ABSTRAK
PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo, Tahun Ajaran 2015/2016)
Veronika Maryati Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Xaverius Muara Bungo. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 50 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan Kuesioner Persepsi Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa yang berjumlah 46 item dengan nilai reliabilitas 0,947. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek usaha guru memotivasi siswa yaitu aspek menggairahkan anak didik, aspek memberikan harapan realistis, aspek memberikan reward dan aspek mengarahkan perilaku siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan distribusi normal yang terdiri dari lima kategori yaitu sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif dan sangat tidak positif.Hasil penelitian menunjukkan (1) sebanyak 46 subyek (92%) memiliki persepsi sangat positif, dan 4 subyek (8%) memiliki persepsi positif terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Tidak ada (0%) pada kategori cukup positif, kurang positif dan kategori sangat kurang positif. (2) pada butir item yang intensitasnya tinggi dalam menggambarkan tingkat persepsi siswa yaitu 14 item, cukup tinggi 8 item, dan 24 item masuk dalam kategori sangat tinggi.
ABSTRACT
STUDENTS’ PERCEPTION ON TEACHERS’ ATTEMPTS TO ENHANCE STUDENTS’ MOTIVATION TO
(A Descriptive Study of the ninth grade students in Xaverius Muara Bungo Junior High School, Academic 2015/2016)
Veronika Maryati Sanata Dharma University
2016
This research aims at finding out the level of the ninth grade students’ perceptions on the teachers’ attempts to enhance their motivation to learn in Xaverius Muara Bungo Junior High School. A quantitative descriptive analysis was employed, where 50 ninth grade students in Xaverius Muara Bungo Junior High School, Academic 2015/2016, were involved as the research subjects. The data gathering was conducted by distributing 46-item questionnaires entitled “A Questionnaire of the Teachers’ Attempts to Enhance Students’ Motivation to Learn”, with 0.947 the value of reliability. The questionnaire was designed basedon several aspects of the teachers’ attempts to motivate their students, namely in stimulating the students, in providing realistic expectations, in offering rewards, and in directing students’ behavior. A percentage calculation by normal distribution consisting of five categories, i.e. “Strongly Agree”, “Agree”, “Fair”, “Disagree, and “Strongly Disagree” was applied as a data analysis technique. The research indicated that first, 46 subjects (92%) “Strongly Agreed”, as well as four subjects (8%) “Agreed” with the teachers’ attempts to enhance the students’ motivation to learn. None of them chose “Fair”, “Disagree”, and “Strongly Disagree”. Second, 14 items in the questionnaire obtained high intensity in describing the level of the students’ perceptions, 8 items were high enough, and 24 items were categorized as very high.
i
PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo, Tahun Ajaran 2015/2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh : Veronika Maryati NIM : 121114043
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tuhanlah Gembalaku
Tak akan kekurangan aku (mz 23)
Karya sederhana ini aku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus karena cinta kasih dan berkatNYA peneliti dapat menyelesaikan
tugas akhir
Kongregasi Suster-suster Santa Yohana Delanoue
Keluarga besar Bimbingan dan Konseling
v
PERNYATAAN HASIL KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta 29 Juli 2016
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Veronika Maryati
NIM : 121114043
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo, Tahun Ajaran 2015/2016)
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 29 Juli 2016 Yang menyatakan
vii ABSTRAK
PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo, Tahun Ajaran 2015/2016)
Veronika Maryati Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Xaverius Muara Bungo. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 50 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan Kuesioner Persepsi Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa yang berjumlah 46 item dengan nilai reliabilitas 0,947. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek usaha guru memotivasi siswa yaitu aspek menggairahkan anak didik, aspek memberikan harapan realistis, aspek memberikan reward dan aspek mengarahkan perilaku siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan distribusi normal yang terdiri dari lima kategori yaitu sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif dan sangat tidak positif.Hasil penelitian menunjukkan (1) sebanyak 46 subyek (92%) memiliki persepsi sangat positif, dan 4 subyek (8%) memiliki persepsi positif terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Tidak ada (0%) pada kategori cukup positif, kurang positif dan kategori sangat kurang positif. (2) pada butir item yang intensitasnya tinggi dalam menggambarkan tingkat persepsi siswa yaitu 14 item, cukup tinggi 8 item, dan 24 item masuk dalam kategori sangat tinggi.
viii ABSTRAC
STUDENTS’ PERCEPTION ON TEACHERS’ ATTEMPTS TO ENHANCE STUDENTS’ MOTIVATION TO
(A Descriptive Study of the ninth grade students in Xaverius Muara Bungo Junior High School, Academic 2015/2016)
Veronika Maryati Sanata Dharma University
2016
This research aims at finding out the level of the ninth grade students’ perceptions on the teachers’ attempts to enhance their motivation to learn in Xaverius Muara Bungo Junior High School. A quantitative descriptive analysis was employed, where 50 ninth grade students in Xaverius Muara Bungo Junior High School, Academic 2015/2016, were involved as the research subjects. The data gathering was conducted by distributing 46-item questionnaires entitled “A Questionnaire of the Teachers’ Attempts to Enhance Students’ Motivation to Learn”, with 0.947 the value of reliability. The questionnaire was designed basedon several aspects of the teachers’ attempts to motivate their students, namely in stimulating the students, in providing realistic expectations, in offering rewards, and in directing students’ behavior. A percentage calculation by normal distribution consisting of five categories, i.e. “Strongly Agree”, “Agree”, “Fair”, “Disagree, and “Strongly Disagree” was applied as a data analysis technique. The research indicated that first, 46 subjects (92%) “Strongly Agreed”, as well as four subjects (8%) “Agreed” with the teachers’ attempts to enhance the students’ motivation to learn. None of them chose “Fair”, “Disagree”, and “Strongly Disagree”. Second, 14 items in the questionnaire obtained high intensity in describing the level of the students’ perceptions, 8 items were high enough, and 24 items were categorized as very high.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang maha baik karena berkat kasihNYA
yang melimpah melalui pembimbing yang membantu peneliti menyelesaikan
skripsi yang berjudul persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo tahun ajaran
2015/2016
Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Bimbingan dan Konseling.
Dalam proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik, dan
saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi bimbingan
dan Konseling dan Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu dengan kesabaran memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi,
dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah
memberikan banyak tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
5. St. Priyatmoko yang selalu memberikan bantuan dalam administrasi
x
6. Romo Gading Sianipar Pr, selaku Koordinator Yayasan SMP Xaverius
Muara Bungo yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
7. Bapak Kepala SMP Xaverius yang memberikan kesempatan melakukan
penelitian dan membantu kelancaran proses penelitian.
8. Bapak/Ibu Guru yang juga membantu kelancaran proses penelitian ini.
9. Kongregasi Suster-Suster SJD yang telah memberikan kesempatan, segala
kebutuhan, dukungan selama studi di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
10.Para Suster yang telah mendukung dengan segala macam caranya
masing-masing.
11.Orang tua yang selalu memberikan doa dan semangat dalam menjalankan
studi ini.
12.Seluruh teman-teman di Program Bimbingan dan Konseling angkatan
2012 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat
menjadi inspirasi.
Penulis
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
B. Identifikasi Masalah……… 5
C. Pembatasan Masalah……….. 5
D. Rumusan Masalah……….. 5
E. Tujuan Penelitian……… 6
F. Manfaat Penelitian……… .. 6
G. Devinisi Operasional ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Persepsi ... 9
1. Pengertian Persepsi ... 9
2. Proses Terjadinya Persepsi ... 10
3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 12
B. Hakikat Guru ... 14
xii
2. Peran dan Tugas Guru ... 15
3. Usaha Guru Membangkitkan Motivasi Belajar ... 17
C. Hakikat Motivasi Belajar ... 21
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 21
2. Aspek-Aspek Motivasi Belajar ... 24
3. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 25
D. Hakikat Remaja ... 26
Pengertian Remaja ... 26
Karakteristik Umum Perkembangan Remaja ... 26
Tugas-Tugas Perkembangan Remaja ... 27
E. Kajian Teori yang Relevan... 28
F. Kerangka Pikir ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………. ... 32
B. Waktu dan Tempat Penelitian………. 32
C. Subyek Penelitian………. ... 33
D. Teknik Pengumpulan Data……….. ... 33
E. Instrumen Penelitian………... 33
F. Validitas dan Reliabilitas……… .... 36
G. Prosedur Pengumpulan Data………. .. 41
H. Teknik analisis Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46
B. Pembahasan ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54
B. Keterbatasan Penelitian ... 55
C. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA……… ... 56
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skala Likert Favorable danUnfavorable ... 34
Tabel 2. Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa……...……….35
Tabel 3. Hasil uji Validitas Instrumen Penelitian ... 38
Tabel 4 Kualifikasi Reliabilitas ... 40
Tabel 5 Hasil Reliabilitas Kuesioner... 40
Tabel 6 Norma Penggolongan Kategori ... 43
Tabel 7 Kategori Skor Persepsi Siswa ... 44
Tabel 8 Kategori Skor Item Penelitian……….45
Tabel 9 Persepsi Siswa terhadap Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ... 46
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Persepsi Siswa terhadap Usaha Guru dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar ... 47
Gambar 4.2 Grafik Kategori Item Aspek Aspek Persepsi Siswa terhadap Usaha
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa Terhadap Usaha Guru ... 59
Lampiran 2 Kuesioner ………60-64
Lampiran 3 Validitas………...65-68
Lampiran 4 Hasil Analisis Reliabilitas ... 69
Lampiran 5 Surat Penelitian ... 70
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
definisi operasional variabel.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di segala bidang sangat dibutuhkan karena pendidikan
merupakan poros dari segala bidang kehidupan. Peran pendidikan sangat
penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan
demokratis sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.20/2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Peranan guru
dalam meningkatkan mutu pendidikan memang besar, hal tersebut dapat
dipahami dari hakikat guru sebagai pendidik.
Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar,
untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh
kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi professional dari seorang
guru sangat menentukan mutu pendidikan.
Merosotnya mutu pendidikan di tanah air disebabkan oleh banyak
hal: salah satunya adalah di dunia pendidikan nasional ada banyak guru yang
tidak professional sehingga guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang terlibat aktif
dalam proses pembelajaran.
Motivasi belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan prestasi belajar, maka untuk meningkatkan prestasi belajar
dibutuhkan motivasi yang lebih besar dalam pelaksanaan proses pendidikan.
Dalam hal ini perlu menempatkan motivasi belajar pada posisi yang paling
penting dalam proses pembelajaran. Akan tetapi realita di lapangan
menunjukkan bahwa banyak siswa yang kurang memiliki kemauan belajar
yang tinggi dikarenakan guru juga kurang memberikan motivasi.
Motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri atau
berasal dari luar diri pribadi siswa. Perasaan suka terhadap satu mata
pelajaran merupakan contoh motivasi yang berasal dari dalam diri siswa.
Menurut Muhibbin Syah (2002: 137) yang termasuk motivasi yang berasal
dari dalam diri siswa adalah menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap
materi pelajaran tersebut. Sedangkan motivasi yang berasal dari luar diri
pribadi siswa dapat ditimbulkan dari faktor guru, lingkungan dan orang tua.
Dalam proses pembelajaran tentu tidak terlepas dari adanya interaksi
antara siswa dan guru, di dalamnya terjadi juga proses penyampaian pesan
dari sumber pesan ke penerima pesan. Dalam hal ini sumber pesan adalah
pendidik dan penerima pesan adalah peserta didik. Pesan yang
dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada di dalam kurikulum.
Namun ada kalanya pesan yang disampaikan oleh pendidik tidak sepenuhnya
komunikasi mengalami kegagalan. Ada beberapa faktor yang menjadi
penghambat atau penghalang proses komunikasi, salah satunya adalah
hambatan psikologis yang berhubungan dengan persepsi seseorang. Siswa
yang senang terhadap mata pelajaran, topik serta gurunya tentu lain hasil
belajarnya dibandingkan dengan yang benci atau tidak menyukai semua itu.
Maka jelaslah bahwa peranan guru sebagai tenaga pengajar memberikan
kontribusi besar dalam proses belajar mengajar.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai
motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi
belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut
kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Di lapangan masih banyak
kita temukan guru-guru yang kurang mampu berusaha dalam memberikan
motivasi kepada siswa seperti: dalam pembelajaran guru tidak menggunakan
media, pembelajaran yang kurang menarik/monoton, siswa kurang dilibatkan
sehingga siswa merasa bosan dan tidak termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Guru diharapkan memiliki kompetensi dalam bidangnya sehingga
mampu mempersiapkan para generasi muda sebagai pemimpin-pemimpin
bangsa yang kompeten dalam menerapkan ilmunya di masyarakat. Guru yang
memiliki kesadaran bahwa tugas sebagai guru merupakan salah satu
tanggung jawab untuk ambil bagian dalam mencerdaskan bangsa dengan
mendidik para generasi muda sebaik-baiknya akan tumbuh semangat untuk
Pembelajaran yang menarik dan cara menyampaikan pelajaran itu dapat
memotivasi siswa untuk belajar. Dengan adanya motivasi, maka siswa akan
lebih antusias dalam belajar.
Realitas di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa yang kurang
memiliki kemauan belajar yang tinggi. Asumsi peneliti kurangnya motivasi
belajar siswa ini disebabkan monotonnya suasana dalam pembelajaran, guru
kurang kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran, ada juga guru yang
hanya memberikan catatan saja tanpa menjelaskan isi dari pelajaran tersebut
sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti materi yang disampaikan
oleh guru.
Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang
baik pula (Sardiman 1990: 77). Dalam kaitannya dengan pembelajaran, guru
memegang peranan yang amat penting untuk menciptakan kondisi atau
proses yang mengarahkan siswa pada aktivitas belajar yang bermakna.
Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk menumbuhkan dan memberi
motivasi agar siswa terdorong untuk melakukan aktivitas belajar dengan baik
menjadi dorongan peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “
Tingkat Persepsi Siswa terhadap Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa (Studi Deskriptif pada Siswa kelas VII SMP Xaverius Muara
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti
mengidentifikasi beberapa masalah antara lain:
1. Guru kurang kreatif dalam merancang pembelajaran sehingga tidak
memotivasi siswa untuk belajar.
2. Proses pembelajaran masih berpusat pada Guru/monoton.
3. Siswa kurang antusias/bosan dalam mengikuti proses pembelajaran
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah
sesuai judul. Adapun permasalahan yang akan dibahas secara lebih
mendalam adalah: persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo tahun ajaran
2015/2016.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut maka perumusan masalah
sebagai berikut:
1. Seberapa positif tingkat persepsi siswa terhadap usaha guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Xaverius Muara
Bungo tahun ajaran 2015/2016?”
2. Butir instrument mana saja yang memperoleh skor rendah sebagai dasar
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan tingkat persepsi siswa terhadap usaha guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Xaverius Muara
Bungo tahun ajaran 2015/2016.
2. Mengidentifikasi butir instrumen yang memperoleh skor rendah sebagai
dasar pemberian layanan konsultasi dari guru BK kepada guru mata
pelajaran.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan untuk menambah wawasan,
di bidang bimbingan dan konseling khususnya dalam memberikan
motivasi belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Hasil penelitian ini kiranya menjadikan bahan refleksi dalam
memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar. Sehingga tujuan
b. Bagi siswa
Dengan melihat usaha yang dilakukan guru, siswa dapat termotivasi
untuk belajar secara tekun sehingga memperoleh hasil yang baik.
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
d. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini menjadi masukan yang sangat berharga untuk
memahami dan mengembangkan kompetensi sebagai calon guru
G. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Persepsi merupakan pandangan atau penilaian yang dilakukan seseorang
terhadap suatu obyek. Penilaian pribadi seseorang untuk sebuah obyek
yang sama bisa berbeda tergantung dari kecakapan dan kepribadian
masing-masing.
2. Usaha guru dalam membangkitkan motivasi belajar merupakan suatu cara
yang ditempuh guru untuk menggerakkan atau memacu para siswanya
agar timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan belajarnya.
3. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Siswa akan giat belajar jika ia mempunyai motivasi untuk belajar. Belajar
tanpa adanya motivasi kiranya akan sulit untuk berhasil, Sebab seseorang
yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu
yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Dalam kegiatan
belajar, motivasi sangat diperlukan, terlebih bagi siswa yang kurang
memiliki motivasi dari dalam dirinya. Disini tugas guru adalah
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dipaparkan hakikat persepsi, hakikat guru, hakikat motivasi
belajar, hakikat siswa, kajian penelitian yang relevan, dan kerangka pikir.
A. Hakikat Persepsi
1. Pengertian persepsi
Persepsi merupakan cerminan pribadi seseorang dalam
interaksinya dengan lingkungan. Ada beberapa pengertian tentang
persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:358) persepsi
adalah sebagai tanggapan proses seseorang megetahui beberapa hal
melalui panca indera. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya
pesan atau informasi kedalam otak manusia.
Persepsi merupakan suatu proses yang digunakan individu untuk
mengelola dan menafsirkan pesan indera dari lingkungan dalam rangka
memberikan makna kepada lingkungan dengan cara mengorganisir dan
menginterpretasi sehingga akan mempengaruhi perilaku individu (Robbins
2003). Pengertian tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Walgito
(2003: 45) bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan. Proses yang dimaksud yaitu proses diterimanya stimulus
oleh individu melalui panca indera dan diteruskan oleh syaraf ke otak
tersebut kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan sehingga individu
menyadari apa yang diinderanya itu.
Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan
dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu
indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, penciuman (Slameto, 2003 :
102). Hal senada diungkapkan oleh Winkel (1983 :30) bahwa “persepsi
adalah kecenderungan dalam diri subjek untuk menerima atau menolak
suatu subjek itu sebagai subjek berharga“. Manusia secara umum
menerima informasi dari lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena
itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana ada informasi yang
diperoleh lewat memori organisme yang hidup.
Siswa yang merupakan subjek dalam proses belajar mengajar
ketika pada saat siswa mendapatkan pengajaran yang diberikan oleh
seorang guru, maka siswa akan mengolah sesuatu yang dilihat dan
dirasakannya, lalu disampaikan ke otak sehingga mereka mempunyai
pendapat tentang sesuatu yang dilihatnya itu. Apabila yang dilihatnya
menurut mereka tidak bagus maka menimbulkan persepsi yang tidak
bagus pula, begitupun sebaliknya apabila yang dilihatnya menurut mereka
bagus maka akan menimbulkan persepsi yang bagus pula.
2. Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Walgito (2007:71), terjadinya persepsi pada individu
peristiwa dua arah, yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi. Agar terjadi reaksi,
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:
a. Adanya obyek yang dipersepsi.
b. Adanya indera atau resepsi, yaitu indera untuk menerima stimulus.
c. Untuk menyadari atau mengadakan persepsi sesuatu diperlukan pula
adanya perhatian.
Proses terbentuknya persepsi ada tiga tahap, yaitu tahap fisik,
fisiologis, dan psikologis. Adapun tahap-tahap yang dimaksudkan
adalah sebagai berikut:
a. Proses fisik maksudnya adalah tanggapan tersebut dimulai dengan
obyek yang menimbulkan stimulus dan akhirnya stimulus itu
mengenai alat indera atau reseptor.
b. Proses fisiologis yang dimaksud dengan proses fisiologis yaitu
stimulus yang diterima oleh alat indera kemudian dilanjutkan oleh
syaraf sensorik ke otak.
c. Proses psikologis yang dimaksud dengan proses psikologis adalah
proses yang terjadi dalam otak sehingga seseorang dapat menyadari
apa yang diterima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari
stimulus yang diterimanya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses
a) Kognitif (Berpikir, pengalaman)
Dalam proses kognitif, kita akan membandingkan situasi tersebut
dengan pengalaman kita sebelumnya atau sesuatu yang pernah kita
baca. Hal ini berarti bahwa persepsi bergantung pada pengalaman dan
memori yang kita miliki.
b) Afektif (Emosional)
Komponen afektif merupakan bagaimana perasaan kita mengenai
suatu situasi. Perasaan yang kita miliki ini akan mempengaruhi
persepsi kita tentang situasi tersebut.
3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Irwanto, dkk (1988) ada empat faktor yang
mempengaruhi persepsi sebagai berikut.
a. Perhatian yang selektif
Perhatian adalah proses konsentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas mental.
Perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa obyek yang hadir
pada saat yang bersangkutan, kemudian pada saat yang bersamaan pula
seseorang memilih hanya satu obyek, sementara objek-objek yang lain
diabaikan.
Suatu rangsang mendapat perhatian dari individu, maka rangsang tersebut
akan disadari dan ditanggapi dengan cepat oleh individu tersebut. Rangsang
yang kurang mendapat perhatian akan kurang disadari dan kurang
akan rangsang itu dan semakin besar pula kemungkinan orang yang
bersangkutan menanggapinya. Semakin kecil perhatian seseorang, semakin
kecil kesadarannya akan rangsang yang bersangkutan dan semakin kecil
pula kemungkinan individu untuk menanggapinya.
b. Sifat-sifat rangsang
Rangsang yang bergerak akan lebih menarik perhatian bagi seseorang
daripada rangsang yang diam. Seseorang akan menaruh perhatian pada
rangsang yang ukurannya lebih besar daripada rangsang yang ukurannya
kecil. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian seseorang adalah
rangsang yang berlatar belakang kontras daripada yang berlatar belakang
biasa.
c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu
Persepsi juga ditentukan oleh sejauh mana rangsang itu bernilai bagi
seseorang dengan kebutuhannya. Nilai yang dianut dan kebutuhan yang
berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi. Walaupun rangsang yang
dihadirkan pada dua orang sama, namun persepsi yang terjadi bisa jadi
berbeda karena perbedaan nilai dan kebutuhannya.
d. Pengalaman terdahulu
Perhatian seseorang terhadap rangsang turut ditentukan oleh pengalaman
akan rangsang yang dimiliki sebelumnya. Pengalaman-pengalaman
terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana orang mempersepsikan
Dari teori-teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi
siswa adalah pandangan atau penilaian siswa atas segala apa yang dilihat
dan dirasakan oleh panca indera terhadap suatu objek tertentu.
B. Hakikat Guru
1. Pengertian Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 377) yang
dimaksud dengan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar. Pengertian di atas masih sangat
umum, maka perlu melihat definisi-definisi lain agar lebih jelas pengertian
tentang seorang guru.
Suparlan dalam bukunya yang berjudul Menjadi Guru Efektif,
mengungkapkan hal yang berbeda tentang pengertian guru. Menurut
Suparlan (2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya
terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua
aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek
lainnya. Namun suparlan menambahkan juga bahwa secara legal guru
adalah seorang yang memperoleh Surat Keputusan (SK) baik dari
pemerintah maupun pihak swasta untuk mengajar.
Menurut Imran (2010: 23), guru adalah jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru
adalah seseorang yang telah memperoleh Surat Keputusan (SK) baik dari
pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang memerlukan
keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mendidik dan mengajar
siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan menengah yang tujuan utamanya untuk mencerdaskan bangsa
dalam semua aspek.
2. Peran dan Tugas Guru
Suatu peran selalu berbeda dengan peran lainnya, tidak mungkin
ada peran yang sama persis. Peran memberikan cap atas pola tingkah laku
pemegangnya. Pandangan tentang peran akan menentukan seberapa jauh
peran menjadi terinternalisasikan. Ada banyak peran dan tugas guru.
Syaiful (2003:43) berpendapat bahwa peran guru adalah sebagai berikut:
1) Korektor artinya guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan
mana nilai yang tidak baik.
2) Inspirator artinya bahwa guru harus dapat memberi ilham yang baik bagi
kemajuan belajar siswa.
3) Informator artinya guru harus dapat memberikan informasi kepada siswa
tentang perkembangan pengetahuan dan teknologi, disamping mata
4) Organisator artinya bahwa guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan
akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik,
dan sebagainya.
5) Motivator artinya bahwa guru hendaknya dapat mendorong siswa agar
selalu bersemangat untuk belajar.
6) Inisiator artinya guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide untuk
kemajuan sekolah terutama dalam proses belajar mengajar.
7) Fasilitator artinya bahwa guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas
yang memungkinkan siswa lebih mudah untuk belajar.
8) Pembimbing artinya guru harus mampu membimbing siswa terutama
siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
9) Demonstrator artinya bahwa guru harus mampu membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam pelajaran dengan memberi contoh tentang
pelajaran tersebut sehingga siswa lebih mudah memahami.
10) Pengelola kelas artinya guru hendaknya mampu menciptakan suasana
kelas yang kondusif sehingga menyenangkan bagi siswa untuk belajar.
11) Mediator artinya guru hendaknya memiliki pengetahuan yang luas tentang
media pendidikan.
12) Supervisor artinya bahwa guru hendaknya dapat membantu
perkembangan sekolah, memperbaiki, dan menilai secara kritis tentang
proses pengajaran yang membangun perkembangan pendidikan.
13) Evaluator artinya guru dituntut untuk mampu memberi penilaian secara
3. Usaha Guru Membangkitkan Motivasi Belajar
Usaha mengandung pengertian kegiatan dengan mengerahkan
tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud; pekerjaan
(perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu . Dalam
pembelajaran, seorang guru menggunakan usaha-usaha atau cara-cara
tertentu untuk menyampaikan materi yang akan disampaikan guna
menciptakan situasi kegiatan belajar mengajar yang kondusif dimana
siswa dapat mempersepsi materi dengan baik.
Guru sebagai motivator mempunyai peranan untuk memberikan
motivasi didalam proses pembelajaran. Peran guru sebagai motivator
sangat penting dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan
kegiatan belajar siswa. Guru harus mampu memberikan rangsangan,
dorongan serta reinforcement untuk mengembangkan potensi siswa,
menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga
akan terjadi dinamika dalam proses belajar.
Peran dan tugas guru amat sangat penting, terutama peran guru
dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dan hasil belajar
siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Dalam
proses pembelajaran di kelas, ketika ada siswa yang kurang berminat
dalam belajar itulah sebagai pertanda bahwa siswa tersebut tidak
mempunyai motivasi belajar. Kekurangan motivasi intrinsik tersebut
merupakan masalah yang memerlukan bantuan yang tidak dapat
ekstrinsik, sehingga dengan bantuan itu siswa dapat keluar dari kesulitan
belajar. Menurut De Decce dan Grawford (dalam Djamarah, 2008: 169),
ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara
pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar siswa, yaitu:
a. Guru harus menggairahkan peserta didik, artinya guru harus menghindari
hal-hal yang monoton dan membosankan dalam pembelajaran. Metode
pembelajaran yang digunakan perlu bervariasi misalnya kerja kelompok,
diskusi.
b. Memberikan harapan realistis, artinya guru harus memelihara
harapan-harapan siswa yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan-harapan-harapan yang
kurang atau tidak realistis. Harapan yang diberikan tentu saja yang dapat
dijangkau.
c. Memberikan insentif, artinya guru diharapkan memberikan hadiah kepada
siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas
keberhasilannya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih
lanjut guna mencapai tujuan pembelajaran.
d. Mengarahkan perilaku siswa, artinya guru harus memberikan respon
terhadap siswa yang tidak terlibat secara langsung dalam pembelajaran
agar berpartisipasi aktif. Anak didik yang diam, yang membuat keributan,
dan yang berbicara semaunya harus diberi teguran secara arif dan
bijaksana. Cara mengarahkan perilaku anak didik adalah dengan
mendidik, menegur dengan sikap yang lemah lembut dan dengan
perkataan yang baik dan ramah.
Berkaitan dengan usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa, Djamarah (2008:158) menjelaskan ada beberapa bentuk motivasi
yang dapat dimanfaatkan dalam mengarahkan belajar siswa di kelas,
diantaranya yaitu:
a. Memberi nilai/angka
Angka yang dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas
belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup
memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau
meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang.
b. Memberi hadiah pada siswa yang berprestasi
Memberikan hadiah untuk siswa yang berprestasi, akan memacu semangat
mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Disamping itu, siswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
c. Kompetisi/saingan
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi
yang telah dicapai sebelumnya.
1) Pemberian tugas yang dapat melatih siswa bertanggung jawab
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri. Maka seseorang
akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang
baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik
adalah simbol kebanggan dan harga diri.
2) Memberi ulangan sebagai sarana untuk meningkatkan prestasi belajar
Ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak
didik agar lebih giat belajar. Namun demikian, ulangan tidak
selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan akan
menjadi alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan
strategi yang sistematis.
3) Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih
giat. Apalagi jika anak mengetahui hasil belajarnya mengalami
kemajuan maka anak didik akan mempertahankan atau bahkan
meningkatkan intensitas belajarnya guna memperoleh hasil yang lebih
baik.
4) Memberi pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Guru dapat menggunakan pujian
5) Memberi hukuman yang mendidik
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa
tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang tersedia di dalam diri
anak didik. Maka potensi tersebut harus ditumbuhsuburkan dengan
menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Motivasi ekstrinsik
sangat diperlukan supaya hasrat untuk belajar berubah menjadi
perilaku belajar.
7) Menumbuhkan minat siswa
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Guru perlu
membangkitkan minat anak didik agar pelajaran yang diberikan
mudah dipahami oleh anak didik.
8) Tujuan yang diakui
Tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak didik merupakan alat
motivasi yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena
dengan memahami tujuan yang harus dicapai akan sangat berguna
C. Hakikat Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mental yang berupa
keinginan, perhatian, kemauan, cita-cita. Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan. Seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar
tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Banyak ahli yang sudah
mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang
mereka masing-masing.
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti
bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang
melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu
mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep
motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah
perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha,berkelanjutan), dan
penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, 2003).
Pendapat tentang motivasi juga dikemukakan oleh Sardiman (2007
:75), dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjalin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek
belajar itu dapat tercapai. Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri
individu atau peserta didik yang mendorong atau menggerakkan individu
Syaodih Sukmadinata, 2007: 381). Menurut Oemar Hamalik (2005: 158)
motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak
dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Mc. Donald motivation is
an energy change within the person characterized by affective arousal and
anticipatory goal reaction (Oemar Hamalik, 2005: 158).
Menurut Santrock, (2007) motivasi adalah proses yang memberi
semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki
motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama
(Santrock,). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).
Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2004)
menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif,
yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang
bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan
dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan
memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga
yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens
dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari
bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa yang memiliki motivasi
belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang
menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar
melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam
mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy, 2004).
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi merupakan daya penggerak dari dalam dan
didalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan, akan tetapi motivasi manusia tidak selalu timbul
dengan sendirinya. Motivasi dapat ditimbulkan, dikembangkan, dan
diperkuat. Makin kuat motivasi seseorang, makin ketat pula usahanya
untuk mencapai tujuan. Motivasi berkembang sesuai dengan taraf
kesadaran seseorang akan tujuan yang hendak dicapainya.
2. Aspek-Aspek Motivasi Belajar
Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan
oleh Santrock (2007), yaitu:
a. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.
Misalnya, murid belajar keras dalam menghadapi ujian untuk
mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu
sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah
mengontrol perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang
penguasaan keahlian.
b. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Misalnya, murid belajar
menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan
itu. Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang
menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan
mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan
dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa.
3. Fungsi Motivasi dalam belajar
Menurut Sardiman (2005 :84), ada tiga fungsi motivasi yaitu:
a. Mendorong untuk berbuat
Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan
Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
c. Menyeleksi perbuatan.
Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus di kerjakan dan yang
sesuai guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
D. Hakikat Remaja
1. Pengertian Remaja
Menurut (Hurlock, 1980) istilah adolesence atau remaja berasal
dari bahasa Latin (adolescence) yang berarti “ tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa”. Istilah adolescene mempunyai arti yang lebih luas,
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Menurut Piaget (1980) remaja adalah suatu usia dimana individu
menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak
tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
2. Karakteristik Umum Perkembangan Remaja
Menurut Desmita (2009), anak usia Sekolah Menengah Pertama
(SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun). Sejumlah
karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP, yaitu:
a. Terjadi ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
c. Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan
keinginan bergaul serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan
kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
d. Senang membandingkan kedah-kaedah nilai-nilai etika atau norma dengan
kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
e. Mulai mempertanyakan secara skeptic mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuan.
f. Reaksi dan ekspresi masih labil.
g. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku dari diri
sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.
h. Kecenderungan minat dan pilihan karier relative sudah jelas.
3. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk
mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun
tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) adalah
berusaha:
1. Mampu menerima keadaan fisiknya.
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
5. Mencapai kemandirian ekonomi.
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua.
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa.
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10.Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupankeluarga.
E. Kajian Penelitian yang Relevan
Mayang Anggrian (2011) melakukan penelitian berjudul usaha
guru memotivasi siswa kelas VII dalam pembelajaran menggambar bentuk
di SMP Negeri I Blitar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
usaha guru di sekolah tersebut dalam memotivasi belajar siswa pada
pembelajaran menggambar bentuk. Usaha tersebut ditinjau dari rencana dan
metode pembelajaran, media, serta evaluasi yang digunakan oleh guru.
penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriftif kualitatif
dengan sumber data berupa guru seni rupa di SMP 1 Blitar, dengan sampel
pendukung seluruh siswa kelas VII. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa usaha guru dari aspek rencana dan metode pembelajaran
menggunakan perangkat ajar dengan pendekatan CTL dan memanfaatkan
dengan arahan guru). Sedangkan dari aspek media, guru menggunakan
benda dan contoh gambar di whiteboard sebagai model. Usaha guru dalam
aspek- aspek tersebut telah mampu memacu motivasi belajar sebagian besar
siswa kelas VII di SMP Negeri1Blitar. Sebanyak72% siswa telah tuntas
belajar, sedangkan angket tanggapan siswa menunjukkan respon yang baik
atas usaha-usaha yang telah dilakukan oleh guru dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Selain itu Wahyu Wijayanti melakukan penelitian dengan judul
usaha guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa SMA Negeri 1
Godean tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui usaha-usaha apa
saja yang dilakukan guru matematika untuk membangkitkan motivasi
belajar matematika siswa SMA Negeri 1 Godean. (2) mengetahui bentuk
usaha yang paling banyak dilakukan oleh guru matematika untuk
membangkitkan motivasi belajar matematika siswa SMA Negeri 1 Godean.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi,
pemberian angket kepada siswa, wawancara dan dokumentasi.
Dua jenis penelitian yang relevan dengan skripsi peneliti, analisa
mengenai kedua skripsi penelitian dan hubungannya dengan penelitian ini,
keterkaitannya karena variabel dalam kedua penelitian tersebut termasuk
dalam dua komponen variabel dalam penelitian ini yaitu usaha guru dan
memotivasi siswa. Menumbuhkan motivasi belajar siswa merupakan salah
satu teknik dalam mengembangkan kemampuan dan kemauan belajar. Guru
masalah ini. Sehingga sebagai guru atau calon guru sebisa mungkin harus
selalu berupaya untuk dapat meningkatkan motivasi belajar terlebih bagi
siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
F. Kerangka Pikir
Pembelajaran merupakan kegiatan pokok dari keseluruhan proses
pendidikan. Berhasil tidaknya tujuan pendidikan yang dicapai tergantung
dari berhasil tidaknya proses pembelajaran yang dialami peserta didik.
Akan tetapi hal tersebut tidak terlepas dari faktor pendukungnya yaitu guru,
siswa, strategi pengajaran serta fasilitas penunjangnya. Dari beberapa
faktor tersebut, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah
menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor
penunjang yang lain, guru sebagai subyek pendidikan sangat menentukan
keberhasilan pendidikan itu sendiri. Meskipun fasilitas pendidikannya
lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru
yang berkualitas sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa,
maka tidak akan menimbulkan proses pembelajaran yang maksimal.
Dalam usaha membangkitkan motivasi belajar tidak cukup hanya
mengandalkan kesadaran dari siswa itu sendiri, melainkan dari usaha
seorang guru yang memiliki keinginan yang kuat untuk membangkitkan
motivasi belajar. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar
sehingga mencapai hasil yang memuaskan, karena motivasi merupakan
siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan terus rajin
belajar, penuh semangat, tidak cepat bosan, dan selalu berusaha berprestasi.
Oleh karena itu menjadi kewajiban para guru untuk melakukan
usaha yang dapat menumbuhkan motivasi belajar. Dengan berbagai macam
usaha dalam membangkitkan motivasi belajar diharapkan guru dapat
menarik minat siswa agar motivasinya semakin kuat karena hasil
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi
penelitian, antara lain jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,subyek
penelitian, teknik dan instrument pengumpulan data, validitas dan reliabilitas,
prosedur penyusunan alat, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Furchan
(2004:39) metode deskriptif adalah suatu metode yang menggambarkan dan
menafsirkan keadaan suatu obyek pada masa sekarang. Tujuan penelitian
deskriptif adalah melukiskan variabel atau kondisi ”apa adanya” dalam satu
situasi (Furchan 2007:450). Penelitian ini bertujuan mengetahui dan
memperoleh data persepsi siswa tentang usaha guru dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo tahun ajaran
2015/2016.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Xaverius Muara Bungo yang
terletak di Jl. RM. Taher Kelurahan pasir putih, Kecamatan Rimbo Tengah,
Kabupaten Bungo. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2016 di
C. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah para
siswa kelas VII SMP Xaverius Muara Bungo, tahun ajaran 2015/2016 yang
berjumlah 50 siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2010) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini, peneliti
mengumpulkan data persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner merupakan
alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk dijawabnya menurut
Sugiyono (2011). Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup.
E. Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner mengenai persepsi siswa terhadap usaha guru dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa. Kuesioner yang disusun oleh peneliti didasarkan pada
usaha guru dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa menurut De
Decce dan Grawford (dalam Djamarah, 2008: 169) yaitu menggairahkan
anak didik, memberikan harapan realistis, memberikan insentif, dan
Kuesioner ini menggunakan skala likert, dengan empat kategori
penilaian yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak Setuju (STS). Pernyataan dari tiap-tiap indikator dapat berupa
pernyataan yang bersifat positif maupun bersifat negatif dengan tingkat
penilaian yang berbeda dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1
Skala Likert favorable dan unfavorabel
No Pernyataan Alternative Jawaban
SS KS TS STS
1 Favorabel 4 3 2 1
Tabel 2
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas suatu instrument penelitian adalah derajat yang
menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur
(Arikunto,2009: 122). Uji validitas item dilakukan untuk mengetahui apakah
instrumen yang disusun dapat dipergunakan untuk mengukur apa yang akan
diukur. Semakin tinggi nilai validitas item menunjukkan semakin valid
instrument tersebut digunakan dilapangan. Validitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi adalah
validitas yang mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrumen
dengan tujuan dan deskripsi masalah yang akan diteliti (Nurgiyantoro,2009).
Instrument yang valid berarti instrument yang digunakan dapat mengukur
variable yang digunakan.
Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada pertimbangan
yang dilakukan oleh seorang ahli (expert judgement), guna menelaah secara
logis kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir pernyataan kuesioner
agar setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan aspek tujuan dan isi
indikator atributnya sebagaimana dikonstruk dalam kisi-kisi instrumen,
sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro,2009). Teknik uji yang
digunakan adalah dengan cara pengukuran validitas item persepsi siswa
terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah SPSS
yang bertujuan agar pengukurannya lebih efektif. Peneliti menggunakan
instrument dikatakan valid jika harga probabilitas yang terungkap dalam
Sig.(2-tailed) dibawah 0,05(p < 0,05)
Menurut Arikunto (2002), suatu instrumen yang valid mempunyai
tingkat validitas yang tinggi, dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan
data dari variabel yang diteliti secara tepat. Selanjutnya Arikunto (2002: 160)
menjelaskan bahwa untuk menguji tingkat validitas dari kuesioner dengan
taraf significan (α 5%) digunakan rumus koefisien korelasi product
moment sebagai berikut :
√
Keterangan:
= korelasi product moment
X = nilai setiap butir Y = nilai dari jumlah butir N = jumlah responden
Koefisien korelasi item diukur menggunakan SPSS versi 17.0 agar
perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Menurut Azwar (2012: 95), item
yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memuaskan.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa item yang valid
adalah item yang memiliki nilai korelasi 0,30. Sementara itu, suatu item
Dari hasil uji validitas yang dilakukan maka didapatkan 46 item
persepsi yang valid dan terdapat 9 item yang tidak valid. Hasil uji validitas
menggunakan SPSS dapat di lihat pada lampiran. Hasil validasi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 3
Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian N
d. Persaingan/kompetisi 15,16,17
4 Mengarahkan
Reliabilitas suatu alat ukur menunjuk pada derajat keajegan alat
tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Furchan, 2004:310).
Suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil
dalam satu atau berbagai pengukuran. Reliabilitas dalam penelitian ini diukur
dengan metode belah dua dimana penentuan taraf reliabilitas suatu tes untuk
satu kali pengukuran. Hasil tes dianalisis dengan membelah skor selain itu
instrument menjadi dua bagian, bagian pertama memuat skor item-item
bernomor ganjil dan bagian kedua berasal dari item bernomor genap
(Supratiknya, 1998:40).
Peneliti melakukan uji reliabilitas melalui program SPSS 16 dengan
uji Alpha Cronbach. Untuk mengetahui kualifikasi dari Alpha Cronbach
peneliti melihat koefisien reliabilitas yang dinyatakan dalam satu bilangan
Tabel 4
Negative-0,20 Sangat Rendah
Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner siswa menggunakan
program computer SPSS, dilakukan dengan menghitung korelasi item ganjil
dan item genap dengan menggunakan teknik product moment dari pearson.
Hasil perhitungan product moment skor ganjil genap kemudian dikoreksi
dengan formula Spearman Brown sebagai berikut: (Masidjo 1995:218)
α =
2[1-
]
Berdasarkan tabel di atas dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
dapat dikatakan bahwa taraf reliabilitas instrument penelitian persepsi siswa
2
Cronbach's Alpha N of Items
terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII
SMP Xaverius Muara Bungo sebesar 0,947. Maka dapat dikatakan bahwa
instrument memiliki taraf reliabilitas tinggi karena berada diantara koefisien
reliabilitas antara 0,91- 1.00.
G. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti menghubungi pihak sekolah SMP Xaverius Muara Bungo
untuk meminta ijin mengadakan penelitian.
b. Peneliti menyiapkan kuesioner untuk menggali data-data yang
dibutuhkan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) menjabarkan aspek-aspek usaha guru meningkatkan motivasi
belajar kedalam indikator-indikator.
2) Menyusun butir-butir pernyataan yang sesuai dengan
indicator-indikator usaha guru meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Peneliti mengkonsultasikan instrument kepada dosen pembimbing
skripsi untuk menelaah kualitas instrument dan memeriksa validitas isi
sebelum digunakan untuk penelitian.
d. Meminta surat ijin penelitian pada sekretariat Program Studi BK
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang kemudian ditandatangani
oleh Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
e. Meminta tanda tangan ke wakil Dekan dan cap yang mengesahkan surat
f. Menyerahkan surat ijin ke sekolah SMP Xaverius Muara Bungo
g. Meminta penentuan dan kesepakatan mengenai waktu pelaksanaan
penelitian kepada pihak sekolah
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui gambaran persepsi siswa
terhadap usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik kategorisasi jenjang ordinal
(dalam Azwar (2010: 107-108)). Ada lima kategorisasi yang digunakan yaitu
kategori sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif, dan sangat tidak
positif.
Langkah-langkah teknik analisis data pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Memberi skor pada tiap-tiap item pada setiap kuesioner yang telah diisi
oleh responden dengan mengacu pada norma skoring dari tiap-tiap
alternative jawaban sebagaimana telah ditetapkan.
2. Mentabulasikan seluruh data kedalam computer dengan bantuan program
Mikrosof Excel kemudian menjumlah total skor dari masing-masing
responden.
3. Mengelompokkan tingkat persepsi siswa tentang usaha guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa kedalam kategori. Kategorisasi
disusun berdasar pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar
Tabel 6
Norma Penggolongan Kategorisasi
Persepsi Siswa terhadap Usaha Guru Meningkatkan motivasi belajar siswa Norma/Kriteria Skor Kategori
 + 1,5 X Sangat Positif  + 0,5 X  + 1,5 Positif  - 0,5 X  + 0,5 Cukup Positif
 - 1,5 X  - 0,5 Kurang Positif X  - 1,5 Sangat Kurang Positif
Keterangan:
X maksimum teoritik : Rata-rata Skor total tertinggi
X minimum teoritik : Rata-rata Skor total terendah
σ : Standar deviasi,yaitu luas jarak
rentangan yang dibagi dalam 6
satuan deviasi sebaran
µ : Mean teoritik, yaitu rata-rata teoritis dari skor maxsimum
Kategori tersebut menjadi patokan dalam menentukan tinggi rendahnya persepsi
siswa terhadap usaha guru meningkatkan motivasi belajar. Kategorisasi subyek
penelitian diperoleh melalui perhitungan ( dengan jumlah item 46) sebagai
berikut:
X maksimum teoritik : 46 x 4 = 184 X minimum teoritik : 46 x 1 = 46 Luas jarak : 184 – 46 = 138
: 138 : 6 = 23