• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 101 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik (Muhajir, 2007), yaitu jenis penelitian untuk mendeskripsikan, menguji hubungan dan pengaruh antar variabel, serta mengacu pada hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Jenis penelitian ini juga disebut sebagai “ex Post Facto” yaitu bentuk penelitian untuk menilai peristiwa yang telah terjadi guna menemukan faktor-faktor penyebab melalui pengamatan atau penilaian kondisi faktual di lapangan. Pengamatan utama penelitian adalah menilai partisipasi dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD serta mempelajari faktor- faktor yang mempengaruhinya.

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan Cross Sectional dan paradigma kuantitatif (Singarimbun dan Effendi, 2008;

Notoadmodjo, 2007), sebagai tumpuan analisis, dilengkapi dengan informasi berdasarkan data kualitatif sesuai pendapat Brannen (2002), untuk mendukung dan mempertajam analisis kuantitatif. Tujuan utama dalam menggunakan metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dan suatu gejala tertentu (Sevilla et al., 1993).

B. Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Metode Penetuan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dalam penentuan Provinsi D.I.Y dan Kabupaten Bantul. Pertimbangan memilih Propinsi D.I.Y karena provinsi ini merupakan provinsi dengan derajat kesehatan terbaik di Indonesia, dengan bukti memperoleh penghargaan Mangggala Bhakti Husada Kartika namun pola penyakit menular dan endemis seperti DBD sampai saat ini masih tetap menjadi ancaman, kasus dan kematian akibat penyakit DBD masih dalam katagori

(2)

commit to user

tinggi (Profil Kesehatan DIY, 2013). Adapun pertimbangan memilih Kabupaten Bantul yaitu kasusnya tertinggi kedua setelah Kota Yogyakarta, tapi desa endemisnya 61%, sporadis 35%, potensial 4%, sedangkan Kota Yogyakarta 100% desa atau kelurahan merupakan daerah endemis DBD.

Pada penelitian ini penentuan desa terpilih menggunakan rumus sampel untuk estimasi proporsi tunggal karena besar populasi sasaran (N) diketahui (terbatas=finite) yaitu sebanyak 75 desa, maka rumus ukuran sampel untuk menaksir proporsi sebuah populasi sebagai berikut (Lemeshow et al., 1997):

Nilai perkiraan proporsi (P)=0,96 yang diperoleh dari 72 desa endemis dan sporadis DBD dari total 75 desa, nilai Z21-α/2 = 1,96 pada derajat kepercayaan (CI) 95% dan presisi mutlak (d) sebesar 10%, maka hasil perhitungan besar sampel pada tahap desa adalah 7 desa, yang ditetapkan secara acak untuk 7 desa yang endemis dan 3 desa yang potensial diambil semua. Selanjutnya dari desa yang terpilih semua dusun dan Rukun Tetangga (RT) yang tidak termasuk untuk uji kuesioner diambil sebagai lokasi penelitian pada masing-masing Desa (Lampiran.23). Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Peta lokasi penelitian N.Z21-αP(1-P)

d2(N-1)+ Z21-αP(1-P)

n =

(3)

commit to user 2. Waktu Penelitian

Pengumpulan data primer dilakasanakan selama enam bulan yaitu dari bulan Januari sampai Juni 2015. Waktu tersebut merupakan fase awal dan fase akhir musim hujan di Kabupaten Bantul. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui rentang waktu tersebut merupakan interval masa penularan dan kejadian DBD di Kabupaten Bantul.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga masyarakat yang tinggal di Kabupaten Bantul pada tahun 2014, baik yang berada di daerah endemis, sporadis dan potensial DBD sebanyak 254.149 KK. Adapun besar sampel dihitung menggunakan pendapat Harris (1985) dalam Murti (2013), rumus ukuran untuk analisis multivariat; n>10 m, bila melibatkan ≥ 6 prediktor (variabel independen), maka pada penelitian ini dibutuhkan minimal 60 rumah tangga. penelitian menggunakan sampel atau responden kepala keluarga sebanyak 600 responden yang diperoleh dari hasil perkalian 10 desa dengan 60 responden ibu rumah tangga yang ditetapkan secara quota atau quota sampling.

Jadi besar sampel keseluruhan 600 responden. Pemilihan ibu rumah tangga pada setiap RT di masing-masing desa dilakukan secara random sederhana dengan sistem undian.

Adapun desa terpilih pada penelitian seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Distribusi sampel penelitian

No Status

Endemisitas

Kecamatan/

Puskesmas Desa ∑ Responden

1 Endemis Sewon Panggungharjo 60

2 Endemis Kasihan Ngestiharjo 60

3 Endemis Banguntapan Banguntapan 60

4 Potensial Dlingo (2) Muntuk 60

5 Potensial Dlingo (1) Temuwuh 60

6 Potensial Kretek Tirto Hargo 60

7 Endemis Bantul Bantul 60

8 Endemis Pleret Wonokromo 60

9 Endemis Jetis Trimulyo 60

10 Endemis Sedayu Argomulyo 60

Total 600

Sumber: Data primer

(4)

commit to user

D. Instrumen Pengumpulan Data 1. Sumber data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari lapangan di lokasi penelitian. Data primer kuantitatif meliputi: (1) Modal sosial, (2) Penyuluhan PSN DBD, (3) program PSN DBD, (4) persepsi terhadap PSN DBD, (5) persepsi terhadap penyakit DBD, (6) partisipasi PSN DBD di rumah tangga, (7) partisipasi PSN DBD dilingkungan, (8) kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypti berdasarkan CI, sedangkan data primer kualitatif meliputi: (1) Sistem promkes DBD yang dilaksanakan oleh Puskesmas, (2) sistem kerja tim Gertak dan Jumantik, (3) pelaksanaan penyuluhan PSN DBD, (4) upaya lain yang telah dilakukan dalam rangka PSN DBD serta hasilnya, (5) tanggapan dan harapan warga terhadap PSN DBD. Data sekunder adalah data pendukung penelitian yang didapat dari berbagai sumber seperti data status endemis desa, topografi wilayah, kepadatan penduduk, data rumah sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Teknik pengumpulan dan instrumen data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengacu pada tujuan penelitian dan identifikasi variabel penelitian yang diteliti. Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk penegasan data yang dikumpulkan berdasarkan kuesioner dan mengamati serta menghitung jentik nyamuk Aedes aegypti di semua kontainer baik didalam dan diluar rumah.Proses observasi dilengkapi dengan alat bantu berupa perekam visual, lembar observasi, senter dan buku catatan yang dapat mendokumentasikan seluruh data yang dibutuhkan. Selengkapnya lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran1.

b. Kuesioner

Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan data variabel penelitian yang meliputi: (1) Modal Sosial, (2) penyuluhan PSN DBD, (3)

(5)

commit to user

program PSN DBD, (4) persepsi terhadap PSN DBD, (5) persepsi terhadap penyakit DBD, (6) partisipasi PSNDBD di rumah tangga, (7) partisipasi PSNDBD dilingkungan. Selengkapnya kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 2.

c. Panduan wawancara

Panduan wawancara digunakan untuk pengumpulan data kualitatif yang meliputi: (1) Sistem promkes DBD yang dilaksanakan oleh Puskesmas, (2) sistem kerja tim Gertak dan Jumantik, (3) pelaksanaan penyuluhan PSN DBD, (4) upaya lain yang telah dilakukan dalam rangka PSN DBD serta hasilnya, (5) tanggapan dan harapan warga terhadap PSN DBD. Wawancara dilakukan kepada petugas DBD dan petugas promkes di Puskesmas yang termasuk dalam wilayah penelitian dan Dinas Kesehatan Bantul. Serta Jumantik tiap dusun, Timgertak wilayah dan tokoh masyarakat. Selengkapnya panduan wawancara dapat dilihat pada Lampiran 3.

d. Focus Group Discussion (FGD)

FGD adalah kepanjangan dari Focus Group Discussion atau diskusi kelompok terfokus digunakan untuk menggali data dari peserta diskusi melalui sebuah diskusi berkelompok untuk membahas masalah partisipasi masyarakat dalam PSN DBD di rumah tangga dan di lingkungan masyarakat. Data hasil FGD digunakan untuk bahan analisis dan rumusan pengembangan model promkes untuk pemberantasan sarang nyamuk demam beradarah dengue. Peserta FGD 11 orang yang terdiri dari tokoh masyarakat (dukuh, tokoh agama, pamong desa, RT dan tokoh masyarakat informal yang dipilih warga, masing-masing 2 orang), kader PSN 2 orang, bapak atau ibu warga 3 orang. Selengkapnya Panduan FGD dapat dilihat pada Lampiran 4.

Perlu dilakukan uji coba instrument, analisis validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kelayakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Uji coba kuesioner pada penelitian ini dilakukan pada salah satu dusun

(6)

commit to user

pada masing-masing desa di wilayah penelitian. Adapun responden pada uji coba ini sebanyak 225 orang.

Pengumpul data (enumerator), fasilitator dan FGD mendapat pelatihan dari peneliti selama 1 hari untuk menyamakan persepsi dan teknik pelaksanaan pengumpulan data dilapangan. Adapun enumerator yang menggunakan instrumen kuesioner dan observasi sebanyak 20 orang yang berasal dari mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, semester lima (5), sedangkan untuk FGD dipandu oleh satu orang Sanitarian Puskesmas setempat dan satu orang pencatat atau perekam pelaksanaan FGD.

3. Validitas instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012).

Validitas instrumen diperlukan untuk memberikan keyakinan tentang ketepatan perangkat pengukuran yang digunakan sehingga mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian.

Data penelitian ini uji validitas instrumen yang dilakukan adalah jenis uji validitas konstruk untuk menilai seberapa jauh instrumen dapat mengukur sifat bangunan pengertian. Untuk menunjukkan validitas konstruk perlu dilakukan pendekatan rasional dan empiris. Pendekatan rasional didasarkan pada unsur yang membentuk konstruk tersebut serta menetapkan apakah butiran-butiran pertanyaan atau pernyataan sesuai dalam menaksir unsur dalam kuesioner. Pendekatan empiris dimaksudkan untuk melihat instrumen dari segi internal yaitu kesesuaian dengan apa yang diramalkan oleh konstruk tersebut.

Untuk menguji validitas konstruk digunakan pendapat dari ahli yang dalam hal ini adalah 3 orang dosen pembimbing yang dianggap ahli di bidangnya. Setelah instrumen dikonstruksi dari ahli selesai, dilanjutkan dengan uji coba instrumen. Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut diuji cobakan pada sampel darimana populasi diambil. Setelah data didapat dan

(7)

commit to user

ditabulasikan maka pengujian validitas dilakukan dengan analisis faktor (Azwar, 2007).

Langkah-langkah analisis faktor :

a. Melihat angka Kaiser-Meyer-Olkin and Measure of Sampling Adequacy ( KMO-MSA) y a i t u berkisar antara 0 sampai dengan 1.

b. Apabila nilai KMO-MSA sama dan lebih besar dari setengah dan dengan nilai signifikan (sig.) atau peluang lebih kecil dari setengah; menunjukan bahwa item-item yang dianalisis dalam analisis faktor sudah layak untuk difaktorkan.

c. Kemudian perhatikan tabel nilai matriks anti image correlation, khususnya nilai pada angka koefisien korelasi yang berada pada off diagonal (nilai yang ditebalkan).

d. Apabila nilai matriks anti image correlation lebih kecil dari setengah, maka variabel tersebut harus dikeluarkan atau dieliminasi dari analisis faktor.

e . Setelah variabel tidak layak dikeluarkan kemudian dilakukan analisis lebih lanjut.

f. Maka akan menunjukkan nilai matriks anti image korelasi.

Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan analisis faktor (Exploratory Factor Analysis) terhadap instrumen penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: ( selengkapnya hasil analisis pada lampiran 6 ).

a. Hasil uji validitas terhadap pertanyaan modal sosial (X1) diperoleh hasil bahwa semua pertanyaan valid.

b. Hasil uji pertanyaan instrument variabel penyuluhan (X2) diperoleh hasil awal dua pertanyaan yang tidak valid, tetapi setelah dihilangkan diperoleh hasil bahwa semua pertanyaan valid.

c. Hasil uji validitas terhadap pertanyaan program PSN DBD (X3) diperoleh hasil semua pertanyaan valid.

d. Hasil uji validitas terhadap pertanyaan persepsi terhadap PSN DBD (X4) diperoleh hasil bahwa semua pertanyaan valid.

(8)

commit to user

e. Hasil uji validitas terhadap pertanyaan persepsi terhadap Penyakit DBD (X5) diperoleh hasil bahwa semua pertanyaan valid.

f. Hasil uji uji pertanyaan instrumen variabel partisipasi PSN DBD (X6) di rumah tangga diperoleh hasil awal empat pertanyaan yang tidak valid, tetapi setelah dihilangkan diperoleh hasil bahwa semua pertanyaan valid.

g. Hasil uji validitas terhadap pertanyaan partisipasi PSN DBD di lingkungan (X7) diperoleh hasil bahwa semua pertanyaan valid.

4. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas diartikan sebagai tingkat stabilitas dan konsistensi skala yang dihasilkan apabila suatu gejala diukur beberapa kali seperti yang dikatakan (Sugiyono, 2012). Reliabilitas merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Kerlinger (2006), mengatakan bahwa terdapat tiga pendekatan untuk mengukur reliabilitas, yaitu: (1) apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali memberikan hasil yang sama, (2) apabila alat ukur tersebut terdapat mengukur hal yang sebenarnya dari sifat yang diukur, (3) galat pengukurannya.

Galat pengukuran merupakan himpunan akibat dari berbagai sumber pengaruh, unsur acak atau kebetulan yang biasa terjumpai, ketelitian sementara, kondisi serba kebetulan pada suatu saat tertentu yang mempengaruhi objek pengukuran atau instrumen pengukuran, fluktuasi daya ingat orang dan faktor-faktor lain yang bersifat sementara dan terus menerus bergeser. Hal ini mengandung arti bahwa semakin besar galat makin rendah tingkat reliabilitas suatu penelitian, demikian pula sebaliknya. Dalam penelitian ini uji coba reliabilitas instrumen menggunakan Uji Cronbach Alpha, dengan rumus :

Sumber: Saifuddin Azwar, 2007:78 Keterangan:

K = jumlah butir

(9)

commit to user

= varian butir

= varian total

Upaya peningkatan reliabilitas instrumen terutama dalam proses mempersiapkan dan mengembangkan instrument serta pada waktu kita menggunakan instrumen tersebut untuk menyaring data. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan melihat koefisien Alpha Cronbach dan jika α>0.5 maka instrumen penelitian dikatakan reliabel. Peneliti menggunakan program komputer SPSS 17.0 untuk membantu mempercepat dan memudahkan dalam perhitungan.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen penelitian diperoleh hasil semua variabel penelitian reliabel. Hasil selengkapnya seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Reliabilitas kuesioner pada variabel penelitian.

No Variabel koefisien

reliabilitas Keterangan

1 2 3 4

1 Modal Sosial (X1) 0,943 Reliabel

2 Persepsi terhadap penyuluhan PSN DBD (X2)

0,946 Reliabel

3 Program PSN DBD (X3) 0,847 Reliabel

4 Persepsi terhadap PSN DBD (X4) 0,818 Reliabel

5 Persepsi terhadap penyakit DBD (X5) 0,753 Reliabel 6 Partisipasi PSN-DBD di rumah tangga

(X6)

0,656 Reliabel 7 Partisipasi PSN-DBD di lingkungan (X7) 0,936 Reliabel Sumber: Data primer

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional menurut Muhajir (2007), adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana mengukur variabel yang digunakan.

Tabel 3.3. Definisi operasional penelitian

No Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala

1 Modal Sosial (X1)

Modal sosial keluarga merupakan agregat atau komposit dari nilai seluruh komponen pembentuk modal sosial yaitu komponen modal sosial kognitif (4 sub variabel) dan komponen modal

1. Sangat kurang baik (1-33) 2. Kurang baik

(34-66) 3. Baik (67-99)

Ordinal

(10)

commit to user Kepercayaan

Kepatuhan terhadap aturan yang ada

Relasi mutual

Peran tokoh masyarakat

Jumlah asosiasi lokal yang diikuti

sosial struktural (2 sub variabel). Modal sosial kognitif merupakan penjumlahan dari nilai tingkat kepercayaan, relasi mutual, tingkat kepatuhan serta peran tokoh masyarakat dalam PSN DBD.

Modal sosial struktural merupakan penjumlahan dari asosiasi lokal yang diikuti keluarga dan tingkat partisipasi keluarga dalam asosiasi lokal.

Tanggapan responden tentang tingkat kepercayaan dan kesaling pengertian antara tetangga dan komunitas kampung dalam pelaksanaan PSN DBD

Tanggapan responden ketaatan atau kepatuhan terhadap pesan atau perintah dari tokoh agama dan tokoh masyarakat, nilai budaya (gotong royong dan merti dusun), serta aturan atau norna tidak membuang sampah sembarangan dan jumat bersih.

Tanggapan responden tentang hubungan antar tetangga dalam hal saling bantu membantu untuk menjaga kepentingan seluruh warga masyarakat, termasuk dalam PSN DBD.

Tanggapan responden tentang peran perangkat desa dan tokoh masyakat serta agama tentang pentingnya PSN DBD dalam 6 bulan terakhir.

Banyaknya asosiasi lokal (kelompok dan organisasi) yang diikuti responden atau keluarga dalam waktu 1 tahun terakhir.

4. Sangat Baik (100-132)

1. Sangat tidak percaya (1-16) 2. Tidak percaya

(17-32)

3. Percaya (33-48) 4. Sangat percaya

(49-64)

1. Sangat Tidak Patuh (1-6) 2. Tidak Patuh

(7-12)

3. Patuh (13-18) 4. Sangat patuh

(19-24)

1. Sangat kurang baik (1-6) 2. Kurang baik

(7-12) 3. Baik (13-18) 4. Sangat baik

(19-24)

1. Tidak Pernah (1-3)

2. Kadang-kadang (4-6)

3. Sering (7-9) 4. Sangat sering

(10-12)

1. Sangat sedikit (1-2)

2. Sedikit (3-4) 3. Banyak (5-6)

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

(11)

commit to user Tingkat

partisipasi

Kehadiran atau keaktifan responden atau keluarga dalam kelompok lokal dan organisasi lokal yang diikuti pada waktu 1 tahun terakhir.

4. Sangat banyak(7-8) 1. Tidak aktif

(1-2)

2. Kurang aktif (3-4)

3. Aktif (5-6) 4. Sangat aktif

(7-8)

Ordinal

2 Penyuluhan

PSN DBD

(X2)

Materi

Metode

Media

Penilaian responden atau keluarga terhadap pelakasanaan penyuluhan PSN DBD yang meliputi: materi, metode, media dan kemampuan penyuluh.

Persepsi ini dihitung secara komposit atau penjumlahan dari penilaian aspek pelaksanaan penyuluhan.

Segala sesuatu yang disampaikan kepada masyarakat pada saat penyuluhan PSN DBD, yang diukur berdasarkan penilaian responden terhadap kesesuaian materi dengan

kemudahan memahami dan

melaksanakan PSN DBD

Cara penyampaian materi penyuluhan yang dapat dimengerti, dipahami dan diterima sasaran, diukur berdasarkan penilaian responden terhadap jenis metode yang digunakan dalam penyuluhan PSN DBD

Alat bantu yang digunakan dalam memperjelas penyampaian materi penyuluhan PSN DBD, diukur berdasarkan penilaian responden terhadap kesesuaian media yang digunakan dengan materi yang disampaikan, meliputi kondisi, fungsi, bahan ada di lingkungan responden

1. Sangat tidak baik (1-31) 2. Tidak baik

(32-62) 3. Baik (63-93) 4. Sangat baik

(94-124)

1. Sangat tidak setuju (1-5) 2. Tidak setuju

(6-10)

3. Setuju (11-15) 4. Sangat setuju

(16-20)

1. Sangat tidak setuju (1-4) 2. Tidak setuju

(5-8)

3. Setuju (9-12) 4. Sangat setuju

(13-16)

1. Sangat tidak setuju (1-7) 2. Tidak setuju

(8-14)

3. Setuju (15-21) 4. Sangat setuju

(22-28)

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

(12)

commit to user Kemampuan

penyuluh

Kemampuan penyuluh dalam melakukan tugas penyuluhan, diukur berdasarkan penilaian responden terhadap kemampuan penyuluhan dalam dalam memberikan materi sesuai dengan keahliannya, kefasihan, emphaty, antusias dan keahlian tehnik.

1. Sangat kurang (1-15)

2. Tidak Baik (16-30) 3. Baik (31-45) 4. Sangat baik

(46-60)

Ordinal

3 Program PSN DBD (X3)

Program Jumantik

Program Tim Gertak

Tanggapan responden terkait dengan program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul bersama masyarakat untuk pemberantasan sarang nyamuk DBD yang meliputi Program Jumantik dan Program Tim Gertak.

Program PSN DBD diukur secara komposit dariindikator kegiatan Jumantik dan Tim Gertak.

Tanggapan responden tentang program Jumantik diwilayahnya, yang meliputi;

kunjungan, melaksanakan penyuluhan, memotivasi, mengajak ikut serta dalam pemeriksaan jentik di rumah dan lingkungan rumah responden, memberitahukan segera hasil pemeriksaan jentik dan memberikan penjelasan tentang tempat vektor DBD.

Tanggapan responden tentang program Tim Gertak diwilayahnya, yang meliputi kunjungan, melaksanakan penyuluhan, memotivasi, mengajak ikut serta dalam pemeriksaan jentik di rumah dan lingkungan rumah responden, memberitahukan segera hasil pemeriksaan jentik dan memberikan penjelasan tentang tempat vektor DBD.

1. Tidak pernah (1-14)

2. Kadang-kadang (15-28)

3. Sering (29-42) 4. Sangat sering

(43-56)

1. Tidak pernah (1-7)

2. Kadang-kadang (8-14)

3. Sering (15-21) 4. Sangat sering

(22-28)

1. Tidak pernah (1-7)

2. Kadang-kadang (8-14)

3. Sering (15-21) 4. Sangat sering

(22-28)

Ordinal

Ordinal

Ordinal

4 Persepsi terhadap PSN DBD (X4)

Pendapat atau tanggapan responden terhadap manfaat dan hambatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD yang meliputi PSN dapat mencegah penularan penyakit DBD, melindungi keluarga dan masyarakat sekitar dari penyakit DBD, efektivitas

1. Sangat tidak setuju (1-12) 2. Tidak setuju

(13-24) 3. Setuju (25-36) 4. Sangat setuju

(37-48)

Ordinal

(13)

commit to user

PSN untuk mencegah DBD, pelaksanaan PSN secara rutin dan serentak, PSN meningkatkan kebersihan lingkungan, kesulitan melakukan PSN secara rutin dan serentak, PSN dianggap membuang-buang waktu dan percuma dilakukan bila tidak dilakukan oleh masyarakat sekitar, PSN tidak perlu dilakukan karena sudah dilakukan fogging/penyemprotan/pengasapan dan PSN hanya perlu dilakukan pada rumah penderita Penyakit DBD saja. Diukur secara komposit dari aspek PSN DBD.

5 Persepsi terhadap penyakit DBD (X5)

Penjumlahan nilai dari pendapat atau tanggapan responden terhadap penyakit DBD yang meliputi Penyakit DBD bisa menjangkiti semua orang pada semua golongan umur (kemungkinan terkena penyakit DBD), Penyakit DBD bisa menyebabkan kematian dan belum ada obatnya (beratnya penyakit), kekebalan tubuh terhadap penyakit DBD, penularan DBD oleh nyamuk Aedes dan kemungkinan terkena DBD bila dilingkungan sekitar terdapat jentik nyamuk Aedes (ancaman penyakit).

1. Sangat tidak setuju (1-7) 2. Tidak setuju

(8-14)

3. Setuju (15-21) 4. Sangat setuju

(22-28)

Ordinal

6 Partisipasi PSN-DBD di rumah tangga (X6)

Keikutsertaan responden atau keluarga dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan pemberantasan sarang nyamuk DBD dalam lingkup rumah tangga masing masing.Partisipasi rumah tangga dalam PSN-DBD diukur secara komposit dari indikator praktik 3 M, praktik abatisasi, praktik memelihara ikan pemakan jentik, dan praktik pengelolaan sampah rumah tangga.

1. Tidak pernah (1-9)

2. Kadang-kadang (10-18)

3. Sering (19-27) 4. Sangat sering

(28-36)

Ordinal

7 Partisipasi PSN-DBD dilingkungan (X7)

Penjumlahan dari keikutsertaan mengikuti kegiatan bersama dalam rangka PSN-DBD dalam bentuk gotong royong, bersih bersih kampung, memperbaiki sarana prasarana lingkungan yang memungkinkan untuk berkembangnya jentik

1. Tidak pernah (1-4)

2. Kadang-kadang (5-8)

3. Sering (9-12) 4. Sangat sering

(13-16)

Ordinal

(14)

commit to user 8 Kepadatan

Jentik Vektor Dangue (Y)

Jumlah jentik yang ditemukan di tempat-tempat penampungan air (TPA) di dalam rumah dan di luar rumah pada radius 100 m. Jika tidak ditemukan konteiner yang positif jentik nyamuk vektor dengue diberi skor 0, jika ditemukan satu kontainer yang positif jentik diberi skor 1, jika ditemukan dua kontainer yang positif jentik diberi skor 2, dan seterusnya. Selanjutnya akan dihitung data kepadatan dengan Container Indexs (CI).

CI :

1. Sangat tinggi (76-100)

2. Tinggi (51-75) 3. Rendah (26-50) 4. Sangat rendah

(0-25)

Ordinal

Pengukuran terhadap variabel yang diteliti tersebut, dilakukan dengan cara memberikan skor pada tiap indikator dengan menggunakan “Skala Likert”

jenjang 4 (1,2,3,4). Peneliti tidak menggunakan skala Likert aslinya (jenjang 5) karena menurut Kriyantono (2008), untuk menghilangkan jawaban ragu ragu.

Jawaban ragu ragu dapat memberikan makna yang ganda dan tidak menjelaskan jawaban responden yang sebenarnya secara pasti dan mengakibatkan responden cenderung memilih amannya dan akan menghilangkan banyak data dalam riset, sehingga data yang diperlukan banyak hilang.

F. Analisis Data

Tahapan Analisis data terbagi dalam: 1) Tahap deskripsi data, 2) Tahap pengujian hipotesis, dan 3) Pengujian Model. Analisis deskriptif menggunakan bantuan program SPSS 17.0, sedangkan untuk uji hipotesis dan model menggunakan Analisis Jalur dengan program AMOS 22.0.

1. Tahap deskripsi data

Pada tahap deskripsi data, data yang terkumpul dianalisis dengan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif bertujuan untuk melihat data apa adanya untuk memperoleh gambaran umum mengenai variabel-variabel yang diukur pada sampel. Analisis statistik deskriptif yang umum dilakukan adalah analisis gambaran data dengan penyajian tabel distribusi frekuensi. Penentuan arah kecenderunan nilai data dari masing-masing variabel akan dikategorikan menjadi 4. Interval kelas ditentukan dengan rumus (Sukestiyasno, 2014):

(15)

commit to user

Interval kelas = nilai tertinggi – nilai terendah klarifikasi

2. Tahap pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur.Pengunaan analisis jalur dalam analisis data penelitian ini didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut (Ghozali dan Fuad, 2012).

a. Hubungan antar variabel yang akandianalisis harus berbentuk linear dan aditif. Uji linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony, yaitu bilamana seluruh model signifikan berarti dapat dikatakan model berbentuk linier.

b. Dalam model hubungan variabel hanya terdapat jalur kausal atau sebab akibat searah (rekursif). Suatu model dikatakan memenuhi model rekursif jika antara variabel epsilon (ɛi) saling bebas. Untuk menguji apakah antar variabel epsilon mempunyai hubungan saling bebas dan apakah hubungan antara variabel epsilon dengan variabel endogen saling bebas bias digunakan uji Variance Influence Factor (VIF), dimana suatu hubungan antar variabel endogen memiliki hubungan yang saling bebas jika nilai VIF tidak lebih dari 10 (Algifari,1997).

c. Data variabel endogen yang dianalisis minimal data interval dan berasal dari sumber yang sama.

Analisis jalur bertujuan untuk mengukur hubungan langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam model (Ghozali, 2012). Tahapan analisis jalur dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Model spesification

Sebelum melakukan analisis jalur terlebih dahulu dijelaskan mengenai hubungan antar variabel secara diagramatik (diagram jalur) yang bentuknya ditentukan oleh proporsisi teoritik, seperti terlihat pada kerangka pikir penelitian.

(16)

commit to user 2) Model identification

Setelah path diagram dibuat, langkah selanjutnya yaitu identifikasi model. Suatu model dapat dikatakan identified apabila nilai degree of freedom-nyasama atau lebih besar dari nol.

3) Model estimation

Uji kecocokan model (goodness of fit) dari model atau path diagram yang sesuai dengan kerangka konseptual.

4) Model modification

Berdasarkan nilai uji kecocokan model (goodness of fit) dari model atau path diagram yang sesuai dengan kerangka konseptual tidak memenuhi syarat atau tidak lolos uji, maka dilakukan analisis ulang dengan modifikasi model.

5) Uji model

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi melalui telaah terhadap kriteria goodness-of-fit yaitu Chi Square Statistic (χ2), p-Value dan RMSEA- Root Mean Square Error of Approximation, GFI (Goodness of Fit Index) , AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index) , NFI (Normed Fit Index) dan CFI (Comparative Fit Index.)

a) Chi Square Statistic(χ2)

Alat uji fundamental untuk mengukur kehandalan model secara menyeluruh adalah analisis Khi-Khuadrat atau Chi Square.

Khi-Kuadrat ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karena itu, bila jumlah sampel cukup besar, yaitu lebih dari 500 sampel, maka statistik chi-square ini harus didampingi dengan alat uji lainnya. Menurut Joreskog dan Sorbom (2001), uji yang tepat dalam mengendalikan jumlah sampel yang besar diantaranya uji Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) dengan cut-off ≤ 0.08 (fit).Model yang diujikan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai semakin baik model itu,(karena dalam uji beda chi-square, χ2=0, berarti benar benar tidak ada perbedaan, Ho diterima) dan

(17)

commit to user

diterima berdasarkan probabilitas dengan nilai cut off sebesar p>0.05 atau p>0.01 (Joreskog dan Sorbom, 2001).

Tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data lapang, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai χ2yang tidak signifikan, yang menguji hipotesis nol bahwa estimasi populasi kovarians tidak sama dengan sampel kovarians. Nilai χ2 ini dapat juga dibandingkan dengan derajat bebas (degrees of freedom) untuk mendapatkan nilai χ2 relatif dan digunakan untuk membuat kesimpulan bahwa nilai χ2 relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasi dan yang diestimasi.

Dalam pengujian ini nilai χ2 yang rendah menghasilkan sebuah tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0.05 akan mengindikasikan tak adanya perbedaan yang signifikan antara kovarians data dan matriks kovarians yang diestimasi (Bollen, 1989).

b) RMSEA-Root Mean Square Error of Approximation

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi nilai Khi-Kuadrat dalam sampel yang besar (Baker et.al. 2005). Nilai RMSEA menunjukkan kehandalan model (goodness of fit) yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk diterimanya model dan nilai ini diambil dari nilai derajat bebas (degrees of freedom) serta mengindikasikan model yang digunakan lebih fit bila dibandingkan dengan nilai RMSEA lebih besar dari 0.08 (Joreskog dan Sorbom, 2001).

c) GFI (Goodness of Fit Index) dan AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index)

Pengujian model ini juga melihat pengaruh jumlah sampel dalam pengambilan keputusan dengan Nilai GFI (Goodness of Fit Index) adalah 1.00 dan AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index)

(18)

commit to user

nilainya 0.99, yang berarti bahwa model fit dan baik model ini menjelaskan data yang ada.

d) NFI (Normed Fit Index) dan CFI (Comparative Fit Index)

Pengujian model ini juga menggunakan alat ukur nilai NFI dan CFI, dinyatakan sudah baik jika memiliki nilai > 0,9. Pengujian dengan metode ini membandingkan model yang ada dengan null model, untuk mengatasi kompleksitas model (Diamantopoulus dan Siguaw, 2000).

Gambar

Gambar 3.1. Peta lokasi penelitianN.Z21-αP(1-P)
Tabel 3.1. Distribusi sampel penelitian
Tabel  3.2. Reliabilitas kuesioner pada variabel penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi polemik dengan kemunculan kurikulum berbasis KKNI ini. Sebagai sebuah produk yang diujicobakan, perlu diadakan berbagai penelitian

47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dapat menjadi dasar kebijaksanaan dalam upaya menjaga pemanfaatan dan pengelolaan danau dan waduk yang tetap

Tahap 4 merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernafasan menurun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi

Setiap kelompok melakukan pengamatan dan dapat menyebutkan ciri-ciri makhluk hidup yang ditampilkan di dalam Ppt dan menuliskannya dalam lembar kerja peserta didik

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan adalah cangkul sebagai alat untuk mengolah lahan, batu bata sebagai alas polybag, meteran untuk mengukur lahan yang akan diamati, pacak

Gambar 4.11 merupakan Perancangan Form data transaksi, berfungsi untuk melihat total harga penawaran untuk semua barang lelang yang diajukan oleh setiap vendor.. Di

Dugaan subdivisi genetik pada populasi ikan ini juga didukung oleh data frekuensi ha- plotipe; frekuensi dua jenis haplotipe yang pa- ling sering muncul (ABA dan ABB), pada po-