• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Al-Risalah Volume 14, Nomor 1, Januari Juni 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Al-Risalah Volume 14, Nomor 1, Januari Juni 2018"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN

INSTRUMEN PENGUKURAN NILAI KEMANDIRIAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS MATERI SINCERELY YOURS DAN CAUSE AND EFFECT

KELAS XI DI SMKN 4 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2017/2018 Ahmad Dzaky dan Muhammad Surya Rifqi

Abstrak:

This study aims to develop an instrument for measuring students’

autonomous value of English Lessons in materials “Sincerely Yours and Cause and Effect” at the Eleventh Grade of State Vocational School (SMKN) 4 Banjarmasin. The focus of this study is Research and Development (R&D). In the early phases, this process was taken by developing instruments through exam grilles (kisi-kisi soal) arranged based on concepts, question numbers, question items and responses, then making an examination or consulting with expert judgment who examines and contributes for improving the instruments. The instruments then were tested on the students of State Vocational High School 4 Banjarmasin at 70 students of XI P 1 and XI P 2 grades and analyzed by using construct validity test and reliability test.

The result of the study will produce measurement of instruments of autonomous values on English lesson in the form of 20 items of questions, that consisting of 11 items for positive questions and 11 items for negative questions.

Penulis adalah Dosen-dosen Tetap STAI RAKHA AMUNTAI, [email protected]

(2)

A. PENDAHULUAN

Dalam rangka menghasilkan peserta didik yang unggul maka proses pendidikan senantiasa dievaluasi dan diperbaiki. Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan berkarakter adalah munculnya gagasan mengenai pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia. Gagasan ini muncul karena proses pendidikan yang selama ini dilakukan dinilai belum sepenuhnya berhasil dalam membangun manusia Indonsia yang berkarakter. Dalam hal ini terdapat 18 nilai dalam pendidikan karakter menurut Departemen Pendidikan Nasional adalah:

religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.1

Dalam hal ini guru harus merancang setiap proses pembelajaran di kelas dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam materi ajarnya dan ini tentu bukanlah pekerjaan yang mudah. Tidak hanya sampai disitu guru juga harus mempersiapkan dan membuat penilaian pertumbuhan karakter termasuk di dalamnya nilai kemandirian peserta didik. Hal ini karena pemerintah belum menyediakan instrumen penilaian kemandirian peserta didik yang sudah valid dan reliabel. Perlu juga diketahui bahwa nila mandiri ini tumbuh di dalam diri peserta didik, sehingga perlu sekali instrumen pengukuran nilai kemandirian dengan menggunakan skala sikap yang disusun oleh guru itu sendiri.

Fakta yang ada di lapangan menunjukan bahwa guru di SMKN 4 Banjarmasin mata pelajaran Bahasa Inggris sudah melaksanakan penilaian kemandirian peserta didik, namun menggunakan instrumen yang belum teruji. Dalam penilaian itu guru hanya menggunakan pengamatan (observasi) saja. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan beberapa orang guru menyatakan bahwa para guru tidak sempat membuat alat ukur nilai kemandirian. Hal ini tentu saja menjadi

1Lihat Lickona, Thomas. Mendidik untuk Membentuk Karakter. (Jakarta:

Bumi Aksara, 2012), hal. 40

(3)

permasalahan yang harus segera diatasi dan memerlukan pemecahan.

Oleh karena itu maka instrumen nilai kemandirian yang telah teruji sangat diperlukan di SMKN 4 Banjarmasin guna memenuhi pelaksanaan penilaian kemandirian peserta didik yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Bahasa Inggris.

B. PEMBAHASAN

1. Jenis Penelitian dan Prosedur Pengembangan

Jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian dan pengembangan (Research and Development) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.2 Dalam penelitian ini, peneliti akan mengembangkan instrumen pengukuran nilai kemandirian siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris kelas XI SMKN 4 Banjarmasin.

Mardapi menyatakan bahwa ada beberapa langkah yang harus diikuti dalam mengembangkan instrumen afektif, yaitu: (1) Menentukan spesifikasi instrumen; (2) Menulis instrumen; (3) Menentukan skala instrumen; (4) Menentukan sistem penskoran;

(5) Menelaah instrumen; (6) Melakukan uji coba; (7) Menganalisis instrumen; dan (8) Merakit instrumen.

Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan gambar/bagan pengembangan instrumen pengukuran nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris:

2Sugiyono, Metode Penelitian dan Pengembangan. (Bandung: Alfabeta: 2015) hal. 28

(4)

Gambar 3.1

Alur Pengembangan Instrumen

2. Proses Pengembangan Instrumen 1) Model Awal

Pada tahap awal dalam proses pengembangan instrumen pengukuran ini ditempuh dengan cara mengembangkan instrumen melalui kisi-kisi yang disusun berdasarkan konsep, nomor soal, butir item dan respon jawaban. Dalam penelitian pengembangan ini, terdapat 4 indikator nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris yang telah ditetapkan, yaitu:

a) Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi b) Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain

ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris c) Menunjukkan rasa percaya diri ketika mengerjakan tugas

pada pembelajaran Bahasa Inggris

d) Mempunyai rasa ingin menonjol ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris

Indikator nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah:

1. Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi 2. Secara relatif jarang

mencari pertolongan pada orang lain ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris

3. Menunjukkan rasa percaya diri ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris

4. Mempunyai rasa ingin menonjol ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris

Menentukan Spesifikasi instrumen

Uji Coba

Instrumen Final Menulis Instrumen

Menelaah Instrumen

Menganalisis Instrumen

1. Tujuan Pengukuran 2. Kisi-kisi

instrument, bentuk & format instrument 3. Panjang

Instrumen

(5)

Dari 4 indikator ini kemudian dikembangkan menjadi kisi- kisi instrumen pengukuran nilai kemandirian siswa yang terdiri dari 20 butir pernyataan dan di dalamnya terdapat instrumen atau pernyataan positif dan instrumen atau pernyataan negatif.

Instrumen penelitian ini digunakan dalam bentuk instrumen faktual. Berikut disajikan tabel model awal.

Tabel 4.1 Tabel Model Awal (Spesifikasi Instrumen)

Variabel Indikator Nomor Butir

Soal Total

+ -

Mandiri Menunjukkan inisiatif dan berusaha

untuk mengejar prestasi 1, 2, 3

4, 5 5

Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain ketika mengerjakan tugas pada

pembelajaran Bahasa Inggris

6, 7, 8,

9, 10

5

Menunjukkan rasa percaya diri ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris

11, 12, 15

13, 14 5

Mempunyai rasa ingin menonjol ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris

16, 17, 20

18, 19 5

Jumlah Butir 11 9 20

2) Tahap Validasi

Setelah kisi-kisi dan butir-butir instrumen tersusun kemudian dilakukan penelahan atau dikonsultasikan dengan expert judgment di mana para pakar mencermati dan memberi masukan untuk perbaikan instrumen. Validasi butir ini dikonsultasikan dengan Bapak Agus Diannor, S.Sos.I, M.M selaku dosen Psikologi Pendidikan di STAI RAKHA dan Ibu Nor Inayah, S.Pd selaku guru mata Pelajaran Bahasa Inggris kelas XI

(6)

di SMKN 4 Banjarmasin. Dalam validasi ini, validator melihat apakah kisi-kisi dan butir-butir instrumen yang disusun sudah sesuai dengan konsep dan indikator nilai percaya diri. Lembar validasi kisi-kisi disajikan sebagai berikut:

Lembar Validasi Kisi-Kisi Skala Sikap Nilai Kemandirian Siswa Petunjuk:

Perhatikan kisi-kisi yang telah dibuat oleh pengembang tes. Pilih salah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda centang () pada kolom yang sesuai. Berikan komentar mengenai kisi-kisi tersebut dalam hubungannya dengan aspek yang diukur, dalam kaitannya dengan hal-hal berikut:

1. Defenisi atau batasan ukur sesuai dengan teori yang digunakan.

Ya Tidak

Jika tidak, sarannya adalah………..

2. Aspek-aspek yang digunakan sesuai dengan defenisi atau batasan ukur.

Ya Tidak

Jika tidak, sarannya adalah………..

3. Indikator-indikator sesuai dengan aspek.

Ya Tidak

Jika tidak, sarannya adalah………..

4. Butir-butir pada indikator sudah representative.

Ya Tidak

Jika tidak, sarannya adalah………..

5. Adakah aspek atau indikator yang dirumuskan berlebihan?

Ya Tidak

Jika ya, sarannya adalah………..

Validator,

(...)

Dari hasil validasi tersebut, dapat dilihat dengan adanya tanda centang disetiap pertanyaan bahwa defenisi atau batasan

(7)

ukur sudah sesuai dengan teori, aspek-aspek yang digunakan sudah sesuai dengan defenisi atau batasan ukur, indikator- indikator sudah sesuai dengan aspek, butir-butir pada indikator sudah representative, dan aspek atau indikator yang dirumuskan tidak berlebihan. Maka, dapat disimpulkan bahwa butir instrumen yang disusun telah memenuhi syarat sebagai instrumen untuk memperoleh data kemandirian siswa.

3) Penyajian Data Hasil Uji Coba

Setelah instrumen diuji cobakan kepada siswa SMKN 4 Banjarmasin kelas XI P 1 dan XI P 2 yang berjumlah 70 siswa, maka diperoleh data hasil uji coba untuk dianalisis. Dari data hasil uji coba tersebut, akan dianalisis uji validitas konstruk dan uji reliabilitasnya, berikut penjelasannya.

1) Uji Validitas Konstruk menggunakan Analisis Faktor.

Uji validitas konstruk menggunakan analisis faktor dibantu dengan program SPSS For Windows Version 16, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Analisis awal dilakukan untuk mengetahui butir mana saja yang layak dimasukkan dalam analisis lanjut, karena tidak semua butir bisa masuk dalam analisis lanjutan maka harus disaring dulu. Caranya dapat dilihat pada KMO MSA (Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy). Bila hasil yang diperoleh >0.5 maka dapat melanjutkan proses analisis. Pada proses perhitungan diperoleh nilai KMO MSA adalah 0.640 artinya 0.640

>0.5 maka proses analisis faktor dapat dilanjutkan. Nilai KMO untuk 20 butir angket dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 4.2

Nilai KMO untuk 20 Butir Angket

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy .640 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 455.911

Df 190

Sig. .000

(8)

Pada output Anti Image Matrices dilihat nilai-nilai Anti Image Correlation pada sepanjang diagonal utama (yang ada tanda a). Berdasarkan teori, butir layak untuk dianalisis adalah nilai MSA lebih dari 0.5 maka nilai MSA yang kurang dari 0.5 dikeluarkan dan pengujian diulang kembali. Apabila ada lebih dari satu butir yang mempunyai MSA di bawah 0.5, maka yang dikeluarkan adalah butir dengan MSA paling kecil, dan proses pengujian tetap diulang. Dari data hasil analisis terdapat 2 butir yang nilai MSAnya < 0.5, yaitu B4 = 0,312 dan B5 = 0,367. Dengan demikian, dari output Anti Image Matrices, butir B4 dikeluarkan dari pengujian karena nilai MSAnya terkecil yaitu 0.312. Kemudian proses pengujian diulang dari awal menjadi 19 butir angket.

Pada langkah analisis faktor kedua diperoleh matriks korelasi sebanyak 19 butir angket yang digunakan sebagai rujukan. Di dalam analisis faktor sebagai uji persyaratan analisis dengan KMO MSA (Kaiser mayer Olkin Measure Of Sampling Adequaci) sebesar 0.696>

0.5 maka proses analisis faktor dapat dilanjutkan. Tabel nilai KMO untuk 19 butir angket dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Nilai KMO untuk 19 Butir Angket

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy .696 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 409.252

Df 171

Sig. .000

Pada output Anti Image Matrices dilihat nilai-nilai Anti Image Correlation pada sepanjang diagonal utama (yang ada tanda a). Berdasarkan teori, butir layak untuk dianalisis adalah nilai MSA lebih dari 0.5 maka nilai MSA

(9)

yang kurang dari 0.5 dikeluarkan dan pengujian diulang kembali. Apabila ada lebih dari satu butir yang mempunyai MSA di bawah 0.5, maka yang dikeluarkan adalah butir dengan MSA paling kecil, dan proses pengujian tetap diulang. Dari data hasil analisis kedua masih terdapat 1 butir yang nilai MSA nya < 0.5, yaitu B5 = 0,356. Dengan demikian, dari output Anti Image Matrices, butir B5 dikeluarkan dari pengujian karena nilai MSA nya < 0,5 yaitu 0,356 kemudian proses pengujian diulang dari awal menjadi 18 butir angket.

Pada langkah analisis faktor ke tiga diperoleh matriks korelasi sebanyak 18 butir angket yang digunakan sebagai rujukan. Di dalam analisis faktor sebagai uji persyaratan analisis dengan KMO MSA (Kaiser mayer Olkin Measure Of Sampling Adequaci) sebesar 0.718>

0.5 maka proses analisis faktor dapat dilanjutkan. Tabel nilai KMO untuk 18 butir angket dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Nilai KMO untuk 18 Butir Angket

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy .718 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 390.050

Df 153

Sig. .000

Pada output Anti Image Matrices dilihat nilai-nilai Anti Image Correlation pada sepanjang diagonal utama (yang ada tanda a). Berdasarkan teori, butir layak untuk dianalisis adalah nilai MSA lebih dari 0.5 maka nilai MSA yang kurang dari 0.5 dikeluarkan dan pengujian diulang kembali. Apabila ada lebih dari satu butir yang mempunyai MSA di bawah 0.5, maka yang dikeluarkan adalah butir dengan MSA paling kecil, dan proses pengujian tetap diulang. Dari data hasil analisis ketiga

(10)

ternyata tidak ada nilai Anti Image Correlation di bawah 0.5. Sehingga proses dapat dilanjutkan.

b) Untuk tabel Communalities menunjukkan nilai faktor yang menjelaskan varian butir angket. Nilai yang ada pada Communalities selalu positif. Butir dikatakan sudah memiliki hubungan yang kuat dengan faktor yang terbentuk apabila mempunyai nilai > 0,5. Berdasarkan hasil analisis, nilai extraction pada tabel Communalities menunjukkan semua nilai > 0.5. Hal ini berarti bahwa butir-butir instrumen ini sudah memiliki hubungan yang kuat dengan faktor yang terbentuk. Tabel Communalities untuk 18 Butir Angket dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Communalities untuk 18 Butir Angket

Communalities

Initial Extraction

BR1 1.000 .577

BR2 1.000 .548

BR3 1.000 .553

BR6 1.000 .579

BR7 1.000 .542

BR8 1.000 .567

BR9 1.000 .629

BR10 1.000 .557

BR11 1.000 .580

BR12 1.000 .547

BR13 1.000 .559

BR14 1.000 .655

BR15 1.000 .563

BR16 1.000 .510

BR17 1.000 .640

BR18 1.000 .712

BR19 1.000 .582

BR20 1.000 .586

Extraction Method: Principal Component Analysis.

(11)

c) Tabel Total Variance Explained menunjukkan nilai masing-masing butir yang dianalisis. Ada dua macam analisis penjelasan varian, yaitu Initial Eigenvalues dan Extraction Sums of Squared Loading. Pada varian Initial Eigenvalues menunjukkan faktor terbentuk, sedangkan pada Extraction Sums of Squared Loading menunjukkan jumlah varian yang diperoleh.

Dalam penelitian ini, terdapat 18 butir yang dimasukkan ke dalam analisis faktor dan diperoleh nilai akar karakteristik (eigenvalues) di atas 1 (>1), sedangkan pada Extraction Sums of Squared Loading menunjukkan 4 varian yaitu (1) 28.530; (2) 8.416; (3) 8.117;

(4) 7.645 dan Cumulative 62.708%. Karena angka tersebut sudah > 60%, maka pembentukkan faktor dalam instrumen ini dikatakan sudah memadai.

Untuk validasi konstruk secara empirik dalam penelitian ini menggunakan Confirmatory Factor Anaisis (CFA) maka Rotation Sums of Squerd Loadings juga dapat dilihat dalam tabel sesuai dengan konsep. Berikut tabel total variance explainined untuk 18 butir angket:

(12)

Tabel 4.7

Total Variance Explained Untuk 18 Butir Angket

Total Variance Explained

Compo nent

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared

Loadings Rotation Sums of Squared Loadings Total % of

Variance Cumulative

% Total % of

Variance Cumulative

% Total % of

Variance Cumulati ve % 1 5.135 28.530 28.530 5.135 28.530 28.530 2.826 15.698 15.698 2 1.515 8.416 36.946 1.515 8.416 36.946 2.296 12.753 28.451 3 1.461 8.117 45.063 1.461 8.117 45.063 2.226 12.368 40.819 4 1.376 7.645 52.708 1.376 7.645 62.708 2.140 11.889 62.708

5 1.324 7.357 60.065

6 1.024 5.690 65.755

7 .919 5.106 70.861

8 .788 4.380 75.242

9 .753 4.183 79.425

10 .678 3.766 83.190

11 .564 3.133 86.323

12 .520 2.888 89.212

13 .486 2.697 91.909

14 .430 2.390 94.299

15 .343 1.907 96.206

16 .273 1.519 97.725

17 .217 1.205 98.930

18 .193 1.070 100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

d) Gambar Scree Plots menunjukkan jumlah faktor terbentuk, dengan melihat beberapa banyak slope dengan kemiringan yang hampir sama. Pada tabel terlihat 18 titik yang dihubungkan oleh 17 garis yang memiliki kemiringan yang berbeda. Satu garis pertama mempunyai kemiringan panjang dari 17 garis yang lain.

Ada 17 garis mempunyai kemiringan slope yang hampir sama sehingga menyerupai garis lurus. Lihat gambar 4.1 berikut:

(13)

Gambar 4.1 Scree Plot Untuk 18 Butir Angket

e) Rotated Component Matrix menunjukkan nilai korelasi antara suatu butir dengan faktor yang terbentuk. sebuah butir angket dikatakan valid jika mempunyai muatan faktor terbesar pada faktor tersebut, adapun muatan faktor tiap butir angket bisa dilihat pada tabel sebaran muatan faktor (Rotated Component Matrix) berikut:

(14)

Tabel 4.8

Sebaran Muatan Faktor

Rotated Component Matrix (a)

Component

1 2 3 4

BR1 -.047 .481 .265 .416

BR2 .253 .684 -.043 .121

BR3 .030 .241 -.116 .617

BR6 .154 .530 .272 .038

BR7 .184 .710 .035 .053

BR8 .310 .480 .313 .206

BR9 .775 .141 -.076 -.055

BR10 .440 .171 .353 .101

BR11 .315 .012 .679 .141

BR12 .278 .102 .225 .556

BR13 .386 -.245 .417 .277

BR14 .266 -.198 .017 .738

BR15 -.158 .118 .645 .096

BR16 .641 .307 .007 .067

BR17 .686 .203 .179 .308

BR18 .688 .146 .394 .247

BR19 -.069 .370 .239 .619

BR20 .169 .239 .702 -.092

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a Rotation converged in 10 iterations.

Penentuan butir instrumen masuk faktor mana ditentukan dengan melihat nilai korelasi terbesar. Seperti pada butir instrumen butir 1 korelasi terbesar adalah dengan faktor 2 yaitu 0.481 dan untuk butir 2 korelasi terbesarnya adalah dengan faktor 2 yaitu 0.684 begitu

(15)

pula untuk butir seterusnya. Untuk lebih jelasnya hasil analisis menunjukkan sebaran butir instrumen nilai kemandirian siswa seperti disajikan dalam tabel 4.8 di bawah ini:

Tabel 4.8

Pemberian nama Sebaran Muatan Faktor pada Butir Sebaran Butir

Tes Faktor Nama Faktor

BR9, BR10, BR12, BR17, BR 18

1 Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi

BR1, BR2, BR6,

BR7, BR8 2 Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris

BR11, BR13,

BR15, BR20 3 Menunjukkan rasa percaya diri ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris

BR3, BR12,

BR14, BR19 4 Mempunyai rasa ingin menonjol ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris

2) Uji Reliabilitas menggunakan koefisien Alpha Cronbach Dari hasil analisis faktor di atas, butir soal yang dinyatakan valid/signifikan akan diuji kembali dengan analisis reliabilitas menggunakan program SPSS 16 For Windows yang terdiri dari 18 butir yang valid. Koefisien reliabilitas dianggap memadai apabila nilainya > 0.7 artinya suatu instrumen dikatakan cukup reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha sekurang-kurangnya 0.7. Dari hasil analisis, nilai Alpha yang diperoleh adalah sebesar 0.843 > 0.7 Maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen

(16)

penelitian tersebut reliabel. Berikut ini tabel reliability statistics nya:

Tabel 4.9

Tabel Reliability Statistics

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.843 18

4) Instrumen Final

Semua proses analisis data telah dilaksanakan pada penelitian ini sehingga akhirnya diperoleh seperangkat instrumen nilai kemandirian siswa di SMKN 4 Banjarmasin yang valid secara teoritis maupun secara empirik. Ringkasannya disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.10

Ringkasan indikator dan Instrumen Final Nilai Kemandirian Siswa

No Indikator Instrumen

Final Total

+ -

1 Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi 1,

2, 3

3

2 Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris

6, 7, 8,

9, 10

5

3 Menunjukkan rasa percaya diri ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris

11, 12, 15

13, 14 5

4 Mempunyai rasa ingin menonjol ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris

16, 17, 20

18, 19 5

Total 11 7 18

(17)

3. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan instrumen pengukuran nilai kemandirian siswa di SMKN 4 Banjarmasin.

Setelah instrumen disusun, telah dilakukan kelayakan instrumen baik secara teoritis maupun secara empirik, yang meliputi uji validitas konstruk dengan analisis faktor, uji reliabilitas instrumen, dan finalisasinya.

Validitas konstruk secara teoritis terhadap instrumen dalam penelitian pengembangan ini ditempuh dengan cara mengembangkan instrumen dari indikator nilai percaya diri melalui kisi-kisi, yang disusun berdasarkan konsep, nomor soal, butir item dan respon jawaban. Setelah itu dilakukan penelahan atau dikonsultasikan dengan Expert Judgment yaitu dengan Bapak Agus Diannor, S.Sos.I, M.M selaku dosen Psikologi Pendidikan di STAI RAKHA dan Ibu Nor Inayah, S.Pd selaku guru mata Pelajaran Bahasa Inggris kelas XI di SMKN 4 Banjarmasin, instrumen tersebut diuji cobakan di lapangan.

Pada pembuktian validitas konstruk diperoleh dari analisis faktor (factor analysis) dengan bantuan computer program SPSS versi 16.0 for windows. Instrumen dalam penelitian ini mengungkap komponen nilai kemandirian siswa yang meliputi 4 indikator dalam 20 butir pernyataan. Untuk uji coba menggunakan 2 kelas perwakilan yaitu kelas XI P1 dan XI P2 yang berjumlah 70 siswa di SMKN 4 Banjarmasin.

Berdasarkan hasil analisis faktor pertama, menunjukan angka Kaiser Meyer Olkin (KMO) 0.640 (Lihat tabel 4.3). Dengan dasar bahwa angka KMO sudah > 0.5 (0.673> 0.5) maka dapat disimpulkan bahwa 20 butir ini sudah memenuhi syarat untuk dianalisis faktor.

Hasil analisis pertama, pada Anti Image Correlation menunjukan bahwa terdapat 2 butir yang nilai korelasinya di bawah 0.5 yakni BR 4 = 0.312 dan BR5 = 0.367. Karena ada lebih dari satu butir yang MSA < 0.5, maka yang dikeluarkan adalah butir

(18)

dengan MSA paling kecil yaitu BR4 = 0.312. Kemudian proses pengujian diulang dari awal menjadi 19 butir.

Pada langkah analisis faktor kedua diperoleh matriks korelasi sebanyak 19 butir soal yang digunakan sebagai rujukan. Di dalam analisis faktor sebagai uji persyaratan analisis dengan KMO MSA (Kaiser mayer Olkin Measure of Sampling Adequaci) sebesar 0.696

> 0.5. lebih lanjut hasil analisis kedua, pada Anti Image Correlation menunjukan bahwa masih terdapat 1 butir yang nilai MSAnya <0.5, yaitu BR5 = 0.356 Dengan demikian, dari output Anti Image Matrices, BR5 dikeluarkan dari pengujian karena nilai MSA terkecil yaitu 0.356. Kemudian proses pengujian diulang dari awal menjadi 18 butir angket.

Pada langkah analisis faktor ke tiga diperoleh matriks korelasi sebanyak 18 butir soal yang digunakan sebagai rujukan. Di dalam analisis faktor sebagai uji persyaratan analisis dengan KMO MSA (Kaiser mayer Olkin Measure of Sampling Adequaci) sebesar 0.718

> 0.5. Dari data hasil analisis ke tiga ternyata tidak ada nilai Anti Image Correlation di bawah 0.5. Sehingga proses dapat dilanjutkan.

Untuk tabel Communalities menunjukkan nilai faktor yang menjelaskan varian butir. Nilai yang ada pada Communalities selalu positif. Butir dikatakan sudah memiliki hubungan yang kuat dengan faktor yang terbentuk apabila mempunyai nilai > 0.5. Berdasarkan hasil analisis nilai extraction pada tabel Communalities menunjukkan semua nilai > 0.5. Hal ini berarti bahwa butir-butir instrumen ini sudah memiliki hubungan yang kuat dengan faktor yang terbentuk.

Tabel Total Variance Explained menunjukan nilai masing- masing butir yang dianalisis. Ada dua macam analisis penjelasan varian, yaitu Initial Eigenvalues dan Extraction Sums of Squared Loading. Pada varian Initial Eigenvalues menunjukkan faktor terbentuk, sedangkan pada Extraction Sums of Squared Loading menunjukkan jumlah varian yang diperoleh. Dalam penelitian ini, ada 18 butir yang dimasukkan ke dalam analisis faktor dan diperoleh nilai akar karakteristik (eigenvalues) di atas 1 (>1), sedangkan pada Extraction Sums of Squared Loading menunjukkan 4 varian yaitu

(19)

(1) 28.530; (2) 8.416; (3) 8.117; (4) 7.645 dan Cumulative 62.708%. Karena angka tersebut sudah >60%, maka pembentukan faktor dalam instrumen ini dikatakan sudah memadai.

Gambar Scree Plots menunjukkan jumlah faktor terbentuk, dengan melihat beberapa banyak slope dengan kemiringan yang hampir sama. Pada tabel terlihat 18 titik yang dihubungkan oleh 17 garis yang memiliki kemiringan yang berbeda. Satu garis pertama mempunyai kemiringan panjang dari 17 garis yang lain. Ada 17 garis mempunyai kemiringan slope yang hampir sama sehingga menyerupai garis lurus.

Rotated Component Matrix menunjukkan nilai korelasi antara suatu butir dengan faktor yang terbentuk. Penentuan butir instrumen masuk faktor mana ditentukan dengan melihat nilai korelasi terbesar.

Untuk faktor satu sebaran butir angket berada pada BR9, BR10, BR12, BR17, BR18. Untuk faktor dua seberan butir angket berada pada BR1, BR2, BR6, BR7, BR8. Untuk faktor tiga sebaran butir angket berada pada BR11, BR13, BR15, BR20. Dan untuk faktor empat sebaran butir angket berada pada BR3, BR12, BR14, BR19.

Adapun perhitungan reliabilitas dilakukan hanya pada butir yang valid saja sehingga reliabilitas nilai kemandirian siswa hanya dilakukan pada 18 butir angket. Koefisien reliabilitas dianggap memadai apabila nilainya > 0.7, artinya suatu instrumen dikatakan cukup reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha sekurang- kurangnya 0.7. Dari hasil analisis, nilai Alpha yang diperoleh adalah sebesar 0.843 > 0.7. Maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen tersebut reliabel.

Semua proses analisis data telah dilaksanakan pada penelitian ini sehingga akhirnya diperoleh seperangkat instrumen nilai kemandirian siswa di SMK 4 Banjarmasin yang valid secara teoritis maupun secara empirik. Banyaknya instrumen final nilai kemandirian siswa ini terdiri dari 18 butir, yaitu indikator 1 sebanyak 3 butir, indikator 2 sebanyak 5 butir, indikator 3 sebanyak 5 butir, dan indikator 4 sebanyak 5 butir.

(20)

C. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penelitian pengembangan ini menghasilkan instrumen pengukuran nilai kemandirian pada mata pelajaran Bahasa Inggris berbentuk angket sebanyak 20 butir pernyataan, yang terdiri dari 11 butir pernyataan positif dan 9 butir pernyataan negatif.

2. Proses pengembangan instrumen pengukuran nilai kemandirian siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris di SMKN 4 Banjarmasin, meliputi:

a. Indikator untuk Instrumen pengukuran nilai kemandirian siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris adalah:

1) Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi.

2) Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris.

3) Menunjukkan rasa percaya diri ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris.

4) Mempunyai rasa ingin menonjol ketika mengerjakan tugas pada pembelajaran Bahasa Inggris.

b. Instrumen pengukuran nilai tanggung jawab dalam pembelajaran bahasa Inggris telah memenuhi validitas konstruk secara teoritik dan validitas konstruk secara empirik.

Instrumen awal berbentuk angket yang berjumlah 20 butir pernyataan setelah dilakukan analisis faktor terdapat 2 butir instrumen yang tidak valid, yaitu butir pernyataan no. 4 dan butir pernyataan no. 5. Adapun reliabilitas instrumen final nilai kemandirian siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris adalah sebesar 0.843.

Secara umum tujuan penelitian pengembangan ini telah tercapai, yakni dengan dihasilkannya instrumen pengukuran

(21)

nilai kemandirian siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris berbentuk angket sebanyak 18 butir pernyataan yang terdiri dari 11 butir pernyataan positif dan 7 butir pernyataan negatif. Instrumen pengukuran nilai kemandirian pada mata pelajaran Bahasa inggris yang terdiri dari 4 indikator ini bisa digunakan guru dalam rangka melakukan pengukuran nilai kemandirian siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris di SMKN 4 Banjarmasin.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Arikonto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

--- 2015. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Azwar, Saifuddin. 2014. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Budi Hartati. 2015. Pengembangan Instrumen Pengukuran Nilai Percaya Diri di Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Sleman wilayah Barat. Tesis.

Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan: sejarah dan metodologi. Jakarta: Buku Kedokteran ECG

Darmiyati, Zuchdi. 2010. Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Karakter Konsep dan

Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Haryanto, Samsi. 1994. Pengantar Teori Pengukuran Kepribadian. Surakarta: UNS Press.

http://arsyadshawir.blogspot.co.id

http://blogkatte.blogspot.com/2009/12/menentukan-instrumen- penelitian.html

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jmkpp/article/viewfile/19122/

2017

http://fuddin.wordpress.com

(23)

http://www.infokursus.net

Lickona, Thomas. 2012. Mendidik untuk Membentuk Karakter.

Jakarta: Bumi Aksara.

Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yoyakarta: Mitra Cendikia.

--- 2012. Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mulyatiningsih, Endang. 2013. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Mustari, Mohamad. 2014. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Riduwan dan Sunarto. 2013. Pengantar Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. 2013. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung:

Alfabeta.

Subrakah, Imam. 2013. Pengembangan Instrumen Religiusitas Mata Pelajaran Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Tingkat SLTA. Tesis.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.

--- 2014. Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: Alfabeta.

--- 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

--- 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan.

Bandung: Alfabeta.

(24)

Suhardi, Didik. 2014. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2009. Jakarta: Karya Gemilang.

Widoyoko, Eko Putro. 2014. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Yunus, Muhammad Refki. 2015. Pengembangan Instrumen Nilai Kedisiplinan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Di SMA Negeri 2 Kota Ternate Selatan. Tesis.

Gambar

Tabel 4.1  Tabel Model Awal   (Spesifikasi Instrumen)
Gambar 4.1 Scree Plot Untuk 18 Butir Angket

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembinaan keberagamaan peserta didik melalui pengembangan budaya agama di SMA

Dalam tabel data tersebut di atas terdapat 18 ungkapan baik dalam bentuk kata atau kalimat, dari 18 ungkapan dalam percakapan dengan tema “At-tah{iyya&gt;t wa

Data yang diperoleh dari hasil tindakan siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran IPA yang dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantukan media

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah (1) Untuk mendiskripsikan penerapan media gambar dalam bentuk tugas terstruktur dalam meningkatkan hasil belajar materi “Kepadatan Populasi

diperoleh secara langsung pada tempat penelitian, yaitu data lapangan yang dalam hal ini sumbernya adalah data yang diperoleh langsung dari sampel

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan hubungan kekerabatan bahasa Barangas dan bahasa Bakumpai dan (2) mengetahui perubahan bunyi yang terjadi pada kedua

Agar diperoleh kondisi jaringan irigasi air tanah (JIAT) yang dapat berfungsi dengan baik dan lancar dalam mendistribusikan air irigasi, maka model partisipasi aktif P3A

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedudukan manusia di alam semesta ini disamping sebagai khalifah yang mampu untuk mengolah alam dengan menggunakan segenap potensi yang