ABSTRAK
EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH KETUMBAR (Coriandri fructus) PADA VARIASI DOSIS HIPNOTIK TERHADAP KOORDINASI
MOTORIK MENCIT BETINA GALUR Swiss Webster
Sabrina Leonita , 2007. Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra, dr.,M.Kes Pembimbing II :Sylvia Soeng, dr.,M.Kes
TBuah ketumbar (Coriandri fructus) selain digunakan sebagai bumbu masakan juga sering digunakan dalam pengobatan tradisional, termasuk untuk mengatasi insomnia. Penelitian efek hipnotik sedatif dari ekstrak etanol buah ketumbar sebelumnya pernah dlakukan sedangkan pengaruhnya terhadap koordinasi motorik belum dilakukan. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji efek ekstrak etanol buah ketumbar pada dosis hipnotik terhadap koordinasi motorik.
Penelitian ini menggunakan metoda prospektif eksperimental sungguhan, memakai Rancang Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif, dengan hewan coba mencit betina galur Swiss Webster ,berat badan 24-27 gr sebanyak 25 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan (n=5), yaitu kelompok yang diberi ekstrak etanol buah ketumbar dosis 1(19.5 mg/KgBB), dosis 2(39 mg/KgBB), dosis III (78 mg/KgBB) serta NaCMC 1% sebagai kontrol dan alprazolam dosis 0.0325 mg/KgBB sebagai pembanding. Data yang diukur adalah besarnya sudut luncur dalam derajat. Data dianalisis dengan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan Tukey HSD dengan α=0.05, menggunakan program SPSS 11.0
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan sudut luncur yang signifikan pada kelompok yang diberi ekstrak etanol buah ketumbar dosis 1 dan dosis 2 terhadap kelompok kontrol (p<0.05). Kelompok I dan III tidak memiliki perbedaan bermakna. Sedangkan ekstrak etanol buah ketumbar dosis 2 tidak berbeda signifikan dengan kontrol(p>0.05). Efek ekstrak etanol buah ketumbar dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 berbeda sangat signifikan dengan pembanding (p<0.05).
Kesimpulan pemberian ekstrak etanol buah ketumbar dosis 1 dan dosis 3 menyebabkan gangguan koordinasi motorik pada mencit betina galur Swiss webster.
ABSTRACT
The Effect of Coriandri fructus Ethanol Extract in Variant Hypnotic Dose on the Motoric Coordination of Female Swiss Webster Mice
Sabrina Leonita, 2007. First tutor: Sugiarto Puradisastra, dr.,M.Kes Second tutor: Sylvia Soeng, dr., M.Kes
Coriandri fructus has been used as food seasoning, but it was also known as traditional drugs for insomnia.
The aim of this research was to study the effect of Coriandri fructus ethanol extract in hypnotic dose on the motoric coordination. The research was a real prospective experimental and comparative experimental study with a Complete Random Design (CRD). It was conducted to 25 female Swiss Webster mice when were divided into 5 groups. Three groups were treated with Coriandri fructus ethanol ekstract (CFEE) in different doses, ie. 19.5 mg/KgBW, 39 mg/KgBW and 78 mg/KgBW. The comparison group was given Alprazolam 0.0325 g/KgBW and the control group was given NaCMC 2%. The parameter measured was the sliding angle in degree. Data was analysed statistically using one way ANOVA and continued by Tukey HSD (α=0.05).
The results showed that there was a significant difference between the group who were given 19.5 mg/KgBW and 78 mg/KgBW CFEE into the control group, but there was no significant difference between three treated groups; while the group who was treated with 39 mg/KgBW CFEE showed no significant difference into the control group. All the three treated groups showed significant difference with the comparisonl group.
The conclusion CFEE can cause disorder to the motoric coordination in female Swiss Webster mice.
Key words : Coriandri fructus, motoric coordination, Swiss Webster mice.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT... v
PRAKATA... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan... 2
1.4 Kegunaan Penelitian ... 2
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis... 3
1.6 Metodologi ... 4
1.7 Lokasi dan waktu ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1 Sistem Keseimbangan ... 5
2.2 Aparatus vestibularis... 5
2.2.1 Hubungan Neuron antara Aparatus Vestibularis dengan SSP ... 6
2.2.2 Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan keseimbangan ... 7
2.4.2 Farmakodinamik ... 10
2.4.3 Efek Samping ... 10
2.5 Alprazolam... 10
2.5.1 Farmakodinamik ... 11
2.5.2 Farmakokinetik ... 11
2.5.3 Efek samping... 11
2.6 Ketumbar... 11
2.6.1 Deskripsi Ketumbar ... 12
2.6.2 Klasifikasi ... 12
2.6.3 Kandungan Kimia ... 13
2.6.4 Manfaat ... 13
2.7 Mekanisme Kerja Coriandri fructus terhadap koordinasi motorik ... 14
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN... 15
3.1 Desain Penelitian... 15
3.2 Bahan dan Alat... 15
3.2.1 Bahan Penelitian ... 15
3.2.2 Alat yang digunakan ... 15
3.3 Metode Penarikan Sampel ... 16
3.4 Variabel Penelitian ... 16
3.5 Persiapan Penelitian ... 16
3.6 Prosedur Penelitian ... 17
3.7 Data yang Diukur ... 18
3.8 Analisis Data ... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Hasil Penelitian ... 20
4.2 Uji Hipotesis ... 22
BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN ... 24
5.1 Kesimpulan ... 24
5.2 Saran... 24
DAFTAR PUSTAKA ... 25
LAMPIRAN 1... 28
LAMPIRAN 2... 29
LAMPIRAN 3... 32
LAMPIRAN 4... 33
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Sudut luncur berbagai perlakuan... 20 Tabel 4.2 Uji ANAVA terhadap rerata sudut luncur antar kelompok perlakuan.. 21 Tabel 4.3 Uji Tukey HSD terhadap beda rata-rata sudut luncur antar kelompok
perlakuan ... 21
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Aparatus vestibularis ... 6
Gambar 2.2 Coriandri fructus ... 12
Gambar 2.3 Coriandrum sativum L... 13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 PROSEDUR EKSTRAKSI BUAH KETUMBAR PELARUT
ETANOL... 28
LAMPIRAN 2 PERHITUNGAN DOSIS... 29
LAMPIRAN 3 DATA KASAR HASIL PERCOBAAN (Sudut luncur) ... 32
LAMPIRAN 4 UJI STATISTIK ... 33
Bandung, 18 Mei 2006
Kepada Yth.
Sdri. Sabrina Leonita FK. Maranatha
PROSEDUR EKSTRAKSI BIJI KETUMBAR PELARUT ETANOL
1. Simplisia yang sudah kering dan halus (sudah digiling) ditimbang untuk mendapatkan berat bersih ( Berat bersih Biji Ketumbar 1500 Gram) 2. Serbuk simplisia tersebut di masukkan ke dalam wadah simplisia pada
alat ekstraksi sejenis ekstraktor dengan perbandingan 1:5. Prosesnya dilakukan secara kontinyu hingga senyawa dalam simplisia telah
terekstraksi secara merata/sempurna selama 4 jam dengan setting suhu maksimal 50° C.
3. Ekstrak cair tersebut dipekatkan menggunakan alat Evaporator. 4. Ekstrak pekat dikeringkan hingga diperoleh ekstrak kering dengan
menggunakan oven/lemari pengering selama 20 jam dengan suhu 60°C 5. Ekstrak kering dikemas dalam wadah yang kering ( dalam botol segel)
Catatan :
1. Berat bersih Biji Ketumbar 1500 gr dihasilkan ekstrak 150 gram 2. Kondisi sudah halus ( sudah diserbuk)
Layanan Pembuatan Ekstrak:
Cp. Bp. Dr. As’ari Nwawi (0818218990)
LAMPIRAN 2
Dosis hipnotik ketumbar untuk manusia 70 kg= 3 gram (Bisset,1994)
Pembuatan Ekstrak Etanol buah Ketumbar (EEBK)
1500 gram buah ketumbar menjadi 150 gram Erude Ekstrak
Untuk 3 gram buah ketumbar diperlukan dosis EEBK sebanyak=
3 gram/1500 gram x 150 gram=
0.3 gram= 300 mg
Faktor konversi dari manusia ke mencit 20 gram= 0.0026
Untuk 20 gram mencit= 300 mg x 0.0026
= 0.78 mg/ 20 gram
Untuk 1 KgBB mencit= 1000/ 20 x 0.78 mg
= 39 mg/ KgBB
Dosis 1= 0.5 x Dosis manusia (DM)
= 0.5 x 39 mg/ KgBB
= 19.5 mg/ KgBB
Dosis 2= DM
= 39 mg/ KgBB
Dosis 3= 2 x DM
= 2 x 39 mg/ KgBB
= 78 mg/ KgBB
Perhitungan Pengenceran Dosis Ekstrak Etanol Buah Ketumbar untuk mencit 27
gram
D2 = 0.78 mg/ mencit 20 gram/ 0.5 mL
= 1.56 mg/ 1 mL
= 15.6 mg/10 mL
D3 = 2 x DM
= 2 x 15.6 mg/ 10 mL
= 31.2 mg/ 10 mL
Untuk memudahkan pengenceran dibuat larutan pekat sebesar 20 DM =
20 x 15.6 mg/ 10 mL =
312 mg/10 mL
D1 ( 0.5 DM) = 0.5 mL 20 DM + 19.5 mL CMC 1%
Untuk dosis selanjutnya dibuat pengenceran dengan dosis yang sama sehingga
Lampiran 3 Data Kasar Hasil Percobaan ( Sudut Luncur )
Ekstrak Etanol Buah Ketumbar Dosis 19.5 g/KgBB per oral.
Mencit I : 41
Ekstrak Etanol Buah Ketumbar Dosis 39 g/KgBB per oral
Mencit I : 41 Mencit II : 42 Mencit III : 42 Mencit IV : 43 Mencit V : 42
Ekstrak Etanol Buah Ketumbar Dosis 78 g/KgBB per oral.
Mencit I : 39 Mencit II : 40 Mencit III : 40 Mencit IV : 40 Mencit V : 39
Kontrol ( 0,5cc NaCMC 1% peroral) Mencit I : 45
Mencit II : 43 Mencit III : 44 Mencit IV : 45 Mencit V : 44
Oneway
Descriptives
sudut luncur
95% Confidence Interval for Mean
N Mean Std.Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
EEBK D1 5 40.2000 .83666 .37417 39.1611 41.2389 39.00 41.00 EEBK D2 5 42.0000 .70711 .31623 41.1220 42.8780 41.00 43.00 EEBK D3 5 39.6000 .54772 .24495 38.9199 40.2801 39.00 40.00
Kontrol 5 44.2000 .83666 .37417 43.1611 45.2389 43.00 45.00
Pembanding 5 32.8000 3.03315 1.35647 29.0338 36.5662 30.00 37.00
Total 25 39.7600 4.14608 .82922 38.0486 41.4714 30.00 45.00
ANOVA sudut luncur
Sum of
squares df Mean Square F Sig
Between Groups 366.960 4 91.740 40.237 .000 Within Groups 45.600 20 2.280
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons Dependent Variable : Sudut luncur
Tukey HSD
95% Confidence Interval
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std.Error Sig. Lower Bound Upper Bound
EEBK D1 EEBK D2 -1.80000 .95499 .357 -4.6577 1.0577
EEBK D3 .60000 .95499 .969 -2.2577 3.4577
kontrol -4.00000* .95499 .004 -6.8577 -1.1423
pembanding 7.40000* .95499 .000 4.5423 10.2577
EEBK D2 EEBK D1 1.80000 .95499 .657 -1.0577 4.6577
EEBK D3 2.40000 .95499 .127 -.4577 5.2577
kontrol -2.20000 .95499 .185 -5.0577 .6577
pembanding 9.20000* .95499 .000 6.3423 12.0577
EEBK D3 EEBK D1 -.60000 .95499 .969 -3.4577 2.2577
EEBK D2 -2.40000 .95499 .127 -5.2577 .4577
kontrol -4.60000* .95499 .001 -7.4577 -1.7423
pembanding 6.80000* .95499 .000 3.9423 9.6577
kontrol EEBK D1 4.00000* .95499 .004 1.1423 6.8577
EEBK D2 2.20000 .95499 .185 -.6577 5.0577
EEBK D3 4.60000* .95499 .001 1.7423 7.4577
pembanding 11.40000* .95499 .000 8.5423 14.2577
pembanding EEBK D1 -7.40000* .95499 .000 -10.2577 -4.5423
EEBK D2 -9.20000* .95499 .000 -12.0577 -6.3423
EEBK D3 -6.80000* .95499 .000 -9.6577 -3.9423
kontrol -11.40000* .95499 .000 -14.2577 -8.5423
*.The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets
Means for groups in homogeneous subsets are diplayed.
Pa.
Uses Harmonic Mean Sample Size=5.000.
Dosis Alprazolam
Dosis Alprazolam untuk manusia (70 kg) = 0,25 mg
Faktor konversi manusia- mencit = 0,0026
Dosis Alprazolam untuk mencit ( 20 gram) = 0,0026 x 0,25 mg
= 0,00065
(27 gram) = 27/20 x 0,00065 mg/o,5 cc
= 0,0008775
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik , di
mana dapat diperoleh kesempatan untuk beristirahat dan memulihkan kondisi
tubuh baik secara fisiologis maupun psikis. Insomnia merupakan gangguan yang
sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. WHO (World Health
Organization) pada tahun 1993 menyatakan bahwa kurang lebih 18% penduduk
dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur, dengan keluhan yang sedemikian
hebatnya sehingga menyebabkan tekanan jiwa bagi penderitanya(Endang
Lanywaty,2001).
Jumlah pengguna obat penenang atau obat tidur makin meningkat. Beberapa
efek dari insomnia kronik itu adalah meningkatkan risiko terjadi tabrakan, bunuh
diri, depresi, paranoid, agresif dan reaksi di luar kontrol lainnya. Obat tidur sering
digunakan untuk mengatasi insomnia ini, namun penggunaan obat tidur yang
terlalu sering dapat menimbulkan efek sampingan akibat depresi pada susunan
saraf pusat seperti gangguan koordinasi motorik, rasa ringan, kepala terasa
melayang, kelelahan, bingung. Hal ini menimbulkan risiko pada tugas-tugas yang
berbahaya seperti berkendaraan atau operator mesin Penghentian penggunaan
obat tidur yang tiba-tiba juga menimbulkan efek, yakni timbul withdrawal
symptoms yaitu agitasi, panik, konvulsi, pusing-pusing, dan delirium(Charney &
Mihic, 1996 ).
Alternatif untuk mengatasi macam-macam efek tadi dapat digunakan tanaman
obat, karena efek tanaman obat lebih aman, lebih murah, dan bahan bakunya lebih
mudah didapatkan( Susanty D.Winata,2003).
Penelitian efek hipnotik buah ketumbar telah dilakukan pada bulan Februari –
Juli 2003 oleh Farida Husen . Penelitian koordinasi motorik belum dilakukan jadi
2
penulis tertarik melanjutkan penelitian buah ketumbar dari segi koordinasi
motorik.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah ekstrak etanol buah ketumbar (Coriandri fructus) pada dosis hipnotik dapat menimbulkan gangguan koordinasi motorik.
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Untuk menjadikan buah ketumbar (Coriandri fructus) sebagai obat hipnotik
alternatif dengan informasi efek samping koordinasi motorik yang telah diketahui.
1.3.2 Tujuan
Untuk menguji efek ekstrak etanol buah ketumbar (Coriandri fructus) pada
dosis hipnotik terhadap koordinasi motorik pada mencit.
1.4 Kegunaan penelitian
1.4.1 Kegunaan Akademis
Untuk memperluas pengetahuan mengenai tanaman obat khususnya tentang
pengaruh ekstrak etanol buah ketumbar (Coriandri fructus) pada dosis hipnotik
3
1.4.2 Kegunaan Praktis
Untuk memberikan informasi mengenai buah ketumbar terhadap masyarakat
sebagai obat tidur alternatif dengan efek koordinasi motorik yang telah diketahui.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
Kerangka Pemikiran
Neurotransmiter penghambat utama pada SSP mamalia yang menunjukkan
efek penghambatan / depresi pada sel interneuron di otak adalah Gamma Amino
Butyric Acid (GABA) (Bloom,2001).
Mekanisme kerja benzodiazepin adalah berikatan dengan reseptor GABA di
allosteric site yakni peningkatan aktifitas GABA dengan memfasilitasi terbukanya
saluran klorida sehingga klorida masuk ke dalam neuron menyebabkan
hiperpolarisasi dan penurunan eksitasi. (Jacob, 1996). Sistem keseimbangan
berasal dari impuls sensorik yaitu mata, telinga, dan refleks postural (otot-otot
dengan reseptor muscle spindle dilanjutkan ke serebelum). Hubungan nukleus
vestibular dan serebelum yakni impuls diteruskan ke nukeus retikularis lalu ke
batang otak dan medula spinalis yang akan mengatur otot-otot anti gravitasi yang
mengatur keseimbangan.
Buah ketumbar mengandung minyak atsiri yang mengandung fraksi terpenoid
hidrokarbon yaitu d-linalool (koriandrol), geraniol, borneol, α-pinena, β-pinena,
δ-pinena, simenterpinena. (Bruneton, 1999). Terpenoid hidrokarbon dari buah
ketumbar akan berikatan dengan reseptor GABA dan akan menurunkan hantaran
impuls dari perifer ke pusat dan gangguan hantaran impuls dari pusat ke perifer
4
Hipotesis Penelitian
Ekstrak etanol buah ketumbar (Coriandri fructus) pada dosis hipnotik
menimbulkan gangguan koordinasi motorik.
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan prospektif eksperimental sungguhan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan bersifat komparatif. Data yang diukur
adalah besarnya sudut luncur yang masih dapat ditolerir oleh mencit sebelum
terjatuh dalam derajat (°). Analisis data dengan ANAVA satu arah, dilanjutkan
dengan uji beda rata- rata Tukey HSD, α = 0.05 menggunakan program SPSS 11.0
1.7 Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha. Waktu penelitian mulai bulan Maret 2006 sampai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penggunaan ekstrak etanol buah ketumbar (Coriandri fructus) menyebabkan
gangguan koordinasi motorik pada dosis 19.5 mg/ KgBB dan 78 mg/ KgBB.
5.2 Saran
• Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan pelarut yang lain dan hewan percobaan yang lain untuk mengetahui dosis aman ketumbar sebagai obat
anti insomnia.
• Uji toksisitas biji ketumbar
• Disarankan untuk melakukan uji klinik pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Aoshima, H., Hamamoto, K. 1999. Terpenoid and steroid. http://www.soc. Nii.ac.jp/jsbba/bbb6304e.html, March 4th 2006.
Bisset,N.G.,1994. Herbal Drug and Phytophrmaceuticals CRC Press Boca Raton, Medpharm, Scientic Publisher Stuttgart
Bloom F.E. 2001. Neurotransmission and the central nervous system. In :Goodma & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics. 10 th edition. Oxford London: Blackwell Scientific Publications.
Bruneton, J. 1999. Clove, Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry. In:
Pharmacognosy phytochemistry medicinal plants. 2nd ed. Paris: Lavoisier.
p. 553-555.
Charney D.S; Mihic S.J.; Haris R.A.2001. Hypnotics and Sedatives. In: Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics. 10th edition. Oxford London: Blackwell Scientific Publications.p 399,408.417
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Vademekum bahan obat alam. Jakarta: DirJen POM. h. 42-46.
Drug.com. 2005. Alprazolam. http://www.drugs.com/alprazolam.html, November 16th 2006
Emamghoreishi, Mesoumeh, 2006. Iran J Med Sci March 2006; Vol 31 No 1. http://ijms.sums.ac.ir/31_1/06ab-Emamghoreishi.pdf
Jacob, L.S.1996. Pharmacology 4th edition, chapt 3 II A, NMS ( National Medical Series for Independent Study). Philadelphia : Williams & Wilkins. p. 53
Juckett G. 2004. Herbal medicines. In: Stitzel R.E. and Craig C.R., eds. Modern
pharmacology with clinical applications. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p. 785.
Kemas Ali Hanafiah. 2006. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. Jakarta:Rajawali Pers.
Meta Sinta Sari Wiria & Tony.Handoko 2003. Hipnotik sedatif dan alkohol. Dalam : Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. H. 124-134.
Su-Laine Yeo. 2006.Delayed Sleep Phase Syndrome http://www.nativeremedies.com/serenite_for_sleep_insomnia.shtml?ovchn=OVR
&ovcpn=Overture+Expansion&ovcrn=what+is+insomnia&ovtac=PPC&OVRAW =insomnia&OVKEY=insomnia&OVMTC=standard
Susanty D. Winata . 2003. Cara Bijak Menggunakan Obat Herbal . Meditek Majalah Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Krida Wacana ,. Vol 11, No 29, Agustus-Desember 2003. Jakarta : FK Ukrida
Trevor, A.J., Way, W.L. 2002.Hipnotik sedative. Dalam: Katzung B.G., ed. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.
Turner R A. 1965. Motor control an Inclined plane. In: Screening methods in pharmacology. Academic press New york and London. p.75
Wikipedia. 2006. Alprazolam. http://en.wikipedia.org/wiki/Xanax, November 16th 2006
Sumber – sumber lain :
http://www.answer.com
http://www.ang.kfunigraz.com
http://www.floridata.com
http://www.holisticonline.com
http://www.shamanshop.net/store/.../
http://www.stanford.edu/~dement/insomnia.htm)
http://www.viable-herbal.com/singles/herbs/s327.htm