EVALUASI INTERAKSI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL CEMPAKA
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL PERIODE AGUSTUS 2015 Tria Noviana
128114110 INTISARI
Hipertensi merupakan salah satu problem kesehatan masyarakat di indonesia dengan prevalensi yang terus meningkat. Hipertensi menjadi faktor risiko untuk berbagai jenis penyakit sehingga pengobatan yang aman diharapkan dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas pasien hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian interaksi penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat inap bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode agustus 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang bersifat prospektif dengan rancangan case series. Data diambil melalui catatan medis pasien rawat inap bangsal cempaka. Terdapat 17 pasein yang menjadi subjek penelitian dengan 90 kasus. Interaksi obat dikelompokkan sesuai mekanisme dan tingkat keparahan interaksi dan dievalusi dengan melihat tanda vital dan hasil pemeriksaan laboratorium pasien.
Hasil penelitian menunjukkan 51 kasus menggunakan obat antihipertensi. Obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah captopril yaitu 45 kasus (88,2%) dalam terapi tunggal sedangkan kombinasi adalah antara captopril dengan amlodipin yaitu 4 kasus (66,7%). Terdapat 69 kasus (76,7%) memiliki interaksi obat dengan total 286 kejadian interaksi, 96 kejadian (33,6%) diantaranya melibatkan obat antihipertensi. Interaksi yang paling banyak adalah interaksi antara captopril dan furosemid yaitu 26 kejadian (27,1%), kategori interaksi yang paling banyak adalah ketegori signifikan yaitu 89 interaksi (92,7%), mekanisme interaksi yang paling banyak adalah farmakodinamik 27 kejadian (28,1%). Kejadian interaksi palig banyak adalah potensial yaitu 40 kejadian (41,7%).
INTERACTION EVALUATION OF ANTIHYPERTENSIVE DRUGS USAGE TO INPATIENT AT CEMPAKA WARDS PANEMBAHAN
SENOPATI BANTUL HOSPITAL IN AUGUST 2015 Tria Noviana
128114110 ABSTRACT
Hypertension is a medical problem in the Indonesia society with prevalence that increasing straightly. Hypertension are the risk factor for many diseases, so safety treatment hopefully can decrease count of patient morbidity and mortality of hypertension. This study aims to know about antihypertensive drug in Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul inpatient ward at august 2015, by reviewing the drug interaction.
This studies is prospective observasional descriptive studies with case
series contrivance. Data was taken from inpatient medical record of Cempaka ward.
There are 17 patient became subject, with 90 cases. The drug interaction divided by their mechanism and the interaction severity level and evaluated by seeing the sign and patient laboratory checkup result.
The result show that there are 51 cases using the antihypertensive drug. The most antihypertensive drug that used was captopril, there are 45 cases (88.2%) in single therapy, whereas there are 4 cases (66.7%) for the combination of captopril and amlodipine. There are 69 cases (76.7%) that have an interaction from total 286 interaction, including 96 cases (33.6%) involve the antihypertensive drug. Captopril and furosemide have the most widely interaction, there are 26 cases (27.1%), the most interaction category that happen are significant, there are 89 interaction (92.7%), the most mechanism that happen are pharmacodynamic, there are 27 cases (28.1%). The most interaction that happen are potential, there are 40 cases (41.7%).
EVALUASI INTERAKSI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL CEMPAKA
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL PERIODE AGUSTUS 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh: Tria Noviana NIM: 128114110
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
EVALUASI INTERAKSI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL CEMPAKA
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL PERIODE AGUSTUS 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh: Tria Noviana NIM: 128114110
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Halaman Persembahan
Kala kamu berupaya membahagiakan orang lain
yang paling bahagia adalah dirimu sendiri
(Rinai Hujan)
Ku persembahkan untuk:
Lao Mu Tuhan yang penuh kasih, Buddha Maitreya penuntun hidupku
Kedua orang tua, kakak, Po dan keluarga yang ku cintai
Keluarga besar Sukhacitta Maitreya Yogyakarta
vii PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kasih dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Evaluasi Interaksi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien
Rawat Inap Di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode
Agustus 2015” sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung berupa moral, materiil, dan
spiritual. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul yeng telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSUD Panembahan Senopati
Bantul
2. Pak Pur selaku kepala bangsal, seluruh perawat dan staff yang bertugas di
bangsal Cempaka atas segala bantuan yang diberikan selama proses
pengambilan data.
3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M. Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk terus membimbing dan
memberikan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt dan Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran sehingga
viii
5. Papa dan Mama yang penulis cintai dan kasihi. Terimakasih atas segala kasih
sayang, perhatian dan motivasi yang diberikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
6. K Ming dan C Acin sebagai kakak yang senantiasa memotivasi dan
memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
7. Teman seperjuangan Wulan, Ira dan Mega yang senantiasa mengingatkan
untuk terus semangat dalam pengerjaan skripsi.
8. Seluruh keluarga besar Sukhacitta Maitreya Yogyakarta, sebagai keluarga
kedua penulis selama di Yogyakarta. Terimakasih atas kebersamaan dan
persaudaraan yang sudah terjalin, persaudaraan yang tidak dapat penulis
temukan di tempat lain.
9. Teman teman angkatan 2012 atas dinamika sukacita nya selama ini yang
memberikan penulis semangat untuk terus maju.
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak
kekurangan sehingga penulis menerima kritik, saran dan masukan yang
membangun agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik dan dapat berguna bagi
banyak pihak.
Yogyakarta, Mei 2016
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
INTISARI ... xvi
ABSTRACT ... xvii
BAB I PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan... 3
2. Keaslian Penelitian ... 3
3. Manfaat ... 5
B. Tujuan ... 5
1. Tujuan Umum ... 5
x
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 6
A. Hipertensi ... 6
1. Definisi ... 6
2. Etiologi ... 6
3. Patofisiologi ... 7
4. Klasifikasi Tekanan Darah ... 10
5. Manifestasi Klinis ... 10
6. Diagnosis ... 11
7. Komplikasi Hipertensi ... 12
B. Terapi Hipertensi ... 12
1. Terapi Non Farmakologi ... 13
2. Terapi Farmakologi ... 14
C. Interaksi Penggunaan Obat ... 20
1. Interaksi Farmakokinetik ... 20
2. Interaksi Farmakodinamik ... 22
3. Interaksi pada Obat Antihipertensi... 23
D. Keterangan Empiris ... 26
BAB III METODE PENELITIAN... 27
A. Jenis Dan Rancangan Penelitian ... 27
B. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ... 28
1. Variabel Penelitian ... 28
2. Definisi Operasional... 28
xi
D. Subjek Penelitian ... 31
E. Instrumen Penelitian... 32
F. Lokasi Penelitian ... 32
G. Tatacara Penelitian ... 32
1. Analisis Situasi ... 33
2. Pengambilan Data ... 33
3. Analisis Data ... 33
H. Tatacara Analisis Hasil ... 34
I. Keterbatasan Dan Kelemahan Penelitian ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Karakteristik Pasien ... 36
1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia dan Lama Perawatan . 36 2. Distribusi Penyakit Penyerta dan Komplikasi ... 38
B. Profi Penggunaan Obat Antihipertensi... 40
C. Evaluasi Interaksi Penggunaan Obat Antihipertensi ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
A. Kesimpulan ... 51
B. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
LAMPIRAN ... 56
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi ... 6
Tabel II. Klasifikasi tekanan darah ... 10
Tabel III. Faktor Risiko Hipertensi ... 11
Tabel IV. Modifikasi gaya hidup untuk penderita hipertensi ... 14
Tabel V. Obat golongan Angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEi), dosis dan frekuensi penggunaannya ... 15
Tabel VI. Obat golongan Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), dosis dan frekuensi penggunaannya ... 16
Tabel VII. Obat golongan Calcium Channel Blocker (CCB), dosis dan frekuensi penggunaannya ... 16
Tabel VIII.Obat golongan Diuretik, dosis dan frekuensi penggunaannya ... 18
Tabel IX. Distribusi berdasarkan jenis kelamin, usia dan lama perawatan pasien yang menerima obat antihipertensi di bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015 ... 36
Tabel X. Klasifikasi penyakit penyerta dan komplikasi pasien rawat inap di bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015 ... 38
xiii
Tabel XII. Profil penggunaan obat antihipertensi berdasarkan golongan obat yang
diterima pasien rawat inap di bangsal Cempaka RSUD Panembahan
Senopati Bantul periode Agustus 2015 ... 41
Tabel XIII. Interaksi Obat pada Pasien di Bangsal Rawat Inap Cempaka RSUD
Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015 ... 42
Tabel XIV. Mekanisme dan Sifat Interaksi Obat pada Pasien di Bangsal
Rawat Inap Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode
Agustus 2015 ... 43
Tabel XV. Kejadian Interaksi Obat Berdasarkan Keparahan pada Pasien
Rawat Inap di bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati
Bantul Periode Agustus 2015 ... 44
Tabel XVI. Efek dan Monitoring Kejadian Interaksi Obat Antihipertensi pada
Pasien Bangsal Rawat Inap Cempaka RSUD Panembahan Senopati
Bantul Periode Agustus 2015 ... 47
Tabel XVII. Kejadian Interaksi Obat pada Pasien yang Menerima Obat
Antihipertensi di Bangsal Rawat Inap Cempaka RSUD Panembahan
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron ... 9
Gambar 2. Algoritma Terapi Hipertensi Menurut JNC 8 ... 19
Gambar 3. Skema Penelitian ... 30
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen pengambilan data rekam medis pasien rawat inap bangsal
Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus
2015 ... 57
Lampiran 2. Data Interaksi Obat pada Pasien Rawat Inap Bangsal Cempaka RSUD
Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015 ... 58
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta .. 86
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dari BAdan Perncanaan Pembangunan Daerah
(BAPEDA) Kabupaten Bantul ... 87
xvi INTISARI
Hipertensi merupakan salah satu problem kesehatan masyarakat di indonesia dengan prevalensi yang terus meningkat. Hipertensi menjadi faktor risiko untuk berbagai jenis penyakit sehingga pengobatan yang aman diharapkan dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas pasien hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian interaksi penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat inap bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode agustus 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang bersifat prospektif dengan rancangan case series. Data diambil melalui catatan medis pasien rawat inap bangsal cempaka. Terdapat 17 pasein yang menjadi subjek penelitian dengan 90 kasus. Interaksi obat dikelompokkan sesuai mekanisme dan tingkat keparahan interaksi dan dievalusi dengan melihat tanda vital dan hasil pemeriksaan laboratorium pasien.
Hasil penelitian menunjukkan 51 kasus menggunakan obat antihipertensi. Obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah captopril yaitu 45 kasus (88,2%) dalam terapi tunggal sedangkan kombinasi adalah antara captopril dengan amlodipin yaitu 4 kasus (66,7%). Terdapat 69 kasus (76,7%) memiliki interaksi obat dengan total 286 kejadian interaksi, 96 kejadian (33,6%) diantaranya melibatkan obat antihipertensi. Interaksi yang paling banyak adalah interaksi antara captopril dan furosemid yaitu 26 kejadian (27,1%), kategori interaksi yang paling banyak adalah ketegori signifikan yaitu 89 interaksi (92,7%), mekanisme interaksi yang paling banyak adalah farmakodinamik 27 kejadian (28,1%). Kejadian interaksi palig banyak adalah potensial yaitu 40 kejadian (41,7%).
xvii ABSTRACT
Hypertension is a medical problem in the Indonesia society with prevalence that increasing straightly. Hypertension are the risk factor for many diseases, so safety treatment hopefully can decrease count of patient morbidity and mortality of hypertension. This study aims to know about antihypertensive drug in Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul inpatient ward at august 2015, by reviewing the drug interaction.
This studies is prospective observasional descriptive studies with case
series contrivance. Data was taken from inpatient medical record of Cempaka ward.
There are 17 patient became subject, with 90 cases. The drug interaction divided by their mechanism and the interaction severity level and evaluated by seeing the sign and patient laboratory checkup result.
The result show that there are 51 cases using the antihypertensive drug. The most antihypertensive drug that used was captopril, there are 45 cases (88.2%) in single therapy, whereas there are 4 cases (66.7%) for the combination of captopril and amlodipine. There are 69 cases (76.7%) that have an interaction from total 286 interaction, including 96 cases (33.6%) involve the antihypertensive drug. Captopril and furosemide have the most widely interaction, there are 26 cases (27.1%), the most interaction category that happen are significant, there are 89 interaction (92.7%), the most mechanism that happen are pharmacodynamic, there are 27 cases (28.1%). The most interaction that happen are potential, there are 40 cases (41.7%).
1 BAB I PENGANTAR A.Latar Belakang
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Kalpan dan Weber, 2010). Peningkatan
tekanan darah merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner dan
iskemik serta stroke hemoragik. Tingkat tekanan darah telah terbukti positif dan
terus berhubungan dengan risiko stroke dan penyakit jantung koroner. Dalam
beberapa kelompok usia, risiko penyakit kardiovaskular dua kali lipat untuk setiap
kenaikan 20/10 mmHg tekanan darah, mulai dari 115/75 mmHg. Selain penyakit
jantung koroner dan stroke, komplikasi tekanan darah mengangkat termasuk gagal
jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, perdarahan retina dan
gangguan penglihatan (World Health Organization, 2015).
Secara global, prevalensi peningkatan tekanan darah pada orang dewasa
berusia 25 tahun ke atas sekitar 40% pada tahun 2008. Faktor pertumbuhan
penduduk dan penuaan, jumlah penderita hipertensi yang tidak terkontrol
meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar pada tahun 2008
(World Health Organization, 2013).
Berdasarkan data dari Riskesdas 2007 dan 2013, prevalensi hipertensi
meningkat dari 7,6% di tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013. Data juga
menunjukkan bahwa provinsi dengan prevalensi hipertensi usia ≥ 18 tahun
tertinggi pada tahun 2013 adalah Provinsi Sulawesi Utara (15,2%), kemudian
disusul Provinsi Kalimantan Selatan (13,3%), dan DI Yogyakarta (12,9‰)
Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2010 kasus hipertensi di Provinsi
DIY mencapai 35,8 % diatas rata-rata seluruh Indonesia yang mencapai 31,7%.
Bersasarkan data dari seluruh RSUD di DIY menunjukkan, penyakit-penyakit
kardiovaskuler seperti jantung, stroke, hipertensi atau dikenal sebagai penyakit
CVD (cardiovasculer disease) menempati urutan paling tinggi penyebab kematian
pada tahun 2011 (Dinas Kesehatan DIY, 2013).
Laporan Sistem Informasi RSUD (SIRS) tahun 2013 menjelaskan bahwa
kunjungan rawat jalan di RSUD, khususnya RSUD Panembahan Senopati sudah
didominasi oleh penyakit tidak menular. Hal ini mempertegas kesimpulan bahwa
di Kabupaten Bantul telah terjadi transisi epidemiologi dengan semakin
menonjolnya penyakit-penyakit tidak menular khususnya penyakit hipertensi dan
pembuluh darah (cardiovascular disease). Penyakit hipertensi menjadi penyakit
terbanyak pertama dalam rawat inap maupun rawat jalan (Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul, 2014).
Berdasarkan alasan di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai
“Evaluasi Intaraksi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Inap di
Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015”.
Penelitian dilakukan di RSUD Panembahan Senopati karena merupakan rumah
sakit rujukan di kabupaten Bantul, sedangkan pengambilan data dari pasien rawat
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Seperti apakah profil penggunaan obat antihipertensi yang diberikan pada
pasien rawat inap di bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati periode
Agustus 2015?
b. Seperti apakah interaksi penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat inap
di bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus
2015?
2. Keaslian Penelitian
Bedasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan, penelitian dengan judul
“Evaluasi Interaksi Penggunaan Obat antihipertensi pada Pasien Rawat Inap di
Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015”
belum pernah dilakukan.
Terdapat beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2007), dengan judul penelitian
“Profil Peresepan dan Evaluasi Interaksi Obat Antihipertensi Pada Pasien Geriatri
di Instalasi Rawat Inap RSUD Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005”. Perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu dalam hal tempat, waktu, subjek
penelitian dan sifat penelitian serta kajian yang dicakup dimana penelitian Fitriani
mengkaji mengenai pola peresepan dan interaksi obat antihipertensi pada pasien
geriatri. Persamaan dengan penelitian yang akan diteliti yaitu pengambilan data,
Penelitian lain pernah dilakukan oleh Ikawati, Djumini, dan Putu (2008),
dengan judul “Kajian keamanan Pemakaian Obat Antihipertensi di Poliklinik Usia
Lanjut Instalasi Rawat Jalan RS DR Sardjito”.Perbedaan dengan penelitian yang
akan dilakukan yaitu waktu, tempat, subjek penelitian. Persamaan dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu dalam sifat penelitian yaitu prospektif dan cara
pengambilan data yaitu dengan mengambil rekam pengobatan pasien.
Penelitian lain pernah dilakukan oleh Pratama (2014), dengan judul “Studi
Literatur Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Jalan
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Desember Tahun 2013”.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada waktu, sifat penelitian
dimana dalam penelitian ini bersifat retrospektif sedangka penelitian yang akan
dilakukan bersifat prospektif, tempat subjek penelitian dimana dalam penelitian
Pratama (2014) subjek yang diambil yaitu pasien geriatri rawat jalan dan kajian
yang dibahas dimana dalam penelitian Pratama mengkaji mengenai pola peresepan
dan interaksi obat antihipertensi pada pasien geriatri. Persamaan dengan penelitian
yang akan diteliti yaitu pengambilan data diambil dari catatan rekam pengobatan
pasien.
Penelitian lain pernah dilakukan oleh Supraptia, Nilamsari, Hapsari,
Muzayana, dan Firdausi (2014), dengan judul penelitian “Permasalahan terkait
Obat Antihipertensi pada Pasien Usia Lanjut di Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo
Surabaya”. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada waktu,
tempat, subjek penelitian dimana dalam penelitian sebelumnya subjek yang diambil
adalah pasien rawat inap, dan kajian yang dibahas. Persamaan dengan penelitian
yang akan diteliti yaitu pengambilan data diambil dari catatan rekam pengobatan
pasien dan penelitian dikakukan dengan subjek pasien hipertensi geriatri.
3. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
penggunaan obat antihipertensi di RSUD Panembahan Senopati Bantul termasuk
bangsal rawat inap Cempaka pada periode Agustus 2015. Evaluasi ini diharapkan
juga dapat meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.
B. Tujuan 1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji interaksi penggunaan obat
antihipertensi pada pasien rawat inap di bangsal Cempaka RSUD Panembahan
Senopati periode Agustus 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi profil penggunaan obat antihipertensi pada pasien
rawat inap di bangsal Cempaka RSUD Panembagan Senopati Bantul periode
Agustus 2015.
b. Mengetahui interaksi penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat inap
di bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus
6 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA A.Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah adanya peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2013).
2. Etiologi
Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer (esensial) dan hipertensi
sekunder (non esensial). Hipertensi primer terjadi karena keturunan hal ini
menunjukkan faktor genetik berperan didalamnya. Pada hipertensi sekunder,
disfungsi renal akibat penyakit gagal ginjal kronik merupakan penyebab yang
paling sering selain penyakit-penyakit komorbid dan penggunaan obat-obatan
tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah (Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik, 2006).
Tabel I. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006)
Penyakit Obat
Penyakit gagal ginjal kronis Kortikosteroid, ACTH
Hiperaldosteronisme pimer Esterogen (pil KB kadar esterogen tinggi
Penyakit renovaskular NSAID, COX-2 inhibitor
Sindrom Cushing Fenilpropalamin dan analog
Pheochromocytoma Cyclosporin dan tacrolimus
Koarktasi aorta Eritropoetin
Penyakit tiroid atau paratiroid Sibutramin
Hipertensi dapat disebabkan oleh penyebab yang spesifik (hipertensi
sekunder) dan dapat disebabkan karena etiologi yang tidak spesifik (hipertensi
primer atau esensial). Kurang dari 10% hipertensi sekunder disebabkan oleh
penyakit gagal ginjal kronis (CKD) atau renovaskular (Wells, 2015). Renovaskular
merupakan penyakit pada parenkim ginjal seperti glomerulonephritis akut dan
menahun (Tambyong, 2000).
Kondisi lain yang mempengaruhi hipertensi sekunder adalah Chusing
syndrome disebabkan peningkatan sekresi glukokortikoid akibat adanya penyakit
adrenal atau disfungsi hipofisis. Koarktasio aorta merupakaan keadaan terjadinya
konstriksi aorta pada tinggat ductus arteriosus, dengan peningkatan tekanan darah
di atas kosntriksi dan penurunan tekanan darah dibawah konstriksi.
Feokromositoma adalah tumor medulla adrenal yang mengakibatkan peningkatan
sekresi katekolamin adrenal. Aldosteronisme primer merupakan peningkatan
sekresi aldosteron akibat adanya tumor adrenal (Tambyong, 2000).
3. Patifisiologi
a. Sistem Renin-angiotensin Aldosteron (RAAS)
RAAS adalah sistem endogen kompleks yang terlibat dalam pengaturan
regulasi untuk mempertahankan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi
terutama diatur oleh ginjal. RAAS mengatur natrium, kalium, dan keseimbangan
cairan. Akibatnya, sistem ini secara signifikan mempengaruhi tonus pembuluh
darah dan aktivitas sistem saraf simpatik dan merupakan kontributor paling
Renin adalah enzim yang disimpan dalam sel juxtaglomerular, yang
terletak di arteriol aferen ginjal. Sekresi renin dimodulasi oleh beberapa faktor:
faktor intrarenal (misalnya, tekanan ginjal perfusi, katekolamin, angiotensin II),
dan faktor ekstrarenal (misalnya, natrium, klorida, dan kalium). Renin
disekresikan ketika terjadi penurunan natrium, klorida, tekanan arteri dan aliran
darah ginjal. Katekolamin meningkatkan pelepasan renin dengan merangsang
saraf simpatis pada arteriol aferen kemudian akan mengaktifkan sel
juxtaglomerular (Gray, 2005).
Renin mengkatalisis konversi angiotensinogen menjadi angiotensin
I dalam darah. Angiotensin I yang kemudian dikonversi menjadi angiotensin II
oleh angiotensin-converting enzyme (ACE). Setelah mengikat pada reseptor
tertentu (diklasifikasikan sebagai subtipe AT1 atau AT2), angiotensin II
memberikan efek biologis di beberapa jaringan. Reseptor AT1 terletak di otak,
ginjal, miokardium, pembuluh darah perifer, dan kelenjar adrenal. Reseptor ini
penting untuk kardiovaskular dan fungsi ginjal. Reseptor AT2 terletak di
jaringan medulaadrenal, uterus, dan otak. Stimulasi reseptor AT2 tidak
mempengaruhi regulasi tekanan darah.
Angiotensin II dapat menyebabkan vasokonstriksi langsung, stimulasi
pengeluaran katekolamin dari medula adrenal, danpeningkatan aktivitas sistem
saraf simpatik. Angiotensin II juga merangsang sintesis aldosteron dari korteks
adrenal. Hal ini menyebabkan meningkatnya reabsorbsi natrium dan air yang
akibatnya terjadi peningkatan volume plasma, resistensi perifer total, dan
Gambar 1. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron (Dipiro, 2008)
Selain menstimulasi sekresi aldosterone, Angiotensin II juga
meningkatkan sekresi hormone antidiuretic (ADH). ADH diproduksi di
hipotelamus dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolaritas dan volume
urin. Peningkatan ADH maka sangat sedikit urine yang dikeluarkan tubuh
sehingga urin menjadi pekat dan memiliki osmolaritas yang tinggi. Hal ini
mengakibatkan penarikan cairan intraseluler ke ekstraseluler sehingga volume
darah meningkat dan tekanan darah meningkat (Gray, 2005).
b. Disfungsi endothelium
Endotelium pembuluh darah dan otot polos memiliki peran penting
dalammengatur regulasi tekanan darahyang dimediasi melalui zat vasoaktif yang
bradikinin) atau kelebihan zat vasokonstriksi (angiotensin II dan endothelin I)
dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi esensial, aterosklerosis, danpenyakit
kardiovaskular lainnya (Dipiro, 2008). Oksida nitrat merupakan vasodilator
yang diproduksi di endothelium, berfungsi melemaskan sel epitel pembuluh
darah. Pasien dengan hipertensimungkin memiliki kekurangan oksida nitrat,
yang mengakibatkan vasodilatasi yang tidak memadai (Gray, 2005).
4. Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi tekanan darah pada populasi umum berdasarkan European
Society of Hypertension (ESH).
Tabel II. Klasifikasi tekanan darah
(European Society of Hypertension (ESH), 2013)
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg)
5. Manifestasi Klinis
Secara unum pasien hipertensi tidak memunculkan manifestasi klinis
yang khas. Pasien hipertensi akan terlihat sehat atau beberapa diantaranya sudah
memiliki faktor risiko tambahan tetapi kebanyakan asimptomatik (Direktorat Bina
Tabel III. Faktor Risiko Hipertensi (Dipiro, 2005)
Faktor Risiko
Umur ( ≥55 tahun untuk pria 65 tahun untuk perempuan )
diabetes mellitus
Dislipidemia (peningkatan low-density lipoprotein [ LDL ] kolesterol, kolesterol total atau trigliserida; rendah high-density lipoprotein [ HDL ] kolesterol )
Mikroalbuminuria
Riwayat keluarga penyakit jantung prematur
Obesitas ( indeks massa tubuh ≥ 30 kg / m2 )
aktivitas fisik
penggunaan tembakau
Pasien dengan hipertensi primer biasanya tidak menunjukkan gejala
namun pada pasien hipertensi sekunder pasien mungkin akan mengalami beberapa
kejadian seperti memiliki sakit kepala, berkeringat, takikardia dan palpitasi
(Walls,2015).
6. Diagnosis
Hipertensi sering dikenal dengan istilah “silent killer” karena pasien
dengan hipertensi primer biasanya tanpa gejala. Meningkatnya tekanan darah dalam
pemeriksaan merupakan tanda pemeriksaan fisik yang dapat dijumpai pada pasien
hipertensi. Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan berdasarkan satu kali
pengukuran tekanan darah. Diagnosis hipertensi dapat dilakukan jika dalam
minimal dua kali pengukuran tekanan darah yang dilakukan selama dua atau lebih
pertemuan klinis memberikan nilai rata-rata tekanan darah. Nilai rata-rata tekanan
datah kemudian digunakan untuk menetapkan diagnosis dan untuk
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan
nitrogen urea darah (BUN), serum kreatinin, nilai lipid puasa, glukosa darah puasa,
serum kalium, dan pemeriksaan urinalisis. Dapat juga dilakukan tes diagnostik
lainnya seperti 12-lead elektrokardiogram (untuk mendeteksi LVH) dan protein
C-reaktif (konsentrasi tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko kardiovaskular)
(Dipiro, 2005).
7. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama akan merusak endotel
arteri dan mempercepat proses aterosklerosis. Komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita hipertensi adalah rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak
dan pembuluh darah besar. Hipertensi juga menjadi faktor risiko utama untuk
penyakit serebrovaskular (stroke dan transient ischemic attack), penyakit arteri
koroner (infark miokard dan angina), gagal ginjal, demensia dan arterial fibralasi.
Pasien dengan hipertensi memiliki peningkatan risiko untuk penyakit coroner,
stroke, penyakit arteri perifer dan gagal jantung (Dosh, 2001)
B.Terapi Hipertensi 1. Target Terapi Hipertensi
Tujuan terapi hipertensi adalah menurunkan nilai mortilitas dan
morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi. Mortilitas dan morbiditas ini
berhubungan dengan kerusakan organ target (misalkan kejadian kardiovaskular
Komunitas dan Klinik, 2006). Target terapi hipertensi berdasarkan JNC 8 adalah
sebagai berikut:
a. Populasi umum usia ≥ 60 tahun: menurunkan tekanan darah sistolik menjadi
<150 mmHg dan diastolik menjadi <90 mmHg
b. Populasi umum berumur< 60 tahun, terapi dimulai ketika tekanan darah
diastoliknya ≥ 90 mmHg. Target penurunan tekanan darahnya adalah < 90
mmHg.
c. Populasi umum usia < 60 tahun, terapi dimulai ketika tekanan darah
sistoliknya ≥ 140 mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah
sistolik menjadi < 140 mmHg
d. Populasi usia ≥ 18 tahun menderita penyakit ginjal kronik, terapi dimulai
ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg atau tekanan darah
diastoliknya ≥ 90 mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah
sistolik menjadi < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg.
e. Populasi usia 18 tahun yang menderita diabetes, terapi dimulai ketika
tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg atau diatoliknya ≥ 90 mmHg. Target
terapi adalah menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg dan
diastolik < 90 mmHg (James, 2014).
2. Terapi Non Farmakologi
Penderita hipertensi perlu melakukan perubahan dalam gaya hidup untuk
mengurangi perkembangan hipertensi. Beberapa modifikasi gaya hidup yang dapat
Tabel IV. Modifikasi gaya hidup untuk penderita hipertensi (Dipiro, 2008)
Modifikasi Rekomendasi
Perkiraan
Approaches to Stop Hypertension)
Mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak dan mengurangi lemak jenuh dan lemak total
8 – 14
Mengurangi asupan garam
Mengurangi asupan garam, idealnya mengkonsumsi≈65 mmol / hari (1,5 g /
hari natrium, atau 3,8 g / hari natrium klorida)
2 – 8
Aktivitas fisik Aerobik secara teratur (minimal 30 menit/hari, setiap hari dalam seminggu)
4 – 9
Mengatur asupan alkohol
Memkonsumsi untuk ≤ 2 kali/hari pada pria dan ≤ 1 kali/hari pada wanita
2 – 4
3. Terapi Farmakologi
Terdapat 4 golongan obat yang menjadi lini pertama dalam terapi
hipertensi golongan obat tersebut adalah Angiotensin-converting enzyme inhibitors
(ACEi), angiotensin II receptor blockers (ARB), calcium channel blockers (CCB),
Diuretik (Wells, 2015).
a. Angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEi)
ACE inhibitor merupakan pilihan obat lini pertama bekerja dengan
memblok konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. ACE inhibitor adalah
suatu vasokonstriktor poten dan stimulator sekresi aldosteron. ACE inhibitor
juga menghambat degradasi dari bradikinin dan merangsang sintesis zat
vasodilatasi lainnya, termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin. Dosis awal
inhibitor menurunkan aldosteron dan dapat meningkatkan konsentrasi kalium
serum, namun hiperkalemia dapat terjadi terutama pada pasien dengan CKD
(Wells, 2015)
Tabel V. Obat golongan Angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEi), dosis dan frekuensi penggunaannya (Dipiro, 2008)
Obat Dosis Penggunaan
(mg/hari)
b. Angiotensin II receptor blockers (ARB)
Angiotensin II yang dihasilkan oleh sistem renin angiotensin (yang
melibatkan ACE) dan jalur alternatif yang menggunakan enzim lain seperti
chymases. ACE inhibitor memblokir hanya jalur renin-angiotensin, sedangkan
ARB memblok reseptor angiotensin II sehingga angiotensin II tidak dapat
berikatan dengan reseptornya (Wells, 2015) yaitu reseptor AT1 yang
Tabel VI. Obat golongan Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), dosis dan frekuensi penggunaannya
Obat Dosis Penggunaan
(mg/hari)
c. Calcium channel blockers (CCB)
Tabel VII. Obat golongan Calcium Channel Blocker (CCB), dosis dan frekuensi penggunaannya (Dipiro, 2008)
Golongan Obat
Dosis
Verapamil oral 100-400 1 (malam)
Calcium channel blockers (CCBs) penyebabkan relaksasi otot jantung
dan mengurangi sensitifitas kanal kalsium, sehingga mengurangi masuknya
kalsium yang ada di ekstraseluler ke dalam sel. Hal ini menyebabkan
vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah. Kanal kalsium non dihidropiridin
mungkin memiliki efek negative ionotropik. Dihidropiridin menyebabkan
peningkatan refleks baroreseptor yang dimediasi denyut jantung karena adanya
efek vasodilatasi perifer. (Wells, 2015)
d. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis
yang mengakibatkan turunya volume plasma turunnya cardiak output. Diuretik
thiazide adalah diuretik yang sering digunakan untuk sebagian besar pasien
hipertensi (Wells, 2015).
Diuretik thiazide bekerja pada segmen awal tubulus distal dengan
menghambat reabsorbsi NaCl (Suparsari, 2006) sehingga dapat menyebabkan
penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan akibatnya akan menurunkan
tekanan darah (Wells, 2015). Penggunaan diuretik tiazid pada pasien dengan
riwayat gout atau hiperglikemia memerlukan pemantauan (Dipiro, 2008) karena
dapat menghambat ekskrei urat oleh ginjal sehingga meningkatkan kasar asam
urat serta menghambat pelepasan insulin dari pankreas (Komala, 2008).
Diuretik loop bekerja pada segmen angsa henle asendens dengan
menghanbat reabsorbsi NaCl. Diuretik loop memiliki efek diuresis yang lebih
kuat dari diuretik thiazide namun bukan yang ideal jika digunakan untuk pasien
hipertensi kecuali untuk pasien hipertensi yang mengalami edema akibat CKD
yang dialami pasien ketika nilai GFR kurang dari 30 ml/menit/1, 732m2 (Dipiro,
2008) selain digunakan untuk pasien yang memiliki nilai GFR rendah, diuretik
loop digunakan juga untuk pasien yang mengalami kedaruratan hipertensi dan
Penggunaan diuretik loop perlu diperhatikan karena penggunaan dengan dosis
tinggi dapat menginduksi perubahan komposisi elektrolit dalam endolimfe dan
menyebabkan ketulian (Suparsari, 2006).
Diuretik hemat kalium merupakan diuretik yang penggunaannya sering
dikombinasikan dengan diuretik lainnya yang akan membuang kalium (Wells,
2015). Diuretik hemat kalium bekerja dengan menurunkan reabsorbsi Na+
dengan memblok kanal Na+ sehingga potensial listrk epitel tubulus menurun
akibatnya sekresi K+ terhambat (Suparsari, 2006).
Spironolakton dan Eplerenon merupakan diuretik yang bekerja dengan
menurunkan reabsorbsi Na+ dengan mekanisme antagonis aldosterone sehingga
terjadi retensi Na+ (Suparsari 2006), Spironolakton memiliki kerja serupa
dengan diuretik hemat kalium (Chandranata, 2004).
Tabel VIII. Obat golongan Diuretik, dosis dan frekuensi penggunaannya (Dipiro, 2008)
Golongan Obat Range dosis
(mg/hari)
Frekuensi pemakaian
Diuretik tiazid
Klortalidon 12.5-25 1
Hidroklortiazid 12.5-25 1
Idapamide 12.5-25 1
Diuretik Hemat Kalium Amilorid 5-10 1 atau 2
Triamterin 50-100 1 atau 2
Antagonis Aldosteron Eplerenon 50-100 1 atau 2
Alogaritma terapi hipertensi menurut JNC 8
C. Interaksi Penggunaan Obat
Interaksi obat didefinisikan sebagai penggunaan dua atau lebih obat pada
waktu yang sama yang dapat memberikan efek masing-masing atau saling
berinteraksi. Interaksi yang terjadi dapat brsifat potensiasi atau antagonis satu obat
oleh obat lainnya atau dapat menumbulkan efek yang lainnya. Interaksi obat dapat
dibedakan menjadi interaksi yang bersifat farmakokinetik dan farmakodinamik
(Badan POM, 2015).
1. Interaksi Farmakokinetik
Studi farmakokinetik suatu obat meliputi tahapan absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi obat. Suatu obat dinyatakan berinteraksi secara
farmakokinetik jika interaksi antara kedua obat mempengaruhi proses absorbs,
distribusi, metabolism dan ekskresi (Syamsudin, 2011). Karena terjadi perubahan
pada proses ADME maka interaksi ini akan mengurangi atau meningkatkan jumlah
obat yang tersedia dalam tubuh untuk dapat menimbulkan efek farmakologinya
(BPOM, 2015).
a. Absorbsi
Interaksi yang mempengaruhi absobsi suatu obat terjadi melalui beberapa
mekanisme yaitu perubahan pH lambung, pembentukan kompleks, perubahan
motilitas gastrointestinal dan induksi atau inhibisi protein transfer. Absorbsi obat
ditentukan oleh nilai pKa obat, kelarutannya dalam lemak, pH isi usus dan sejumlah
parameter terkait formulasi obat sehingga penggunaan obat lain yang dapat
merubah pH akan mempengaruhi proses absorbsi. Sebagian besar obat akan
akan mempengaruhi proses absorbsi obat. Propantelin misalnya, menghambat
pengosongan lambung sehingga mengurangi penyerapan parasetamol (Stockley,
2008).
b. Distribusi
Penggunaan dua obat atau lebih secara bersamaan dapat mempengaruhi
proses distribusi obat dalam tubuh. Dua obat yang berikatan tinggi pada protein atau
albumin akan bersaing untuk mendapatkan tempat pada protein atau albumin dalam
plasma sehingga akan terjadi penurunan pada ikatan protein salah satu atau lebih
obat. Akibatnya banyak obat bebas dalam plasma yang bersirkulasi dan dapat
menyebabkan toksisitas. Obat yang tidak berikatan dengan plasma atau obat bebas
dapat mempengaruhi respon farmakologik (Stockley, 2008). Jika terdapat dua obat
yang berikatan tinggi pada protein dan harus dipakai bersamaan perlu dilakukan
penurunan dosis salah satu obat untuk menghindari terjadinya toksisitas.
c. Metabolisme dan Biotransformasi
Beberapa metabolisme obat terjadi dalam serum, ginjal, kulit dan usus,
tetapi paling banyak dilakukan oleh enzim yang ditemukan dalam membrane
retikulum endoplasma (Stockley, 2008). Suatu obat dapat meningkatkan
metabolisme obat lain dengan menginduksi enzim pemetabolisme dihati.
Metabolisme yang meningkat akan mempercepat proses eliminasi obat dan
menurunkan konsentrasi obat dalam plasma. Sehingga perlu diketahui apakah obat
yang digunakan adalah jenis obat aktif atau bukan, karena jika obat yang
sehingga metabolit yang dihasilkan semakin banyak karena metabolism meningkat
(Anugerah, 1996).
d. Ekskresi
Pada nilai pH tinggi (basa) obat-obat yang bersifat asam lemah (pKa 3–
7,5) sebagian besar ditemukan dalam molekul terionisasi lipid yang tidak dapat
berdifusi dalam sel tubulus sehingga akan tetap berada dalam urin dan dikeluarkan
dari tubuh dan sebaliknya untuk basa lemah dengan pKa 7,5-10,5. Dengan
demikian peubahan pH dapat meningkatkan/mengurangi jumlah obat dalam bentuk
terionisasi yang mempengaruhi hilangnya obat dari tubuh (Stockley, 2008).
2. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi obat farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat
yang bekerja pada system reseptor, tempat kerja atau system fisiologis yang sama
sehingga dapat menimbulkan efek yang aditif, sinergis atau antagonis tanpa
mempengaruhi kadar obat dalam plasma (Setiawati, 2007). Dalam interaksi
farmakodinamik tidak ada perubahan kadar obat dalam darah, namun terjadi
perubahan efek obat yang disebabkan karena pengaruhnya pada tempat kerja obat
(Syamsudin, 2011)
a. Efek adisi atau aditif terjadi ketika dua obat atau lebih dengan efek yang sama
digabungkan yang menghasilkan jumlah efek tersendiri berdasarkan dosis yang
digunakan. Efek ini mungkin menguntungkan atau dapat juga merugikan,
b. Efek sinergis terjadi ketika penggunaan dua obat atau lebih dengan atau tanpa
efek yang sama digunakan bersamaan dan memiliki efek atau outcome yang
lebih besar dari komponen salah satu obat.
c. Efek antagonis merupakan interaksi yang terjadi dari penggunaan dua obat atau
lebih dengan atau tanpa efek yang sama sehingga menghasilkan efek yang lebih
rendah dari komponen masing masing (Syamsudin, 2011).
3. Interaksi pada Obat Antihipertensi
Untuk obat yang digunakan sebagai komponen dalam terapi kombinasi
atau penggunaan obat yang dapat menyebabkan interaksi yang dapat
mempengaruhi efikasi dan keamanan obat perlu dilakukan pemeriksaan terlebih
dahulu. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan hasil studi non klinis seperti
farmakokinetik, toksisitas dan farmakologinya, jika perlu studi klinis juga
dilakukan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan interaksi yang
terjadi dan keuntungan pada terapi yang diberikan kepada pasien.
d. Agiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEi)
Penggunaan awal obat penghambat ACE pada pasien yang sedang
menggunakan diuretik diberikan dengan hati hati. Antihipertensi dapat terjadi pada
pasien dengan penggunaan diuretik dois tinggi, diet rendah garam, dialisis atau
pasien dengan gagal ginjal. Fungsi ginjal sebaiknya selalu dipantau sebelum
ataupun selama pemberian terapi, dan untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal
dosis diturunkan (Badan POM RI, 2008)
Penggunaan bersma dengan diuretik dapat meningkatkan efek
diinginkan, namun dosis yang diberikan harus disesuaikan terlebih dahulu. Salah
satu efek antihipertensi dari penghambat ACE adalah menstimulasi sintesis
vasodilator prostaglandin. Obat obat NSAIDs seperti aspirin dan salisilat
menghambat sintesis vasodilator prostaglandin sehingga penggunaan bersama
dengan penghambat ACE dapat mengurangi efek untuk menurunkan tekanan darah
(Mozayani, 2008).
e. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)
Golongan obat penghambat ACE bekerja dengan menghambat
angiotensing converting enzyme yaitu suatu enzim yang dapat menguraikan
angiotensin I menjadi angiotensin II yang merupakan senyawa vasokonstiktor.
Sedangkan ARB bekerja dengan manghambar reseptor angiotensin II. Kombinasi
antara penghambat ACE dan ARB dapat memperkuat efek antihipertensi karena
kedua golongan ini bekerja pada system RAAS (Syamsudin, 2011).
Penggunaan bersama penghambat ACE dengan ARB dapat meningkatkan
kadar litium sehingga perlu dilakukan pemantauan. Losartan adalah ARB yang
menunjukkan interaksi yang signifikan dengan CYP3A4 meskipun losartan
merupakan substrat dari CYP2C9. Obat lain yang bersifat menginduksi atau
menginhibisi jalur ini dapat meningkatkan atau menurunkan efektivitas losartan
sebagai obat yang bersifat antihipertensi. Meskipun berpotensi untuk menimbulkan
namun belum banyak interaksi obat yang secara klinis ditemukan pada pasien yang
f. Calcium Channel Blocker (CCB)
Penggunaan bersama CCB dengan obat golongan antidepresan depat
meningkatkan kadar obat antidepresan, dan dapat mengingkatkan efek
antihipertensi jika diberikan bersamaan dengan obat yang bekerja dengan
menghambat MAO (monoamine oksidase). Sedangkan penggunaan bersama
dengan diuretik dapat menigkatkan efek antihipertensi (Badan POM RI, 2008).
g. Diuretika
Penggunaan bersama diuretik dengan obat yang memiliki sifat
antihipertensi atau diuretik lain dapat memberikan efek aditif. Pada beberapa pasien
tertentu efek ini mungkin diinginkan namun perlu dilakukan penyesuaian dosis.
Selain itu penggunaan bersama diuretik dengan diuretik hemat kalium bertujuan
untuk menjaga kadar kalium dalam tubuh, sehingga diuretik hemat kalium biasanya
digunakan sebagai alternatif untuk suplemen kalium (Mozayani, 2008).
Pemberian bersamaan dengan NSAIDs dapat menurunkan kerja diuretik,
melalui penghambatan sintesis prostaglandin di ginjal. Pemberian bersamaan juga
meningkatkan risiko gagal ginjal akibat penurunan aliran darah ginjal, sehingga
perlu dilakukan pemantauan terhadap fungsi ginjal pasien (Mozayani, 2008).
Penggunaan bersamaan dengan allopurinol dapat meningkatkan risiko
hipersensitif terutama pada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal.
Penggunaan bersama dengan agen antagonis kalsium seperti amlodipine dapat
meningkatkan efek antihipertensi (Badan POM RI, 2008).
Interaksi obat yang sering terjadi dan perlu diwaspadai adalah interaksi
(captopril). Furosemid menyebabkan penurunan volume darah yang bersirkulasi
karena efeknya untuk mengurangi cairan dalam tubuh. Oleh karena itu
keseimbangan air dan elektorlit dalam tubuh harus diperhatikan sebelum pemberian
bersamaan dengan vasodilator. Penggunaan bersama furosemid dengan prednison
dapat menyebabkan terjadinya penurunan kadar kalium yang cukup besar, sehingga
perlu diberikan suplemen kalium (Mozayani, 2008).
D. Keterangan Empiris
Angka prevalensi hipertensi baik di Indonesia maupun dunia cukup tinggi.
Tujuan terapi hipertensi adalah menurunkan nilai mortilitas dan morbiditas yang
berhubungan dengan hipertensi. Hipertensi pada umumnya terjadi dengan adanya
komplikasi dengan penyakit lain, sehingga pasien akan menggunakan lebih dari
satu jenis obat (polifarmasi). Polifarmasi mempunyai risiko untuk terjadinya drug
related problem yang dapat membahayakan pasien. Keamanan penggunaan obat
merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi. Evaluasi
keamanan penggunaan obat dikaji dari adanya kemungkinan interaksi obat.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui dan menjamin pengobatan atau terapi yang
diterima pasien aman dan dapat mencapai target atau tujuan terapi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai interaksi
penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat inap di bangsal cempaka RSUD
27 BAB III
METODE PENELITIAN A.Jenis Dan Rancangan Penelitian
Penelitian interaksi penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat inap
di bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode agustus 2015
merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian case series yang
bersifat prospektif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan atau
mendeskripsikan suatu fenomena, kejadian, kondisi, fakta, dan lain-lain. Penelitian
observasional tidak membandingkan satu kelompok dengan kelompok lainnya dan
tidak memerlukan hipotesis, sehingga tidak perlu melakukan uji statistik (Swarjana,
2012).
Penelitian case series adalah penelitian yang terdiri dari sekelompok
pasien yang telah terdiagnosis dengan kondisi yang sama selama periode tertentu
dimana tidak terdapat kelompok pembanding. Case series menetapkan kasus
tunggal spesifik dan menjadikannya dalam satu laporan. Penelitian prospektif
merupakan salah satu penelitian yang mengikuti proses perjalanan penyakit
kedepan berdasarkan urutan waktu (Apparasu, 2015).
Pengambilan data pasien dilakukan dengan mengikuti perjalanan penyakit
kedepan dengan memantau kondisi pasien setiap hari berdasarkan lembar rekam
medis dan informasi hasil klarifikasi tenaga kesehatan lain yaitu perawat yang
B. Variable Penelitian Dan Definisi Opersional 1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini berupa hasil pemeriksaan laboratorium,
penggunaan obat antihipertensi dan kondisi pasien rawat inap di bangsal cempaka
RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015.
2. Definisi operasional
a. Hasil pemeriksaan laboratorium yang dimaksud adalah hasil pemeriksaan
hematologi, hitung jenis, fungsi hati, fungsi ginjal, glukosa sewaktu, dan
elektrolit. Hasil pemeriksaan laboratorium ini digunakan untuk melihat apakah
efek interaksi obat terjadi pada pasien.
b. Obat antihipertensi adalah obat-obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan
darah dan efeknya dapat terlihat melalui penurunan tekanan darah saat dilakukan
pengukuran yaitu golongan ACEi, ARB, CCB dan diuretik golongan tiazid (JNC
8, 2014).
c. Kondisi pasien yang dimaksud adalah pemeriksaan tanda vital yang terdapat
dalam rekam medis meliputi suhu, tekanan darah, laju pernapasan dan denyut
nadi.
d. Evaluasi interaksi penggunaan obat dilakukan dengan membedakan interaksi
berdasarkan kriteria sifat interaksi meliputi minor, signifikan, serius dan
mekanisme interaksi meliputi interaksi farmakokinetik dan interaksi
e. Interaksi obat adalah kemungkin terjadinya interaksi antara obat antihipertensi
dengan obat lain yang digunakan pasien selama menjalani pengobatan di rumah
sakit berdasarkan Medscape (2015).
f. Interaksi minor adalah jika kemungkinan potensial interaksi kecil dan efek
interaksi yang terjadi tidak menimbulkan perubahan pada status klinis pasien.
g. Interaksi signifikan adalah kemungkinan potensial interaksi dan efek interaksi
yang terjadi mengakibatkan perubahan pada kondisi klinis pasien.
h. Interaksi serius adalah jika kemungkinan kejadian interaksi tinggi dan efek
samping interaksi yang terjadi dapat membahayakan nyawa pasien.
i. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi yang menyebabkan perubahan pada
proses absorbsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi dari suatu obat karena
pengaruh obat lain.
j. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang bekerja
pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologis yang sama sehingga
dapat menimbulkan efek yang aditif, sinergis, atau antagonis tanpa
mempengaruhi kadar obat dalam plasma.
k. Interaksi aktual adalah interaksi yang berdasarkan referensi menunjukkan
adanya interaksi obat dan interaksi tersebut terjadi pada pasien yang dilihat dari
kondisi klinis pasien berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan tanda
vital. Sedangkan interaksi potensial adalah interaksi yang berdasarkan referensi
menunjukkan adanya interaksi tetapi interaksi tersebut tidak terjadi pada pasien.
interaksi aktual atau potensial karena tidak terdapat hasil pemeriksaan
laboratorium sebagai indikator.
l. Komplikasi penyakit hipertensi yang dimaksud adalah gangguan pada jantung,
mata, ginjal, otak dan pembuluh darah besar, penyakit arteri koroner, gagal
ginjal, demensia dan arterial fibralasi.
m.Penyakit penyerta yang dimaksud adalah anemia, vertigo, pneumonia, bronkhitis
kronis, infeksi saluran kemih, dan GERD.
n. Kasus yang dimaksud adalah setiap hari rawat masing masing pasien selama
menjalani rawat inap. Kasus yang dievaluasi adalah setiap hari rawat subjek
penelitian.
C.Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bersama beberapa mahasiswa Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma yang secara garis besar bertujuan untuk
mengevaluasi penggunaan obat pada pasien terdiagnosa hipertensi dan diabetes
mellitus yang dirawat di instalasi rawat inap bangsal Cempaka dan Bakung RSUD
Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015. Kajian penelitian ditunjukkan
dalam gambar 3.
Gambar 3. Skema Penelitian
D.Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pasien rawat inap di bangsal cempaka RSUD
Panembahan Senopati Bantul periode agustus 2015. Kriteria inklusi subjek adalah
pasien rawat inap di dibangsal cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul yang
menerima terapi obat antihipertensi pada periode agustus 2015, dan masuk rumah
sakit melalui poli atau IGD. Kriteria eksklusi subjek adalah pasien yang
dipindahkan ke bangsal lain dan pasien yang menggunakan obat hipoglikemi.
Sebagai subjek wawancara adalah perawat yang sedang bertugas, wawancara
dilakukan untuk konfirmasi mengenai data rekam medis yang kurang lengkap atau
tidak dapat terbaca.
Penelitian di bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul
selama bulan Agustus 2015 terdapat 19 responden yang menerima obat
antihipertensi. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi penelitian adalah
17 pasien. Terdapat 2 pasien yang dieksklusi.
Gambar 4. Skema subjek penelitian
62 pasien di bangsal Cempaka Periode Agustus 2015
19 pasien memenuhi kriteria inklusi
2 pasien dieksklusi
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah blanko pengambilan data
yang terlampir dalam lampiran 1. Blanko pengambilan data mencakup data
identitas pasien (no. RM, nama, jenis kelamin, usia), tanggal masuk dan keluar
rumah sakit, anamese, diagnosis penyakit, hasil pengukuran tanda vital, hasil
pengukuran laboratorium, obat yang digunakan pasien saat di bangsal, status
pulang, obat yang dibawa pulang dan catatan rekomendasi untuk pasien.
Blanko pengambilan data disusun berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang telah dilakukan sebelumnya. Isi blanko pengambilan data disesuaikan dengan
data yang diperlukan untuk penelitian ini.
F. Lokasi Penelitan
Penelitian tentang evaluasi penggunaan obat antihipertensi ini dilakukan
di ruang rawat inap bangsal Cempaka, ruang rekam medis, dan ruang instalasi
farmasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul. RSUD
Panembahan Senopati Bantul terletak di jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Bantul,
Yogyakarta.
G.Tatacara Penelitian
Penelitian tentang evaluasi interaksi penggunaan obat antihipertensi pada
pasien rawat inap di bangsal cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul meliputi
1. Analisis Situasi
Tahap analisis situasi dimulai dengan mengidentifikasi obat antihipertensi
yang digunakan di instalasi farmasi RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Kemudian diperoleh ijin penelitian dari kantor gubernur DIY, Bappeda Bantul, dan
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Sebelum memulai penelitian di RSUD Panembahan Senopati, dilakukan
penelusuran informasi dan pembuatan instrument penelitian. Penelusuran informasi
dilakukan dengan wawancara terhadap apoteker untuk mengetahui formularium
yang digunakan di instalasi rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Setelah perijinan dan instrument penelitian selesai selanjutnya adalah menemui
kepala bangsal cempaka dan memperkenalkan diri serta didapatkan informasi
mengenai jam efektif penggambilan data agar tidak mengganggu pekerjaan petugas
kesehatan lainnya.
2. Pengambilan data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti perkembangan pasien
melalui rekam medis pasien yang ada di bangsal cempaka RSUD Panembahan
Senopati Bantul. Data yang dikumpulkan dalam instrumen penelitian sebagai data
sekunder. Sedangkan data primer diperoleh ketika melakukan konfirmasi data
sekunder kepada perawat yang sedang berjaga di bangsal cempaka RSUD
Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015.
3. Analisis data
Data pengobatan pasien rawat inap di bangsal Cempaka periode agustus
pasien. Hasil temuan yang berkaitan dengan interaksi pada pengobatan
dikonfirmasi ke apoteker di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Setiap obat
dievaluasi kemungkinan interaksi yang terjadi dengan melihat kondisi klinis pasien
serta data hasil laboratorium yang ada. Hasil evaluasi disajikan dalam bentuk tabel.
Data yang diperoleh kemudian dievaluasi untuk melihat keamanan pengobatan
meliputi kajian interaksi obat. Evaluasi interaksi obat dilakukan berdasakan
Medscape (2015).
H. Tata Cara Analisis Hasil
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan mengelompokkan data
berdasarkan:
1. Golongan obat antihipertensi yang digunakan pasien yaitu golongan Diuretik,
Angiotensin converting enzyme inhibitor, Angiotensin II receptor blocker,
Calcium Channel blocker.
2. Menyajikan hasil evaluasi keamanan yang berupa temuan interaksi obat
antihipertensi dalam bentuk tabel.
I. Keterbatasan Dan Kelemahan Penelitian
Penelitian dengan topik evaluasi interaksi penggunaan obat antihipertensi
hanya mengkaji interaksi obat yang mungkin dapat terjadi pada pasien sedangkan
evaluasi efek samping obat tidak dapat dilakukan karena peneliti tidak bertemu
langsung dengan pasien sehingga evaluasi efek samping sulit untuk dilakukan.
Dengan demikian penelitian ini tidak dapat memberikan gambaran secara
keseluruhan evaluasi keamanan penggunaan obat antihipertensi yang diterima
sehingga dalam proses pengambilan data mangalami kesulitan ketika terdapat data
yang memerlukan konfirmasi ke perawat atau apoteker dibagian rawat inap.
Kejadian interaksi pada pasien ditentukan berdasarkan hasil laboratorium
dan pemeriksaan tanda vital, sehingga adanya penyakit penyerta dan komplikasi
dapat mempengaruhi penilaian kejadian interaksi pada pasien. Oleh karena itu
kejadian interaksi yang ditemukan pada penelitian ini tidak dapat digambarkan
dengan jelas apakah merupakan kejadian akibat interaksi obat yang terjadi pada
pasien. Selain itu tidak dilakukan penelusuran terkait riwayat pengobatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan disajikan dalam tiga
bagian yaitu karakteristik pasien, profil penggunaan obat antihipertensi, evaluasi
tentang interaksi penggunaan obat antihipertensi yang diberikan kepada pasien
rawat inap di bangsal cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode
Agustus 2015.
A.Karakteristik Pasien
1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia dan Lama Perawatan
Tabel IX. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia dan lama perawatan pasien yang menerima obat antihipertensi di bangsal Cempaka RSUD
Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015
Karakteristik Jumlah pasien (%) Kasus (%)
Jenis Kelamin
a. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan hasil pengambilan data diperoleh 17 dari 19 pasien yang
menjadi subjek penelitian. Pasien berjenis kelamin wanita berjumlah 12 orang dan
5 orang pasien berjenis kelamin pria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien
yang menerima terapi obat antihipertensi di bangsal cempaka RSUD Panembahan
Temuan hipertensi pada wanita lebih basar daripada pria, hal ini sama
dengan penelitian yang dilakukan Irza (2009) di sumatera barat bahwa kejadian
hipertensi lebih banyak ditemukan pada wanita (66,7%) daripada pria (33,3%).
Kejadian hipertensi pada wanita dengan usia > 45 tahun lebih besar dibandingkan
pada pria (Dipiro, 2008). Hipertensi lebih banyak ditemukan pada wanita karena
pengaruh hormone esterogen. Wanita pasca menopause memiliki esterogen yang
lebih sedikit sehingga efek penurunan LDL di hati oleh esterogen menurun. Hal ini
menyebabkan terjadinya atheroskerosis yang merupakan factor risiko hipertensi
b. Karakteristik berdasarkan usia
Usia pasien dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu ≤ 44 tahun, 45 –
64 tahun, dan ≥ 65 tahun. Berdasarkan data rekam medis diketahui bahwa kelompok
usia yang mendapatkan terapi obat antihipertensi di bangsal cempaka RSUD
Panembahan Senopati periode Agustus 2015 paling banyak adalah usia ≥ 65 tahun
yaitu 11 pasien (64,71%).
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa hipertensi banyak ditemukan
pada usia ≥ 65 tahun, hal ini terjadi karena seiring berjalannya usia fungsi fisiologis
seseorang akan menurun. Pasien dengan usia lanjut akan terjadi penurunan
elastisitas pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi lebih kaku. Kekakuan
pada pembuluh darah menyebabkan beban jantung untuk memompa darah
c. Karakteristik berdasarkan lama perawatan
Lama perawatan pasien di rumah sakit adalah 2 hari untuk batas bawah
dan 11 hari untuk batas atas. Lama perawatan pada pasien yang menerima obat
antihipertensi di bangsal cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode
Agustus 2015 dibagi dalam 2 kategori seperti dalam tabel IX. Lama perawatan yang
paling banyak adalah 2 – 6 hari yaitu 13 pasien (76,5%).
2. Distribusi Penyakit Penyerta dan Komplikasi
Tabel X. Klasifikasi penyakit penyerta dan komplikasi pasien rawat inap di bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015
Klasifikasi Jenis
Jumlah
Gagal Jantung Kongestif 3 (17,7) 17 (18,9)
Stroke 2 (11,7) 13 (14,4)
Gagal Jantung Kongestif + Bronkitis
Kronis 1 (5,9) 3 (3,3)
Gagal Jantung Kongestif + ISK + GERD 1 (5,9) 4 (4,4)
Total 17 (100,0) 90 (100,0)
n = 17 Pasien, 90 Kasus
Hipertensi jangka panjang dapat menyebabkan timbulnya bebagai
komplikasi yang dapat memperburuk keadaan pasien. Hasil pengelompokan pasien
terdapat 9 pasien (41,2%) dengan komplikasi, 5 pasien (29,4%) dengan penyakit
penyerta, 3 pasien (17,6%) dengan komplikasi dan penyakit penyerta. Berdasarkan