• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DAN PRINSIP INTEGRASI ILMU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONSEP DAN PRINSIP INTEGRASI ILMU"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DAN PRINSIP INTEGRASI ILMU

Dosen Pengampu: Amirullah, S.Pd.I., M.A.

Kelas: 6A

Disusun oleh: Kelompok 3 Nama Anggota:

Bihabdila Aira Putri Zusgi – 2001105008 Yoza Sri Akasi – 2001105012 Alna Salsabilla – 2001105016 Qintara Setyaningrum – 2001105028

Nabila Nur Aliifa – 2001105065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2022

(2)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep dan Prinsip Integrasi Ilmu” ini tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Amirullah, S.Pd.I., M.A. selaku dosen IDI/Kependidikan Islam 1 yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang Kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 28 Maret 2022

Penulis

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Manfaat ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

2.1 Konsep dan Pentingnya Integrasi Ilmu ... 3

2.2 Prinsip atau Nilai Dasar Integrasi Ilmu ... 8

BAB III PENUTUP ... 13

3.1 Kesimpulan ... 13

3.2 Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diera perkembangan teknologi yang kian melesat, dimana semua orang mulai mengkritisi suatu hal yang dikira belum tuntas. Ditambah dengan ketidakpastian terhadap wacana pada bidang keilmuan yang ada dinegara kita.

Disaat ilmu yang diharapkan mampu menjadi salah satu solusi menjawab permasalahan, malah menjadi suatu permasalahan yang ada. Topik integrasi ilmu pun semakin banyak yang mengkritisi, mengingat ilmu umum dan agama sebenarnya berasal dari tempat yang sama. Namun, hingga kini masih saja ada yang beranggapan bahwa “ilmu agama” dan “ilmu umum” adalah dua hal yang tidak dapat disatukan. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa agama dan ilmu umum memiliki cara yang berbeda baik dari pendekatan maupun pengalaman dan perbedaan perbedaan ini merupakan sumber perdebatan. Adanya perbedaan tersebut yang biasa dikenal dengan Dikotomi Ilmu.

Dikotomi ilmu merupakan anggapan yang memisahkan antar ilmu, dalam hal ini ilmu umum dan agama. Konsekuensi dari Dikotomi ilmu adalah munculnya problematika dalam Pendidikan karena menurut peneliti hal ini bertentangan dengan hakikat keilmuan yang sebenarnya.

Integrasi ilmu merupakan hal yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, karena Islam adalah agama yang memiliki berbagai macam pengetahuan, baik itu pengetahuan agama maupun pengetahuan umum. Dalam Islam pengetahuan tidak dibedakan, bahkan Islam menganggap kedua pengetahuan tersebut ibarat mata uang yang memiliki dua sisi yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, sehingga dalam Islam ilmu umum dan ilmu agama hadir secara bersamaan.

(5)

2

Dengan demikian, model pembelajaran integrasi ilmu merupakan model pembelajaran yang sudah digunakan di perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi Islam. Pengintegrasian ini dilakukan demi untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa bahwa pada dasarnya ilmu umum dapat ditinjau dalam perspektif agama.

Selain itu adanya integrasi ilmu diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengetahuan dan tingkat ketakwaan mahasiswa, sehingga mereka kelak menjadi sarjana yang memiliki wawasan keilmuan yang luas dan juga memiliki keimanan yang tinggi. Hal ini tentu saja dapat berimplikasi kepada karakter islami yang mereka miliki.

1.2 Rumusan masalah

 Seperti apa konsep dan pentingnya integrase ilmu?

 Bagaimana prinsip ataupun nilai dasar yang ada pada integrase ilmu?

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui konsep dan pentingnya integrase ilmu

 Untuk mengetahui prinsip atau nilai dasar pada integrase ilmu 1.4 Manfaat

 Sebegai pemenuhan tugas mata kuliah IDI/Kependidikan Islam 1

 Sebagai acuan dan bahan ajar

 Sebagai penambah wawasan baru

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Pentingnya Integrasi Ilmu

1Secara Bahasa, Akh Minhaji mendefinisika integrase sebagai kata yang berasal dari kata kerja to integrate yang berarti to join to something else so as to form a whole (bergabung kepada sesuatu yang lain sehingga membentuk keterpaduan/keseluruhan)

2Secara etimologis, integrasi merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris integrate; integration- yang kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi integrasi yang berarti menyatu-padukan; penggabungan atau penyatuan menjadi satu kesatuan yang utuh; pemaduan. Jadi Integrasi berarti kesempurnaan atau keseluruhan, yaitu proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda

Ide pengintegrasian ilmu dikembangkan pertama kali oleh Muhammad Natsir.

Beliau melihat bahwa mereka yang hanya mempelajari ilmu agama dan yang hanya mempelajari ilmu dunia sama-sama jauh dari agamanya. Sebab didalam Al Qur‟an surat Al Qashash ayat 77, Allah memerintahkan kita agar hidup seimbang.

Dengan demikian Integrasi adalah keterpaduan antara nilai-nilai agama (dalam hal ini Islam), dengan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Definisi Integrasi ilmu dan agama

3Makna ilmu agama dan sains didefinisikan sebagai sistem rangkaian suatu konsep dan keragka konseptual yang merupakan hasil percobaan dan pengamatan dimana satu unsur dengan unsur lainnya saling berkaitan dan dapat berkembang,

1 Muhammad Riduan Harahap, ‘Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam’, Jurnal Kajian Islam …, 1.1 (2020), 1–17 <https://ejurnal.seminar-

id.com/index.php/jurkam/article/view/606>.

2 B A B Ii and A Pengertian Integrasi, ‘No Title’, 2003, 12–63.

3 Mujiburrahman, Muhammad Rusydi, and Musyarrafah, ‘Integrasi Ilmu : Kebijakan Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran Dan Penelitian Di Beberapa Universitas Islam Negeri’, UIN Suska, 2018, 1–8.

(7)

4

artinya suatu pencarian yang selalu berkesinambungan melalui proses penyelidikan dan ilmiah.

Menurut Agust Comte ilmu pengetahuan dimaknai sebagai sebuah rangkaian berfikir yang sistematis mengenai tanda-tanda dan fenomena menggunakan prosedur ilmiah yang langkah-langkahnya sistematis.

4M. Amin Abdullah (2006: 191-192) mempunyai pandangan, bahwa semua ilmu yang disusun, dikonsep, ditulis secara sistematis, kemudian dikomunikasikan, diajarkan dan disebarluaskan baik lewat lisan maupun tulisan adalah ilmu Islam.

Jika dipelajari secara seksama, sesungguhnya ilmu pengetahuan di dunia ini dapat di klasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu ilmu alam (natural science), ilmu social (social science), dan ilmu humaniora (humanities). Ketiga jenis ilmu (ilmu alam, ilmu social dan ilmu humaniora) berlaku secara universal, di mana saja.

Hanya saja, dikalangan umat islam merumuskan ilmu tersendiri yang bersumberkan pada al-Qur‟an dan Hadits

5Konsep tentang integrasi sebenarnya berawal pada pengakuan bahwa semua ilmu berasal dari Allah, sehingga Rasyed dan Ikhwani mendefinisikan integrasi ilmu sebagai memadukan antara ilmu umum dan agama, yang oleh Naquib Al-atas dikenal dengan nama “Pengislaman Ilmu. “(Rashed & Ihwani, n.d.). Umi hanifah juga menyatakan integrasi ilmu yang diterapkan pada beberapa perguruan tinggi pada intinya adalah sama, yaitu memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu umum dan menghilangkan dikotomi antar dua keilmuan tersebut (Hanifah, 2018).

Husein Batubara menyatakan, bahwa Integrasi ilmu umum dan Islam memiliki nilai penting untuk membuktikan bahwa ajaran Islam merupakan sumber atau inspirasi dari semua ilmu pengetahuan, (Hamdan Husein Batubara, 2016),

4 Fathul Mufid, ‘Integrasi Ilmu-Ilmu Islam’, Equilibrium, 1.1 (2013), 55–71

<http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/200>.

5Dr. Nurbaiti, M.Pd., Prof. Dr.H.M. Suparta, MA, Dr. Taufik Abdillah Syukur, MA. “Integrasi Ilmu Dan Kontribusinya Terhadap Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa”. Hal 23

(8)

5

sehingga dalam melakukan model pembelajaran integrasi ilmu dengan digabungkan antara ilmu umum dan agama. Adapaun konsep tentang integrasi ilmu seperti dinyatakan oleh Rashed dan Ikhwani menurut Tajul Arifin (1993) adalah adanya integrasi antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Pernyataan ini dapat digambarkan sebagai berikut (Rashed & Ihwani, n.d.).

Dari gambar terlihat bahwa pada dasarnya manusia tidak bisa terlepas dengan hal yang lain, dalam hal ini manusia berinteraksi dengan sang khaliq, yaitu Allah SWT, manusia berinteraksi dengan manusia sendiri dan manusia juga saling berinteraksi dengan alam.

Madani mengusulkan tentang kerangka islamisasi ilmu yang terbentuk didasarkan pada kerangka kerja dari Al Farough dan Bougout (2011). Adapun garis besar Islamisasi Ilmu menurut Al Farough adalah:

1. Menjadi ahli dalam sains modern,

2. Untuk menjadi ahli dalam pengetahuan Islam tentang bidang- bidang,

Allah

Manusia

(Roh, Qolb, Akal, Nafs, Jasad)

Manusia Alam

(9)

6

3. Untuk menunjukkan relevansi Islam dengan disiplin ilmu modern,

4. Untuk membandingkan dan menghubungkan nilai-nilai dan etika Islam dengan ilmu sosial modern dan

5. Pengenalan pemikiran Islam yang selaras dengan nilai-nilai dan etika Muslim

Menurut Hidayat pada dasarnya ilmu umum dan ilmu agama berbeda secara epistimologi, Perbedaan antara ilmu umum dan ilmu agama secara epistimologi seperti terlihat pada gambar berikut (Hidayat, 2015)

Sumber: (Jurnal Pendidikan Islam 2015)

Terori big bang: Alam semesta (langit, bumi, dan seluruh benda angkasa) berasal dari satu kesatuan bola panas yang meledak menjadi

bagian-bagian saat ini

Penelitian Penelitian

Al-Quran: Langit dan bumi Bersatu padu

Pertanyaan filsafat:

Bagaimana asal usul alam semesta

Epistemologi:

Keilmuan islam:

Integralistik

Epstimologi: Keilmuan

Barat: Sekuleristik

(10)

7

Dari gambar terlihat perbedaan epistomologi antara keilmuan Islam dengan keilmuan barat, dimana pada keilmuan islam, penelitian dilakukan berdasarkan Al-Qur‟an dan pada keilmuan barat dilakukan berdasarkan pada pertanyaan filsafat, sehingga epistemologinya juga berbeda, epistemology keilmuan Islam adalah integratik dan keilmuan barat adalah sekuleristik (Hidayat, 2015)

Konsep Integrasi menurut beberapa pendapat:

6Menurut Mulyadhi, integrasi ilmu pengetahuan adalah proses mengaitkan dirinya pada prinsip tauhid. Sasaran integrasi ilmu adalah pencari ilmu, bukan ilmu itu sendiri. Karena yang menentukan adalah manusia, maka manusialah yang akan menghayati ilmu. Penghayatan para pencari ilmu itulah yang menentukan, apakah ilmunya berorientasi pada nilai-nilai Islam ataukah tidak

Menurut Mahdi Ghulsyani, integrasi ilmu adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan modern. Tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan mukjizat al-Qur‟an sebagai sumber segala ilmu, dan untuk menumbuhkan rasa bangga kaum muslimin karena telah memiliki kitab yang sempurna ini

Menurut Imam Munandar, konsep integralisme ilmu adalah sebuah paradigma unifikasi bagi ilmu-ilmu kealaman dan keagamaan, tidak hanya menyatukan ilmuilmu tersebut tetapi juga menjadi paradigma ilmu-ilmu kemasyarakatan dan kemanusiaan. Islam tidak hanya menjadi sudut pandang atau pelengkap tetapi menjadi pengawal dari setiap perbuatan atau kerja sains

Pentingnya integrasi ilmu

Kita perlu mengintegrasikan ilmu-ilmu ini karena sebenarnya tidak ada perbedaan antara ilmu umum dan ilmu agama. Hal ini dapat kita lihat dari:

a. Dalam tinjauan normatif teologis, al-Qur‟an dan Sunnah tidak membeda- bedakan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Keduanya terikat

6 Akbarizan, Integrasi Ilmu, UIN Suska, 2014, I.

(11)

8

dengan prinsip tauhid yang melihat bahwa baik aspek ontologis, epistemologis maupun aksiologis ilmu pengetahuan adalah sama.

b. Dalam tinjauan historis, Islam telah lebih dahulu memperkenalkan ilmu pengetahuan dalam kerangka yang integrated. Hal ini terlihat dari adanya ulama-ulama besar yang selain ahli dalam ilmu agama juga ahli dalam ilmu umum seperti Ibn Sina, Ibn Rusyd, Ibn Khaldun dan sebagainya.

c. Dalam tinjauan filosofis, integrasi ilmu agama dan ilmu umum memiliki landasan yang amat kokoh, karena integrasi tersebut dapat dijumpai pada dataran pemikiran para filsuf di masa lalu.

Dengan ini, memungkinkan untuk meningkatnya pemahaman siswa, bahwa ilmu pengetahuan dan agama akan tumbuh bersama, untuk beradaptasi dengan satu sama lain. Lebih dari itu, proses ini akan memahamkan siswa bahwa setiap model integrasi ilmu dan agama harus mencerminkan realitas, bukan ikatan-ikatan teoretis.

2.2 Prinsip atau Nilai Dasar Integrasi Ilmu Dasar- dasar integrasi ilmu

1. 7Dasar filosofis menyangkut argumen atau konsepsi filosofis yang menunjukkan bahwa pada dasarnya semua ilmu itu sederajat dan saling membutuhkan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kemanusiaan yang lebih tinggi. Landasan filosofis bisa mencakup tiga ranah dalam filsafat ilmu, yaitu, ontologis (eksistensi dan hierarki pengetahuan), epistemologis (sumber-sumber dan instrumen pemerolehan ilmu), dan aksiologi (nilai dan penerapan pengetahuan).

2. Dasar normatif dalam integrasi ilmu menyangkut dasar-dasar keagamaan (teks-teks agama) bagi perlunya upaya re-integrasi ilmu atau menghilangkan dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya.

Sumber bagi dasar normatif ini mencakup Alquran dan Hadis serta

7 Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. “Pedoman Integrasi Ilmu” hal 1

(12)

9

produk- produk penafsiran para ulama terhadap kedua sumber ajaran Islam tersebut yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dalam Islam

3. Dasar Yuridis,

- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

- Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 pasal 5

- Permendikbud No. 154 tahun 2014. Dalam Pasal 2 dijelaskan rumpun ilmu yang ada di perguruan tinggi

Prinsip utama intregasi ilmu

8Menurut Dr. Zubaedi M.Ag, M.Pd. dalam bukunya “Islam Benturan dan antar Peradaban”, membagi dua masalah tersebut menjadi dua, yakni sekulerisasi obyektif dan subyektif. Sekularisasi obyektif bersifat konkret dan radikal, biasanya ditandai dengan pemisahan urusan/bidang agama ruhaniah dengan urusan/bidang material jasmaniah. Sekulerisasi obyektif juga bersifat halus, biasanya ditandai dengan perasaan atau keyakinan batin untuk tidak menghubungkan pengalaman pragmatis sehari-hari dengan pengalaman agama.

Naquib Al-Attas maupun Ismail Raji Al-Faruqi menyatakan dengan tauhid, upaya integrase keilmuan meyakini bahwa Tuhan lah yang mutlak dan semua yang lain adalah nisbi, sehingga dalam posisiNya sebagai kebenaran mutlak (Al-haqq), maka tuhan harus diposisikan sebagai sumber dari semua kebenaran lain, meskipun adanya hireraki atau tingkat kenisbian dan kebenaran tetap diakui.

9Menurut abd Syakur Di dalam bukunya yang berjudul Integrasi Ilmu. Prinsip Utama dalam integrasi Ilmu adalah Konsep tauhid. Konsep tauhid diambil dari kalimat konvensional Islam "La Ilaha Illallah" yang artinya "tidak ada Tuhan

8 Ainor Syuhadah Binti Khalid and Intan Delsa Putri, ‘Analisis Konsep Integrasi Ilmu Dalam Islam’, Wardah, 21.1 (2020), 35–49 <https://doi.org/10.19109/wardah.v21i1.5822>.

9 Dr. Mulyadhi Kartanegata. “Integrasi ilmu”. hal 32-39

(13)

10

melainkan Allah". Telah menjadi asas pemersatu atau dasar integrasi ilmu pengetahuan manusia.

Dalam ajaran wahda al-wujud yaitu ajaran tentang kesatuan wujud yang dikembangkan oleh mulla shadra. Menurutnya segala wujud yang ada dengan segala bentuk dan karakternya pada hakikatnta adalah satu dan sama karena bersumber dari realitas yang sama yaitu wujud murni. Yang membedakan satu dari lainnya hanyalah gradasinya yang disebabkan oleh perbedaan dalam esensi. Oleh karena itu status antologis pada objek ilmu baik yang bersifat spiritual atau yang materiil mempunyai kekuatan yang sama.

Konsep tauhid sebagai prinsip integrase ilmu adalah sebagai berikut:

1. Integrasi di bidang objek – objek ilmu

Sebagai basis integrasi bagi objek-objek ilmu, konsep wahdah al-wujud Mulla Shadra sangat berguna untuk mengafirmasi status ontologis objek- objek ilmu yang dalam tradisi ilmiah Barat hanya bisa dibatasi pada objek- objek fisik atau empiris dengan alasan bahwa hanya objek-objek fisiklah yang status ontologisnya tidak bisa diragukan karena bisa ditanggap oleh indera (tangible), sedangkan objek-objek lainnya yang nonfisik diragukan status ontologisnya karena tidak bisa ditanggap oleh indera. Dengan menyatakan bahwa semua wujud yang ada di alam semesta ini pada dasarnya satu dan sama, maka status ontologis objek-objek ilmu, baik yang fisik maupun non fisik adalah sama.

2. Integrasi dibidang sumber ilmu

Integrasi dibidang objek-objek ilmu juga bisa berimplikasi pada integrasi dibidang sumber ilmu. Sebab, kalau objek ilmu tidak terbatas hanya pada objek-objek fisik yang bisa ditangkap oleh indra-indra manusia, kita juga perlu mencari sumber atau alat lain yang mampu menguak dunia-dunia nonfisik yang indra-indra lahiriah manusia tidak bisa berfungsi maksimal.

Oleh karena itu, sejalan dengan integrasi dibidang objek-objek ilmu, maka sumber ilmu juga harus diperluas meliputi akal, hati, dan wahyu.

(14)

11

Akal dapat menjadi sumber ilmu yang sah untuk hal hal yang bersifat nonfisik, karena kemampuannya untuk menangkap hal hal yang berifat abstrak, namun karena keterbatasan akal, kita juga memerlukan sumber ilmu lain yang lebih langsung menyentuh yaitu intusisi atau hati,yang perolehan tertingginya adalah wahyu. Wahyu tentu harus kita jadikan sebagai sumber yang kaya dan otoritatis bagi ilmu, khususnya yang berkaitan dengan hal hal yang gaib. Karena ia berasal dari tuhan karena itu punya otoritas yang luas untuk memberitakannya lewat firman firman-nya 3. Integrasi dibidang metode ilmiah

konsep wahdah al-wujud ini juga bisa menjadi basis integrasi bagi metode ilmiah. Pembatasan objek ilmu oleh sains modern pada benda-benda fisik membuat metode utamanya adalah observasi inderawi. menurut konsep wahdah al-wujud Mulla Shadra, objek ilmu tidak terbatas hanya pada dunia inderawi tetapi juga yang non inderawi, metode ilmiyah juga harus dikembangkan pada metode-metode yang bisa digunakan untuk mengamati atau mempelajari entitas-entitas non inderawi, dimana metode observasi tidak berfungsi.

4. Integrasi dibidang klasifikasi ilmu-ilmu filosofis

konsep tauhid falsafi dalam bentuk ajaran wahdah al-wujud ini juga dapat menjadi basis klasifikasi ilmu-ilmu filosofis (rasional). Misalnya, objek- objek fisik tertentu memerlukan cabang-cabang ilmu tertentu yang cocok dengan objek-ojek tersebut, seperti mineralogi untuk benda-benda mineral, zoologi untuk hewan-hewan, dan lain-lain. adapun objek-objek yang non fisik, seperti konsep-konsep yang abstrak dari benda-benda fisik juga memerlukan bidang-bidang ilmu khusus, yaitu matematika, seperti:

Aritmatika. Aljabar, Kalkulus, Geometri, Trgonometri, Astronomi, Musik, dan Optika

5. Integrasi bagi pengalaman manusia

Konsep wahdah al-wujud juga bisa menjadi basis integrasi bagi berbagai jenis pengalaman manusia, baik yang bersifat inderawi, intelektual, mental, mistikal, maupun spiritual.

(15)

12

Integrasi nilai-nilai tauhid pada ranah Pendidikan:

a. Ranah kognitif

Pendidikan Islam yang diselenggarakan tidak hanya mentransfer of knowlwdge tetapi merupakan transformasi pengetahuan untuk membentuk character building peserta didik. Proses dan hasil dari pengetahuan hendaknya di dasarkan pada nilai-nila tauhid

b. Ranah afektif

kelanjutan dari ranah kognitif mengupayakan agar pendidikan membentuk peserta didik menjadi muslim sejati. Pendidik harus mampu membentuk kepribadian peserta didik yang meyakini nilai-nilai Ilahiah dan mampu menerapkannya dalam realitias

kehidupan.

c. Ranah psikomotorik

Muatan kurikulum harus mengantarkan pemahaman dan penghayatan peserta didik pada konsep metafisika, etika, aksiologi,kemasyarakatan dan estetika sebagai esensi tauhid yang mendasari prinsip Pendidikan tauhid itu sendiri.

Dari uraian diatas maka yang dimaksud dengan integrasi nilai-nilai tauhid disini adalah terpadunya kebenaran wahyu dalam mata pelajaran Sains dengan bukti- bukti yang ditemukan dialam semesta ini.

(16)

13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Integrasi berarti kesempurnaan atau keseluruhan, yaitu proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda. Rasyed dan Ikhwani mendefinisikan integrasi ilmu sebagai memadukan antara ilmu umum dan agama, yang oleh Naquib Al-atas dikenal dengan nama “Pengislaman Ilmu. Konsep tentang integrasi ilmu seperti dinyatakan oleh Rashed dan Ikhwani menurut Tajul Arifin (1993) adalah adanya integrasi antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam.

Pentingnya mengintegrasikan ilmu karena sebenarnya tidak ada perbedaan antara ilmu umum dan ilmu agama. Hal ini dapat ditinjau dari normatis estimologis, historis, dan filosofis.

Prinsip Utama dalam integrasi Ilmu adalah Konsep tauhid yang diambil dari kalimat konvensional Islam "La Ilaha Illallah" yang artinya "tidak ada Tuhan melainkan Allah". Telah menjadi asas pemersatu atau dasar integrasi ilmu pengetahuan manusia. Beberapa konsep tauhid sebagai prinsip integrase ilmu diantaranya:

- Integrasi di bidang objek – objek ilmu - Integrasi dibidang sumber ilmu - Integrasi dibidang metode ilmiah - Integrasi klasifikasi ilmu-ilmu filosofis - Integrasi bagi pengalaman manusia 3.2 Saran

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Tentunya akan mengacu pada sumber yang bisa dipertanggung jawabkan.

(17)

14

DAFTAR PUSTAKA

Akbarizan, Integrasi Ilmu, UIN Suska, 2014, I

Binti Khalid, Ainor Syuhadah, and Intan Delsa Putri, „Analisis Konsep Integrasi Ilmu Dalam Islam‟, Wardah, 21.1 (2020), 35–49

<https://doi.org/10.19109/wardah.v21i1.5822>

Fathul Mufid, „Integrasi Ilmu-Ilmu Islam‟, Equilibrium, 1.1 (2013), 55–71

<http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/200>

Harahap, Muhammad Riduan, „Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam‟, Jurnal Kajian Islam …, 1.1 (2020), 1–17

<https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/jurkam/article/view/606>

Ii, B A B, and A Pengertian Integrasi, „No Title‟, 2003, 12–63

Mujiburrahman, Muhammad Rusydi, and Musyarrafah, „Integrasi Ilmu : Kebijakan Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran Dan Penelitian Di Beberapa Universitas Islam Negeri‟, UIN Suska, 2018, 1–8

Dr. Nurbaiti, M.Pd., Prof. Dr.H.M. Suparta, MA, Dr. Taufik Abdillah Syukur, MA. “Integrasi Ilmu Dan Kontribusinya Terhadap Pembentukan Karakter Islami Mahasiswa”. Hal 23

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. “Pedoman Integrasi Ilmu” hal 1

Dr. Mulyadhi Kartanegata. “Integrasi ilmu”. hal 32-39

http://sayyid-karya.blogspot.com/2012/10/tauhid-prinsip-utama-integrasi- ilmu.html

Referensi

Dokumen terkait

Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  integrasi  ilmu  ghoyah  dan  ilmu  wasilah  yang  diterapkan  di  SMA  Al‐Irsyad  Al‐Islamiyyah  Cilacap  ada 

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi konsep integrasi ilmu ghoyah dan ilmu wasilah yang diterapkan di SMA Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap,

integrasi ilmu agama dan ilmu umum ( sekuler) dalam level metodologis yang tentunya dalam aplikasinya berhubungan dengan integrasi ontologis dan klasifikasi ilmu... Al-Qur’an

Atas dasar gagasan islamisasi ilmu yang telah dirumuskan oleh Mulyadhi Kartanegara meliputi status ontologis objek ilmu, klasifikasi ilmu, dan metode ilmiah yang sudah

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi konsep integrasi ilmu ghoyah dan ilmu wasilah yang diterapkan di SMA Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap,

Sebagai ikhtiar untuk mencapai kemajuan dalam penguasaan sains dan teknologi, agenda integrasi ilmu dan agama pada dasarnya sudah lama menjadi pembicaraan di kalangan kaum

Sedangkan pendekatan integrasi interkoneksi lebih bersifat menghargai keilmuan umum yang sudah ada, karena keilmuan umum juga telah memiliki basis epistemologi,

Objek dari penelitian ini adalah konsep Ilmu ladunni menurut dua tokoh tasawwuf Al Imam Al-Ghazali dan Al Qusyairi yang bertujuan untuk mendapat deskripsi secara utuh dan jelas seputar