• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1502076951BAB 10 RPI2JM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1502076951BAB 10 RPI2JM"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-1

BAB X

ASPEK KELEMBAGAAN DAERAH

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2JM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan sebagai landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2JM pada pemerintah kabupaten/kota, diantaranya:

1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi maka dibentuk organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

(2)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-2

berkaitan dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

PP tesebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP Nomor 38 Tahun 2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya, sebagaimana bunyi Pasal 7 bab III, sebagai berikut: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang Pekerjan Umum”.

3) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Daerah Berdasarkan PP 41 Tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk Dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 Sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 10.1: Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

Bupati/ Wali

Kota

DPRD

Lembaga/Badan

Dinas

(3)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-3

4) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 – 2014

Dalam Buku II Bab VII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta mengembangkan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan Menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah.

6) Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

(4)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-4

terselenggaranya perencanaan, penusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat (2) dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2JM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

Peraturan Menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran Tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Peraturan Gubernur (Pergub), dan SKPD Kabupaten/Kota dengan Peraturan Bupati (Perbup)/ Peraturan Walikota (Perwali).

9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

(5)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-5

10) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 75 Tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja dalam rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umu dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitive untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana, dalam hal penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya dilaksanakan oleh Dinas PU Bidang Cipta Karya, didukung Bappeda dan Penanaman Modal, Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan, dan PDAM Amertha Jati Kabupaten Jembrana.

10.2 Kondisi Kelembagaan Saat ini

(6)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-6 Gambar 10.2 Diagram Struktur Organisasi dan Tata Kerja

PemerintahKabupaten Jembrana

10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Penataan dan pengatan organisasi merupakan salah satu program Reformasi Birokrasi. Peningkatan kapasitas kelembagaan daerah dalam mendukung Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana sangat dibutuhkan sehingga program investasi ini dapat dilaksanakan secara optimal, efektif dan efisien serta terjamin kelanjutannya. Secara garis besarnya, penanganan bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan tidak terlepas dari koordinasi 4 instansi, meliputi Bappeda dan

BUPATI WAKIL BUPATI

STAF AHLI SEKRETARIS DAERAH

INSPEKTORAT (Unsur Pengawas)

BAPPEDA& PM (Unsur Perencana)

LEMBAGA LAIN (Pelaks.Per.UU)

KECAMATAN DINAS DAERAH

(Unsur Pelaksana)

LTD (Badan.Kantor,RSUD,

Pamong praja) (Unsur Penunjang)

SETWAN DPRD (Unsur Pelayanan)

KELURAHAN

DPRD

(7)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-7

Penanaman Modal, Dinas PU, Kantor LHKP dan PDAM Amertha Jati Kabupaten Jembrana

Di dalam pelaksanaan/implementasi RPI2JM Bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana melibatkan banyak komponen kelembagaan sehingga terjalin koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan dibidang keciptakaryaan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga.

Semangat desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana dituangkan dalam Undang-unang Nomor 32 Tahun 2004 tetang Pemerintahan Daerah beserta aturan-aturan pelaksanaannya membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi didaerah tercapai. Selanjutnya pedoman/acuan pengembangan kapasitas sebagaimana dirumuskan dalam Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas (KNP2K) dalam rangka mendukung desentralisasi, yang dikeluarkan bersama oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS tanggal 06 Nopember 2002, merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan perundangan dengan melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki tata kerja dan mekanisme koordinasi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), ketrampilan dan kualifikasi perubahan pada sistem nilai dan sikap, dan keseluruh kebutuhan ekonomi daerah bagi pendekatan baru untuk pelaksanaan good governance, sistem administrasi dan mekanisme partisipasi dalam pembangunan agar dapat memnuhi tuntutan untuk lebih baik dalam melaksanakan demokrasi.

Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) adalah:

1. Pengembangan kapasitas bersifat multi dimensional (mencakup beberapa kerangka waktu: jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek);

2. Pengembangan kapasitas menyangkut multiple stakeholders;

3. Pengembangan kapasitas harus bersifat demand driven, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar tetapi datang dari stakeholder-nya sendiri;

4. Pengembangan kapasitas mengacu pada kebijakan nasional.

(8)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-8

Gambaran umum struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Jembrana berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2011, meliputi:

a.Sekretariat Daerah; b.Sekretariat DPRD; c.Inspektorat;

d.Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal. e.Dinas Daerah, terdiri dari:

1. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan. 2. Dinas Kelautan, Perikanan dan Kehutanan. 3. Dinas Pekerjaan Umum.

4. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. 5. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

6. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika. 7. Dinas Kesehatan.

8. Dinas Kesejahteraan Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 9. Dinas Pendidikan, Pemuda Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan. 10.Dinas Pendapatan.

f. Lembaga Teknis Daerah, terdiri dari: 1. Badan, terdiri dari:

a) Badan Kepegawaian Daerah; dan

b) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa. 2. Kantor, terdiri dari:

a) Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik;

b) Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan; c) Kantor Perpustakaan dan Arsip;

d) Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; dan e) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu.

3. Rumah Sakit Umum.

4. Satuan Polisi Pamong Praja; g. Kecamatan;

h. Kelurahan; i. Staf Ahli.

(9)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-9

A. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Jembrana, dengan susunan organisasi terdiri dari:

a. Sekretariat; b. Bidang; c. Sub Bagian; d. Seksi;

e. Kelompok Jabatan Fungsional; dan f. UPT.

Eselonering jabatan struktural pada Dinas PU Kabupaten Jembrana sebagai berikut: a. Kepala adalah Jabatan Eselon II.b;

b. Sekretaris adalah Jabatan Eselon III.a;

c. Kepala Bidang adalah Jabatan Eselon III.b; dan

d. Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi adalah Jabatan Eselon IV.a.

(1) Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas, terdiri dari:

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

b. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan; dan c. Sub Bagian Keuangan.

(2) Bidang-bidang terdiri dari:

a. Bidang Bina Marga, membawahi:

- Seksi Perencanaan dan Pembinaan Bina Marga; - Seksi Pembangunan dan Pengelolaan Bina Marga; dan - Seksi Pengawasan dan Pengendalian Bina Marga. b. Bidang Sumber Daya Air, membawahi:

- Seksi Perencanaan dan Pembinaan Sumber Daya Air;

- Seksi Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Air; dan - Seksi Pengawasan Sumber Daya Air.

c. Bidang Cipta Karya, membawahi:

- Seksi Tata Bangunan dan Pemukiman;

- Seksi Perencanaan Bangunan dan Pemukiman; dan

- Seksi Pengawasan, Pengendalian Bangunan dan Pemukiman. d. Bidang Tata Ruang, Pertambangan dan Energi membawahi: - Seksi Perencanaan dan Pembinaan Tata Ruang;

(10)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-10

Gambar 7.2: STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN JEMBRANA

(11)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-11

B. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal (BAPPEDA DAN PM) Kabupaten Jembrana

Susunan Organisasi Bappeda dan PM, terdiri dari: a. Sekretariat;

b. Bidang; c. Sub Bagian; d. Sub Bidang; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Eselonering jabatan struktural pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal adalah sebagai berikut:

a. Kepala adalah Jabatan Eselon II.b; b. Sekretaris adalah Jabatan Eselon III.a;

c. Kepala Bidang adalah Jabatan Eselon III.b; dan

d. Kepala Sub Bagian dan Kepala Sub Bidang adalah Jabatan Eselon IV.a.

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan, membawahi:

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; b. Sub Bagian Program; dan

c. Sub Bagian Keuangan.

Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Sekretaris.

Bidang-bidang pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal (BAPPEDA DAN PM) Kabupaten Jembrana, terdiri dari:

a. Bidang Statistik, Pengendalian, Pelaporan dan Litbang, membawahi: - Sub Bidang Statistik dan Litbang; dan

- Sub Bidang Pengendali dan Pelaporan.

b. Bidang Ekonomi dan Penanaman Modal, membawahi: - Sub Bidang Ekonomi; dan

- Sub Bidang Penanaman Modal. c. Bidang Sosial Budaya, membawahi:

- Sub Bidang Sumber Daya Manusia; dan - Sub Bidang Sosial Budaya.

d. Bidang Sarana Prasarana dan Tata Wilayah, membawahi: - Sub Bidang Sarana Prasaran; dan

(12)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-12

Gambar 7.3: STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL

(13)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-13

C. Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan

Susunan organisasi Kantor LHKP Kabupaten Jembrana, meliputi: a. Kepala Kantor

b. Sub Bagian Tata Usaha; b. Seksi; dan

c. Kelompok Jabatan Fungsional.

Eselonering jabatan struktural pada Kantor LHKP Kabupaten Jembrana sebagai berikut:

a. Kepala adalah Jabatan Eselon III.a; dan

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi adalah Jabatan Eselon IV.a. Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor.

Seksi terdiri dari:

a. Seksi Lingkungan Hidup; b. Seksi Kebersihan; dan c. Seksi Pertamanan

(14)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-14

Gambar 10.4: SRTUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR LHKP KABUPATEN JEMBRANA

Kasubbag Tata Usaha

A.A. Kt. Wijaya Kusuma,SP., M.Si. NIP. 19581231 198203 1 337 KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

KEPALA LHKP KAB. JEMBRANA

I Wayan Darwin, ST.,M.Si. NIP. 19600928 199103 1 002

Kasi Lingkungan Hidup

I Made Dody Tisna Negara, ST NIP. 19820114 200902 1 001

Kasi Kebersihan

I Wayan Putra Mahardika, S.Sos. NIP. 19860313 200902 1 002

Kasi Pertamanan

I Gst Bagus Oka Saptuadi,ST,MT. NIP. 19781021 200604 1 004

(15)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-15

D. PDAM Tirtha Amerta Jati Kabupaten Jembrana (Luar Instansi Pemerintah)

Aspek organisasi dan kelembagaan PDAM Kabupaten Jembrana dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana Nomor 15 Tahun 1991 tanggal 31 Agustus 1991 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana. Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Jembrana berkedudukan di Jalan Udayana No. 29X Negara – Bali. Perusahaan Daerah Air Minum ini merupakan kelanjutan dari Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kab. Daerah Tk. II Jembrana berdasarkan Keputusan Menteri PU No : 074/KPTS/CK/X/1979 tanggal 8 Oktober 1979 tentang Pembentukan Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kabupaten Jembrana, yang pada intinya menyatakan bahwa untuk sementara kegiatan – kegiatan pengelolaan air minum dilaksanakan oleh BPAM Kabupaten Jembrana.

Penyerahan/pengalihan status BPAM menjadi PDAM, ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 620/KPTS/1992 tanggal 31 Agustus 1992. Serah terima pengelolaan sarana dan prasarana penyediaan air bersih di Kabupaten Jembrana dari Menteri PU kepada Gubernur Bali yang dituangkan dalam Berita Acara Nomor Pihak Kesatu 29/BA/AMPU/1992 dan nomor Pihak Kedua 539/2336/Bimas.Ek tanggal 12 September 1992, dan selanjutnya dari Gubernur Bali kepada Bupati Jembrana yang dilaksanakan dengan Berita Acara Nomor Pihak Kesatu 539/3256/Binas.Ek dan nomor Pihak Kedua 539/2336/Ek/1992 tanggal 12 September 1992 selanjutnya dengan Keputusan Bupati Jembrana Nomor 270 Tahun 1992 tanggal 29 September 1992 tentang Penugasan Pengelolaan Prasarana dan Sarana Penyediaan Air Bersih di Wilayah Kabupaten Jembrana kepada PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana.

(16)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-16

Daerah pada PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana. Disamping itu terdapat penyertaan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana sebagai berikut: 1. Tahun 1999 sebesar : Rp. 2.440.000,-

2. Tahun 2002 sebesar : Rp. 74.600.000,-

Dengan demikian pada tanggal 31 Desember 2010 penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Jembrana adalah sebesar Rp. 6.766.935.156,58. Tujuan pendirian perusahaan sesuai Perda diatas adalah untuk menyelenggarakan pengelolaan air minum guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial dan pelayanan umum secara terus menerus dan memenuhi syarat kesehatan.

Susunan Direksi PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana adalah terdiri dari 1 (satu) orang Direktur. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor 195/Ekbangsosbud/2010 tanggal 24 Februari 2010 mengangkat kembali saudara I Nengah Sugianta, SE sebagai Direktur PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana (Pengangkatan pertama Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor 255/Ekbang/2006 tanggal 27 Februari 2006) menggantikan Ir. I Made Suwija yang menjabat sebagai Direktur PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana sejak tahun 2001 sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor 256 tahun 2001 tanggal 20 Juni 2001.

Susunan Badan Pengawas PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana pada tahun 2010 adalah yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor 817/Ekbangsosbud/2008 tanggal 20 Juni 2008 terdiri dari 3 orang dengan susunan sebagai berikut :

Ketua merangkap Anggota : Drs. I Ketut Suartha, M.Si Sekretaris merangkap Anggota : Drs. I Ketut Arimbawa

Anggota : Drs. I Ketut Sirpha Wyadnyana, SE

1. Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan PDAM;

2. Merencanakan dan menyusun program kerja perusahaan 5 tahunan dan tahunan;

3. Membina pegawai;

4. Mengurus dan mengelola kekayaan PDAM;

(17)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-17

6. Melaksanakan kegiatan teknik PDAM;

7. Mewakili PDAM baik di dalam dan di luar pengadilan;

8. Menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi;

9. Bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah melalui Badan Pengawas.

Badan pengawas terdiri dari Pejabat Daerah, perorangan dan masyarakat konsumen yang memenuhi persyaratan. Badan pengawas mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Mengawasi kegiatan Direksi;

2. Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap pegangkatan Anggota Direksi;

3. Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap program kerja yang diajukan oleh Direksi;

4. Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap rencana perubahan status kekayaan PDAM;

5. Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap rencana pinjaman dan ikatan hukum dengan pihak lain;

(18)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-18

Gambar 10.5: Bagan Struktur Organisasi PDAM Kabupaten Jembrana Direktur

Kepala Bagian Administrasi & Keuangan

Kepala Bagian Langganan

Kepala Bagian Teknik

Kasubag Hubungan Langganan Kasubag Pelayanan

Langganan

Kasubag Keuangan

Kasubag Akuntansi

Kasubag Umum/Personalia

Kasubag Perencanaan

Kasubag Distribusi

Kasubag Produksi / Perawatan

Kepala Unit Pelayanan Mendoyo

Kepala Unit Pelayanan Pekutatan Kepala Unit

Pelayanan Negara Kepala Unit

(19)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-19 10.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Sebagaimana ditetapkan dalam program Reformasi Birokrasi, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggungjawab bagi peningkatan produktivitas dan kinerja.

Secara internal, keorganisasian urusan pemerintaha bidang keciptakaryaan perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Hubungan kerja yang terkoordinatif sangat diperlukan dan dikembangkan baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/kantor dalam menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja masing-masing instansi yang berhubungan dengan bidang keciptakaryaan di Kabupaten Jembrana, dijabarkan dalam tabel 8.1 berikut:

Tabel 10.1:

Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana

No. Instansi Peran Instansi dalam

Pembangunan Cipta Karya

Bidang Sarana Prasarana dan Tata Wilayah

3. Kantor LHKP Menyiapkan dukungan data Seksi Lingkungan Hidup

4. PDAM Amertha Jati Menyusun SPAM dalam

rangka menjamin air minum

yang diproduksinya

memenuhi syarat kesehatan

dengan melaksanakan

(20)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-20

Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, sudah dilengkapi dengan Standar Opersional Prosedur (SOP) di masing-masing instansi.

10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program yang perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya. Kondisi SDM di instansi yang menangani keciptakaryaan di Kabupaten Jembrana disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 10.2:

Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

(21)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-21 Tabel 10.3:

Data Personalia PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana

No. Uraian

Status

Jumlah Tetap Tidak

Tetap

1. Direktur 1 0 1

2. Kepala Bagian 3 0 3

3. Subag Keuangan 4 1 5

4. Subag Akuntansi 6 2 8

5. Subag Hubungan Langganan 5 2 7

6. Subag Pelayanan Langganan 9 3 12

7. Subag Umum dan Personalia 19 2 21

8. Subag Produksi 7 2 9

9. Subag Distribusi 15 0 15

10. Subag Perencanaan 4 2 6

11. Unit Pel. Kec. Melaya 24 1 25

12. Unit Pel. Kec. Mendoyo 20 8 28

13. Unit Pel. Kec. Pekutatan 6 1 7

Jumlah 123 24 147

Sumber: PDAM Kabupaten Jembrana, 2011

(22)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-22 Tabel 10.4:

Klasifikasi Jenjang dan Jenis Pendidikan Karyawan PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana

No. Jenis/Jenjang Pendidikan Jumlah

Pegawai Organik

1. Sarjana 12 orang

2. SLTA – Teknik 11 orang

3. SLTA - Ekonomi 12 orang

4. SLTA – Umum 57 orang

5. SLTP - Umum 15 orang

6. Sekolah Dasar 8 orang

Jumlah 112 orang

Tenaga Honorer

1. Sarjana 2 orang

2. SLTA Teknik 2 orang

3. SLTA Umum 18 orang

4. SLTP 2 orang

5. Sekolah Dasar 1 orang

Jumlah 25 orang

TOTAL 137 orang

Kinerja pengelolaan PDAM berdasarkan struktur organisasi adalah Direksi membawahi pegawai dan bertanggung jawab atas kegiatan yang dilaksanakan di PDAM dimana Direksi diawasi oleh Badan Pengawas. Badan Pengawas nantinya akan meneruskan kepada Kepala Daerah terkait permasalahan yang ditemui untuk dapat memberikan pendapat dan saran guna kelancaran pelaksanaan kegiatan.

(23)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-23

Pengelolaan SPAM bertujuan untuk menghasilkan air minum yang sesuai dengan standar yang berlaku dan agar prasarana dan sarana air minum terpelihara dengan baik sehingga dapat melayani kebutuhan air minum masyarakat secara berkesinambungan. Standar pelayanan minimum air minum harus memenuhi ketentuan sesuai peraturan yang berlaku.

Penyelenggara SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM. Pelibatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM dapat difasilitasi oleh penyelenggara SPAM, antara lain melalui pembentukan forum pelanggan, pembentukan unit khusus yang mudah dihubungi untuk menampung keluhan dan laporan masyarakat mengenai pengelolaan SPAM, dan lain-lain.

10.3 Analisis Kelembagaan

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah di Kabupaten Jembrana, masih terdapat permasalahan kelembagaan Pemerintah Kabupaten Jembrana yang menangani bidang Cipta Karya.

10.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang Cipta Karya yang berpengaruh terhadp kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2JM bidang Cipta Karya. Secara deskriptif dapat disampaikan analisis terhadap keorganisasian bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana sebagai berikut:

1) Struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, yakni dengan penuangannya melalui Perda Nomor 15 Tahun 2011. Namun demikian, perlu adanya pengkajian terhadap bidang Cipta Karya, mengingat luasan beban kerja, dipertimbangkan untuk menjadi Dinas tersendiri, tidak seperti saat ini hanya bidang.

2) Tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dalam penyusunan RPI2JM sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi.

3) Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi diantaranya lemahnya pembiayaan daerah, dan kurang padunya koordinasi antar instansi.

(24)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-24

Permasalahan umum yang menyangkut aspek kelembagaan adalah sebagai berikut:

- Pengelolaan SPAM belum sepenuhnya dapat menghasilkan air minum yang sesuai dengan standar yang berlaku .

- Pemeliharaan prasarana dan sarana air minum belum dapat dilakukan dengan baik sehingga dapat melayani kebutuhan air minum masyarakat secara berkesinambungan.

- Belum dapat dipenuhi standar pelayanan minimum air minum yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Disamping itu yang harus dipenuhi dalam pengelolaan SPAM adalah :

- Pengelolaan SPAM harus berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabel sesuai dengan kaidah sistem akuntansi air minum Indonesia.

- Pengelolaan SPAM harus berdasarkan prinsip-prinsip prinsip Good Corporate Governance yaitu adil, terbuka, transparan, bersaing, bertanggung gugat, saling menguntungkan, saling membutuhkan dan saling mendukung.

10.4 Kendala dan Permasalahan 10.4.1 Aspek Teknis

 Dari seluruh sistem yang ada saat ini, jumlah kapasitas terpasang adalah 274 l/dt, sedangkan jumlah kapasitas yang dioperasikan adalah sebesar 200 l/dt. Besarnya selisih antara kapasitas terpasang dengan kapasitas yang dioperasikan (idle capacity) karena adanya pembatasan jam operasi pompa yang disebabkan

kemampuan teknis peralatan pompa yang telah menurun (umur ekonomis peralatan pompa telah habis) dan untuk menekan biaya listrik dan bahan bakar minyak.

 Pada saat ini jam operasi produksi air berjalan selama 17 jam dan operasi distribusi dilakukan selama 17 jam per hari.

10.4.1.1 Permasalahan Penyelenggaraan SPAM PDAM

A. Permasalahan Unit Air Baku

Permasalahan yang terjadi pada unit air baku adalah terbatasnya sumber air permukaan. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan kondisi alam yang terjadi tiap tahunnya sehingga mempengaruhi sumber air permukaan yang ada di Kabupaten Jembrana. Selain itu untuk sumber yang berada di Pangkung Apit, Pergung tidak berfungsi. Hal ini dikarenakan sistem gravitasi pada sistem ini tidak berjalan. Beberapa rencana tindak perbaikan adalah :

 Pembuatan sumur bor dalam 100 m sebanyak 4 unit di Dauhwaru, Banyubiru, Mendoyo dan Melaya.

(25)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-25

 Perbaikan instalasi sumber air permukaan (sungai) sebanyak 4 unit diantaranya Pangkung Gayung, Pangkung Biah, Pangkung Apit dan Yeh Embang Tengah

B. Permasalahan Unit Produksi

Permasalahan yang terjadi pada unit produksi adalah besarnya selisih antara kapasitas terpasang dengan kapasitas yang dioperasikan (Idle Capacity). Hal ini disebabkan karena adanya pembatasan jam operasi pompa yang disebabkan kemampuan teknis peralatan pompa yang telah menurun (umur ekonomis peralatan pompa telah habis) dan untuk menekan biaya listrik dan bahan bakar minyak.

C.Permasalahan Unit Distribusi

Permasalah yang terjadi pada unit distribusi adalah mengenai perawatan jaringan pipa distribusi yang sulit. Hal ini disebabkan kondisi pemasangan jaringan pipa distribusi yang berada didalam tanah dan dibawah jalan aspal. Permasalahan yang terjadi pada unit distribusi adalah masih tingginya tingkat kebocoran air. Hal ini disebabkan formasi jaringan diameter pipa belum sempurna dan kerusakan Water Meter Induk dan Water Meter Pelanggan. Beberapa rencana tindak perbaikan adalah:

 Mengganti Water Meter Induk Ø 100 mm sebanyak 6 unit diantaranya pada sumur bor VI Negara, sumur bor V Negara, sumur bor I Nusasari, sumur bor II Baler Bale Agung Negara, sumur bor III Baler Bale Agung Negara dan sumur bor Moding.

 Secara periodik dengan skala prioritas mengganti water meter pelanggan secara bertahap per tahun sesuai dengan kemampuan keuangan PDAM. Selain itu masalah mengenai tarif air yang masih dibawah harga pokok juga menjadi salah satu permasalahan. Hal ini disebabkan karena belum adanya persetujuan dari pemilik tentang kenaikan tarif. Rencana tindak perbaikan atas permasalah ini adalah :

 Melakukan kajian terhadap tarif yang menguntungkan bagi perusahaan dan tidak memberatkan pelanggan.

 Mengusulkan kenaikan tarif kepada pemilik.

D.Permasalahan Unit Pelayanan

(26)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-26

tidak seimbang dengan tingkat pertumbuhan pemukiman. Beberapa rencana tindak perbaikan atas permasalahan ini adalah:

 Pengadaan dan pemasangan pompa submersible lengkap 15 KW (15 l/dt) sebanyak 2 unit di Dauhwaru dan Banyubiru.

 Pengadaan dan pemasangan pompa submersible lengkap 11 KW (10 l/dt) sebanyak 2 unit di Mendoyo dan Melaya.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 50 mm sepanjang 3.000 m untuk wilayah pelayanan Baler Bale Agung, Negara.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 200 mm dan Ø 150 mm sepanjang 6.000 m, pipa Ø 100 mm sepanjang 2.700 m, pipa Ø 75 mm sepanjang 2.000 m dan pipa Ø 50 mm sepanjang 1.500 m untuk wilayah Banyubiru.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 200 mm sepanjang 9.000 m untuk wilayah pelayanan Brangbang.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 150 mm sepanjang 3.800 m, pipa Ø 100 mm sepanjamg 4.000 m dan pipa Ø 50 mm sepanjang 2.000 m untuk wilayah pelayanan Dauhwaru.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang 3.000 m dan pipa Ø 75 mm sepanjang 4.000 m untuk wilayah pelayanan Kaliakah.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang wilayah pelayanan Lelateng.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 75 mm sepanjang 3.000 m dan pipa Ø 50 mm sepanjang 2.000 m untuk wilayah pelayanan Loloan Timur.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 150 mm sepanjang 4.000 m, pipa Ø

75 mm dan pipa Ø 50 mm sepanjang 2.000 m untuk wilayah pelayanan Melaya.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang 5.500 m, pipa Ø 75 mm sepanjang 3.500 m dan pipa Ø 50 mm sepanjang 2.150 m untuk wilayah pelayanan Mendoyo.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang 4.000 m untuk wilayah pelayanan Pangyangan.

(27)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-27

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang 3.350 m, pipa Ø 75 mm sepanjang 2.000 m dan pipa Ø 50 mm sepanjang 3.500 m untuk wilayah pelayanan Pendem.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang 7.000 m untuk wilayah pelayanan Perancak.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 75 mm sepanjang 4.000 m dan pipa

Ø 50 mm sepanjang 2.500 m untuk wilayah pelayanan Tegalcangkring.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang 2.000 m untuk wilayah pelayanan Yehembang.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 150 mm sepanjang 7.200 m untuk wilayah pelayanan Yehembang Kauh.

 Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 150 mm sepanjang 3.300 m dan pipa Ø 100 mm sepanjang 1.950 m untuk wilayan pelayanan Yeh Sumbul.

 Pemasangan PLN 33 KVA sebanyak 2 unit di Dauhwaru dan Banyubiru.

 Pemasangan PLN 23 KVA sebanyak 1 unit di Mendoyo.

 Perbaikan Pompa Centrifugal sebanyak 3 unit di Penginuman Gilimanuk.

 Perbaikan pompa Submersible sebanyak 3 unit di sumur bor II Baler Bale Agung, sumur bor V Baler Bale Agung dan sumur bor III Baler Bale Agung.

 Perbaikan panel pompa sebanyak 4 unit pada sumur bor V Baler Bale Agung, sumur bor VII Pecangakan, sumur bor I Nusasari dan sumur bor I Baler Bale Agung.

10.4.2 Aspek Non Teknis

Aspek Keuangan

Permasalahan yang terdapat pada aspek non teknis adalah tingginya biaya listrik dan bahan bakar minyak (BBM). Hal ini disebabkan karena sumber iar baku PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana 82% berasal dari sumber air sumur bor yang bersumber tenaga utama opersional produksinya adalah dari BBM dan listrik. Beberapa rencana tindak perbaikan mengenai permasalahan ini adalah :

 Pembuatan reservoar sebanyak 3 unit yaitu reservoar 300m³ di Dauhwaru,

reservoar 200m³ di Melaya dan reservoar 150 m³ di Pekutatan.

 Perbaikan instalasi sumber air permukaan (sungai) sebanyak 4 unit

(28)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-28  Mengoptimalkan fungsi bak/reservoar untuk penyimpanan air pada saat

pemakaian minimum.

Aspek Manajemen

- Jumlah kehilangan air (selisih produksi dengan air terjual) tiap tahunnya mengalami peningkatan yaitu 20% pada tahun 2009 kemudian 23% pada tahun 2010. Kehilangan air PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana tersebut disebabkan oleh beberapa faktor utama sebagai berikut :

 Topografi daerah pelayanan PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana yang tidak merata dan mempunyai kemiringan yang sangat tajam sehingga tekanan air tidak bisa merata disetiap wilayah pelayanan.

 Kebocoran pipa transmisi dan distribusi karena sudah melebihi umur teknis yang kebocorannya tidak muncul kepermukaan namun air porus ke bawah.

 Keterlambatan mengganti water meter yang rusak karena keterbatasan kemampuan keuangan PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana.

 Masih banyak adanya kesalahan baca angka meter air pelanggan oleh petugas baca meter karena water meter buram.

 Tidak adanya meter induk dimasing-masing sumber produksi sehingga akurat perhitungan jumlah produksi kurang akurat.

- Permasalahan mengenai kualitas sumber daya manusia dibidang teknik dan manajemen kurang memadai. Hal ini disebabkan karena kurangnya pendidikan dan pelatihan terhadap pegawai yang mengakibatkan pegawai kurang menguasai lingkup pekerjaan masing-masing. Rencana tindak perbaikan yang dilakukan adalah:

 Melakukan pendidikan dan pelatihan pegawai dalam bidang keuangan, manajemen, teknik dan teknologi informasi.

 Melakukan transfer pengetahuan oleh pegawai yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kepada pegawai lain.

- Permasalahan terbatasnya dan kurang memadainya sarana dan prasarana pendukung pelayanan, baik yang menyangkut sarana mobilitas maupun perkantoran. Hal ini disebabkan karena sulitnya mendapat bantuan dari pemerintah khususnya dari sektor APBD II kurang terproyeksikan untuk pembangunan sarana dan prasarana untuk PDAM. Rencana tindak perbaikan yang dilakukan adalah:

(29)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-29

prasarana pelayanan PDAM yang meliputi sarana pembangunan gedung dan mobilitas.

Aspek Keuangan

- Biaya opersaional mengalami peningkatan dari Rp. 10.139.360.000,- pada tahun 2009 menjadi Rp. 10.220.340.000,- pada tahun 2010 yang diakibatkan dari peningkatan biaya usaha terutama terjadi pada komponen biaya sumber dan biaya transmisi dan distribusi yang disebabkan peningkatan biaya listrik, biaya pemeliharaan transmisi dan distribusi untuk perbaikan dan penyempurnaan pipa transmisi dan distribusi dan biaya penyusutan serta biaya pegawai karena adanya penambahan pegawai dan pemberian tunjangan insentif pegawai.

10.5 Masalah dan Usulan Program

10.5.1 Masalah yang dihadapi

Permasalahan yang sering dihadapi antara lain masih terbatanya tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dari apartur/sumber daya manusia (SDM) yang mengani/mengelola Bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana. Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat, pelatihan dll masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas SDM Bidang Cipta Karya semakin tahun semakin meningkat.

Selain masih terbatasnya SDM Bidang Cipta Karya, prasarana dan sarana kerja juga masih terbatas seperti: ruang kerja, perangkat komputer, perangkat survey, kendaraan oprasional dan lain-lain sehingga belum optimal dalam pelaksanaan kerja

Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) Bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana sangat dibutuhkan sehingga mampu mengikuti perkembangan waktu, informasi dan teknologi. Peningkatan SDM melalui pendidikan formal, pelatihan, kursus singkat dan lain-lain sangat diperlukan sehingga perlu dipersiapkan SDM yang mau dan mampu dalam meningkatkan kapasitasnya.

(30)

KABUPATEN JEMBRANA 2014 X-30 10.5.2 Usulan Program

Usulan program dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) Bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana ditekankan pada pelatihan dan kursus singkat, seperti pengelolaan sampah, air minum, bangunan gedung dll yang diharapkan selama 5 (lima) tahun kedepan ada peningkatan kualitas SDM. Diharapkan dari peningkatan kapasitas SDM Bidang Cipta Karya ini dapat di implementasikan dalam aktivitas kerja pelayanan ke masyarakat.

10.6 Usulan Sistem Prosedur Antar Instansi

10.6.1 Kedudukan, Fungsi, Tugas Dalam Pelaksanaan RPI2JM

Kedudukan, fungsi, tugas dalam pelaksanaa RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Jembrana Tahun 2013 - 2017 adalah sebagai acuan/pedoman dalam pelaksanaan program/kegiatan Bidang Cipta Karya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan. Dokumen RPI2JM ini merupakan satu kesatuan dengan dokumen perencanaan yang telah disusun oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana selama ini.

10.6.2 Diagram Hubungan Antar Instansi

Dalam pelaksanaan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Jembrana Tahun 2013-2017 ini melibatkan banyak instansi terkait, baik dari sisi perencanaan, keuangan, pengendalian program/kegiatan dan pelaksanaan di lapangan. Dinas teknis/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menangani Bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana.

10.6.3 Format Umum Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaan

Gambar

Gambar 10.1: Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
Gambar 10.2 Diagram Struktur Organisasi dan Tata Kerja PemerintahKabupaten Jembrana
Gambar 7.2: STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN JEMBRANA
Gambar 7.3: STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL
+7

Referensi

Dokumen terkait

– Desa-desa tertinggal, rawan bencana dan terpencil dapat melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan khusus, melalui bantuan dan pendampingan yang intensif dari

Pendekatan tersebut dimaksud untuk menjawab pokok permasalahan terkait dengan penghitungan pajak yang tepat bagi youtuber yang ada di Indonesia menurut

1) Untuk mengetahui besarnya sedimentasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Keduang pada kondisi eksisting (sebelum adanya pemasangan Biopori). 2) Untuk mengetahui pengaruh

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah UD Mansur memperlakukan semua jenis produknya sama bobotnya sehingga dapat dikatakan bahwa UD Mansur belum menerapkan metode

Temubual mendalam secara bersemuka dan separa bersturuktur telah dilakukan terhadap dua (2) syarikat yang menyediakan khidmat sertu (disebut sebagai Syarikat G

Lestari (2011), menyimpulkan bahwa metode TOPSIS lebih tepat untuk menyelesaikan permasalahan multi dimensi seperti pada perekrutan penerimaan calon karyawan,

(5) Apabila bendaharawan/ pegawa/orang yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan pembayaran angsuran dalam waktu yang ditetapkan dalam Surat Keterangan Tanggung