• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak dan Kondisi Alam

Secara astronomis, Kabupaten Boyolali terletak antara 110° 22’ − 110° 50’

Bujur Timur dan antara 7° 7’ − 7° 36’ Lintang Selatan dengan ketinggian antara 75 – 1500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan letak geografisnya,Kabupaten Boyolali berada di wilayah Pulau Jawa dan tidak berbatasan langsung dengan wilayah laut.

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Boyolali dan Jawa Tengah

Kabupaten Boyolali terbagi dalam 19 kecamatan. 19 Kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Selo, Ampel, Cepogo, Musuk, Boyolali, Mojosongo, Teras, Sawit, Banyudono, Sambi, Ngemplak, Nogosari, Simo, Karanggede, Klego, Andong, Kemusu, Wonosegoro, dan Juwangi. Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali tersebut terbagi atas beberapa desa dan kelurahan. Jadi jika dijumlahkan, Kabupaten Boyolali mempunyai 262 desa dan lima kelurahan. Dari seluruh desa dan kelurahan yang ada, 224 desa/kelurahan merupakan desa yang berada di dataran rendah atau sekitar 83% dari seluruh desa atau kelurahan dan selebihnya merupakan desa di dataran tinggi.

Peta Jawa Tengah

40

(2)

commit to user

Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah 1015,1 km2. Kecamatan Kemusu merupakan kecamatan dengan wilayah paling luas yaitu 99,08 km2. Sementara kecamatan Sawit dengan luas wilayah paling sempit adalah seluas 17,23 km2.

Kabupaten Boyolali mempunyai ketinggian wilayah yang bervariasi yaitu antara 75 - 1.500 meter dari permukaan laut, dengan perincian sebagai berikut:

a. 75 – 400 meter di atas permukaan laut meliputi wilayah Kecamatan Teras,Banyudono, Sawit, Mojosongo, Ngemplak, Simo, Kemusu, Karanggede, dan Boyolali.

b. 400 – 700 meter di atas permukaan laut meliputi wilayah Kecamatan Boyolali, Musuk, Mojosongo, Cepogo, dan Ampel.

c. 700 – 1000 meter di atas permukaan laut meliputi wilayah Kecamatan Musuk, Ampel, dan Cepogo.

d. 1000 – 1300 meter di atas permukaan laut meliputi sebagian wilayah Kecamatan Cepogo, Ampel, dan Selo.

e. 1300 – 1500 meter di atas permukaan laut meliputi wilayah Kecamatan Selo.

Keberadaan tower BTS di Kabupaten Boyolali sudah tersebar di setiap kecamatan. Semakin banyak tower BTS maka arus lalu lintas di dunia maya akan semakin ramai. Kecamatan dengan Tower BTS paling sedikit adalah Kecamatan Juwangi, Sambi, Sawit dan Wonosegoro yaitu sejumlah 5 tower BTS. Perbedaan kualitas dan ketersediaan jaringan ini berpengaruh terhadap penggunaan internet di setiap kecamatan. Kualitas dan ketersediaan jaringan internet ini tentunya akan mempegaruhi penggunaan Cyber Extension di Kecamatan. Berdasarkan jarak kecamatan dengan pusat Kabupaten, Kecamatan yang memiliki jarak paling jauh dengan Kabupaten adalah kecamatan Juwangi dengan jarak ±70 km. Berikut adalah jumlah tower BTS setiap kecamatan di Kabupaten Boyolali.

(3)

commit to user

Tabel 4.1 Ketinggian Wilayah, Jarak dengan Pusat Kabupaten dan Jumlah Tower BTS di Kecamatan Boyolali Tahun 2018

No. Kecamatan Ketinggian Wilayah (Mdpl)

Jarak dengan Pusat kabupaten(km)

Jumlah Tower BTS

1 Ampel 699 12 21

2 Andong 154 40 8

3 Banyudono 185 10 12

4 Boyolali 461 2 23

5 Cepogo 909 11 7

6 Juwangi 66 70 5

7 Karanggede 295 32 9

8 Kemusu 103 48 6

9 Klego 261 35 8

10 Mojosongo 345 2 21

11 Musuk 632 6 8

12 Ngemplak 107 22 26

13 Nogosari 152 32 10

14 Sambi 184 17 5

15 Sawit 173 15 5

16 Selo 1.564 21 7

17 Simo 195 24 10

18 Teras 227 5 12

19 Wonosegoro 177 36 5

Jumlah 208

Sumber : Olahan data Sekunder, 2018

Komoditas unggulan di Kabupaten Boyolali berbeda-beda di setiap kecamatan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan topografi di setiap Kecamatan. Seperti dataran tinggi pada umumnya komoditas sayur-sayuran, dataran rendah identik dengan palawija dan tanaman pangan. Perbedaan potensi wilayah ini mempengaruhi permasalahan yang dihadapi oleh setiap komoditas, meskipun pada umumnya tanaman pangan selalu mendominasi di setiap Kecamatan di Kabupaten Boyolali. Berikut adalah potensi daerah di masing-masing kecamatan Boyolali.

(4)

commit to user

Tabel 4.2 Komoditas Potensial di Kabupaten Boyolali Tahun 2018

No Kecamatan Komoditas Potensial

1 Ampel Padi, jagung

2 Andong Padi,Jagung, Kedelai

3 Banyudono Padi, jagung

4 Boyolali Padi, jagung

5 Cepogo Padi,Jagung, Kedelai, Bawang Merah, Cabe, Buah-buahan

6 Juwangi Padi,Jagung, Kedelai

7 Karanggede Padi,Jagung, Kedelai, Umbi-umbian

8 Kemusu Padi,Jagung, Kedelai

9 Klego Padi,Jagung, Kedelai

10 Mojosongo Padi,Jagung, Kedelai

11 Musuk Padi,Jagung, Kedelai

12 Ngemplak Padi,Jagung, Kedelai, Kacang-kacangan

13 Nogosari Padi, jagung

14 Sambi Padi,Jagung, Kedelai

15 Sawit Padi,Jagung, Kedelai, Sayur-sayuran

16 Selo Padi, Cabai, Bawang Merah

17 Simo Padi,Jagung, Kedelai

18 Teras Padi,Jagung, Kedelai

19 Wonosegoro Padi,Jagung, Kedelai

Sumber : Olahan Data Sekunder, 2018

2. Penyuluhan Pertanian Kabupaten Boyolali

Penyuluhan Pertanian Kabupaten Boyolali secara struktur merupakan lembaga yang ad di bawah struktur Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Menurut Peraturan Bupati Boyolali Nomor 37 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali dan Peraturan Bupati Boyolali Nomor 71 Tahun 2016 tentang Uraian Tugas Jabatan Eselon pada Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali, maka Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali mempunyai susunan organisasi sebagai berikut : 1) Kepala

2) Sekretariat, terdiri dari:

a) Subbagian Umum dan Kepegawaian;

b) Subbagian Keuangan; dan

(5)

commit to user c) Subbagian Perencanaan dan Pelaporan 3) Bidang Prasarana dan Sarana, terdiri dari:

a. Seksi Lahan dan Irigasi

b. Sarana Pupuk, Pestisida, dan Alat Mesin Pertanian; dan c. Seksi Pembiayaan dan Investasi.

4) Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, terdiri dari:

a) Seksi Perbenihan dan Perlindungan;

b) Seksi Produksi; dan

c) Seksi Pengolahan dan Pemasaran.

5) Bidang Produksi Perkebunan, terdiri dari:

a) Seksi Perbenihan dan Produksi; dan

b) Seksi Perlindungan, Pengolahan, dan Pemasaran.

6) Bidang Penyuluhan, terdiri dari :

a) Seksi Kelembagaan dan Ketenagaan; dan b) Seksi Metode dan Informasi.

7) Kelompok Jabatan Fugsional.

8) Unit Pelaksana Teknis Pertanian

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 76 Tahun 2016 Pasal 42, penyuluh mempunyai tugas, melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan , koordinasi dan pelaksanaan kebijakan , evaluasi dan pelaporan di bidang penyuluhan, pasca panen dan binausaha. Terdapat tiga jenis Penyuluh Pertanian Lapangan yaitu Penyuluh PNS, Penyuluh Tenaga Harian Lepas dan Penyuluh Swadaya. Pengangkatan THL tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:01/Permentan/OT.140/1/2008 tentang pedoman pembinaan Tenaga Harian Lepas (THL), Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian, yang berisi bahwa pembangunan pertanian antara lain ditempuh melalui Revitalisasi Penyuluhan Pertanian dengan kebijakan 1 (satu) desa 1 (satu) penyuluh guna peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya dengan merekrut Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian. Peraturan tersebut berarti bahwa setiap daerah termasuk Kabupaten Boyolali membutuhkan banyak penyuluh agar dapat memenuhi

(6)

commit to user

Permentan tersebut. Berikut adalah data jumlah Penyuluh Pertanian Lapangan di Kabupaten Boyolali.

Tabel 4.3 Luas Wilayah, dan Jumlah Penyuluh di Kecamatan Kabupaten Boyolali 2018

No Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penyuluh Jumlah Kelompok Tani

PNS THL

1 Ampel 90.39 3 6 291

2 Andong 54.53 3 3 152

3 Banyudono 25.38 3 8 65

4 Boyolali 26.25 4 3 69

5 Cepogo 53 3 4 285

6 Juwangi 79.99 1 3 85

7 Karanggede 41.76 3 4 69

8 Kemusu 99.08 2 4 99

9 Klego 51.88 2 3 127

10 Mojosongo 43.41 5 4 89

11 Musuk 65.04 4 6 309

12 Ngemplak 38.53 5 5 61

13 Nogosari 55.08 3 4 116

14 Sambi 46.49 3 5 80

15 Sawit 17.23 3 5 58

16 Selo 56.08 2 2 154

17 Simo 48.04 3 6 81

18 Teras 29.94 3 5 62

19 Wonosegoro 93 1 4 138

Jumlah 1.015,1 57 84 2.390

Sumber: Olahan Data Sekunder, 2018

Penyuluh Pertanian Kabupaten Boyolali dapat melakukan pekerjaan optimal apabila didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai dari kantor BPP Kecamatan dimana mereka bekerja. Sarana dan Prasarana yang ada di kantor BPP antara lain kendaraan, PC, Laptop, Modem, Printer, LCD, dan soil tester. Terkait dengan Cyber Extension sarana prasarana yang mendukung penggunaannya hanya PC, Laptop dan modem. Namun untuk akses Cyber Extension sendiri penyuluh Kabupaten Boyolali banyak memanfaatkan sarana dan prasarana milik pribadi. Berikut adalah data Sarana dan Prasaran yang ada di BPP masing-masing kecamatan di Kabupaten Boyolali.

(7)

commit to user

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana BPP Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2018

No Kecamatan Sarana dan Prasarana

PC Laptop Modem

1 Ampel 1 1 1

2 Andong 0 1 0

3 Banyudono 0 1 1

4 Boyolali 0 1 0

5 Cepogo 0 1 1

6 Juwangi 0 3 1

7 Karanggede 0 1 1

8 Kemusu 0 1 1

9 Klego 0 1 1

10 Mojosongo 0 1 1

11 Musuk 0 1 1

12 Ngemplak 0 1 1

13 Nogosari 0 1 1

14 Sambi 0 1 1

15 Sawit 0 1 1

16 Selo 0 1 1

17 Simo 0 1 1

18 Teras 1 1 1

19 Wonosegoro 0 1 1

Jumlah 2 21 17

Sumber : Simluhtan 2018

Berkaitan dengan upaya pemerintah provinsi untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan kepada penyuluh pertanian, pemerintahan provinsi telah membuat beberapa program kerja dalam Rencana Kerja Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 demi meningkatkan kapasitas penyuluh, diantaranya sebagai berikut : Kegiatan Penyusunan Programa dan Rencana Kerja Penyuluhan, Kegiatan Pengembangan Metode dan Materi Penyuluhan, Kegiatan Peningkatan Kapasitas dan Kompentensi SDM Penyuluh dan Pelaku Utama/Pelaku Usaha, dan Kegiatan Pembinaan SDM Penyuluh.

Keempat kegiatan tersebut dianggarkan menghabiskan dana Rp 12.200.000.000,- (dapat dilihat di Lampiran). Hal ini tentunya akan dapat

(8)

commit to user

meningkatkan kapasitas dan keterampilan penyuluh sehingga memudahkan penerapan inovasi teknologi seperti Cyber Extension.

3. Cyber Extension di Kabupaten Boyolali

Cyber Extension adalah suatu mekanisme pertukaran informasi pertanian melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya di balik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media baru penyuluhan ini dirasa lebih efektif dan efisien dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian guna akses informasi kepada PPL (Penyuluhan Pertanian Lapangan) sehingga proses tranformasi ilmu ke petani menjadi update. Secara etimologi, Cyber Extension terdiri dari dua kata yaitu cyber dan extension. Cyber menurut Oxford Dictionary berarti yang berhubungan dengan Teknologi Informasi, Internet, dan virtual reality.

Sedangkan extension atau penyuluhan adalah sebuah mekanisme sentral dalam proses pembangunan pertanian, baik dari segi transfer teknologi dan pengembangan sumber daya manusia (Samanta, 1993).

Mengacu pada Undang-Undang No. 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang menyatakan bahwa kegiatan penyuluh pertanian merupakan tugas penyuluhan pertanian (PNS, Swasta, dan Swadaya], maka dalam rangka pengembangan penyuluhan pertanian, Kementrian Pertanian meluncurkan program Cyber Extension untuk menjembatani penyebarluasan teknologi informasi pertanian melalui media online. Dan pada tahun 2013, Kementrian Pertanian memperkuat undang undang tentang Cyber Extension melalui Peraturan Menteri Pertanian No.

16/PERMENTAN/OT.140/2/2013 tentang Sistem Manajemen Informasi Penyuluhan Pertanian di Lingkungan Kementrian Pertanian. “Cyber Extension adalah sistem informasi penyuluhan pertanian melalui media internet, untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi bagi penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran agribisnis bagi pelaku utama dan pelaku usaha” (Permentan, 2013).

Cyber Extension memiliki peran penting dalam mendukung kemajuan bidang pertanian. Website tersebut merupakan sistem informasi yang

(9)

commit to user

mendukung pelaksanaan penyuluhan pertanian, karena dirancang secara khusus untuk meningkatkan arus informasi dari pusat sampai tingkat petani, meningkatkan penyediaan materi penyuluhan pertanian bagi penyuluh, dan meningkatkan akses petani dalam mendapatkan informasi. Cyber Extension dikembangkan oleh Kementerian Pertanian melalui BPSDMP. Penyuluh pertanian diharapkan dapat mengakses Cyber Extension untuk dijadikan sebagai sumber informasi penyuluhan pertanian. Cyber Extension dapat diakses di alamat situs http://cybex.pertanian.go.id/. Berikut adalah tampilan menu yang ada di Cyber Extension.

Gambar 4.2 Gambar Homepage Cyber Extension

(10)

commit to user

Cyber Extension memiliki tampilan seperti diatas. Tampilan paling atas terdapat menu pencarian yang dapat memudahkan pengakses untuk mencari informasi sebagaimana yang diharapkan dengan mengklik kata kunci. Lalu dibawahnya terdapat beberapa fitur seperti beranda, materi Penyuluhan, Materi Spesifik Lokalita, dan diseminasi teknologi pertanian. Pada materi spesifik lokalita pengakses dapat mencari materi yang sesuai dengan provinsi, kabupaten, bahkan kecamatan yang ingin diakses oleh user. Hal ini tentu memudahkan user untuk langsung mencari materi penyuluhan sesuai lokasi yang diinginkan. Kolom kiri bagian bawah terdapat fasilitas untuk kita mengajukan pertanyaan kepada sesama user terkait suatu permasalahan yang sedang di hadapi, dan merupakan fasilitas untuk berdiskusi sesama user dari berbagai daerah.

Cyber Extension sudah diperkenalkan di Kabupaten Boyolali sejak tahun 2010, untuk dijadikan sumber informasi penyuluhan pertanian. Sesuai dengan Grand Design Cyber Extension yang diterbitkan oleh BPPSDMP, maka dalam rangka mengefektifkan pengelolaan dan pelaksanaan pengembangan Cyber Extension di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten, maka harus ditunjuk seorang administrator. Oleh karena itu, di Kabupaten Boyolali menetapkan ibu Amriyah Sofiatun Rohimah SPt sebagai administrator Cyber Extension. Tugas administrator adalah sebagai berikut:

a. Melakukan perawatan alat pengolah data Cyber Extension;

b. Berkoordinasi di tingkat daerah;

c. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap isi menu materi spesifik lokalita dan gerbang daerah masing-masing provinsi/kabupaten/kota;

d. Melakukan sosialisasi terhadap Cyber Extension;

e. Menyusun peraturan-peraturan terkait penggunaan alat pengolah data di daerah; dan

f. Memfasilitasi pembiayaan penyusunan materi dan insentif bagi pengelola.

Penggunaan Cyber Extension di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2018 terdapat 2.409 materi telah terupload per-Desember 2018. Intensitas penguploadan pada setiap Kabupaten cukup beragam. Ada yang sudah cukup

(11)

commit to user

baik, dan ada yang masih rendah, dibeberapa daerah seperti Karanganyar, Sragen, Wonosobo, Jepara, Rembang dan Pekalongan sama sekali belum memanfaatkan Cyber Extension. Namun dibeberapa wilayah sudah memanfaatkan Cyber Extension. Kabupaten Kebumen presentasenya penguploadan materi mencapai 8,2% (196 materi), untuk Pati presentasenya mencapai 7,2% (174 materi) dan untuk Temanggung dan Kendal presentasenya sama yaitu 6,9% (163 materi). Kabupaten Boyolali sendiri berada pada urutan kedelapan berdasarkan tingkat penguunaannya yaitu dengan presentase sebesar 5,7% (135 materi). Berikut adalah diagram presentase penggunaan Cyber Extension di Provinsi jawa Tengah. (Cyber Extension, 2018).

(12)

commit to user

Gambar 4.3 Presentase penggunaan Cyber Extension di Provinsi Jawa Tengah 2018

Penggunaan Cyber Extension di Kabupaten Boyolali Tahun 2018 bisa dikatakan baik. Hampir semua kecamatan di Kabupaten Boyolali telah menggunakan Cyber Extension. Tahun 2018 ini total telah ada 135 materi telah terupload di website Cyber Extension. Rata-rata materi yang diupload setiap BPP adalah 8 materi. Namun ada satu BPP yang belum menggunakan Cyber Extension yaitu kecamatan Selo. Tingginya tingkat penggunaan Cyber Extension ini tidak terlepas dari adanya dukungan jaringan internet yang memadai untuk kawasan Boyolali. Berikut adalah presentase penggunaan Cyber Extension di Kabupaten Boyolali :

Gambar 4.4 Diagram Presentase Penggunaan Cyber Extension menurut Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2018

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Faktor Motivasional yang Mempengaruhi Adopsi Cyber Extension a. Pengalaman Penyuluh Pertanian Lapangan Kabupaten Boyolali

Pengalaman disini menggambarkan bagaimana pengalaman seorang penyuluh dalam kesehariannya saat menggunakan komputer, internet dan juga Cyber Extension dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

(13)

commit to user

sebagai penyuluh. Deskripsi tanggapan responden sebanyak 140 orang penyuluh terhadap item pernyataan pengalaman untuk mengukur variabel pengalaman. Data kuesioner yang terdapat pada lampiran menunjukkan tanggapan responden pada setiap item pertanyaan sebagai berikut:

Tabel 4.5 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Pengalaman

No. Pernyataan Jumlah Jawaban (%)

SS S N TS STS

1. Saya aktif berselancar di dunia

maya (internet) 17,86 69,29 12,86 0 0

2. Saya menggunakan internet untuk mencari informasi terkait dengan pertanian

40,71 57,14 2,14 0 0

3. Saya menggunakan internet untuk membantu menyusun materi penyuluhan

31,43 64,29 4,29 0 0

4. Saya menggunakan internet untuk berdiskusi dengan pelaku utama (Petani) di dunia pertanian

12,86 71,43 13,57 0 0

5. Saya menggunakan internet untuk berkomunikasi dengan rekan kerja sesama penyuluh

24,29 62,86 12,86 2,14 0

6. Saya menggunakan internet untuk berkomunikasi stakeholder- stakeholder pertanian

12,86 75,71 4,29 5,71 0

7. Saya mempunyai banyak pengalaman dengan Cyber Extension

32,14 54,29 6,43 7,14 0

8. Saya telah lama menggunakan Cyber Extension (lebih dari satu tahun)

32,14 61,43 4,29 2,14 0

Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 4.5 menunjukan bahwa mayoritas responden menjawab setuju terhadap 8 item pertanyaan pada variabel pengalaman. Hal ini menggambarkan bahwa pengalaman penyuluh pertanian lapangan Kabupaten Boyolali relatif tinggi dalam penggunaan internet dan Cyber Extension. Penggunaan internet ini tinggi karena di Kabupaten Boyolali sudah didukung jaringan internet yang baik walaupun kondisi topografinya berbeda-beda. Kondisi internet ini dapat dilihat dari data Tabel 4.1 terkait jumlah tower BTS yang ada di Kabupaten Boyolali. Selain itu terdapat beberapa sarana dan prasarana yang mendukung pengaksesan internet pada

(14)

commit to user

Tabel 4.4. Penyuluh Pertanian Lapangan tidak selalu menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia dari BPP namun Cyber Extension dapat diakses dengan perangkat milik pribadi. Angka tertinggi terdapat pada item pertanyaan ke 6, yaitu “Saya menggunakan internet untuk berkomunikasi stakeholder-stakeholder pertanian” sebanyak 75,71% responden menjawab setuju. Hal tersebut terjadi karena stakeholder-stakeholder di bidang pertanian umumnya sudah memiliki fasilitas pribadi yang berhubungan dengan internet. Pemerintah Kabupaten Boyolali telah memberikan fasilitas berupa jaringan Wifi dengan kecepatan 465 Mbps yang berlaku di semua instansi pemerintahan dengan format Boyolali SmartCity yang pada tahun depan aksesnya akan diperluas hingga ke seluruh Kecamatan di Kabupaten Boyolali.

b. Kerumitan Penggunaan Cyber Extension oleh Penyuluh Pertanian Lapangan Kabupaten Boyolali

Kerumitan memiliki definisi seberapa sulit suatu teknologi untuk dipahami dan digunakan yang dipersepsikan oleh pemakai. Teknologi dalam penelitian ini adalah Cyber Extension. Deskripsi tanggapan responden sebanyak 140 orang penyuluh terhadap item pernyataan kerumitan untuk mengukur variabel kerumitan. Data kuesioner yang terdapat pada lampiran menunjukkan tanggapan responden pada setiap item pertanyaan sebagai berikut:

(15)

commit to user

Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kerumitan

No. Pernyataan Jumlah Jawaban (%)

SS S N TS STS

1. Untuk membuka Cyber Extension

membutuhkan waktu yang lama 0 0 0,7 87,9 11,4 2. Untuk menggunakan Cyber

Extension membutuhkan keterampilan tambahan

0 0 5,7 85,0 9,3 3. Pengoperasian Cyber Extension

memiliki tingkat kerumitan yang tinggi

0 0 8,6 67,1 24,3 4. Untuk bisa beradaptasi dan

menggunakan Cyber Extension membutuhkan waktu yang lama

0 0 7,9 77,1 15,0 5. Membuat dan mengupload materi

di Cyber Extension adalah kegiatan yang rumit untuk dilakukan

0 0,7 15,7 70 12,9 Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 4.6 menunjukan bahwa mayoritas responden menjawab tidak setuju terhadap 5 item pertanyaan pada variabel kerumitan. Hal ini menggambarkan bahwa penyuluh pertanian lapangan Kabupaten Boyolali tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan Cyber Extension. Fenomena ini terjadi karena terdapat sarana dan prasarana yang memadahi, kualifikasi penyuluh menurut tingkat pendidikan penyuluh yang tinggi, yaitu minimal pendidikan SLTA, dan adanya pelatihan peningkatan kapasitas penyuluh oleh Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah sesuai dengan program kerja dalam Rencana Kerja Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017.

Angka paling tinggi adalah pada item pertanyaan “Untuk membuka Cyber Extension membutuhkan waktu yang lama”, yaitu sebanyak 87,9%

responden menyatakan setuju. Cyber Extension mudah dibuka dan tidak membutuhkan waktu yang lama, karena tersedianya koneksi internet yang cukup memadai (sesuai dengan data 4.1) dan juga kualitas sistem yang baik.

Sebanyak 0,7% responden menganggap bahwa membuat dan mengupload materi di Cyber Extension merupakan kegiatan yang sulit untuk dilakukan.

Walaupun jumlahnya sangat kecil namun hal ini tentunya akan dapat berpengaruh terhadap performa Cyber Extension di Kabupaten Boyolali.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat disimpulkan jika Cyber

(16)

commit to user

Extension dianggap tidak memberikan kerumitan kepada Penyuluh Pertanian Lapangan di Kabupaten Boyolali.

c. Persepsi Kegunaan Penggunaan Cyber Extension oleh Penyuluh Pertanian Lapangan Kabupaten Boyolali

Persepsi kegunaan didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Dari definisi tersebut diketahui bahwa persepsi kegunaan merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan.

(Jogiyanto, 2007). Maksudnya adalah bahwa jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi membantu/mendukung pekerjaannya, maka dia akan menggunakannya. Deskripsi tanggapan responden sebanyak 140 orang penyuluh terhadap item pernyataan persepsi kegunaan untuk mengukur variabel persepsi kegunaan. Data kuesioner yang terdapat pada lampiran menunjukkan tanggapan responden pada setiap item pertanyaan sebagai berikut:

Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Persepsi Kegunaan

No. Pernyataan Jumlah Jawaban (%)

SS S N TS STS

1. Cyber Extension menyediakan referensi dalam pembuatan materi penyuluhan

28.6 71.4 0 0 0

2. Cyber Extension merupakan

sumber informasi tentang pertanian 22.1 77.9 0 2.1 0 3. Cyber Extension memberikan ruang

untuk berdiskusi dengan penyuluh dan petani dari berbagai daerah

10.7 87.1 0 0 0

4. Cyber Extension membuat kegiatan

penyuluhan menjadi lebih mudah 17.9 82.1 0 0 0 5. Saya merasa bahwa Cyber

Extension berguna mendukung pekerjaan saya

20.7 78.6 2.9 0.7 0 Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 4.7 menunjukan bahwa sebanyak 140 Responden menjawab setuju terhadap 8 item pertanyaan pada variabel pengalaman. Hal ini menggambarkan bahwa Cyber Extension diyakini memberikan manfaat bagi penyuluh pertanian Lapangan di Boyolali. Cyber Extension memberikan sumber informasi yang kredibel dan merupakan induk dari segala informasi

(17)

commit to user

tentang pertanian dimana didalamnya terdapat Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian(Simluhtan), Kalender Tanam (Katam), Info Cuaca BMKG, Evaluasi Kinerja Penyuluhan Pertanian dan Materi-Materi yang berkaitan dengan dunia pertanian. Walaupun Cyber Extension bukan merupakan satu satunya sumber informasi, dan website sarana untuk berdiskusi dengan petani maupun penyuluh dari daerah lain, Cyber Extension telah menjadi alternatif untuk sarana berdiskusi dan memberikan informasi yang akurat tentang pertanian di Kabupaten Boyolali. Berikut adalah tampilan ruang diskusi Cyber Extebsion dan materi spesifik Lokalita.

Gambar 4.5 Ruang diskusi dan Materi Spesifik Lokalita Cyber Extension d. Persepsi Kemudahan Penggunaan Cyber Extension oleh Penyuluh Pertanian

Lapangan Kabupaten Boyolali

Persepsi kemudahan didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha (Davis, 1989). Maksudnya adalah bahwa jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan, maka dia akan menggunakannya. Deskripsi tanggapan responden sebanyak 140 orang

(18)

commit to user

penyuluh terhadap item pernyataan persepsi kemudahan untuk mengukur variabel persepsi kemudahan. Data kuesioner yang terdapat pada lampiran menunjukkan tanggapan responden pada setiap item pertanyaan sebagai berikut:

(19)

commit to user

Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Persepsi Kemudahan

No. Pernyataan Jumlah Jawaban (%)

SS S N TS STS

1. Menurut saya, Cyber Extension

mudah dipelajari 14.3 82.9 2.9 0 0

2. Menurut saya, Cyber Extension

mudah dikuasai 4.3 95.7 0 0 0

3. Menurut saya, Cyber Extension

mudah diakses 19.3 80.0 0 0 0.7

4. Menurut saya, Cyber Extension

mudah dijalankan 13.6 85.7 0.7 0 0

5. Menurut saya, Cyber Extension mudah digunakan dimanapun dan kapanpun

11.4 88.6 0 0 0

Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 4.8 menunjukan bahwa mayoritas responden setuju terahadap item pertanyaan Persepsi kemudahan. Peryantaan Cyber Extension mudah dikuasai memiliki jumlah jawaban terbanyak yaitu sebesar 95,7%. Artinya Cyber Extension menurut Penyuluh Pertanian di Kabupaten Boyolali muudah pengoperasiannya sehingga tidak memberikan persepsi mudah. Hal ini dapat diartikan bahwa Cyber Extension diyakini mudah diterapkan bagi penyuluh pertanian Lapangan di Boyolali. Goodwin dan Silver dalam Adam et al. (1992) menegaskan bahwa kemudahan penggunaan mampu mengurangi usaha seseorang baik waktu maupun tenaga untuk mempelajari sistem atau teknologi karena individu yakin bahwa sistem atau teknologi tersebut mudah untuk dipahami. Intensitas penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya.

e. Sikap Penyuluh Pertanian Lapangan Kabupaten Boyolali Terhadap Cyber Extension

Sikap terhadap perilaku didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan.

Sementara Mathieson (1991) mendefinisikan sebagai evaluasi pemakai

(20)

commit to user

tentang ketertarikannya menggunakan sistem. Deskripsi tanggapan responden sebanyak 140 orang penyuluh terhadap item pernyataan sikap untuk mengukur variabel sikap. Data kuesioner yang terdapat pada lampiran menunjukkan tanggapan responden pada setiap item pertanyaan sebagai berikut:

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Sikap

No. Pernyataan Jumlah Jawaban (%)

SS S N TS STS

1. Menurut saya, penerapan Cyber Extension untuk mendukung penyuluhan pertanian adalah suatu tindakan positif

12.1 87.9 0 0 0

2. Menurut saya, penerapan Cyber

Extension adalah ide yang bagus 16.4 83.6 0 0 0 3. Menurut saya, Cyber Extension

adalah kebijakan yang tepat 16.4 83.6 0 0 0 Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 4.9 menunjukan bahwa mayoritas responden menyatakan sikap yang positif terhadap Cyber Extension. Keuntungan yang diberikan oleh Cyber Extension ini adalah memberikan sumber informasi pertanian, sarana berdiskusi, dan juga sarana memperoleh referensi dalam pembuatan materi penyuluhan. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas menyatakan dukungan atau sikap positif terhadap keberadaan Cyber Extension. Hal ini terkait dengan tanggapan dari responden yang menyatakan bahwa Cyber Extension merupakan kebijakan yang tepat untuk saat ini, karena perkembangan dan perubahan teknologi yang semakin maju dan modern. Kemajuan ini yang menyebabkan Penyuluhan Pertanian juga harus berkembang agar penyuluhan masih eksis dan bertahan.

Ajzen (2001) menyebutkan bahwa sikap memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Sementara Hanafi et.al (2013) menguraikan bahwa attitude toward using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya. Faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang

(21)

commit to user

mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/cara pandang (cognitive), afektif (affective), dan komponen- komponen yang berkaitan dengan perilaku (behavioral components).

f. Niat Penyuluh Pertanian Lapangan Kabupaten Boyolali Terhadap Penggunaan Cyber Extension

Niat perilaku adalah suatu keinginan (niat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Dalam penelitian ini berarti menjelaskan niat penyuluh untuk mengadopsi Cyber Extension. Deskripsi tanggapan responden sebanyak 140 orang penyuluh terhadap item pernyataan niat untuk mengukur variabel niat. Data kuesioner yang terdapat pada lampiran menunjukkan tanggapan responden pada setiap item pertanyaan sebagai berikut:

Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Niat

No. Pernyataan Jumlah Jawaban (%)

SS S N TS ST

S 1. Saya berencana untuk mengadopsi

Cyber Extension 11.4 88.6 0.0 0.0 0.0 2. Saya berniat menerapkan Cyber

Extension sesering yang saya butuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman

15.7 83.6 0.7 0.0 0.0 3. Dimanapun saya berada, jika

memungkinkan saya akan menggunakan Cyber Extension untuk mendukung penyuluhan pertanian

13.6 84.3 2.1 0.0 0.0

4. Saya berharap dapat terus

menggunakan Cyber Extension 18.6 81.4 0.0 0.0 0.0 Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 4.10 menunjukan bahwa mayoritas berniat untuk menggunakan Cyber Extnsion. Hal tersebut dapat diketahui dari jawaban sebagian besar responden menjawab setuju diatas 80%. Penyuluh Pertanian Lapangan yang telah menggunakan Cyber Extension ini mengaku akan menggunakannya dimasa yang akan datang sesuai kebutuhan. Sebagian besar penyuluh juga sudah mengetahui kegunaannya dan mengambil keuntungan dari Cyber Extension sebagai sikap positif yang memiliki niat mengadopsi Cyber

(22)

commit to user

Extension. Menurut Davis, et.al., dalam Purnomo dan Haryanto (2011), niat individu untuk menggunakan teknologi dipengaruhi oleh seberapa mudah dan seberapa besar manfaat yang akan diperoleh individu bersangkutan dari adopsi teknologi tersebut. Ajzen (2006) menyatakan bahwa niat individu untuk melakukan atau tidak melakukan suatu hal dibentuk oleh tiga faktor, yakni sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral controll.

g. Adopsi Penyuluh Pertanian Lapangan Kabupaten Boyolali Terhadap Penggunaan Cyber Extension

Perilaku adalah tindakan yang dilakukan seseorang. Dalam konteks sistem teknologi informasi, perilaku adalah penggunaan sesungguhnya (actual use) dari teknologi. Deskripsi tanggapan responden sebanyak 140 orang penyuluh terhadap item pernyataan adopsi untuk mengukur variabel adopsi. Data kuesioner yang terdapat pada lampiran menunjukkan tanggapan responden pada setiap item pertanyaan sebagai berikut:

Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Adopsi

No. Pernyataan Jumlah Jawaban (%)

SS S N TS STS

1. Cyber Extension saya manfaatkan untuk sumber informasi pertanian

2.1 97.9 0.0 0.0 0.0 2. Cyber Extension saya

manfaatkan untuk berdiskusi dengan rekan sesama penyuluh

2.1 95.7 2.1 0.0 0.0 3. Cyber Extension saya

manfaatkan untuk berdiskusi dengan pelaku usaha

32.1 67.9 0.0 0.0 0.0 4. Cyber Extension saya

manfaatkan untuk mendapatkan materi penyuluhan

13.6 86.4 0.0 0.0 0.0 5. Saya mangupload materi yang

saya buat di Cyber Extension 12.1 83.6 4.3 0.0 0.0 Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 4.11 menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 137 orang atau 97,85% menjawab setuju atas item pernyataan Cyber Extension saya manfaatkan untuk sumber informasi pertanian. Sebanyak 134 orang atau 95,71% menjawab setuju atas item pernyataan Cyber Extension saya

(23)

commit to user

manfaatkan untuk berdiskusi dengan rekan sesama penyuluh. Sebanyak 95 orang atau 67,85% menjawab setuju atas item pernyataan Cyber Extension saya manfaatkan untuk berdiskusi dengan pelaku usaha. Sebanyak 121 orang atau 86,42% menjawab setuju atas item pernyataan Cyber Extension saya manfaatkan untuk mendapatkan materi penyuluhan. Sebanyak 117 orang atau 83,57% menjawab setuju atas item pernyataan Saya mangupload materi yang saya buat di Cyber Extension. Hal ini dapat diartikan bahwa Cyber Extension telah di adopsi oleh Penyuluh di Kabuopaten Boyolali.

Hasil ini juga mendukung data sebelumnya yaitu pada gambar 4.3 yang menggambarkan bahwa Presentase penggunaaan Cyber Extension di Kabupaten Boyolali yang baik berada pada urutan kedelapan di Provinsi Jawa Tengah.

Tingginya tingkat adopsi ini tentunya diakibatkan oleh adanya dukungan koneksi internet, tersedianya sarana prasarana yang memadai baik itu dari Pemerintah maupun milik pribadi, juga adanya kewajiban untuk mengupload materi setiap BPP minimal 8 materi dalam satu tahun, sudah adanya pelatihan-pelatihan tentang Cyber Extension dan telah dianggarkan dalam rencana kerja Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah. Walaupun masih ada Kecamatan yang belum menggunakan Cyber Extension secara optimal, dan masih ada beberapa yang mengganggap Cyber Extension memberikan kerumitan, secara kesuluruhan di Kabupaten Boyolali telah menggunakan Cyber Extension.

2. Analisis Structural Equation Modelling

a. Evaluasi Model Pengukuran (Measurement Model)

Evaluasi model pengukuran adalah mengukur korelasi antara indikator dengan /variabel laten. Setelah mengetahui korelasinya diketahui validitas dan reliabilitas sebuah model. Untuk mengukur validitas dan reliabilitas, dilakukan dengan melihat convergent validity, discriminant validity, dan composite reliability (Ghozali, 2011).

(24)

commit to user 1) Convergent validity

Convergent validity merupakan pengujian terhadap indikator dalam variabel untuk memastikan bahwa indikator yang digunakan dalam penelitian ini benar-benar dapat dipahami oleh responden sehingga tidak ada kesalahpahaman terhadap indikator yang digunakan. Penilaian covergent validity ini berdasarkan korelasi antara skor item dengan skor variabel yang dihitung dengan PLS.

Penelitian ini, nilai loading factor yang memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila memiliki nilai loading factor yang lebih besar dari 0,70, namun demikian loading factor 0,50-0,60 masih dapat ditolerir sepanjang model masih dalam tahap pengembangan. Nilai loading factor setiap indikator pada setiap variabel dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Hasil Pengujian terhadap Indikator dalam Variabel

Berdasarkan Gambar 4.6 dapat diketahui semua indikator di setiap variabel laten memiliki nilai loading factor lebih besar dari 0,70. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan item memiliki tingkat validitas yang tinggi. Pengaruh antara indikator dengan konstruknya berkorelasi tinggi.

(25)

commit to user 2) Discriminant validity

Discriminant validity bertujuan untuk membuktikan bahwa variabel dapat memprediksi ukuran pada blok satu dengan blok yang lainnya.

Pada penelitian ini penilaian discriminant validity dengan cara membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap variabel dengan korelasi antar variabel lainnya dalam model.

Discriminant validity dikatakan baik jika AVE variabel lebih besar dari korelasi dengan seluruh variabel lainnya. Menurut Ghozali (2011) AVE yang baik memiliki nilai lebih besar dari 0,50. Nilai AVE pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Nilai AVE Penelitian

Variabel AVE Keterangan

Pengalaman 0.507 Valid

Kerumitan 0.506 Valid

Persepsi Kemudahan 0.527 Valid

Persepsi Kegunaan 0.546 Valid

Sikap 0.760 Valid

Niat 0.800 Valid

Adopsi 0.534 Valid

Sumber: Analisis Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat di ketahui bahwa semua variabel memiliki nilai AVE yang lebih besar dari 0,50. Hal ini telah sesuai dengan yang disyaratkan, sehingga dapat dilanjutkan pada pengujian selanjutnya. Artinya bahwa varian dari indikator dapat dijelaskan sebanyak 50% atau lebih.

3) Composite Reliability

Composite reliability merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan (reliabel). Chin dalam Ghozali (2011) menyatakan suatu variabel laten memiliki reliabilitas yang tinggi apabila nilai reliabilitas komposit dan/atau Cronbach Alpha diatas 0,70. Variabel yang dinyatakan reliabel jika memiliki nilai composite reliability di atas 0,70. Hasil output dari SmartPLS dapat dilihat pada Tabel 4.13.

(26)

commit to user

Tabel 4.13 Nilai Composite Reliability Penelitian

Variabel Composite

Reliability

Keterangan

Pengalaman 0.889 Reliabel

Kerumitan 0.778 Reliabel

Persepsi Kemudahan 0.787 Reliabel

Persepsi Kegunaan 0.857 Reliabel

Sikap 0.905 Reliabel

Niat 0.941 Reliabel

Adopsi 0.850 Reliabel

Sumber: Analisis Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa nilai composite reliability untuk semua variabel di atas 0,70. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semua variabel laten memiliki reliabilitas yang tinggi. Ketujuh konstruk yang digunakan dalam penelitian memenuhi unsur keandalan untuk analisis selanjutnya.

b. Evaluasi Model Structural (Structural Model/ Inner Model)

Inner model merupakan gambaran hubungan antar variabel. Menilai inner model dapat dilakukan dengan melihat Persentase varians yang dijelaskan yaitu dengan melihat R square. Nilai R square pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Nilai R Square Penelitian

Variabel R Square Kategori

Pengalaman - -

Kerumitan - -

Persepsi Kemudahan 0,598 Moderat

Persepsi Kegunaan 0,463 Moderat

Sikap 0,301 Lemah

Niat 0,563 Moderat

Adopsi 0,388 Moderat

Sumber : Analisis Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 4.14 di atas diketahui bahwa variabel persepsi kemudahan memiliki nilai R Square 0,598 (59,8%) yang berarti variabel persepsi kemudahan dapat dijelaskan sebanyak 59,8% oleh varibel pengalaman dan variabel kerumitan, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati pada penelitian ini. Variabel persepsi

(27)

commit to user

kegunaan memiliki nilai R Square 0,463 (46,3%), yang berarti varibel persepsi kegunaan dapat dijelaskan sebanyak 46,3% oleh variabel-variabel yang berkorelasi dengan persepsi kegunaan yaitu pengalaman dan kerumitan, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati pada penelitian ini. Variabel sikap memiliki nilai R Square sebesar 0,301 (30,1%), artinya variabel sikap dapat dijelaskan sebesar 30,1% oleh variabel persepsi kemudahan, dan persepsi kegunaan, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak damati dalam penelitian ini.

Variabel Niat memiliki R Square sebesar 0,563 (56,3%), artinya variabel niat dapat dijelaskan sebanyak 56,3% oleh variabel yang berkorelasi yaitu variabel sikap dan persepsi kemudahan. Sedangkan Variabel Adopsi memiliki nilai R Square sebesar 0,388 (38,8%), artinya variabel niat dapat dijelaskan sebanyak 38,8% oleh variabel-variabel yang berkorelasi dalam penelitian kali ini yaitu variabel Niat. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diamati pada penelitian ini. Semakin besar nilai R Square maka model semakin kuat. Variabel pengalaman dan kerumitan tidak memiliki nilai R Square karena merupakan variabel independen yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini dilakukan dengan menganalisis nilai p-value lalu dibandingkan dengan batas statistik yang disyaratkan, yaitu dibawah atau sama dengan 0,05. Apabila hasil olah data memenuhi nilai yang memenuhi syarat tersebut, maka hipotesis penelitian yang diajukan dinyatakan diterima. Tetapi apabila tidak memenuhi syarat tersebut, maka hipotesis penelitian yang diajukan dinyatakan ditolak. Hasil pengujian hipotesis mengacu pada hasil analisis pada Tabel 4.15.

(28)

commit to user Tabel 4.15 Hasil Uji Signifikansi Model (α=0,05)

No. Uji Pengaruh T-Statistic P-Value Ket.

1 PengalamanPersepsi Kegunaan 2.343 0,015 Signifikan 2 Pengalaman Persepsi Kemudahan 5.907 0,002 Signifikan 3 Kerumitan Persepsi Kegunaan 0.867 0,895 Tidak Signifikan 4 Kerumitan Persepsi Kemudahan 1.093 0,000 Signifikan 5 Persepsi KemudahanPersepsi

Kegunaan 4.754 0,008 Signifikan

6 Persepsi Kemudahan Sikap 1.012 0,320 Tidak Signifikan 7 Persepsi Kegunaan Sikap 2.502 0,009 Signifikan 8 Persepsi Kegunaan Niat 2.065 0,031 Signifikan

9 Sikap Niat 4.929 0,000 Signifikan

10 Niat Adopsi 8.148 0,000 Signifikan

Sumber : Analisis Data Primer, 2018

a. Hipotesis 1 : Pengalaman diduga berpengaruh signifikan terhadap persepsi kegunaan

Hipotesis 1 pada penelitian menyatakan bahwa pengalaman diduga mempunyai pengaruh yang signifikan dengan persepsi kegunaan.

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui P-value pada pengalaman terhadap persepsi kegunaan adalah sebesar 0,015. Nilai ini menunjukkan bahwa (p <

0,05), dengan demikian hipotesis 1 diterima. Sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengalaman dalam menggunakan teknologi komputer, Internet, dan Cyber Extension dengan persepsi kegunaan website Cyber Extension. Semakin tinggi pengalaman akan meningkatkan persepsi kegunaan Cyber Extension. Hasil ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian sama dengan penelitian yang dilakukan Gardner dan Amoroso (2004) yang memperoleh hasil bahwa pengalaman berpengaruh terhadap persepsi kegunaan. Hasil penelitian ini adalah pengalaman merupakan konstruk yang mempengaruhi perceived usefulness dan behavioral intention to use. Harp (1998) menemukan bahwa pemakai komputer yang berpengalaman lebih sensitif terhadap besarnya hubungan komunikasi dalam penyampaian pelatihan daripada pemakai yang tidak berpengalaman. Hasil penelitian dari Igbaria (1995) menunjukkan bahwa pengalaman menggunakan komputer akan mempengaruhi secara

(29)

commit to user

langsung ke penerimaan sistem. Pengalaman juga akan mempengaruhi penerimaan sistem secara tidak langsung lewat kepercayaan (beliefs) yaitu lewat persepsi kemudahan (perceived ease of use) dan persepsi kegunaan (perceived usefulness).

Penyuluh Pertanian Lapangan Kabupaten Boyolali merasa bahwa pengalaman dalam menggunakan teknologi berbasis komputer dan internet terutama sosial media dan Cyber Extension akan sangat berpengaruh terhadap persepsi kegunaan website Cyber Extension. Semakin berpegalaman terhadap teknologi Informasi utamanya Cyber Extension akan dapat meningkatkan kemudahan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai penyuluh. Adanya banyak pelatihan yang meningkatkan pengalaman penyuluh terutama tentang Cyber Extension akan meningkatkan kegunaan dari Cyber Extension untuk membantu mengjalankan tugas pokok dan fungsinya.

b. Hipotesis 2: Pengalaman diduga berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemudahan

Hipotesis 2 pada penelitian ini menyatakan bahwa pengalaman diduga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi kemudahan Cyber Extension. Dari Tabel 4.15 diketahui P-value pada pengalaman terhadap persepsi kemudahan adalah sebesar 0,002. Nilai ini menunjukkan bahwa (p ≤ 0,05). Dengan demikian hipotesis 2 diterima. Disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengalaman dengan persepsi kemudahan.

Hasil ini sesuai dengan teori yang dikembangkan Gardner dan Amoroso (2004) bahwa variabel eksternal (pengalaman) akan mempengaruhi persepsi kegunaan untuk menggunakan teknologi. Hasil penelitian dari Igbaria (1995) menunjukkan bahwa pengalaman menggunakan komputer akan mempengaruhi secara langsung ke penerimaan sistem. Pengalaman juga akan mempengaruhi penerimaan sistem secara tidak langsung lewat kepercayaan (beliefs) yaitu lewat persepsi kemudahan (perceived ease of use).

(30)

commit to user

Teknologi dalam Penelitian ini adalah Cyber Extension. Cyber Extension di Kabupaten Boyolali sudah mulai dikenal oleh Penyuluh Pertanian Lapangan boyolali sejak 2015 lalu, dan adanya pelatihan tentang Cyber Extension sebelumnya. Sehingga sudah banyak pengalaman dalam mengoperasikan dan menggunakan Cyber Extension sehingga dapat meningkatkan persepsi kemudahan bagi Penyuluh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Penyuluh Pertanian Lapangan memiliki pengalaman yang baik terhadap internet sehingga dengan adanya Cyber Extension ini tentu tidak menyulitkan bagi penyuluh sendiri. Terlebih dukungan sarana dan prasarana yang diperoleh Penyuluh Pertanian Lapangan Boyolali juga sangat mendukung terjadinya kemudahan dalam menggunakan Cyber Extension. Mulai dari ketersediaan jaringan internet yang dapat dilihat dari keberadaan tower BTS, adanya PC/Laptop di setiap BPP dan juga tersedianya modem yang memungkinkan penyuluh untuk dapat terhubung dengan jaringan internet. Cyber Extension juga dapat diakses melalui sarana dan prasarana milik pribadi seperti gawai dan laptop.

c. Hipotesis 3: kerumitan diduga berpengaruh signifikan terhadap persepsi kegunaan

Hipotesis 3 pada penelitian ini menyatakan bahwa kerumitan diduga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi kegunaan Cyber Extension. Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui P-value pada kerumitan terhadap persepsi kegunaan adalah sebesar 0,895. Nilai ini menunjukkan bahwa (p ≥ 0,05), dengan demikian hipotesis 3 ditolak. Disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara kerumitan dengan persepsi kegunaan. Hasil penelitian ini memberi gambaran bahwa bagi Penyuluh Pertanian Lapangan di Kabupaten Boyolali tidak merasa bahwa kerumitan mempengaruhi persepsi kegunaan menggunakan Cyber Extension.

Hasil ini berbanding terbalik dengan penelitian yang ditemukan oleh Gardner dan Amoroso (2004), Igbaria (1994), dan Kusumo (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara Kerumitan dengan persepsi kegunaan. Fakta di lapangan menunjukan bahwa kerumitan dalam

(31)

commit to user

menggunakan Cyber Extension tidak akan mempengaruhi persepsi kegunaan, karena penyuluh pertanian lapangan menganggap bahwa jika suatu teknologi (Cyber Extension) diyakini memberikan manfaat maka sulit dan tidaknya teknologi tersebut tidak akan mengurangi/mengubah persepsi kegunaannya. Selama teknologi itu memberikan manfaat maka akan tetap digunakan, dengan mengesampingkan kerumitan yang diterima. Kegunaan yang diperoleh dari Cyber Extension.

d. Hipotesis 4: kerumitan diduga berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemudahan

Hipotesis 4 pada penelitian ini menyatakan bahwa kerumitan diduga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi kegunaan Cyber Extension. Dari Tabel 4.15 diketahui P-value pada kerumitan terhadap persepsi kegunaan adalah sebesar 0,000. Nilai ini menunjukkan bahwa (p ≤ 0,05), dengan demikian hipotesis 4 diterima. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kerumitan dengan persepsi kemudahan. Kerumitan suatu teknologi (Cyber Extension) mempengaruhi kemudahan yang diberikan suatu teknologi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Thompson et al (1991) yang menyatakan bahwa semakin sulit suatu teknologi, semakin rendah tingkat penerimaan teknologinya. Walaupun kerumitan tampak terbalik dengan persepsi kemudahan. Igbaria (1995) juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kerumitan dengan persepsi kemudahan. Hubungan kerumitan dengan persepsi kemudahan sendiri berbanding terbalik atau negatif.

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Boyolali menganggap Cyber Extension mudah dan tidak rumit untuk digunakan. Cyber Extension tidak memiliki kerumitan yang tinggi karena Kabupaten Boyolali sudah didukung jaringan internet yang baik walaupun kondisi topografinya berbeda-beda.

Kondisi internet ini dapat dilihat dari data Tabel 4.1 terkait jumlah tower BTS yang ada di Kabupaten Boyolali artinya secara koneksi Kabupaten Boyolali tidak terlalu sulit sehingga persepsi kemudahan Cyber Extension cukup baik. Adanya sarana dan prasarana yang mendukung pengaksesan

(32)

commit to user

Cyber Extension seperti PC/Laptop, Modem, dan Jaringan Wifi di beberapa kecamatan, Cyber Extension juga bisa diakses melalui gawai pribadi dan adanya beberapa kali pelatihan terkait Cyber Extesion di Kabupaten Boyolali membuat Cyber Extension tidak memberikan kesulitan.

e. Hipotesis 5 :persepsi kemudahan diduga berpengaruh terhadap persepsi kegunaan

Hipotesis 5 pada penelitian ini menyatakan bahwa persepsi kemudahan diduga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi kegunaan Cyber Extension. Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui P-value pada persepsi kemudahan terhadap persepsi kegunaan adalah sebesar 0,008. Nilai ini menunjukkan bahwa (p ≤ 0,05), dengan demikian hipotesis 5 diterima.

Disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara persepsi kemudahan dengan persepsi kegunaan. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikembangkan oleh Davis (1989) yang menyatakan bahwa persepsi kemudahan suatu teknologi berpengaruh signifikan terhadap persepsi kegunaan suatu teknologi.

Fakta dilapangan juga menunjukan jika Cyber Extension mudah untuk dioperasikan sehingga Penyuluh Pertanian Lapangan Kabupaten Boyolali meyakini bahwa Cyber Extension akan berguna. Terlebih di era millenial seperti saat ini jejaring internet sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa lepas dari kehidupan. Kabupaten Boyolali juga telah merencanakan agenda besar sebagai Kabupaten yang sangat dekat dengan era digital dengan istilah Boyolali SmartCity. Perkembangan Boyolali SmartCity saat ini tengah melakukan penyambungan kabel-kabel optik hingga sampai ke Kecamatan.

f. Hipotesis 6 : persepsi kemudahan diduga berpengaruh signifikan terhadap sikap

Hipotesis 6 ini bertujuan untuk menguji apakah persepsi kemudahan memiliki pengaruh signifikan terhadap sikap penggunaan Cyber Extension.

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.15 diketahui P-value pada persepsi kegunaan terhadap sikap adalah sebesar 0,312. Nilai ini menunjukkan bahwa (p ≥ 0,05). Dengan demikian hipotesis 6 ditolak.

(33)

commit to user

Disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara persepsi kemudahan dengan sikap. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun suatu teknologi mudah namun belum tentu mempengaruhi sikap terhadap suatu teknologi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian penelitian terdahulu Davis (1989), Kusumo (2010), dan Bhilawa (2010), yang menemukan bahwa Persepsi kemudahan berpengaruh signifikan terhadap sikap. Penelitian kali ini justru tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi kemudahan dengan sikap.

Penyuluh Pertanian Lapangan Kabupaten Boyolali menganggap jika Cyber Extension mudah digunakan dan tidak membutuhkan usaha yang lebih dalam menggunakannya namun persepsi kemudahan ini tidak mempengaruhi sikap Penyuluh terhadap keberadaan Cyber Extension.

Persepsi kemudahan bukanlah penyebab mutlak sikap positif penggunaan Cyber Extension di Kabupaten Boyolali, terdapat faktor faktor lain yang menyebabkan sikap positif dari Cyber Extension. Misalnya seerti manfaat dari Cyber Extension sebagai sumber informasi, sarana diskusi, dan sarana untuk mencari materi penyuluhan.. Selama suatu teknologi memberikan manfaat maka itu yang akan diterapkan, tanpa melihat kemudahan suatu teknologi tersebut.

g. Hipotesis 7 : persepsi kegunaan diduga berpengaruh signifikan terhadap sikap

Hipotesis 7 ini bertujuan untuk menguji apakah persepsi kegunaan memiliki pengaruh terhadap sikap penggunaan Cyber Extension.

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.15 diketahui P-value pada persepsi kegunaan terhadap sikap adalah sebesar 0,015. Nilai ini menunjukkan bahwa (p ≤ 0,05). Dengan demikian hipotesis 7 diterima.

Disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara persepsi kegunaan dengan sikap. Hal ini menunjukan bahwa semakin beguna Cyber Extension maka sikap Penyuluh Terhadap Cyber Extension akan semakin positif juga.

Hasil penelitian mendukung teori yang dikembangkan oleh Davis (1989)

Gambar

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Boyolali dan Jawa Tengah
Tabel  4.1  Ketinggian  Wilayah,  Jarak  dengan  Pusat  Kabupaten  dan  Jumlah  Tower BTS di Kecamatan Boyolali Tahun 2018
Tabel 4.2 Komoditas Potensial di Kabupaten Boyolali Tahun 2018
Tabel  4.3  Luas  Wilayah,  dan  Jumlah  Penyuluh  di  Kecamatan  Kabupaten  Boyolali 2018
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

test dari kelompok eksperimen, dengan kata lain tidak adanya penurunan perilaku kecurangan akademik yang dilakukan oleh siswa setelah diberikan. pelatihan

Pondasi dalam adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 meter dan Pondasi dalam adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 meter dan digunakan untuk menyalurkan beban

Dari hasil penelitian ini,didapatkan beberapa pohon yang memiliki diameter di atas 60 m (Ө&gt;60), seperti : Resak ( Vatica rassak ), Bengkirai ( Shorea leavis ),

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan personalitas khususnya motivasi, kepuasan kerja, komitmen organisasi, komitmen profesional, kesempatan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa tentang faktor resiko penularan HIV / AIDS di Fakultas Bisnis Program Studi Akuntansi

Asahan, terdakwa TAUFIK HIDAYAH, SE dan terdakwa WIGA HARYADI menjadi kesal, lalu terdakwa TAUFIK HIDAYAH, SE melakukan aksi corat-coret membuat tulisan dengan

“Tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh audit internal adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan

Upaya – upaya yang telah dilakukan untuk pemenuhan standar dimaksud melalui kerjasama operasional dengan Universitas Hasanuddin Makasar serta Universitas Sam