TUGAS HUKUM LINGKUNGAN
INTEGRASI PRINSIP
–
PRINSIP LINGKUNGAN GLOBAL DALAM REGULASI
ISAKH BENYAMIN MANUBULU
NIM. 1516051189
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan yang Maha Esa
karena atas perlindungan dan bimbingannya, Penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah
ini dengan lancar. Pada dasarnya pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan kajain
terhadap INTEGRASI PRINSIP
–
PRINSIP LINGKUNGAN GLOBAL DALAM
REGULASI. Disamping semua itu, salah satu alasan yang mendasari pembuatan makalah ini
adalah karena makalah ini akan dijadikan prasyarat bagi kami untuk mengikuti Ujian Tengah
Semester Hukum Lingkungan yang telah kami pelajari sebelumnya.
Hukum lingkungan secara etimologis diartikan sebagai seperangkat aturan yang yang mengatur
tentang tatanan lingkungan (lingkungan hidup), dimana lingkungan mencangkup semua benda
dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdpat dalam
ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup jasad
–
jasad hidup
lainnya. Obyek kajian hukum lingkungan mencangkup segala sesuatu yang ada dalam sebuah
lingkungan tertentu serta implikasi dari aktifitas manusia terhadap lingkungan.
Akhir kata kami ingin mengucapkan trimakasih kepada bapak I Ketut Sudiarta, SH., MH
sebagai dosen Hukum adat yang telah melunangkan waktu untuk membaca dan mengoreksi
makalah kami. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak keterbatasan dalam pembuatan
makalah ini, dikarenakan hal tersebut maka kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari bapak serta para pembaca sehingga kami dapat menyempurnakannya di lain
waktu.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan dunia dikarenakan faktor globalisasi memberikan dampak yang sangat baik
di berbagai sektor diantaranya Ilmu Politik, Ekonomi, sosial, Budaya, Hukum, HAM
Nasional. Dalam konteks ini, perubahan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik atau
positif namun di salah satu pihak, perkembangan juga memberikan suatu dampak negatif
yakni jika dilihat dari segi IPTEK dengan masuknya teknologi
–
teknologi modern,
membuat manusia lebih cenderung untuk hidup instan dengan mengesampingkan berbagai
faktor yang mana memberikan dampak yang lebih buruk terhadap lingkungan. Katakan
saja polibek, yang merupakan wujud atau terobosan baru di dunia perindustrian dan
pertanian yang diharapkan dapat mengurangi sampah plasitik karena polibek merupakan
hasil daur ulang dari sampah plastik, namun bagaimana dengan kenyataannya? Solusi
tersebut justru menjadi suatu permasalahan baru yakni menimbulkan kerugian yang
berkepanjangan.
Mengantisipasi masalah tersebut, dibentuklah suatu Konfrensi yang membahas bagaimana
cara menanggulangi permasalahan lingkungan hidup di era modern dengan menggunakan
upaya yang bersifat solutif berkepanjangan. Upaya tersebut juga bertujuan untuk
membangun kestabilan atau (suistinable development) agar dapat memperbaiki
permasalahan dari kesalahan yang ditimbulkan. Menurut Susan Smith ada 4 hal yang perlu
dicapai oleh suatu negara dalam proses optimalisasi pembangunan yakni (1) Pemeliharaan
hasil
–
hasil yang dicapai secara berkelanjutan atas sumber daya yang dapat dibaharui, (2)
Menggantikan sumber daya alam yang bersifat jenuh, (3) Pemeliharaan sistem
–
sistem
pendukung ekologis, dan (4) Pemeliharaan atas keanekaragaman hayati. Hal tersebut
dihayati oleh pemerintah Indonesia dengan meratifikasi Undang
–
Undang Nomor 11 tahun
2013 tentang Konfrensi Roterdam dan Undang
–
Undang Nomor 11 tahun 2013 tentang
Pengesahan Protokol Nagoya. Pembahasan kali ini akan menitikberatan pada integrasi dari
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimanakah integrasi prinsip- prinsip lingkungan global dalam dalam hukum
nasional indonesia?
1.2.2
Bagaimana implementasinya terhadap regulasi di Indonesia?
1.3
Pendekatan Masalah
Proses pembuatan makalah ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif (qualitative
research) yang disokong dengan metode kajian pustaka (Library Research) yang mana isu
–
isu terkait penerapan hukum alam di Indonesia dikaji dari segi penerapannya dan
menggunakan beberapa teory hukum untuk menjelaskan relevansi dari Isu tersebut dengan
manusia modern Indonesia masa kini. Obyek dari Kajian pustaka itu sendiri adalah buku
–
buku yang memiliki kaitan yang erat dengan tema atau materi yang kami angkat sehingga
dapat menambah nilai kebenaran dari karya ilmiah itu sendiri.
1.4
Tujuan Penulisan
Adapula tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya adalah :
1.4.1
Menganalisa pelaksanaan pilar Konferensi Rio De Janerio yang terintegrasi dalam
hukum nasional Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Analisa Masalah
2.2.1
Integrasi Prinsip- Prinsip Lingkungan Global
Kata “integrasi” diartikan sebagai suatu wujud pelaksanaan dari suatu program yang
mana jika
dikaitkan dengan “Prinsip –
Prinsip Lingkungan” maka dapat disimpulkan
bahwa Integrasi Prinsip
–
Prinsip Lingkungan Global berbicara tentang bagaimana cara
mewujudkan suatu kesepakatan Internasional berkenaan dengan lingkungan hidup dan
prinsip
–
prinsip yang telah disepakati. Dalam pelaksanaannya, prinsip
–
prinsip
lingkungan global telah diwujudnyatakan dalam hukum positif di Indonesia namun
diatur dalam instrumen hukum yang lebih rendah dituangkan dalam legislasi maupun
regulasi. Prinsip
–
prinsip lingkungan global terdiri dari
1:
(a)
Kedaulatan atas kekayaan alam dan tanggung jawab untuk tidak mengakibatkan
kerugian terhadap lingkungan negara lain atau terhadap wilayah di Luar yurisdiksi
Nasional
(b)
Prinsip pencegahan dalam deklarasi Stocholm , Prinsip Deklarasi Rio dan putusan
arbitrase dalam kasus trail smalter.
(c)
Prinsip sustainable development atau stabilitas pembangunan yang berupaya untuk
dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang
(d)
Prinsip keadilan antar generasi negara yang diratifikasi dalam Undang
–
Undang
Nomor 32 Tahun 2009 dst.
Memaknai arti dari prinsip
–
prinsip lingkungan global tersebut, saya mencoba untuk
menjabarkan bentuk
–
bentuk perjanjian internasional serta prinsip yang terkandung
didalamnya dengan melihat dari segi ratifikasi perjanjian internasional itu sendiri
diantaranya :
1
(1)
Prinsip of Preventif Action (Prinsip Tindakan Pencegahan)
Prinsip of Preventif Action (Prinsip Tindakan Pencegahan) merupakan suatu
prinsip yang memberikan pandangan bahwa perlu dilakukan tindakan pencegahan
dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup sehingga bisa mewujudkan suatu
pembangunan yang berkelanjutan dengan menguntungkan segala pihak di segala
generasi. Prinsip pencegahan dini
(precautionary principle)
secara teoretis atau
praktis mengandung makna bahwa apabila terdapat ancaman atau adanya ancaman
kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan, ketiadaan pembuktian ilmiah
yang konklusif dan pasti, tidak dapat dijadikan alasan menunda upaya-upaya untuk
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan tersebut.
2NO
PERATURAN
PERUNDANG
–
UNDANGAN
RUMUSAN PASAL
ANALISA
1. UUD
28 H ayat (1)
28 I ayat (5)
“setiap orang berhak sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. “untuk menegakan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang – udangan”
Prinsip pencegahan yang dimaksud dalam hal ini,
jika dikaitkan dengan Konstitusi maka akan
ditemukan fakta yakni setiap orang berhak untuk
hidup dalam suatu lingkungan baik dan sehat
dalam upaya mendapatkan perlindungan terhadap
hak asasi manusia yang optimal maka setiap orang
berhak untuk melaksanakan prinsip – prinsip
lingkungan hidup dengan cara mencegah
terwujudnya suatu pencemaran atau kerusakan
lingkungan sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam pasal 28 J UUD 1945.
TAB MPR
a. Tab MPR No.
IX/MPR/2001
tentang
Pembaharuan
Agrarian dan
Pengelolaan
Sumber Daya
Alam
Pasal 5
Memelihara keberlanjutan yang dapat memberi
manfaat yang optimal, baik untuk generasi
sekarang maupun generasi mendatang, dengan
tetap memperhatikan daya tampung dan
dukung lingkungan
Berdasarkan rumusan dari Pasal 5 Ketetapan MPR
Nomor IX / MPR / 2001, tertuang frasa “Memelihara”, frasa ini memiliki banyak arti karena bersifat abstrak, sehingga kata memelihara
bisa juga dikaitkan dengan upaya pencegahan
terhadap kerusakan lingkungan. Peran aktif untuk
mencegah pencemaran dari pemerintah dan
masyarakat secara tidak langsung dijabarkan
dalam pasal ini
2
PERPU/UU
Undang – Undang
Nomor 22 Tahun
2001 tentang
Minyak Dan Gas
Bumi
Pasal 40 ayat (3) Pengelolaan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa
kewajiban untuk melakukan pencegahan dan
penanggulangan pencemaran serta pemulihan
atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup,
termasuk kewajiban pascaoperasi
pertambangan.
Upaya pencegahan terhadap pencemaran
lingkungan secara tegas ditekan dalam pasal ini,
hal tersebut dikarenakan adanya suatu tujuan yang
ingin dicapai yakni dengan mewujudkan suatu
pemulihan terhadap lingkungan hidup yang akhir –
akhir ini menjadi suatu permasalahan dikarenakan
adanya eksploitasi hutan secara ilegal, pembakaran
hutan, pertambangan liar dst.
PP
Peraturan
Pemerintah Nomor
41 Tahun 1999
tentang
Pengendalian
Pencemaran Udara
BAB III PENGENDALIAN PENCEMARAN
UDARA Bagian Kesatu – Umum Pasal 16
Pengendalian pencemaran udara meliputi
pencegahan dan penanggulangan pencemaran,
serta pemulihan mutu udara dengan
melakukan inventarisasi mutu udara ambien,
pencegahan sumber pencemar, baik dari
sumber bergerak maupun sumber tidak
bergerak termasuk sumber gangguan serta
penanggulangan keadaan darurat.
Pencemaran lingkungan direalisasikan dalam
berbagai hal salah satunya adalah pencemaran
udara dikarenakan polutan dari kendaraan
bermotor, pembakaran bahan – bahan kimia yang
dikhawatirkan dapat merusak lapisan ozon.
Mengantisipasi hal demikian maka pemerintah
memberlakukan suatu program melalui Peraturan
Pemerintah dalam upaya mewujudkan
pengendalian terhadap pencemaran udara yang
terjadi dalam berbagai bentuk, sehingga dapat
menekan presentasi pencemaran lingkungan di
Indonesia.
PERPRES
Peraturan Presiden
Republik Indonesia
Nomor 33 Tahun
2005 Tentang
Pengesahan
Beijing Amendment
To The Montreal
Protocol On
Substances That
Deplete The Ozone
Layer (Amendemen
Beijing Atas
Protokol Montreal
Tentang
Bahan-Bahan Yang
Merusak Lapisan
Ozon )
Sebagai realisasi Keputusan Presiden Nomor
23 Tahun 1992 tentang Pengesahan Vienna
Convention for the Protection of the Ozone
Layer dan Montreal Protocol on Substances
that Deplete the Ozone Layer as Adjusted and
Amended by the Second Meeting of the Parties
London, 27 - 29 June 1990 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 50);
Keputusan Presiden Nomor 92 Tahun 1998
tentang Pengesahan Montreal Protocol on
Substances that Deplete the Ozone Layer,
Copenhagen, 1992 (Protokol Montreal tentang
Zat-zat yang Merusak Lapisan Ozon,
Copenhagen, 1992) (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 105);
Dunia menanggapi pencemaran sebagai suatu hal
yang fatal sebab efek dari pencemaran itu sendiri
yang berkesinambungan. Mengantisipasi hal
tersebut maka diselenggarakan berbagai bentuk
perjanjian internasional dalam bentuk konfensi,
deklarasi, kongres dst. Presiden Indonesiaa
menanggapi hal tersebut sebagai suatu upaya yang
memiliki nilai kegunaan dan manfaat yang nyata
jika dapat direalisasi secara optimal, menggapi hal
tersebut maka presiden mengeluarkan suatu
Peraturan Presiden yang sifatnya mengatur secara
umum – abstrak, berbeda halnya dengan keputusan
yang bersifat individual konkrit. Peraturan
Presiden juga memperkuat substansi dari
PERDA PROV
Peraturan Daerah
Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Nomor 3 Tahun
2006 tentang
Pengendalian
Lingkungan Hidup
BAB III Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal
11 ayat (2) Setiap orang atau badan usaha
wajib mencegah, menanggulangi dan
memulihkan pencemaran dan atau perusakan
terhadap lingkungan hidup.
Prinsip pencegahan juga dijadikan sebagai
substansi dari Peraturan Daerah Tingkat Provinsi
Nusa Tenggara Timur dengan mengharuskan
upaya pencegahan dilakukan tidak hanya oleh
pemerintah tetapi juga masyarakat (setiap orang)
maupun badan usaha.
PERDA KAB
Perda Kabupaten
Timor Tengah Utara
Nomor 4 Tahun
2011 tentang
Pengurangan
Sampah Rumah
Tanggah dan
Sampah Sejenis
Sampah Rumah
Tangga
Bab I Ketentuan Umum Nomor 23 Sistem
tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dalam rangka pengendalian
yang meliputi pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang
tidak benar.
Pencegahan dilaksanakan melalui pengendalian
penanggulangan kecelakaan akibat pengelolaan
sampah, sebab di beberapa daerah di Provinsi
Timor Tengah Utara belum ditemukan suatu
sistem pengelolaan sampah terpadu.
(2)
Prinsip Pencemar Membayar (Polluter
–
Pay principle)
Prinsip Pencemar Membayar (Polluter
–
Pay principle) adalah sebuah prinsip yang
lahir dengan dilatarbelakangi oleh pemikiran ekonomis sehingga prinsip ini sering
dikatakan sebagai prinsip ekonom lingkungan hidup. Prinsip ini berpandangan
bahwa pihak yang menimbulkan kerugian harus memberikan ganti rugi kepada
pihak yang merasa dirugikan sehingga dapat mengimbangi kerugian yang
diberikan kepada salah satu pihak. Prinsip ini berangkat dari suatu keadaan,
penggunaan sumber--sumber lingkungan hidup, merupakan kecenderungan dari
dorongan pasar. Akibatnya, kepentingan yang selama ini tidak terwakili dalam
komponen pengambilan keputusan dalam menentukan harga pasar tersebut
diabaikan dan menimbulkan kerugian bagi mereka. Masyarakat yang menjadi
korban dari kerusakan lingkungan, tidak memiliki suatu mekanisme untuk
memaksa kelompok untuk membayar kerugian bagi kerusakan tersebut kecuali
pengadilan
3.
3
NO
PERATURAN
PERUNDANG
–
UNDANGAN
RUMUSAN PASAL
ANALISA
1. UUD
28 I ayat (5) “Untuk menegakan dan melindungi hak asasi
manusia sesuai dengan prinsip negara yang
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang – undangan”
Pasal 28 I ayat (5) berkorelasi
dengan prinsip poluter pay, sebab
dalam pelaksanaannya negara
menjamin hak asasi manusia untuk
setiap warga negaranya namun
apabila ada yang melanggar
ketentuan yang ditetapkan, maka
akan dikenakan sanksi denda yang
ditetapkan oleh peraturan perundang – undangan lain atau instrumen hukum yang lebih rendah dari
Undang – Undang Dasar 1945
TAB MPR
Tab MPR No. IX/MPR/2001
tentang Pembaharuan Agrarian
dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam
Pasal 3
Pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung
di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara
optimal, adil, berkelanjutan dan ramah
lingkungan.
Pasal 6
Menyusun strategi pemanfaatan sumberdaya
alam yang didasarkan pada optimalisasi manfaat
dengan memperhatikan kepentingan dan kondisi
daerah maupun nasional.
Suatu penjelasan secara ringkas
dapat disimpulkan berdasarkan
pasal ini yang mana Pemegang
Kedaulatan Rakyat tertinggi (MPR)
merumuskan suatu ketetapan yang
memiliki substansi pengelolaan
secara optimal dan adil (pasal 3)
serta menyusun stategi dalam
mengoptimalisasikan SDA (pasal
6). Ketetapan MPR ini memberikan
dasar hukum yang kuat bagi para
pihak dalam upaya pemberian
sanksi bagi para pencemar sebab
sanksi merupakan suatu strategi
administratif.
PERPU/UU
Undang - Undang Nomor 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008
Bab X Larangan Pasal 29
Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat menetapkan sanksi
pidana kurungan atau denda terhadap
pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e (membuang sampah tidak
pada tempat yang telah ditentukan dan
disediakan), huruf f (melakukan penanganan
Denda terhadap pelanggar
sebagaimana dimuat dalam rumusan
pasal tersebut ditetapkan secara
tegas bagi para piha yang melanggar
ketentuan huruf e, f, dan g dalam
Undang – Undang RI Nomor 18
tahun 2008 tentang Pengelolaan
sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir) dan huruf g (membakar
sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan
teknis pengelolaan sampah)
PP
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas
Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air
Presiden Republik Indonesia
Bagian Kedua Ganti Kerugian Pasal 50 ayat (1)
Setiap perbuatan melanggar hukum berupa
pencemaran dan atau perusakan lingkungan
hidup yang menimbulkan kerugian pada orang
lain atau lingkungan hidup, mewajibkan
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan untuk
membayar ganti kerugian dan atau melakukan
tindakan tertentu.
Substansi pasal 50 PP Nomor 82
Tahun 2001 berkorelasi dengan
prinsip polluter pay sebab
mewajibkan kepada para
penanggung jawab pelaksana suatu
usaha atau kegiatan untuk
membayar kerugian atas limbah atau
kerusakan yang ditimbulakn akibat
usahanya.
PERPRES
Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 47 Tahun 2005
Tentang Pengesahan
Amendment To The Basel
Convention On The Control Of
Transboundary Movements
Of Hazardous Wastes And Their
Disposal (Amendemen Atas
Konvensi Basel Tentang
Pengawasan Perpindahan Lintas
Batas Limbah Berbahaya Dan
Pembuangannya)
Memberikan perhatian lebih proses
lalulintas peredaran minyak bumi
mentah (besel) dengan memuat
beberapa ketentuan berupa
kesediaan untuk membayar kerugian
terhadap jalur yang dilewati oleh
kapal pengangkut minyak mentah
dalam upaya melakukan konserfasi
kembali oleh pihak di negara yang
berwenang sebab tercemarnya jalur
yang dilewati oleh kapal pengangkut
minyak mentah.
PERDA PROV
Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 20 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai
BAB XVIII LARANGAN DAN SANKSI
Bagian Kedua Sanksi Pasal 51 ayat (1) Setiap
orang yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan pengelolaan DAS, dikenakan sanksi
administratif dan sanksi pidana sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Barat memberikan sanksi tegas bagi
para pencemar dengan mengenakan
sanksi administratif sebagaimana
esensi dari prinsip polluter pay, hal
ini memiliki korelasi yang erat.
PERDA KAB
Peraturan Daerah Kabupaten
Malang Nomor 10 tahun 2010
tentang Pengelolaan Sampah
BAB XIV SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 32
Kepala Daerah dapat menerapkan sanksi
administratif kepada pengelola sampah yang
melanggar ketentuan persyaratan yang
ditetapkan dalam perizinan berupa :
a. uang paksa; dan/atau
b. pencabutan izin usaha.
Pemungutan uang secara paksa
bahkan pencabutan ijin usaha
merupakan sanksi yang dikenakan
kepada para pencemar berdasarkan
Perda Kabupaten Malang, hal ini
dianggap merupakan imbalan yang
tegas bagi mereka yang mencemari
(3)
Prinsip Keadilan Intragenerasi (The Principle of Intrageneration Equity)
Prinsip Keadilan Intragenerasi (The Principle of Intrageneration Equity) merupakan suatu
prinsip yang mengemukakan bahwa pengelolaan lingkungan hidup harus dilakukan secara
berkesinambungan sehingga dapat memberikan suatu dampak kepada suatu generasi di
masa itu. Prinsip ini menurut Prof. Ben Boer, menunjuk kepada gagasan bahwa masyarakat
dan tuntutan kehidupan dalam satu generasi, memiliki hak dalam kemanfaatan
sumber-sumber alam dan kenikmatan atas lingkungan yang bersih dan sehat.
4NO
PERATURAN
PERUNDANG
–
UNDANGAN
RUMUSAN PASAL
ANALISA
1. UUD
28 H ayat (1)
Pasal 27 ayat (1)
“setiap orang berhak sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak terkecuali”
Pasal ini menyatakan bahwa
sejahtera lahir dan batin tidak hanya
seharusnya dirasakan semua orang
dalam suatu generasi tanpa memandang istilah “kecuali” sebab ditekankan lagi dalam pasal 27 ayat
(1) bahwa setiap warga negara
bersamaan kedudukannya di depan
hukum dikarenakan hal tersebut
maka rasa nyaman dan tentram
terhadap lingkungan hidup harus
dirasakan oleh segala pihak dalam
suatu generasi.
TAB MPR
Tab MPR No. IX/MPR/2001
tentang Pembaharuan Agrarian
dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam
Pasal 3
Pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung
di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara
optimal, adil, berkelanjutan dan ramah
lingkungan.
Pasal 5
Memelihara keberlanjutan yang dapat memberi
manfaat yang optimal, baik untuk generasi
sekarang maupun generasi mendatang, dengan
tetap memperhatikan daya tampung dan dukung
lingkungan
Rumusan pasal dalam ketetapan
MPR ini bertujuan untuk memenuhi
unsur adil (Pasal 3) dan
mewujudkan suatu pemanfaatan
terhadap sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang
berkelanjutan (Pasal 5), yang mana
dampaknya dapat dirasakan oleh
seluruh kalangan masyarakat
4
PERPU/UU
Undang - Undang Nomor 23
Tahun
1997
tentang
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Pasal 4 huruf (c) bahwa sasaran pengelolaan
lingkungan hidup adalah terjaminnya
kepentingan generasi masa kini dan generasi
masa depan
Dalam upaya terwujudnya keadilan
antar generasi di masa sekarang
maupun masa depan, pemerintah
Indonesia merumuskan suatu
peraturan perundang – undangan
terkait pengelolaan lingkungan
hidup, hal ini dapat dikaitkan
dengan prinsip intragenerasi sebab terdapat kalimat “Generasi masa kini” sehingga dapat dikatakan berkorelasi dengan prinsip
intragenerasi
PP
PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 74 TAHUN 2001
TENTANG PENGELOLAAN
BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN
Konsideran : bahwa untuk mencegah terjadinya
dampak yang dapat merusak lingkungan hidup,
kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya
diperlukan pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun secara terpadu sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
Pertimbangan akan pengelolaan
racun berbahaya dan beracun tidak
dimuat secara eksplisit dalam pasal – pasal PPRI Nomor 74 tahun 2001 namun dalam konsideran dimuat
tentang Pencegahan terhadap
dampak yang akan dirasakan oleh
mahluk hidup (manusia, hewan dan
tumbuhan), dikarenakan hal tersebut
maka berdasarkan pertimbangan
penulis, hal tersebut dapat
diklasifikasikan dalam prinsip
intragenerasi maupun antargenerasi.
PERPRES
PERATURAN PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 33 TAHUN 2005
TENTANG PENGESAHAN
BEIJING AMENDMENT TO
THE MONTREAL PROTOCOL
ON SUBSTANCES THAT
DEPLETE THE OZONE LAYER
(AMENDEMEN BEIJING
ATAS PROTOKOL
MONTREAL TENTANG
BAHAN-BAHAN YANG
MERUSAK LAPISAN OZON)
Peraturan presiden memberikan
landasan hukum bagi beberapa
persetujuan internasional yang pada
awalnya hanya tertuang dalam
bentuk keputusan presiden. Tentu
saja hal ini berindikasi pada suatu
tindakan perlindungan hukum
terhadap hak – hak dari generasi
sekarang maupun generasi yang
akan datang, karena merupakan
sebuah peraturan, maka tingkat
keberlakuannya adalah umum
sehingga setiap subyek hukum wajib
PERDA PROV
PERATURAN DAERAH
PROVINSI NUSA
TENGGARA TIMUR NOMOR
4 TAHUN 2007 TENTANG
PENGELOLAAN WILAYAH
PESISIR DAN LAUT
BAB I KETENTUAN UMUM
PASAL I
Konservasi adalah upaya
memelihara keberadaan serta
keberlajutan keadaan, sifat dan
fungsi ekologis sumber daya
pesisir agar senantiasa tersedia
dalam kondisi yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan
manusia dan makluk hidup
lainnya, pada waktu sekarang
dan yang akan datang
Prinsip intragenerasi merupakan suatu prinsip yang
berkorelasi dengan perlindungan hukum kepada
generasi yang hidup pada suatu masa di kalangan
manapun sehingga bisa dikatakan memiliki kaitan
dengan prinsip intragenerasi.
PERDA KAB
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN BANTUL
NOMOR 12 TAHUN 2015
TENTANG PERLINDUNGAN
DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
BAB I KETENTUAN UMUM
P A S A L 2
PPLH dilaksanakan berdasarkan
asas :
a. tanggungjawab daerah;
b. kelestarian dan keberlanjutan;
c. keserasian dan keseimbangan;
d. kesejahteraan sosial;
e. keterpaduan;
f. manfaat;
g. kehatian-hatian;
h. keadilan;
i. ekoregion;
j. keanekaragaman hayati;
k. pencemar membayar;
l. partisipatif; dan
m. kearifan lokal.
Berdasarkan penjelasan Peraturan daerah kabupaten
Bantul 12 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dimuat beberapa
asas diantaranya adalah asas kesejahtraan sosial dan
kelestarian serta kelanjutan, jika melihat dari sudut
pandang asas kelestarian dan keberlanjutan maka
disimpulkan bahwa SDA tidak hanya untuk
masyarakat yang hidup di suatu generasi dan jika
kita menyimpulka dari sudut pandang tanggung
jawab daerah maka dapat disimpulkan bahwa suatu
daerah wajib memberikan perlindungan hukum
terhadap suatu generasi dengan cara
mengoptimalisasi hak – haknya. Jika kita
mengkaitkan asas – asas tersebut maka akan
didapatkan suatu kesimpulan bahwa tanggung jawab
dari daerah untuk mewujudnkan suatu keserasian
dan keseimbangan pengelolaan lingkungan hidup
yng adil dan sejahtera bagi generasi saat ini maupun
(4)
Prinsip Pencegahan Dini ( The Precautionary Principle)
Prinsip Pencegahan Dini ( The Precautionary Principle) merupakan salah satu bentuk
prinsip yang menyatakan bahwa sekalipun tidak ditemukan suatu kegiatan ilegal, namun
setiap pihak berwenang dan berkewajiban untuk melindungi dan menciptakan suatu
lingkungan hidup. Prinsip pencegahan dini (precautionary principle) secara teoretis atau
praktis mengandung makna bahwa apabila terdapat ancaman atau adanya ancaman
kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan, ketiadaan pembuktian ilmiah yang
konklusif dan pasti, tidak dapat dijadikan alasan menunda upaya-upaya untuk mencegah
terjadinya kerusakan lingkungan tersebut.
5NO
PERATURAN
PERUNDANG
–
UNDANGAN
RUMUSAN PASAL
ANALISA
1. UUD
a. 28 H ayat (1) “setiap orang berhak sejahtera lahir batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
Dengan dimuatnya ketentuan
sebagaimana diatur dalam
Instrumen hukum tertinggi dalam
negara, maka pemeritah dapat
berupaya untuk mempertahankan
bahkan mencegah terjadinya
penyelewenang atau unrealisasi dari
suatu sunbstansi.
TAB MPR
b. Tab MPR No.
IX/MPR/2001 tentang
Pembaharuan Agrarian dan
Pengelolaan Sumber Daya
Alam
Pasal 3
Pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung
di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara
optimal, adil, berkelanjutan dan ramah
lingkungan.
Pasal 6
Menyusun strategi pemanfaatan sumberdaya
alam yang didasarkan pada optimalisasi manfaat
dengan memperhatikan kepentingan dan kondisi
daerah maupun nasional.
Pencegahan dilakukan dengan cara
melaksanakan pemanfaatan sumber
daya yang ramah lingkungan dan
sebagaimana dipaparkan dalam
pasal 6, pemanfaatan sumber daya
alam dilakukan dengan
memperhatikan kepentingan dan
kondisi yang memungkinkan adanya
pencegahan apabila melebihi batas
pemakaian.
5
PERPU/UU
UU No. 22 Tahun 2001 tentang
Minyak Dan Gas Bumi
Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Izin Bagi
Perusahaan Tambang
Melakukan Kegiatan
Pertambangan di Kawasan
Hutan Lindung
Pasal 40 ayat (3) Pengelolaan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa
kewajiban untuk melakukan pencegahan dan
penanggulangan pencemaran serta pemulihan
atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup,
termasuk kewajiban pascaoperasi pertambangan.
Secara langsung nomenklatur “pencegahan” disebut dalam pasal 40 UU Nomor 20 tahun 2001 dalam
upaya penanggulangan pencemaran
serta pemulihan atas terjadinya
kerusakan lingkungan hidup, dari
hal inilah maka dapat disimpulkan
adanya suatu prinsip pencegahan.
PP
Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
BAB III PENGENDALIAN PENCEMARAN
UDARA
Bagian Kesatu – Umum Pasal 16 Pengendalian
pencemaran udara meliputi pencegahan dan
penanggulangan pencemaran, serta pemulihan
mutu udara dengan melakukan inventarisasi
mutu udara ambien, pencegahan sumber
pencemar, baik dari sumber bergerak maupun
sumber tidak bergerak termasuk sumber
gangguan serta penanggulangan keadaan darurat.
Sama hal dengan sebelumnya,
nomenklatur pencegahan secara
tegas disebutkan dalam pasal ini
yang mana berindikasi pada
pelaksanaan suatu prinsip
pencegahan yang direalisasikan
dalam pasal tersebut.
PERPRES
Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2005
Tentang Pengesahan
Beijing Amendment To The
Montreal Protocol On
Substances That Deplete The
Ozone Layer (Amendemen
Beijing Atas Protokol Montreal
Tentang Bahan-Bahan Yang
Merusak Lapisan Ozon )
Sebagai Peenguat Keputusan Presiden Nomor 23
Tahun 1992 tentang Pengesahan Vienna
Convention for the Protection of the Ozone Layer
dan Montreal Protocol on Substances that
Deplete the Ozone Layer as Adjusted and
Amended by the Second Meeting of the Parties
London, 27 - 29 June 1990 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 50);
Keputusan Presiden Nomor 92 Tahun 1998
tentang Pengesahan Montreal Protocol on
Substances that Deplete the Ozone Layer,
Copenhagen, 1992 (Protokol Montreal tentang
Zat-zat yang Merusak Lapisan Ozon,
Copenhagen, 1992) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 105);
Mengantisipasi terjadinya suatu
kerusakan terhadap lapisan ozon,
pemerintah indonesia
merealisasikan suatu peraturan yang
pada awalnya hanya bersifat
mengikat kedalam karena normanya
yang konkrit dalam bentuk sebuah
keputusan (beschiking),
diterjamahkan kembali dalam
bentuk suatu norma abstak yang
tidak mengikat kepada pihak – pihak
tertentu tetapi juga kepada
masyarakat umum dan dijadikan
sebagai pedoman terhadap
pembuatan instrumen hukum yang
PERDA PROV
Peraturan Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Nomor 3
Tahun 2006 tentang
Pengendalian Lingkungan
Hidup
BAB III Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal
11 ayat (2) Setiap orang atau badan usaha wajib
mencegah, menanggulangi dan memulihkan
pencemaran dan atau perusakan terhadap
lingkungan hidup.
Kata mencegah secara jelas
mengarah pada prinsip pencegahan
sehingga menjadi cerminan dari
prinsip pencegahan dalam suatu
norma hukum.
(5)
Prinsip Intergenerasi
Prinsip ini mengemukakan bahwa negara dalam hal pelaksanaan pada pengelolaan
lingkungan terkait proses melestarikan dan menggunakan lingkungan serta sumber daya
alam bagi kemanfaatan generasi sekaang dan generasi yang akan datang. Prinsip
intergenerasi mengemukakan bahwa pemanfaatan sumber daya alam haruslah dilaksanakan
berkelanjutan/berkepanjangan tanpa mengurangi kemampuan salah satu generasi dalam
proses mengupayakan sumber daya yang tersedia.
6NO
PERATURAN
PERUNDANG
–
UNDANGAN
RUMUSAN PASAL
ANALISA
1. UUD
b. 28 H ayat (2) “setiap orang berhak mendapatkan kemudahan
dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan”.
Hal ini merupakan perwujudan dari
suatu norma abstrak yang mana
memprioritaskan pada suatu
pembangunan berjangka panjang,
sehingga bisa dirasakan oleh semua
generasi.
6
TAB MPR
c. Tab MPR No.
IX/MPR/2001 tentang
Pembaharuan Agrarian dan
Pengelolaan Sumber Daya
Alam
Pasal 5
Memelihara keberlanjutan yang dapat memberi
manfaat yang optimal, baik untuk generasi
sekarang maupun generasi mendatang, dengan
tetap memperhatikan daya tampung dan dukung
lingkungan
Substansi dari pasal 5 Tab MPR
Nomor IX/MPR/2001 secara jelas
menyebutkan istilah “Generasi
Mendatang” yang jika
diterjamahkan dengan
menggunakan suatu pola pikir yang
lebih sederhana ternyata merupakan
interpretasi dari prinsip
intergenerasi.
PERPU/UU
UU No. 22 Tahun 2001 tentang
Minyak Dan Gas Bumi
Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Izin Bagi
Perusahaan Tambang
Melakukan Kegiatan
Pertambangan di Kawasan
Hutan Lindung
BAB II Azas dan Tujuan Pasal 3 ayat (a)
menjamin efektivitas pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan usaha Eksplorasi dan
Eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna,
serta berdaya saing tinggi dan berkelanjutan atas
Minyak dan Gas Bumi milik negara yang
strategis dan tidak terbarukan melalui
mekanisme yang terbuka dan transparan;
Prinsip pembangunan berkelanjutan
terwujud pada suatu yang konkrit
dimana pemerintah merealisasikan
suatu peraturan yang mengatur dan
membatasi segala bentuk
pemanfaatan sumber daya alam
sehingga bisa dirasakan oleh seluruh
generas di masa sekarang maupun
masa yang akan datang.
PP
Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup
Pasal 5 Kriteria mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain :
a. jumlah manusia yang akan terkena dampak; b. luas wilayah persebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung; d. banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
e. sifatnya kumulatif dampak;
f. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya
(irreversible) dampak.
Dampak kerusakan lingkungan
ditanggapi secara serius dengan
menjabarkan dampak yang
ditimbulkan oleh sebuah badan
usaha sebagaimana dimuat dalam
penjelasan PP No. 27/1999
dijelaskan secara rinci sanksi
pidana, administrasi dan perdata
bagi yang melakukan pelanggaran
sebab dapat mempengaruhi
keseimbangan kehidupan di masa
PERPRES
Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Sumber Daya
Lokal
Konsideran : Menimbang bahwa untuk mencapai
kondisi konsumsi pangan sebagaimana dimaksud
pada huruf b, perlu dilakukan percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis
sumber daya lokal secara terintegrasi dan
berkesinambungan
Jelas bahwa tertuang dalam
konsideran Perpres Nomor 22 tahun
2009 tentang penganekaragaman
konsumsi pangan berbasis sumber
daya lokal secara terintegrasi dan
berkesinambungan berindikasi pada
prinsip intergenerasi.
PERDA PROVINSI
Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 1 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Penataan Lingkungan
Hidup
Bagian Kedua Asas Pasal 2 Pengelolaan
lingkungan hidup dan penaatan Hukum
Lingkungan dilaksanakan berdasarkan asas :
a. tanggungjawab Daerah; Penjelasan “ Daerah
menjamin pemanfaatan sumberdaya alam akan
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat, baik
generasi masa kini maupun generasi masa
depan”;
Prinsip intergenerasi dapat
ditemukan ketika substansi dari
pasal tersebut memuat tentang
kesejahtraan dan mutu hidup
masyarakat baik generasi kini
maupun masa depan.
PERDA KAB
Peraturan Daerah Kabupaten
Purbalingga Nomor Nomor 02
Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
BAB VI PEMELIHARAAN Pasal 38 Konservasi sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi kegiatan:
a. perlindungan sumber daya alam; b. pengawetan sumber daya alam; dan
c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam.
Pengawetan, perlindungan dan
pemnafaatan ssumber daya alam
yang dimaksud adalah untuk
mempertahankan nilai kegunaan dan
potensi penggunaan di masa yang
akan datang sehingga tidak
mengurangi kesempatan dari salah
satu pihak untuk ikut merasakan
suatu sumber daya yang optimal.
(6)
Sovoreign Rights and Environmental Responsibility
Prinsip ini mengharuskan agar pemerintah dan segenap warga negaranya berwajib untuk
melindungi lingkungan sebagai upaya pertanggungjawaban terhadap lingkungan demi
melindungi hak dari setiap mahluk hidup. Prinsip mengenai kedaulatan negara untuk
mengelola sumber daya alam tanpa mengesampingkan negara lain dalam hal ini, secara
langsung ditekankan pada realisasi dari suatu program haruslah tidak merugikan salah satu
NO
PERATURAN
PERUNDANG
–
UNDANGAN
RUMUSAN PASAL
ANALISA
1. UUD
Pasal 1 ayat (3)
Pasal 28 I ayat (4)
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. “perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah”
Sebagai negara hukum tentunya
Indonesia harus dapat bertanggung
jawab atas segala hal yang terjadi
dan akan terjadi dalam negaranya,
disamping itu, dengan tegas dimuat
bahwa pemerintah bertangungjawab
atas segala hal yang dilakukannya
serta mengupayakan adanya
keadilan dalam proses pelaksanaan
tugasnya tanpa mengesampingkan
kepentingan dari negara lain.
TAB MPR
d. Tab MPR No.
IX/MPR/2001 tentang
Pembaharuan Agrarian dan
Pengelolaan Sumber Daya
Alam
Pasal 3
Pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung
di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara
optimal, adil, berkelanjutan dan ramah
lingkungan.
Frasa “adil” menjadi suatu titik paut dalam perumusan pembahasan ini
sebab pemerintah indonesia sudah
seharusnya mengoptimalkan suatu
keadaan dimana ada salah satu pihak
yang diuntungkan maupun salah
satu pihak yang dirugikan.
PERPU/UU
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1990
Tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya
Bab I Ketentuan Umum Pasal 2 Konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
berasaskan pelestarian kemampuan dan
pemanfaatan sumber daya alam hayati dalam
ekosistemnya secara serasi dan seimbang.
Seimbang dalam ketentuan undang – undang RI nomor 5 tahun 1990 adalah dengan mewujudkan suatu
pengelolaan yang efektif dan efisien
sehingga keuntungan bisa dirasakan
tidak hanya pada salah satu pihak
saja melainkan pihak – pihak lain
juga bisa diuntungkan.
PP
Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup
Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain : a. jumlah manusia yang akan terkena dampak; b. luas wilayah persebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung; d. banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
e. sifatnya kumulatif dampak;
f. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya
(irreversible) dampak.
Ternyata tidak hanya diatur dalam
instrumen hukum yang lebih tinggi
namun instrumen hukum yang lebih
rendah juga ikut
mewujudnyatakannnya dalam
substasinya, keuntungan yang
dirasakan haruslah bisa diimbangi
dengan kerugian yang ditimbulkan
disinilah terbukti adanya sebuah
PERPRES
Nomor 28 Tahun 2011 Tentang
Penggunaan Kawasan Hutan
Lindung Untuk Penambangan
Bawah Tanah
Pasal 5 Perlindungan hutan adalah usaha untuk
mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan
oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran,
daya-daya alam, hama dan penyakit serta
mempertahankan dan menjaga hak-hak negara,
masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan
hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan
Presiden indonesia berupaya untuk
mewujudnyatakan suatu keadilan
dalam pengelolaan sumber daya
alam sehingga bisa tetap
mempertahankan hubungan
diplomasi dengan negara – negara
tetangga dengan memberlakukan
Perpres 28 tahun 2011 sebagai
wujud tanggung jawabnya.
PERDA PROVINSI
Peraturan Daerah Provinsi
Papua Nomor 6 Tahun 2008
Tentang
Pelestarian Lingkungan Hidup
Bab II Kewenangan Dan Tanggung Jawab
Pemerintah Daerah Bagian Kedua Tanggung
Jawab Pasal 6 ayat (1) Pemerintah Daerah
melakukan upaya pencegahan kerusakan dan
atau pencemaran
Istilah “tanggung jawab” bisa dilihat dalam pasal 6 ayat (1) Perda
Provinsi Papua dengan melakukan
pencegahan terhadap kerusakan dan
atau pencemaran terhadap
lingkungan hidup yang mana hal
tersebut berkorelasi dengan
Sovoreign Rights and
Environmental Responsibility
PERDA KAB
Peraturan Daerah Kabupaten
Nomor 8 Tahun 2005 Tentang
Ketertiban, Kebersihan Dan
Keindahan Lingkungan
Bab III Kebersihan Pasal 10 Pemerintah Daerah
berkewajiban menumbuhkan dan
mengembangkan kesadaran masyarakat akan
tanggung jawab kebersihan lingkungan melalui
bimbingan dan penyuluhan.
Salah satu wujud tanggung
jawab terhadap lingkungan dari
pemerintah
kabupaten
Tanjungpinang
dengan
menumbuhkan
kesadaran
masyarakat tentang arti penting
dari kebersihan lingkungan
2.2
Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Regulasi
Pengelolaan lingkungan hidup diimplementasikan oleh pemerintah dalam sebuah
regulasi diantaranya :
1.
Peraturan Pemerintah Yogyakarta Nomor 18 tahun 2002 tentang Pengelolaan
Kebersihan Jo Peraturan Daerah Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2006 tentang
Perubahan Ketentuan Pidana Pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta
mengamanatkan dalam Bab V Etika Kebersihan Lingkungan Pasal 15 yang berisi
“
Untuk menjamin terwujudnya kebersihan lingkungan secara menyeluruh dan
terus-menerus, setiap warga masyarakat harus menyadari dan menghayati bahwa
kebersihan lingkungannya baik secara sendiri-sendiri maupun secara
gotong-royong
”.
Pasal ini secara tegas menjelaskan 2 prinsip yakni polluter pay principle
dan Sovoreign Rights and Environmental Responsibility
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 2001 tentang Kebersihan dan Ketertiban
Umum Di Kabupaten Badung dalam rumusan BAB II Kebersihan dan Sarana
Kebersihan Pasal 2 bahwa setiap orang berkewajiban menjaga kebersihan umum.
Peraturan ini diklasifikasikan dalam prinsip keadilan antar generasi atau The
Principle of Intrageneration Equity
2.3
Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Menjaga Lingkungan
Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses
menjaga lingkungan hidup dan melakukan
prinsip
–
prinsip lingkungan global dengan
berbagai
tindakan
diantaranya
adalah
dengan membuat peringatan
–
peringatan di
beberapa tempat wisata terkait dengan
Forest, Provinsi Bali, Indonesia. (Sumber Gambar : Dokumentasi Penulis, Gianyar,
Monkey Forest)
“
Dilarang!! Berani Buang Sampah Disini, Nyawa Taruhannya, Dibacok Warga,
Jangan Salahkan Kami”.
Sekilas merupakan suatu hal yang terkesan tidak etis
namun dalam usaha mewujudkan suatu pengelolaan lingkungan hidup yang
optimal, tindakan ini diklasifikasikan sebagai tindakan prefentif yang dilakukan
oleh
organisasi
masyarakat
.
(Sumber
:
http://mblusuk.com/gambar/2013/rambu01/turen02.jpg
)
Tindakan prefentif yang dilakukan oleh masyarakat berikutnya adalah dengan
membuat suatu poster yang bertuliskan “
BILA KAMU BERP ENDIDIKAN,
J A N G A N B U A N G S A M P A H D I S I N I
” .
S u m b e r :
https://encryptedtbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS2XCA4yxsRuGo5de5Q6STn5uBAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Lingkungan merupakan suatu tempat bagi manusia dan mahluk hidup lain untuk
mempertahankan kehidupan dan mengusahakan segala kebutuhannya. Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlu adanya optimalisasi dalam pengelolahan
lingkungan sehingga kedepannya bisa terwujud suatu lingkungan hidup yang bersih
dan memberikan kenyamanan tidak hanya kepada beberapa pihak tetapi juga pihak
–
pihak lain tanpa melihat kedudukan sosial maupun pendapatannya.
3.2
Saran
Sekiranya pencemaran lingkungan ini adalah masalah kita bersama, untuk itu selaku
insan manusia yang bertanggung jawab dan memegang teguh konsep keseimbangan
alam, maka sudah sepantasnya kita menjaga dan merawat lingkungan, mulai dari
lingkungan tempat tinggal kita sehingga nantinya akan tercipta lingkungan yang sehat.
3.3
Daftar Pustaka
Abdurrahman. 1990. Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti
Syamsuhardi Bethan. 2008. Penerapan Prinsip-Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan
Hidup Dalam Aktivitas Industri Nasional: Sebuah Upaya Penyelamatan Lingkungan Hidup
dan Kehidupan Antar Generasi. Bandung : Alumni
Mas Ahmad Santosa. 1996. Aktualisasi Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dalam
Sistem dan Praktik Hukum Nasional, Artikel Jurnal Hukum Lingkungan. Jakarta : ICEL
NHT. Siahaan, op., cit., hlm. 74.
Erwin, Muhammad. 2008. Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup. Bandung : P.T. Refika Aditama,