• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan perilaku inovatif melalui komitmen organisasi dan kepuasan kerja studi pada PT. Java Gloves Perdana di Desa Purwomartani, kecamatan Kalasan Sleman Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan perilaku inovatif melalui komitmen organisasi dan kepuasan kerja studi pada PT. Java Gloves Perdana di Desa Purwomartani, kecamatan Kalasan Sleman Yogyakarta"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PERILAKU INOVATIF MELALUI KOMITMEN

ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA

Studi pada PT. Java Gloves Perdana di Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan Sleman Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

José Bobo

Nim : 132214219

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

MOTTO :

SAYA TAHU BAHWA SAYA TIDAK TAHU

HAU HATENE KATAK HAU LAHATENE

EU SEI QUE EU NÃO SEI

I KNOW THAT I DON’T KNOW

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Yang selalu Menyertai

2. Bapak dan Ibu tercinta

(5)
(6)
(7)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas berkat

dan kelimpahan-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan tepat

waktu. Penulis menyadari bahwa selama proses perkuliahan berlangsung banyak

tantangan yang penulis hadapi, namun karena atas berkat dan bantuan kasih-Nya

segala beban dan rintangan berubah menjadi kekuatan dan kemanisan. Penulis juga

bersyukur karena Rahmat Allah telah mengikut-sertakan dalam pengambilan

keputusan untuk melanjutkan studi di universitas Sanata Dharma, khususnya fakultas

ekonomi program studi manajemen yang menjadi suatu kebanggaan tersendiri, dan

juga sebagai suatu momeri yang tak terlupakan selama masa hidup. Rasa syukur juga

penulis haturkan kepada Allah atas berkat dan perlindungan-Nya hingga pada

akhirnya penulis terinspirasi untuk memilih judul tugas akhir dengan tema pokok

“Peningkatan perilaku inovatif melalui komitmen organisasi dan kepuasan

kerja, pada PT. Java Gloves Perdana”.

Sebagai manusia yang tidak sempurna tentu saja pengetahuan dan

kemampuan sangat terbatas terutama selama menyelesaikan skripsi ini, oleh sebab itu

penulis berharap bagi semua pihak untuk memberikan kritik dan saran yang sifatnya

membangun untuk menyempurnakan skripsi ini yang lebih baik lagi di masa akan

(8)

Secara pribadi penulis ingin berterima kasih kepada dosen pembimbing satu

Bapak Dr. Lukas Purwoto, MSi. Dan Bapak Drs. Theodorus Sutadi, MBA, selaku

pembimbing dua, yang telah bekerja keras membimbing penulis dari awa hingga

akhir penulisan skripsi ini. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya atas bantuan, bimbingan, dan saran dari semua pihak yang turut

serta dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. A.Yudi Yuniarto, SE, MBA., selaku Dekan fakultas ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Lukas Purwoto, MSi., selaku ketua program studi manajemen

Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Caecilia Wahyu Estining Rahayu, M.Si., selaku dosen tamu/penguji

4. Bapak Nur Wisnu, selaku kepala Biro Personalia pada PT. Java Gloves

Perdana, yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian selama

dua bulan.

5. Bapak Drs. Rubiyatno, MM., selaku dosen pembimbing akademik.

6. Segenap dosen dan karyawan fakultas ekonomi Universitas Sanata Dharma.

7. Bapak almarhum Alberto Afoan dan Ibu Angelinha Soni, yang selalu

memberikan kasih sayang, doa, dukungan, nasehat, kebahagiaan, dan

memberikan kehidupan yang layak bagiku. Terima kasih juga telah

menjadikanku orang yang kuat dan tegar dalam menghadapi hidup sehingga

(9)

khususnya almarhum Maria Helena Bobo dan Anita Cono, yang telah

memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis.

8. Bapak Simão Elu dan Mama Sri Handayani serta adik Jefri dan Ricky, yang

turut mendukung dan memotivasi selama proses penulisan skripsi.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga dengan dukungan dan doa para saudara/I sekalian dapat diberi

Rahmat dan Kasih Allah dalam setiap usaha dan niat baik anda.

Yogyakarta, 19 April 2017

Penulis

José Bobo

Nim: 132214219

(10)

………

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN……… 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS……… 14

2.1. KAJIAN PUSTAKA……… 14

2.1.1. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA……… 14

2.1.2. KEPUASAN KERJA……… 19

2.1.2.1. Pengertian Kepuasan Kerja………. 19

2.1.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi kepuasan kerja…………... 21

2.1.2.3. Teori-teori kepuasan kerja……….. 23

2.1.2.4. Dimensi kepuasan kerja……….. 27

(11)

2.1.3.2. Aspek-aspek komitmen organisasi………. 30

2.1.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi…….. 31

2.1.4. PERILAKU INOVATIF……… 32

2.1.4.1. Pengertian perilaku inovatif………. 32

2.1.4.2. Aspek-aspek perilaku inovatif………. 35

2.1.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku inovatif……….. 36

2.1.5. PENINGKATAN PERILAKU INOVATIF MELALUI KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA……… 37

2.2. PENELITIAN TERDAHULU ……… 38

2.3. KERANGKA PEMIKIRAN……… 40

2.4. HIPOTESIS……… 41

BAB III METODE PENELITIAN……… 45

3.1. LOKASI PENELITIAN……… 45

3.2. METODE PENELITIAN……… 45

3.3. JENIS DAN SUMBER DATA……… 46

3.2.1. Jenis Data……… 46

3.2.2. Sumber Data………. 46

3.4. METODE PENGUMPULAN DATA……… 47

3.5. POPULASI DAN SAMPEL……… 48

3.6. PENGUKURAN INSTRUMEN PENELITIAN..……… 50

(12)

4.2. VISI DAN MISI PT. JAVA GLOVES PERDANA……….. 57

4.2.1. Visi………... 57

4.2.2. Misi……….. 57

4.3. URAIAN PROSES PEMBUATAN PRODUK………... 58

4.3.1. Tahapan Pembuatan Produk……… 59

4.3.2. Tahapan Produksi……… 59

4.3.3. Kapasitas Produk………. 64

4.4. STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS……… 66

4.4.1. Struktur Organisasi……….. 66

4.4.2. Uraian Tugas………... 67

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 77

5.1. DESKRIPSI PROFIL RESPONDEN……… 77

5.2. ANALISIS PERSEPSI RESPONDEN MENGENAI KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI, DAN PERILAKU INOVATIF………. 81

5.3. HASIL PENELITIAN……… 93

5.3.1. Statistik Inferensial……….. 93

5.3.1.1. Hasil Uji Validitas Konvergen……….. 94

5.3.1.2. Hasil Uji Validitas Diskriminan……… 101

5.3.1.3. Hasil Uji Reliabilitas………. 102

5.3.1.4. Hubungan Antar Variabel……… 103

(13)

5.4.2. Kepuasan Kerja Berpengaruh Terhadap Komitmen Organisasi……….. 111

5.4.3. Kepuasan Kerja Berpengaruh Terhadap Perilaku Inovatif……….. 113

5.4.4. Komitmen Organisasi Berpengaruh Terhadap Perilaku Inovatif……… 114

BAB VI KESIPULAN DAN SARAN……….... 116

6.1. KESIMPULAN……….. 116

6.2. SARAN………... 117

DAFTAR PUSTAKA……… 119

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Skala Likert……… 50

Tabel 4.1. Jenis Produk yang dihasilkan PT. Java Gloves Perdana……… 55

Tabel 4.2. Luas Bangunan dan Fungsinya……… 56

Tabel 4.3. Bahan Baku……… 58

Tabel 4.4. Jenis dan Kapasitas Produk……… 64

Tabel 4.5. Jumlah Tenaga Kerja………. 64

Tabel 4.6. Jadwal Shift……… 65

Tabel 5.1. Deskripsi Responden Menurut Jenis Kelamin……… 78

Tabel 5.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia……… 79

Tabel 5.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir……… 80

Tabel 5.4. Deskripsi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja……… 81

Tabel 5.5. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja……….. 83

Tabel 5.6. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Komitmen Organisasi……….. 87

Tabel 5.7. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Perilaku Inovatif……….. 91

(15)

Tabel 5.9. Outer Loading Komitmen Organisasi………. 96

Tabel 5.10. Outer Loading Perilaku Inovatif……….. 97

Tabel 5.11. Average Variance Extracted (AVE)………. 98

Tabel 5.12. Evaluasi Outer Loading Komitmen Organisasi……… 99

Tabel 5.13. Evaluasi Outer Loading Perilaku Inovatif……… ….. 100

Tabel 5.14. Evaluasi Outer Loading Kepuasan Kerja………... 100

Tabel 5.15. hasil nilai average variance extracted (AVE) dan akar kuadrat AVE.. 101

Tabel 5.16. Nilai Akar Kuadrat AVE Setiap Variabel Dan Nilai Korelasi Antar Variabel Laten……… 102

Tabel 5.17. Nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability……… 103

Tabel 5.18. T-Statisticsof Path Coefficients (Inner Model)……….. 106

Tabel 5.19. T-Statistic of outer model………... 107

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran………. 40

Gambr 4.1. Alur Proses Produksi……….. 63

Gambar 4.2. Struktur Organisasi………... 66

(17)

ABSTRAK

PENINKATAN PERILAKU INOVATIF MELALUI KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA

Studi ini bertujuan untuk menganalisis perilaku inovatif pada karyawan PT. Java Gloves Perdana di Kalasan Yogyakarta persaingan global saat ini. Daya saing organisasi sepenuhnya tergantung dari kemampuan dan kompetensi sumber daya manusia yang dimiliki. Khususnya berhubungan dengan komitmen organisasi, dan perilaku inovatif. Pada penelitian ini berusaha untuk menganalisis dan mengetahui perilaku inovatif bagi para karyawan PT. Java Gloves Perdana. Pada penelitian ini menggunakan tiga variabel responden yaitu variabel kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan perilaku inovatif. Variabel kepuasan kerja diposisikan sebagai variabel independen dalam menganalisis perilaku inovatif para karyawan PT. Java Gloves Perdana. Disamping itu juga variabel komitmen organisasi diposisikan sebagai intervening variabel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive judgment sampling. Pada pengambilan sampel, peneliti mengambil sampel berdasarkan masa kerja karyawan yaitu karyawan yang masa kerja diatas lima tahun yang dijadikan sebagai responden. Ukuran sampel yang dipilih yakni 92 responden dari 286 karyawan yang ada pada PT. Java Globes Perdana. Teknik analisis data menggunakan Software Smart PLS (Partial Least Squere). Hasil penelitian ini menunjukkan variabel kepuasan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi pada PT. Java Gloves Perdana. Sedangkan variabel kepuasan kerja dan komitmen organisasi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku inovatif pada PT. Java Gloves Perdana.

(18)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF INNOVATIVE BEHAVIOR TOWADS ORGANIZATIONAL COMMITMENT AND JOB SATISFACTION A case study at the employee’s of PT. Java Gloves Perdana In Kalasan Yogyakarta

Josė Bobo

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2017

Human resources is a very important factor as a driver in the face of competitive global era currently. The competitiveness of an organization depends on human resources, Particularly associated with both organizational commitment and innovative behavior. This study aims to analyze the innovative behavior the employee’s of PT. Java Gloves Perdana. Variables used in this study are job satisfaction, organizational commitment, and innovative behavior. Job satisfaction serves as an independent variable in analyzing the behavior of the employee’s of PT. Java Gloves Perdana. Besides other variables used in this study, organizational commitment is a variable that serves as an intervening variable. Sampling technique used in this study is to use the purposive judgment sampling. The employee’s chosen to be respondents in this study are above five years of work experience. And a number of respondents as much as 92 out of 286 employee’s at PT. Java Gloves Perdana. Technique of analysis data used in this study using analysis techniques Software smart PLS (Partial Least Squere). The results of this study indicates that job satisfaction has a positive and significant influence on organizational commitment. Job satisfaction and organizational commitment does not influence innovative behavior of the employee’s in PT. Java Gloves Perdana.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu faktor penting dalam era

persaingan global saat ini. Daya saing organisasi sepenuhnya tergantung dari

kemampuan dan kompetensi sumber daya manusia yang dimiliki. Sumber daya

manusia merupakan aset terpenting karena peranannya sebagai pelaksana

kebijakan dan kegiatan operasional dalam mencapai tujuan perusahaan, baik

untuk memperoleh keuntungan maupun untuk mempertahankan kelangsungan

hidup perusahaan. Berhasil tidaknya suatu perusahaan dalam mempertahankan

eksistensinya dimulai dari manusia itu sendiri untuk mempertahankan perusahaan

dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi secara maksimal. Menurut Bangun

(2012:4) menyatakan bahwa salah satu sumber daya organisasi yang memiliki

peran penting dalam mencapai tujuannya adalah sumber daya manusia. Oleh

karena pentingnya peningkatan modal manusia agar dapat mengenal dan

beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah. Menurut Siagian (2009:35)

Sumber daya manusia pun harus sangat peka terhadap berbagai perubahan yang

terjadi di sekitar organisasi karena perubahan yang terjadi itu akan menimbulkan

(20)

Salah satu faktor sumber daya manusia (SDM) yang berpengaruh dalam

lingkungan organisasi perusahaan adalah faktor perilaku inovatif. Menurut Price

(1997:223) perilaku inovatif pada dasarnya merupakan kemampuan individu

melakukan perubahan cara kerja dalam bentuk mengadopsi prosedur, praktek dan

teknik kerja yang baru dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaannya.

Gaynor (2002:57) mendefinisikan perilaku inovatif sebagai tindakan

individu untuk menciptakan dan mengadopsi ide-ide/pemikiran atau cara-cara

baru guna diterapkan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan. Menurut De

Jong dan Kemp (2003:105) inovasi dapat diartikan sebagai semua tindakan

individu yang diarahkan pada kepentingan organisasi di mana di dalamnya

dilakukan introduksi dan aplikasi ide-ide baru yang menguntungkan.

Menurut Smith, Kinlaw, dan Larson (2005:78) Inovasi sangat penting bagi kinerja perusahaan dan keberlangsungan keunggulan bersaing yang dimiliki.

Menurut Sulaiman dan Kuncoro (2010:45) berpendapat bahwa inovasi merupakan

strategi untuk mencapai keunggulan bersaing karena tujuan utama dari inovasi

yaitu untuk memenuhi permintaan sehingga produk-produk inovasi adalah salah

satu yang bisa digunakan sebagai keunggulan dalam bersaing bagi perusahaan.

Yuan dan Woodman (2010:332) menyatakan bahwa perilaku inovasi karyawan

merupakan faktor penting bagi keberhasilan organisasi atau perusahaan dalam

lingkungan bisnis yang cukup dinamis

Untuk mencapai perilaku yang inovatif bukanlah suatu hal yang mudah,

(21)

faktor bawaan saat manusia dilahirkan, melainkan inovasi perlu digali dan

dikembangkan sebagai implementasi keberhasilan dari berbagai ide-ide kreatif.

Inovasi yang berhasil berasal dari proses berpikir mengenai ide-ide yang baru

dalam rangka memuaskan pelanggan. Oleh karenanya, inovasi yang efektif

melibatkan tiga dimensi yaitu sebagai berikut : 1. Generating ideas; keterlibatan individu dan tim dalam menghasilkan ide untuk memperbaiki produk, proses dan

layanan yang ada dan menciptakan sesuatu yang baru. 2. Harvesting ideas;

melibatkan sekumpulan orang untuk mengumpulkan ide-ide yang telah ada dan

melakukan evaluasi terhadap ide-ide tersebut. 3. Developing and implementing ideas; mengembangkan ide-ide yang telah terkumpul dan selanjutnya mengimplementasikan ide-ide tersebut.

Schaefer dan Lamm (1986:58) menyatakan pada umumnya inovasi dapat

diklasifikasi atas dua kelompok yakni : (a). Penemuan baru (discovery) yang mencakup semua penemuan atas eksistensi dari suatu aspek kenyataan. (b).

Penemuan baru (invention) yang mencakup hasil-hasil penemuan apabila unsur-unsur budaya yang dikombinasikan menjadi satu bentuk yang tidak ada

sebelumnya. Sedangkan Drucker (1985:33) menyatakan gagasan baru atau

inovasi (innovations) merupakan konsep yang dapat menjadi alat untuk melakukan perubahan sosial. Gagasan baru dapat berwujud sebagai ide,

pengetahuan ataupun peralatan fisik yang dapat dipelajari dan dipraktekkan untuk

(22)

Menurut Inkeles dikutip dalam Ibrahim (1988:86) mengartikan proses

modernisasi dikaitkan dengan perilaku inovatif sebagai proses perubahan

kehidupan masyarakat, ditekankan bahwa perubahan kehidupan akibat perilaku

inovatif modernisasi ini diikuti oleh perubahan sikap, sifat atau gaya hidup

individu-individu. Hal ini dapat menemukan 11 aspek yang menjadi tanda

manusia berperilaku inovatif modern, yaitu: 1) Bersikap terbuka terhadap inovasi.

2) Mempunyai persepsi positif terhadap potensi inovasi. 3) Menghargai kreatifitas

inovasi seseorang. 4) Selalu siap menghadapi perubahan sosial. 5) Berpandangan

yang luas. 6) Memiliki dorongan ingin tahu yang kuat. 7) Berorientasi pada masa

sekarang dan masa yang akan datang dari pada masa yang lampau. 8) Berorientasi

dan percaya pada perencanaan. 9) Lebih percaya pada hasil perhitungan manusia

dan pemikiran manusia dari pada takdir atau pembawaan. 10) Menghargai

keterampilan manusia seutuhnya. 11) Menyadari sepenuhnya dampak keputusan

yang dibuatnya.

George dan Zhou (2001:513-514) menyatakan tentang karakter dari

individu yang memiliki perilaku inovatif adalah 1) Mencari tahu teknologi baru,

proses, teknik dan ide-ide baru. 2) Menghasilkan ide-ide kreatif. 3) Memajukan

dan memperjuangkan ide-ide ke orang lain. 4) Meneliti dan menyediakan sumber

daya yang diperlukan untuk mewujudkan ide-ide baru. 5) Mengembangkan

rencana dan jadwal yang matang untuk mewujudkan ide baru tersebut.

Droge dan Makland (1995:234) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang

(23)

pasar yang bersifat dinamis, maka organisasi perusahaan harus selalu memberi

dukungan dan motivasi kepada para anggota karyawan agar meningkatkan

perilaku inovatif dalam kinerja perusahaan. Sehingga perusahaan selalu terlibat

dalam inovasi yang merupakan kebutuhan mendasar dalam suatu perusahaan

untuk menciptakan keunggulan kompetitif. Menurut Stata (1989:68) menyatakan

bahwa istilah inovasi berkaitan erat dengan teknologi yang berfungsi membuka

wawasan perusahaan tentang suatu produk baru atau meningkatkan desain dan

manufaktur dari produk (layanan) yang sudah dimiliki perusahaan. Lebih lanjut

Stata (1989:73) mengemukakan bahwa penciptaan teknologi itu sendiri berasal

dari imformasi dan pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh dari kepribadian

atau individu yang selalu menciptakan ide baru dalam perusahaan.

Amabile (1996:307) menyatakan bahwa inovasi sebagai penerapan yang

berhasil dari gagasan kreatif dalam perusahaan. Inovasi merupakan sebuah

mekanisme perusahaan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis. Oleh

karena itu perusahaan dituntut untuk mampu menciptakan penilaian-penilaian

baru, ide-ide baru dan menawarkan produk yang inovatif serta peningkatan

kinerja layanan yang memuaskan pelanggan.

Dari perspektif atau pendekatan perilaku organisasi perusahaan dapat

dilihat bahwa perilaku inovatif individu dalam bekerja pada umumnya bersifat

kompleks. Perwujudan perilaku yang inovatif tidak dapat dilepaskan dari persepsi

individu terhadap situasi atau kepuasan kerja individu itu sendiri. Gambaran

(24)

dalam membangun dan mendukung perilaku individu agar lebih bersikap inovatif

dalam bekerja. Perilaku kerja individu yang bersifat inovatif dalam organisasi

perusahaan merupakan hasil yang diperoleh dari rangkaian aktivitas individu

dalam melakukan persepsi dan mengekspresikan sikapnya.

Barney dan Griffin (1992:98) dalam fungsi manajemen sumber daya

manusia yang paling penting dalam organisasi adalah mengelola perilaku kerja

individu yang inovatif dalam rangka melaksanakan kewajibannya untuk

membantu pencapaian tujuan organisasi. Individu sebagai karyawan bukanlah

robot yang perilakunya dapat dikendalikan secara mekanistis. Pimpinan

organisasi perusahaan harus dapat mengetahui dan memahami setiap situasi yang

dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku individu dalam organisasi.

Sesuai dengan hakikat inovatif yang menunjuk pada sifat memperkenalkan

sesuatu yang baru atau bersifat pembaharuan, dapat dinyatakan bahwa perilaku

inovatif adalah perilaku yang muncul sebagai bagian dari perilaku nonformal.

Berkaitan dengan inovasi, Stephen (2006:25) mengemukakan bahwa organisasi

sangat memerlukan inovasi agar terhindar dari kandidat kepunahan, karena

melalui inovasi dapat dijaga fleksibilitas, perbaikan kualitas secara terus-menerus,

sehingga menghasilkan produk dan jasa yang inovatif. Dikaitkan dengan

pendidikan, pentingnya inovasi di sekolah, karena sekolah yang tidak

memprioritaskan program inovasi akan ditinggalkan oleh masyarakat. Jadi

inovasi adalah pembaharuan atau penemuan dan pengenalan sesuatu yang baru

(25)

metode atau alat. Inovasi adalah segala usaha yang menghasilkan produk, proses,

prosedur yang lebih baik, atau cara baru dan lebih baik dalam mengerjakan

berbagai hal, yang diperkenalkan oleh individu, kelompok atau institusi sekolah.

Organisasi perusahaan, pendidikan sebagai salah satu usaha dan lembaga

yang harus melakukan pembaharuan dalam memenuhi tuntutan kebutuhan

pelanggan yang mengalami akselerasi perubahan seiring dengan perkembangan

ilmu dan teknologi. Untuk itu sebuah organisasi perusahaan sangat membutuhkan

seorang pemimpin yang memiliki perilaku inovatif yang mampu melakukan

berbagai inovasi sesuai dengan situasi dan perkembangan persaingan global.

Seorang pemimpin yang inovator harus dapat mencari, dan menemukan berbagai

pembaharuan di dalam perusahaan dan kemudian dapat dilaksanakan secara

bersama dengan para anggota/bawahan sehingga dapat terciptanya berbagai

pembaharuan di dalam perusahaan. Sehubungan dengan penerapan inovasi dalam

suatu organisasi, Rogers dikutip dalam Komariah dan Triatna (2008:24)

menjelaskan tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut: 1) tahap pengetahuan,

yaitu saat seseorang diberitahu atau berusaha mengetahui hakikat dan manfaat

inovasi. 2) tahap bujukan, yaitu ketika seseorang atau sekelompok orang mulai

menyenangi atau meragukan inovasi. 3) tahap keputusan, yaitu ketika seseorang

atau sekelompok orang menentukan sikap menerima atau menolak inovasi. 4)

tahap implementasi, yaitu ketika seseorang atau sekelompok orang mulai

(26)

atau sekelompok orang mencari penguatan terhadap keputusan inovasi yang telah

diambil.

Porter dikutip dalam Cohen dan Gattiker (2001:302) komitmen organisasi

sebagai suatu sikap yang relatif stabil sebagai keyakinan dan penerimaan yang

kuat atas nilai-nilai dan tujuan organisasi, suatu kemauan untuk berusaha

menggunakan segala daya bagi kepentingan organisasi, dan berkeinginan kuat

untuk tetap menjadi anggota organisasi. Kim dan Rowley (2005:112) komitmen

organisasi merupakan motor penggerak bagi hidup atau tidaknya suatu organisasi,

sehingga sejak tahun 1970-an komitmen organisasi (organizational commitment)

menjadi salah satu topik manajemen yang sangat menarik dan popular baik

dikalangan akademisi, praktisi, karyawan maupun para pengambil kebijakan

bisnis. Berbagai penelitian telah membuktikan adanya kaitan erat antara

komitmen organisasi dengan kepuasan kerja. Menurut Guest (1987:102)) Pada

penelitian ini komitmen organisasi dipandang secara parsial sebagai faktor

determinan atau penentu atau faktor terpengaruh (effected factor) atau akibat dari faktor lain. Sebagai suatu variabel dalam penelitian ini, komitmen organisasi is best seen as an intervening variable. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi memiliki sejumlah antesenden atau faktor determinan yang dapat

mempengaruhi intensitasnya dan sekaligus memiliki sejumlah dampak atau

konsekuensi perilaku.

Mangkunegara (2005:75) menyatakan kepuasan kerja merupakan perasaan

(27)

atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan

pekerja lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi

perusahaan, mutu pengawasan, umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan

pendidikan. Sedangkan Robbins dan Judge (2008:79) mengemukakan bahwa Job

satisfaction as a positive feeling about one’s job resulting from an evaluation of its characteristics. Berdasarkan pernyataan tersebut kepuasan kerja dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu 1) ungkapan perasaan, 2) imbalan kerja untuk

memenuhi kebutuhan, 3) reaksi berupa tindakan.

Menurut Locke dikutip dalam Munandar (2001:350) menyatakan bahwa

tenaga kerja yang puas dan merasa senang dengan pekerjaannya akan lebih

produktif, kreatif dan inovatif dari pada karyawan yang tidak terpuaskan yang

merupakan suatu ajaran dasar bagi para manajer perusahaan selama

bertahun-tahun.

Menurut Godard dan Delaney (2000:204) menyatakan bahwa kinerja yang

positif sebagai kekuatan inovatif yang merupakan bagian dari penciptaan

hubungan manajemen dan karyawan yang lebih kooperatif yang selalu

mendukung komitmen karyawan untuk bekerja lebih keras. Paradigma baru ini

didukung dengan penugasan kerja fleksibel, cross training, team work yang didukung oleh sistem kompensasi berbasis kinerja, partisipasi karyawan formal,

(28)

Menurut Esiyannera (1991:37) menyatakan bahwa kepuasan kerja seseorang

dapat mempengaruhi perilaku dan komitmen kerja seseorang, misalnya dalam

bentuk efektivitas kerja, prestasi kerja, partisipasi aktif, dan kemauan untuk tetap

menjadi anggota.

Berdasarkan pandangan dan teori dari para ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa dampak perilaku yang timbul oleh komitmen organisasi dan kepuasan

kerja dalam penelitian ini difokuskan pada konsekuensi perilaku inovatif

(Innovative behavior) positif individu tertentu yang secara empiris dapat dikembangkan oleh manajemen organisasi atau perusahaan. Unsur-unsur perilaku

inovatif yang didorong komitmen organisasi dan kepuasan kerja ini sejalan

dengan harapan bagi suatu perusahaan, yang membutuhkan perilaku positif dari

individu sebagai karyawan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis tertarik

(29)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka penulis

mengidentifikasi masalah-masalah yang ada sebagai berikut :

1. Bagaimana deskripsi perilaku inovatif pada karyawan PT. Java Gloves

Perdana ?

2. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap komitmen organisasi pada

PT. Java Gloves Perdana ?

3. Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap perilaku inovatif pada

PT. Java Gloves Perdanan ?

4. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap perilaku inovatif pada PT.

Java Gloves Perdana ?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui deskripsi perilaku inovatif pada karyawan PT. Java

Gloves Perdana.

2. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi

pada PT. Java Gloves Perdana.

3. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap peningkatan

perilaku inovatif pada PT. Java Gloves Perdana.

4. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap perilaku inovatif

(30)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa :

1. Bagi organisasi/perusahaan, untuk memberikan saran dan masukan yang

bermanfaat mengenai pentingnya peningkatan perilaku inovatif dalam

organisasi melalui komitmen organisasi dan kepuasan kerja, sehingga

organisasi/perusahaan dapat bersaing dan beradaptasi dalam lingkungan

global.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma, dengan penelitian ini diharapkan dapat

membantu dalam meningkatkan perilaku inovatif para dosen dan

mahasiswa melalui komitmen berorganisasi dan kepuasan kerja.

3. Bagi peneliti, menambah ilmu dan pengetahuan serta imformasi yang

digunakan dalam penulisan penelitian ini.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara

keseluruhan dalam penulisan proposal skripsi. Adapun sistematika penulisan

adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian pustaka dan hipotesis, terdiri atas teori-teori yang

berhubungan dengan pokok pembahasan berisikan pengertian manajemen sumber

(31)

kepuasan kerja, teori-teori kepuasan kerja, dimensi kepuasan kerja, efek kepuasan

kerja. Pengertian komitmen organisasi, aspek-aspek komitmen organisasi,

faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi. Pengertian perilaku inovatif,

aspek-aspek perilaku inovatif, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku inovatif.

Peningkatan perilaku inovatif melalui komitmen organisasi dan kepuasan kerja.

Kerangka pemikiran, dan hipotesis.

Bab III Metode penelitian yang terdiri dari lokasi penelitian, metode

penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, populasi dan

sampel, metode analisis data, dan pengukuran instrument penelitian.

Bab IV Gambaran umum perusahaan yang terdiri dari, sejarah singkat PT.

Java Gloves Perdana, visi dan misi, uraian proses pembuatan produk, struktur

organisasi dan uraian tugas.

Bab V hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi profil

responden, analisis persepsi responden mengenai kepuasan kerja, komitmen

organisasi, dan perilaku inovatif, hasil penelitian, uji validitas, uji reliabilitas, uji

hipotesis penelitian, dan pembahasan.

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1.Manajemen Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan human capital, karena sumber daya manusia memberikan kontribusi terhadap profitabilitas. Seringkali

juga disebut sebagai modal intelektual (intellectual capital), Karena kemampuan memberikan ide-ide cemerlang dalam pengembangan organisasi. Gaynor

(2012:14) menjelaskan bahwa Human resources is a very important factor as driver in the face of global current area. The competitiveness of an organization depends on human resources owned.

Menurut Bangun (2012:5) menyatakan bahwa untuk mendefinisikan

manajemen sumber daya manusia perlu pemahaman pada dua fungsi antara lain,

fungsi-fungsi manajerial (managerial functions) dan operasional (operational functions). Berdasarkan sumber daya-sumber daya yang ada pada organisasi, maka manajemen dapat dibagi ke dalam manajemen sumber daya manusia,

keuangan, operasi/produksi, dan pemasaran. Fungsi-fungsi manajemen tersebut

akan berkaitan dengan setiap bidang manajemen. Manajemen sumber daya

manusia melakukan kegiatan, perencanaan, pengorganisasian, penyusunan

personalia, penggerakan, dan pengawasan terhadap fungsi-fungsi operasionalnya,

(33)

lainnya melakukan hal yang sama pada arah yang berbeda, tetapi memiliki

keterkaitan antar satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan organisasi secara

keseluruhan. Tentunya fungsi operasional pada setiap bidang manajemen tersebut

berbeda. Fungsi operasional manajemen sumber daya manusia berkaitan dengan

pengelolaan manusia dalam organisasi, seperti pengadaan, pengembangan,

pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga

kerja. Demikian pula dengan manajemen keuangan, produksi/operasi, dan

pemasaran yaitu melaksanakan kegiatan-kegiatan manajemen terhadap

fungsi-fungsi operasionalnya masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi.

Manajemen sumber daya manusia atau sering pula disebut sebagai manajemen

kepegawaian atau manajemen personalia merupakan anak atau cabang dari pada

manajemen. Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu cabangnya,

maka mempunyai sasaran yang sama dengan manajemen, dengan tekanan utama

terpeliharanya human relationships yang baik antar individu dan bahwa setiap individu berusaha memberikan kontribusinya yang optimal dalam pencapaian

tujuan organisasi.

Menurut Flipo dikutip dalam Manullang (1996:143) menyatakan Personal managements is the planning, organizing, directing and controlling of the procurement, development compensation, integration and maintenance of people for the purpose of contributing to organizational, individual and societal goals.

Menurut Siagian (2009:27) menyatakan bahwa manajemen sumber daya

(34)

oleh para pekerja dalam organisasi ke arah tercapainya tujuan organisasi. Maka

terbentuknya satuan organisasi yang mengelola sumber daya manusia

dimaksudkan bukan sebagai tujuan, akan tetapi sebagai alat untuk meningkatkan

efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja organisasi sebagai keseluruhan.

Kusdyah (2008:3) memberikan defenisi manajemen sumber daya manusia

merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,

pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia, agar tercapai

berbagai individu, organisasi dan masyarakat.

Menurut Mondy (2008:4) mengemukakan bahwa manajemen sumber daya

manusia adalah pemanfaatan sejumlah individu untuk mencapai tujuan-tujuan

organisasi. Konsekuensinya, para manajer disetiap tingkat harus melibatkan diri

mereka dengan manajemen sumber daya manusia. Pada dasarnya, semua manajer

membuat segala sesuatunya terselesaikan melalui upaya-upaya lain, ini

memerlukan sumber daya manusia yang efektif.

Menurut Hasibuan (2013:10-12) berpendapat bahwa manajemen sumber daya

manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar

efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan

masyarakat. Manajemen sumber daya manusia mempunyai komponen-komponen

yang merupakan bagian dari tenaga kerja manusia, komponen tersebut saling

mendukung satu sama lainnya di dalam perusahaan. Adapun komponen-komponen

(35)

1. Pengusaha, adalah setiap orang yang menginvestasikan modalnya untuk

memperoleh pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak menentu

tergantung laba yang dicapai perusahaan tersebut.

2. Karayawan, merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa

keikutsertaan mereka aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan

berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses dan tujuan yang

ingin dicapai.

3. Pemimpin atau manajer, adalah seseorang yang mempergunakan wewenang

dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggungjawab

atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan.

Sutrisno (2013:7) mendefenisikan manajemen sumber daya manusia sebagai

suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas

pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan

pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi

perusahaan secara terpadu.

Rivai (2009:1) mengemukakan bahwa manajemen sumber daya manusia

merupakan salah satu bidang dari manajemen yang meliputi segi-segi

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Karena sumber

daya manusia dianggap semakin penting peranannya dalam pencapaian tujuan

organisasi, maka berbagai pengalaman dan penelitian dalam bidang sumber daya

(36)

sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya mengelola sumber

daya manusia.

Minat yang semakin meluas di kalangan para ahli tentang manajemen

sumber daya manusia berakibat positif dalam mengelola sumber daya manusia

dalam organisasi. Semua perkembangan dan pandangan para ahli tentang

manajemen sumber daya manusia dapat disimpulkan pada suatu prinsip yang

sangat fundamental, yaitu bahwa manusia tidak mungkin diperlakukan sama

dengan alat produksi lainnya, melainkan harus diperlakukan sesuai harkat dan

martabatnya. Maka “benang merah” yang tampak dalam pembahasan mengenai

manajemen sumber daya manusia ialah bahwa karena manusia merupakan unsur

terpenting dalam setiap dan semua organisasi, keberhasilan organisasi mencapai

tujuan dan berbagai sasarannya serta kemampuannya menghadapi berbagai

tantangan, baik yang sifatnya eksternal maupun internal, sangat di tentukan oleh

(37)

2.1.2. Kepuasan Kerja

2.1.2.1. Pengertian Kepuasan Kerja

Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individu, setiap

individu memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda-beda sesuai dengan sistem

nilai-nilai yang berlaku pada dirinya, ini disebabkan oleh adanya perbedaan pada

dirinya, dan masing-masing individu. Seorang karyawan yang puas lebih menyukai

pekerjaannya dari pada yang tidak puas. Menurut Inkeles et al dikutip dalam Ibrahim (1988:86) mengartikan proses modernisasi dikaitkan dengan perilaku

inovatif sebagai proses perubahan kehidupan masyarakat, ditekankan bahwa

perubahan kehidupan akibat perilaku inovatif modernisasi ini diikuti oleh

perubahan sikap, sifat atau gaya hidup individu-individu.

Barney dan Griffin (1992:34) kepuasan kerja merupakan seperangkat

perasaan individu tentang persepi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan

dari lingkungan organisasi dan pekerjaan yang dilakukan. Kim dan Newstroom

(1993:88) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai kesesuaian antara harapan

seseorang yang timbul dan imbalan yang diterima dari pekerjaan.

Defenisi tekstual kepuasan kerja yang dikembangkan oleh Luthans (1985:96)

menyatakan bahwa “Job satisfaction as a pleasurable or positive emotional state

resulting from the appraisal of one’s job or job experience. Job satisfaction is a result of employees perception of how well their job provides those things which

are viewed as important”. Defenisi tersebut menunjukan bahwa kepuasan kerja

(38)

yang diberikan organisasi dengan memberi pemaknaan penting atau tidaknya

pekerjaan.

Menurut Martowo (2000:76) menyatakan bahwa kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional karyawan di mana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan dengan

tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan.

Balas jasa kerja karyawan baik berupa finansial maupun yang non-finansial.

Kepuasan kerja yang dirasakan karyawan pada umumnya tercermin pada

sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi

ataupun yang ditugaskan kepadanya dilingkungan kerja. Sebaliknya apabila

kepuasan kerja tidak tercapai maka dapat berakibat buruk terhadap perusahaan.

Akibat buruk itu berupa kemalasan, kemangkiran, mogok kerja, pergantian tenaga

kerja dan akibat buruk yang merugikan lainnya.

Mengacu pada teori kepuasan kerja menurut Luthans (1985:105) menyatakan ada

tiga dimensi penting dalam kepuasan kerja yaitu:

1. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan suatu tanggapan atau respon

emosional individu terhadap situasi kerja.

2. Kepuasan kerja ditentukan oleh kesesuaian antara hasil yang diperoleh dengan

harapan.

(39)

Dari beberapa defenisi tentang kepuasan kerja diatas, mengidentifikasikan

bahwa kepuasan kerja berkaitan erat dengan aspek-aspek keadilan, kontrak

psikologis antara individu dengan organisasi, dan motivasi individu. Semakin

banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan harapan

individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja yang terjadi dalam organisasi.

2.1.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Ada 5 (lima) faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja menurut Kreitner dan

Kinicki (2001:225) yaitu sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment), kepuasan ditentukan oleh tingkat karakteristik pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk

memenuhi kebutuhannya.

2. Perbedaan (Discrepancies), kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan, pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang

diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari pekerjaannya. Bila harapan

lebih besar dari pada apa yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya

individu akan puas bila menerima manfaat diatas harapan.

3. Pencapaian nilai (Value attainment), kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.

(40)

5. Komponen genetik (Genetic components), kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Hal ini menekankan perbedaan sifat individu

mempunyai arti penting untuk menjelaskan kepuasan kerja disamping

karakteristik lingkungan pekerjaan.

Selain penyebab kepuasan kerja, ada juga faktor penentu kepuasan kerja,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan itu sendiri (work it self), setiap pekerjaan memerlukan suatu ketrampilan tertentu sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sukar tidaknya

suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan

dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi

kepuasan.

2. Hubungan dengan atasan (supervision) kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja adalah tenggang rasa (consideration). Hubungan fungsional mencerminkan sejauhmana atasan membantu tenaga

kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja.

Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antar pribadi yang

mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa, misalnya keduanya

mempunyai pandangan hidup yang sama. Tingkat kepuasan kerja yang paling

besar dengan atasan adalah jika keduanya membangun hubungan kerja sama

(41)

tenaga kerja akan meningkat motivasinya dan sekaligus merasa puas dengan

pekerjaanya.

3. Teman sekerja (workers), merupakan faktor yang mempererat hubungan antara pegawai dan atasanya dan juga bersama teman sekerja, baik yang sama

maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.

4. Promosi (promotion), merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.

5. Gaji atau Upah (pay), merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

2.1.2.3. Teori-teori Kepuasan Kerja

Ada beberapa teori kepuasan yang membahas dimensi kepuasan kerja,

diantaranya yaitu teori keadilan (equity theory) dari Adam, teori perbedaan

(discrepancy theory) dari Porter, teori pemenuhan kebutuhan (need fulfillment theory) dari Schaffer, teori pandangan kelompok (social reference group theory) dari Alderfer, teori pengharapan (expectancy theory) dari Victor vroom, dan teori dua faktor dari Herzberg.

1. Teori Keadilan (Equity Theory)

(42)

pendidikan, pengalaman, usaha, peralatan pribadi, jumlah jam kerja, dan

sebagainya. Output adalah semua nilai yang diterima pegawai dan dia peroleh dari pekerjaannya, misalnya upah, keuntungan tambahan, status symbol, dan

kesempatan untuk berprestasi atau mengekspresikan diri. Comparison person

adalah seorang pegawai dalam organisasi yang sama, seorang pegawai dalam

organisasi yang berbeda, atau dirinya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya. Menurut

teori ini puas atau tidak puasnya pegawai merupakan hasil dari membandingkan

antara input-output dirinya dengan input-output dengan pegawai lainnya

(comparison person). Jika perbandingan tersebut dirasakan adil maka pegawai tersebut akan merasa puas. Akan tetapi jika terjadi ketidakadilan (in-equity), dapat menyebabkan dua kemungkinan, yaitu ketidakadilan yang menguntungkan dirinya

(over compensation inequity) dan ketidakadilan yang menguntungkan pegawai lain

(under compensation in-equity).

2. Teori Perbedaan (Discrepancy Theory)

Teori perbedaan (Discrepancy Theory) pertama kali dikembangkan oleh Porter dikutip dalam Mangkunegara (2003:20) yang berpendapat bahwa untuk

mengukur kepuasan kerja dapat dilakukan dengan cara membandingan dengan hal

yang seharusnya dengan kenyataan yang dialami pegawai. Locke dikutip dalam

Mangkunegara (2003:73) menyatakan bahwa kepuasan kerja pegawai tergantung

dari perbedaan antara sesuatu yang diperoleh dengan yang diharapkan pegawai.

Apabila yang diperoleh pegawai ternyata lebih besar dari pada yang diharapkan

(43)

3. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need fulfillment theory)

Teori pemenuhan kebutuhan dikembangkan oleh Schaffer dikutip dalam Staw

(1991:108) yang menyatakan bahwa “Job satisfaction will vary directly with the extent to which those needs of an individual which can be satisfied are actually

satisfied”. Pernyataan ini juga dipertegas oleh Mankunegara (2003:73) yang

menyatakan bahwa kepuasan kerja pegawai tergantung pada terpenuhi atau

tidaknya kebutuhan pegawai, dan pegawai akan merasa puas apabila ia

mendapatkan sesuatu yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai

terpenuhi maka semakin puas pegawai tersebut dan sebaliknya.

4. Teori Pandangan Kelompok (Social Reference Group Theory)

Menurut Mangkunegara (2003:73) menerangkan teori pandangan kelompok

(Social Reference Group Theory), bahwa kepuasan kerja pegawai bukan tergantung pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat tergantung pada pandangan dan

pendapatan kelompok, yang oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok acuan.

Kelompok acuan tersebut oleh pegawai dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai

diri maupun lingkungannya. Jadi pegawai akan merasa puas apabila pekerjaan yang

dikerjakan sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok

(44)

5. Teori Motivasi Dua Faktor (Two-Factors Theory of Motivation)

Menurut Two-Factors Theory of Motivation dari Herzberg dikutip dalam Mankunegara (2003:74) ada dua faktor yang dapat menyebabkan kepuasan dan

ketidakpuasan pegawai, yaitu maintenance factors dan motivational factors.

Maintenance factors disebut pula dissatisfaction, higiene factors, job context and extrinsic factors. Maintenance factors adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakekat manusia yang ingin memperoleh ketentraman

badania, yang meliputi gaji, teknik dan kualitas supervise, administrasi dan kebijaksanaan perusahaan, kualitas hubungan interpersonal diantara rekan sekerja

dan juga dengan atasan, keamanan kerja, status, tunjangan tambahan, dan kondisi

kerja. Hilangnya faktor-faktor pemeliharaan ini dapat menyebabkan timbulnya

ketidakpuasan dan absensi karyawan, bahkan dapat menyebabkan banyak karyawan

yang keluar. Motifation factors adalah salah satu faktor yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan

pekerjaan. Luthans dikutip dalam Mankunegara (2003:396) menyatakan bahwa

Motivation Factors berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan yang melipitu prestasi, penghargaan,

tanggungjawab, dan kemajuan atau promosi.

6. Teori Pengharapan (Expectancy Theory)

Teori Pengharapan (Expectancy Theory) dikembangkan oleh Victor Vroom dalam Kim dan Newstrom (1993:93) menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu

(45)

tersebut memungkin adanya aksi tertentu yang akan menuntunnya. Aksi dapat

dilakukan oleh pegawai dengan cara berusaha mengembangkan kepribadian dengan

mengikuti kursus pelatihan. Hasil yang dicapai secara primer adalah promosi

jabatan dan gaji yang lebih tinggi. Hasil sekunder adalah status menjadi lebih tinggi

sehingga ada dorongan dari dalam diri untuk mencapai kepuasan.

2.1.2.4. Dimensi Kepuasan Kerja

Menurut Smith dikutip dalam Luthans (1985:32) terdapat lima dimensi yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja yaitu :

a. Pekerjaan itu sendiri, yaitu bagaimana memberikan tugas-tugas yang menarik

utuk karyawan, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima

tanggung jawab.

b. Rekan Kerja, yaitu rekan kerja memiliki kecakapan secara teknis dan mudah

untuk bekerja sama atau mendukung secara social. Rekan sahabat yang

bersahabat dan kooperatif akan memberikan kepuasan kerja kepada karyawan

karena merasa enjoy dalam bekerja.

c. Gaji, yaitu gaji sangat berpengaruh terhadap kepuasan kerja tetapi secara

lebih luas juga menggambarkan berbagai dimensi dari kepuasan.

d. Kesempatan promosi, yaitu kesempatan untuk memperoleh jabatan yang lebih

tinggi atau pengembangan karir.

(46)

2.1.2.5. Efek Kepuasan Kerja

Menurut Hasibuan (2003:64) Kepuasan kerja akan memberikan efek

terhadap beberapa aspek, yaitu kinerja, kemangkiran dan keterlambatan, pindah

kerja, komitmen terhadap organisasi. Individu yang merasa puas akan pekerjaan,

otomatis akan meningkatkan produktivitasnya dalam bekerja, baik itu ketepatan

dalam kehadiran jam kerja, komitmen untuk tetap mempertahankan pekerjaan di

perusahaan tersebut sehingga termotivasi untuk tidak pindah kerja.

2.1.3. Komitmen Orgnanisasi

2.1.3.1. Pengertian komitmen organisasi

Menurut Robbins dan Judge (2008:100) komitmen organisasional

(organizational commitment) adalah suatu keadaan di mana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk

mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Jadi, keterlibatan

pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seorang individu,

sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang

merekrut individu tersebut.

Sedangkan menurut Moorhead dan Griffin (2013:73) komitmen organisasi

(organizational commitment) adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya. Seseorang individu

yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota

(47)

komitmen organisasi (organizational commitment) mencerminkan tingkatan dimana seseorang mengenali sebuah organisasi dan terikat pada tujuan-tujuannya.

Komitmen organisasi adalah kuatnya pengenalan dan keterlibatan seseorang

dalam suatu organisasi tertentu. Luthans (1985:56) menyatakan sebagai sikap,

komitmen organisasi paling sering didefenisikan sebagai berikut:

1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu

2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi

3. Keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi.

Dengan kata lain, hal ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas

karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi

mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan

yang berkelanjutan.

Robbins (2006:19) komitmen organisasi merupakan usaha untuk

mengidentifikasikan diri dan melibatkan diri dalam organisasi dan berharap tetap

menjadi anggota organisasi. Mowday (1982:34) mendefenisikan komitmen sebagai

kekuatan relatif dari identifikasi individu dan keterlibatannya dengan organisasi

kerja. Komitmen sebagai suatu kekuatan atau setting pemikiran yang mengikat

individu kedalam suatu tindakan untuk terikat kepada suatu tujuan atau lebih.

Dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah keadaan psikologis

individu yang berhubungan dengan keyakinan, kepercayaan dan penerimaan yang

kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan yang kuat untuk bekerja

(48)

2.1.3.2. Aspek-aspek komitmen organisasi

Menurut Steer (1983:55) mengelompokkan komitmen organisasi menjadi tiga

aspek yaitu:

a. Identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi, di mana

penerimaan ini merupakan dasar komitmen organisasi. Identifikasi pegawai

tampak melalui sikap menyetujui kebijakan organisasi, kesamaan nilai pribadi,

dan nilai-nilai organisasi, rasa kebangaan menjadi bagian dari organisasi.

b. Keterlibatan, yaitu adanya kesediaan untuk berusaha sungguh-sungguh pada

organisasi. Keterlibatan sesuai peran dan tanggungjawab pekerjaan di

organisasi tersebut. Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima

hampir semua tugas dan tanggungjawab yang diberikan padanya.

c. Loyalitas, yaitu adanya keinginan yang kuat untuk menjaga keanggotaan di

dalam organisasi. Loyalitas terhadap organisasi merupaka evaluasi terhadap

komitmen, serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dan

pegawai. Pegawai dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan

rasa memiliki terhadap organisasi.

Robbins dan Judge (2008:101) menyatakan bahwa ada tiga dimensi terpisah

komitmen organisasional adalah:

(49)

2. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment) adalah komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan keluarganya karyawan dari

organisasi. Hal ini karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit.

3. Komitmen normatif (normative commitment) adalah kewajiban untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan moral dan etis.

2.1.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi

Steer (1983:62) membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap

perusahaan menjadi empat kategori, yaitu :

1. Karakteristik personal

Karakteristik personal mencakup usia, masa jabatan, motif berprestasi, jenis

kelamin, ras, dan faktor kepribadian. Sedangkan tingkat pendidikan

berkorelasi negatif dengan komitmen terhadap perusahaan. Karyawan yang

lebih tua dan lebih lama bekerja secara konsisten menunjukkan nilai komitmen

yang tinggi.

2. Karateristik pekerjaan

Karakteristik pekerjaan meliputi kejelasan serta keselarasan peran, umpan

balik, tantangan pekerjaan, otonomi, kesempatan berinteraksi, dan dimensi inti

pekerjaan. Biasanya, karyawan yang bekerja pada level pekerjaan yang lebih

tinggi nilainya dan karyawan menunjukkan level yang rendah pada konflik

(50)

3. Karakteristik struktural

Faktor-faktor yang tercakup dalam karakteristik struktural antara lain ialah

derajat formalisasi, ketergantungan fungsional, desentralisasi, tingkat

partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan fungsi kontrol dalam

perusahaan. Atasan yang berada pada organisasi yang mengalami

desentralisasi dan pada pemilik pekerja kooperatif menunjukkan tingkat

komitmen yang tinggi.

4. Pengalaman bekerja

Pengalaman bekerja dipandang sebagai kekuatan sosialisasi yang penting, yang

mempengaruhi kelekatan psikologis karyawan terhadap perusahaan.

Pengalaman kerja terbukti berkorelasi positif dengan komitmen terhadap

perusahaan sejauh menyangkut taraf seberapa besar karyawan percaya, bahwa

perusahaan mempertahankan minatnya, merasakan adanya kepentingan pribadi

dengan perusahaan, dan seberapa besar harapan-harapan karyawan dapat

terpenuhi dalam pelaksanaan pekerjaannya.

2.1.4. Perilaku Inovatif

2.1.4.1. Pengertian Perilaku Inovatif

Perilaku inovatif sangat berkaitan dengan inovasi. Inovasi dan perilaku

inovatif merupakan perubahan sosial. Perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari

perubahan tersebut. Inovasi menekankan pada ciri adanya sesuatu yang diamati

(51)

Sedangkan, perilaku inovatif menekankan pada adanya sikap kreatif agar

terjadi proses perubahan sikap dari yang tradisional ke moderen, atau dari sikap

yang belum maju ke yang sudah maju.

Menurut Makmur dan Thahier (2015:9) berpendapat bahwa kata inovasi

berasal dari bahasa Inggris innovation berarti perubahan. Inovasi dapat didefenisikan sebagai sebagai suatu proses kegiatan atau pemikiran manusia untuk

menemukan sesuatu yang baru yang berkaitan dengan input, proses, dan output

serta dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia. inovasi yang berkaitan

dengan input diartikan sebagai pola pemikiran atau ide manusia yang

disumbangkan pada temuan baru. Inovasi yang berkaitan dengan proses lebih

berorientasi pada metode, teknik ataupun cara bekerja dalam menciptakan sesuatu

yang baru. Sedangkan inovasi yang berkaitan dengan output ditujukan pada hasil

yang telah dicapai terutama penggunaan pola pemikiran dan metode atau teknik

kerja yang telah dilakukan.

Menurut Fajrianthi (2012:106) perilaku inovatif didefenisikan sebagai tindakan

individu yang mengarah pada pemunculan, pengenalan dan penerapan dari sesuatu

yang baru dan menguntungkan; seperti pengembangan ide produk baru atau

teknologi-teknologi untuk proses kerja yang secara signifikan meningkatkan

efisiensi dan efektifitas mereka.

(52)

level. Innovative behavior of employees is a necessary condition for incremental, bottom-up innovations to occur.

Menurut Wess dan Farr dikutip dalam De Jong dan Kemp (2003:108) perilaku

inovatif adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan,

memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal yang baru, yang bermanfaat dalam

berbagai level organisasi. Perilaku inovatif sering dikaitkan dengan kreatifitas

karyawan. Namun, Menurut De Jong dan Zoetermeer (2004: 120) menyatakan

bahwa keduanya memiliki konstruk perilaku yang berbeda, di mana kreatifitas

dapat dilihat pada tahap pertama dari proses perilaku inovatif yang dibutuhkan

karyawan untuk menghasilkan ide-ide baru. Sedangkan perilaku inovatif memiliki

proses yang lebih kompleks karena ide-ide tersebut akan sampai pada tahap

aplikasi.

Perilaku inovatif merupakan perilaku yang memunculkan, meningkatkan dan

menerapkan ide-ide baru dalam tugasnya, lingkungan kerja atau organisasinya.

Menurut Inkeles et al dikutip dalam Purba (2009:203) mengartikan proses modernisasi dikaitkan dengan perilaku inovatif sebagai proses perubahan kehidupan

masyarakat, ditekankan bahwa perubahan kehidupan akibat perilaku inovatif

modernisasi ini diikuti oleh perubahan sikap, sifat atau gaya hidup

individu-individu dalam masyarakat.

Berdasarkan defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku inovatif

adalah keseluruhan tindakan individu yang memunculkan, mengenalkan, dan

(53)

2.1.4.2. Aspek-Aspek Perilaku Inovatif

Menurut Inkeles et al dikutip dalam Purba (2009:203) perilaku inovatif memilki lima aspek penting yaitu :

a. Opportunity Exploration

Aspek ini mengacu pada mempelajari atau mengetahui lebih banyak peluang

untuk berinovasi.

b. Generativity

Aspek ini mengacu pada pemunculan konsep-konsep untuk tujuan

pengembangan.

c. Formative Investigation

Aspek ini mengacu pada pemberian perhatian untuk menyempurnakan ide,

solusi, opini dan melakukan peninjauan terhadap ide-ide tersebut.

d. Championing

Aspek ini mengacu pada adanya praktek-praktek usaha untuk merealisasikan

ide-ide.

e. Application

Aspek ini mengacu pada mencoba untuk mengembangkan, menguji coba, dan

(54)

2.1.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku inovatif

Menurut Etikariena dan Muluk (2014:302) mengemukakan ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi munculnya perilaku yaitu :

1. Faktor Internal

a. Tipe Kepribadian

Orang yang memiliki tipe kepribadian adalah orang yang mampu dan berani

mengambil resiko terhadap perilaku inovatif yang dibuat.

b. Gaya individu dalam memecahkan masalah

Karyawan yang memiliki gaya pemecahan masalah yang intuitif dapat

menghasilkan ide-ide sehingga menghasilkan solusi yang baru.

2. Faktor Eksternal

a. Kepemimpinan

Banyak bawahan yang kurang dapat menjaga hubungannya dengan

pemimpinnya, hal tersebut dapat membuat perilaku inovatif seseorang tidak

terlihat, namun karyawan yang memiliki hubungan positif dengan

pemimpinnya, cenderung memunculkan perilaku inovatif pada karyawan.

Harapan yang tinggi dari pemimpin agar karyawannya menjadi inovatif juga

dapat mempengaruhi munculnya perilaku inovatif pada karyawan.

b. Dukungan untuk berinovasi

Dukungan dari orang-orang disekitar individu sangat membantu bagi

(55)

itu dukungan dari orang dalam organisasi tersebut juga bisa memunculkan

perilaku inovatif bagi karyawan tersebut.

c. Tuntutan dalam pekerjaan

Tuntutan dari perusahaan cenderung meningkatkan semangat para

karyawannya untuk berperilaku inovatif. Tuntutan tersebut menjadi dorongan

bagi karyawan. Salah satu hal yang muncul akibat adanya tingkat tuntutan

pekerjaan yang tinggi tersebut adalah perilaku inovatif.

d. Iklim Psikologis

Iklim psikologis menunjukkan bagaimana lingkungan organisasi dipersiapkan

dan di interpretasikan oleh karyawan.

2.1.5. Peningkatkan Perilaku Inovatif Melalui Komitmen Organisasi Dan

Kepuasan Kerja

Menurut Gaynor (2002:34) mendefenisikan perilaku inovatif sebagai

tindakan individu untuk menciptakan dan mengadopsi ide-ide/pemikiran atau

cara-cara baru guna diterapkan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan. Dampak

perilaku yang timbul oleh komitmen organisasi dan kepuasan kerja dalam penelitian

ini difokuskan pada konsekuensi perilaku inovatif (Innovative behavior) positif individu tertentu yang secara empiris dapat dikembangkan oleh manajemen

organisasi atau perusahaan. Unsur-unsur perilaku inovatif yang didorong komitmen

organisasi dan kepuasan kerja ini sejalan dengan harapan bagi suatu perusahaan,

(56)

Menurut Wallace (1999:549) komitmen organisasi dan kepuasan kerja merupakan variabel yang sangat penting dalam setiap organisasi untuk membentuk

sikap dan perilaku inovatif dalam konteks pencapaian kinerja organisasi, sebagai

bentuk mempersiapkan daya saing sehingga dapat menciptakan iklim organisasi

yang positif.

2.2. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Locke dikutip dalam Munandar (2001:350) yang

menjelaskan bahwa kepuasan kerja secara langsung mempengaruhi perilaku

inovatif; tenaga kerja yang puas dan merasa senang dengan pekerjaannya akan

lebih produktif, kreatif dan inovatif dari pada karyawan yang tidak terpuaskan

yang merupakan suatu ajaran dasar bagi para manajer perusahaan selama

bertahun-tahun.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Esiyannera (1991: 114) menyatakan bahwa

kepuasan kerja seseorang dapat mempengaruhi perilaku dan komitmen kerja

seseorang, misalnya dalam bentuk efektivitas kerja, prestasi kerja, partisipasi

aktif, dan kemauan untuk tetap menjadi anggota.

3. Penelitian menurut De Jong danKemp (2003:192) Perpendapat bahwa dampak

perilaku yang ditimbulkan oleh komitmen organisasi dalam penelitian ini

(57)

organisasi ini sejalan dengan harapan bagi suatu perusahaan, yang

(58)

2.3. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan pada latar belakang masalah dan

juga kajian pustaka, maka penulis menjabarkan kerangka pikir yang kemudian akan

dijadikan pegangan dalam penelitian ini pada gambar 2.1.

)

)

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Kepuasan Kerja

Komitmen

Organisasi

Gambar

Gambar 4.2. Struktur Organisasi…………………………………………………...  66
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Tabel 4.1 Jenis Produk yang dihasilkan PT. Java Gloves
Tabel 4.2. Luas bangunan dan fungsinya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat (2) dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani

Pada penulisan Ilmiah ini Penulis mencoba untuk membuat suatu aplikasi multimedia pemasaran perumahan dengan menggunakan Macromedia Flash MX untuk membantu bagian

Siti Nur Hidayah (D01205163); Pengaruh Majelis Ta’lim Terhadap Peningkatan Religiusitas Masyarakat Desa Tanjung, Kedamean, Gresik. Skripsi ini merupakan hasil penelitian

Rancangan Laman Tulis Pesan Laman tulis pesan merupakan laman untuk mengirim pesan ke salah satu kontak yang telah tersimpan (pesan tunggal). Rancangan Laman Pesan Masuk Pada

Aplikasi yang dibuat ini dapat menyediakan in.formasi yang berkaitan dengan informasi kejuaraan Road Race secara /uas, yang melipuli in.formasi kejuaraan, data

Tampilan Bangunan pada Rumah Sakit Khusus Hewan Kuda yang mengusung konsep “Gagah” merepresentasikan karakteristik dari hewan kuda yaitu kuat, seperti diterapkan pada

Menyetujui untuk memberikan kuasa kepada Dewan Komisaris Perseroan untuk menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Perseroan untuk memeriksa buku

[r]