PERANAN WILLEM ISKANDER DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
MANDAILING
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
SYARIFUDDIN
NIM. 309 121 076
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
i
ABSTRAK
Syarifuddin, NIM 309121076. Peranan Willem Iskander dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan Masyarakat Mandailing. Skripsi, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2013.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah Willem Iskander merupakan seorang tokoh pendidikan yang berperan dalam peningkatan pendidikan pada masyarakat Mandailing.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui peranan Willem Iskander dalam upaya meningkatkan pendidikan masyarakat Mandailing, 2) Apa saja bentuk pendidikan yang diberikan, 3) Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan di Mandailing, 4) Dampak pendidikan yang diberikan Willem Iskander sampai sekarang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan studi pustaka (library research). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara (interview) dan literatur.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji syukur saya ucapkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada seluruh makhluk
ciptaan-Nya serta shalawat berangkai salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW
yang telah membawa kehidupan manusia dari zaman kebodohan sampai pada
zaman yang penuh dengan pendidikan saat ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peranan Willem Iskander
dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan Masyarakat Mandailing”.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjan (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan
Sejarah Universitas Negeri Medan. Skripsi ini ditulis dengan mendapatkan banyak
bimbingan, arahan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibunda tercinta Sangkot Faridah Nasution yang telah mendidik dan
membesarkan saya mulai dari saya terlahir di dunia ini dengan penuh kasih
sayang dan rasa cinta yang tidak pernah ada habisnya yang tidak pernah
saya dapatkan dari orang lain. Sekali lagi terimakasih kepadamu ibu telah
membimbing saya hingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayahanda tercinta Masran Batubara yang senantiasa memberi dukungan
iii
setinggi-tingginya. Apapun yang ayah lakukan adalah yang terbaik bagi
saya karena engkau adalah imam dalam keluarga. Mudah-mudahan skripsi
ini bisa menjadi sebuah kado kecil sebagai tanda kasih sayang saya sebagai
anak kepada ayah. Terimakasih ayah telah berusaha menyekolahkan kami
anak-anakmu ini.
3. Nur Asmaq, Ahmad Ansouri, Naziruddin, Abdul Hamid, Abdul Rahman,
dan Abdul Hakim Batubara adalah adik-adikku yang senantiasa juga
memberikan semangat dan dukungan kepada saya untuk menyelesaikan
skripsi ini serta terimakasih juga kepada keluarga besar Batubara yang tidak
mungkin disebutkan namanya yang juga turut serta membimbing saya
hingga terselesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor di Universitas Negeri Medan.
5. Bapak Drs. H. Restu M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
6. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum, sebagi Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
Universitas Negeri Medan sekaligus sebagai Dosen Penguji penulis yang
telah banyak memberikan masukan, kritik dan saran kepada penulis hingga
terselesaikan skripsi ini.
7. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan yang juga merupakan Dosen
Pembimbing Skripsi penulis yang telah memberi banyak sekali arahan dan
iv
atas dorongan mental yang ibu berikan sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini.
8. Bapak Drs. Ponirin, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik penulis
yang telah memberi arahan kepada penulis selama melaksanakan kuliah di
Jurusan Pendidikan Sejarah Unimed.
9. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku Dosen Penguji yang juga telah
banyak mengoreksi dan memberikan masukan kepada penulis hingga skripsi
selesai.
10. Bapak Tappil Rambe, S.Pd, M.Si sebagai Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan kepada penulis hingga terselesaikan skripsi ini.
11. Teristimewa juga buat Dian Dini Anggraini My beloved yang tidak pernah
lelah dan bosan untuk selalu mendampingi, membantu, dan mendukung
penulis mulai dari awal pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
12. Terimakasih buat abang-abang stambuk yang tidak mungkin saya sebutkan
satu per satu dan kawan-kawan satu stambuk terutama kelas A Reguler
Jurusan Pendidikan sejarah yang selalu ada untuk membantu dan memberi
dukungan kepada saya. Kenangan waktu kuliah tidak akan pernah
terlupakan, perdebatan, canda dan tawa itu akan selalu ada.
13. Buat kawan-kawan satu PPL terimakasih telah atas segala perhatiannya
selama kita berada satu posko di Perbaungan. Kalian semua akan selalu
tersimpan dalam memori saya. Gila-gilaan itu akan kita ulangi lagi fren.
14. Buat siswa siswi SMP Negeri 2 Perbaungan yang telah membantu penulis
v
Ada yang bandal, ada yang baik, ada yang ada-ada saja, kalian semua adalah
pengalaman pertama saya ketika mengajar sungguhan. Walaupun kadan
stress mikiri tingkah kalian.
15. Terima kasih kepada Guru-guru saya yang telah memberikan banyak ilmu
dan banyak hal yang belum saya ketahui sebelumnya mulai dari pertama
kali saya sekolah di TK Al-Quran Ulfah Padangsidimpuan kemudian SD
Negeri 10 (SD Manggis) Padangsidimpuan, lanjut ke SMP Negeri 1
Padangsidimpuan, hingga saya masuk ke MAN 2 Model Padangsidimpuan.
Berkat ilmu yang kalian berikan juga saya bisa melanjutkan pendidikan di
Unimed hingga bisa menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala bantuan
dan kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis. Amiiin.
Penulis yakin bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, masukan dan saran yang membangun sangat penulis
butuhkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dan akhirnya penulis
berharap hasil dari penelitian dalam bentuk skripsi ini sedikit banyak membantu
bagi pihak-pihak yang memerlukan, sehingga apa yang telah penulis hasilkan
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Wassalamu‘alaikum, Wr. Wb.
Medan, Juni 2013 Peneliti
vi
B. Identifikasi Masalah... 5
C. Pembatasan Masalah... 5
D. Rumusan Masalah... 6
E. Tujuan Penelitian... 6
F. Manfaat Penelitian... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8
1. Kerangka Konseptual... 8
a. Pengertian Peranan... 8
b. Pengertian Masyarakat... 9
c. Willem Iskander... 11
d. Pengertian Pendidikan... 13
2. Kerangka Berpikir... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 18
A. Metode Penelitian... 18
B. Lokasi Penelitian... 18
C. Populasi dan Sampel... 19
1. Populasi... 19
vii
D. Sumber Data... 20
1. Sumber Primer... 20
2. Sumber Sekunder... 20
E. Teknik Pengumpulan Data... 20
1. Wawancara... 20
2. Literatur... 21
F. Teknik Analisa Data... 21
1. Mengumpulkan Data... 21
2. Mengklarifikasikan Data... 21
3. Menganalisa Data... 21
4. Membuat Kesimpulan... 21
BAB IV PEMBAHASAN... 22
A. Keadaan Geografis dan Budaya Mandailing... 22
1. Kondisi Geografis Mandailing... 22
2. Budaya Masyarakat Mandailing... 23
B. Willem Iskander dalam Pendidikan... 26
1. Kehidupan Masa Kecil Willem Iskander... 26
2. Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga... 29
3. Pendidikan Formal Pertama di Tanah Air... 30
C. Peranan Willem Iskander dalam Bidang Pendidikan... 32
1. Sebagai Guru dan Kerani... 32
2. Willem Iskander di Belanda (Usaha untuk Mewujudkan Cita-citanya Meningkatkan Pendidikan di Mandailing... 34
3. Upaya-upaya Willem Iskander untuk meningkatkan Pendidikan Masyarakat Mandailing... 41
4. Willem Iskander sebagai Guru dan Pengarang... 50
5. Keunggulan-keungulan Willem Iskander... 62
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 72
A. Kesimpulan... 72
B. Saran... 74
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR WAWANCARA
BIODATA INFORMAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan
cara utama untuk mencerdaskan manusia. Jika dilihat secara umum pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pendidikan bisa diperoleh dari lingkungan keluarga (pendidikan informal),
masyarakat (pendidikan nonformal), dan juga dari sekolah (pendidikan formal).
Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa sudah bisa mendapatkan pendidikan
sesuai dengan tingkatan dan potensi yang dimilikinya. Pendidikan merupakan
salah satu organ vital dalam kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa dan negara,
karena pendidikan tidak pernah ada habisnya dan akan terus menerus berlangsung
selama manusia masih hidup.
Sistem pendidikan yang diterapkan oleh suatu bangsa akan menuntun
2
serta kepribadian akan diperoleh dari pendidikan. Di Indonesia pendidikan
dilandasi oleh Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pendidikan di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang, baik
pendidikan secara formal maupun nonformal. Pada masa pemerintahan
Hindia-Belanda di Indonesia, pendidikan formal sudah menjalar di seluruh Nusantara
walupun dengan sistem yang sepenuhnya dibuat oleh Belanda. Pendidikan pada
saat itu hanya diberikan untuk kaum bangsawan Belanda maupun Indonesia.
Pendidikan dengan sistem seperti ini, sangat tidak adil karena jika hanya
kaum bangsawan yang sekolah untuk memperoleh pendidikan maka akan terjadi
ketimpangan dan ketidak adilan bagi rakyat yang tidak mampu. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka banyak sekali tokoh yang mengabdikan dirinya untuk
membantu memajukan pendidikan di Indonesia karena setiap manusia berhak
mendapatkan pendidikan yang layak.
Salah satu tokoh yang tergugah hatinya untuk memajukan pendidikan di
Indonesia adalah Willem Iskander. Willem Iskander berasal dari Mandailing,
tepatnya di Pidoli Lombang. Pada waktu kecilnya Willem Iskander bernama Sati
Nasution dan merupakan keturunan dari seorang raja Mandailing. Beliau
merupakan tokoh pendidikan dan juga sebagai seorang sastrawan (pujangga).
Banyak sekali pemikiran dan tiadakan sosial yang diberikannya dalam usaha
memajukan pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah dengan mendirikan
sekolah (Normaal Kweekschool) di Tanobato, Mandailing. Sekolah tersebut
merupakan sekolah keguruan formal tertua di Sumatera. Selain mendirikan
3
Belanda. Willem iskander sudah menjadi guru mulai dari umur 15 tahun dan
menjadi guru termuda di sekolah formal dalam sejarah.
Sebagai seorang pujangga Willem Iskander telah menciptakan beberapa
karya tulis yang menggunakan bahasa daerah (Mandailing). Salah satu karyanya
yang paling terkenal adalah buku Si Bulus-bulus Si Rumbuk-rumbuk. Buku ini
mengandung makna tentang pentingnya kasih sayang, manusia religius,
pendidikan, nasionalisme, dan mawas diri. Buku ini diterbitkan pada tahun 1872
di Batavia oleh percetakan Landsrukkerij. Setelah dicetak untuk yang pertama
kali, buku ini langsung menjadi bacaan utama di Sekolah Rendah, Sekolah
Rakyat, HIS, dan sekolah dasar.
Dalam usaha memajukan pendidikan di Indonesia, Willem Iskander pernah
mebuat usulan kepada Pemerintahan Belanda untuk memberikan beasiswa kepada
guru-guru muda agar bisa memperoleh pendidikan keguruan di Negeri Belanda
seperti halnya dia sebelumnya. Pada mulanya rancangan ini berjalan seperti yang
diharapkan. Namun setelah satu tahun menjalani pendidikan di Belanda, tiga
orang guru muda yang dibawa oleh Willem Iskander meninggal dunia sehingga
proyek besar yang diimpikannya tersebut gagal dan membuatnya frustasi.
Pada tanggal 27 Januari 1876 Willem Iskander menikah dengan seorang
gadis berkebangsaan Belanda yang bernama Maria Christina Jacoba Winter.
Dengan adanya pernikahan tersebut Willem Iskander dinaturalisasi menjadi warga
Belanda dan diberikan nama Willem Iskander. Namun baru tiga bulan menikah
4
Walaupun Willem Iskander meninggal dunia bukan berarti perjuangannya
untuk memajukan pendidikan di Indonesia telah selesai. Selama hidupnya menjadi
guru, Willem Iskander telah mengajari ratusan murid yang akan meneruskan
perjuangannya untuk menangkat martabat bangsa Indonesia di bidang pendidikan.
Pemikiran-pemikiran dan kearifan yang telah diajarkannya selama ini akan terus
berkembang karena ilmu yang diajarkan tidak akan pernah ada habisnya.
Setelah meninggalnya Willem Iskander, tokoh-tokoh pendidikan di
Indonesia semakin berkembang dengan pemikiran yang lebih modern. Banyak
sekali tokoh-tokoh yang menyumbangkan pemikiran dan gagasannya dalam
rangka mensejahterakan rakyat Indonesia di bidang pendidikan. Pada masa
sekarang ini, pendidikan Indonesia sudah berada dalam taraf yang tinggi karena
telah mampu besaing dengan negara asing.
Namun di balik kesejahteraan yang dirasakan saat ini, ternyata masih
banyak anak-anak sebagai generasi penerus bangsa yang tidak bisa bersekolah
untuk mendapatkan pendidikan secara formal terutama di daerah mandailing
tempat kelahiran tokoh pendidikan Willem Iskander. Dari kenyataan ini kita bisa
kembali melihat ke belakang sehingga akan menimbulkan banyak pendapat
tentang keadaan pendidikan di Mandailing sebelum dan setelah munculnya tokoh
Willem Iskander.
Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Peranan Willem
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
masalah yang teridentifikasi adalah:
1. Keadaan pendidikan di Mandailing pada masa pemerintahan Hindia
Belanda.
2. Keadaan pendidikan di Mandailing setelah muncul peranan tokoh
pendidikan Willem Iskander.
3. Sistem pendidikan yang di tawarkan oleh Willem Iskander pada
masyarakat Mandailing
4. Upaya yang dilakukan oleh Willem Iskander untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Mandailing.
5. Dampak pendidikan yang di berikan oleh Willem Iskander terhadap
pendidikan masa sekarang.
C. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya ruang lingkup yang akan dibahas, sehingga dalam hal ini
mengharuskan peneliti untuk membatasi masalah yang ada agar penulisan ilmiah
ini dapat lebih terarah. Dengan demikian apa yang hendak dicapai dapat
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini peneliti
membatasi masalah pada “Peranan Willem Iskander dalam Upaya
6
D. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana peranan tokoh Willem Iskander dalam upaya meningkatkan
pendidikan masyarakat mandailing ?
2. Apa saja bentuk pendidikan yang ditawarkan oleh Willem Iskandar
untuk meningkatkan mutu pendidikan di Mandailing ?
3. Upaya apa saja yang dilakukan oleh Willem Iskander untuk
mensejahterakan masyarakat dalam bidang pendidikan ?
4. Apakah dampak pendidikan yang diberikan Willem Iskandar bagi
pendidikan masa sekarang ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peranan Willem Iskandar dalam upaya
meningkatkan pendidikan masyarakat mandailing.
2. Untuk mengetahui apa saja bentuk pendidikan yang diberikan oleh
Willem Iskandar.
3. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan Willem Iskander
untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui dampak pendidikan yang diberikan Willem Iskander
7
F. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bermanfaat bagi kepentingan masyarakat agar masyarakat
dapat mengetahui sejarah tokoh pendidikan Willem Iskander.
2. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pembaca untuk mengetahui bagaimana peranan Willem Iskander dalam
upaya meningkatkan pendidikan masyarakat mandailing.
3. Penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dan dapat
pula menjadi sumber bahan bacaan, khususnya Jurusan Pendidikan
Sejarah Universitas Negeri Medan.
4. Sebagai pengembangan ilmu bagi peneliti sendiri dalam rangka
pengembangan selanjutnya.
5. Sebagai pelengkap referensi hasil penelitian dalam ruang lingkup
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah membaca perjalanan hidup dan peranan Willem Iskander dalam
upaya meningkatkan pendidikan di Mandailing, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Willem Iskander merupakan seorang tokoh pejuang pemikir yang bisa
mewujudkan apa yang dipikirkannya yaitu dengan melakukan gerakan
pencerahan dalam upaya meningkatkan martabat bangsa dalam bidang
pendidikan.
2. Willem Iskander merupakan seorang pelopor pendidikan Indonesia
yang telah memulai karirnya sebagai guru pada usia 15 tahun dan
menjadi guru paling muda pertama yang mengajar di sekolah formal
di Indonesia. Untuk menambah pengetahuannya sebagai guru, Willem
Iskander telah belajar dan melakukan studi ilmu keguruan ke Belanda
dan telah mendapatkan sertifikat Hoofdakte (sertifikat guru bantu).
3. Dalam upaya memperlancar program pencerdasan masyarakat
Mandailing, Willem Iskander telah membangun sebuah sekolah guru
yang pertama di Indonesia, yaitu Kweekschool Tanobato yang telah
berhasil menciptakan guru-guru muda. Murid-murid Willem Iskander
73
Sekolah tersebut telah diakui kualitasnya oleh pemerintah Hindia
Belanda dengan mengadakan tes dan inspeksi ke sekolah tersebut.
4. Willem Iskander sangat cerdas dalam melakukan tugasnya sebagai
seorang guru. Dalam mengajar Willem Iskander hanya menggunakan
metode-metode sederhana dengan menggunakan bahasa Mandailing
yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari murid muridnya.
Willem Iskander juga bisa menyusun kurikulum dan kemudian
mengimplementasikannya. Kurikulum yang dibuat Willem Iskander
adalah kurikulum yang nyata yang berhasil memerangi ketakhayulan
yang masih dipercayai masyarakat waktu itu.
5. Willem Iskander adalah orang pertama dari bumiputera yang berhasil
mendidik dan mengembangkan nalar dan naluri guru yang mampu
menjadi pengarang, sehingga gagasan-gagsannya mampu menembus
ruang dan waktu. Dalam salah satu gagasanya kepada Gubernur
Pendidikan Hindia Belanda, Willem Iskander mengatakan bahwa
setiap guru harus mampu menciptakan buku pelajaran sendiri.
6. Willem Iskander merupakan ispirator pejuang kebangsaan melalui
karya-karyanya yang sarat dengan pesan-pesan perjuangan untuk
meraih kemerdekaan dari penjajahan bangsa asing. Buku Willem
Iskander yang paling terkenal adalah Si Bulus Bulus Si Rumbuk
Rumbuk.
7. Semangat perjuangan mencerdaskan bangsa telah diamalkannya
74
beasiswa ke Negeri Belanda guna menambah pengetahuan. Tiga nama
guru muda yang berhasil dibawa oleh Willem Iskander ke Belanda
adalah: 1. Raden Mas Surono dari Jawa, 2. Mas Ardi Sasmita dari
Sunda, 3. Dan Banas Lubis dari Mandailing. Perjuangan ini sebagai
langkah pertama dalam menanamkan semangat nasionalisme di
kalangan intelektual bangsa.
B. Saran
1. Sebagai generasi muda sudah seharusnya kita mengingat jasa dan
peran para pendahulu kita, seperti halnya para pahlawan kita yang
telah memperjuangkan negeri yang tercinta ini hingga saat yang kita
rasakan saat ini. Sangatlah sia-sia apabila seseorang yang telah
mengorbankan jiwa dan raganya demi bangsa lantas kita lupakan
begitu saja. Willem Iskander merupakan slah satu pahlawan yang
harus kita ingat jasanya. Karena beliau maka di Indonesia, terutama di
Sumatera pendidikan menjadi sumber budaya dan sumber pencerahan
bagi masyarakat.
2. Seharusnya buku-buku tentang Willem Iskander sebagai pahlawan
pendidikan dan pencerahan lebih banyak lagi diterbitkan atau bahkan
buku karya Willem Iskander dimunculkan lagi dalam dunia
pendidikan saat ini, karena karya Willem Iskander adalah sebuah
tulisan yang telah terbukti bisa menembus ruang dan waktu. Dengan
75
untuk ikut serta mencerdaskan bangsa terutama di bidang pendidikan.
Willem Iskander bisa menjadi contoh yang nyata bagi guru-guru muda
dalam proses pencerdasan bangsa.
3. Sebagai seorang mahasiswa yang harus banyak membaca guna
menambah wawasan dan perbendaharaan ilmu pengetahuan, harus
membaca buku tulisan tulisan tentang Willem Iskander ini, karena
akan bisa menjadi bahan percontohan bagaimana cara yang tepat
untuk menyampaikan pelajaran dengan metode-metode yang
sederhana. Tidak ada gunanya media canggih pada zaman sekarang ini
apabila seorang guru tersebut tidak bisa mengajak muridnya untuk
mencintai pelajaran yang diajarkannya.
4. Guru-guru masa depan diharapkan mampu meniru bahkan bisa
mengembangkan pendidikan yang telah dibawa oleh Willem Iskander.
Tulus, bijaksana, arif, bertanggungjawab dan jujur merupakan modal
Willem Iskander dalam memperjuangkan cita-citanya untuk
meningkatkan dan mengangkat harkat mertabat bangsa terutama di
bidang pendidikan.
5. Sekali lagi untuk penghargaan kepada Willem Iskander ada baiknya
jika pemerintah mengabadikan perjuangannya dalam bentuk tugu atau
monumen di daerah Mandailing, agar masyarakat yang telah
mengenal Willem Iskander selalu mengingat perjuangannya dan bisa
76
anak-anak muda nantinya monumen tersebut akan memperkenalkan
kepada mereka siapa Willem Iskander.
6. Ada baiknya apabila pemerintah mengadakan suatu kompetisi
kemahiran dan kepiawaian mengajar bagi setiap guru-guru muda.
Nantinya guru muda yang menjuarai akan mendapatkan penghargaan
dari pemerintah. Dengan ini maka akan menjadi suatu motivasi bagi
guru-guru muda untuk lebih meningkatkan keahliannya dalam
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta. Rineka Cipta.
Buchori, Mochtar. (2007). Evolusi Pendidikan di Indonesia dari Kweekschool
sampai ke IKIP. Yogyakarta. Insist Press.
Damsar. (2011). Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta. Pernada Media.
Gottschalk, Louis. (2006). Mengerti Sejarah. Jakarta. UI-Press.
Harahap, Basyral Hamidi, dkk. (1997). Willem Iskander sebagai Pejuang
Pendidikan dan Pejuang Daerah Sumatera Utara. Medan.
Hasbullah. (2012). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (edisi revisi). Jakarta. Raj
Grafindo Persada.
Ihsan, Fuad. (2011). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta. Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. (2007). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta.
Djambatan.
Langgulung, Hasan. (1988). Pendidikan Islam Mengahdapi Abad ke-21. Jakarta.
Pustaka Al-Husna.
Lubis, Damanhuri. (2005). Mandailing dalam Lintasan Sejarah. Medan.
Manullang, Belferik dan Priyatno. (2010). Pendidikan Karakter dalam
Parlindungan, Mangaradja Onggang. (2007). Tuanku Rao. Yogyakarta. Lkis
Yogyakarta.
Shadily, Hassan. (1984). Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia (edisi ke-10).
Jakarta. Bina Aksara.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar (edisi ke-4). Jakarta. Rajawali
Pers.
Willem Iskander. (1957). Si Bulus Bulus Si Rumbuk Rumbuk. Medan. Casso
Medan.