• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN SISWA KELAS XI SMA AL-BAYAN MAKASSAR MENENTUKAN ASONANSI DAN ALITERASI DALAM PUISI KRAWANG-BEKASI KARYA CHAIRIL ANWAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMAMPUAN SISWA KELAS XI SMA AL-BAYAN MAKASSAR MENENTUKAN ASONANSI DAN ALITERASI DALAM PUISI KRAWANG-BEKASI KARYA CHAIRIL ANWAR SKRIPSI"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

MUHAMAD HALIDIN 105330649910

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNEVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR 2014

(2)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh

MUHAMAD HALIDIN 105399 6499 10

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNEVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR 2014

(3)

ii

Menentukan Asonansi dan Aliterasi dalam Puisi

‘’Krawang-Bekasi’’ Karya Chairil Anwar

Nama : MUHAMAD HALIDIN

Nim : 10533 6499 10

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, skripsi ini telah memenuhi syarat untuk di pertanggungjawabkan di hadapan penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Oktober 2014 Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Munirah, M. Pd Dr. Rusdi, M. Pd

Diketahui, Dekan FKIP Unismuh Makassar

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum NBM. 858 625

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Munirah, M. Pd NBM. 951576

(4)

iii

‘’Krawang-Bekasi’’ Karya Chairil Anwar

Nama : MUHAMAD HALIDIN

Nim : 10533 6499 10

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti, skripsi ini telah memenuhi persyaratan untuk diujikan.

Makassar, Oktober 2014 Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Munirah, M. Pd Dr. Rusdi, M. Pd

Diketahui, Dekan FKIP Unismuh Makassar

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum NBM. 858 625

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Munirah, M. Pd NBM. 951576

(5)

iv

Nim : 10533 6499 10

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi saya. Saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

2. Dalam penyusunan skripsi saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3. Maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Oktober 2014 Yang Membuat Perjanjian

MUHAMAD HALIDIN

Mengetahui

Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Munirah, M. Pd NBM. 951576

(6)

v

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Kemampuan Siswa Kelas XI SMA Al-Bayan Makassar Menentukan Asonansi dan Aliterasi dalam Puisi

‘’Krawang-Bekasi’’ Karya Chairil Anwar

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang akan diajukan di depan tim penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapa pun.

Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2014 Yang Membuat Pernyataan

MUHAMAD HALIDIN

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Munirah, M. Pd Dr. Rusdi, M. Pd

(7)

vi

Setiap kasih mempunyai muara Setiap cinta mempunyai tepi Muara cinta yang sejati

Adalah pelabuhan kasih ibunda

Kupersembahkan karya sederhana ini

dengan ungkapan yang lebih indah

dan nada yang lebih syahdu sebagai perwujudan cinta dan

baktiku

kepada ayahanda dan ibunda tercinta

yang telah mengurai bening kasih

lewat doa dan tetesan keringat

demi kesuksesan ananda

serta orang-orang yang tercinta

yang tak pernah lelah memberikan motivasi dalam kehidupanku

(8)

vii

Anwar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dibimbing oleh Munirah dan Rusdi.

Tujuan penelitian ini, adalah untuk memperoleh gambaran informasi tentang kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

penulis mengambil data dengan menggunakan teknik tes yang merupakan teknik primer dalam penelitian ini sebab dengan menggunakan penelitian ini diperkirakan mampu memperoleh sebagian besar data yang dibutuhkan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar sebanyak 37 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik random sampling.

Setelah menganalisis data maka penulis menemukan bahwa kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar belum memadai karena jumlah siswa yang memperoleh tingkat penguasaan tertinggi, yakni 5,4%

sebanyak 2 orang dan 2 orang yang memperoleh tingkat penguasaan terendah, yakni 5,4%. Dari hasil transformasi rasio presentase tingkat penguasaan siswa ke dalam nilai berskala 1-10 terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai 6,5 ke atas atau menguasai 65% ke atas materi ujian sebanyak 0 atau 0%.

(9)

viii

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Kemampuan Siswa Kelas XI SMA Al-Bayan Makassar Mengenal Asonansi dan Aliterasi dalam Puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ Karya Chairil Anwar’’ untuk syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendididikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar.

Shalawat dan taslim atas junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw., beserta keluarganya, para sahabat dan semua pengikutnya yang setia sampai akhir jaman.

Penulis menyadari sedalam-dalamnya bahwa skripsi ini berkat uluran tangan dan insan-insan yang digerakkan hatinya oleh Sang Khaliq untuk memberikan dukungan, bantun dan bimbingan,baik secara langsung maupun tidak langsung baik moril maupun materil. Oleh karena itu, disamping rasa syukur kehadirat Allah Swt., juga penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada ibunda Siti Aminah dan ayahanda Ahmad Hamnu yang telah mencurahkan samudra cinta dan kasih sayangnya, yang telah memeras keringat dan banting tulang untuk membesarkan, mendidik, dan menyekolahkan anaknya, dan juga keluarga saya atas segala pengorbanan yang mulia dan suci, untuk senantiasa menyayangi serta mendukung penulis dalam menjalani perkuliahan serta seluruh keluarga besarku yang menyayangiku.

(10)

ix

mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung.

Kepada bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendididikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr.

Munirah, M. Pd., ketua jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia sekaligus sebagai pembimbing I, bapak Dr. Rusdi, M. Pd., pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penulisan skripsi ini, Syekh Adiwijaya Ltief, S.

Pd. M. Pd. penasehat akademik yang telah membina dan memberi saran kepada penulis, bapak dan ibu dosen jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia yang telah membekali penulis dengan pengetahuan selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah, kepala SMA Al-Bayan Makassar beserta jajarannya yang telah membina dan memberi saran kepada penulis, teman-teman seperjuangan Kelas F khususnya angkatan 010 dan juga rekan-rekan mahasiswa pendidikan bahasa Indonesia yang tidak sempat saya sebutkan namanya satu persatu.

Teruntai permohonan maaf atas segala kekhilafan dan teriring do’a semoga Allah Swt melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari karya ini masih jauh dari kesempuranaan baik dari segi bahasa, sistematika penulisan dan isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu segala kritik dan saran akan sangat di harapkan dan di hargai demi kesempurnaan tulisan

(11)

x

Makassar, September 2014

Penulis

(12)

xi

PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

LEMBARAN PENGESAHAN ………..iii

SURAT PERJANJIAN ...iv

SURAT PERNYATAAN ……….... v

MOTO dan PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...xi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah ...1

A. Rumusan Masalah ...3

B. Tujuan Penelitian ...4

C. Manfaat Hasil Penelitian ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ...5

B. Kerangka Pikir ...23

C. Hipotesis Penelitian ...24

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Desain penelitian ……… 25

B. Definisi Operasional Variabel ...26

(13)

xii BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Hasil Analisis Data ...32 B. Pembahasan ...………...41 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan...44 B. Saran...45 DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(14)

Anwar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dibimbing oleh Munirah dan Rusdi.

Tujuan penelitian ini, adalah untuk memperoleh gambaran informasi tentang kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

penulis mengambil data dengan menggunakan teknik tes yang merupakan teknik primer dalam penelitian ini sebab dengan menggunakan penelitian ini diperkirakan mampu memperoleh sebagian besar data yang dibutuhkan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar sebanyak 37 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik random sampling.

Setelah menganalisis data maka penulis menemukan bahwa kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar belum memadai karena jumlah siswa yang memperoleh tingkat penguasaan tertinggi, yakni 5,4%

sebanyak 2 orang dan 2 orang yang memperoleh tingkat penguasaan terendah, yakni 5,4%. Dari hasil transformasi rasio presentase tingkat penguasaan siswa ke dalam nilai berskala 1-10 terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai 6,5 ke atas atau menguasai 65% ke atas materi ujian sebanyak 0 atau 0%.

(15)

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Kemampuan Siswa Kelas XI SMA Al-Bayan Makassar Mengenal Asonansi dan Aliterasi dalam Puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ Karya Chairil Anwar’’ untuk syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendididikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar.

Shalawat dan taslim atas junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw., beserta keluarganya, para sahabat dan semua pengikutnya yang setia sampai akhir jaman.

Penulis menyadari sedalam-dalamnya bahwa skripsi ini berkat uluran tangan dan insan-insan yang digerakkan hatinya oleh Sang Khaliq untuk memberikan dukungan, bantun dan bimbingan,baik secara langsung maupun tidak langsung baik moril maupun materil. Oleh karena itu, disamping rasa syukur kehadirat Allah Swt., juga penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada ibunda Siti Aminah dan ayahanda Ahmad Hamnu yang telah mencurahkan samudra cinta dan kasih sayangnya, yang telah memeras keringat dan banting tulang untuk membesarkan, mendidik, dan menyekolahkan anaknya, dan juga keluarga saya atas segala pengorbanan yang mulia dan suci, untuk senantiasa menyayangi serta mendukung penulis dalam menjalani perkuliahan serta seluruh keluarga besarku yang menyayangiku.

(16)

mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung.

Kepada bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum.,selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendididikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Munirah, M. Pd., selaku ketua jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia sekaligus sebagai pembimbing I, bapak Dr. Rusdi, M. Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penulisan skripsi ini, Syekh Adiwijaya Ltief, S. Pd. M. Pd. selaku penasehat akademik yang telah membina dan memberi saran kepada penulis, bapak dan ibu dosen jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia yang telah membekali penulis dengan pengetahuan selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah, kepala SMA Al- Bayan Makassar beserta jajarannya yang telah membina dan memberi saran kepada penulis, teman-teman seperjuangan Kelas F khususnya angkatan 010 dan juga rekan-rekan mahasiswa pendidikan bahasa Indonesia yang tidak sempat saya sebutkan namanya satu persatu.

Teruntai permohonan maaf atas segala kekhilafan dan teriring do’a semoga Allah Swt melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari karya ini masih jauh dari kesempuranaan baik dari segi bahasa, sistematika penulisan dan isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu segala

(17)

Swt. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Makassar, September 2014

Penulis

(18)

HALAMAN PENERIMAAN...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

ABSTRAK...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...2

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian...4

BAB II TINJAUAN PUSTAK DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka...5

B. Penelitian Relevan...5

C. Teori Sastra...6

D. Kerangka Pikir...24

E. Hipotesis Penelitian...24

BAB III METODE PENELITAN A. Variabel dan Desain Penelitian...25

B. Definisi Operasional Variabel...26

C. Populasi dan Sampel...27

D. Teknik Pengumpulan Data...29

E. Teknik Analisis Data...30

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Hasil Analisis Data...32

B. Pembahasan...41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(19)

LAMPIRAN

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bentuk karya sastra yang berupa puisi merupakan ungkapan nyata yang bersifat artistik dari pengalaman jiwa seorang penyair yang dituangkan dalam bahasa yang menggugah, menarik, dan memikat. Puisi dapat pula diartikan sebagai suatu intensifikasi yang menimbulkan kesan yang emosional pada diri pembaca. Melalui puisi, penyair berdialog dengan alam dan manusia.

Selain itu, lewat puisi pula akan diperoleh pengalaman batin serta estetik yang tidak semua orang dapat mengungkapkannya.

Pembicaraan mengenai puisi akan mengarah pada pembicaraan mengenai penggunaan bahasa. Namun, penggunaan bahasa dalam puisi berbeda dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi di dalam masyarakat.

Hal ini dikarenakan oleh penggunaan bahasa dalam puisi dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk mengungkapkan isi batin, daya imajinasi dan pengalaman. Di sini bahasa bertemu dengan sajak dan irama, yakni mengenal asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar.

Oleh penyair, perulangan itu diciptakan secara sadar sehingga apabila diucapkan atau dibaca akan menimbulkan daya dan perasaan tertentu bagi pembaca atau penikmatnya. Di samping itu, sajak dimaksudkan pula untuk menimbulkan irama atau ritme tertentu dalam sebuah puisi.

Mengenal asonansi dan aliterasi dengan karya sastra yang berbentuk puisi, ada satu fenomena yang berkembang dalam masyarakat, terutama

(21)

dikalangan terdidik dan penikmat sastra, yakani kurangnya pengkajian terhadap sajak dari irama dalam puisi. Sering dijumpai mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya di perguruan tinggi, khususnya yang mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia atau Bahasa Indonesia dan Daerah, lebih banyak mengarahkan penelitiannya pada lapis makna dalam puisi, misalnya analisis unsur religius dalam puisi atau analisis unsur pendidikan dalam puisi dan belum pernah ada yang meneliti sajak dan irama dalam puisi.

Fenomena di atas merupakan suatu permasalahan yang menyangkut penyimpangan terhadap totalitas unsur yang membangun puisi. Sajak dan irama merupakan sarana satra yang turut menyumbangkan nilai estetik dan atau keindahan karya sastra. Merujuk KBBI Edisi Ketiga (Depdiknas, 2007:

442), irama adalah alunan yang terjadi karena perulangan dan pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek bunyi, keras lembut tekanan, dan tinggi rendahnya nada dalam puisi. Selain itu, di dalam garis-garis besar program pengjaran Bahasa Indonesia kelas XI tercantum salah satu materi pembelajaran, yakni sajak dan irama dalam puisi. Dalam kaitannya dengan hal ini, maka yang perlu dipertanyakan sekarang adalah bagaimana kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’ Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar setelah mempelajari sajak dari irama dalam puisi di atas? Apakah memadai atau tidak memadai?

Harus diakui puisi Chairil Anwar sangat kurang yang dijadikan materi pembelajaran di kelas II Sekolah Menengah Umum sesuai dengan kurikulum 1994, namun sebagaimana dipahami bahwa Chairil Anwar merupakan tokoh

(22)

kesusastraan Indonesia, khususnya dibidang puisi. Oleh karena itu, karya- karya beliau telah dikenal masyarakat Indonesia, terutama anak sekolah, baik melalui buku bacaan dan kumpulan puisi Chairil Anwar yang ada di perpustakaan sekolah maupun melalui media massa. Hal inilah yang mendorong penulis untuk menjadikan puisi Chairil Anwar dalam puisinya

‘’Krawang Bekasi’’ sebagai materi tes untuk mengukur kempuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar menentukan asonansi dan aliterasi.

Mengingat pentingnya mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa, sebagai harapan dan tunas bangsa, semestinya sudah sejak dini dilatih untuk mengetahui dan menyukai mata pelajaran tersebut. Namun pada kenyataannya, sekarang ini tidak sedikit siswa yang kurang berminat terhadap bidang studi mata pelajaran bahasa Indonesia dan entah itu karena semangat belajar yang kurang atau tidak adanya motivasi dan sarana pendukung berdasarkan hasil tinjauan peneliti di SMA Al-Bayan Makassar kelas XI.

Populasi 112 orang siswa, dari populasi tersebut 37 siswa yang dijadikan sampel.

Dari fenomena tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar tentang kemampuan menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapatlah dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, adapun rumusan masalah yang dimaksud ialah ‘’ Bagaimanakah kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan

(23)

Makassar menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang Bekasi’’

karya Chairil Anwar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ialah untuk memmperoleh gambaran informasi tentang kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang Bekasi’’ karya Chairil Anwar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran apresiasikan puisi yang efektif sebagai wujud pemecahannya untuk mencapai hasil yang lebih baik di SMA Al-Bayan Makassar.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi peningkatan proses pembelajaran untuk lebih memacu keaktifan di SMA Al-Bayan Makassar.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembinaan dan pengembangan proses pembelajaran siswa, khususnya bagi pembelajaran apresiasi di sekolah.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan judul penelitian ini, dapatlah dikatakan bahwa penelitian itu berusaha memperoleh data akurat untuk menggambarkan kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar, tentu saja gambaran- gambaran kemampuan kita itu didasarkan pada hasil pengumpulan data di lapangan.

Penelitian ini menggambarkan kemampuan penulis mengungkapkan sajak dan irama dalam karya sastra. Sementara itu, penelitian ini menitikberatkan pada kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’ Krawang Bekasi’’ karya Chairil Anwar.

1. Penelitian Relevan

Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengambil masukan dari beberapa hasil penelitian ilmiah yang sesuai dengan materi pembahasannya, di antaranya adalah yang telah dilakukan oleh Herlina pada tahun 2011 dengan judul kemampuan mengapresiasi puisi peserta didik kelas IV SDN 48 Manuju Kelurahan Mattompodalle Kecamatan Pollongbangkeng Utara Kabupaten Takalar dan Isnanti pada tahun 2012 dengan judul: Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Menggunakan Teknik Peta Pasang Kata Peserta Didik

(25)

Kelas V SD Negeri 3 Karanggebang Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo.

Simpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh 2 peneliti di atas digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan tulisan ini. Adapun simpulannya bahwa kemampuan mengapresiasi puisi yang dilakukan oleh Herlinah dapat mempermudah peaserta didik dalam kegiatan mendaftar lapis bunyi, lapis, arti, lapis dunia pengarang, lapis dunia yang implisit, dan lapis metapiris dalam mengapresiasi puisi. Dengan teknik ini, peneliti mendapatkan hasil bahwa kemampuan dalam mengapresiasi puisi peserta didik kelas IV SDN 48 Manuju Kelurahan Mattompodalle Kecamatan Palongbangkeng Utara Kabupaten Takalar mengalami peningkatan. Isnanti memilih teknik peta pasang kata dalam mengatasi kesulitan menulis puisi. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa melalui teknik peta pasang kata, peserta didik mampu mengembangkan kreativitas mereka dalam mentransfer materi di antara anggota kelompok belajarnya, sehingga mereka lebih senang dan aktif belajar di dalam kelompok belajarnya. Hasil belajar menulis puisi melalui teknik peta pasang kata baik dalam proses maupun penilaian hasil, ada peningkatan yang signifikan.

2. Pengertian apresiasi puisi

Secara etimologi, istilah apresiasi berasala dari bahasa latin

‘’apreciatiaon’’ berarti mengindahkan atau menghargaia. Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, kepekaan, pikiran kritis, kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra Akhadiah dalam (Ghani, 1991:165).

(26)

Dari beberapa pengertian di atas, tampaknya mempunyai penekanan yang sama meskipun redaksi kalimat yang berbeda. Jika disimpulkan diperoleh pengertian bahwa apresiasi sastra pada hakikatnya suatu kegiatan daya pikir untuk memahami karya sastra, daya emosional dalam usaha untuk mengahayati unsur keindahan yang pada akhirnya mampu memberi penilaian.

Apresiasi terhadap karya sastra atau karya seni lainnya tidak terbatas pada pemberian penghargaan mutu atau nilai karya sastra itu saja tetapi mencakup juga pada kegiatan merasakan atau menikamati keindahan atau kebaikan karya sastra itu, sastra mengerti dan member keterangan mengapa karya sastra atau karya seni lainnya itu indah dan baik (Arsyad, dkk, 1999:

91). Kegiatan mengapresiasi karya sastra sebenarnya sudah sering dilakukan, namun pengertian apresiasi itu sendiri masih sering dikaburkan.

Dalam hubungannya dengan karya sastra yang berbentuk puisi, maka dapatlah dikatakan bahwa apresiasi puisi adalah semua kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memberikan penghargaan terhadap puisi dengan cara menilai secara tepat, memahami, dan menikmati puisi tersebut.

Kegitan apresiasi berhubungan dengan tingkat pemahaman seseorang terhadap karya sastra yang dalam hal ini ialah puisi. Artinya bahwa semakin tinggi pengetahuan dan keterampilan seseorang terhadap puisi, maka makin tinggi pula tingkat apresiasi orang tersebut terhadap puisi. Sebaliknya makin tinggi tingkat apresiasi orang tersebut terhadap puisi, makin tinggi pula daya tangkap dan daya kritis orang itu terhadap sesuatu yang disajikan dalam puisi.

(27)

Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa kegiatan apresiasi berhubungan dengan tingkat penerimaan seseorang terhadap karya sastra.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, secara umum, ada tiga tingkat penerimaan terhadapa puisi, yaitu:

1. Reseptif, yakni terhadap penerimaan puisi oleh seseorang, menurut apa adanya.

2. Reaktif, yakni terhadapa penerimaan puisi oleh seseorang yang diikuti pemberian reaksi yang bersifat deskriptif terhadap kehadiran puisi itu.

3. Produktif, yakni terhadap seseorang yang tidak hanya memberikan reaksi terhadap puisi yang ia baca, tetapi juga memproduksinya atau membuat telaah mengenai puisi.

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek apresiasi bagi siswa puisi Chairil Anwar dengan judul ‘’ Krawang-Bekasi’’ untuk menemukan asonansi dan aliterasi yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana diketahui bahwa Chairil Anwar adalah seorang pelopor kesusastraan Indonesia dibidang puisi sehingga karya-karyanya akrab dengan dunia pendidikan Indonesia

3. Pengertian puisi

Puisi adalah karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif. Puisi dapat dibedakan dengan karya sastra yang lain karena bahasanya yang ekonomis serta mengungkapkannya yang intens (Junaedie, 1994: 1). Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak di gunakan makna kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan dengan karya sastra yang lain, puisi bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki kemungkinan makna. Hal ini disebabkan

(28)

terjadinya pengkonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi. Struktur fisik dan struktur batin puisi juga padat. Keduanya bersenyawa bagaikan telur dalam roti (Reeves, Sirwan, 2003 : 22)

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani “Poem” yang berarti “membuat” atau “Poeisis” yang berarti “Pembuatan”. Puisi diartikan

“membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun ilmiah. Puisi adalah pengonsentrasian, yakni mengonsentrasikan pada dirinya segala kesan perasaan dan pikiran dengan pengucapan yang padat. Tema dan amanat puisi itu disusun dalam baris-baris. Setiap baris bertautan atau berkorespondensi dengan baris-baris berikutnya dan membentuk satu kesatuan yang disebut bait.

Waluyo (1995:23) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan kata sebagai ciri khasnya, pengulangan kata itu menghasilkan rima, ritme, dan musikalitas. Reeves (dalam Waluyo, 1995:23) memberikan batasan yang berkaitan dengan struktur fisik dan menyatakan bahwa puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat. Di SMA, puisi biasa didefinisikan sebagai karangan yang terikat, Wirjosoedarmo (dalam Pradopo, 2012:5) mengemukakan bahwa puisi itu karangan yang terikat oleh:

a) banyak baris dalam tiap bait;

b) banyak kata dalam tiap baris;

c) banyak suku kata dalam tiap baris;

(29)

d) rima; dan e) irama.

Definisi Wirjosoedarmo tersebut sudah tidak cocok lagi dengan wujud puisi zaman sekarang. Altenbernd (dalam Pradopo, 2012:5) menyatakan bahwa puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum) (as the interpretive dramatization of experience in metrical language). Menurut Coleridge (dalam Pradopo, 2012:6), puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun dengan sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simestris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya, dan sebagainya.

Puisi selalu berkembang dari waktu ke waktu akibat terjadinya evolusi selera dan perubahan konsep keindahan dari para penyair. Pengertian puisi menurut pandangan lama, yakni karangan yang terikat oleh bait, baris , jumlah kata, dan pola persajakan, sedangkan pengertian puisi menurut pandangan puisi modern itu berdasarkan pada hakikatnya, bukan berdasarkan bentuk formalnya. Jadi, puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan.

(30)

4. Batasan Puisi

Slametmuljana (dalam Waluyo, 1987;23) menyatakan puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Pengulangan kata itu menghasilkan rima, ritma, dan musikalisasi.

Batasan yang diberikan slametmuljana tersebut berkaitan dengan struktur fisiknya saja. James Reves (dalam Waluyo, 1987:24) juga memberikan batasan yang berhubungan dengan struktur fisik dengan menyatakan bahwa puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh dengan pikat. \

Jika pengertian itu ditinjau dari segi bentuk batin puisi maka Herbert Spencer (Waluyo, 1987:23) menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk dari pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Sedangkan samuel johnson menyatakan puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal pada emosi yang berpadu dalam kedamaian.

Dari batasan-batasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa bahasa yang yang diperbagus dan diperindah itu dapat diterangkan melalui kata konkret itu dijelaskan oleh Effendi (dalam Waluyo, 1987:94) menjadi: mengimajian, pelambangan dan pengiasan, uraian di atas bermaksud menjelaskan bahwa bahasa yang digunakan dalam puisi adalah bahasa konotatif yang ‘’

multiterpretable’’. Makna yang dilukiskan dalam puisi dapat makna lugas, namun lebih banyak makna kias melalui lambang dan kiasan.

Untuk memberi makna pengertian puisi secara memuaskan cukup sulit. Namu beberapa pengertian yang tidak dapat dirangkum dalam satu

(31)

kalimat dapat dipaparkan disisni, beberapa pengertian yang diuaraikan di atas jika didata dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Dalam puisi terjadi pengkonsentrasian atau pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.

b. Dalam penyusunan, unsur-unsur bahasa itu dirapikan,diperbagus, diatur dengan sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi.

c. Puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan yang berdasarkan mood atau pengalam jiwa dan bersifat imajinatif.

d. Bahasa yang digunakan bersifat konotatif.

Jika dipaksa harus memberi, definisi puisi (yang sangat sukar dirumuskan), kira-kira adalah sebagai berikut:

‘’puisi adalah bentuk karya sastra yang mengukapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasian semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya’’.

5. Unsur-Unsur Puisi

Secara umum orang mengatakan bahwa sebuah puisi dibangun oleh dua unsur penting, yakni bentuk dan isi. Richards (dalam Jabrohim, dkk, 2009:33) menyamakan bentuk dan isi puisi dengan hakikat dan metode puisi.

Istilah hakikat puisi (yakni unsur hakiki yang menjiwai puisi) yang dikemukakan Richards disebut struktur batin sedangkan metode puisi (medium bagaimana hakikat itu diungkapkan) disebutnya struktur fisik.

(32)

Adapun wujud konkret hakikat puisi adalah pernyataan batin penyair, sedangkan metode adalah unsur-unsur pembangun bentuk kebahasaan puisi.

Waluyo (dalam Jabrohim,dkk, 2009:34) berpendapat bahwa: Struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Bait-bait puisi itu membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana. Struktur fisik ini merupakan medium pengungkapan struktur batin puisi. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam strukur fisik puisi adalah diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi dan tipografi. Adapun struktur batin puisi, terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat.

Unsur-unsur puisi itu tidaklah berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan kesatuan dan unsur yang satu dengan unsur lainnya menunjukkan hubungan keterjalinan satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur itu juga menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-unsur itu berfungsi bersama unsur lain dan di dalam kesatuan dengan totalitasnya. Untuk memberikan pengertian yang lebih memadai berikut ini dikemukakan uraian unsur-unsur pembangun puisi tersebut. Unsur bentuk atau struktur fisik puisi (metode puisi) :

a. Diksi

Diksi adalah bentuk serapan dari kata diction. Keraf (dalam Jabrohim, dkk, 2009:35) berpendapat bahwa diksi disebut pilihan kata. Senada dengan pendapat tersebut Linda (2002: 143), mengemukakan bahwa diksi adalah

(33)

pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair untuk mengekpresikan dan perasaan-perasaaan yang bergejolak dan menggejala dalam dirinya.

Pilihan kata mempunyai dua kesimpulan penting. Pertama, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Kedua, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata bahasa itu. Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra.

b. Pengimajian

Untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus, membuat hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan. Gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut dengan istilah citra atau imaji (image).

Cara membentuk kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut dengan istilah citraan (imagery). Hal-hal yang berkaitan dengan citra atau citraan disebut pencitraan atau pengimajian. Citraan menurut Alternbernd (dalam Jabrohim, dkk, 2009:37), merupakan unsur yang penting dalam puisi karena dayanya untuk menghadirkan gambaran yang konkret, khas, menggugah, dan mengesankan.

(34)

Citraan dapat dikelompokkan atas tujuh jenis. Pertama, citraan penglihatan, yang dihasilkan dengan memberi rangsangan indera penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat seolah-olah kelihatan. Kedua, citraan pendengaran yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara atau berupa onomatope dan persajakan yang berturut-turut. Ketiga, citraan penciuman yaitu citraan yang berhubungan dengan indera penciuman (hidung), kata-kata yang mengandung citraan ini menggambarkan seolah-olah objek yang dibicarakan berbau harum, busuk, anyir, dan lain-lain. Keempat, citraan pencecapan yaitu citraan yang melibatkan indera pencecapan (lidah), melalui citraan ini seolah-olah kita dapat merasakan sesuatu yang pahit, asam, manis, kecut, dan lain-lain. Kelima, citraan rabaan, yakni citra yang berupa rangsangan-rangsangan kepada perasaan atau sentuhan, keenam, citraan pikiran/intelektual, yakni citraan yang dihasilkan oleh asosiasi pikiran.

Ketujuh citraan gerak dihasilkan dengan cara menghidupkan dan memvisualkan sesuatu hal yang tidak bergerak menjadi bergerak.

c. Kata Konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Waluyo (dalam Jabrohim, dkk, 2009:41) mengatakan bahwa:

Dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Di sini penyair berusaha mengkonkretkan kata-kata, maksudnya kata-

(35)

kata itu diupayakan agar dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Dalam hubungannya dengan pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian. Jika penyair mahir memperkonkretkan kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasakan hal yang dilukiskan penyair.

Dengan demikian, pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisinya (Waluyo, 1991: 54).

d. Bahasa figuratif

Bahasa figuratif oleh waluyo (dalam Jabrohim, dkk, 2009:42) disebut pula sebagai majas. Menurut Sujiaman (dalam Jabrohim, dkk, 2009:42),

Pengertian bahasa figuratif adalah bahasa yang mempergunakan kata-kata yang susunan dan artinya sengaja disimpangkan dari susunan dan artinya yang biasa dengan maksud mendapatkan kesegaran dan kekuatan ekspresi. Caranya adalah dengan memanfaatkan perbandingan, pertentangan, atau pertautan hal yang satu dengan hal yang lain, yang maknanya sudah diketahui oleh pembaca atau pendengar.

Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif pada dasarnya adalah bentuk penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian katanya, dan bertujuan untuk mencapai arti dan efek

(36)

tertentu. Pradopo mengelompokkan bahasa figuratif menjadi enam jenis (dalam Jabrohim, dkk, 2009:44) :

a) Simile adalah jenis bahasa figuratif yang menyamakan satu hal dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama, (Jabrohim, dkk, 2009:44). Sebagai sarana dalam menyamakan tersebut, simile menggunakan kata-kata pembanding:

bagai, sebagai, bak, seperti, seumpama, laksana, serupa, sepantun, dan sebagainya. Menurut Keraf (dalam Jabrohim, dkk, 2009:44), simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Perbandingan demikian ini dimaksudkan bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan yang lain.

b) Metafora adalah bentuk bahasa figuratif yang memperbandingkan sesuatu hal dengan hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa, (Jabrohim, dkk, 2009:45). Oleh karena itu, di dalam metafora ada dua hal yang pokok, yaitu hal-hal yang diperbandingkan dan pembandingnya. Metafora membandingkan dua benda atau hal secara implisit atau tidak menggunakan kata-kata pembanding.

c) Personifikasi adalah bentuk bahasa figuratif yang mempersamakan benda atau hal dengan manusia, benda atau hal itu digambarkan dapat bertindak dan mempunyai kegiatan seperti manusia, (Jabrohim, dkk, 2009:48). Benda atau hal yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan kejelasan gambaran, menimbulkan bayangan angan yang konkret, dan mendramatisasikan suasana dan ide yang ditampilkan.

d) Epik-simile atau perumpamaan epos adalah pembandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-

(37)

sifat perbandingan lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut, (Jabrohim, dkk, 2009:49).

e) Metonimi adalah pemindahan istilah atau nama suatu hal atau benda ke suatu hal atau benda lainnya yang mempunyai kaitan rapat, (Jabrohim, dkk, 2009:51). Pradopo (dalam Jabrohim, dkk, 2009:51) menyatakan bahwa metonimi dapat pula disebut kiasan pengganti nama, misalnya menyebut sesuatu, orang, atau binatang dengan pekerjaan atau sifat yang dimilikinya.

f) Sinekdoki adalah bahasa figuratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari suatu benda atau hal untuk benda atau hal itu sendiri, (Jabrohim, dkk, 2009:52). Sinekdoki ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni pars pro toto dan totum pro parte. Pars pro toto adalah penyebutan sebagian dari suatu hal untuk menyebutkan keseluruhan, sedangkan totum pro parte adalah penyebutan keseluruhan dari suatu benda atau hal untuk sebagiannya, (Jabrohim, dkk, 2009:52).

e. Versifikasi

Versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Secara umum ritma dikenal sebagai irama atau wirama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Sujiaman (dalam Jabrohim, dkk, 2009:53) memberikan pengertian irama dalam puisi sebagai alunan yang dikesankan oleh perulangan dan pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendenknya bunyi, keras lembutnya tekanan, dan tinggi rendahnya nada.

(38)

Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Rima ini meliputi onomatope (tiruan terhadap bunyi-bunyi), bentuk intern pola bunyi, intonasi, repetisi bunyi atau kata, dan persamaan bunyi. Adapun metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu.

f. Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Karena itu ia merupakan pembeda yang sangat penting.

Dalam prosa baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah periodisitet. Namun, dalam puisi tidak demikian halnya. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah periodisitet yang disebut bait.

Baris-baris puisi tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan.

Tepi sebelah kiri maupun kanan sebuah baris puisi tidak harus dipenuhi oleh tulisan, tidak seperti halnya jika kita menulis prosa. Peranan tipografi dalam puisi, selain untuk menampilkan aspek artistik visual juga untuk menciptakan nuansa makna dan nuansa tertentu.

Struktur batin oleh Richards (dalam Jabrohim,dkk, 2009:65) disebut sebagai hakikat puisi. Menurut Waluyo (dalam Jabrohim, dkk, 2009:65) struktur batin mencakup tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat. Keempat unsur tersebut menyatu dalam ujud penyampaian bahasa penyair.

(39)

Berikut penjelasan mengenai struktur batin atau hakikat puisi:

1) Tema

Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair melalui puisinya. Semua karya terkhusus karya sastra pasti memiliki tema yang merupakan pokok permasalahan yang diangkat dalam menulis karya sastra itu.

Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang, (Jabrohim, dkk, 2009:65). Sesuatu yang menjadi pikiran tersebut dasar bagi puisi yang dicipta oleh penyair. Sesuatu yang dipikirkan itu dapat bermacam-macam, meliputi berbagai macam permasalahan hidup. Permasalahan itu oleh penyair disusun dengan baik dan ditambah dengan ide, gagasan, cita-cita, atau pendirian penyair.

Dengan demikian di dalam tema selain sesuatu yang dipikirkan penyair juga terbayang pandangan hidup penyair atau bagaimana penyair melihat permasalahan yang dipikirkannya itu. Penyair tidak pernah menyebut apa tema puisi yang ditulisnya. Untuk mengetahui tema sebuah puisi, kita harus membaca keseluruhan puisi tersebut dengan cermat. Kecuali itu, kita harus menyadari bahwa tema puisi berhubungan dengan penyairnya, dengan konsep- konsepnya yang terimajinasikan.

2) Perasaan

Perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya, (Jabrohim, dkk. 2009:66). Sikap tersebut adalah sikap yang ditampilkan dari perasaan penyair, misalnya sikap simpati, antipati, senang, tidak senang, rasa benci, rindu, dan sebagainya. Perasaan penyair ikut

(40)

terekspresikan dalam puisi. Oleh karena itu, sebuah tema yang sama akan menghasilkan puisi yang berbeda jika suasana perasaan penyair yang mencipa puisi itu berbeda.

3) Nada

Nada adalah sikap penyair kepada pembaca, (Jabrohim, dkk, 2009:66). Dalam menulis puisi, penyair bisa jadi besrsikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bisa jadi pula ia bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.

Nada mengungkapkan sikap penyair, dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Ini berarti sebuah puisi akan membawa akibat psikologis kepada pembacanya. Akibat psikologis ini terjadi karena nada yang dituangkan penyair dalam puisi.

4) Amanat

Amanat dapat ditemukan setelah mengetahui tema, perasaan, dan nada puisi. Amanat adalah pesan atau nasehat yang ingin disampaikan oleh penyair.

Amanat adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptkan puisinya, (Jabrohim, dkk, 2009:67). Waluyo (dalam Jabrohim, dkk, 2009:67) menyatakan bahwa amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Cara pembaca menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan pandangan pembaca terhadap suatu hal. Amanat harus dibedakan dengan tema. Dalam puisi, tma berkaitan dengan arti, sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra. Arti puisi bersifat

(41)

lugas, objektif, dan khusus. Makna berhubungan dengan individu, konsep seseorang, dan situasi , tempat penyair mengimajinasikan puisinya.

6. Asonansi dalam Puisi

Bila berbicara masalah bunyi dalam puisi kita harus memahami konsep tentang:

1. Rima , yang di dalamnya masih mengandung berbagai aspek, meliputi (a) asonansi atau pantun vokal (b) aliterasi atau purwakanti.

2. Irama, yakni paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas, baik berupa alunan keras – lemah, tinggi – rendah, panjang – pendek, dan kuat – lemah yang keseluruhan mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana serta nuansa makana tertentu.

Asonansi adalah perulangan bunyi vokal pada lirik puisi, baik pada awal, maupun pada akhir larik-larik puisi itu seperti : ‘’kemana pergi’’

(Alimuddin, 1995:138). Apakah sebenarnya asonansi itu? Secara intuitif pada umumnya orang lebih mengerti, namun sukarlah membuat batasan dan merumuskan pengertian resonansi dalam puisi. Secara umum dapat dikatakan bahwa nilai seni hanya sastra, khususnya puisi bukan semata-mata disebabkan oleh asonansi saja melainkan disebabka oleh rima atau penyusunan alur. Namu harus diakui asonansi besar sumbangannya dalam pencapaian suatu seni dalam puisi.

B. Kerangka Pikir

Puisi adalah karya sastra yang merupakan perpaduan antara imajinasi pengarang dan fenomena yang bersifat emosional dengan penggunaan asonansi

(42)

dan aliterasi untuk memunculkan estetikanya. Oleh karena itu, puisi harus dipahami secara utuh, termasuk memahami unsur sajak dan rima yang membangun sebuah puisi.

Apresiasi puisi adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memberikan penghargaan dengan jalan menilai secara tepat, memahami dan menikmati puisi itu dengan demikian, menemukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar, merupakan salah satu kegiatan apresiasi.

Asonansi merupakan penggunaan vokal yang sama pada suatu lirik puisi yang dapat menimbulkan kesan keindahan pada penyimak dalam pembaca. Alitersi adalah merupakan perulangan bunyi konsonan dalam larik- larik puisi baik itu pada awal puisi maupun pada larik-larik akhir puisi.

Bagan Kerangka Pikir

Pembahasan Sastra

Apresiasi Puisi

Asonansi Aliterasi

Temuan

(43)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar Menentukan Asonansi dan Aliterasi dalam Puisi ‘’Krawang- Bekasi’’ Karya Chairil Anwar diterima.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel

Penelitan ini dilaksanakan untuk menetukan jawaban permasalahan yang telah dirumuskan guna mencapai tujuan. Salah satu faktor yang cukup berpengaruh dalam pelaksanaan penelitian adalah pemahaman peneliti terhadap variabel penelitiannya. Oleh karena itu, identifikasi variabel penelitian merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh peneliti untuk memastikan variabel apa saja yang dilakukan oleh penelitiannya. Hal ini sejalan dengan pendapat (Soenitro, 1983:10) yang mengatakan bahwa penelitian perlu mengidentifikasi variabel-variabel dan masalah pokok penelitiannya.

Variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal.

Variabel tunggal yang dimaksud adalah kemampuan siswa kelas XI SMA Al- Bayan menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi “Krawang-Bekasi”

karya Chairil Anwar.

2. Desain Penelitan

Pada bagian ini diuraikan secara garis besar desai yang digunakan dalam penelitian ini. Desain yang dimaksud adalah rancangan penelitian, mulai dari perumusan masalah sampai dengan kesimpulan akhir yang diperoleh.

Metode yang digunakandalam penelitan ini adalah metode deskriptif karena sasarannya adalah menggambarkan kemampuan kemampuan siswa membedakan asonannsi dan aliterasi dalam puisi. Penentuan metode ini

(45)

didasarkan atas pertimbangan bahwa metode ini cocok dengan wujud data yang disajikan.

Untuk memudahkan data dan kesimpulan tentang kemampuan menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar makasiswa diberi tes. Siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu, 15 orang siswa atau 40% dari kelas XI.3, 9 orang atau 25%

dari kelas XI.4, dan 13 orang siswa dari kelas XI.5 atau 35% secara keseluruhan 37 orang siswa atau 100 responden.

B. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran mengenai istilah yang digunakan dalam penulisan proposal ini, penulis penulis perlu memberikan batasan istilah yang digunakan sebagai variabel penelitian ini. Adapun batasan istilah tersebut adalah;

a. Kemampuan ialah kecakapan siswa dalam menyelesaikan tes yang berhubungan perbedaan asonansi dan aliterasi dalam puisi

‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar.

b. Menenentukan adalah adanya temuan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar.

c. Asonansi d. Aliterasi

(46)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Asyhari (1981:91) bahwa dari segi bahasa populasi dapat diartikan penduduk atau orang banyak. Namun dalam kaitannya dengan penelitian, mungkin berupa manusia gejala-gejala, benda-benda, pola sikap, tingkah laku dan sebagainya. Sementara itu Muhammad Ali (dalam Sulaeman, 1994:30) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian, baik berupa manusia, benda, peristiwa, maupun gejala yang terjadi. Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapatlah diartikan bahwa populasi merupakan suatu hal yang hendak diteliti oleh obyek penelitian.

Pada uraian sebelumnya, telah dijelaskan bahwa obyek penelitian ini ialah siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar yang terdiri dari 6 kelas, namun yang menjadi populasi penelitian kelas XI.3, XI.4, XI.5. Dengan demikian, populasi penelitian ini adalah siswa yang terdiri dari tiga kelas di atas yang keseluruhannya berjumlah 112 siswa. Adapun gambaran dari populasi ini terdapat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Gambaran Populasi siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar

Nomor Kelas Jumlah Siswa

12 3

XI.3XI.4 XI.5

3836 38

Jumlah 112

(47)

2. Sampel

Secara umum, yang dimaksud dengan sampel penelitian adalah pengambilan sebagian obyek dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi atau cermin dari keseluruhan obyek yang diteliti.

Populasi dari sampel akan menunjukan berapa luas jangkauan kesimpulan yang diharapkan atau generalisasi konklusi penelitian.

Sampel pada dasarnya hanya menggambarkan secara maksimal keadaan populasi dan tidak berarti bahwa keadaan populasi akan sama persis dengan keadaan pada sampel, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.

Walaupun demikian, diharapkan bahwa kenyataan yang ada akan berbeda sedikit saja antara observasi pada populasi secara menyeluruh dengan observasi pada sampel.

Berdasarkan pada perincian jumlah populasi di atas, dapatlah dikatakan bahwa jumlah populasi yang disajikan obyek penelitian ini adalah 112 orang.

Menurut Arikunto (1992:107) bahwa penelitian yang populasinya lebih dari 100 orang dapat dibatasi jumlahnya antara 10 sampel 15% sampel atau 20 sampai 25% tergantung pada:

1. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana.

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan

3. Besar kecilnya resiko ditanggung oleh peneliti, jumlah populasi yang dibatasi itulah yang disebut sampel.

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik Random Sampling. Random Sampling ini dilakukan

(48)

dengan cara mengambil sejumlah sampel dari setiap kelas secara acak.

Adapun jumlah sampel yang diambil dari tiga kelas tersebut di atas 37 orang siswa. Dengan demikian, sampel penelitian ini diambil sebanyak 25% dari keseluruhan jumlah populasi.

Tabel 3.2 Keadaan Sampel

No Kelas Presentase Jumlah

1 XI.3 40% 15

2 XI.4 25% 9

3 XI.5 35% 13

Jumlah 37

Sumber data: Berdasarkan hasil penelitian D. Teknik Pengumpulan Data

Pada dasarnya penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan guna mencari tujuan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan atau objek penelitian.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian ini pada dasarnya adalah teknik tes. Teknik tes yang merupakan teknik primer dalam penelitian ini sebab dengan menggunakan teknik ini diperkirakan mampu memperoleh sebagian besar data yang dibutuhkan. Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tes objektif yang dilaksanakan pada waktu jam pelajaran Bahasa Indonesia. Tes yang digunakan adalah tes objektif jumlah tes yang diberikan 30 nomor dengan bobot satu personal. Dengan demikian, skor maksimal yang diharapkan dicapai

(49)

siswa adalah 10. Waktu yang disediakan bagi siswa untuk mengerjakan tes objektif tersebut adalah 90 menit. Sebelum pengumpulan data dilakukan, terlebih dahulu siswa sampel diberi arahan tentang pelaksanaan penelitian.

Telah diuraikan sebelumnya bahwa apa yang menjadi materi dalam tes penelitian ini adalah puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini secara garis besarnya meliputi dua bagian, yaitu yang menyajikan hasil analisis data secara kuantitatif dan pembahasan secara kualitatif yang ditunjang oleh hasil pengolahan informasi siswa yang diedarkan. Penyajian secara kuantitatif, maksudnya ialah data yang diperoleh dari lapangan dianalisis dalam bentuk yang menyatakan kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar.

Analisis secara kuantitatif ini menggunakan kriteria ketuntasan belajar, oleh karena itu, skor mentah akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membuat daftar skor mentah yang diperoleh siswa.

2. Menentukan presentase penguasaan siswa terhadap materi yang diujikan dengan mencari rasio antara skor mentah dan skor idea(Yunus, 1987:29)

SM X 100%

SI

Keterangan : SM = skor mentah SI= skor ideal

(50)

3. Untuk kepentingan standarisasi pengukuran (skor) dilakukan denga cara transformasi skor mentah kedalam nilai beskala 1-10.

Pembahasan secara kualitatif merupakan hasil rumusan penelitian dalam bentuk pernyataan sebagai sarana pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Tentu saja pembahasan ini berdasarkan, pada apa yang diperoleh dari hasil analisis data secara kuantitatif dan berpatokan pada kriteria pengujian hipotesis. Disamping itu, pembahasan secara kualitatif juga ditunjang oleh hasil perhitungan presentase jawaban siswa sampel berdasarkan soal yang dibagikan untuk menguji kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar.

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Hasil Analisis Data

Pada dasarnya, teknik analisis data dalam laporan penelitian ini, yakni menyajikan hasil analisis data secara kuantitatifmerupakan hasil analisis berdasarkan informasih yang diperoleh dari lapangan melalui tes kepada responden (siswa sampel)

1. Pengolahan Data Tes

Pada bagian ini disajikan analisis data secara kuantitatif, yakni menganalisis data dalam bentuk angka yang menyatakan ‘’kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar.

Berdasarkan uraian pada teknik analisis data pada bab sebelumnya, maka langkah awal yang harus dilakukan ialah membuat dftar skor mentah yang diperoleh siswa (siswa sampel). Perlu kembali diuraikan bahwa jumlah soal yang harus dikerjakan oleh siswa sampel sebanyak 30 butir soal pilihan ganda. Berdasarkan pembobotan soal, maka skor tertinggi yang diharapkan untuk diperoleh siswa sampel ialah skor 30 dan inilah yang menjadi skor ideal dalam laporan penelitian ini. Berikut ini adalah skor mentah yang diperoleh.

(52)

Tabel 4.1 Daftar Skor Mentah yang Dicapai oleh Sampel

No. Urut Nis Kode Sampel Skor

1 9919 001 17

2 9945 002 16

3 9902 003 15

4 9922 004 16

5 9931 005 16

6 9977 006 18

7 9908 007 17

8 9921 008 18

9 9932 009 15

10 9968 010 10

11 9975 011 19

12 9928 012 14

13 9955 013 15

14 9904 014 18

15 9988 015 17

16 9947 016 18

17 9957 017 16

18 9960 018 17

19 9966 019 10

(53)

20 9986 020 16

21 9907 021 15

22 9915 022 14

23 9961 023 10

24 9903 024 8

25 9946 025 15

26 9990 026 16

27 9906 027 19

28 9992 028 13

29 9971 029 15

30 9968 030 12

31 9898 031 10

32 9939 032 8

33 9927 033 11

34 9987 034 18

35 9980 035 17

36 9929 036 16

37 9996 037 15

Berdasarkan data dari tabel 4.1 di atas, dapatlah dikatakan bahwa dari keseluruhan siswa sampel, yakni 37 siswa yang tidak mampu memperoleh skor 20 tertinggi, yang diperoleh siswa adalah skor 19 yang diperoleh siswa sampel dengan nomor kode sampel 011 dan 027, sedangkan

(54)

skor terendah adalah skor 8 yang diperoleh dua orang siswa sampel, yakni sampel dengan nomor kode 024 dan 032.

Setelah mengetahui skor mentah yang diperoleh siswa sampel, seperti yang digambarkan pada tabel 4.1 di atas, maka langkah selanjutnya adalah menentukan presentase penguasaan siswa terhadap materi yang diujikan dengan mencari rasio antara skor mentah dan skor ideal. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan hasil perhitungan rasio antara skor mentah yang diperoleh siswa sampel dan skor ideal yang seharusnya dicapai oleh siswa sampel penelitian ini atau presentase tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diujikan dalam penelitian ini.

Tabel 4.2 Presentase Tingkat Penguasaan Siswa Terhadap Materi Pelajaran yang diujikan

No. Urut Kode Sampel Skor %TP

1 001 17 56

2 002 16 53

3 003 15 50

4 004 16 53

5 005 16 53

6 006 18 59

7 007 17 56

8 008 18 50

9 009 15 53

10 010 10 63

(55)

11 011 9 46

12 012 14 50

13 013 15 59

14 014 18 56

15 015 17 59

16 016 18 53

17 017 16 56

18 018 17 33

19 019 10 53

20 020 16 40

21 021 15 46

22 022 14 33

23 023 10 26

24 024 8 50

25 025 15 53

26 026 16 63

27 027 19 43

28 028 13 50

29 029 15 40

30 030 12 40

31 031 10 33

32 032 8 26

(56)

33 033 11 36

34 034 18 59

35 035 17 56

36 036 16 53

37 037 15 50

Berdasarkan data yang ada pada tabel 4.2 di atas, dapat dikatakan bahwa dari keseluruhan siswa sampel penelitian, tidak ada yang memperoleh persentase tingkat penguasaan 100% sebagai presentase tingkat yang seharusnya dicapai siswa. Presentase tingkat penguasaan tertinggi yang berhasil dicapai siswa adalah 95% yang dicapai oleh dua orang, yakni siswa sampel dengan no kode 011 dan 027, sedangkan perolehan siswa siswa sampel yang terendah adalah pada no kode 024 dan 032. Adapun persentase tingkat penguasaan terendah yang dicapai oleh dua orang sampel tersebut ialah 5,2%.

Dalam rangka standarisasi pengukuran (skor) maka presentasi tingkat penguasaan siswa terhadap materi mengenal asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar akan ditransformasikan, ini dilakukan dengan cara mengadakan perkalian antara presentase siswa, seperti yang tergambar pada tabel 4.2 di atas dengan nilai 1 – 10. Hasil taransformasi ini dinyatakan pada tabel berikut:

(57)

Tabel 4.3 Transformasi Presentase Tingkat Penguasaan siswa ke dalam Nilai Beskala 1-10

No. Urut Kode Sampel Skor %TP

1 001 56 5,6

2 002 53 5,3

3 003 50 5,0

4 004 53 5.3

5 005 53 5,3

6 006 59 5,9

7 007 56 5,6

8 008 50 5,9

9 009 33 5

10 010 63 3,3

11 011 46 6,3

12 012 50 4,6

13 013 59 5

14 014 56 5,9

15 015 59 5,6

16 016 53 5,9

17 017 56 5,3

18 018 33 5,6

19 019 53 3,3

(58)

20 020 50 5,3

21 021 46 5

22 022 33 4,6

23 023 26 3,3

24 024 50 2,6

25 025 53 5

26 026 63 5,3

27 027 43 6,3

28 028 50 4,3

29 029 40 5

30 030 40 4

31 031 33 3,3

32 032 26 2,6

33 033 36 3,6

34 034 59 5,9

35 035 56 5,6

36 036 53 5,3

37 037 50 5,0

Berdasarkan data yang ada pada tabel 4.3 di atas, dapatlah digambarkan bahwa dari 37 orang siswa sampel, yang berhasil mengerjakan tes dengan presentase tingkat penguasaan materi mengenal asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar 85 % ke atas

(59)

atau dalam transformasi nilai berskala 1-10 memperoleh nilai 6,5 ke atas sebanyak 0 orang siswa, sedangkan yang memperoleh nilai di bawah 6,5 berjumlah 37 orang.

Dalam rangka menentukan ketuntasan belajar, maka harus mencapai rasio antara jumlah siswa yang memperoleh tingkat penguasaan materi 65%

ke atas dan jumlah keseluruhan siswa sampel sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa jumlah siswa yang memperoleh tingkat penguasaan materi 65% ke atas sebanyak 0 orang.

Berdasarkan perhitungan di atas, maka siswa yang berhasil memperoleh presentase tingkat penguasaan materi mengenal asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar 65% ke atas atau memperoleh nilai 6,5 ke atas dalam transformasi nilai berskala 1-10 berjumlah 0% dari keseluruhan siswa sampel yang berjumlah 37 orang.

Dengan demikian, ketuntasan belajar secara umum adalah 85% siswa dalam suatu kelompok harus menguasai 65% atau lebih materi pelajaran.

Tabel 4.4 Daftar Perolehan Nilai Siswa

No Perolehan Nilai Frekuensi Presentase

1 2 3.

Nilai 6,5 ke atas Nilai di bawah 6,5

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa 5,2

0

37 orang

0%

100%

Jumlah 37 100%

(60)

B. Pembahasan

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi

‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar belum memadai. Hal ini menunjukan bahwa murid kelas XI belum memilki taraf pendidikan yg bermutu khususnya dalam mata pelajaran bahasa indonesia lebih khusus lagi menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi.

Puisi adalah karya sastra yang merupakan perpaduan antara imajinasi pengarang dan fenomena yang bersifat emosional dengan penggunaan asonansi dan aliterasi untuk memunculkan estetikanya. Oleh karena itu, puisi harus dipahami secara utuh, termasuk memahami unsur sajak dan rima yang membangun sebuah puisi.

Apresiasi puisi adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memberikan penghargaan dengan jalan menilai secara tepat, memahami dan menikmati puisi itu dengan demikian, menemukan asonansi dan aliterasi dalam puisi ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar, merupakan salah satu kegiatan apresiasi.

Asonansi merupakan penggunaan vokal yang sama pada suatu lirik puisi yang dapat menimbulkan kesan keindahan pada penyimak dalam pembaca. Alitersi adalah merupakan perulangan bunyi konsonan dalam larik- larik puisi baik itu pada awal puisi maupun pada larik-larik akhir puisi.

(61)

Pendidikan masalah bahasa merupakan peranan yang sangat penting.

Pendidikan di Indonesia menepatkan bahasa Indonesia salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah. Pengajaran bahasa Indonesia haruslah berisi usaha- uasaha yang dapat membawa serangkaian keterampilan. Keterampilan tersebut erat hubungannya dengan proses yang mendasari pikiran. Semakin trampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas jalan pikirannya.

Keterampilan bahasa mempunyai empat komponen keterampilan yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis, keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lainnya.

Hasil kuantitatif yang diperolehnya dari analisis data sebelumnya.

Selanjutnya dinyatakan secara kualitatif yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan sebagai sarana pengujian hipotesis serta merupakan hasil yang dicapai dalam penelitian ini. Berikut ini adalah rumusan hipotesis dan dan kriteria pengujiannya serta hasil-hasil yang dicapai dalam penelitian iniditerimka atau ditolak berdasarkan data yang diperoleh dari siswa sampel.

a. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis : kemampuan siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisis ‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar dianggap tidak memadai, jika siswa sampel menguasai 65% atau lebih materi pelajaran yang diujikan atau memperoleh nilai 6,5 atau lebih pada standar nilai berskala 1-10, dalam mengerjakan tes penelitian ini tidak mencapai 85% demi keseluruhan jumlah sampel.

(62)

b. Hasil pengolahan data : jumlah siswa yang mampu menguasai 65%

atau lebih materi pelajaran yang diujikan atau memperoleh nilai 6,5 lebih pada standar nilai berskala 1-10 dalam mengerjakan tes yang yang diberikan dalam penelitian ini berjumlah 0 orang dari 37 siswa sampel. Hal ini berarti bahwa jumlah siswa yang mampu menguasai 65% atau lebih yang dala standar nilai berskala 1-10 memperoleh nilai 6,5 ke atas dalam mengerjakan tes yang diberikan 0% dari jumlah keseluruhan siswa sampel sehingga ketuntasan belajar secara kelompok tidak tercapai.

c. Kesimpulan : hipotesis penelituian ini dinyatakan diterima.

Demikian hasil analisis data, secara kualitatif dengan satu kesimpulan bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Hal ini berarti bahwa berdasarkan ketuntasan belajar secara kelompok dapat dinyatakan bahwa siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassr menentukan asonansi dan aliterasi dalam puisi

‘’Krawang-Bekasi’’ karya Chairil Anwar tidak memadai.

Gambar

Tabel 3.1 Gambaran Populasi siswa kelas XI SMA Al-Bayan Makassar
Tabel 3.2 Keadaan Sampel
Tabel 4.1 Daftar Skor Mentah yang Dicapai oleh Sampel
Tabel 4.2 Presentase Tingkat Penguasaan Siswa Terhadap Materi Pelajaran yang diujikan
+3

Referensi

Dokumen terkait

terendah setelah koreksi aritmatik ada yang tidak memenuhi persyartan teknis maka Pokja ULP dapat melakukan evaluasi terhadap penawaran terendah berikutnya (apabila

Hasil pemeriksaan Marshall test dengan variasi filler kaca pada campuran HRS – WC gradasi semi senjang .... Hasil pemeriksaan Marshall test dengan variasi filler kaca pada

Berdasarkan hasil surve yang telah saya lakukan kepada Ny.Eni Puji sejak kehamilan umur 37 minggu 1 hari, maka saya tertarik melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan

Program Peningkatan Jalan dan Penggantian Jembatan, dengan sasaran terlaksananya peningkatan jalan provinsi sepanjang 220 km dan penggantian jembatan

JADWAL PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2012/2013 Semester/Kelas : II/B.. SENIN SELASA

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada kegiatan pertemuan rutin penduduk Dukuh Morodipan RT.03 RW.01, Desa Gonilan, Kartasura, tanggal 7 Januari 2012,

Objek penelitian yang dilakukan adalah mahasiswa jurusan Sistem Informasi konsentrasi Akuntansi (SIA) STMIK Teknokrat Lampung pada mahasiswa yang aktif di tahun 2012-2014

Saat ini saya masih membuka usaha menjahit baju didaerah, jika usaha ini sudah berjalan normal, maka saya akan pindah ketempat baru ini.. Untuk lebih jelas tentang riwayat hidup