• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke nusantara pada tahun 1405-1433.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke nusantara pada tahun 1405-1433."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

SEJARAH EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405-1433

Oleh: Lilik Hermawanto Universitas Sanata Dharma

2015

Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga permasalahan pokok, yaitu: (1) Latar belakang ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara 1405-1433, (2) Proses dan berakhirnya ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara 1405-1433, (3) Dampak ekspedisi Laksamana Cheng Ho bagi Nusantara.

Makalah ini disusun berdasarkan metode penelitian sejarah dengan tahapan: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial-budaya. Model penulisannya bersifat deskriptif analitis.

(2)

ABSTRACT

THE HISTORY OF ADMIRAL CHENG HO’S EXPEDITION FROM CHINA TO NUSANTARA IN 1405 - 1433

By:

Lilik Hermawanto Sanata Dharma University

2015

This paper aims to describe three basic problems, namely: (1) The expeditions background of Admiral Cheng Ho's from China to Nusantara in 1405-1433, (2) The process and the end of the expeditions of Admiral Cheng Ho's from China to Nusantara in 1405-1433, (3) The Impact of the expeditions Admiral Cheng Ho's from Nusantara.

This paper was prepared by the method of historical research with the following stages: heuristics, verification, interpretation, and historiography. The approach used is a socio-cultural approach. Analytical descriptive writing is the report.

(3)

SEJARAH EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI

CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405 – 1433

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

LILIK HERMAWANTO NIM: 101314009

PROGRAM STUDI PENDIDIIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

SEJARAH EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI

CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405 – 1433

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

LILIK HERMAWANTO NIM: 101314009

PROGRAM STUDI PENDIDIIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Makalah ini saya persembahkan kepada:

Kedua orang tua Bapak Siyamto dan Ibu Mariyamti, yang telah membesarkan dan

mendidik saya dalam keluarga yang penuh cinta kasih dan kebahagiaan. Serta adik

tercinta Habi Ardiyanto yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada

(8)

v

MOTTO

Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya.

Kenyataan bahwa sejarah terus ditulis orang, di semua peradaban dan di sepanjang

waktu, sebenarnya cukup menjadi bukti bahwa sejarah itu perlu.

(Prof.Dr.Kuntowijoyo,MA)

Guru adalah seseorang yang dengan baik serta lembut membimbing dan mengajar

sesuatu kepadanya. Ia mengajari untuk mengembangkan diri dengan membaca buku,

sehingga kemudian dapat mengendlikan diri dengan perbuatan baik.

(Confusius)

Ingatlah bahwa kesuksesan selalu disertai dengan kegagalan dan kita akan sukses jika

belajar dari kegagalan.

(Lilik Hermawanto)

Jangan sekali-kali melupakan sejarah (jasmerah).

(9)
(10)
(11)

viii

ABSTRAK

SEJARAH EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405-1433

Oleh: Lilik Hermawanto Universitas Sanata Dharma

2015

Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga permasalahan pokok, yaitu: (1) Latar belakang ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara 1405-1433, (2) Proses dan berakhirnya ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara 1405-1433, (3) Dampak ekspedisi Laksamana Cheng Ho bagi Nusantara.

Makalah ini disusun berdasarkan metode penelitian sejarah dengan tahapan: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial-budaya. Model penulisannya bersifat deskriptif analitis.

(12)

ix

ABSTRACT

THE HISTORY OF ADMIRAL CHENG HO’S EXPEDITION FROM CHINA TO NUSANTARA IN 1405 - 1433

By:

Lilik Hermawanto Sanata Dharma University

2015

This paper aims to describe three basic problems, namely: (1) The expeditions background of Admiral Cheng Ho's from China to Nusantara in 1405-1433, (2) The process and the end of the expeditions of Admiral Cheng Ho's from China to Nusantara in 1405-1433, (3) The Impact of the expeditions Admiral Cheng Ho's from Nusantara.

This paper was prepared by the method of historical research with the following stages: heuristics, verification, interpretation, and historiography. The approach used is a socio-cultural approach. Analytical descriptive writing is the report.

(13)
(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 10

1. Tujuan Penulisan... 10

2. Manfaat Penulisan... 11

D. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II: LATAR BELAKANG TERJADINYA EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405-1433 A. Menjalin Hubungan Persahabatan Kekaisaran Cina Dengan Kerajaan-Kerajaan di Nusantara ... 19

B. Hubungan Perdagangan Antara Cina Dengan Nusantara ... 22

(15)

xii

BAB III: PROSES DAN BERAKHIRNYA EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405-1433

A. Proses Ekspedisi Laksamana Cheng Ho Ke Nusantara... 34

1. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Kerajaan Samusera Pasai. 34 2. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Kerajaan Lambri Aceh .... 39

3. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Palembang... 41

4. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Kerajaan Malaka ... 43

5. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Kerajaan Majapahit ... 47

6. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Semarang... 52

B. Berakhirnya Ekspedisi Laksamana Cheng Ho ... 54

BAB IV: DAMPAK EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO BAGI NUSANTARA A. Dampak Budaya Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Nusantara . 58 1. Peringatan Pelayaran Cheng Ho (Sam Po Tay Jien)... 60

2. Seni dan sastra... 61

B. Dampak Dalam Bidang Agama Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Nusantara... 62

1. Masuknya Islam di Cina... 62

2. Penyebaran Agama Islam di Nusantara ... 64

3. Pemujaan Terhadap Laksamana Cheng Ho ... 66

C. Dampak Arsitektur Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Nusantara ... 68

BAB V: KESIMPULAN... 71

DAFTAR PUSTAKA... 74

(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus ... 77

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 80

Lampiran 3 : Ringkasan Materi ... 90

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Cina merupakan salah satu bangsa yang paling awal memasuki

zaman sejarah di Asia Timur. Cina juga secara bertahap berhasil mengembangkan

kebudayaan mereka menjadi terkemuka di antara bangsa-bangsa lain di Asia

Timur. Hal ini membuat berbagai bangsa lain di sekitar Cina tertarik dan

mengadopsi berbagai unsur kebudayaan Cina, bahkan kebudayaan Cina menyebar

ke barat dan mencapai Eropa.1 Cina juga merupakan sumber peradaban bagi banyak bangsa yang hidup di Asia Timur seperti Korea, Jepang, dan Vietnam

yang berada dalam lingkaran budaya Cina.2 Tingginya kebudayaan Cina menunjukkan bahwa peradaban Cina merupakan peradaban yang tinggi di Asia

Timur.

Sebelum dipersatukan sebagai suatu negara, Cina masih dikuasai oleh

berbagai dinasti yang memimpin Cina. Dinasti-dinasti di Cina silih berganti

memimpin Cina dan salah satu dinasti yang berkuasa di Cina adalah Dinasti

Ming. Dinasti Ming merupakan dinasti yang didirikan oleh pemberontak petani

yang dipimpin oleh Chu Yuan Chang yang berasal dari keluarga miskin Suku

Han.3Chu Yuan Chang melakukan perjuangan yang gigih selama sepuluh tahun

1

Purwanta, Sejarah Cina Klasik, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, 2009, hlm. 1

2

Ivan Taniputra, History Of China, Yogyakarta, AR-Ruzz Media, 2013, hlm. 21

3

(18)

lebih, sehingga dapat melengserkan Dinasti Yuan4 yang telah berkuasa selama kurang lebih 160 tahun. Chu Yuan Chang kemudian mendirikan Dinasti Ming di

Cina pada tahun 1368 M.5

Setelah naik tahta Chu Yuan Chang menobatkan dirinya sebagai kaisar

dengan gelar Ming Taizu pada tahun 1368-1398 M. Selain itu, tahun

pemerintahannya dikenal dengan nama Hongwu, dengan Nanking sebagai pusat

pemerintahannya. Pada masa awal pemerintahan Kaisar Chu Yuan Chang

mengambil tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah-masalah dalam negeri,

antara lain dengan pembaharuan ketertiban, keamanan, pertanian, memperkuat

pertahanan dalam negeri, dan mengembalikan tradisi Cina yang mengutamakan

kerukun, kedamai, keharmonis dengan memulihkan tatanan hubungan masyarakat

dalam negeri.6

Pada masa pemerintahannya Kaisar Chu Yuan Chang dapat menentramkan

negeri dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi di Cina.7 Kaisar Chu Yuan Chang juga menjalankan tindakan kebijakan luar negeri Dinasti Ming.

Pokok-pokok kebijakan luar negeri Cina pada awal zaman Dinasti Ming masa

pemerintahan Chu Yuan Chang yaitu:

1. Cina tidak punya ambisi untuk mengekspansi dan menjajah negeri lain.

2. Cina tidak akan menyerang negeri lain kalau tidak diserang terlebih dahulu.

4

Dunasti Yuan merupakan salah satu dinasti yang pernah memimpin Cina pada tahun 1279-1368. Didirikan oleh Genghis Khan, yang merupakan orang Mongol, setelah berhasil menyatukan Bangsa Mongol Gengis Khan mulai melakukan penaklukan kepada daerah-daerah yang ada di Asia Timur dan berhasil menaklukan Dinasti Song.

5

Liang Liji, Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, Jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm. 101

6

Ivan Taniputera, History Of China, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2009, hlm. 461

7

(19)

3. Cina tidak boleh menjurus ke militerisme dan hegemonisme.

4. Cina membina tentara untuk pertahan negara dari kemungkinan ageresi militer

luar negeri.

Pada awal kekuasaan Dinasti Ming di Cina, Kaisar Chu Yuan Chang masih

disibukkan oleh urusan dalam negeri untuk mempersatukan dan menjamin

keamanan negeri. Oleh sebab itu, urusan luar negeri Dinasti Ming masih belum

diprioritasakan.8 Hal yang paling menonjol pada masa Kaisar Chu Yuan Cheng yaitu kemajuan pertanian dan kerajinan yang menunjukan bahwa keadaan

ekonomi pada masa Dinasti Ming sudah berkembang. Selain itu, juga adanya

kebutuhan dalam negeri Dinasti Ming seperti wangi-wangian, rempah-rempah,

zat pewarna dan lain-lain yang harus dipenuhi dari luar negeri Cina, khususnya

negara-negara penghasil yang ada di Asia dan Afrika. Hal tersebut menunjukkan

adanya hubungan perdagangan yang telah terjadi antara Cina dengan

negeri-negeri Asia-Afrika.9

Pada masa pemerintahan Kaisar Chu Yuan Chang, kaisar mengadakan

perubahan adminstrasi Dinasti Ming. Tidak hanya itu saja kaisar kemudian

membagi kerajaan menjadi propinsi-propinsi kecil.10 Selain itu, kaisar juga mengadakan ujian negara untuk menyeleksi masyarakat yang mempunyai

kemampuan untuk menjadi pegawai di kekaisaran. Pada masa kekuasaan Kaisar

Chu Yuan Chang juga memperhatikan dalam bidang keagamaan sehingga Kaisar

8

Ibid., hlm. 103

9

Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 11

10

(20)

Chu Yuan Chang pernah menjadi pendiri Agama Budha di Cina, dan

Confusianisme menjadi kepercayaan resmi pada masa kepemimpinan Kaisar Chu

Yuan Chang.

Setelah wafatnya Kaisar Chu Yuan Chang di gantikan oleh Chu Yunwen11 yang merupakan cucu dari Kaisar Chu Yuan Chang.12 Pada masa pemerintahan kaisar Chu Yunwen menggunakan gelar Jianwen selama pemerintahnya pada

tahun 1399 M. Masa pemerintahan Kaisar Chu Yunwen adanya kekhawatiran

terjadi terhadap pengaruh pemimpin Propinsi-propinsi Dinasti Ming yang

merupakan paman dari Kaisar Chu Yunwen makin menyudutkan kekaisaran.

Akhirnya Kaisar Chu Yunwen mengambil keputusan untuk memperkecil

kekuasaan propinsi-propinsi Dinasti Ming dengan harapan dapat mengendalikan

panaman-pamannya yang merupakan putra dari Chu Yuan Chang. Tindakan yang

dilakukan oleh Kaisar Chu Yunwen menyebabkan terjadinya perang saudara

selama empat tahun antara Kaisar Chu Yunwen dengan paman-pamannya. Segi

kepandaian dan kemempuan, Kaisar Chu Yunwen bukanlah tandingan pamannya

yang bernama Chu Ti, yang merupakan putera keempat Chu Yuan Chang.

Gubernur Chu Ti sebelumnya bergelar Pangeran Yan yang memerintah di Peking,

melakukan penyerangan terhadap Kaisar Chu Yunwen di Nanking dan berhasil

menguasainya. Kota Nanking jatuh ketangan Chu Ti pada tahun 1402 M, akan

11

Kaisar Chu Yunwen merupakan kaisar kedua Dinasti Ming pada tahun 1399-1402 M dengan gelar Jianwen, Chu Yunwen merupkan Cucu dari Chu Yuan Chang. Chu Yunwen menjadi kaisar setelah putera sulung Chu Yuan Chang yang merupakan putra mahkota (Chu Biao) meninggal pada usia yang muda, kemudian Chu Yuan Chang mengangkat anak dari puteranya mahkota yang merupakan cucunya menjadi putra mahkota. Pada saat Chu Yuanwen menjadi kaisar baru berusia 16 tahun, untuk menjalankan tugas pemerintahan Chu Yuanwen dibantu oleh para mentri-mentri yang memiliki peranan utama di pemerintahan Dinasti Ming.

12

(21)

tetapi Kaisar Chu Yunwen dapat melarikan diri pada saat terjadinya penyerangan

yang dilakukan oleh Gubernur Chu Ti, dan Kaisar Chu Yunwen tidak diketahui

keberadaannya ada yang mengatakan bahwa Kaisar Chu Yunwen melarikan diri

dengan menyamar sebagai seorang biksu.13

Setalah berhasil menaklukan Kaisar Chu Yunwen kemudian Chu Ti

mengankat dirinya sebagai Kaisar Yongle14 dengan gelar Ming Cheng Tsu pada tahun 1403. Kaisar Chu Ti lebih terkenal dengan nama Yungle nama tahun

pemerintahannya. Pada tahun 1421 M Kaisar Yongle memindahkan ibu kota

kekaisaran Dinasti Ming dari Nanking ke Peking, yang dulunya dijadikan ibu kota

Bangsa Mongol dengan nama Cambaluc. Pertama kalinya Peking menjadi ibu

kota kerajaan asli Cina sesudah beberapa kota lainya dan Peking menjadi ibu kota

sampai tahun 1926. Pada masa pemerintahan kaisar-kaisar Cina sebelumnya,

pemindahan ibu kota disebabkan karena menghindari bahaya yang mengancam

kekaisaran Dinasti Ming. Pemindahan kekaisaran Dinasti Ming dari Nanking ke

Peking disebabkan karena menghindari dari bahaya yang mengancam baik

acaman dari Utara dan Timur. Ancaman terhadap Dinasti Ming yang berasal dari

Utara adalah dari pihak Bangsa Mongol dan Manchu. Ancaman terhadap Dinasti

Ming yang berasal dari Timur yaitu Bangsa Jepang. Pada masa pemerintahan

Kaisar Yongle ancaman dari Bangsa Mongol maupun Jepang dapat berhasil diusir

dan diatasi.15

Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle, kaisar menjalankan kebijakan

pembaharuan dalam hal ketertiban dan keamanan dalam negeri serta pemulihan

13

Ivan Taniputra, History Of China, Yogyakarta, AR-Ruzz Media, 2013, hlm. 461

14

Kaisar Yongle juga deikenal dengan nama Yongle, Yung Lo, Chu Ti, Zhu Di.

15

(22)

ekonomi yang berlangsung selama tiga puluh tahun. Tujuan dari perubahan

kebijakan tersebut bertujuan untuk merubah keadaan dalam negeri Dinasti Ming

kerah yang lebih baik dan maju. Kekuasaan Dinasti Ming pada masa Kaisar

Yongle bertambah besar dan ancaman Bangsa Mongol di Utara sudah tidak

dikawatirkan lagi. Selanjutnya, Kaisar Yongle menetapkan kedudukannya sebagai

kaisar Dinasti Ming yang sah dengan memperluas pengaruh Dinasti Ming ke

negeri-negeri di Asia-Afrika. Perluasan pengaruh Dinasti Ming dilakukan supaya

Kaisar Yongle diakui sebagai kaisar sejagat dan semua negeri tunduk

kepadanya.16 Pada masa Kaisar Yongle, kaisar merupakan kaisar yang feodal. Kebijakan luar negeri Dinasti Ming tidak luput dari pandangan feodalisme. Kaisar

Yongle membuat kebijakan untuk memperluas pengaruh Dinasti Ming ke

negeri-negeri di Asia-Afrika, dengan melakukan ekspedisi-ekspedisi pelayaran besar

Dinasti Ming Cina.

Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle, beliau melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hubungan luar negeri. Kegiatan-kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh Kaisar Yung Lo diantaranya:

a. Pada tahun 1403 pemulihkan tiga Shi Bo Sa (Jawatan Urusan Dagang

Pelabuhan) yang berada di Guangzhou, Quanzhou dan Ningbo.

b. Pada tahun 1405 dibangun tiga pelabuhan untuk menampung utusan-utusan

yang datang dari luar negeri.

Kaisar Yongle secara besar-besaran mengirim misi ekspedisi pelayaran ke

negeri-negeri di Asia-Afrika. Misi Ekspedisi dilakukan untuk memberitahukan

16

(23)

perintah kaisar bahwa Kaisar Yongle telah menjadi kaisar Cina dan negeri di

sekitar Cina datang untuk menghadap dan mempersembahkan upeti sebagai tanda

tunduk dan taat kepada kekaisaran Cina. Ekspedisi pelayaran yang Kaisar Yongle

lakukan menyebabkan dimulainya sejarah pelayaran ke Samudera Selatan17 pada awal abad ke 15 dan pada masa Dinasti Ming.18

Kaisar Yongle mencari seorang laksamana yang memiliki sifat setia, berani,

dan cerdas untuk melaksanakan tugas ekspedisi pelayaran ke Samudera Selatan

pada abad ke 15. Pada abad ke 15 Agama Islam telah tersebar ke berbagai wilayah

di penjuru dunia. Oleh sebab itu, laksamana yang akan melakukan ekspediasi

harus mamahami tentang Agama Islam dan memahami agama lainnya. Cheng

Ho19 ditunjuk menjadi laksamana oleh Kaisar Cina masa Dinasti Ming untuk melakukan ekspedisi pelayaran ke Samudera Selatan.

Masa kekuasaan Dinasti Ming merupakan masa memperluas kekuasaan dan

mempertahankan apa yang telah dicapai. Dinasti Ming menjalin hubungan

perdagangan luar negeri dengan negeri-negeri yang ada di Asia-Afrika dan juga

yang ada di Nusantara.20 Ekspedisi pelayaran ke Samudera Selatan yang dilakukan pada masa Dinasti Ming yang dipimpin oleh Lakamana Cheng Ho

menunjukan betapa besarnya prestasi pada kekuasaan Dinasti Ming pada masa

Kaisar Yongle, yang telah mampu mengirimkan armada laut besar hingga ke

17

Samudera Selatan menunjukan daerah-daerah yang ada di Asia-Afika dan berada di Selatan Cina, yang merupakan tujuan dari ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang berlayar hingga ke Afrika.

18

Liang Liji,Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, Jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm.106

19

Laksamana Cheng Ho juga dikenal dengan nama Zheng He, Haji Sam Po Bo.

20

(24)

Afrika.21 Ekspedisi pelayaran oleh Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan pada tahun 1405-1433 lebih dahulu jika dibandingkan dengan pelayaran oleh

Bangsa Eropa seperti Christoforus Columbus yang pada tahun 1451-1506

berlayar ke Amerika, pelayaran Fasco De Gama pada tahun 1460-1524 berlayar

dari Portugis ke India, maupun Ferdinand Magellans 1480-1521 yang merintis

pelayaran mengelilingi bumi.22 Pada tahun 1405-1433, Kaisar Yongle mengutus Laksamana Cheng Ho sebagai duta kekaisaran Cina ke Samudera Selatan.

Perjalanan Laksamana Cheng Ho dilakukan dengan membawa 62 buah kapal di

lengkapi 17.800 orang anak buah dan membawa sejumlah emas, sutera, porselin,

kerajinan dan barang lainnya yang akan digunakan untuk hadiah kepada raja-raja

di negeri yang dikunjungi oleh Laksamana Cheng Ho.

Pada masa kehidupan Laksamana Cheng Ho telah tujuh kali diutus untuk

memimpin misi ekspedisi pelayaran kekaisaran Dinasti Ming Cina mengunjungi

negeri-negeri di Samudera Selatan. Selama enam kali oleh Kaisar Yongle, dan

ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang terakhir oleh Kaisar Chu Chanji dengan

gelar Ming Hsuan Tsung pada tahun 1426 M. Kaisar mengutus Laksamana Cheng

Ho untuk berlayar ke Samudra Selatan untuk menjalin kerjasama dengan

negeri-negeri yang ada di Asia-Afrika. Ekspedisi yang dilakukan Laksamana Cheng Ho

ke Samudera Selatan menyebabkan terjadinya hubungan baik dengan

negeri-negeri yang menjadi persinggahan armada Laksamana Cheng Ho demikian juga

hubungan baik antara orang-orang Cina dengan penduduk yang ada di Nusantara.

Hubungan antara orang-orang Cina dengan penduduk Nusantara sudah terjalin

21

Amen Budiman, Semarang Riwayatmu Dulu, Semarang, Tanjung Sari, 1978 , hlm. 9

22

(25)

sebelum kedatangan Laksamana Cheng Ho yang diutus oleh kekaisaran Dinasti

Ming. Dalam ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho mengungkapkan bahwa

orang-orang Cina telah sejak lama menetap di banyak negara terutama yang ada di

daerah kerajaan-kerajaan Nusantara.23

Pada perkembangan abad ke 15, kawasan Nusantara menjadi daerah yang

banyak dikunjungi banyak pedagang di seluruh dunia, terutama oleh para

pedagang yang berasal dari Cina. Adanya hubungan perdagangan antara Cina dan

Nusantara ini dapat dibuktikan dengan adanya orang-orang Cina yang pernah

singgah dan menetap di Nusantara. Menetapnya orang-orang Cina di Nusantara

menimbulkan munculnya pecinan di berbagai daerah Nusantara.24 Adanya pemukiman orang-orang Cina di Nusantara membuat terjadinya interaksi antara

orang Cina dengan masyarakat lokal sehingga terjadinya perpaduan kebudayaan

antara orang-orang Cina dengan masyarakat lokal di Nusantara.

Kedatangan orang-orang Cina ke Nusantara, tidak lepas dari peranan

perdagangan antara Cina dengan Nusantara. Adanya daerah-daerah yang menjadi

pusat perekonomian maupun perdagangan orang-orang Cina di Nusantara, dapat

dipastikan bahwa Nusantara memiliki peranan penting bagi perdagangan yang ada

di dunia. Letak yang setrategis dan penghasil rempah-rempah dapat menjadi daya

tarik tersendiri bagi kedatangan para pedagang dari mancanegara. Datangnya para

pedagang dari Cina pada masa Dinasti Ming ke Nusantara juga dipengaruhi

kedatangan Laksamana Cheng Ho ke berbagai negeri di Asia- Afrika. Dalam

persinggahannya ke Nusantara, Laksamana Cheng Ho membuat kedamaian di

23

Rickleft, lockhart Bruce dkk, Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah Sampai Kontemporer, Jakarta, Komunitas Bambu, 2010, hlm. 179

24

(26)

jalur perdagangan antara Cina dengan Nusantara dengan penumpasan para

perompak di Laut Cina Selatan. Apa yang dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho

menjadikan semakin ramainya Nusantara yang merupakan salah satu pusat

perdagangan di Dunia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam makalah sejarah ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke

Nusantara pada tahun 1405-1433 adalah sebagai berikut:

1. Apakah latar belakang ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara

pada tahun 1405-1433?

2. Bagaimana proses dan berakhirnya ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina

ke Nusantara pada tahun 1405-1433?

3. Apakah dampak ekspedisi Laksamana Cheng Ho bagi Nusantar?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Penulisan ini secara umum untuk menjawab permasalahan yang telah

diuraikan pada rumusan masalah, yang berkaitan dengan sejarah ekspedisi

Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara pada tahun 1405-1433. Sesuai

dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

a. Mendeskripsikan latar belakang terjadinya ekspedisi Laksamana Cheng Ho

(27)

b. Mendeskripsikan proses dan berakhirnya ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari

Cina ke Nusantara pada tahun 1405-1433.

c. Mendeskripsikan dampak ekspedisi Laksamana Cheng Ho bagi Nusantara.

2. Manfaat Penulisan

Ada berbagai manfaat dari Penulisan sejarah ekspedisi Laksamana Cheng

Ho dari Cina ke Nusantara Pada tahun 1405-1433 ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi referensi

bagi ilmu pengetahuan dan pengembangan sejarah khususnya pada

pendidikan Sejarah karena penulisan penelitian ini berjudul sejarah Ekspedisi

Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara Pada tahun 1405-1433.

b. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penulisan ini, diharapkan menambah koleksi bahan bacaan koleksi kepustakaan khususnya karya ilmiah dan dapat juga menjadi bahan referensi

mahasiswa dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi pembaca baik

yang berada di Universitas Sanata Dharma, maupun bagi pembaca yang

berada di luar Universitas Sanata Dharma. Khususnya yang berjudul tentang

sejarah ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara Pada Tahun

1405-1433.

c. Bagi penulis

Penulisan ini menjadi suatu makna yang berharga bagi penulis, dalam meningkatkan pengetahuan dan pemehaman mengenai ekspedisi yang

(28)

Nusantara. Hasil penulisan ini diharapkan bisa berguna dalam penulisan

karya ilmiah selanjutnya tentang sejarah ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari

Cina ke Nusantara.

d. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah

Makalah ini diharapkan mampu menarik minat mahasiswa pendidikan

Sejarah untuk mempelajari mengenai sejarah ekspedisi Laksamana Cheng Ho

dari Cina ke Nusantara pada tahun 1403-1433, hal ini di maksudkan untuk

menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa.

D. Sistematika Penulisan

Penulisan yang berjudul sejarah ekspedisi Laksaman Cheng Ho dari Cina ke Nusantara pada Tahun 1405-1433 ini memiliki sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika

penulisan.

BAB II : Bab ini menjelaskan apakah latar belakang terjadinya ekspedisi

Laksaman Cheng Ho dari Cina ke Nusantara pada tahun 1405-1433.

BAB III : Bab ini menjelaskan bagaimana proses dan berakhirnya ekspedisi

Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara pada tahun

(29)

BAB IV : Bab ini menjelaskan bagaimana dampak ekspedisi Laksaman Cheng

Ho bagi Nusantara.

BAB V : Bab V ini berupa kesimpulan dari penulisan permasalahan yang

(30)

14 BAB II

LATAR BELAKANG TERJADINYA EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405-1433

Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle,25 sekitar tahun 1403 M Dinasti Ming mengalami kemajuan yang pesat. Kaisar Yongle merupakan pemimpin Cina

yang berusaha mempersatukan seluruh Cina di bawah satu pemerintahan pusat

yang kuat. Kaisar menerapkan kebijakan pembaharuan dalam hal ketertiban dan

keamanan dalam negeri, serta pemulihan ekonomi dalam negeri pada masa

pemerintahannya. Selain kebijakan tersebut, Kaisar Yongle ingin menetapkan dan

mengumumkan kedudukannya sebagai Kaisar Dinasti Ming dengan mengirim

utusan-utusan ke berbagai kerajaan yang ada di luar Cina, juga memperluas

pengaruh Dinasti Ming ke negeri-negeri di Samudera Selatan.26 Perluasan pengaruh Dinasti Ming ke Samudera Selatan bertujuan supaya semua negeri

diluar Cina menjalin kerjasama kepada pemerintahan Dinasti Ming dan mengakui

Kaisar Yongle sebagai kaisar Dinasti Ming yang sah memimpin Cina.27

25

Kaisar Yongle juga deikenal dengan nama Yung Lo, Yongle, Chu Ti, Zhu Di. Kaisar Youngle merupakan Kaisar ke tiga Dinasti Ming, dan merupakan anak ke empat dari Kaisar Chu Yuan Chang yang merupakan kaisar pertama Dinasti Ming. Kaisar Yongle menjadi kaisar Dinasti Ming yang ke tiga, setelah melakukan penyerangan ke kota Nanking sebagai ibu kota Dinasti Ming dan menggulingkan kekuasaan Kaisar Chu Yunwen yang merupakan kaisar Dinasti Ming yang ke dua dan juga keponakkannya, setelah menggulingan Kaisar Chu Yunwen kemudian Yongle menobatkan dirinya sebagai kaisar Dinasti Ming yang ketiga.

26

Samudera Selatan menunjukan daerah-daerah yang ada di Asia-Afika dan berada di Selatan Cina, yang merupakan tujuan dari ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang berlayar hingga ke Afrika.

27

(31)

Dalam menjalankan kebijakan luar negeri Dinasti Ming, Kaisar Yongle

menerapkan kebijakan untuk melakukan misi ekspedisi pelayaran besar ke

negeri-negeri ke Samudera Selatan. Kebijakan ekspedisi pelayaran yang dilakukan

Kaisar Yongle, menyebabkan dimulainya sejarah pelayaran ke Samudera Selatan

pada awal abad ke 15 M pada masa Dinasti Ming di Cina.28 Dalam ekspedisi pelayaran pada masa Dinasti Ming, Cheng Ho dipilih sebagai utusan Kaisar Cina

dan sebagai pemimpin dalam melakukan ekspedisi pelayaran ke Samudera

Selatan.

Cheng Ho (Ma He nama kecil Cheng Ho) dilahirkan tahun 1371 M, di

Distrik Kunyang, Provinsi Yunnan yang masih dikuasai sisa-sisa dari kekuatan

Dinasti Yuan.29Wilayah Yunnan merupakan daerah yang sudah lama dihuni oleh pemeluk Agama Islam. Ma He (Cheng Ho) dilahirkan dari keluarga miskin Suku

Hui di Yunnan yang merupakan suku minoritas di Cina.30 Ayahnya bernama Ma Hazhi (Haji Ma) seorang pelaut yang berasal dari Suku Hui. Ibunya bernama

marga Wen. Pada waktu Ma He (Cheng Ho) berusia 12 tahun, Provinsi Yunnan

direbut oleh tentara Dinasti Ming yang menggantikan Dinasti Yuan (1206-1368).

Saat itu Ma He (Cheng Ho) dan sejumlah anak muda lainnya ditawan dan dikebiri

28

Liang Liji, Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, Jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm. 106

29

Dinasti Yuan merupakan salah satu dinasti yang pernah memimpin Cina pada tahun 1279-1368. Didirikan oleh Genghis Khan, yang merupakan orang Mongol, setelah berhasil menyatukan Bangsa Mongol Gengis Khan mulai melakukan penaklukan kepada daerah-daerah yang ada di Asia Timur dan berhasil menaklukan Dinasti Song.

30

(32)

oleh tentara Ming.31 Ma He (Cheng Ho) dibawa ke Nanjing sebagai kasim atau pelayan intern di istana. Sebelum menjadi utusan kaisar Dinasti Ming untuk

melakukan ekspedisi pelayaran ke Samudera Selatan, Ma He (Cheng Ho) tidak

banyak dikenal oleh orang hal ini dikarenakan Ma He (Cheng Ho) merupakan

seorang kasim32 dan seorang kasim tidak dihargai pada masa Cina dahulu.33 Kemudian Cheng Ho ditunjuk sebagai pengiring pangeran Chu Ti (putra ke-4

Kaisar Chu Yuan Chang) oleh Kaisar Chu Yuan Chang, (merupakan kaisar

pertama Kaisar pertama Dinasti Ming). Sejak berbakti kepada Pangeran Chu Ti,

putera ke-4 Kaisar Chu Yuan Chang, selama menjadi pengiring Pangeran Chu Ti,

Ma He (Cheng Ho) memanfaatkan segala fasilitas istana dengan banyak membaca

dan ikut bertempur bersama dengan Pangeran Chu Ti.34

Berkat keberanian dan kecerdasan Ma He (Cheng Ho) yang turut andil

dalam serangan militer menggulingkan Kaisar Chu Yunwen, membuat Pangeran

Chu Ti menjadi kagum padanya kepada Cheng Ho. Sejak itu dia dianugerahi

nama marga Cheng kepada Ma He (nama kecil Cheng Ho) sejak itu mulai nama

Cheng Ho di gunakan dan juga Cheng Ho diberinya jabatan sebagai kepala kasim

intern di Istana, yang bertugas membangun istana, menyediakan alat-alat istana,

mengurus gudang es, dan lain sebagainya. Pada awal abad ke-15 M, Kaisar

Yongle memerintahkan Cheng Ho untuk melakukan ekspedisi pelayaran ke

Samudera Selatan dalam rangka menjalin kerjasama, persahabatan dan

31

Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 31

32

Kasim merupakan seorang pegawai istana yang bekerja sebagai pelayan pemaisuri maupun istri kaisar lainnya dan juga melayani keluarga kaisar.

33

Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 19

34

(33)

memelihara perdamaian antara Kekaisaran Cina dengan negeri-negeri di luar

Cina. Cheng Ho pun diangkat sebagai laksamana dalam memimpin ekspedisi

pelayaran Dinasti Ming ke Samudera Selatan.

Pada tahun 1405 M Kaisar Yongle, mengutus Laksamana Cheng Ho

sebagai duta kekaisaran Cina ke Samudera Selatan. Hal ini, menjadi ekspedisi

pelayaran Laksamana Cheng Ho yang pertama. Dimasa hidupnya, Laksamana

Cheng Ho telah tujuh kali memimpin Ekspedisi pelayaran besar Dinasti Ming ke

Samudera Selatan selama 28 tahun. Dalam setiap ekspedisi pelayaran yang

dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho, ia membawa serta 62 buah kapal yang

disebut dengan kapal harta, yang paling besar berukuran panjang 132 meter dan

lebar 54 meter. Dengan jumlah kapal lebih dari 200 buah kapal, baik ukuran besar

maupun kecil, serta di lengkapi 27.800 orang pasukan. Laksamana Cheng Ho juga

membawa sejumlah barang berharga berupa kerajinan, porselin, emas dan sutera

dan lain sebagainya. Barang berharaga yang dibawa oleh Laksamana Cheng Ho

akan digunakan untuk hadiah kepada kerajaan-kerajaan yang dikunjungi oleh

Laksamana Cheng Ho dalam perjalanaannya ke Samudera Selatan.

Dengan membawa hadiah dari kekaisaran Cina menjadikan ekspedisi

pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan selalu mendapat sambutan

baik dari kerajaan-kerajaan yang di kunjunginya. Pada saat melakukan ekspedisi

pelayaran Laksamana Cheng Ho selalu mengunjungi Nusantara karena letak dari

Nusantara yang strategis berada di tengah-tengah jalur tujuan pelayaran

Laksamana Cheng ho dari Cina ke Afrika. Pada saat mengunjungi Nusantara

(34)

Kekaisaran Cina kepada raja-raja di Nusantara. Selain itu, Laksamana Cheng Ho

membacakan surat perintah Kaisar Cina bahwa Kaisar Yungle telah menjadi

kaisar Dinasti Ming Cina yang sah kepada kerajaan-kerajaan yang ada di

Nusantara. Hal tersebut sebagai tanda itikad baik untuk bersahabat sehingga

nantinya akan terjalin hubungan baik antara Cina dan Nusantara.

Ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Nusantara membuat banyak

kebijakan yang dapat memberikan ketentraman dan kesejahteraan bagi negeri

yang dikunjunginya. Disamping itu, pengutusan Laksamana Cheng Ho dalam

ekspedisi pelayaran juga untuk mencari jejak Kaisar Chu Yunwen yang telah

berhasil ditaklukan oleh Kaisar Yongle dari singgasananya, akan tetapi Kaisar

Chu Yunwen dapat melarikan diri ke luar negeri. Oleh karena itu, Kaisar Yongle

ingin menangkap kembali Chu Yunwen, akan tetapi pencarian Chu Yunwen

bukan merupakan tujuan utama ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke

Samudera Selatan.35

Ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan, di latar

belakang oleh Dinasti Ming untuk menjalin persahabatan, perdagangan dengan

negeri-negeri di Asia-Afrika, dan juga untuk mengamankan jalur perdagangan

dari perompakan bajak laut yang sangat mengganggu para pedagang-pedagang

dan pengiriman upeti yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan yang ada di sekitar

Cina, hal ini juga untuk mempromosikan kejayaan Cina masa Dinasti Ming di

35

(35)

negeri-negeri yang ada di Samudera Selatan.36 Berikut merupakan latar belakang ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho:

A. Menjalin Hubungan Persahabatan Kekaisaran Cina Dengan Kerajaan-Kerajaan di Nusantara

Hubungan persahabatan antara Cina dengan Nusantara telah lama terjalin

dengan adanya kunjungan para pedagang-pedagang Cina ke Nusantara untuk

melakukan perdagangan dengan pedagang-pedagang di Nusantara. Disamping itu

juga, pedagang-pedagang Cina juga mencari rempah-rempah yang menjadi barang

dagangan yang dibutuhkan bagi Dunia. Hubungan persahabatan antara Cina

dengan Nusantara mengalami kemunduran pada masa kekuasaan Dinasti Yuan di

Cina. Pada masa itu Dinasti Yuan dipemerintahan Kubilai Khan tepatnya pada

tahun 1280. Pada tahun itu juga dikirim utusan Cina ke Jawa agar mengakui

kekuasaan Bangsa Mongol. Kerajaan Jawa yang dikuasai oleh Kerajaan Singosari

dengan Kertanegara sebagai rajanya tidak mempedulikan perintah Kubilai Khan

yang disampaikan oleh utusan Cina dan melukai utusan Cina serta mengirimnya

pulang kembali ke Cina. Hal ini membuat Kubilai Khan menjadi marah karena

merasa terhina atas tindakan Kerajaan Singosari. Kemudian Kubilai Khan

mengirim tentara untuk menyerang Kerajaan Singosari dengan seribu kapal

berisikan 20.000 prajurit untuk menyerang Jawa pada tahun 1292 M.

Sesampainya tentara Mongol di Nusantara, mereka mendaratkan pasukan di

Tuban pada tahun 1294 M. Akan tetapi, Raja Kertanegara telah tewas dibunuh

36

(36)

oleh Jayakatwang dari Kediri yang merupakan seorang pemberontak Kerajaan

Singosari.

Kedatangan tentara Mongol dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk

membalas dendam kematian Raja Kertanegara terhadap Jayakatwang. Setelah

berhasil mengalahkan Jayakatwang dengan dibantu tentara tentara Mongol, Raden

Wijaya kemudian menyerang tentara Mongol dan berhasil mengusir tentara

Mongol kembali ke Cina, konflik yang terjadi antara Cina dengan Nusantara tidak

berlangsung lama. Pada tahun 1297 datanglah utusan kerajaan Jawa ke Cina

sehingga munculnya perdamaian dan persahabatan antara Cina dengan

Nusantara.37

Setelah runtuhnya kekuasaan Dinasti Yuan di Cina, kemudian digantikan

oleh Dinasti Ming. Pada masa kekuasaan Dinasti Ming berusaha memperbaiki

hubungan persahabatan Cina dengan kerajaan-kerajaan yang ada di sekitar Cina

juga kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Pada masa kekuasaan Dinasti Ming

dibawah kepemimpinan Kaisar Yongle, terjadi hubungan kerjasama Cina dengan

kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle,

kekaisaran Cina ingin menjalin persahabatan dengan negara-negara kerajaan yang

ada disekitar Cina. Hal tersebut dilakukan karena pada masa itu negeri-negeri

yang ada di seberang lautan Cina merupakan kerajaan-kerajaan yang dikuasai oleh

para raja lokal. Maka, Cheng Ho diutus oleh Kaisar Yongle untuk melakukan

37

(37)

ekspedisi yang bertujuan untuk menjalin hubungan persahabatan antara Cina

dengan negara-negara yang ada di sekitar Cina.38

Kunjungan armada Laksamana Cheng Ho ke negeri-negeri Asia-Afrika

selama tujuh kali merupakan kunjungan persahabatan dan itikat baik kekaisaran

Cina masa Dinasti Ming juga untuk menyampaikan pesan dari kekaisaran Cina

bahwa Kaisar Yongle telah menjadi Kaisar Dinasti Ming Cina, hal ini membawa

pengaruh yang sangat besar bagi Cina maupun bagi kerajaan-kerajaan yang

menjadi persinggahan Laksamana Cheng Ho. Kedatangan Laksamana Cheng Ho

ke Nusantara dengan membawa hadiah yang berupa sutra, emas dan hasil lainnya,

sebagai hadiah dari Dinasti Ming kepada kerajaan-kerajaan yang ada di

Nusantara.39 Ekspedisi Laksamana Cheng Ho ke Nusantara selalu disambut baik oleh kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Sebagai utusan kaisar pada masa

kekuasaan Dinasti Ming ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho telah berjasa

besar bagi Dinasti Ming dalam upaya mempererat hubungan antara kekaisaran

Cina dan kerajaan-kerajaan Nusantara yang sebelumnya sempat terjadinya konflik

pada masa kekuasaan Dinasti Yuan di Cina.

Dalam setiap persinggahan Laksamana Cheng Ho di kerajaan-kerajaan

Nusantara selalu meninggalkan bukti terjadinya hubungan kerjasama yang erat

antara kerajaan di Nusantara dengan Cina. Hal tersebut memunculkan

kolonialisasi Cina di Nusantara.40 Ekspedisi pelayaran Lakasaman Cheng Ho ke Samudera Selatan sempat terhenti pada masa pemerintahan Kaisar Ming Hongxi

38

Van Den Berg, Dari Penanggung Peristiwa Sejarah Dunia, Jakarta, Groningen, 1952, hlm. 259

39

Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 9

40

(38)

yang merupakan kaisar Dinasti Ming yang ke empat. Akan tetapi, dalam ekspedisi

yang ke tujuh dilakukan Laksamana Cheng Ho masa Dinasti Ming diperintah oleh

Kaisar Chu Chanji yang merupakan kaisar ke lima Dinasti Ming, dengan memiliki

gelar Kaisar Ming Hsuan Tsung. Pada masa kekuasaan Kaisar Chu Chanji

mengutus Laksamana Cheng Ho untuk berlayar keseberang lautan, yang sempat

dihentikan pada masa kaisar sebelumnya. Ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng

Ho masa Kaisar Chu Chanji bertujuan menjalin persahabatan antara kekaisaran

Cina dengan negeri-negeri di Samudera Selatan dan juga Nusantara.

Ekspedisi yang dilakukan Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan

pada masa pemerintahan Kaisar Chu Chanji41 merupakan kelanjutan ekspedisi-ekspedisi besar Dinasti Ming pada masa pemerintahan Kaisar Yongle. Dengan

adanya ekspedisi yang dilakukan Laksamana Cheng Ho ke Nusantara membuat

terjalinnya hubungan baik antara Cina dengan Nusantara. Adanya hubungan baik

ini akan mempengaruhi perdagangan yang ada anatara Cina dengan Nusantara.

B. Hubungan Perdagangan Antara Cina Dengan Nusantara

Orang-orang Cina mulai berdatangan ke Nusantara pada abad ke 9 M yaitu

pada zaman Dinasti Tang42 untuk berdagang dengan membawa barang-barang

41

Kaisar Chu Chanji merupakan Kaisar Dinasti Ming 1426-1435 yang ke lima, Ia merupakan Cucu dari Kaisar Yongle (kaisar ketiga Dinasti Ming), Kaisar Chu Chanji menjadi kaisar setelah menggantikan ayahnya Hongki 1425 (pada masa Kaisar Hongki ekspedisi pelayaran Cheng Ho dihentikan) Kaisar Hongki merupakan kaisar ke empat setelah wafat digantikan putranya. Masa Kaisar Chu Chanji diperintahkannya Laksamana Cheng Ho untuk berlayar ke Samudera Selatan, yang pernah di hentikan ayahnya yaitu Kaisar Hongki. Ekspedisi pelayaran yang dilakaukan Laksamana Cheng Ho pada masa Kaisar Chu Chanji merupakan ekspedisi pelayaran yang ke tujuh dan merupakan ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho yang terakhir.

42

(39)

kerajinan seperti barang-barang porselen, sutera, teh, alat-alat pertukangan,

pertanian dan lain sebagainya untuk ditukar dengan hasil-hasil pertanian terutama

rempah-rempah, sarang burung walet, gambir, bahan obat-obatan. Mereka yang

sebelumnya hanya menunggu pedagang-pedagang asing yang datang ke Canton,43 dengan menggunakan kapal-kapal Persia kemudian tertarik untuk melakukan

perdagangan sendiri ke negara-negara Samudera Selatan.44

Mereka datang dengan jung-jung (perahu) melalui perjalanan panjang

menghadapi gelombang laut dan perompak yang ganas. Mereka harus tinggal

berbulan-bulan menunggu bergantinya musim dan angin yang akan membawa

mereka kembali ke daratan Cina. Sudah tentu yang datang ketika itu hanya

laki-laki saja karena perjalanan tersebut sangat berbahaya. Tertarik akan keindahan

dan kesuburan daerah-daerah yang mereka kunjungi dan keramahan penduduk

setempat, sebagian dari orang-orang Cina menetap dan menikahi

perempuan-perempuan setempat. Mereka pada umumnya menjadi petani, tukang dan

pedagang pengumpul hasil-hasil pertanian dan hasil hutan untuk ditukar dengan

barang-barang dari daratan Cina. Akhirnya mereka memiliki keturunan dan

membaur dengan penduduk setempat dan saling mempengaruhi dalam proses

percampuran budaya, tradisi dan kebiasaan-kebiasaan lainnya termasuk dalam hal

bahasa, kesenian, makanan, dan lain sebagainya.45

membawa China menjadi sebuah Negara yang makmur dan sejahtera dengan perekonomian yang kuat dan menjadi salah satu Dinasti yang paling berpengaruh sepanjang sejarah China.

43

Canton merupakan kota pelabuhan Internasional di Cina dan sebagai kota perdagangaan di Cina, sehingga tidak heran bahwa banyaknya para pedagang dari mancanegara tertarik untuk datang berkunjung ke kota ini.

44

Samudera Selatan menunjukan daerah-daerah yang ada di Asia-Afika dan berada di Selatan Cina, yang merupakan tujuan dari ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang berlayar hingga ke Afrika.

45

(40)

Hubungan perdagangan antara Cina ke Asia Tenggara sudah lama terjadi.

Hal tersebut ditunjukan dengan adanya daerah-daerah di Asia Tenggara yang

menjadi pusat perdagangan bagi para pedagang-pedagang mancanegara seperti di

daerah Malaysia, Siam, Filipina dan Nusantara. Para pedagang Cina masuk

kedaerah-daerah Asia Tenggara terutama pada masa negara-negara kerajaan

masih diperintah oleh para raja-raja lokal.46 Pada masa itu para pedagang Cina masih berjumlah sedikit yang sampai di Asia Tenggara. Sedikitnya pedagang yang

sampai di Asia Tenggara disebabkan karena keadaan Laut Selatan Cina yang tidak

aman. Ketidak amanan jalur perdagangan tersebut mengganggu perdagangan yang

terjadi antara Cina dengan Asia Tenggara. Meskipun demikian, dengan

kedatangnya pedagang Cina ke Asia Tenggara membuat terjalinnya hubungan

perdagangan yang baik antara bangsa Cina dengan kerajaan-kerajaan yang ada di

Asia Tenggara.

Pada abad ke 13 hubungan perdagangan antara Cina dengan Nusantara

semakin baik ketika Cina pada masa Dinasti Ming dipimpin oleh Kaisar Yongle

dengan mengirim ekspedisi pelayaran. Sedangkan pada awal Dinasti Ming masa

kekuasaan Kaisar Chu Yuan Chang belum adanya ekspedisi pelayaran besar

Dinasti Ming, disebabkan karena keadaan Cina masa awal Dinasti Ming yang

masih kacau dan juga keadaan jalur perdagangan di Laut Cina Selatan yang tidak

aman, membuat kaisar lebih mementingkan kesetabilan dalam negeri Dinasti

Ming dari pada hubungan luar negeri dengan negeri-negeri di Samudera Selatan.

46

(41)

Sehingga Kaisar Chu Yuan Chang menerapkan kebijakan dengan melarang

perdagangan-pedagang Cina untuk berlayar ke negeri-negeri di luar Cina.

Pada masa pemeritahan Kaisar Yongle beliau mengutus Laksamana

Cheng Ho untuk melakukan ekspedisi pelayaran dari Cina ke negeri-negeri di

Samudera Selatan. Ekspedisi pelayaran yang dilakukan oleh Laksamana Cheng

Ho ke Nusantara, bertujuan untuk menjalin perdagangan antara kekaisaran Cina

dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Pada masa kepemimpinan

Dinasti Ming berkembangnya hubungan perdagangan antara Cina dengan

Nusantara, banyaknya pedagang dari Cina yang menempati daerah-daerah yang

ada di Nusantara memperjelas adanya hubungan baik antara kekaisaran Cina

dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara.47 Dengan adanya ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Nusantara semakin mempererat perdagangan

antara Cina dengan Nusantara. Selain itu, banyaknya pedagang Cina yang datang

ke Nusantara untuk berdagang dan mencari rempah-rempah merupakan barang

yang dibutuhkan bagi masyarakat Cina. Pada tahun 1407 M, Laksamana Cheng

Ho melakukan penangkapan perompak yang ada di Sumatera yang kemudian

diadili oleh kaisar Cina. Tindakan penangkapan perompak yang dilakukan

Laksamaana Cheng Ho merupakan cara memperlancar hubungan perdagangan

baik dari Cina maupun Nusantara.

47

(42)

C. Mengamankan Jalur Pelayaran Perdagangan Cina Dengan Nusantara Dari Para Bajak Laut

Semakin berkambangnya perdagangan antara Negeri Cina dengan

Nusantara, membuat semakin ramainya jalur-jalur perdagangan laut yang ada di

Asia Tenggara. Pada masa awal Dinasti Ming perdagangan antara Cina dengan

negeri-negeri di Asia-Afrika semakin berkembang baik. Hal ini membuat

daerah-daerah yang menjadi jalur perdagangan semakin ramai dikunjungi oleh para

pedagang dari mancanegara. Akan tetapi, Laut Cina Selatan yang menjadi pusat

jalur perdagangan antara Cina dengan negeri-negeri lain tidaklah aman,

dikaranakan adanya bajak laut yang merampok para pedagang-pedagang Cina

maupun para pedagang-pedagang lainnya yang melintas di Laut Cina Selatan. Di

samping itu juga terganggunya pengiriman upeti yang diberikan oleh para

kerajaan-kerajaan yang ada di sekitar Cina kepada kekaisaran Dinasti Ming.

Mengatasi masalah bajak laut yang merugikan kekaisaran Cina maupun para

pedagang, pemerintahan Dinasti Ming menindak tegas para bajak laut yang ada di

Laut Cina Selatan.

Pada masa Kaisar Yongle pada tahun 1407 M, mengutus Laksamana

Cheng Ho untuk melakuakan ekspedisi ke Samudera Selatan untuk menangkap

para bajak laut yang meresahkan kekaisaran Dinasti Ming dan pedagang yang ada

di Laut Cina Selatan. Ekspedisi pelayaran Dinasti Ming yang dipimpin

Laksamana Cheng Ho, untuk mengamankan jalur pelayaran niaga dari bajak laut

di Laut Cina Selatan. Jalur perdagangan di Laut Cina Selatan yang menjadi jalur

(43)

Chien yang telah menguasi Pattani.48Serta seorang pemimpin bajak laut lain yang berasal dari Guangzhou yang bernama Chen Chuyi (Tan Tjo Gi)49 yang memiliki daerah kekuasaan di Palembang, dari sinilah dilakukannya perompakan terhadap

kapal-kapal yang melalui Selat Malaka. Hal ini disebabkan pemerintahan

Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang lemah, hal ini dikarenakan berkali-kali

mendapatkan serangan dari kerajaan Jawa (Kerajaan Majapahit), dan ketidak

berdayaan Kerajaan Sriwijaya mengatasi para bajak Laut, sehingga

mengakibatkan Kota Palembang berhasil dikuasai oleh para bajak laut Chen

Chuyi (Tan Tjo Gi) ini sebelum kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Nusantara.50 Dalam ekspedisinya pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudera

Selatan, telah tujuh kali melakukan persinggahan ke Nusantara dalam

perjalanannya dari Cina menuju Afrika. Pada Ekspedisi pelayaran Laksamana

Cheng Ho pada tahun 1407 M Ia singgah di Palembang. Ketika berada di

Palembang Laksamana Cheng Ho mendapat serangan para bajak laut yang

dipimpin oleh Chen Chuyi yang merupak gembong bajak laut.51 Penyerangan yang dilakukan oleh bajak laut Chen Chuyi kepada Laksamana Cheng Ho, yang

bertujuan untuk menjarah kapal Laksamana Cheng Ho yang merupakan kapal

48

Lin Tao Chien merupakan pemimpin bajak laut yang terkenal kekejamannya yang telah menguasai Pattani. Ia melarikan diri dari propinsi Hokkian ke Siam bersama dua ribu orang pengikutnya, dan Pattani sebagai markas dan pusat para bajak laut asal Hokkian untuk beroperasi mengganggu dan merampok kapal-kapal dagang di pesisir Cina.

Pattani merupakan kota pelabuhan di selatan Siam (Thailand) dan Kukang (Palembang).

49

Chen Chuyi (Tan Tjo Gi) merupakan seorang yang berasal dari Chaozhou (Teochiu) Propinsi Guangdong. Karena melanggar hukum di Cina, Chen Chuyi melarikan diri beserta keluarganya ke Palembang. Mula mula Chen Chuyi bekerja untuk raja Sriwijaya dan kemudia Ia menggerakkan bajak laut yang ada di Pelembang dan mengangkat dirinya sebagai gembong bajak laut setelah raja Sriwijaya mangkat. Ia berbuat sewenang-wenang antara lain merampok kapal-kapal yang memlalui Selat Malaka.

50

Benny G. Setiono, Tionghoa Dalam Pusaran Politik, Jakarta, Elkasa, 2002, hlm. 25

51

(44)

harta kekaisaran Dinasti Ming Cina. Penyerangan yang dilakukan oleh bajak laut

yang ada di Palembang ini dapat di taklukan oleh Laksamana Cheng Ho dan

pengikutnya. Kesiapan Laksamana Cheng Ho dalam menghadapi para bajak laut

Chen Chuyi, sehingga berhasil mengalahkan lebih dari 5000 orang, membakar 10

kapal dan menahan 7 kapal bajak laut Chen Chuyi, dismping itu juga berhasil

menahan dua slempel bajak laut Chen Chuyi, yang merupakan simbol kekuasaan

bajak laut di daerah tersebut. Chen Chuyi yang merupakan pimpinan bajak laut

tersebut dibawa ke Cina untuk mendapat hukuman dari Kaisar Dinasti Ming Cina

dan pada akhirnya gembong bajak laut Chen Chuyi mendapatkan hukuman mati

oleh Kaisar Cina.52

Tindakan tegas Laksamana Cheng Ho memberantas bajak laut yang ada

Laut Cina Selatan tersebut membuat Laut Cina Selatan menjadi aman dan

tentram. Hubungan perdagangan dan perjalanan upeti antara kekaisaran Cina dan

kerajaan Nusantara dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, kondisi aman di

sekitar laut di Asia Tenggara juga berdampak pada pelabuhan di selatan Cina

menjadi makmur dan ramai dikunjungi para pedagang dari luar Cina. Di samping

itu, dengan pemberantasaan bajak laut yang dilakuakan oleh Laksamana Cheng

Ho, menimbulkan terjadinya hubungan baik antara kekaisaran Cina dengan

Kerajaan Palembang. Hubungan baik tersebut dapat dibuktikan dengan adanya

pengiriman utusan yang dilakukan oleh Kerajaan Palembang ke Kekaisaran

Dinasti Ming Cina.53

52

Ibid., hlm. 95

53

(45)

Tindakan Laksamana Cheng Ho untuk memberantas bajak laut yang ada di

Nusantara, juga memberikan dampak yang baik bagi kerjasama dalam

perdagangan antara Cina dengan Nusantara. Kondisi jalur perdagangan yang

aman membuat semakin ramainya jalur perdagangan di Selat Malaka, hal ini

membuat semakin banyaknya para pedagang-pedagang Cina maupun pedagang

dari mancanegara yang mengunjungi Nusantara. Amannya jalur prlayaran laut

yang ada di Laut Cina Selatan membuat pengiriman upeti yang diberikan oleh

kerajaan-kerajaan yang ada di luar Cina menjadi lancar tanpa harus kawatir

terhadap ancaman para bajak laut yang ingin merompak kapal-kapal yang

(46)

30 BAB III

PROSES DAN BERAKHIRNYA EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405-1433

Pada saat Negeri Cina diperintah oleh Dinasti Ming, Cina mengalami

kemajuan yang sangat pesat pada masa kekuasaan Kaisar Yongle,54 dengan gelar Ming Cheng Tsu pada tahun 1403 M.55 Kaisar berusaha mempersatukan seluruh Cina di bawah satu pemerintahan pusat yang kuat setelah berhasil mengatasi

masalah-masalah yang ada dalam negeri Dinasti Ming. Kaisar Yongle kemudian

memerintahkan untuk melakukan ekspedisi-ekspedisi pelayaran besar ke

Samudera Selatan.56 Ekspedisi pelayaran yang dilakukan oleh Kaisar Yongle belum pernah dilakukan oleh kaisar-kaisar sebelumnya pada masa kekuasaan

Dinasti Ming di Cina. Ekspedisi pelayaran ini bertujuan untuk memberitahukan

kepada kerajaan-kerajaan yang ada di sekitar Cina bahwa Kaisar Yongle sebagai

kaisar yang memerintah di Cina. Selain itu kaisar juga menjalin persahabatan dan

perdagangan dengan negeri-negeri yang ada di mancanegara. Pada masa

pemerintahannya, Kaisar Yongle juga melakukan pengamanan pada jalur

pelayaran niaga Cina yang ada di Laut Cina Selatan dari bajak laut. Tindakan

54

Kaisar Yongle juga deikenal dengan nama Yongle, Yung Lo, Chu Ti, Zhu Di. Kaisar Youngle merupakan Kaisar ke tiga Dinasti Ming, dan merupakan anak ke empat dari Kaisar Chu Yuan Cang yang merupakan kaisar pertama Dinasti Ming. Kaisar Yongle menjadi kaisar Dinasti Ming yang ke tiga, setelah melakukan penyerangan ke kota Nanking sebagai ibu kota Dinasti Ming dan menggulingkan kekuasaan Kaisar Chu Yunwen yang merupakan kaisar Dinasti Ming yang ke dua dan juga keponakkannya, setelah menggulingan Kaisar Chu Yunwen kemudian Yongle menobatkan dirinya sebagai kaisar Dinasti Ming yang ketiga.

55

Ivan Taniputra, History Of China, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2009, hlm. 461

56

(47)

tegas Kaisar Yongle menumpas para bajak laut yang selalu mengganggu

kapal-kapal upeti kerajaan-kerajaan disekitar Cina dan kapal-kapal-kapal-kapal para pedagangan

yang melintas di Laut Cina Selatan membuat kawasan tersebut menjadi aman dan

ramai dikunjungi para pedagangan yang ada di Laut Cina Selatan dari para bajak

laut.57

Pada saat menjalankan kebijakan ekspedisi pelayaran tersebut, Kaisar

Yongle mengutus Laksamana Cheng Ho untuk memimpin ekspedisi pelayaran ke

negeri-negeri di Samudera Selatan. Tidak banyak yang mengetahui tentang

kehidupan Laksamana Cheng Ho pada masa silam di Cina dikarenakan

Laksamana Cheng Ho yang sebagai seorang kasim58 tidak dianggap pada masa Cina silam. Akan tetapi, Laksaman Cheng Ho merupakan pelaut besar dalam

sejarah Cina. Selama 28 tahun Laksamana Cheng Ho memimpin ekspedisi

pelayaran besar Dinasti Ming. Laksamana Cheng Ho telah mengunjungi lebih dari

30 negeri59 dengan menggunakan 62 buah kapal besar berukuran panjang 132 m dengan tingginya 54 m dan sejumlah 200 buah kapal baik ukuran sedang maupun

kecil, serta dilengkapi 17.800 orang anak buah yang mengikuti ekspedisi

pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan. Disamping itu, Laksamana

Cheng Ho juga membawa sejumlah barang berharga berupa emas, sutera, mutiara,

batu permata, kerajinan dan lain sebagainya yang akan digunakan sebagai hadiah

57

Benny Setiono, Tiongkok Dalam Pusaran Politik, Jakarta, Elkasa, 2002, hlm. 24

58

Kasim merupakan seorang pegawai istana yang bekerja sebagai pelayan pemaisuri maupun istri kaisar lainnya dan juga melayani keluarga kaisar.

59

(48)

dari kaisar Cina kepada kerajaan-kerajaan yang dikunjungi oleh Laksamana

Cheng Ho dalam perjalanaannya ke Samudera Selatan.60

Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle, beliau mengutus Laksamana

Cheng Ho untuk melakukan ekspedisi pelayaran sebanyak 6 kali dan ekspedisi

pelayaran Laksamana Cheng Ho yang terakhir dilakukan pada masa pemerintahan

Kaisar Chu Chanji.61 Beliau merupakan kaisar ke lima Dinasti Ming Cina. Pada pemerintahan Kaisar Hongki yang merupakan kaisar ke empat Dinasti Ming,

beliau menghentikan ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudera

Selatan dikarenakan terlalu besarnya biaya ekspedisi tersebut. Selama melakukan

ekspedisi pelayaran sebanyak 7 kali atas perintah kekaisaran Dinasti Ming di

Cina, Laksamana Cheng Ho juga mengunjungi Nusantara untuk menyampaikan

pesan dari kaisar Dinasti Ming di Nusantara. Dalam ekspedisi pelayaran

Laksamana Cheng Ho dapat dijelaskan sebagai berikut:62

1. Pelayaran ekspedisi dari tahun 1405 M sampai tahun 1407 M masa

Liang Liji, Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm. 115

61

Kaisar Chu Chanji merupakan Kaisar Dinasti Ming 1426-1435 M yang ke lima, Ia merupakan Cucu dari Kaisar Yongle (kaisar ketiga Dinasti Ming), Kaisar Chu Chanji menjadi kaisar setelah menggantikan ayahnya Hongki 1425 (pada masa Kaisar Hongki ekspedisi pelayaran Cheng Ho dihentikan) Kaisar Hongki merupakan kaisar ke empat setelah wafat digantikan putranya. Masa Kaisar Chu Chanji diperintahkannya Laksamana Cheng Ho untuk berlayar ke Samudera Selatan, yang pernah di hentikan ayahnya yaitu Kaisar Hongki. Ekspedisi pelayaran yang dilakaukan Laksamana Cheng Ho pada masa Kaisar Chu Chanji merupakan ekspedisi pelayaran yang ke tujuh dan merupakan ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho yang terakhir.

62

(49)

5. Pelayaran ekspedisi dari tahun 1417 M sampai tahun 1419 M masa

Tabel 1. Kawasan-kawasaan yang dikunjungi Laksamana Cheng Ho dalan tujuh

kali pelayaran ke Samudera Selatan

No Tahun keberangkatan Kawasan-kawasan Yang Dikunjungi A 1405-1407 M Campa, Jawa, Aceh, Lamuri, Malaka, Calicut,

Palembang, Malabar, Ceylon.

B 1407-1409 M Campa, Jawa, Siam, Malaka, Lamuri, Aceh, Cail, Cochin, Cambay, Ahmedabad, Calicut,

Ceylon, Sambilan dan lain-lain

C 1409-1411 M Campa, Jawa, Siam, Malaka, Lamuri, Aceh, Ceylon, Quilon, Cochin, Calicut, Ahmedabad,

Malabar.

D 1413-1415 M Campa, Jawa, Siam, Malaka, Lamuri, Aceh, Cail, Cochin, Cambay, Ahmedabad, Calicut,

Ceylon, Sambilan.

E 1417-1419 M Campa, Jawa, Palembang, Malaka, Pahang, Aceh, Lambri, Ceylon, Cochin, Rasa, Aden, Mogedoxu, Kepulauan Maldeve, Ormus. F 1421-1422 M Campa, Siam, Malaka, Lamuri, Aru, Aceh,

Cail, Cochin, Cambay, Bengal, Ormuz, Aden, Jofar, Rasa, Brawa, Mogedoxu, Calicut, Cail,

Ceylon, Kepulauan Maldeve. G 1431-1433 M Campa, Jawa, Palembang,Lamuri, Malaka,

Siam, Aru, Lide, Banggal, Maldiv, Quilon, Aceh, Cail, Cochin, Cambay, Ahmedabad, Mekah, Ormus, Jofar, Aden, Mogedoxu,

Brawa, Calicut,64

Dalam ekspedisi pelayaran tersebut, Laksamana Cheng Ho juga

mengunjungi kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Hal ini membuat

terjadinya hubungan baik antara kerajaan yang ada di Nusantara dengan

(50)

kekaisaran Dinasti Ming Cina. Kunjungan ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng

Ho ke Nusantara antara lain ke Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Lambri,

Kerajaan Malaka, Kerajaan Majapahit, Palembang, Semarang, dan juga

berakhirnya ekspedisi pelayaran Laksanana Cheng Ho ke Samudera Selatan dapat

dijelaskan sebagai berikut:

A. Proses Ekspedisi Laksamana Cheng Ho ke Nusantara

1. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan kecil yang terletak di sebelah

timur Lhokseumawe, Aceh. Kerajaan Samudera Pasai didirikan pada tahun 1275

M atau diperkirakan pada pertengahan abad ke 13 M. Raja pertama yang

memimpin yaitu Sultan Malik as-Shalih yang wafat pada tahun 1297 M. Kerajaan

Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam yang ada di Nusantara. Hal ini

dipengaruhi oleh letak geografis dari kerajaan yang selalu menjadi jalur pelayaran

dan juga sebagai tempat persinggahan para pedagang mancanegara yang melalui

Selat Malaka.65

Terjadinya perdagangan antara negeri-negeri mancanegara membuat

munculnya kerjasama antara Kerajaan Samudra Pasai dengan negeri-negeri di

mancanegara. Hubungan kerjasama dengan Negeri Cina diawali dengan adanya

hubungan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak dan dengan

adanya pengiriman utusan Kerajaan Samudra Pasai maupun utusan dari Kaisaran

65

(51)

Cina membuat baiknya kerjasama antar negeri tersebut.66 Pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Shalih, sudah terjadi hubungan kerajaan Samudra

Pasai dengan Cina dan pada tahun 1282 M masa Dinasti Yuan telah mengirimkan

utusannya ke Kerajaan Samudra Pasai dan utusan Cina tersebut bertemu dengan

menteri kerajaan Samudra Pasai dan menghimbau agar Raja Kerajaan Samudra

Pasai untuk mengirimkan utusannya ke Cina.67

Pada masa kekuasaan Dinasti Ming di Cina, Kerajaan Samudra Pasai juga

telah memilik kerjasama dan hubungan baik. Kerja sama tersebut bahkan telah

terjadi semenjak Dinasti Yuan berkuasa di Cina sebelum Dinasti Ming berdiri.68 Kerajaan Samudra Pasai memiliki pengaruh yang besar dalam perdagangan yang

ada di Asia Tenggara dan juga perdagangan dengan Dinasti Ming Cina. Pada

masa pemerintahan Kaisar Yongle pada tahun 1404 M, kaisar mengutus Wen

Liang Fu69 untuk datang ke Kerajaan Samudra Pasai. Pengutusan Wen Liang Fu ke Kerajaan Samudera Pasai bertujuan mengantarkan hadiah berupa sutra sulaman

benang emas, sutra, kerajinan, dan menyampaikan himbauan kepada Kerajaan

Samudra Pasai untuk datang menghadap kaisar Dinasti Ming Cina.

Pada tahun 1405 M, dimulainya ekspedisi pelayaran besar yang dipimpin

oleh Laksamana Cheng Ho atas perintah Kaisar Yongle Dinasti Ming. Dalam

ekspedisi pelayaran ke Samudra Selatan, Laksamana Cheng Ho juga mengunjungi

66

Mohammad Said, Atjeh Sepandjang Abad,Medan, Harian Waspada Medan, 2007, hlm.62

67

Marwati Djoened Poesponegoro, op.cit.,hlm. 23

68

Brian Harrison, Asia Tenggara Suatu Sejarah Ringkas, Kuala Lumpur, Badan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia, 1966, hlm. 67

69

(52)

Kerajaan Samudra Pasai. Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk membuka

hubungan politik, perdagangan, persahabatan serta mengambil upeti Kerajaan

Samudra Pasai yang akan diserahkan kepada kekaisaran Dinasti Ming Cina. Akan

tetapi, Raja Zainul Abiddin70yang merupakan raja Samudra Pasai telah mengirim utusannya untuk memberikan upeti kepada ke kekaisaran Cina.71

Terjadinya konflik antara Kerajaan Samudra Pasai dengan Kerajaan Nakur

(Kerajaan Batak) membuat hubungan antara Kerajaan Samudra Pasai dengan Cina

terganggu. Konflik antara kedua kerajaan tersebut terjadi karena terbunuhnya raja

Samudra Pasai dalam pertempuran melawan Raja Nakur di Batak. Konflik

tersebut membuat sebagian besar wilayah Kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh

Kerajaan Nakur. Untuk merebut kembali kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai,

pemaisuri raja Samudera Pasai yang telah wafat berjanji di depan umum akan

menikahi siapa saja yang dapat mengalahkan Kerajaan Nakur dan menjadikannya

Raja Samudra Pasai. Hal ini dilakukan sebab putra mahkota Zainul Abidin yang

masih kecil tidak dapat membalaskan dendam dan memimpin Kerajaan Samudra

Pasai. Kemudian, ada seorang nelayan yang menggerakkan pasukan Samudra

Pasai untuk melawan Kerajaan Nakur dan berhasil merebut kembali wilayah

Kerajaan Samudra Pasai yang dikuasai oleh Kerajaan Nakur. Oleh karena

keberhasilan itu nelayan tersebut dapat menjadi raja dan menikahi pemaisuri raja

Samudra Pasai yang telah wafat dan menjadi Raja Samudra Pasai yang dikenal

70

Zainul Abiddin adalah sultan Samudera Pasai yang ke-5. Beliau memerintah sampai dengan wafatnya pada tahun 841 H/1438 M. Nama lengkapnya adalah Zainul Abidin bin Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin Al-Malik Ash-Shalih. Secara garis keturunan, Zainul Abidin merupakan putra dari paman Ratu Nahrasyiyah yang bernama Ahmad. Pada masa dialah Kerajaan Samudra Pasai diperkirakan mencapai masa kejayaannya.

71

Gambar

Tabel 1. Kawasan-kawasaan yang dikunjungi Laksamana Cheng Ho dalan tujuh

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara dengan Dudi, seorang pedagang besi bekas asal Panjalu yang merupakan generasi ketiga dari urbanisan Panjalu yang bergerak dalam bidang besi tua di

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research) yang berlokasi di Desa Kunti Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo. Sumber data diperoleh dengan menggunakan

memberikan jaminan mutu hasil kepada pelanggan dengan hasil uji yang valid, maka perlu dilakukan validasi terhadap metode pengujian albendazol dengan menggunakan

MENYAMBUT INISIASI KAMPUS ATAU YANG LEBIH DIKENAL DENGAN NAMA OSPEK / ADALAH. MOMEN YANG SANGAT DITUNGGU / KHUSUSNYA BAGI PENJUAL ATRIBUT KEPERLUAN

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya atau disingkat sebagai RPIJM Cipta Karya adalah dokumen rencana dan program pembangunan infrastruktur

Nugget tahu merupakan suatu jenis makanan yang kami buat dengan memberikan variasi rasa dan bentuk yang unik serta baru.. Produk kami ini bertujuan

Dalam penggabungan yang tidak bersahabat, atau sering disebut “ hostile takeover “ manajemen perusahaan-perusahaan yang terlibat tidak menyetujui

Setelah melakukan pengamatan, siswa mampu menuliskan hasil pengamatan tentang bentuk luar tumbuhan dan fungsinya dengan benar 3.. Setelah melakukan pengamatan, siswa