SEJARAH WANITA; Perspektif Androgynous, oleh Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum.; Dr. Tuty Maryati, M.Pd.
Hak Cipta © 2014 pada penulis GRAHA ILMU
Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283
Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: [email protected]
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memper banyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
ISBN: 978-602-262-366-3 Cetakan Pertama, tahun 2014
Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini
BAB ...
KATA PENGANTAR
uji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmatNyalah buku Sejarah Wanita Perspektif Androgynous ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Ada kenikmatan tersendiri yang penulis rasakan ketika menyebut istilah Sejarah Wanita di tengah-tengah pertanyaan yang sering digulirkan oleh banyak orang ketika mendengar istilah sejarah wanita. Mengapa harus sejarah wanita, bukan sejarah laki-laki? Istilah sejarah wanita, bagi banyak orang yang mendengarnya, sangatlah mudah mengundang tafsir bahwa istilah itu dihadirkan sebagai bentuk resistensi terhadap sejarah yang telah ada atau telah dikenal umum sebagai kumpulan fakta masa lalu yang didominasi oleh pengalaman kaum pria. Terlepas dari tafsir yang muncul tentang kehadiran sejarah wanita, dorongon untuk memenuhi tuntutan akademik merupakan alasan mendasar disusunnya buku ini. Secara akademik pengajar maupun pebelajar dituntut memiliki pemahaman kritis atas peristiwa masa lampau. Salah satunya adalah dengan cara mempertanyakan kembali kemapanan berpikir atas fakta masa lalu. Mempertanyakan ketidak- hadiran wanita dalam panggung sejarah Indonesia merupakan tindakan kritis atas sebuah kemapanan berpikir. Buku ini dari sejak awal dimasudkan untuk membuka suatu kesadaran kritis pembacanya agar tidak terjebak pada suatu ‘kesadaran palsu’ yang bisa melahirkan ketumpulan hati nurani.
Idealisme yang memayungi penulisan buku ini akhirnya melahirkan deskripsi tulisan yang disusun atas 3 bab. Lembaran pertama yang terangkum dalam Bab I diberi judul Arti penting Sejarah Wanita dalam Arus Sejarah Androcentric. Pada bab ini, pembaca akan diajak untuk memahami pengertian tentang sejarah wanita, esensi belajar sejarah, bias-bias gender, sejarah androcentric, serta latar belakang terciptanya sejarah androcentric. Semua ulasan pada bab ini akan bermuara kepada pemahaman akan arti penting sejarah wanita. Selanjutnya, pada Bab II di- deskripsikan wanita jaman kolonial dilihat dari perspektif androgynous. Kehadiran perspektif androgynous pada bab ini sesungguhnya merupakan penegasan kembali bahwa fakta masa lalu di
P
vi Sejarah Wanita Perspektif Androgynous
periode ini perlu dibedah dari sisi yang berbeda dibandingkan paparan sejarah sebelumnya.
Tindakan dekonstruksi ala Derrida mewarnai ulasan-ulasan pada bab ini. Teks-teks yang terdapat dalam peristiwa masa lalu dianalisis sehingga melahirkan pemaknaan baru yang bisa memberikan pemahaman yang berbeda dari pemaknaan sebelumnya.
Pada Bab II topik yang menonjol diulas adalah soal per-nyai-an, pergundikan, poligami. Isu tersebut tidak semata-mata karena ada wanita dalam fenomena ini, menariknya isu per-nyai-an dapat diulas dari sisi relasi antar manusia sehingga diperoleh gambaran bahwa panggung sejarah kolonial tidaklah hanya ditentukan oleh unsur politis, tetapi justru tradisi per-nyai-an ikut menentukan kehidupan sosial penghuni daerah kolonial. Dari konteks inilah, kehidupan keseharian sekelompok wanita yang dimasukkan ke dalam fenomena per-nyai-an memiliki keunikan yang menarik dalam memahami dinamika sosial antara masyarakat pribumi dengan elite kolonial.
Dramatika kehidupan para wanita yang kena jerat tradisi per-nyai-an adalah sisi lain yang ditonjolkan dalam bab ini. Selain itu, pemunculan gambar-gambar pada bab ini dimasudkan untuk memperjelas ulasan tentang sebuah fenomena. Gambar-gambar yang ditampilkan adalah gambar yang berkaitan langsung dengan pemberitaan tentang aktivitas wanita. Di tengah-tengah keterbatasan sumber gambar yang didapat, setidaknya beberapa gambar yang menunjang uraian bab ini diharapkan akan memperkuat kehadirannya secara keseluruhan.
Keberhasilan dalam menyusun buku ini tidak bisa dilepaskan dari bantuan berbagai pihak.
Sudah sepatutnya ucapan terimakasih diberikan kepada mereka yang telah banyak membantu dari proses penulisan sampai penerbitannya. Terimakasih kepada Pengelola LP3 Undiksha yang telah membuka kesempatan kepada penulis untuk menuangkan gagasan dalam wujud buku. Beberapa teman sejawat, I Gde Prapta Cahyana, S,Pd, M.Pd; I Gde Kamajaya, S,Pd. M.Si ikut serta membantu dalam penelusuran sumber dan editing. Bantuan mereka sangatlah berarti. Keterlibatan adik Kadek Wiradarma, melalui keterampilan komputer yang dimiliki telah memberi nuansa tersendiri atas tampilan buku ini. Dorongan suami – Dr. I Ketut Margi, M.Si punya arti yang sangat mendalam sehingga mampu mengirim spirit baru ketika rasa malas dan kantuk menyerang untuk melanjutkan ketikan. Anak-anakku – Putu Wisudantari Parthami, S.Psi; Made Dwi Pradnyana Putra, kalian semua adalah obor yang memacu ambisi dan semangat untuk melanjutkan karir di bidang akademik.
Sangatlah disadari buku ini masih jauh dari sempurna, sehingga diharapkan masukan dan kritik dari para pembaca dalam rangka penyempurnaan dalam terbitan berikutnya. Penulis berharap kehadiran buku ini dapat mengisi kekosongan pemahaman mahasiswa dalam memahami sejarah Indonesia secara komperehensif, sehingga pada saat mengajar di sekolah dapat membuka wawasan siswa tentang kontribusi wanita dalam panggung sejarah Indonesia.
BAB ...
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL xi
BAB I ARTI PENTING SEJARAH WANITA DALAM ARUS SEJARAH ANDROCENTRIC 1
1.1 Pengertian Sejarah Wanita 1
1.2 Bias Gender Sebagai Representasi Ketidakadilan 4 1.3 Kritik Terhadap Sejarah Androcentric dan Arti Penting Sejarah Wanita 9
1.4 Wacana Sebagai Alat Politis 23
BAB II WANITA ZAMAN KOLONIAL DI HINDIA BELANDA PERSPEKTIF 31 ANDROGYNOUS
2.1 Kisah Awal Kehadiran Orang Belanda ke Indonesia 31 2.1.1 Kisah Para Buruh di Perkebunan Zaman Kolonial 32 2.1.2 Kedudukan Wanita dan Pria dalam Zaman Kolonial 35 2.1.3 Perdagangan Wanita: Pergundikan dan Poligami 42 2.2 Pernyaian Sebagai Fenomena Sosial Zaman Kolonial 48
2.2.1 Kisah-kisah Pernyaian 50
2.3 Idealitas Wanita Berbasis Karya Sastra Klasik Zaman Kolonial 55
2.4 Wanita dalam Kehidupan Perkebunan Deli 60
2.4.1 Sejarah Perkebunan Tembakau di Deli 60
2.4.2 Tembakau Deli Sebagai Komoditas Ekspor 61 2.4.3 Jacobus Nienhuys: Peletak Dasar Budaya Perkebunan di Medan 64
2.4.4 Korporasi dan Tenaga Kerja 64
2.4.5 Kisah Pilu Buruh Wanita dan Pria di Perkebunan Deli 66
viii Sejarah Wanita Perspektif Androgynous
2.5 Fenomena Pelacuran Zaman Kolonial 69
2.6 Wanita Sebagai Prajurit pada Akhir Abad ke-18 72 2.7 Wanita dan Pria dalam Dunia Fashion Zaman Kolonial Belanda 74
2.7.1 Sejarah Fashion Indonesia 74
2.7.2 Budaya Barat dan Fashion (Mode): Surakarta Masa Kolonial 79 2.7.3 Fashion (Mode) Sebelum Masuknya Kebudayaan Barat 80 2.7.4 Perubahan Fashion (Mode) Setelah Masuknya Budaya Barat 85 2.7.5 Para Penjahit Pakaian Wanita Eropa Masa Kolonial 95
BAB III PENUTUP 101
3.1 Kesimpulan 101
3.2 Saran 102
DAFTAR PUSTAKA 103
-oo0oo-
BAB ...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pramudya Ananta Toer 25
Gambar 2.1 Wanita Jawa 1905 42
Gambar 2.2 Adegan dalam Kisah Drama Ca Bau Kan 51
Gambar 2.3 Buruh Wanita di Perkebunan Deli 67
Gambar 2.4 Wanita di Perkebunan Lada 67
Gambar 2.5 Mandor dan Kuli Perkebunan 68
Gambar 2.6 Kantor N.V. Deli 68
Gambar 2.7 Para Pelacur di Batavia 70
Gambar 2.8 Gaya Busana Abad ke-15 74
Gambar 2.9 Kebaya, Busana Wajib Wanita pada Abad ke-19 75
Gambar 2.10 Desain Busana New Look 75
Gambar 2.11 Model Busana Tahun 60 an 76
Gambar 2.12 Model Busana Tahun 70 an 76
Gambar 2.13 Model Busana Era ’Powerfull Women’ 77
Gambar 2.14 Model Busana Tahun 90 an 77
Gambar 2.15 Model Busana K-Pop 79
Gambar 2.16 Iklan Pembuatan Pakaian di Surat Kabar Kawan Kita Jang Toeloes 79 Gambar 2.17 Susuhunan Pakubuwana IX Berpakaian Haji Sebagai Pengaruh Islam dengan 81
Turban di Kepala Tahun 1866
Gambar 2.18 Dua Orang Pemuda dengan Bertelanjang Dada serta Berpakaian Dodot dan 81 Sabuk serta Memakai Tutup Kepala dan Aksesoris Berupa Senjata Keris
Gambar 2.19 Model Payung yang Digunakan oleh Keluarga dan Bangsawan Kraton Surakarta 83 Gambar 2.20 Wanita-wanita di Surakarta Sedang Mengerjakan Aktivitas Membatik 83
di Sebuah Halaman Rumah Tahun 1901-1902
Gambar 2.21 Aktivitas Industri Pakaian Jadi dengan Menggunakan Mesin Jahit Sebagai Bagian 85
dari Modernisasi
x Sejarah Wanita Perspektif Andogynous
Gambar 2.22 Miss A. Johan Seorang Guru Belanda Bersama dengan Putri Susuhunan 85 Pakubuwana X di Kraton Surakarta Menggunakan Pakaian Kebaya dan
Kain Batik Tahun 1926-1927
Gambar 2.23 Iklan Rokok dengan Seseorang Berpakaian Eropa 86 Gambar 2.24 Iklan Tembakau Van Nelle, Perhatikan Pakaian yang Digunakan oleh 86
Masyarakat dalam Gambar Iklan Tersebut
Gambar 2.25 Para wanita Jawa di Surakarta Menggunakan Pakaian Sehari-hari Berupa Kain 88 Kebaya dan Kain Panjang pada Awal Abad XX
Gambar 2.26 Goesti Raden Adjeng Noeroel Bersama Ayah dan Ibunya, Mangkunegara VII 88 dan Ratoe Timoer tahun 1924
Gambar 2.27 Goesti Raden Adjeng Siti Noeroel Koesoemawardani dan Saudara Prianya 88 Raden Mas Saroso Notosoeparto (Mangkoe Nagoro VIII) di Soerakarta
tahun 1935
Gambar 2.28 Para Wanita Tengah Menjajakan Dagangannya dengan Pakaian Berupa Kain 88 yang Dipakai Hingga ke Dada di Surakarta Tahun 1928
Gambar 2.29 Pakaian Dinas bagi Pemerintah Kolonial Belanda dari Kanan ke Kiri Pakaian 90 Gubernur, Residen atau Asisten Residen van Billiton, Asisten Residen,
Gewestelijk Secretaris, dan Controleur B.B.
Gambar 2.30 Dari Atas Kanan ke Kiri Bawah Merupakan Pakaian bagi Boepati-Pangeran, 90 Boepati-Adipati GS, Boepati-Adipati, dan Boepati-Toemenggoeng
Gambar 2.31 Para Abdi Dalem Wanita Kraton Surakarta dengan Pakaian Kerja Berupa 91 Pakaian Lurik dan Jarit
Gambar 2.32 Prajurit Legiun Mangkunegaran dengan Pakaian Seragam Militer Barat Lengkap 91 dengan Jas Pantalon, Topi dan Sepatu Tahun 1900
Gambar 2.33 Prajurit Kraton Surakarta dengan Pakaian Seragam Militer Perpaduan Antara 92 Pakaian Model Barat dan Tradisional Tahun 1900
Gambar 2.34 Masyarakat Sedang Bekerja Membatik di Sebuah Desa di Surakarta 92
Tahun 1901-1902
Gambar 2.35 Pakaian Sekolah Masyarakat Umum dengan Kebaya dan Jarik untuk Wanita, 93 Baju Lurik dan Jarik Bagi Pria
Gambar 2.36 Para Guru di Sebuah Sekolah Milik Pemerintah Kolonial Belanda 93 Gambar 2.37 Perjamuan Makan Malam bagi Gubernur Jendral K.J.A. Orie di Istana 94
Mangkunegaran Tahun 1941
Gambar 2.38 Keluarga K.P.H. Tjokrokoesoemo dalam Sebuah Pesta Perkawinan Tahun 1940 94 Gambar 2.39 Sketsa Penjahit yang Sedang Bekerja di Sebuah Rumah Milik Eropa 1880 95 Gambar 2.40 Penjahit Wanita di Jawa Sedang Bekerja 1910 95 Gambar 2.41 Penjahit Wanita di Jawa Menggunakan Mesin Jahit 1875 96
-oo0oo-