• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Universitas Sumatera Utara"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

Universitas Sumatera Utara

(4)

Universitas Sumatera Utara Assalamualaikum Wr.wb

Alhamdulilah hirobilalamin penulis ucapkan puji dan syukur atas rahmat dan anugerah-Nya kepada Allah SWT, yang telah memberi kemudahan bagi penulis untuk meyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU). Skripsi ini berjudul: “TINDAK PIDANA PELANGGARAN PRIVASI DI MEDIA SOSIAL”.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat ilmu pengetahuan bagi para pembaca dan penulis sendiri.Penulis telah berusaha semaksimalnya dalam membuat skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis berharap agar pembaca dapat memaklumi kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.Penulis juga meminta maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang memberikan bimbingan, arahan, bantuan, dan semangat dalam pembuatan skripsi dan dalam masa Penulis menyelesaikan perkuliahan, terkhususnya kepada orang tua Penulis, yaitu Miswar Nasution dan Eliya Fitri Lubis, terimakasih atas setiap doa yang diberikan, cinta dan kasih sayang, pengorbanan, perhatian, didikan, motivasi, dan nasehat yang tidak henti-hentinya diberikan kepada Penulis.

Pada kesemppatan ini, Penulis juga mengucapkan terimaksih atas doa, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada :

(5)

Universitas Sumatera Utara Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Pembantu dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. M. Hamdan., S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Ibu Liza Erwina, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Pidana dan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan kepedulian, bimbingan, arahan, saran, ilmu, serta semangat dalam penulisan skripsi ini;

7. Bapak Dr. Mohammad Ekaputra, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kepedulian, bimbingan, arahan, saran, ilmu, serta semangat dalam penulisan skripsi ini;

8. Ibu Aflah, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis selama masa perkuliahan;

9. Seluruh Dosen Pengajar dan Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara khususnya pada Departemen Hukum Pidana;

10. Kedua saudara ku yang sangat kusayangi M. Azwar Huzairi Nasution dan Mila Silvia Rezeki Nasution. Terimakasih untuk semua doa, perhatian, dan kasih sayang yang sudah diberikan;

(6)

Universitas Sumatera Utara Zaneta Sinaga, Putri Sitanggang, Indira Muliani, Theofeni Yudea Bangun.

Terimakasih untuk doa, semangat, dan kebersamaan yang sudah terjalin;

12. Terkhusus untuk Octavia Pangaribuan, yang telah menjadi sahabat ku dari awal perkuliahan terimakasih untuk doa, dukungan, dan semangatnya.

Terimakasih telah menjadi pendengar yang baik, tempat ku bercerita, dan berkeluh kesah;

13. Untuk M. Rian Syahputra, terimakasih untuk doa, semangat dan dukungannya yang tanpa henti selalu diberikan. Terimakasih untuk setiap waktu yang telah dilalui bersama;

14. Teman-teman bagian dari perklinisan Amos Teguh Sitompul dan Josua Hutagulung terimakasih untuk setiap hal yang telah dilalui bersama selama masa perklinisan;

15. Teman-temanGrup B dan stambuk 2015 Fakultas HukumUniversitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu-persatu;

16. Teman-temanIkatanMahasiswaHukumPidana (IMADANA);

17. Seluruh teman yang telah mengisi kehidupan Penulis selama ini serta saudara- saudaraPenulis yang telah memberikan semangat dan dukungan.

(7)

Universitas Sumatera Utara dan saran yang membangun, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Medan, Mei 2019

Misliyana Herawati Nasution

(8)

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... v

ABSTRAK ... viii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Kepustakaan ... 8

1. Pengertian Hukum Pidana ... 8

2. a. Pengertian Tindak Pidana... 11

b. Jenis-jenis Tindak Pidana... 20

3. PengertianPrivasi dan Media Sosial ... 24

F. Metode Penelitian ... 30

G. Sistematika Penulisan ... 32

BAB II: PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PELANGGARAN PRIVASI DI MEDIA SOSIAL A. Pengaturan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ... 35

(9)

Universitas Sumatera Utara Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik ... 51

BAB III: FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PELANGGARAN PRIVASI DI MEDIA SOSIAL

A. Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Privasi di Media Sosial

1. Faktor Penegak Hukum ... 60 2. Kesadaran Hukum Masyarakat ... 60 3. Faktor Lingkungan dan Sosial ... 61 B. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pelanggaran Privasi di Media

Sosial ... 63 C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam melakukan Penanggulangan

Pelanggaran Privasi di Media Sosial ... 68

BAB IV: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PELANGGARAN PRIVASI DI MEDIA SOSIAL

A. Pertanggungjawaban Pidana ... 72 B. Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Pelanggaran Privasi di Media Sosial 75 C. Pengertian Pelaku Dalam Hukum Pidana ... 84 D. Pelaku Pelanggaran Privasi di Media Sosial ... 95

(10)

Universitas Sumatera Utara A. Kesimpulan ... 104 B. Saran... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(11)

Universitas Sumatera Utara Liza Erwina**

Mohammad Ekaputra***

Adapun judul skripsi ini ialah Tindak Pidana Pelanggaran Privasi di Media Sosial.Media sosial memang bukanlah hal yang baru dalam dunia modern sekarang ini, dimulai dari facebook, twitter, dan masih banyak lainnya.Perkembangan Teknologi saat ini secara global di seluruh dunia sudah sangat pesat, khususnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.Perubahan ini tentunya membawa dampak yang signifikan terhadap kondisi kehidupan manusia dari berbagai bidang.Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuat hidup manusia seolah-olah tidak dapat lepas darinya, sehingga teknologi informasi terus berkembang sebagai akibat dari tuntutan perkembangan zaman.Diiringi dengan bermunculannya berbagai media sosial berbasis internet yang mempermudah dalam bertukar informasi, kemudahan ini membuat timbulnya tindak pidana pelanggaran privasi di media sosial.

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini meliputi pengaturan hukum terhadap tindak pidana pelanggaran privasi di media sosial, faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran privasi di media sosial, dan pertanggungjawaban pidana pelaku pelanggaran privasi di media sosial. Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu penelitian hukum normative yang dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library researching).

Penelitian ini dengan mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer seperti menganalisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan judul skripsi ini dan bahan hukum sekunder seperti dari buku-buku, artikel, jurnal, dan internet yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini.

Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pengaturan tentang tindak pidana pelanggaran privasi di media sosial adalah Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang No 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran privasi di media sosial yang merupakan bagian dari cyber crime, bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah sajau untuk melakukan penanggulangan dari faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran privasi di media sosial namun juga masyarakat berperan untuk membantu menanggulanginya.Pertanggungjawaban Pelaku tindak pidana pelanggaran privasi di media sosial dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana kepada manusia (person) dan korporasi (rechtpersoon) atas perbuatan pidana yang dilakukan.

Kata kunci : Tindak Pidana, Pelanggaran Privasi, Media Sosial

*Mahasiswa Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Dosen Pembimbing II Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia teknologi informasi dewasa ini telah membawa manusia kepada era globalisasi yang memberikan kebebasan kepada setiap orang di dunia untuk saling bersosialisasi dengan siapapun dan dimanapun mereka berada.Fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah merebak di seluruh belahan dunia.Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang juga telah memacu perkembangan teknologi informasi pada masyarakatnya masing-masing.

Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat di dunia, teknologi informasi (information technology) memegang peran penting, baik di masa kini maupun di masa mendatang.Sebagai akibat dari perkembangan yang demikian, maka secara lambat laun, teknologi informasi dengan sendirinya juga telah mengubah perilaku mayarakat dan peradaban manusia secara global. Di samping itu, perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial secara signifikan berlangsung demikian cepat. Sehingga dapat dikatakan teknologi informasi saat ini telah menjadi pedang bermata dua, karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.

Internet terus berkembang, membawa banyak perkembangan. Menurut Lequey, internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Melalui internet penyebaran informasi dapat dilakukan secara lebih

(13)

massive sehingga internet sebagai media komunikasi baru semakin diminati oleh masyarakat di seluruh dunia, ha ini disebabkan oleh kemudahan dan kecepatan (dapat menembus batas ruang dan waktu) yang diberikan oleh internet. Jika search engine sebagai salah satu fasilitas internet menawarkan penyajian informasi yang sebagian besar cenderung searah , maka media sosial mampu menyentuh level individu penggunanya, yang berperan aktif memuat informasi dan mengubah informasi barhkan berkomentar langsung dalam infomasi yang disajikan.

Salah satu teknologi informasi yang berkembang pesat saat ini adalah media sosial. Internet merupakan media utama yang dapat digunakan, karena melalui media internet seseorang dapat terhubung dengan teman atau orang lain melalui media sosial.

Internet merupakan media komunikasi baru yang menawarkan kecanggihannya sebagai hasil inovasi teknologi, sifatnya yang instan dan global menjadikannya sebagai sarana praktis untuk berbagi informasi. Penggunanan media internet pada umumnya dibentuk oleh elemen tertentu yang relatif konstan dari struktur sosial dan struktur media.Struktur sosial merujuk pada fakta sosial, situasi sosial dan struktur media mengarah bukan hanya pada pola perilaku yang regular, tetapi juga pada kepribadian yang cukup konstan, kecenderungan dalam berorientasi dengan media.Saat teknologi internet makin maju, maka media sosial ikut tumbuh dengan pesat.Kini untuk mengakses media sosial dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi.1

Internet merupakan salah satu aspek penting dalam berhubungan melalui media sosial, internet telah merangkul dunia yang memegang peran manusia dalam kehidupan

1Agus Raharjo, cyber crime pemahaman dan upaya pencegahan kejahatan berteknoogi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), h.34.

(14)

manusia.Internet juga bisa dikatakan menjadi rekan untuk berkomunikasi dalam media sosial, melalui internet manusia dapat berbagi informasi, melakukan kegiatan bisnis serta dapat menjalin hubungan sosial antar sesama dengan menggunakan media sosial.Tergantungnya kebutuhan manusia terhadap media sosial telah banyak membuat perusahaan-perusahaan teknologi dan informasi membuat aplikasi-aplikasi media sosial.Media sosial merujuk kepada sejenis saluran komunikasi yang memperolehkan pengguna berinteraksi dengan mudah secara bebas.

Teknologi memiliki peran penting dalam penyampaian arus informasi yang menghubungkan satu sama lain melewati batasan-batasan geografis sekalipun. Lalu berbagai media sosial bermunculan dengan fungsi menjembatani perihal komunikasi di dunia maya.Media sosial memiliki dua sisi bertolak belakang, menjadi positif apabila digunakan dengan bijak dan menjadi negatif apabila tidak digunakan dengan bijak.2

Media sosial merupakan sebuah ruang virtual yang memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi dengan pengguna media sosial lainnya seperti di dunia nyata.Media sosial merupakan situs dimana seseorang dapat terhubung dengan setiap orang yang tergabung dalam media sosial yang sama untuk berbagi informasi dan berkomunikasi.

3

2Fadhila afsya “pelanggaran hak privasi di media sosial”

http//www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/fadhilaafsya6775/5b5077f15a676f2f3737122a2 /pelanggaran-hak-privasi-di-media-sosial, diakses pada tanggal 24 Januari 2019

Kemajuan teknologi informasi dalam dekade terakhir telah merubah tatanan kehidupan masyarakat yang mengarah dan bertumpu pada pemanfaataan teknologi informasi.Saat ini perkembangan teknologi informasi semakin cepat dan canggih terutama pada era globalisasi. Kebutuhan akan informasi yang cepat, tepat dan hemat menjadikan internet

3“Pengaruh media sosial” https://www.google.com/amp/s/mandhoteck.wordpress.com/pengaruh- media sosial/amp, diakses pada tanggal 24 Januari 2019

(15)

sebagai salah satu sarana untuk berkomunikasi dan bersosialisasi oleh semua kalangan masyarakat.

Media sosial saat ini telah menjadi trend dalam komunikasi. Media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user generated content. Beberapa media yang berkembang saat ini yaitu instagram, twitter, facebook, dan lain-lain. Media sosial muncul sebagai sarana berkomunikasi gaya baru. Hal ini tentu berpotensi terjadi penyalahgunaan data pada saat kegiatan interaksi antara pengguna media sosial. Hal ini dapat terjadi apabila pengguna merasa informasi maupun data yang tertera yang dicantumkan dalam jejaring sosial tersebut yang digunakan oleh pihak lain untuk tujuan yang dianggap mengganggu, membahayakan bahkan mengancam orang lain.

Penggunaan media sosial bukan hanya terbatas pada pemanfaatan informasi yang dapat diakses melalui media ini, orang-orang dapat melakukan apa saja melalui media ini. Media ini dapat dijadikan ajang untuk menghujat, menghina, mencaci maki atau merusak nama baik orang lain tanpa takut adanya tindakan hukum.

Perkembangan media sosial beberapa tahun belakangan ini mulai mengaburkan ranah privasi.Samarnya batasan privasi pada media sosial, seakan segalanya yang ada pada kehidupan nyata dapat dengan bebas di umbar di internet, padahal ketika berselancar di dunia maya kita memiliki jejak-jejak digital yang tertinggal dan terekam di internet.Privasi kini seakan tidak memiliki batasan yang jelas, seperti masalah pribadi yang seharusnya menjadi urusan internal menjadi di pertontonkan pada dunia maya.

Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Media sosial memang menawarkan banyak kemudahan, dengan

(16)

kemudahan adanya media sosial masyarakat juga bebas berekspresi dan mengeluarkan pendapat, tapi kebebasan ini tetap harus menjaga kenyamanan orang lain dan menjaga etika berbahasa dan berperilaku dalam berinteraksi melalui media sosial. Hal ini memicu adanya dampak negatif yang timbul dari manfaat media sosial sehingga sering terjadi tuduhan pencemaran nama baik atau penghinaan karena kurang berhati-hati dalam berinteraksi melalui media sosial yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran privasi di media sosial.

Pelanggaran privasi sendiri merupakan sebagai pembeberan informasi tanpa memperhatikan kode etik yang semestinya, yaitu melanggar privasi seseorang atau kelompok yang bersifat merugikan seperti mempublikasikan dokumen elektronik berupa gambar, video, tulisan dan lainnya tanpa menggunakan aturan dan sopan santun yang layak. Hal yang berkaitan dengan pelanggaran privasi di media sosial berupa mengirim dan mendistribusikan dokumen yang bersifat, menghina, memanipulasi, mencemarkan nama baik oarng atau kelompok lain.4

“setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”.

Pencemaran nama baik melalui media sosial termasuk kategori tindak pidana cyber yang diatur dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 20016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik berbunyi :

4 “Pelanggaran Privasi” eptikika.blogspot.com/2014/06/pelanggaran-privasi.html?m=1, diakses pada tanggal 30 Januari 2019

(17)

Pencemaran nama baik bersifat subjektif, yaitu penilaian terhadap pencemaran nama baik tergantung pada pihak diserang nama baiknya. Ini dikarenakan dalam media sosial sangat mudah memalsukan jati diri atau melakukan kejahatan.Media sosial menghapus batas-batasan dalam bersosialisasi.Dalam media sosial tidak ada batasan ruang dan waktu, karena dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun.Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang.

Di masa sekarang semua orang mengunakan internet untuk mengakses banyak hal, terlebih penggunaan internet sudah bisa dilakukan dengan telepon genggam.Penggunaan media sosial serta platform lainnya dapat diakses oleh siapapun.

Seseorang menggunakan media sosial untuk membuka atau melanggar privasi orang lain sehingga orang lain merasa terganggu. Dengan adanya konvergeensi media, masyarakat dapat mengakses informasi secara cepat, mudah, dan luas.Namun, hal tersebut juga bisa menjadi ancaman terhadap hak privassi seseorang.

Teknologi pada masa sekarang tidak lagi hanya memiliki satu fungsi sehingga mampu memberikan banyak opsi kepada para pengguna dalam menyajikan informasi, seperti salah satu media sosial instagram.Instagram menjadi hasil bentuk konvergensi media yang mampu menyediakan informasi dalam bentuk foto, video, ataupun bentuk tulisan.Salah satu bentuk konvergensi media instagram dapat mempermudah dalam mengakses berbagai macam informasi, hingga memberikan pesan secara langsung terhadap orang yang ingin di hubungi, dan dapat secara langsung merekam dan mempublikasikannya hanya dalam waktu beberapa detik.Namun, hal tersebut menjadi dampak negatif konvergensi media, dengan efek konvergensi media yang dapat

(18)

mencakup banyak khayalak dan cepat untuk di akses, banyak pengguna yang memanfaatkan efek tersebut untuk menyajikan informasi yang dikategorikan sebagai privasi dan mengancam hak privasi seseorang.5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, penulis merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam bab-bab selanjutnya dari skripsi ini, yaitu :

1. Bagaimanakah pengaturan hukum terhadap tindak pidana pelanggaran privasi di media sosial?

2. Apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya pelanggaran privasi di media sosial?

3. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana pelaku pelanggaran privasi di media sosial?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, adapun tujuan yang akan dicapai dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami pengaturan hukum terhadap tindak pidana pelanggaran privasi di media sosial

2. Untuk mengetahui faktor yang menjadi penyebab terjadinya pelanggaran privasi di media sosial

3. Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban pidana pelaku pelanggaran privasi di media sosial

5inofmed.blogspot.com/2017/05/sebuah-pelanggaran-privasi.html?m=1, diakses pada tanggal 30 Januari 2019

(19)

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini :

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan informasi untuk meningkatkan kesadaran terhadap bahaya tindak pidana pelanggaran privasi di media sosial.Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memperkaya pengetahuan ilmu hukum khususnya dalam hukum pidana.

2. Manfaat Praktis

Untuk memberi kontribusi dalam sosialisasi tentang tindak pidana pelanggaran privasi kepada masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan perannya dalam mencegah tindak pidana pelanggaran privasi di media sosial.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi dengan judul “Tindak Pidana Pelanggaran Privasi di Media Sosial”, sepanjang penelusuran yang dilakukan dan diketahui, bahwa belum ada tulisan yang mengangkat mengenai judul ini di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh pihak perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, menyatakan tidak ada yang sama atau menyerupai judul tersebut.

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Hukum Pidana

(20)

Hukum pidana adalah hukum yang memuat tentang tindak pidana (criminal act), pertanggungjawaban pidana (criminal responsibility), hukum pidana formil (criminal procedure) dan sanksi (sentence).Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang pada dasarnya dapat dikatakan sebagai suatu penderitaan (nestapa) yang dikenakan kepada seseorang yang telah terbukti bersalah melakukan suatu tindak pidana.6

1. W.L.G. Lemaire

Beberapa sarjana memberikan perumusan tentang pengertian dari Hukum Pidana, diantaranya :

Hukum pidana itu terdiri dari norma-norma yang berisi keharusan-keharusan dan larangan-larangan yang (oleh pembentuk undang-undang) telah dikaitkan dengan suatu sanksi yang berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus.Dengan demikian dapat juga dikatakan, bahwa hukum pidana itu merupakan suatu sistem norma- norma yang menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan sesuatu atau tidak melakuka sesuatu dimana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu dimana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu) dan dalam keadaan-keadaan bagaimana hukum itu dapat dijatuhkan, serta hukuman yang bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut.7

2. D Simons

Menurut Simons hukum pidana itu dapat dibagi menjadi hukum pidana dalam arti objektif atau strafrecht in objectieve zin dan hukum pidana dalam arti subjektif atau strafrecht in subjectieve zin.

6Abul Khair dan Mohammad EkaPutra, Pemidanaan (Medan: USU Press, 2011), h. 1-2

7 P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Sinar Baru, 1984), h. 1-2

(21)

Hukum pidana dalam arti objektif adalah hukum pidana yang berlaku, atau yang juga disebut sebagai hukum positif atau ius poenale.8

1. Keseluruhan larangan dan perintah yang oleh Negara diancam dengan nestapa yaitu suatu pidana apabila tidak ditaati

Simons merumuskan hukum pidana dalam arti objektif sebagai :

2. Keseluruhan peraturan yang menetapkan syarat-syarat untuk penjatuhan pidana, dan

3. Keseluruhan ketentuan yang memberikan dasar untuk penjatuhan dan penerapan pidana.9

Hukum pidana dalam arti subjektif atau ius puniendi bisa diartikan secara luas dan sempit, yaitu sebagai berikut :10

1. Dalam arti luas :

Hak negara atau alat-alat perlengkapan negara untuk mengenakan atau mengancam pidana terhadap perbuatan tertentu.

2. Dalam arti sempit :

Hak untuk menuntut perkara-perkara pidana, menjatuhkan dan melaksanakan pidana terhadap orang yang melakukan perbuatan yang dilarang.Hak ini dilakukan oleh badan-badan peradilan.

3. W.F.C. van Hattum

Hukum pidana adalah suatu keseluruhan dari asas-asas dan peraturan-peraturan yang diikuti oleh negara atau suatu masyarakat hukum umum lainnya, dimana mereka itu

8Ibid, h. 3

9Sudarto, Hukum Pidana I, (Semarang: Yayasan Sudarto, 1990), h. 9

10 Ibid, h. 10

(22)

sebagai pemelihara dari ketertiban hukum umum telah melarang dilakukannya tindakan- tindakan yang bersifat melanggar hukum dan telah mengaitkan pelanggaran terhadap peraturan-peraturannya dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus berupa hukuman.11

4. Van Kan

Hukum pidana tidak mengadakan norma-norma baru dan tidak menimbulkan kewajiban-kewajiban yang dulunya belum ada.Hanya norma-norma yang sudah ada saja yang dipertegas, yaitu dengan mengadakan ancaman pidana dan pemidanaan.Hukum pidana memberikan sanksi yang bengis dan sangat memperkuat berlakunya norma-norma hukum yang telah ada. Tetapi tidak mengadakan norma baru. Hukum pidana sesungguhnya adalah hukum sanksi (het straf-recht is wezenlijk sanctie-recht).12

5. Pompe

Hukum pidana adalah semua aturan-aturan hukum yang menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa seharusnya dijatuhi pidana dan apakah macamnya pidana itu.13 6. Hazewinkel-Suringa

Hukum pidana adalah sejumlah peraturan hukum yang mengandung larangan dan perintah atau keharusan yang terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana (sanksi hukum) bagi barang siapa yang membuatnya.14

2. a. Pengertian Peristiwa Pidana (Tindak Pidana)

Istilah “peristiwa pidana” atau “tindak pidana” adalah sebagai terjemahan dari istilah bahasa Belanda “strafbaar feit”. Perkataan feit itu sendiri di dalam bahasa Belanda

11 P.A.F. Lamintang, op.cit., h. 2

12Ibid, h. 6

13Ibid, h. 5

14 Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 4.

(23)

berarti “sebagian dari suatu kenyataan” atau een gedeelte van de wekelijkheid, sedang strafbaar itu dapat diterjemahkan sebagai “sebagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum”, yang sudah barang tentu tidak tepat karena kelak akan diketahui bahwa yang dapat dihukum itu sebenarnya adalah manusia secara pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan ataupun tindakan.15 Dalam bahasa Indonesia disamping istilah “peristiwa pidana” untuk terjemahan strafbaar feitatau delict dikenal juga beberapa terjemahan lainTindak Pidana, Perbuatan Pidana, Perbuatan yang boleh dihukum, dan Perbuatan yang dapat dihukum.16

1. Vos

KUHP tidak memberikan defenisi terhadap istilah tindak pidana atau strafbaar feit.Karenanya beberapa sarjana memberikan pendapat tentang pengertian dari istilah tersebut.

Vos hanya memberikan perumusan yang sangat singkat mengenai tindak/perbuatan pidana.Menurut beliau bahwa straafbar feit adalah kelakuan atau tingkah laku manusia yang oleh peraturan perundang-undangan diberikan pidana.

2. Moeljatno

Setelah memilih perbuatan pidana sebagai terjemahan dari “strafbaar feit”, beliau memberi suatu perumusan (pembatasan) sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana barang siapa melanggar larangan tersebut, dan perbuatan itu harus pula betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tak boleh atau menghambat akan tercapainya tata pergaulan di dalam masyarakat yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Makna perbuatan pidana, secara mutlak harus unsur formil, yaitu

15 P.A.F. Lamintang, dan Fransiscus Theojunior Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), h. 179.

16 C.S.T Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana,Cet ke-I, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2004), h. 37.

(24)

mencocoki rumusan undang-undang (Tatbestandmaszigkeit) dan unsure materil, yaitu sifat bertentangannya dengan cita-cita mengenai pergaulan masyarakat atau dengan sifat melawan hukum (rechtswirdigkeit)17

3. R. Tresna

Tresna mneyatakan walaupun angat sulit untuk merumuskan atau member defenisi yang tepat perihal peristiwa pidana, namun juga beliau menarik suatu defenisi yang menyatakan bahwa, peristiwa pidana itu adalah perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia, yang bertentangan dengan undang-undang atau peraturan perundang-undangan terhadap perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman.18

4. Wirjono Prodjodiko

Wirjono merumuskan, bahwa tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana.Dan pelaku itu dapat dikatakan merupakan

“subjek” tindak pidana.19

5. Van Apeldoorn

Beliau merumuskan peristiwa pidana sebagai suatu peristiwa yang berdasarkan hukum menimbulkan atau penghapusan hak. Kata “menggerakkan hukum” sebagaimana yang diuraikan di muka, kiranya perlu dijelaskan artinya bahwa peraturan hukum yang memuat norma hukum yang mengatur hubungan masyarakat hanya mengandungg penilaian serta rumusan yang bersifat hipotesis. Dalam hukum dikenal dua macam peristiwa hukum, yaitu sebagai :20

17Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungan Jawab dalam Hukum Pidana, (Yogyakarta:

Bina Aksara, 1983), h. 17.

18Ibid, hal. 73.

19 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Jakarta: PT Eresco, 1969), h.

27.

20 E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia,(Jakarta:Ichitiar, 1961), h. 291.

(25)

a. Perbuatan subjek hukum (persoon) yaitu berupa perbuatan manusia atau badan hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban.

b. Peristiwa lain yang bukan perbuatan subjek hukum, yang dibagi atas dua lagi yaitu, perbuatan hukum dan perbuatan lain yang bukan perbuatan hukum.

Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum dan akibat itu dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan.Apabila akibat suatu perbuatan tidak dikehendaki oleh yang melakukannya atau salah satu dari yang melakukannya maka perbuatan tersebut bukan merupakan perbuatan hukum.

6. Chainur Arrasjid

Peristiwa hukum adalah suatu kejadian dalam masyarakat yang dapat menimbulkan akibat hukum atau yang dapat menggerakkan peraturan tertentu sehingga peraturan yang tercantum di dalamnya dapat berlaku konkret.Artinya bahwa tidak setiap peristiwa dalam masyarakat biasa menggerakkan hukum dan merupakan suatu peristiwa hukum. Disini hukum digerakkan untuk bekerja karena hukum memberikan perlindungan terhadap orang lain tersebut. Oleh karena itu hanya peristiwa yang dicantumkan dalam hukum saja yang menggerakkan hukum sehingga disebut peristiwa hukum.21

7. J. E. Jonkers

Jongkers merumuskan peristiwa pidana ialah perbuatan yang melawan hukum (wederrecttlijk) yang berhubungan dengan ksengajaan atau kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat dipersalahkan.22

21 Prof. Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, cetakan III, (Jakarta: Sinar Grafika Offet, 2004), h. 134.

22Ibid, h. 75.

Pendapat jongkers ini sangat berbeda dengan pendapat H.J. van Schravendijk, yang merumuskan perbuatan yang boleh dihukum adalah kelakuan orang yang begitu bertentangan dengan keinsyafan hukum sehingga

(26)

kelakuan itu diancam dengan hukuman, asal dilakukan oleh seorang yang karena itu dapat dipersalahkan.

8. D. Simons

Perumusan peristiwa pidana menurut Prof. Simons adalah “een strafbaargelesetelde, onrechtmatige, met schuld in verband standee handeling van een teorekeningvatbar person”. Adapun maksud dari perumusan tersebut adalah salah dan melawan hukum yang di ancam pidana dan dilakukan oleh seorang yang mampu bertanggungjawab. Perumusan Simons tersebut menunjukkan unsure-unsur peristiwa pidana diantaranya handeling (perbuatan manusia) dimana perbuatan manusia tidak hanya een doen (melakukan atau tidak berbuat).23

9. Van Hamel

Unsur-unsur yang lain adalah perbuatan manusia itu harus melawan hukum (wederchtelijk), perbuatan itu diancam dengan pidana (strafbaargestelde) oleh undang- undang, harus dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggungjawab (toerekeningsvarbaar), dan pada perbuatan itu harus terdapat kesalahan (shculd) sipelaku.

Perumusan perbuatan pidana atau tindak pidana yang dikemukakan Van Hamel sebenarnya sama dengan yang dikemukakan oleh Simons. Van Hamel menguraikan bahwa makna kesalahan (schuld) lebih tegas lagi.Menurutnya kesalahan meliputi juga kesengajaan, kealpaan, serta kelalaian dan kemampuan bertanggungjawab. Van Hamel juga menyatakan bahwa istilah strafbaar feit tidak tepat, tetapi dia menggunakan istilah strafwaardig feit (peristiwa yang bernilai atau patut dipidana)24

23Ibid

24Ibid

(27)

10. J.B. Daliyo

Berbeda dengan sarjana lain J.B. Daliyo membedakan pengertian perbuatan pidana dan peristiwa pidana antara lain; Peristiwa pidana adalah suatu kejadian yang mengandug unsur-unsur perbuatan pidana yang dilarang oleh undang-undang sehingga siapa yang menimbulkan peristiwa itu dapat dikenai sanksi pidana (hukuman).

Sedangkan, perbuatan pidana adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menimbulkan peristiwa pidana atau perbuatan yang melanggar hukum pidana dan diancam dengan hukuman. Perbuatan pidana dibedakan beberapa macam, yaitu :

1. Perbuatan pidana (delik) formal ialah suatu perbuatan pidana yang sudah dilakukan dan perbuatan itu benar-benar melanggar ketentuan yang dirumuskan dalam pasal undang-undang yang bersangkutan.

2. Delik Material adalah suatu perbuatan pidana yang dilarang, yaitu akibat yang timbul dari perbuatan itu.

3. Delik Dolus adalah suatu perbuatan pidana yang dilakukan dengan sengaja.

4. Delik Culpa adalah perbuatan pidana yang tidak sengaja, karena kealpaannya mengakibatkan matinya seseorang.

5. Delik Aduan adalah suatu perbuatan pidana yang memerlukan pengaduan orang lain.

6. Delik Politik adalah delik atau perbuatan pidana yang ditujukan kepada keamanan negara baik secara langsung maupun tidak langsung.25

11. Pompe

25 J.B. Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2001), h. 92-94.

(28)

Pompe merumuskan bahwa suatu strafbaar feit itu sebenarnya adalah tidak lain daripada suatu tindakan yang menurut sesuatu rumusan undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum.26

12. Zainal Abidin Farid

Zainal Abidin tidak menyetujui istilah perbuatan pidana strafbaar handeling) karena strafbaar ialah orangnya dan bukan perbuatannya.Beliau menyarankan digunakan istilah perbuatan criminal, yang menunjukkan sifat kriminalnya perbuatan itu. Namun karena di dalam perundang-undangan khusus, seperti Hukum Pidana Ekonomi, bukan saja orang diancam pidana, tetapi juga badan hukum, maka menurut beliau istilah deliklah yang lebih baik di dalam merumuskan suatu perbuatan atau tindak pidana.

Dalam Hukum Pidana Indonesia sebuah perbuatan dikatakan sebagai tindak pidana apabila memiliki unsur kesalahan di dalamnya.Hal ini dapat dilihat dari penafsiran pasal-pasal dalam KUHP yang mengatakan bahwa seseorang tidak dapat dipadana tanpa adanya kesalahan.Permasalahan ini lebih ditekankan dalam RUU KUHP sebagaimana terliha dengan dimasukkannya sebuah pasal baru mengenai kesalahan.

Setiap orang dalam kehidupan mempunyai berbagai macam keinginan.Keinginan ini timbul karena rangsangan baik dari dalam maupun dari luar.Akibat rangsangan ini timbulnya kehendak/niat yang kemudian di realisasikan dengan tindakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tahapan-tahapan yang harus dilalui seseorang dalam melakukan tindak pidana adalah:27

a. Adanya perangsang b. Adanya kehendak bebas

26 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 72.

27 S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), h. 165.

(29)

c. Adanya tindakan

Dalam tindak pidana kita tidak hanya melihat dari perbuatannya (actus reus) saja tetapi juga harus memperhatikan si pelaku apakah terdapat unsur kesengajaan atau tidak.

Apakah perbuatan yang dilakukan itu dikehendaki atau tidak. Jadi unsur mens rea an actus reus adalah unsur-unsur pokok dalam tindak pidana. Kedua unsur ini harus dapat dibuktikan sesuai dengan asas yang di anut yaitu tidak dapat dipidana seseorang tanpa adanya kesalahan (geen straf zonder schuld/actus non facit reum nisi sir rea).

Dalam undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), dalam perumusan ketentuan-ketentuan pidana digunakan kata “tindak pidana” sebagaimana hal tersebut, dalam ketentuan pidana pasal 52 Undang-Undang ITE.

Berdasarkan pengertian tindak pidana diatas, maka dapat ditemukan beberapa unsur yang terkandung dalam suatu tindak pidana.Para ahli ada yang mengemukakan unsur-unsur tindak pidana secara sederhana yang hanya terdiri dari unsur objektif dan unsur subjektif, dan ada pula yang merinci unsur-unsur tindak pidana yang diambil berdasarkan rumusan undang-undang.28

28 Muhammad Eka Putra, Op.Cit, h. 107.

Unsur subjektif itu adalah unsur yang melekat pada diri si pelaku atau berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk kedalamnya, yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.Sedang yang dimaksud dengan unsur objektif adalah unsur yang ada hubungannya dengan keadaan, yaitu di dalam keadaan mana tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.

(30)

Adapun unsur-unsur tindak pidana dapat diuraikan dengan singkat, yaitu:29

1. Unsur subjektif

Unsur subjektif adalah unsur yang berasal dari dalam diri si pelaku.Asas hukum pidana menyatakan “tidak ada hukuman jika tidak ada kesalahan”, kesalahan dalam hal ini adalah yang di akibatkan oleh kesengajaan (dolus) dan ketidaksengajaan/kealpaan (culpa).

2. Unsur objektif

Unsur objektif merupakan unsur dari luar diri si pelaku yang terdiri atas : a. Perbuatan manusia;

b. Akibat;

c. Keadaan-keadaan

d. Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum

Selain harus memenuhi unsur-unsur subjektif dan unsur-unsur objektif, untuk dapat menentukan suatu perbuatan merupakan tindak pidana, dan untuk memperlakukan seseorang sebagai suatu tindak pidana, juga harus mengacu pada ketentuan Pasal 1 ayat (1) KUHP yang menyebutkan “tiada suatu perbuatan yang boleh dihukum, melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang, yang ada terdahulu dari pada perbuatan ini”30

29 Laden Marpaung, Asas Teori Praktek Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 5.

30 Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

. Hal ini dikarenakan hukum pidana selain sifat yang melarang atau mengharuskan perbuatan tertentu dengan ancaman pidana bagi barang siapa yang melanggarnya, hukum pidana juga berkewajiban menjaga kepentingan hukum yang meliputi kepentingan hukum milik individu, masyarakat, dan negara.

(31)

b. Jenis-jenis Tindak Pidana

Pembagian jenis tindak pidana yaittu sebagai berikut : 1. Berdasarkan perumusannya

Delik formil dan delik materill.Delik formil (formeelelict) adalah tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti larangan yang dirumuskan itu adalah melakukan suatu perbuatan tertentu.31

2. Berdasarkan cara melakukannya

Delik materill (materiel delict) adalah delik yang dianggap telah selesai dengan ditimbulkannya akibat yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang.

Delik Omisi (delik pasif/negatif) dan delik Komisi (delik aktif/positif). Suatu tindak pidana itu dapat terdiri dari suatu larangan atau dapat juga terdiri dari suatu pelanggaran terhadap suatu keharusan.

Tindak pidana aktif adalah tindak pidana yang perbuatannya berupa perbuatan aktif, perbuatan aktif adalah perbuatan yang untuk mewujudkannya disyaratkan adanya gerakan dari anggota tubuh orang yang berbuat.

Tindak pidana pasif ada dua macam yaitu tindak pidana pasif murni dan tindak pidana pasif yang tidak murni.

a) Tindak pidana pasif murni adalah tindak pidana yang dirumuskan secara formil atau tindak pidana yang pada dasarnya semata-mata unsur perbuatannya adalah berupa perbuatan pasif.

b) Tindak pidana pasif yang tidak murni berupa tindak pidana yang pada dasarnya berupa tindak pidana positif, atau tindak pidana yang mengandung suatu akibat

31 Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, (Yogyakarta: Rangkang Education, 2012), h. 29.

(32)

terlarang, tetapi dilakukan dengan tidak berbuat/atau mengabaikan sehingga akibat itu benar-benar timbul.32

3. Berdasarkan kesalahannya

Opzettedelicten dan culpoozedelicten (delik opzet dan delik culpa).Opzettedelicten atau delik-delik yang oleh pembentuk undang-undang telah disyaratkan bahwa delik-delik tersebut cukup terjadi “dengan tidak sengaja” agar pelakunya dapat dihukum.

3. Berdasarkan kepentingan hukum yang dilindungi

Maka tindak pidana tidak terbatas macamnya, sangat tergantung pada kepentingan hukum yang dilindungi dalam suatu peraturan perundang-undangan.Untuk melindungi kepentingan hukum yang dilindungi dalam suatu peraturan perundang-undangan.

Untuk melindungi kepentingan hukum terhadap keamanan negara, dibentuk rumusan kejahatan terhadap keamanan negara (Bab I KUHP), untuk melindungi kepentingan hukum bagi kelancaran tugas-tugas bagi penguasa umum, dibentuk kejahatan terhadap penguasa umum (Bab VIII KUHP), untuk melindungi kepentingan hukum terhadap hak kebendaan pribadi dibentuk tindak pidana seperti pencurian (Bab XXII KUHP), penggelapan (Bab XXIV KUHP), pemerasan dan pengancaman (Bab XXIII KUHP) dan seterusnya.

4. Dari sudut berapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan

32Ibid h. 30-31.

(33)

Dari sudut berapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan dibedakan menjadi tindak pidana tunggal dan tindak pidana berangkai.Tindak pidana tunggal adalah tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga untuk dipandang selesainya tindak pidana dan dapat dipidananya pelaku cukup dilakukan satu kali perbuatan saja, bagian terbesar tindak pidana dalam KUHP adalah berupa tindak pidana tunggal.

Tindak pidana berangkai adalah tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga untuk dipandang sebagai selesai dan dapat dipidananya pelaku, disyaratkan dilakukan secara berulang.

5. Berdasarkan perlu tidaknya aduan dalam penuntutan

Berdasarkan perlu tidaknya aduan dalam penuntutan dibedakan menjadi, klachtdelicten dan gewonedelicten (delik aduan dan delik biasa).Klachtdelicten atau delik aduan adalah pada kejahatan terdapat sejumlah tindak pidana yang hanya dapat dituntut apabila ada pengaduan dari orang yang dirugikan.Sedangkan gewonedelicten atau delik biasa adalah tindak pidana yang dapat dituntut tanpa diperlukan adanya suatu pengaduan.33

6. Berdasarkan sumbernya

Menurut sistem KUHP dibedakan antara kejahatan yang dimuat dalam buku II dan pelanggaran yang dimuat dalam buku III.Alasan pembeda antara kejahatan dan pelanggaran adalah jenis pelanggaran lebih ringan dari pada kejahatan.Misalnya ancaman pidana pada pelanggaran tidak ada yang diancam dengan pidana penjara, tetapi berupa pidana kurungan dan denda, sedangkan kejahatan lebih di dominasi dengan ancaman pidana penjara.

33 P.A.F Lamintang, Op.Cit, h.214.

(34)

Secara kuantitatif pembuat undang-undang membedakan delik kejahatan dan pelanggaran sebagai berikut :

1. Pasal 5 KUHP hanya berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang merupakan kejahatan di Indonesia. Jika seorang Indonesia yang melakukan delik di luar negeri yang digolongkan sebagai delik pelanggaran di Indonesia, maka dipandang tidak perlu dituntut.

2. Percobaan dan membantu melakukan delik pelanggaran tidak dipidana.

3. Pada pemidanaan atau pemidanaan terhadap anak di bawah umur tergantung pada apakah itu kejahatan atau pelanggaran.34

7. Berdasarkan sudut subjek hukum

Berdasarkan sudut subjek hukum, digolongkan menjadi delik communia dan delik propria.delicta acommunia adalah delik-delik yang dapat dilakukan oleh setiap orang, sedangkan delictapropria adalah delik-delik yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai sifat-sifat tertentu, misalnya sifat-sifat pegawai negeri, sebagai nakoda ataupun sebagai anggota militer.

8. Berdasarkan berat-ringannya pidana yang diancamkan

Berdasarkan berat-ringannya pidana yang diancamkan, dibedakan menjadi delik sederhana, delik dengan pemberatan, dan delik dengan keadaan yang meringankan.Eenvoudigedelictenatau delik sederhana adalah delik-delik dalam bentuk yang pokok seperti yang telah dirumuskan oleh pembentuk undang- undang.Gequalificeerdedelictenatau delik dengan pemberatan adalah delik-delik dalam bentuk yang pokok, yang karena didalamnya terdapat keadaan-keadaan yang

34 Amir Ilyas, Op.Cit, h. 29.

(35)

memberatkan maka hukuman yang diancamkan menjadi diperberat.Gepriviligieerdedelictenatau delik dengan keadaan yangmeringankan adalah delik-delik dalam bentuk pokok, yang karena didalamnya terdapat keadaan-keadaan yang meringankan, maka hukuman yang diancamkan menjadi diperingan.

4. Pengertian Privasi dan Media Sosial a. Pengertian Privasi

Privasi merupakan konsep yang sulit untuk dibuat defenisinya karena berhubungan dengan sesuatu yang bersifat subjektif. Privasi merupakan suatu hal yang sangat penting baik bagi individu maupun lembaga atau instansi untuk berhadapan dan berinteraksi dengan individu lain atau lembaga lain.Privasi adalah kemampuan satu atau sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari publik, atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri mereka. Privasi berhubungan dengan sejauh mana seseorang secara fisik dapat “diakses” orang lain yaitu menginginkan individu untuk mengendalikan keputusan tentang siapa yang memiliki asks fisik melalui akal persepsi, pengamatan, atau kontak tubuh.

Privasi juga merupakan hak seseorang untuk membeberkan atau tidak informasi yang akan di akses. Yang menyangkut hak individu untuk mempertahankan informasi pribadi dari pengaksesan dari orang lain yang tidak diberikan izin untuk melakukannya.

Secara defenisi privasi menurut Warren and Braindes adalah Right to be left alone, sementara menurut Slyke dan Belanger adalah kemampuan seseorang untuk mengatur informasi mengenai dirinya sendiri.35

35 Wahyudi Djafar, Memastikan Perlindungan Hak atas Privasi di Era Digital, 2015

Literatur psikologis memberikan penjelasan mengenai privasi :

(36)

1. Westin

Westin menjelaskan hubungan antara kerahasiaan dan privasi. Privasi sebagai klaim individu, kelompok atau lembaga untuk menentukan kapan, bagaimana dan sejauh mana informasi tentang mereka dikomunikasikan kepada orang lain.

2. Altman

Altman menggabungkan baik sosial dan lingkungan psikologi dalam memahami sifat privasi.Privasi sebagai “akses kontrol selektif terhadap privasi diri”, dan dicapai melalui pengaturan interaksi sosial, yang pada gilirannya dapat memberikan umpan balik pada kemampuan kita untuk berurusan dengan dunia dan akhirnya mempengaruhi defenisi kita tentang diri.

3. Hartono

Privasi adalah tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki oleh seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu.

4. Rapoport

Mendefenisikan pivasi sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan-pilihan dan kemampuan untuk mencapai interaksi yang diinginkan.

5. Decew

Decew juga menjelaskan bahwa privasi merupakan perlindungan ekpresi identitas diri atau kepribadian melalui pembicaraan atau kegiatan.Melindungi kemampuan untuk memutuskan serta melanjutkan perilaku saat kegiatan tersebut, membantu mendefenisikn diri sebagai orang terlindungi dari gangguan, tekanan, dan paksaan dari individu lainnya.

(37)

6. Schoeman

Pada intinya privacy merupakan kemampuan satu atau sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personal dari publik, tujuannya untuk mengontrol arus informasi mengenai diri mereka.

b. Pengertian Media Sosial

Media sosial berhasil mentransformasikan praktik komunikasi searah dari satu institusi media ke banyak audience (one-to-many), menjadi praktik komunikasi dialogis antara banyak audience (many-to-many).Melalui media sosial, setiap individu dapat saling berbagi informasi dengan menggabungkan teknologi berupa tulisan, gambar, video, maupun audio.Beragam aplikasi internet berbasiskan mdia sosial kian marak dan mampu menyihir para pengguna internet di seluruh dunia.36

1. Philip Kotler dan Kevin Keller

Media sosial sebuah media online (daring) yang dimanfaatkan sebagai sarana pergaulan sosial secara online di internet. Media sosial menggunakan teknologi berbasis website atau aplikasi yang dapat mengubah suatu komunikasi ke dalam bentuk dialog interaktif. Media sosial adalah suatu wadah atau tempat dimana orang dapat berkomunikasi sesama pengguna (user) secara tidak langsung dan dibutuhkan koneksi internet untuk dapat melakukan komunikasi.User atau pengguna dapat berbagi informasi berupa kejadian, berbagi foto.

Pengertian media sosial menurut para ahli :

36 Ujang Rusdianto, Cyber CSR, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 82.

(38)

Menurut Philip dan Kevin Keller pengertian media sosial adalah sarana bagi konsumen untuk berbagi informasi teks, gambar, video, dan audio dengan satu sama lain dan dengan perusahaan dan sebaliknya.

2. Marjorie Clayman

Menurut Marjorie Clayman media sosial adalah alat pemasaran baru yang memungkinkan untuk mengetahui pelanggan dan calon pelanggan dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin.

3. Chris Brogan

Media sosial adalah seperangkat alat komunikasi dan kolaborasi baru yang memungkinkan terjadinya berbagai jenis interaksi yang sebelumnya tidak tersedia bagi orang awam.

4. M. Terry

Menurut M. Terry defenisi media sosial adalah suatu media komunikasi dimana pengguna dapat mengisi kontennya secara bersama dan menggunakan teknologi penyiaran berbasis internet yang berbeda dari media cetak dan media siaran tradisional.

5. Andreas M. Kaplan dan Michael Haenlien

Menurut Andreas M. Kaplan dan Michael Haenlien pengertian media sosial adalah kelompok aplikasi berbasis internet yang di bangun dengan dasar-dasar ideologis web 2.0 (yang merupakan platform dari evolusi media sosial) yang memungkinkan terjadinya penciptaan dan pertukaran dari User Generated Content.

6. Michael Cross

(39)

Menurut Michael Cross pengertian media sosial adalah sebuah istilah yang menggambarkan bermacam-macam teknologi yang digunakan untuk mengikat orang-orang ke dalam suatu kolaborasi, saling bertukar informasi, dan berinteraksi melalui isi pesan yang berbasis web.

7. Antony Mayfield

Antony menjelaskan bahwa media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa.Manusia biasa yang saling membagi ide, bekerjasama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan, dan membangun sebuah komunitas.Intinya, menggunakan media sosial menjadikan kita sebagai diri sendiri. Selain kecepatan informasi yang bisa di akses dalam hitungan detik, menjadi diri sendiri dalam media sosial adalah alasan mengapa media sosial berkembang pesat. Tak terkecuali, keinginan untuk aktualisasi diri dan kebutuhan menciptakan personal branding.37

1. Partisipasi

Media sosial dipahami sebagai sebuah jenis media online, berikut beberapa karakteristik media sosial :

Media sosial mendorong kontribusi dan memberikan umpan balik terhadap suatu pesan atau konten di media sosial.

2. Keterbukaan

Sebagian media sosial memberikan kesempatan bagi penggunanya untuk memberikan komentar, berbagi, dan lain-lain.

3. Adanya percakapan

37Ibid, h. 81.

(40)

Kebanyakan media sosial memungkinkan adanya interaksi terhadap suatu konten, baik itu dalam bentuk reaksi ataupun perbincangan antar penggunanya.

4. Keterhubungan

Melalui media sosial, para penggunanya dapat terhubung dengan pengguna lainnya melalui fasilitas tautan dan sumber informasi lainnya. Proses pengiriman pesan ke media sosial yang lebih cepat dibandingkan dengan media lainnya membuat banyak informasi terhubung dalam satu media sosial38

1. Social Networks .

Saat ini banyak sekali jenis media sosial yang dapat ditemukan di internet.Selain jenis platformnya berbeda, jenis konten yang ada di dalam media sosial tersebut juga sangat beragam. Berikut beberapa jenis media sosial :

Social networks atau jejaring sosial merupakan jenis media sosial yang paling umum dikenal masyarakat dan paling banyak digunakan seperti facebook, isntagram, twitter dan lain-lain.

2. Komunitas Online (forum)

Situs forum dan komunitas online umumnya dibangun oleh perorangan atau kelompok.Para pengguna forum tersebut dapat melakukan diskusi, chatting, dan memposting.

3. Situs Blog

Situs blog juga termasuk dalam kategori media sosial karena memungkinkan pemilik blog dan pembacanya berinteraksi.

38 Raymond, Sistem Informasi Manajemen, (Bandung: Salemba Empat, 2008), h. 23.

(41)

4. Social Bookmark

Ide awal dari situs social bookmark ini adalah sebagai wadah bagi para pengguna internet untuk menyimpan alamat website.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian hukum normatif.Metode penelitian hukum normative sering juga disebut “Penelitian hukum teoritis”.Pada penelitian normatif data sekunder sebagai sumber/bahan informasi dapat merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.Dalam hal penelitian hukum normatif, dilakukan penelitian terhadap peraturan perundang- undangan dan berbagai literature yang berkaitan dengan permasalahn skripsi ini.39

2. Sifat Penelitian

Dilihat dari segi sifatnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif, artinya penelitian yan menggambarkan objek tertentu dan menjelaskan hal-hal yang terkait dengan atau melukiskan secara sistematis fakta-fakta atau karakteristik populasi tertentu dalam bidang tertentu secara faktual dan cermat.40

3. Sumber Data

Data dan sumber data yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah data sekunder.Data sekunder adalahdata penelitian yang diperoleh dari bahan pustaka, yang mencakup buku-buku, dokumen-dokumen, catatan, bukti yang telah ada atau arsip baik

39Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004), h. 102.

40Sarifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h.7.

(42)

yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.41

a. Bahan hukum primer, yaitu hukum yang terdiri dari semua dokumen yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang yaitu peraturan perundang-undangan, antara lain: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Data sekunder di bagi menjadi 3 :

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku dan pendapat-pendapat para sarjana serta dokumen yang merupakan informasi atau bahan kajian yang berkaitan dengan pelanggaran privasi di media sosial.

c. Bahan hukum tersier atau bahan penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum, ensiklopedia, dan lain sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam skripsi ini digunakan teknik studi pustaka (Library research) yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan cara menggali sumber-sumber tertulis, baik dari instansi yang terkait, maupun sebagai kelengkapan penelitian.

Studi pustaka (Library research), dengan melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan yakni, buku-buku pendapat sarjana, artikel, berita yang diperoleh dari

41Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Uipress, 1986), h.12.

(43)

internet yang bertujuan untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, atau bahan-bahan yang berkenaan.42

5. Analisis Data

Terhadap data yang diperoleh, akan dianalisis secara kualitatif. Menurut Bogan dan Biklena analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitesisnya, mencari, dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.43

G. Sistematika Penulisan

Analisis data dilakukan secara kualitatif yang digambarkan secara deskriptif, rangkaian kegiatan, analisis data dimulai setelah terkumpulnya data sekunder, kemudian disusun menjadi sebuah pola dan dikelompokkan secara sistematis.Analisis data lalu dilanjutkan dengan membandingkan data sekunder terhadap data primer untuk mendapat penyelesaian permasalahan yang diangkat.

Untuk lebih mempertegas penguraian isi dari skripsi ini, serta untuk lebih mengarahkan pembaca, maka berikut ini penulis membuat sistematika penulisan atau gambaran isi skripsi ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan yang membahas tentang pengertian Pidana,

42Ibid h. 11-12.

43Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 248.

(44)

pengertian Tindak Pidana, Jenis-jenis Tindak Pidana, pengertian Privasi, pengertian Media Sosial, yang diakhiri dengan Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PELANGGARAN PRIVASI DI MEDIA SOSIAL

Pada bab ini dibahas mengenai pengaturan tindak pidana pelanggaran privasi di media sosial menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta pengaturan tindak pidana pelanggaran privasi di media sosial menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

BAB III FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PELANGGARAN PRIVASI DI MEDIA SOSIAL

Pada bagian ini diuraikan faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran privasi di media sosial, upaya penanggulangan tindak pidana pelanggaran privasi di media sosial, dan faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan penanggulangan pelanggaran privasi di media sosial.

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PELANGGARAN PRIVASI DI MEDIA SOSIAL

Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengertian pelaku dalam hukum pidana, pelaku pelanggaran privasi di media sosial, pertanggungjawaban pidana pelaku pelanggaran privasi di media sosial.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran sebagai hasil dari pembahasan dan penguraian skripsi ini secara keseluruhan.

(45)

35

BAB II

PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PELANGGARAN PRIVASI DI MEDIA SOSIAL

A. Pengaturan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Dalam upaya menangani kasus pelanggaran privasi, terdapat beberapa pasal dalam KUHP yang mengkriminalisasi pelanggaran privasi dengan menggunakan metode interpretasi ekstensif (perumpamaan dan persamaan) terhadap pasal-pasal yang terdapat dalam KUHP. Adapun pasal-pasal yang dapat dikenakan dalam KUHP yang mengkriminalisasi terhadap pelanggaran privasi di media sosial, yaitu diatur dalam BAB XVI terdapat pengaturannya dari Pasal310 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pencemaran nama baik. Untuk dapat dikategorikan sebagai penghinaan dan/atau pencemaran nama baik, maka unsur-unsur yang harus dipenuhi adalah :44

1. Adanya hal yang tidak benar dikomunikasikan lewat media sosial.

2. Hal atau keadaan tersebut mengenai diri seseorang atau suatu badan.

3. Hal atau keadaan dipublikasikan kepada pihak lain.

4. Publikasi tersebut melibatkan kerugiaan bagi seseorang yang menjadi objek.

Hal atau keadaan yang dikomunikasikan atau dipublikasikan lewat media sosial dapat dikatakan merupakan penghinaan atau pencemaran nama baik yang menyebabkan terjadinya pelanggaran privasi bila hal atau keadaan itu adalah tidak benar dan bersifat merugikan bagi pihak yang menjadi korban, baik itu yang merupakan suatu yang merusak reputasi ataupun yang membawa kerugian material bagi pihak korban. Publikasi dan komunikasi tentang diri pihak lain dapat dikatakan pencemaran nama baik dan/atau

44 Asril Sitompul, op.cit, h. 75.

(46)

penghinaan, baik dilakukan dengan kata-kata atau tulisan yang terang-terangan maupun dengan bentuk yang tersembunyi, namun mengandung konotasi yang dapat merusak reputasi seseorang atau badan.

Pencemaran nama baik merupakan delik aduan yang dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur pada Pasal 72 sampai dengan Pasal 75. Delik aduan yaitu45

1. Delik Aduan Absolut :

“suatu delik yang perkaranya baru dapat dituntut bila telah adanya pengaduan dari pihak yang berkepentingan atas penuntutan tersebut. Tanpa adanya pengaduan, maka delik tersebut tidak dapat dituntut perkaranya”

Pada umumnya delik aduan terbagi atas :

Delik aduan absolute adalah delik yang dalam keadaan apapun tetap merupakan delik aduan. Atau menurut kata-kata Vos : “Absolute zinj die, welke als regel alleen op klachte vervolgbaar zinj…”. Tindakan pengaduan disini diperlukan untuk menuntut peristiwanya, sehingga semua yang bersangkutpaut dengan itu harus dituntut. Dengan kata lain, delik aduan absolute bersifat ansplitsbaar.

2. Delik Aduan Relatif

Delik aduan relatif adalah delik yang dalam keadaan tertentu saja diperlukan adanya pengaduan, sedangkan pada umumnya ia merupakan kejahatan biasa.

Pengaduan ini dilakukan bukan untuk menuntut peristiwanya tetapi karena itu delik aduan relatif bersifat splitsbaar.

45Ibid

(47)

Berdasarkan pengamatan terhadap pasal 72 (ayat 1 dan 2) serta ketentuan- ketentuan pidana yang tersebar dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dapat disimpulkan bahwa yang berhak mengajukan delik aduan adalah :

1. Orang yang dikenai atau menjadi korban kejahatan yang bersangkutan.

2. Dalam Pasal tersebut dengan jelas ditentukan siapa yang berhak mengajukan aduan.

3. Dalam hal yang bersangkutan belum cukup umur atau belum dewasa atau dibawah pemilikan orang lain, maka yang berhak mengadu adalah wakilnya yang sah dalam perkara sipil.

4. Jika wakil-wakil tersebut tidak ada, maka yang berhak mengadu adalah antara wali atau pemilik, keluarga sedarah dalam garis lurus/menyimpang.

Melalui delik aduan diatas maka dapat dilihat bahwa penghinaan termasuk delik pengaduan absolut. Penghinaan termasuk dalam delik aduan karena suatu penghinaan itu umumnya bersifat pibadi dan tanggapannya pun bersifat pribadi pula, maka penghinaan dimasukkan dalam golongan delik aduan, artinya kepada korbannya diseahkan kebebasan untuk mengambil sikap sendiri terhadap suatu penghinaan yang menimpa dirinya, apakah penghinaan itu kan diadukan atau tidak, tanpa perlu dicampuri pihak lain yang tidak berkepentingan. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur yang bersifat pribadi itu kita tidak dapat menarik suatu garis kseragaman, mengingat tidak terbatasnya aneka ragam sifat- sifat pribadi manusia itu.46

46A. ridwan Halim, Op. Cit., h. 166.

(48)

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ketentuan ketentuan pidana terhadap tindak pidana pencemaran nama baik diatur dalam Pasal 310 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang menyatakan :

“barangsiapa dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduh suatu hal, dengan maksud yang jelas agar hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana denda paling lama 9 (Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 4.500,00 (empat ribu lima ratus rupiah)”

Dalam KUHP, seseorang dianggap telah mencemarkan nama baik orang lain ketika seseorang tersebut dengan sengaja dan dengan bertujuan agar sesuatu hal yang berkaitan dengan kehormatan atau nama baik seseorang yang diketahuinya itu agar diketahui oleh orang lain. KUHP menguraikan secara jelas tentang pencemaran nama baik yang merupakan delik aduan, yaitu seperti tercantum dalam Pasal 310 (ayat 1 sampai 3), peristiwa pidana yang merupakan penghinaan adalah perbuatan fitnah yang menjatuhkan kedudukan, martabat, dan nama baik seseorang dengan menuduh sesuatu hal. Yang maksudnya terang supaya hal tersebut diketahui umum.Perbuatan penghinaan ini diancam pidana penjara paling lama Sembilan bulan dan/atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

Jenis tindak pidana terhadap kehormatan ini, menurut ilmu hukum pidana terdiri dari 4 bentuk yakni47

a. Menista (secara lisan) :

b. Menista secara (tertulis)

47 Leden Marpaung, Loc. Cit.

(49)

c. Fitnah

d. Penghinaan ringan

Jenis tindak pidana penghinaan diatur dalam Bab XVI mulai dari pasal 310-321 KUHP.Istilah penghinaan sebenarnya merupakan istilah yang diterjemahkan dari bahasa Belanda smaad. Penghinaan terdiri dari beberapa macam yaitu :

1. Menista (smaad)

Perkataan “menista” berasal dari kata “nista”.Sebagian pakar mempergunakan kata celaan.Perbedaan istilah tersebut disebabkan penggunaan kata-kata dalam menerjemahkan kata smaad dari Bahasa Belanda.Kata “nista” dan kata “celaan”

merupakan kata sinonim.Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia.Meskipun kedua kata tersebut hampir bersamaan artinya, tetapi kata “celaan” belum tentu tindak pidana karena dapat berupa pernyataan atau pendapat atau kritik.Kata “menista” pada umumnya orang berpendapat bahwa hal tersebut merupakan tindak pidana.

Dalam KUHP menista terbagi secara lisan yaitu yang diucapkan atau dilakukan dengan oral yang diatur dalam Pasal 310 ayat (1) dan menista secara tertulis yaitu yang dilakukan melalui tulisan (barang cetakan) diatur dalam Pasal 310 ayat (2).

Menista secara lisan diatur dalam Pasal 310 ayat (1) KUHP yang bunyinya :

“barangsiapa dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik orang dengan jalan menuduh dia melakukan sesuatu perbuatan tertentu, dengan maksud yang nyata untuk menyiarkan tuduhan itu supaya diketahui umum, dihukum karena salahnya menista, dengan hukuman penjara selama-lamanya Sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.4.500,-“

Referensi

Dokumen terkait

Cara kerja dari pemadam ini adalah dengan merusak reaksi kimia pembakaran dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan bahan yang terbakar. Makin halus butiran serbuk kimia kering

Mulla> S{adra> di sini nampak sejalan dengan Suhrawardi yang menyatakan bahwa ilmu h}ud}u>ri> hanya bisa diperoleh manusia dengan observasi ruhani berdasarkan

KHODAM BAKRODIN 202004

1. Pastikan file gambar Print2CAD-PetaAdministrasiKecamatan.dwg hasil edit sudah terbuka di AutoCAD Map.. Pilih menu Map > Tools > Rubber Sheet atau bisa juga melalui

Bahwa pelaku tindak pidana itu adalah orang yang melakukan tindak pidana yang bersangkutan, dalam arti orang yang dengan suatu kesengajaan atau suatu ketidak sengajaan seperti

Berdasarkan penyataan diatas dapat diartikan bahwa sekolah bukan hanya tempat untuk belajar meningkatkan kemampuan intelektual, namun juga mengembangkan dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio kontak dengan penderita TB paru BTA positif ; mengetahui proporsi kontak yang memeriksakan dahak dalam rangka

Imdonesia.Fenomena ini menjadi daya tarik bagi penulis untuk mengulasnya, karena merupakan realita pendidikan kita dewasa ini.Sertifikasi menjadi buruan yang tak terelakkan bagi