11)

8 tauhid, upaya integrasi keilmuan meyakini bahwa Tuhan-lah yang mutlak dan bahwa semua yang lain adalah nisbi, sehingga dalam posisiNya sebagai kebenaran mutlak(al-haqq), maka Tuhan harus diposisikan sebagai sumber dari semua kebenaran lain, meskipun adanya hierarki atau tingkat kenisbian dan kebenaran tetap diakui.5

E. Prinsip dan Nilai Integrasi Ilmu

Prinsip utama bagi terintegrasinya ilmu-ilmu umum dan agama menurut Mulyadhi Kartanegara adalah konsep tauhid yaitu seperti yang dikembangkan oleh Mulla Shadra dalam pandangannya tentang "kesatuan wujud". Karena wujud itu satu maka status ontologis obyek-obyek ilmu baik yang fisik maupun nonfisik menjadi sama. terjadinya integrasi pada aspek-aspek ilmu yang lain, diantaranya: integrasi di bidang sumber ilmu.

Sumber ilmu tidak hanya dibatasi pada indra manusia yang hanya mampu menangkap obyek-obyek fisik tetapi juga harus dicarikan alat lain yang mampu menguak dunia-dunia hal ini membawa kepada nonfisik. Untuk itu, sumber ilmu harus diperluas meliputi akal, hati dan wahyu. (Amiruddin, 2007)

Penerimaan akan obyektivitas dan validitas sebuah jenis pengalaman manusia oleh ilmu modem bagi pasokan ilmu, dan penolakan terhadap pengalaman-pengalaman manusia lainnya, tentu saja akan menjadi hambatan yang berarti bukan saja bagi keutuhan pengalaman manusia yang multidimensional, melainkan juga, dalam kaitannya dengan pasokan yang beragam dari jenis-jenis pengalaman tadi, bagi integrasi sumber ilmu.6

Dalam pandangan al-Qur‟an, dasar interpretasi dari semua bentuk ilmu adalah tauhid, dalam arti ia dikembangkan dalam bingkai dan spirit

5

Subari, Zamiat. 2018. Nilai-Nilai Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam Kurikulum 13. Edu Riligia. 6

(12)

9 tauhid. Dalam al-Qur'an, khususnya lima ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yakni surat al-'Alaq ayat 1-5, disinyalir secara tegas bahwa ilmu mesti tidak dipisahkan dari Sang Pencipta, tetapi harus selalu terkait erat dengan-Nya agar dapat mencapai kebahagiaan serta keselamatan di dunia-akhirat.7 (Rossidy, n.d.)

Al-Faruqi meletakkan pondasi epistemologinya pada “prinsip tauhid” yang terdiri lima macam kesatuan, yaitu:

1) Keesaan (kesatuan) Tuhan, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, 2) Kesatuan ciptaan, bahwa semesta yang ada ini baik yang material,

psikis, spasial (ruang), biologis, sosial maupun estetis, adalah kesatuan yang integral,

3) Kesatuan kebenaran dan pengetahuan. Kebenaran bersumber pada realitas, dan jika semua realitas berasal dari sumber yang sama, Tuhan,

4) Kesatuan hidup.

Cerminan kurikulum Islami harus memuat prinsip :

a) Mengandung nilai kesatuan dasar bagi persamaan nilai Islam pada setiap waktu dan tempat

b) Mengandung nilai kesatuan kepentingan dalam mengembangkan misi ajaran Islam

c) Mengandung materi yang bermuatan pengembangan spiritual, intelektual dan jasmaniah

Pendidikan agama hanya berorientasi pada proses transfer pengetahuan-agama dan belum sampai pada pembinaan komitmen moral mereka yang dalam bahasa agama kita sebut “tammimu makarim al-akhlak”.8 (Ikhwan, 2003)

7

Rossidy, H. I. (n.d.). Filsafat sains dalam al-qur’an: melacak kerangka dasar integrasi ilmu dan agama. 1–24.

8

(13)

10 Orangtua dan masyarakat pada umumnya memposisikan dirinya “lepas” dari tanggungjawab penyelenggaraan pendidikan agama. Inilah permasalahan utama pendidikan agama dan umum di sekolah yaitu terputusnya tiga jaringan yang saling berhubungan dalam pelaksanaan pendidikan agama yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat sebagai suatu kesatuan sistem.

Rohmat Mulyana9 mengungkapkan bahwa pendidikan nilai mencakup seluruh aspek sebagai pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten.

9

(14)

11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Integrasi berasal dari bahasa Inggris –integrate; integration- yang berarti menyatu-padukan; penggabungan atau penyatuan menjadi satu kesatuan yang utuh; pemaduan.

Menurut islam, ilmu terbagi menjadi dua yaitu: ilmu yang bersifat

materi (dapat didengar, dilihat dan dirasakan). Kemudian ilmu yang bersifat non materi (spiritual, keyakinan dan motivasi ketenangan jiwa).

Para pakar mengenai hubungan ilmu dan agama yang dapat dikelompokkan ke dalam empat madzhab

Integrasi ilmu agama dan ilmu umum ini adalah upaya untuk meleburkan polarisme antara agama dan ilmu yang diakibatkan pola pikir pengkutupan antara agama sebagai sumber kebenaran yang independen dan ilmu sebagai sumber kebenaran yang independen pula.

B. Saran

Makalah yang disusun oleh sesuatu yang tidak sempurna ini, tentu tidak wajar apabila tidak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami selaku kelompok memohon maaf atas segala keterbatasan. Di samping itu, kami pun mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari rekan pembaca guna meningkatkan kualitas penyusunan makalah kami di masa mendatang.

(15)

12

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, H. (2007). Integrasi Ilmu dan Agama. Banda Aceh: Yayasan peNa Banda Aceh dan Ar-Rainy Press Banda Aceh.

Firdaus, F. (2019). Dasar Integrasi Ilmu dalam Alquran. Al-Hikmah: Jurnal

Agama Dan Ilmu Pengetahuan, 16(1), 23–35.

https://doi.org/10.25299/jaip.2019.vol16(1).2726

Ikhwan, A. (2003). INTEGRASI PENDIDIKAN ISLAM ( Nilai-Nilai Islami dalam Pembelajaran ).

Rossidy, H. I. (n.d.). Filsafat sains dalam al-qur’an: melacak kerangka dasar integrasi ilmu dan agama. 1–24.

Slamet. (2019). Konsep Integrasi Ilmu dan Agama. As-Salam Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, II(03), 231–245.

Fauzia, A., & Mu'min, R. (2014). Integrasi Keilmuan. Jakarta: UIN PRESS. Rohmat, M. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Yogyakarta: AlfaBeta. Subari, Z. (2018). Nilai-Nilai Integrasi Ilmu Pengetahuan dalam Kurikulum 13.

Edu Riligia.

Syuhadah, A., & Delsa, P. I. (2016). Analisis Konsep Integrasi Ilmu dalam Islam. Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  integrasi  ilmu  ghoyah  dan  ilmu  wasilah  yang  diterapkan  di  SMA  Al‐Irsyad  Al‐Islamiyyah  Cilacap  ada 

Integrasi ekonomi regional ( regional economic integration) adalah kesepakatan anatara negara-negara di sebuah wilayah geografis untuk mengurangi, dan pada akhirnya

Terjadinya dikotomi ilmu pengetahuan Islam dengan ilmu-ilmu umum menyebabkan para ilmuan Islam berusaha melakukan Islamisasi atau integrasi kedua ilmu tersebut,

Sebaliknya , pembahasan mengenai agama tidak akan pernah lepas dari pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.. Dari sini

Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk membuktikan bahwa model pembelajaran integrasi ilmu, yaitu integrasi antara ilmu umum dan ilmu agama dapat memberikan

Terjadinya dikotomi ilmu pengetahuan Islam dengan ilmu-ilmu umum menyebabkan para ilmuan Islam berusaha melakukan Islamisasi atau integrasi kedua ilmu tersebut,

Sedangkan pendekatan integrasi interkoneksi lebih bersifat menghargai keilmuan umum yang sudah ada, karena keilmuan umum juga telah memiliki basis epistemologi,

IMPLEMENTASI INTEGRASI ILMU PENGETAHUAN DAN ILMU AGAMA DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM 2013 DI MADRASAH IBTIDAIYAH SOEBONO MANTOFANI Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat