• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Ekstrak Etanol Buah Ketumbar (Coriandri Fructus) Pada Variasi Dosis Hipnotik Terhadap Koordinasi Motorik Mencit Betina Galur Swiss Webster.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Ekstrak Etanol Buah Ketumbar (Coriandri Fructus) Pada Variasi Dosis Hipnotik Terhadap Koordinasi Motorik Mencit Betina Galur Swiss Webster."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH KETUMBAR (Coriandri fructus) PADA VARIASI DOSIS HIPNOTIK TERHADAP KOORDINASI

MOTORIK MENCIT BETINA GALUR Swiss Webster

Sabrina Leonita , 2007. Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra, dr.,M.Kes Pembimbing II :Sylvia Soeng, dr.,M.Kes

TBuah ketumbar (Coriandri fructus) selain digunakan sebagai bumbu masakan juga sering digunakan dalam pengobatan tradisional, termasuk untuk mengatasi insomnia. Penelitian efek hipnotik sedatif dari ekstrak etanol buah ketumbar sebelumnya pernah dlakukan sedangkan pengaruhnya terhadap koordinasi motorik belum dilakukan. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji efek ekstrak etanol buah ketumbar pada dosis hipnotik terhadap koordinasi motorik.

Penelitian ini menggunakan metoda prospektif eksperimental sungguhan, memakai Rancang Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif, dengan hewan coba mencit betina galur Swiss Webster ,berat badan 24-27 gr sebanyak 25 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan (n=5), yaitu kelompok yang diberi ekstrak etanol buah ketumbar dosis 1(19.5 mg/KgBB), dosis 2(39 mg/KgBB), dosis III (78 mg/KgBB) serta NaCMC 1% sebagai kontrol dan alprazolam dosis 0.0325 mg/KgBB sebagai pembanding. Data yang diukur adalah besarnya sudut luncur dalam derajat. Data dianalisis dengan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan Tukey HSD dengan α=0.05, menggunakan program SPSS 11.0

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan sudut luncur yang signifikan pada kelompok yang diberi ekstrak etanol buah ketumbar dosis 1 dan dosis 2 terhadap kelompok kontrol (p<0.05). Kelompok I dan III tidak memiliki perbedaan bermakna. Sedangkan ekstrak etanol buah ketumbar dosis 2 tidak berbeda signifikan dengan kontrol(p>0.05). Efek ekstrak etanol buah ketumbar dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 berbeda sangat signifikan dengan pembanding (p<0.05).

Kesimpulan pemberian ekstrak etanol buah ketumbar dosis 1 dan dosis 3 menyebabkan gangguan koordinasi motorik pada mencit betina galur Swiss webster.

(2)

ABSTRACT

The Effect of Coriandri fructus Ethanol Extract in Variant Hypnotic Dose on the Motoric Coordination of Female Swiss Webster Mice

Sabrina Leonita, 2007. First tutor: Sugiarto Puradisastra, dr.,M.Kes Second tutor: Sylvia Soeng, dr., M.Kes

Coriandri fructus has been used as food seasoning, but it was also known as traditional drugs for insomnia.

The aim of this research was to study the effect of Coriandri fructus ethanol extract in hypnotic dose on the motoric coordination. The research was a real prospective experimental and comparative experimental study with a Complete Random Design (CRD). It was conducted to 25 female Swiss Webster mice when were divided into 5 groups. Three groups were treated with Coriandri fructus ethanol ekstract (CFEE) in different doses, ie. 19.5 mg/KgBW, 39 mg/KgBW and 78 mg/KgBW. The comparison group was given Alprazolam 0.0325 g/KgBW and the control group was given NaCMC 2%. The parameter measured was the sliding angle in degree. Data was analysed statistically using one way ANOVA and continued by Tukey HSD (α=0.05).

The results showed that there was a significant difference between the group who were given 19.5 mg/KgBW and 78 mg/KgBW CFEE into the control group, but there was no significant difference between three treated groups; while the group who was treated with 39 mg/KgBW CFEE showed no significant difference into the control group. All the three treated groups showed significant difference with the comparisonl group.

The conclusion CFEE can cause disorder to the motoric coordination in female Swiss Webster mice.

Key words : Coriandri fructus, motoric coordination, Swiss Webster mice.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

PRAKATA... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan... 2

1.4 Kegunaan Penelitian ... 2

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis... 3

1.6 Metodologi ... 4

1.7 Lokasi dan waktu ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Sistem Keseimbangan ... 5

2.2 Aparatus vestibularis... 5

2.2.1 Hubungan Neuron antara Aparatus Vestibularis dengan SSP ... 6

2.2.2 Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan keseimbangan ... 7

(4)

2.4.2 Farmakodinamik ... 10

2.4.3 Efek Samping ... 10

2.5 Alprazolam... 10

2.5.1 Farmakodinamik ... 11

2.5.2 Farmakokinetik ... 11

2.5.3 Efek samping... 11

2.6 Ketumbar... 11

2.6.1 Deskripsi Ketumbar ... 12

2.6.2 Klasifikasi ... 12

2.6.3 Kandungan Kimia ... 13

2.6.4 Manfaat ... 13

2.7 Mekanisme Kerja Coriandri fructus terhadap koordinasi motorik ... 14

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN... 15

3.1 Desain Penelitian... 15

3.2 Bahan dan Alat... 15

3.2.1 Bahan Penelitian ... 15

3.2.2 Alat yang digunakan ... 15

3.3 Metode Penarikan Sampel ... 16

3.4 Variabel Penelitian ... 16

3.5 Persiapan Penelitian ... 16

3.6 Prosedur Penelitian ... 17

3.7 Data yang Diukur ... 18

3.8 Analisis Data ... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Hasil Penelitian ... 20

4.2 Uji Hipotesis ... 22

BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN ... 24

5.1 Kesimpulan ... 24

(5)

5.2 Saran... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

LAMPIRAN 1... 28

LAMPIRAN 2... 29

LAMPIRAN 3... 32

LAMPIRAN 4... 33

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Sudut luncur berbagai perlakuan... 20 Tabel 4.2 Uji ANAVA terhadap rerata sudut luncur antar kelompok perlakuan.. 21 Tabel 4.3 Uji Tukey HSD terhadap beda rata-rata sudut luncur antar kelompok

perlakuan ... 21

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aparatus vestibularis ... 6

Gambar 2.2 Coriandri fructus ... 12

Gambar 2.3 Coriandrum sativum L... 13

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 PROSEDUR EKSTRAKSI BUAH KETUMBAR PELARUT

ETANOL... 28

LAMPIRAN 2 PERHITUNGAN DOSIS... 29

LAMPIRAN 3 DATA KASAR HASIL PERCOBAAN (Sudut luncur) ... 32

LAMPIRAN 4 UJI STATISTIK ... 33

(9)

Bandung, 18 Mei 2006

Kepada Yth.

Sdri. Sabrina Leonita FK. Maranatha

PROSEDUR EKSTRAKSI BIJI KETUMBAR PELARUT ETANOL

1. Simplisia yang sudah kering dan halus (sudah digiling) ditimbang untuk mendapatkan berat bersih ( Berat bersih Biji Ketumbar 1500 Gram) 2. Serbuk simplisia tersebut di masukkan ke dalam wadah simplisia pada

alat ekstraksi sejenis ekstraktor dengan perbandingan 1:5. Prosesnya dilakukan secara kontinyu hingga senyawa dalam simplisia telah

terekstraksi secara merata/sempurna selama 4 jam dengan setting suhu maksimal 50° C.

3. Ekstrak cair tersebut dipekatkan menggunakan alat Evaporator. 4. Ekstrak pekat dikeringkan hingga diperoleh ekstrak kering dengan

menggunakan oven/lemari pengering selama 20 jam dengan suhu 60°C 5. Ekstrak kering dikemas dalam wadah yang kering ( dalam botol segel)

Catatan :

1. Berat bersih Biji Ketumbar 1500 gr dihasilkan ekstrak 150 gram 2. Kondisi sudah halus ( sudah diserbuk)

Layanan Pembuatan Ekstrak:

Cp. Bp. Dr. As’ari Nwawi (0818218990)

(10)

LAMPIRAN 2

Dosis hipnotik ketumbar untuk manusia 70 kg= 3 gram (Bisset,1994)

Pembuatan Ekstrak Etanol buah Ketumbar (EEBK)

1500 gram buah ketumbar menjadi 150 gram Erude Ekstrak

Untuk 3 gram buah ketumbar diperlukan dosis EEBK sebanyak=

3 gram/1500 gram x 150 gram=

0.3 gram= 300 mg

Faktor konversi dari manusia ke mencit 20 gram= 0.0026

Untuk 20 gram mencit= 300 mg x 0.0026

= 0.78 mg/ 20 gram

Untuk 1 KgBB mencit= 1000/ 20 x 0.78 mg

= 39 mg/ KgBB

Dosis 1= 0.5 x Dosis manusia (DM)

= 0.5 x 39 mg/ KgBB

= 19.5 mg/ KgBB

Dosis 2= DM

= 39 mg/ KgBB

Dosis 3= 2 x DM

= 2 x 39 mg/ KgBB

= 78 mg/ KgBB

(11)

Perhitungan Pengenceran Dosis Ekstrak Etanol Buah Ketumbar untuk mencit 27

gram

D2 = 0.78 mg/ mencit 20 gram/ 0.5 mL

= 1.56 mg/ 1 mL

= 15.6 mg/10 mL

D3 = 2 x DM

= 2 x 15.6 mg/ 10 mL

= 31.2 mg/ 10 mL

Untuk memudahkan pengenceran dibuat larutan pekat sebesar 20 DM =

20 x 15.6 mg/ 10 mL =

312 mg/10 mL

D1 ( 0.5 DM) = 0.5 mL 20 DM + 19.5 mL CMC 1%

Untuk dosis selanjutnya dibuat pengenceran dengan dosis yang sama sehingga

(12)

Lampiran 3 Data Kasar Hasil Percobaan ( Sudut Luncur )

Ekstrak Etanol Buah Ketumbar Dosis 19.5 g/KgBB per oral.

Mencit I : 41

Ekstrak Etanol Buah Ketumbar Dosis 39 g/KgBB per oral

Mencit I : 41 Mencit II : 42 Mencit III : 42 Mencit IV : 43 Mencit V : 42

Ekstrak Etanol Buah Ketumbar Dosis 78 g/KgBB per oral.

Mencit I : 39 Mencit II : 40 Mencit III : 40 Mencit IV : 40 Mencit V : 39

Kontrol ( 0,5cc NaCMC 1% peroral) Mencit I : 45

Mencit II : 43 Mencit III : 44 Mencit IV : 45 Mencit V : 44

(13)

Oneway

Descriptives

sudut luncur

95% Confidence Interval for Mean

N Mean Std.Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum

EEBK D1 5 40.2000 .83666 .37417 39.1611 41.2389 39.00 41.00 EEBK D2 5 42.0000 .70711 .31623 41.1220 42.8780 41.00 43.00 EEBK D3 5 39.6000 .54772 .24495 38.9199 40.2801 39.00 40.00

Kontrol 5 44.2000 .83666 .37417 43.1611 45.2389 43.00 45.00

Pembanding 5 32.8000 3.03315 1.35647 29.0338 36.5662 30.00 37.00

Total 25 39.7600 4.14608 .82922 38.0486 41.4714 30.00 45.00

ANOVA sudut luncur

Sum of

squares df Mean Square F Sig

Between Groups 366.960 4 91.740 40.237 .000 Within Groups 45.600 20 2.280

(14)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable : Sudut luncur

Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) perlakuan (J) perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std.Error Sig. Lower Bound Upper Bound

EEBK D1 EEBK D2 -1.80000 .95499 .357 -4.6577 1.0577

EEBK D3 .60000 .95499 .969 -2.2577 3.4577

kontrol -4.00000* .95499 .004 -6.8577 -1.1423

pembanding 7.40000* .95499 .000 4.5423 10.2577

EEBK D2 EEBK D1 1.80000 .95499 .657 -1.0577 4.6577

EEBK D3 2.40000 .95499 .127 -.4577 5.2577

kontrol -2.20000 .95499 .185 -5.0577 .6577

pembanding 9.20000* .95499 .000 6.3423 12.0577

EEBK D3 EEBK D1 -.60000 .95499 .969 -3.4577 2.2577

EEBK D2 -2.40000 .95499 .127 -5.2577 .4577

kontrol -4.60000* .95499 .001 -7.4577 -1.7423

pembanding 6.80000* .95499 .000 3.9423 9.6577

kontrol EEBK D1 4.00000* .95499 .004 1.1423 6.8577

EEBK D2 2.20000 .95499 .185 -.6577 5.0577

EEBK D3 4.60000* .95499 .001 1.7423 7.4577

pembanding 11.40000* .95499 .000 8.5423 14.2577

pembanding EEBK D1 -7.40000* .95499 .000 -10.2577 -4.5423

EEBK D2 -9.20000* .95499 .000 -12.0577 -6.3423

EEBK D3 -6.80000* .95499 .000 -9.6577 -3.9423

kontrol -11.40000* .95499 .000 -14.2577 -8.5423

*.The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

Means for groups in homogeneous subsets are diplayed.

Pa.

Uses Harmonic Mean Sample Size=5.000.

(15)

Dosis Alprazolam

Dosis Alprazolam untuk manusia (70 kg) = 0,25 mg

Faktor konversi manusia- mencit = 0,0026

Dosis Alprazolam untuk mencit ( 20 gram) = 0,0026 x 0,25 mg

= 0,00065

(27 gram) = 27/20 x 0,00065 mg/o,5 cc

= 0,0008775

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik , di

mana dapat diperoleh kesempatan untuk beristirahat dan memulihkan kondisi

tubuh baik secara fisiologis maupun psikis. Insomnia merupakan gangguan yang

sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. WHO (World Health

Organization) pada tahun 1993 menyatakan bahwa kurang lebih 18% penduduk

dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur, dengan keluhan yang sedemikian

hebatnya sehingga menyebabkan tekanan jiwa bagi penderitanya(Endang

Lanywaty,2001).

Jumlah pengguna obat penenang atau obat tidur makin meningkat. Beberapa

efek dari insomnia kronik itu adalah meningkatkan risiko terjadi tabrakan, bunuh

diri, depresi, paranoid, agresif dan reaksi di luar kontrol lainnya. Obat tidur sering

digunakan untuk mengatasi insomnia ini, namun penggunaan obat tidur yang

terlalu sering dapat menimbulkan efek sampingan akibat depresi pada susunan

saraf pusat seperti gangguan koordinasi motorik, rasa ringan, kepala terasa

melayang, kelelahan, bingung. Hal ini menimbulkan risiko pada tugas-tugas yang

berbahaya seperti berkendaraan atau operator mesin Penghentian penggunaan

obat tidur yang tiba-tiba juga menimbulkan efek, yakni timbul withdrawal

symptoms yaitu agitasi, panik, konvulsi, pusing-pusing, dan delirium(Charney &

Mihic, 1996 ).

Alternatif untuk mengatasi macam-macam efek tadi dapat digunakan tanaman

obat, karena efek tanaman obat lebih aman, lebih murah, dan bahan bakunya lebih

mudah didapatkan( Susanty D.Winata,2003).

Penelitian efek hipnotik buah ketumbar telah dilakukan pada bulan Februari –

Juli 2003 oleh Farida Husen . Penelitian koordinasi motorik belum dilakukan jadi

(17)

2

penulis tertarik melanjutkan penelitian buah ketumbar dari segi koordinasi

motorik.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah ekstrak etanol buah ketumbar (Coriandri fructus) pada dosis hipnotik dapat menimbulkan gangguan koordinasi motorik.

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Untuk menjadikan buah ketumbar (Coriandri fructus) sebagai obat hipnotik

alternatif dengan informasi efek samping koordinasi motorik yang telah diketahui.

1.3.2 Tujuan

Untuk menguji efek ekstrak etanol buah ketumbar (Coriandri fructus) pada

dosis hipnotik terhadap koordinasi motorik pada mencit.

1.4 Kegunaan penelitian

1.4.1 Kegunaan Akademis

Untuk memperluas pengetahuan mengenai tanaman obat khususnya tentang

pengaruh ekstrak etanol buah ketumbar (Coriandri fructus) pada dosis hipnotik

(18)

3

1.4.2 Kegunaan Praktis

Untuk memberikan informasi mengenai buah ketumbar terhadap masyarakat

sebagai obat tidur alternatif dengan efek koordinasi motorik yang telah diketahui.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

Kerangka Pemikiran

Neurotransmiter penghambat utama pada SSP mamalia yang menunjukkan

efek penghambatan / depresi pada sel interneuron di otak adalah Gamma Amino

Butyric Acid (GABA) (Bloom,2001).

Mekanisme kerja benzodiazepin adalah berikatan dengan reseptor GABA di

allosteric site yakni peningkatan aktifitas GABA dengan memfasilitasi terbukanya

saluran klorida sehingga klorida masuk ke dalam neuron menyebabkan

hiperpolarisasi dan penurunan eksitasi. (Jacob, 1996). Sistem keseimbangan

berasal dari impuls sensorik yaitu mata, telinga, dan refleks postural (otot-otot

dengan reseptor muscle spindle dilanjutkan ke serebelum). Hubungan nukleus

vestibular dan serebelum yakni impuls diteruskan ke nukeus retikularis lalu ke

batang otak dan medula spinalis yang akan mengatur otot-otot anti gravitasi yang

mengatur keseimbangan.

Buah ketumbar mengandung minyak atsiri yang mengandung fraksi terpenoid

hidrokarbon yaitu d-linalool (koriandrol), geraniol, borneol, α-pinena, β-pinena,

δ-pinena, simenterpinena. (Bruneton, 1999). Terpenoid hidrokarbon dari buah

ketumbar akan berikatan dengan reseptor GABA dan akan menurunkan hantaran

impuls dari perifer ke pusat dan gangguan hantaran impuls dari pusat ke perifer

(19)

4

Hipotesis Penelitian

Ekstrak etanol buah ketumbar (Coriandri fructus) pada dosis hipnotik

menimbulkan gangguan koordinasi motorik.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan prospektif eksperimental sungguhan menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan bersifat komparatif. Data yang diukur

adalah besarnya sudut luncur yang masih dapat ditolerir oleh mencit sebelum

terjatuh dalam derajat (°). Analisis data dengan ANAVA satu arah, dilanjutkan

dengan uji beda rata- rata Tukey HSD, α = 0.05 menggunakan program SPSS 11.0

1.7 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha. Waktu penelitian mulai bulan Maret 2006 sampai

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penggunaan ekstrak etanol buah ketumbar (Coriandri fructus) menyebabkan

gangguan koordinasi motorik pada dosis 19.5 mg/ KgBB dan 78 mg/ KgBB.

5.2 Saran

• Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan pelarut yang lain dan hewan percobaan yang lain untuk mengetahui dosis aman ketumbar sebagai obat

anti insomnia.

• Uji toksisitas biji ketumbar

• Disarankan untuk melakukan uji klinik pada manusia.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Aoshima, H., Hamamoto, K. 1999. Terpenoid and steroid. http://www.soc. Nii.ac.jp/jsbba/bbb6304e.html, March 4th 2006.

Bisset,N.G.,1994. Herbal Drug and Phytophrmaceuticals CRC Press Boca Raton, Medpharm, Scientic Publisher Stuttgart

Bloom F.E. 2001. Neurotransmission and the central nervous system. In :Goodma & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics. 10 th edition. Oxford London: Blackwell Scientific Publications.

Bruneton, J. 1999. Clove, Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry. In:

Pharmacognosy phytochemistry medicinal plants. 2nd ed. Paris: Lavoisier.

p. 553-555.

Charney D.S; Mihic S.J.; Haris R.A.2001. Hypnotics and Sedatives. In: Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics. 10th edition. Oxford London: Blackwell Scientific Publications.p 399,408.417

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Vademekum bahan obat alam. Jakarta: DirJen POM. h. 42-46.

Drug.com. 2005. Alprazolam. http://www.drugs.com/alprazolam.html, November 16th 2006

Emamghoreishi, Mesoumeh, 2006. Iran J Med Sci March 2006; Vol 31 No 1. http://ijms.sums.ac.ir/31_1/06ab-Emamghoreishi.pdf

(22)

Jacob, L.S.1996. Pharmacology 4th edition, chapt 3 II A, NMS ( National Medical Series for Independent Study). Philadelphia : Williams & Wilkins. p. 53

Juckett G. 2004. Herbal medicines. In: Stitzel R.E. and Craig C.R., eds. Modern

pharmacology with clinical applications. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p. 785.

Kemas Ali Hanafiah. 2006. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. Jakarta:Rajawali Pers.

Meta Sinta Sari Wiria & Tony.Handoko 2003. Hipnotik sedatif dan alkohol. Dalam : Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. H. 124-134.

Su-Laine Yeo. 2006.Delayed Sleep Phase Syndrome http://www.nativeremedies.com/serenite_for_sleep_insomnia.shtml?ovchn=OVR

&ovcpn=Overture+Expansion&ovcrn=what+is+insomnia&ovtac=PPC&OVRAW =insomnia&OVKEY=insomnia&OVMTC=standard

Susanty D. Winata . 2003. Cara Bijak Menggunakan Obat Herbal . Meditek Majalah Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Krida Wacana ,. Vol 11, No 29, Agustus-Desember 2003. Jakarta : FK Ukrida

Trevor, A.J., Way, W.L. 2002.Hipnotik sedative. Dalam: Katzung B.G., ed. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.

Turner R A. 1965. Motor control an Inclined plane. In: Screening methods in pharmacology. Academic press New york and London. p.75

Wikipedia. 2006. Alprazolam. http://en.wikipedia.org/wiki/Xanax, November 16th 2006

(23)

Sumber – sumber lain :

http://www.answer.com

http://www.ang.kfunigraz.com

http://www.floridata.com

http://www.holisticonline.com

http://www.shamanshop.net/store/.../

http://www.stanford.edu/~dement/insomnia.htm)

http://www.viable-herbal.com/singles/herbs/s327.htm

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai simpulan dari pengaruh Learning Approach terhadap Prestasi Belajar adalah bahwa dari uji korelasi antara Surface Approach terhadap Prestasi Belajar, antara

[r]

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kecemasan orang tua terhadap orientasi masa depan anak yang mengalami tunarungu ditinjau dari tugas perkembangan masa

Alat pemotong bulu ayam shuttle cock hasil perancangan adalah serangkaian gabungan dari beberapa komponen penyusun yang berfungsi sebagai alat untuk memotong bulu ayam shuttle

[r]

Kata Kunci: Eva luasi Kinerja TI, kerangka kerja COBIT 4.1. 1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Sistem Infor masi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 2) Staf

Sistem manual dari transaksi jual beli dan kelalaian dalam pengelolaan persediaan bahan baku, serta kurang nya ketelitian dalam pengecekan nota-nota saat terjadi