• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa (studi deskriptif pada siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo Tahun Ajaran 2015/2016).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa (studi deskriptif pada siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo Tahun Ajaran 2015/2016)."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo, Tahun Ajaran 2015/2016)

Veronika Maryati Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Xaverius Muara Bungo. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 50 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan Kuesioner Persepsi Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa yang berjumlah 46 item dengan nilai reliabilitas 0,947. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek usaha guru memotivasi siswa yaitu aspek menggairahkan anak didik, aspek memberikan harapan realistis, aspek memberikan reward dan aspek mengarahkan perilaku siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan distribusi normal yang terdiri dari lima kategori yaitu sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif dan sangat tidak positif.Hasil penelitian menunjukkan (1) sebanyak 46 subyek (92%) memiliki persepsi sangat positif, dan 4 subyek (8%) memiliki persepsi positif terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Tidak ada (0%) pada kategori cukup positif, kurang positif dan kategori sangat kurang positif. (2) pada butir item yang intensitasnya tinggi dalam menggambarkan tingkat persepsi siswa yaitu 14 item, cukup tinggi 8 item, dan 24 item masuk dalam kategori sangat tinggi.

(2)

ABSTRACT

STUDENTS’ PERCEPTION ON TEACHERS’ ATTEMPTS TO ENHANCE STUDENTS’ MOTIVATION TO

(A Descriptive Study of the ninth grade students in Xaverius Muara Bungo Junior High School, Academic 2015/2016)

Veronika Maryati Sanata Dharma University

2016

This research aims at finding out the level of the ninth grade students’ perceptions on the teachers’ attempts to enhance their motivation to learn in Xaverius Muara Bungo Junior High School. A quantitative descriptive analysis was employed, where 50 ninth grade students in Xaverius Muara Bungo Junior High School, Academic 2015/2016, were involved as the research subjects. The data gathering was conducted by distributing 46-item questionnaires entitled “A Questionnaire of the Teachers’ Attempts to Enhance Students’ Motivation to Learn”, with 0.947 the value of reliability. The questionnaire was designed basedon several aspects of the teachers’ attempts to motivate their students, namely in stimulating the students, in providing realistic expectations, in offering rewards, and in directing students’ behavior. A percentage calculation by normal distribution consisting of five categories, i.e. “Strongly Agree”, “Agree”, “Fair”, “Disagree, and “Strongly Disagree” was applied as a data analysis technique. The research indicated that first, 46 subjects (92%) “Strongly Agreed”, as well as four subjects (8%) “Agreed” with the teachers’ attempts to enhance the students’ motivation to learn. None of them chose “Fair”, “Disagree”, and “Strongly Disagree”. Second, 14 items in the questionnaire obtained high intensity in describing the level of the students’ perceptions, 8 items were high enough, and 24 items were categorized as very high.

(3)

i

PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo, Tahun Ajaran 2015/2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Veronika Maryati NIM : 121114043

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tuhanlah Gembalaku

Tak akan kekurangan aku (mz 23)

Karya sederhana ini aku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus karena cinta kasih dan berkatNYA peneliti dapat menyelesaikan

tugas akhir

Kongregasi Suster-suster Santa Yohana Delanoue

Keluarga besar Bimbingan dan Konseling

(7)

v

PERNYATAAN HASIL KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta 29 Juli 2016

Penulis

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Veronika Maryati

NIM : 121114043

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo, Tahun Ajaran 2015/2016)

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 29 Juli 2016 Yang menyatakan

(9)

vii ABSTRAK

PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo, Tahun Ajaran 2015/2016)

Veronika Maryati Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Xaverius Muara Bungo. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 50 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan Kuesioner Persepsi Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa yang berjumlah 46 item dengan nilai reliabilitas 0,947. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek usaha guru memotivasi siswa yaitu aspek menggairahkan anak didik, aspek memberikan harapan realistis, aspek memberikan reward dan aspek mengarahkan perilaku siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan distribusi normal yang terdiri dari lima kategori yaitu sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif dan sangat tidak positif.Hasil penelitian menunjukkan (1) sebanyak 46 subyek (92%) memiliki persepsi sangat positif, dan 4 subyek (8%) memiliki persepsi positif terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Tidak ada (0%) pada kategori cukup positif, kurang positif dan kategori sangat kurang positif. (2) pada butir item yang intensitasnya tinggi dalam menggambarkan tingkat persepsi siswa yaitu 14 item, cukup tinggi 8 item, dan 24 item masuk dalam kategori sangat tinggi.

(10)

viii ABSTRAC

STUDENTS’ PERCEPTION ON TEACHERS’ ATTEMPTS TO ENHANCE STUDENTS’ MOTIVATION TO

(A Descriptive Study of the ninth grade students in Xaverius Muara Bungo Junior High School, Academic 2015/2016)

Veronika Maryati Sanata Dharma University

2016

This research aims at finding out the level of the ninth grade students’ perceptions on the teachers’ attempts to enhance their motivation to learn in Xaverius Muara Bungo Junior High School. A quantitative descriptive analysis was employed, where 50 ninth grade students in Xaverius Muara Bungo Junior High School, Academic 2015/2016, were involved as the research subjects. The data gathering was conducted by distributing 46-item questionnaires entitled “A Questionnaire of the Teachers’ Attempts to Enhance Students’ Motivation to Learn”, with 0.947 the value of reliability. The questionnaire was designed basedon several aspects of the teachers’ attempts to motivate their students, namely in stimulating the students, in providing realistic expectations, in offering rewards, and in directing students’ behavior. A percentage calculation by normal distribution consisting of five categories, i.e. “Strongly Agree”, “Agree”, “Fair”, “Disagree, and “Strongly Disagree” was applied as a data analysis technique. The research indicated that first, 46 subjects (92%) “Strongly Agreed”, as well as four subjects (8%) “Agreed” with the teachers’ attempts to enhance the students’ motivation to learn. None of them chose “Fair”, “Disagree”, and “Strongly Disagree”. Second, 14 items in the questionnaire obtained high intensity in describing the level of the students’ perceptions, 8 items were high enough, and 24 items were categorized as very high.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang maha baik karena berkat kasihNYA

yang melimpah melalui pembimbing yang membantu peneliti menyelesaikan

skripsi yang berjudul persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo tahun ajaran

2015/2016

Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Dalam proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik, dan

saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi bimbingan

dan Konseling dan Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu dengan kesabaran memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi,

dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah

memberikan banyak tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

5. St. Priyatmoko yang selalu memberikan bantuan dalam administrasi

(12)

x

6. Romo Gading Sianipar Pr, selaku Koordinator Yayasan SMP Xaverius

Muara Bungo yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

7. Bapak Kepala SMP Xaverius yang memberikan kesempatan melakukan

penelitian dan membantu kelancaran proses penelitian.

8. Bapak/Ibu Guru yang juga membantu kelancaran proses penelitian ini.

9. Kongregasi Suster-Suster SJD yang telah memberikan kesempatan, segala

kebutuhan, dukungan selama studi di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

10.Para Suster yang telah mendukung dengan segala macam caranya

masing-masing.

11.Orang tua yang selalu memberikan doa dan semangat dalam menjalankan

studi ini.

12.Seluruh teman-teman di Program Bimbingan dan Konseling angkatan

2012 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna

karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat

menjadi inspirasi.

Penulis

(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

B. Identifikasi Masalah……… 5

C. Pembatasan Masalah……….. 5

D. Rumusan Masalah……….. 5

E. Tujuan Penelitian……… 6

F. Manfaat Penelitian……… .. 6

G. Devinisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Persepsi ... 9

1. Pengertian Persepsi ... 9

2. Proses Terjadinya Persepsi ... 10

3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 12

B. Hakikat Guru ... 14

(14)

xii

2. Peran dan Tugas Guru ... 15

3. Usaha Guru Membangkitkan Motivasi Belajar ... 17

C. Hakikat Motivasi Belajar ... 21

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 21

2. Aspek-Aspek Motivasi Belajar ... 24

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 25

D. Hakikat Remaja ... 26

Pengertian Remaja ... 26

Karakteristik Umum Perkembangan Remaja ... 26

Tugas-Tugas Perkembangan Remaja ... 27

E. Kajian Teori yang Relevan... 28

F. Kerangka Pikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………. ... 32

B. Waktu dan Tempat Penelitian………. 32

C. Subyek Penelitian………. ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data……….. ... 33

E. Instrumen Penelitian………... 33

F. Validitas dan Reliabilitas……… .... 36

G. Prosedur Pengumpulan Data………. .. 41

H. Teknik analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Keterbatasan Penelitian ... 55

C. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA……… ... 56

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skala Likert Favorable danUnfavorable ... 34

Tabel 2. Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa……...……….35

Tabel 3. Hasil uji Validitas Instrumen Penelitian ... 38

Tabel 4 Kualifikasi Reliabilitas ... 40

Tabel 5 Hasil Reliabilitas Kuesioner... 40

Tabel 6 Norma Penggolongan Kategori ... 43

Tabel 7 Kategori Skor Persepsi Siswa ... 44

Tabel 8 Kategori Skor Item Penelitian……….45

Tabel 9 Persepsi Siswa terhadap Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ... 46

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Grafik Persepsi Siswa terhadap Usaha Guru dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar ... 47

Gambar 4.2 Grafik Kategori Item Aspek Aspek Persepsi Siswa terhadap Usaha

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa Terhadap Usaha Guru ... 59

Lampiran 2 Kuesioner ………60-64

Lampiran 3 Validitas………...65-68

Lampiran 4 Hasil Analisis Reliabilitas ... 69

Lampiran 5 Surat Penelitian ... 70

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

definisi operasional variabel.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di segala bidang sangat dibutuhkan karena pendidikan

merupakan poros dari segala bidang kehidupan. Peran pendidikan sangat

penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan

demokratis sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No.20/2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Peranan guru

dalam meningkatkan mutu pendidikan memang besar, hal tersebut dapat

dipahami dari hakikat guru sebagai pendidik.

Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar,

untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh

kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi professional dari seorang

guru sangat menentukan mutu pendidikan.

Merosotnya mutu pendidikan di tanah air disebabkan oleh banyak

hal: salah satunya adalah di dunia pendidikan nasional ada banyak guru yang

tidak professional sehingga guru dalam menyampaikan materi pembelajaran

(19)

pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang terlibat aktif

dalam proses pembelajaran.

Motivasi belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan prestasi belajar, maka untuk meningkatkan prestasi belajar

dibutuhkan motivasi yang lebih besar dalam pelaksanaan proses pendidikan.

Dalam hal ini perlu menempatkan motivasi belajar pada posisi yang paling

penting dalam proses pembelajaran. Akan tetapi realita di lapangan

menunjukkan bahwa banyak siswa yang kurang memiliki kemauan belajar

yang tinggi dikarenakan guru juga kurang memberikan motivasi.

Motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri atau

berasal dari luar diri pribadi siswa. Perasaan suka terhadap satu mata

pelajaran merupakan contoh motivasi yang berasal dari dalam diri siswa.

Menurut Muhibbin Syah (2002: 137) yang termasuk motivasi yang berasal

dari dalam diri siswa adalah menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap

materi pelajaran tersebut. Sedangkan motivasi yang berasal dari luar diri

pribadi siswa dapat ditimbulkan dari faktor guru, lingkungan dan orang tua.

Dalam proses pembelajaran tentu tidak terlepas dari adanya interaksi

antara siswa dan guru, di dalamnya terjadi juga proses penyampaian pesan

dari sumber pesan ke penerima pesan. Dalam hal ini sumber pesan adalah

pendidik dan penerima pesan adalah peserta didik. Pesan yang

dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada di dalam kurikulum.

Namun ada kalanya pesan yang disampaikan oleh pendidik tidak sepenuhnya

(20)

komunikasi mengalami kegagalan. Ada beberapa faktor yang menjadi

penghambat atau penghalang proses komunikasi, salah satunya adalah

hambatan psikologis yang berhubungan dengan persepsi seseorang. Siswa

yang senang terhadap mata pelajaran, topik serta gurunya tentu lain hasil

belajarnya dibandingkan dengan yang benci atau tidak menyukai semua itu.

Maka jelaslah bahwa peranan guru sebagai tenaga pengajar memberikan

kontribusi besar dalam proses belajar mengajar.

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai

motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi

belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut

kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Di lapangan masih banyak

kita temukan guru-guru yang kurang mampu berusaha dalam memberikan

motivasi kepada siswa seperti: dalam pembelajaran guru tidak menggunakan

media, pembelajaran yang kurang menarik/monoton, siswa kurang dilibatkan

sehingga siswa merasa bosan dan tidak termotivasi untuk mengikuti proses

pembelajaran.

Guru diharapkan memiliki kompetensi dalam bidangnya sehingga

mampu mempersiapkan para generasi muda sebagai pemimpin-pemimpin

bangsa yang kompeten dalam menerapkan ilmunya di masyarakat. Guru yang

memiliki kesadaran bahwa tugas sebagai guru merupakan salah satu

tanggung jawab untuk ambil bagian dalam mencerdaskan bangsa dengan

mendidik para generasi muda sebaik-baiknya akan tumbuh semangat untuk

(21)

Pembelajaran yang menarik dan cara menyampaikan pelajaran itu dapat

memotivasi siswa untuk belajar. Dengan adanya motivasi, maka siswa akan

lebih antusias dalam belajar.

Realitas di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa yang kurang

memiliki kemauan belajar yang tinggi. Asumsi peneliti kurangnya motivasi

belajar siswa ini disebabkan monotonnya suasana dalam pembelajaran, guru

kurang kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran, ada juga guru yang

hanya memberikan catatan saja tanpa menjelaskan isi dari pelajaran tersebut

sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti materi yang disampaikan

oleh guru.

Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang

baik pula (Sardiman 1990: 77). Dalam kaitannya dengan pembelajaran, guru

memegang peranan yang amat penting untuk menciptakan kondisi atau

proses yang mengarahkan siswa pada aktivitas belajar yang bermakna.

Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk menumbuhkan dan memberi

motivasi agar siswa terdorong untuk melakukan aktivitas belajar dengan baik

menjadi dorongan peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “

Tingkat Persepsi Siswa terhadap Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi

Belajar Siswa (Studi Deskriptif pada Siswa kelas VII SMP Xaverius Muara

(22)

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti

mengidentifikasi beberapa masalah antara lain:

1. Guru kurang kreatif dalam merancang pembelajaran sehingga tidak

memotivasi siswa untuk belajar.

2. Proses pembelajaran masih berpusat pada Guru/monoton.

3. Siswa kurang antusias/bosan dalam mengikuti proses pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah

sesuai judul. Adapun permasalahan yang akan dibahas secara lebih

mendalam adalah: persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo tahun ajaran

2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut maka perumusan masalah

sebagai berikut:

1. Seberapa positif tingkat persepsi siswa terhadap usaha guru dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Xaverius Muara

Bungo tahun ajaran 2015/2016?”

2. Butir instrument mana saja yang memperoleh skor rendah sebagai dasar

(23)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan tingkat persepsi siswa terhadap usaha guru dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Xaverius Muara

Bungo tahun ajaran 2015/2016.

2. Mengidentifikasi butir instrumen yang memperoleh skor rendah sebagai

dasar pemberian layanan konsultasi dari guru BK kepada guru mata

pelajaran.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan untuk menambah wawasan,

di bidang bimbingan dan konseling khususnya dalam memberikan

motivasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

Hasil penelitian ini kiranya menjadikan bahan refleksi dalam

memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar. Sehingga tujuan

(24)

b. Bagi siswa

Dengan melihat usaha yang dilakukan guru, siswa dapat termotivasi

untuk belajar secara tekun sehingga memperoleh hasil yang baik.

c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

d. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini menjadi masukan yang sangat berharga untuk

memahami dan mengembangkan kompetensi sebagai calon guru

G. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Persepsi merupakan pandangan atau penilaian yang dilakukan seseorang

terhadap suatu obyek. Penilaian pribadi seseorang untuk sebuah obyek

yang sama bisa berbeda tergantung dari kecakapan dan kepribadian

masing-masing.

2. Usaha guru dalam membangkitkan motivasi belajar merupakan suatu cara

yang ditempuh guru untuk menggerakkan atau memacu para siswanya

agar timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan belajarnya.

(25)

3. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Siswa akan giat belajar jika ia mempunyai motivasi untuk belajar. Belajar

tanpa adanya motivasi kiranya akan sulit untuk berhasil, Sebab seseorang

yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin

melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu

yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Dalam kegiatan

belajar, motivasi sangat diperlukan, terlebih bagi siswa yang kurang

memiliki motivasi dari dalam dirinya. Disini tugas guru adalah

(26)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan hakikat persepsi, hakikat guru, hakikat motivasi

belajar, hakikat siswa, kajian penelitian yang relevan, dan kerangka pikir.

A. Hakikat Persepsi

1. Pengertian persepsi

Persepsi merupakan cerminan pribadi seseorang dalam

interaksinya dengan lingkungan. Ada beberapa pengertian tentang

persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:358) persepsi

adalah sebagai tanggapan proses seseorang megetahui beberapa hal

melalui panca indera. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya

pesan atau informasi kedalam otak manusia.

Persepsi merupakan suatu proses yang digunakan individu untuk

mengelola dan menafsirkan pesan indera dari lingkungan dalam rangka

memberikan makna kepada lingkungan dengan cara mengorganisir dan

menginterpretasi sehingga akan mempengaruhi perilaku individu (Robbins

2003). Pengertian tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Walgito

(2003: 45) bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh

penginderaan. Proses yang dimaksud yaitu proses diterimanya stimulus

oleh individu melalui panca indera dan diteruskan oleh syaraf ke otak

(27)

tersebut kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan sehingga individu

menyadari apa yang diinderanya itu.

Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan

dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu

indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, penciuman (Slameto, 2003 :

102). Hal senada diungkapkan oleh Winkel (1983 :30) bahwa “persepsi

adalah kecenderungan dalam diri subjek untuk menerima atau menolak

suatu subjek itu sebagai subjek berharga“. Manusia secara umum

menerima informasi dari lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena

itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana ada informasi yang

diperoleh lewat memori organisme yang hidup.

Siswa yang merupakan subjek dalam proses belajar mengajar

ketika pada saat siswa mendapatkan pengajaran yang diberikan oleh

seorang guru, maka siswa akan mengolah sesuatu yang dilihat dan

dirasakannya, lalu disampaikan ke otak sehingga mereka mempunyai

pendapat tentang sesuatu yang dilihatnya itu. Apabila yang dilihatnya

menurut mereka tidak bagus maka menimbulkan persepsi yang tidak

bagus pula, begitupun sebaliknya apabila yang dilihatnya menurut mereka

bagus maka akan menimbulkan persepsi yang bagus pula.

2. Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Walgito (2007:71), terjadinya persepsi pada individu

(28)

peristiwa dua arah, yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi. Agar terjadi reaksi,

ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:

a. Adanya obyek yang dipersepsi.

b. Adanya indera atau resepsi, yaitu indera untuk menerima stimulus.

c. Untuk menyadari atau mengadakan persepsi sesuatu diperlukan pula

adanya perhatian.

Proses terbentuknya persepsi ada tiga tahap, yaitu tahap fisik,

fisiologis, dan psikologis. Adapun tahap-tahap yang dimaksudkan

adalah sebagai berikut:

a. Proses fisik maksudnya adalah tanggapan tersebut dimulai dengan

obyek yang menimbulkan stimulus dan akhirnya stimulus itu

mengenai alat indera atau reseptor.

b. Proses fisiologis yang dimaksud dengan proses fisiologis yaitu

stimulus yang diterima oleh alat indera kemudian dilanjutkan oleh

syaraf sensorik ke otak.

c. Proses psikologis yang dimaksud dengan proses psikologis adalah

proses yang terjadi dalam otak sehingga seseorang dapat menyadari

apa yang diterima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari

stimulus yang diterimanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses

(29)

a) Kognitif (Berpikir, pengalaman)

Dalam proses kognitif, kita akan membandingkan situasi tersebut

dengan pengalaman kita sebelumnya atau sesuatu yang pernah kita

baca. Hal ini berarti bahwa persepsi bergantung pada pengalaman dan

memori yang kita miliki.

b) Afektif (Emosional)

Komponen afektif merupakan bagaimana perasaan kita mengenai

suatu situasi. Perasaan yang kita miliki ini akan mempengaruhi

persepsi kita tentang situasi tersebut.

3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Irwanto, dkk (1988) ada empat faktor yang

mempengaruhi persepsi sebagai berikut.

a. Perhatian yang selektif

Perhatian adalah proses konsentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas mental.

Perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa obyek yang hadir

pada saat yang bersangkutan, kemudian pada saat yang bersamaan pula

seseorang memilih hanya satu obyek, sementara objek-objek yang lain

diabaikan.

Suatu rangsang mendapat perhatian dari individu, maka rangsang tersebut

akan disadari dan ditanggapi dengan cepat oleh individu tersebut. Rangsang

yang kurang mendapat perhatian akan kurang disadari dan kurang

(30)

akan rangsang itu dan semakin besar pula kemungkinan orang yang

bersangkutan menanggapinya. Semakin kecil perhatian seseorang, semakin

kecil kesadarannya akan rangsang yang bersangkutan dan semakin kecil

pula kemungkinan individu untuk menanggapinya.

b. Sifat-sifat rangsang

Rangsang yang bergerak akan lebih menarik perhatian bagi seseorang

daripada rangsang yang diam. Seseorang akan menaruh perhatian pada

rangsang yang ukurannya lebih besar daripada rangsang yang ukurannya

kecil. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian seseorang adalah

rangsang yang berlatar belakang kontras daripada yang berlatar belakang

biasa.

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Persepsi juga ditentukan oleh sejauh mana rangsang itu bernilai bagi

seseorang dengan kebutuhannya. Nilai yang dianut dan kebutuhan yang

berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi. Walaupun rangsang yang

dihadirkan pada dua orang sama, namun persepsi yang terjadi bisa jadi

berbeda karena perbedaan nilai dan kebutuhannya.

d. Pengalaman terdahulu

Perhatian seseorang terhadap rangsang turut ditentukan oleh pengalaman

akan rangsang yang dimiliki sebelumnya. Pengalaman-pengalaman

terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana orang mempersepsikan

(31)

Dari teori-teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi

siswa adalah pandangan atau penilaian siswa atas segala apa yang dilihat

dan dirasakan oleh panca indera terhadap suatu objek tertentu.

B. Hakikat Guru

1. Pengertian Guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 377) yang

dimaksud dengan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata

pencahariannya, profesinya) mengajar. Pengertian di atas masih sangat

umum, maka perlu melihat definisi-definisi lain agar lebih jelas pengertian

tentang seorang guru.

Suparlan dalam bukunya yang berjudul Menjadi Guru Efektif,

mengungkapkan hal yang berbeda tentang pengertian guru. Menurut

Suparlan (2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya

terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua

aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek

lainnya. Namun suparlan menambahkan juga bahwa secara legal guru

adalah seorang yang memperoleh Surat Keputusan (SK) baik dari

pemerintah maupun pihak swasta untuk mengajar.

Menurut Imran (2010: 23), guru adalah jabatan atau profesi yang

memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

(32)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru

adalah seseorang yang telah memperoleh Surat Keputusan (SK) baik dari

pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang memerlukan

keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mendidik dan mengajar

siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar dan menengah yang tujuan utamanya untuk mencerdaskan bangsa

dalam semua aspek.

2. Peran dan Tugas Guru

Suatu peran selalu berbeda dengan peran lainnya, tidak mungkin

ada peran yang sama persis. Peran memberikan cap atas pola tingkah laku

pemegangnya. Pandangan tentang peran akan menentukan seberapa jauh

peran menjadi terinternalisasikan. Ada banyak peran dan tugas guru.

Syaiful (2003:43) berpendapat bahwa peran guru adalah sebagai berikut:

1) Korektor artinya guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan

mana nilai yang tidak baik.

2) Inspirator artinya bahwa guru harus dapat memberi ilham yang baik bagi

kemajuan belajar siswa.

3) Informator artinya guru harus dapat memberikan informasi kepada siswa

tentang perkembangan pengetahuan dan teknologi, disamping mata

(33)

4) Organisator artinya bahwa guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan

akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik,

dan sebagainya.

5) Motivator artinya bahwa guru hendaknya dapat mendorong siswa agar

selalu bersemangat untuk belajar.

6) Inisiator artinya guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide untuk

kemajuan sekolah terutama dalam proses belajar mengajar.

7) Fasilitator artinya bahwa guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas

yang memungkinkan siswa lebih mudah untuk belajar.

8) Pembimbing artinya guru harus mampu membimbing siswa terutama

siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.

9) Demonstrator artinya bahwa guru harus mampu membantu siswa yang

mengalami kesulitan dalam pelajaran dengan memberi contoh tentang

pelajaran tersebut sehingga siswa lebih mudah memahami.

10) Pengelola kelas artinya guru hendaknya mampu menciptakan suasana

kelas yang kondusif sehingga menyenangkan bagi siswa untuk belajar.

11) Mediator artinya guru hendaknya memiliki pengetahuan yang luas tentang

media pendidikan.

12) Supervisor artinya bahwa guru hendaknya dapat membantu

perkembangan sekolah, memperbaiki, dan menilai secara kritis tentang

proses pengajaran yang membangun perkembangan pendidikan.

13) Evaluator artinya guru dituntut untuk mampu memberi penilaian secara

(34)

3. Usaha Guru Membangkitkan Motivasi Belajar

Usaha mengandung pengertian kegiatan dengan mengerahkan

tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud; pekerjaan

(perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu . Dalam

pembelajaran, seorang guru menggunakan usaha-usaha atau cara-cara

tertentu untuk menyampaikan materi yang akan disampaikan guna

menciptakan situasi kegiatan belajar mengajar yang kondusif dimana

siswa dapat mempersepsi materi dengan baik.

Guru sebagai motivator mempunyai peranan untuk memberikan

motivasi didalam proses pembelajaran. Peran guru sebagai motivator

sangat penting dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan

kegiatan belajar siswa. Guru harus mampu memberikan rangsangan,

dorongan serta reinforcement untuk mengembangkan potensi siswa,

menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga

akan terjadi dinamika dalam proses belajar.

Peran dan tugas guru amat sangat penting, terutama peran guru

dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dan hasil belajar

siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Dalam

proses pembelajaran di kelas, ketika ada siswa yang kurang berminat

dalam belajar itulah sebagai pertanda bahwa siswa tersebut tidak

mempunyai motivasi belajar. Kekurangan motivasi intrinsik tersebut

merupakan masalah yang memerlukan bantuan yang tidak dapat

(35)

ekstrinsik, sehingga dengan bantuan itu siswa dapat keluar dari kesulitan

belajar. Menurut De Decce dan Grawford (dalam Djamarah, 2008: 169),

ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara

pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar siswa, yaitu:

a. Guru harus menggairahkan peserta didik, artinya guru harus menghindari

hal-hal yang monoton dan membosankan dalam pembelajaran. Metode

pembelajaran yang digunakan perlu bervariasi misalnya kerja kelompok,

diskusi.

b. Memberikan harapan realistis, artinya guru harus memelihara

harapan-harapan siswa yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan-harapan-harapan yang

kurang atau tidak realistis. Harapan yang diberikan tentu saja yang dapat

dijangkau.

c. Memberikan insentif, artinya guru diharapkan memberikan hadiah kepada

siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas

keberhasilannya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih

lanjut guna mencapai tujuan pembelajaran.

d. Mengarahkan perilaku siswa, artinya guru harus memberikan respon

terhadap siswa yang tidak terlibat secara langsung dalam pembelajaran

agar berpartisipasi aktif. Anak didik yang diam, yang membuat keributan,

dan yang berbicara semaunya harus diberi teguran secara arif dan

bijaksana. Cara mengarahkan perilaku anak didik adalah dengan

(36)

mendidik, menegur dengan sikap yang lemah lembut dan dengan

perkataan yang baik dan ramah.

Berkaitan dengan usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar

siswa, Djamarah (2008:158) menjelaskan ada beberapa bentuk motivasi

yang dapat dimanfaatkan dalam mengarahkan belajar siswa di kelas,

diantaranya yaitu:

a. Memberi nilai/angka

Angka yang dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas

belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup

memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau

meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang.

b. Memberi hadiah pada siswa yang berprestasi

Memberikan hadiah untuk siswa yang berprestasi, akan memacu semangat

mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Disamping itu, siswa yang belum

berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

c. Kompetisi/saingan

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk

meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi

yang telah dicapai sebelumnya.

1) Pemberian tugas yang dapat melatih siswa bertanggung jawab

Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan

(37)

bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri. Maka seseorang

akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang

baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik

adalah simbol kebanggan dan harga diri.

2) Memberi ulangan sebagai sarana untuk meningkatkan prestasi belajar

Ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak

didik agar lebih giat belajar. Namun demikian, ulangan tidak

selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan akan

menjadi alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan

strategi yang sistematis.

3) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih

giat. Apalagi jika anak mengetahui hasil belajarnya mengalami

kemajuan maka anak didik akan mempertahankan atau bahkan

meningkatkan intensitas belajarnya guna memperoleh hasil yang lebih

baik.

4) Memberi pujian

Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus

merupakan motivasi yang baik. Guru dapat menggunakan pujian

(38)

5) Memberi hukuman yang mendidik

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses

belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa

tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

6) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang tersedia di dalam diri

anak didik. Maka potensi tersebut harus ditumbuhsuburkan dengan

menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Motivasi ekstrinsik

sangat diperlukan supaya hasrat untuk belajar berubah menjadi

perilaku belajar.

7) Menumbuhkan minat siswa

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Guru perlu

membangkitkan minat anak didik agar pelajaran yang diberikan

mudah dipahami oleh anak didik.

8) Tujuan yang diakui

Tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak didik merupakan alat

motivasi yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena

dengan memahami tujuan yang harus dicapai akan sangat berguna

(39)

C. Hakikat Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mental yang berupa

keinginan, perhatian, kemauan, cita-cita. Dalam proses belajar, motivasi

sangat diperlukan. Seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar

tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Banyak ahli yang sudah

mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang

mereka masing-masing.

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang

melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu

mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep

motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah

perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha,berkelanjutan), dan

penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, 2003).

Pendapat tentang motivasi juga dikemukakan oleh Sardiman (2007

:75), dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan

daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,

yang menjalin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan

arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek

belajar itu dapat tercapai. Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri

individu atau peserta didik yang mendorong atau menggerakkan individu

(40)

Syaodih Sukmadinata, 2007: 381). Menurut Oemar Hamalik (2005: 158)

motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang

ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak

dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Mc. Donald motivation is

an energy change within the person characterized by affective arousal and

anticipatory goal reaction (Oemar Hamalik, 2005: 158).

Menurut Santrock, (2007) motivasi adalah proses yang memberi

semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki

motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama

(Santrock,). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan

sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).

Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2004)

menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif,

yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang

bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan

dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan

memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga

(41)

yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens

dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari

bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa yang memiliki motivasi

belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang

menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar

melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam

mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy, 2004).

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa motivasi merupakan daya penggerak dari dalam dan

didalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi

mencapai suatu tujuan, akan tetapi motivasi manusia tidak selalu timbul

dengan sendirinya. Motivasi dapat ditimbulkan, dikembangkan, dan

diperkuat. Makin kuat motivasi seseorang, makin ketat pula usahanya

untuk mencapai tujuan. Motivasi berkembang sesuai dengan taraf

kesadaran seseorang akan tujuan yang hendak dicapainya.

2. Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan

oleh Santrock (2007), yaitu:

a. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya

(42)

dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.

Misalnya, murid belajar keras dalam menghadapi ujian untuk

mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu

sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah

mengontrol perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang

penguasaan keahlian.

b. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu

sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Misalnya, murid belajar

menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan

itu. Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang

menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan

mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan

dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa.

3. Fungsi Motivasi dalam belajar

Menurut Sardiman (2005 :84), ada tiga fungsi motivasi yaitu:

a. Mendorong untuk berbuat

Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan

yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan

Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan

(43)

c. Menyeleksi perbuatan.

Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus di kerjakan dan yang

sesuai guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan

yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

D. Hakikat Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut (Hurlock, 1980) istilah adolesence atau remaja berasal

dari bahasa Latin (adolescence) yang berarti “ tumbuh atau tumbuh

menjadi dewasa”. Istilah adolescene mempunyai arti yang lebih luas,

mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.

Menurut Piaget (1980) remaja adalah suatu usia dimana individu

menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak

tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua

melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

2. Karakteristik Umum Perkembangan Remaja

Menurut Desmita (2009), anak usia Sekolah Menengah Pertama

(SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun). Sejumlah

karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP, yaitu:

a. Terjadi ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan.

(44)

c. Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan

keinginan bergaul serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan

kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.

d. Senang membandingkan kedah-kaedah nilai-nilai etika atau norma dengan

kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

e. Mulai mempertanyakan secara skeptic mengenai eksistensi dan sifat

kemurahan dan keadilan Tuan.

f. Reaksi dan ekspresi masih labil.

g. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku dari diri

sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.

h. Kecenderungan minat dan pilihan karier relative sudah jelas.

3. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya

meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk

mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun

tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) adalah

berusaha:

1. Mampu menerima keadaan fisiknya.

2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis.

(45)

5. Mencapai kemandirian ekonomi.

6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan

orang tua.

8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan

untuk memasuki dunia dewasa.

9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

10.Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab

kehidupankeluarga.

E. Kajian Penelitian yang Relevan

Mayang Anggrian (2011) melakukan penelitian berjudul usaha

guru memotivasi siswa kelas VII dalam pembelajaran menggambar bentuk

di SMP Negeri I Blitar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

usaha guru di sekolah tersebut dalam memotivasi belajar siswa pada

pembelajaran menggambar bentuk. Usaha tersebut ditinjau dari rencana dan

metode pembelajaran, media, serta evaluasi yang digunakan oleh guru.

penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriftif kualitatif

dengan sumber data berupa guru seni rupa di SMP 1 Blitar, dengan sampel

pendukung seluruh siswa kelas VII. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa usaha guru dari aspek rencana dan metode pembelajaran

menggunakan perangkat ajar dengan pendekatan CTL dan memanfaatkan

(46)

dengan arahan guru). Sedangkan dari aspek media, guru menggunakan

benda dan contoh gambar di whiteboard sebagai model. Usaha guru dalam

aspek- aspek tersebut telah mampu memacu motivasi belajar sebagian besar

siswa kelas VII di SMP Negeri1Blitar. Sebanyak72% siswa telah tuntas

belajar, sedangkan angket tanggapan siswa menunjukkan respon yang baik

atas usaha-usaha yang telah dilakukan oleh guru dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa.

Selain itu Wahyu Wijayanti melakukan penelitian dengan judul

usaha guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa SMA Negeri 1

Godean tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui usaha-usaha apa

saja yang dilakukan guru matematika untuk membangkitkan motivasi

belajar matematika siswa SMA Negeri 1 Godean. (2) mengetahui bentuk

usaha yang paling banyak dilakukan oleh guru matematika untuk

membangkitkan motivasi belajar matematika siswa SMA Negeri 1 Godean.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi,

pemberian angket kepada siswa, wawancara dan dokumentasi.

Dua jenis penelitian yang relevan dengan skripsi peneliti, analisa

mengenai kedua skripsi penelitian dan hubungannya dengan penelitian ini,

keterkaitannya karena variabel dalam kedua penelitian tersebut termasuk

dalam dua komponen variabel dalam penelitian ini yaitu usaha guru dan

memotivasi siswa. Menumbuhkan motivasi belajar siswa merupakan salah

satu teknik dalam mengembangkan kemampuan dan kemauan belajar. Guru

(47)

masalah ini. Sehingga sebagai guru atau calon guru sebisa mungkin harus

selalu berupaya untuk dapat meningkatkan motivasi belajar terlebih bagi

siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran merupakan kegiatan pokok dari keseluruhan proses

pendidikan. Berhasil tidaknya tujuan pendidikan yang dicapai tergantung

dari berhasil tidaknya proses pembelajaran yang dialami peserta didik.

Akan tetapi hal tersebut tidak terlepas dari faktor pendukungnya yaitu guru,

siswa, strategi pengajaran serta fasilitas penunjangnya. Dari beberapa

faktor tersebut, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah

menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor

penunjang yang lain, guru sebagai subyek pendidikan sangat menentukan

keberhasilan pendidikan itu sendiri. Meskipun fasilitas pendidikannya

lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru

yang berkualitas sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa,

maka tidak akan menimbulkan proses pembelajaran yang maksimal.

Dalam usaha membangkitkan motivasi belajar tidak cukup hanya

mengandalkan kesadaran dari siswa itu sendiri, melainkan dari usaha

seorang guru yang memiliki keinginan yang kuat untuk membangkitkan

motivasi belajar. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar

sehingga mencapai hasil yang memuaskan, karena motivasi merupakan

(48)

siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan terus rajin

belajar, penuh semangat, tidak cepat bosan, dan selalu berusaha berprestasi.

Oleh karena itu menjadi kewajiban para guru untuk melakukan

usaha yang dapat menumbuhkan motivasi belajar. Dengan berbagai macam

usaha dalam membangkitkan motivasi belajar diharapkan guru dapat

menarik minat siswa agar motivasinya semakin kuat karena hasil

(49)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi

penelitian, antara lain jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,subyek

penelitian, teknik dan instrument pengumpulan data, validitas dan reliabilitas,

prosedur penyusunan alat, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Furchan

(2004:39) metode deskriptif adalah suatu metode yang menggambarkan dan

menafsirkan keadaan suatu obyek pada masa sekarang. Tujuan penelitian

deskriptif adalah melukiskan variabel atau kondisi ”apa adanya” dalam satu

situasi (Furchan 2007:450). Penelitian ini bertujuan mengetahui dan

memperoleh data persepsi siswa tentang usaha guru dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo tahun ajaran

2015/2016.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Xaverius Muara Bungo yang

terletak di Jl. RM. Taher Kelurahan pasir putih, Kecamatan Rimbo Tengah,

Kabupaten Bungo. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2016 di

(50)

C. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah para

siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo, tahun ajaran 2015/2016 yang

berjumlah 50 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010) teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini, peneliti

mengumpulkan data persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner merupakan

alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk dijawabnya menurut

Sugiyono (2011). Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup.

E. Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner mengenai persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa. Kuesioner yang disusun oleh peneliti didasarkan pada

usaha guru dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa menurut De

Decce dan Grawford (dalam Djamarah, 2008: 169) yaitu menggairahkan

anak didik, memberikan harapan realistis, memberikan insentif, dan

(51)

Kuesioner ini menggunakan skala likert, dengan empat kategori

penilaian yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat

Tidak Setuju (STS). Pernyataan dari tiap-tiap indikator dapat berupa

pernyataan yang bersifat positif maupun bersifat negatif dengan tingkat

penilaian yang berbeda dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1

Skala Likert favorable dan unfavorabel

No Pernyataan Alternative Jawaban

SS KS TS STS

1 Favorabel 4 3 2 1

(52)

Tabel 2

(53)

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas suatu instrument penelitian adalah derajat yang

menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur

(Arikunto,2009: 122). Uji validitas item dilakukan untuk mengetahui apakah

instrumen yang disusun dapat dipergunakan untuk mengukur apa yang akan

diukur. Semakin tinggi nilai validitas item menunjukkan semakin valid

instrument tersebut digunakan dilapangan. Validitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi adalah

validitas yang mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrumen

dengan tujuan dan deskripsi masalah yang akan diteliti (Nurgiyantoro,2009).

Instrument yang valid berarti instrument yang digunakan dapat mengukur

variable yang digunakan.

Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada pertimbangan

yang dilakukan oleh seorang ahli (expert judgement), guna menelaah secara

logis kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir pernyataan kuesioner

agar setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan aspek tujuan dan isi

indikator atributnya sebagaimana dikonstruk dalam kisi-kisi instrumen,

sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro,2009). Teknik uji yang

digunakan adalah dengan cara pengukuran validitas item persepsi siswa

terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah SPSS

yang bertujuan agar pengukurannya lebih efektif. Peneliti menggunakan

(54)

instrument dikatakan valid jika harga probabilitas yang terungkap dalam

Sig.(2-tailed) dibawah 0,05(p < 0,05)

Menurut Arikunto (2002), suatu instrumen yang valid mempunyai

tingkat validitas yang tinggi, dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan

data dari variabel yang diteliti secara tepat. Selanjutnya Arikunto (2002: 160)

menjelaskan bahwa untuk menguji tingkat validitas dari kuesioner dengan

taraf significan (α 5%) digunakan rumus koefisien korelasi product

moment sebagai berikut :

Keterangan:

= korelasi product moment

X = nilai setiap butir Y = nilai dari jumlah butir N = jumlah responden

Koefisien korelasi item diukur menggunakan SPSS versi 17.0 agar

perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Menurut Azwar (2012: 95), item

yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memuaskan.

Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa item yang valid

adalah item yang memiliki nilai korelasi 0,30. Sementara itu, suatu item

(55)

Dari hasil uji validitas yang dilakukan maka didapatkan 46 item

persepsi yang valid dan terdapat 9 item yang tidak valid. Hasil uji validitas

menggunakan SPSS dapat di lihat pada lampiran. Hasil validasi dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 3

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian N

d. Persaingan/kompetisi 15,16,17

(56)

4 Mengarahkan

Reliabilitas suatu alat ukur menunjuk pada derajat keajegan alat

tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Furchan, 2004:310).

Suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil

dalam satu atau berbagai pengukuran. Reliabilitas dalam penelitian ini diukur

dengan metode belah dua dimana penentuan taraf reliabilitas suatu tes untuk

satu kali pengukuran. Hasil tes dianalisis dengan membelah skor selain itu

instrument menjadi dua bagian, bagian pertama memuat skor item-item

bernomor ganjil dan bagian kedua berasal dari item bernomor genap

(Supratiknya, 1998:40).

Peneliti melakukan uji reliabilitas melalui program SPSS 16 dengan

uji Alpha Cronbach. Untuk mengetahui kualifikasi dari Alpha Cronbach

peneliti melihat koefisien reliabilitas yang dinyatakan dalam satu bilangan

(57)

Tabel 4

Negative-0,20 Sangat Rendah

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner siswa menggunakan

program computer SPSS, dilakukan dengan menghitung korelasi item ganjil

dan item genap dengan menggunakan teknik product moment dari pearson.

Hasil perhitungan product moment skor ganjil genap kemudian dikoreksi

dengan formula Spearman Brown sebagai berikut: (Masidjo 1995:218)

α =

2[1-

]

Berdasarkan tabel di atas dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,

dapat dikatakan bahwa taraf reliabilitas instrument penelitian persepsi siswa

2

Cronbach's Alpha N of Items

(58)

terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII

SMP Xaverius Muara Bungo sebesar 0,947. Maka dapat dikatakan bahwa

instrument memiliki taraf reliabilitas tinggi karena berada diantara koefisien

reliabilitas antara 0,91- 1.00.

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti menghubungi pihak sekolah SMP Xaverius Muara Bungo

untuk meminta ijin mengadakan penelitian.

b. Peneliti menyiapkan kuesioner untuk menggali data-data yang

dibutuhkan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) menjabarkan aspek-aspek usaha guru meningkatkan motivasi

belajar kedalam indikator-indikator.

2) Menyusun butir-butir pernyataan yang sesuai dengan

indicator-indikator usaha guru meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. Peneliti mengkonsultasikan instrument kepada dosen pembimbing

skripsi untuk menelaah kualitas instrument dan memeriksa validitas isi

sebelum digunakan untuk penelitian.

d. Meminta surat ijin penelitian pada sekretariat Program Studi BK

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang kemudian ditandatangani

oleh Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

e. Meminta tanda tangan ke wakil Dekan dan cap yang mengesahkan surat

(59)

f. Menyerahkan surat ijin ke sekolah SMP Xaverius Muara Bungo

g. Meminta penentuan dan kesepakatan mengenai waktu pelaksanaan

penelitian kepada pihak sekolah

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui gambaran persepsi siswa

terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Teknik

analisis data yang digunakan adalah teknik kategorisasi jenjang ordinal

(dalam Azwar (2010: 107-108)). Ada lima kategorisasi yang digunakan yaitu

kategori sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif, dan sangat tidak

positif.

Langkah-langkah teknik analisis data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Memberi skor pada tiap-tiap item pada setiap kuesioner yang telah diisi

oleh responden dengan mengacu pada norma skoring dari tiap-tiap

alternative jawaban sebagaimana telah ditetapkan.

2. Mentabulasikan seluruh data kedalam computer dengan bantuan program

Mikrosof Excel kemudian menjumlah total skor dari masing-masing

responden.

3. Mengelompokkan tingkat persepsi siswa tentang usaha guru dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa kedalam kategori. Kategorisasi

disusun berdasar pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar

(60)

Tabel 6

Norma Penggolongan Kategorisasi

Persepsi Siswa terhadap Usaha Guru Meningkatkan motivasi belajar siswa Norma/Kriteria Skor Kategori

 + 1,5 X Sangat Positif  + 0,5 X  + 1,5 Positif  - 0,5 X  + 0,5 Cukup Positif

 - 1,5 X  - 0,5 Kurang Positif X  - 1,5 Sangat Kurang Positif

Keterangan:

X maksimum teoritik : Rata-rata Skor total tertinggi

X minimum teoritik : Rata-rata Skor total terendah

σ : Standar deviasi,yaitu luas jarak

rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran

µ : Mean teoritik, yaitu rata-rata teoritis dari skor maxsimum

Kategori tersebut menjadi patokan dalam menentukan tinggi rendahnya persepsi

siswa terhadap usaha guru meningkatkan motivasi belajar. Kategorisasi subyek

penelitian diperoleh melalui perhitungan ( dengan jumlah item 46) sebagai

berikut:

X maksimum teoritik : 46 x 4 = 184 X minimum teoritik : 46 x 1 = 46 Luas jarak : 184 – 46 = 138

: 138 : 6 = 23

Gambar

Gambar   4.2 Grafik Kategori Item Aspek Aspek Persepsi Siswa terhadap Usaha
Skala Likert Tabel 1 favorable dan unfavorabel
Tabel 2
Tabel 3 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait