i
ABSTRAK
Muhammad Donny Fitrah. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Video Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Biologi Universitas Negeri Medan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2012.
Penelitian ini ditujukan mengetahui : (1) Pengaruh dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan video pembelajaran, model pembelajaran konvensional dengan media video pembelajaran, dan model pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir mahasiswa biologi Unimed pada materi pembuatan media kultur jaringan Murashige dan Skoog; dan (2) Pengaruh dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan video pembelajaran, model pembelajaran konvensional dengan media video pembelajaran, dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar mahasiswa biologi Unimed pada materi pembuatan media kultur jaringan Murashige dan Skoog. Metode penelitian adalah metode kuasi eksperimen dengan sampel sebanyak 3 kelompok yang ditentukan secara simple random sampling (sampel acak). Setiap kelompok sampel diwakili oleh mahasiswa dari tiga kelas yang berbeda. Kelas yang diambil untuk menjadi sampel adalah kelas pendidikan A, pendidikan B dan Pendidikan Ekstension stambuk 2008. Kelompok A dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan video pembelajaran, kelompok B dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dengan menggunakan video pembelajaran, dan kelompok C dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian menggunakan tes hasil belajar sebanyak 30 soal; tes kemampuan berpikir kritis sebanyak 20 soal dalam bentuk pilihan berganda yang telah diuji validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya. Teknik analisis data menggunakan uji Analisis Varians (Anava) dengan bantuan program SPSS 17.0 (SPSS Inc.).
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar mahasiswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan video pembelajaran, model pembelajaran konvensional dengan menggunakan media video pembelajaran, dan model pembelajaran konvensional, dengan F = 21,464 dan p = 0,000. (2) terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan video pembelajaran, model pembelajaran konvensional dengan menggunakan media video pembelajaran, dan model pembelajaran konvensional, dengan F = 17,206 dan p = 0,000.
ii
ABSTRACT
Muhammad Donny Fitrah. The Influence STAD Type Of Cooperative Learning Model by Using a Video Media Towards Learning Outcomes And Critical Thinking Ability of Students in Biology State University of Medan. Magister Program of State University of Medan. 2012.
The aim of this research was to find out : (1) the influence of STAD type of cooperative learning model which using a learning video, conventional learning model towards thinking ability of unimed biology students in manufacture of tissue culture media Murashige dan Skoog; and (2) the influence of STAD type of cooperative learning model which using a learning video, conventional learning model towards learning outcomes unimed biology students in manufacture of tissue culture media Murashige dan Skoog. The methode of the research was kuasi experiment with used three groups fo sample which using simple random sampling. Each group is represented by a sample of students from three different classes. Classes are taken to be sampled was class A of education, class B of education and extention education ; 2008 generation. Group A used STAD type of cooperative learning model with using learning video, Group B used conventional learning model which using a learning video, and Group C used conventional learning model. The research instrument was used test (30 items); critical thinking ability test (20 multiple choice) which have been tested by validity, reliability, discrimination test, and difficulty of test. The data analysis technique was used Varians Analysis (Anava) by using SPSS 17.0 (SPSS Inc.) program for helping to analyzed the data.
The result showed that : (1) There is significant influence between result of students learning outcome which using STAD type of cooperative learning model with using a learning video, conventional learning model with using a learning video media, and conventional learning model, with F = 22,472 and p = 0,000. (2) There is significant influence between Critical Thinking Ability of Students which using STAD type of cooperative learning model which using learning video, conventional learning model which using a learning video media, and conventional learning model, with F = 13,778 and p = 0,000.
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 7
1.3. Pembatasan Masalah 7
1.4. Perumusan Masalah 8
1.5. Tujuan Penelitian 8
1.6. Manfaat Penelitian 9
BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 10
2.1. Kajian Teori 10
2.1.1. Belajar dan Hasil Belajar 10
2.1.2. Kemampuan Berpikir Kritis 12
2.1.3. Model Pembelajaran 15
2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif 18
2.1.5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Team Achievment Divisions) 21
2.1.6. Model Pembelajaran Konvensional 23
2.1.7. Media Pembelajaran 26
2.1.8. Video Pembelajaran 29
vi
2.2. Kerangka Berpikir 36
2.2.1. Pengaruh Model Pembelajaran dan Video Pembelajaran
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pada
Materi Pembuatan Media Kultur Jaringan
Murashige dan Skoog 36
2.2.2. Pengaruh Model Pembelajaran dan Video Pembelajaran
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pada
Materi Pembuatan Media Kultur Jaringan
Murashige dan Skoog 39
2.3. Pengajuan Hipotesis 41
BAB III. METODE PENELITIAN 42
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 42
3.2. Populasi dan Sampel 42
3.3. Desain Penelitian 43
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 44
3.4.1. Variabel Penelitian 44
3.4.2. Defenisi Operasional 44
3.5. Prosedur Penelitian 46
3.5.1. Perlakuan Kelompok Eksperimen Ayang Memperoleh
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Menggunakan
Video Pembelajaran 47
3.5.2. Perlakuan Kelompok Eksperimen Byang Memperoleh
pembelajaran konvensional dengan Video pembelajaran 48
3.5.3. Perlakuan Kelompok Kontrol Cyang Memperoleh
Pembelajaran Konvensional 49
3.6. Pengontrolan Perlakuan 51
3.7. Teknik Pengumpulan Data 52
3.7.1. Tes Hasil Belajar Mahasiswa. 52
3.7.2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis 53
vii
3.8.1. Uji validitas test 55
3.8.2. Uji Reliabilitas Tes 56
3.8.3. Taraf Kesukaran Tes 56
3.8.4. Daya pembeda tes 57
3. 9. Teknik Analisis Data 60
3.9.1. Analisis Deskriptif 60
3.9.2. Analisis Inferensial 60
3.9.2.1. Uji Prasyarat 60
3.9.2.2. Uji Hipotesis 60
BAB IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian 62
4.1.1. Deskripsi Data 62
4.1.1.1. Deskripsi Data Hasil Belajar Mahasiswa 62
4.1.1.2. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa 64
4.1.2. Pengujian Persyaratan Analisis 66
4.1.2.1. Uji Normalitas Data. 66
4.1.2.2. Uji Homogenitas Data 67
4.1.3. Pengujian Hipotesis Penelitian 67
4.1.3.1. Hipotesis Pertama 68
4.1.3.2. Hipotesis Kedua 69
4.1.4. Kemampuan Mahasiswa Menjawab Tes Hasil Belajar
Pada Materi Pembuatan Media Murasige dan Skoog
Berdasarkan Ranah Kognitif Taksonomi Bloom 71
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 77
4.2.1. Pengaruh Dari Model Pembelajaran dan Video Pembelajaran
Terhadap Kemampuan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Materi
Pembuatan Media Kultur Jaringan Murashige dan Skoog. 77
4.2.2. Pengaruh Dari Model Pembelajaran dan Video Pembelajaran
Terhadap Kemampuan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
Pada Materi Pembuatan Media Kultur Jaringan MS 80
viii
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN 84
5.1. Simpulan 84
5.2. Implikasi 85
5.3. Saran 87
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Hasil Rata-rata Nilai Ujian Final Kultur Jaringan
Mahasiswa Jurusan Biologi Unimed stambuk 2006
Tahun Pelajaran 2009/2010. 3
Tabel 2.1. Sintaks Strategi Pembelajaran Kooperatif. 21
Tabel 2.2. Kriteria Perhitungan Skor Perkembangan. 22
Tabel 2.2. Kriteria Ketiga Kelompok dalam Pembelajaran 23
Tabel 2.3. Perbedaan antara Kelompok Belajar Kooperatif
` dengan Konvensional. 24
Tabel 3.1. Desain Penelitian 43
Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar 53
Tabel 3.3. Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kritis 54
Tabel 3.4. Ringkasan Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Tes 58
Tabel 3.5. Ringkasan Tingkat Kesukaran dan Daya beda Tes Valid 59
Tabel 4.1. Rata-rata Pretes Hasil Belajar Mahasiswa 62
Tabel 4.2. Rata-rata Postes Hasil Belajar Mahasiswa 63
Tabel 4.3. Rata-rata Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa 64
Tabel 4.4. Rata-rata Postes kemampuan berpikir kritis Mahasiswa 65
Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Kolmogrof-Smirnov . 66
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bingkai Dari Penerapan suatu pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran dalam model pembelajaran. 18
Gambar 2.2. Kerucut Pengalaman Edgar Dale 27
Gambar 3.1 Bagan Alur Prosedur Penelitian 50
Gambar 4.1. Hasil Belajar Mahasiswa 63
Gambar 4.2. Kemampuan berpikir kritis Mahasiswa 65
Gambar 4.3. Pengaruh model pembelajaran dan video pembelajaran
terhadap gain hasil belajar 69
Gambar 4.4. Pengaruh model pembelajaran dan video pembelajaran
terhadap gain kemampuan berpikir kritis 71
Gambar 4.5. Kemampuan mahasiswa menjawab tes hasil belajar
berdasarkan ranah kognitif C1 taksonomi Bloom 72
Gambar 4.6. Kemampuan mahasiswa menjawab tes hasil belajar
berdasarkan ranah kognitif C2 taksonomi Bloom. 73
Gambar 4.7. Kemampuan mahasiswa menjawab tes hasil belajar
berdasarkan ranah kognitif C3 taksonomi Bloom. 74
Gambar 4.8. Kemampuan mahasiswa menjawab tes hasil belajar
berdasarkan ranah kognitif C4 taksonomi Bloom. 75
Gambar 4.9. Kemampuan mahasiswa menjawab tes hasil belajar
berdasarkan ranah kognitif C5 taksonomi Bloom. 76
Gambar 4.10. Kemampuan mahasiswa menjawab tes hasil belajar
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Satuan Acara Perkuliahan 92
Lampiran 2. Materi Kultur Jaringan 115
Lampiran 3. Soal Tes Hasil belajar 127
Lampiran 4. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis 133
Lampiran 5. Uji coba Validitas Tes Hasil Belajar 140
Lampiran 6. Uji Coba Reliabilitas Tes Hasil Belajar 141
Lampiran 7. Uji Coba Tingkat Kesukaran dan Daya Beda
Tes Hasil Belajar 142
Lampiran 8. Uji coba Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis 143
Lampiran 9. Uji Coba Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis 144
Lampiran 10. Uji Coba Tingkat Kesukaran dan Daya Beda
Tes Kemampuan Berpikir Kritis 145
Lampiran 11. Pretes Hasil Belajar Kelompok STAD dengan
menggunakan Video Pembelajaran 146
Lampiran 12. Postes Hasil Belajar Kelompok STAD Dengan
Menggunakan Video Pembelajaran 148
Lampiran 13. Pretes Hasil Belajar Kelompok Konvensional
Dengan Menggunakan Video Pembelajaran 150
Lampiran 14. Postes Hasil Belajar Kelompok Konvensional
Dengan Menggunakan Video Pembelajaran 152
Lampiran 15. Pretes Hasil Belajar Kelompok Konvensional 154
Lampiran 16. Postes Hasil Belajar Kelompok Konvensional 156
Lampiran 17. Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok STAD
Dengan Menggunakan Video Pembelajaran 158
Lampiran 18. Postes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok STAD
Dengan Menggunakan Video Pembelajaran 160
Lampiran 19. Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok
xii
Lampiran 20. Postes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok
Konvensional Dengan Menggunakan Video Pembelajaran 164
Lampiran 21. Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok
Konvensional 166
Lampiran 22. Postes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok
Konvensional 168
Lampiran 23. Data Pretes, Postes dan Gain Hasil Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kritis 170
Lampiran 24. Deskripsi Pretes Hasil Belajar Mahasiswa 172
Lampiran 25. Histogram Deskripsi Pretes Hasil Mahasiswa 172
Lampiran 26. Deskripsi Postes Hasil Belajar Mahasiswa 173
Lampiran 27. Histogram Deskripsi Postes Hasil Belajar Mahasiswa 173
Lampiran 28. Deskripsi Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa 174
Lampiran 29. Histogram Deskripsi Pretes Kemampuan Berpikir
Kritis Mahasiswa 174
Lampiran 30. Deskripsi Postes Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa 175
Lampiran 31. Histogram Deskripsi Postes Kemampuan Berpikir
Kritis Mahasiswa 175
Lampiran 32. Deskripsi Gain Hasil Belajar Mahasiswa 176
Lampiran 33. Histogram Deskripsi Gain Hasil Belajar Mahasiswa 176
Lampiran 34. Deskripsi Gain Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa 177
Lampiran 35. Histogram Deskripsi Gain Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
177
Lampiran 36. Penghitungan Normalitas data 178
Lampiran 37. Perhitungan Homogenitas Data (Levene’s Test) 181
Lampiran 38. Pengujian Hipotesis Anova Satu Jalur Gain
Hasil Belajar dan Gain Kemampuan Berpikir Kritis 181
Lampiran 39. Uji Tukey Gain Hasil Belajar 182
Lampiran 40. Uji Tukey Gain Kemampuan Berpikir Kritis 183
Lampiran 41. Garis Besar Program Media (GBPM) 184
Lampiran 42. Naskah Video Pembelajaran 186
Lampiran 43. Dokumentasi Penelitian 196
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran di dalam kelas. Pada proses pembelajaran, anak
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses
pembelajaran lebih diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal
informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi
tanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari,
akibatnya, ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis,
tetapi mereka miskin aplikasi (Sanjaya, 2010: 1).
Penerapan proses belajar mengajar di Indonesia kurang mendorong pada
pencapaian kemampuan berpikir, padahal ketrampilan berpikir merupakan salah
satu modal intelektual yang sangat penting bagi setiap orang dan merupakan
bagian yang fundamental dari kematangan manusia. Kemampuan berpikir
membuat siswa mengetahui bagaimana suatu konsep dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Pengembangan ketrampilan berpikir menjadi sangat
penting bagi siswa di setiap jenjang pendidikan. Dua faktor penyebab tidak
berkembangnya kemampuan berpikir selama ini adalah kurikulum yang umumnya
dirancang dengan target materi yang luas sehingga pengajar lebih terfokus pada
penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman pengajar tentang metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir (Sudaryanto,
2
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara keadaan internal dan
proses kognitif siswa dengan stimulus lingkungan. Hasil belajar merupakan tolak
ukur dari keberhasilan proses pembelajaran. Hasil belajar dapat dilihat dengan
meningkatnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa (Dimyati dan
Mudjiono, 2006: 11). Diantara berbagai hasil belajar yang diperoleh siswa, hasil
belajar dalam aspek kognitif yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah
karena berkaitan langsung dengan kemampuan siswa dalam menguasai bahan
pelajaran.
Mata kuliah kultur jaringan tergolong ke dalam kelompok bidang kajian
teknologi. Materi yang diberikan pada mata kuliah ini adalah dasar-dasar teori
kultur jaringan, media kultur jaringan, pembuatan media, beberapa komposisi
media, macam-macam teknik kultur jaringan, perbanyakan tanaman melalui
kultur jaringan, pemuliaan tanaman secara invitro, produksi metabolit sekunder.
Pada pelaksanaannya banyak materi mata kuliah kultur jaringan ini tergolong baru
untuk mahasiswa, yang terkesan monoton, dan bersifat abstrak bagi mahasiswa
(Harahap, 2010: 161)
Hasil studi awal yang dilakukan peneliti pada Dosen pengampu mata kuliah
kultur jaringan menunjukkan bahwa hasil belajar mahasiswa rendah yang
dibuktikan dari perolehan nilai ujian final dari empat kelas tahun pelajaran
2009/2010. Nilai rata-rata dari ujian final mahasiswa masih belum bisa
mendapatkan nilai B (80-89). Hasil rata-rata nilai ujian final kultur jaringan
mahasiswa jurusan biologi Unimed stambuk 2006 tahun pembelajaran 2009/2010
3
Tabel 1.1. Hasil Rata-rata Nilai Ujian Final Kultur Jaringan Mahasiswa Jurusan Biologi Unimed stambuk 2006 Tahun Pelajaran 2009/2010.
Kelas Nilai Nilai Nilai Tertinggi Terendah Rata-rata
Pendidikan A 90 43 70,3 Pendidikan B 90 40 70,4 Pendidikan ekstension 90 50 67,6 Non Kependidikan 90 60 75,3
Sumber : DPNA Mata Kuliah Kultur Jaringan Jurusan Biologi FMIPA Unimed stambuk 2006 Tahun Pelajaran 2009/2010.
Rendahnya hasil belajar mahasiswa dapat disebabkan oleh kurang tepatnya
media pembelajaran yang diberikan, pembelajaran berpusat pada dosen,
mahasiswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk membangun
dan menemukan sendiri pengetahuannya, sehingga mahasiswa hanya menghafal
fakta-fakta dari buku.
Armstrong (2007: 163) melaporkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terjadi
karena banyak melibatkan interaksi antar siswa serta didasarkan pada kerja tim
yang heterogen, sehingga individu harus memiliki sikap tanggung jawab,
berkomunikasi, mengevaluasi dan saling ketergantungan positif dengan sesama
anggota kelompok.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh ahli pendidikan.
Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian Slavin (dalam Rusman, 2011:
205) menyatakan bahwa : pertama, penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan
hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,
4
merealisasikan kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah,
mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.
Arsyad (2005: 29) berpendapat agar proses belajar mengajar dapat berhasil
dengan baik, sebaiknya siswa diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya.
Levie & Levie (dalam Arsyad, 2005: 31) menyatakan bahwa belajar melalui
stimulus gambar atau visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk
tugas-tugas seperti mengingat dan mengenali kembali.
Pelibatan berbagai organ tubuh mulai telinga (audio), mata (visual), dan
tangan (kinetik) membuat informasi lebih mudah di mengerti (Arsyad, 2004: 50).
Deporter (2000: 214) mengungkapkan manusia dapat menyerap suatu materi
sebanyak 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio visual), sedangkan dari
yang dilihatnya hanya 30% (visual), dari yang didengarnya hanya 20% (audio),
dan dari yang dibaca hanya 10%. Biologi merupakan subjek visual yang sering
mengandung urutan proses dinamis yang kompleks dan konsep-konsep abstrak,
Oleh karenanya, penggunaan media visual dan audio visual mampu membuat
siswa lebih mudah mengerti untuk mempelajari suatu materi.
Kurniawan, dkk (2011: 222) mengemukakan dengan menggunakan media
video pembelajaran, siswa diharapkan dapat memperoleh persepsi dan
pemahaman yang sama dan benar, selain siswa dapat menerima materi mata
pelajaran. Sedangkan guru diharapkan dapat mengikat siswa selama pembelajaran
berlangsung dan membantunya mengingat kembali dengan mudah berbagai
pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari. Video juga dapat digunakan
5
sehingga memudahkan siswa dalam mengamati dan menirukan langkah-langkah
suatu prosedur yang harus dipelajari
Media video dapat digunakan untuk menerangkan program-program formal
yang sistematis yang dipakai sebagai bagian integral dari suatu pelajaran sekolah
atau lembaga-lembaga pendidikan yang lain. Pemakaian video untuk tujuan
kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal
kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi.
Untuk tujuan psikomotor dapat digunakan untuk memperlihatkan ketrampilan
gerak, Melalui media video siswa dapat memberikan umpan balik secara visual
terhadap kemampuan mereka mencobakan ketrampilan yang menyangkut gerakan
tadi. Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media
yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi (Munadi, 2008: 128).
Mahasiswa jurusan biologi stambuk 2008 pada semester genap tahun
pelajaran 2011/2012 mengalami penurunan beban sks untuk mata kuliah kultur
jaringan, yaitu dari 4 sks yang terdiri dari 3 sks untuk teori dan 1 sks untuk praktik
menjadi 2 sks yang mempelajari teori tanpa adanya praktik, hal ini tentunya dapat
mengakibatkan kurang maksimalnya pengetahuan mahasiswa mengenai kultur
jaringan karena materi kultur jaringan sebagian besar terdiri dari proses, yaitu
mulai dari pembuatan media, Pengambilan eksplan, sterilisasi, multiplikasi,
pengakaran sampai aklimatisasi. Kultur jaringan lebih lengkap jika diajarkan
dengan mengamati setiap prosedur dalam pembuatan kultur jaringan. Oleh
karenanya pengajar diharapkan untuk lebih memanfaatkan media pembelajaran
6
mahasiswa dapat mengamati setiap proses dalam pengerjaan kultur jaringan
secara audio visual.
Dari wawancara kepada mahasiswa yang mengikuti mata kuliah kultur
jaringan, peneliti mendapatkan informasi bahwa dosen belum menggunakan
media video pembelajaran di dalam proses pembelajaran. Media yang digunakan
pada saat pembelajaran masih berupa media visual dengan menggunakan LCD,
sehingga diperlukan pengembangan media dalam bentuk audio – visual yang
dapat meningkatkan minat belajar, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar dan
pemahaman mahasiswa terhadap proses pembuatan media kultur jaringan.
Berdasarkan fakta di atas, maka penulis berpendapat bahwa untuk
mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran kultur jaringan adalah
memperhatikan faktor–faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa agar
diperoleh pembelajaran yang efektif, mampu meningkatkan kemampuan berfikir
kritis siswa sehingga hasil belajar mereka akan sejumlah informasi yang akan
berdampak pada hasil belajar kognitifnya. Permasalahan tersebut disadari pula
bahwa pengaruh pemilihan media pembelajaran dan model pembelajaran
merupakan beberapa faktor eksternal yang penting dalam meningkatkan
kemapuan berfikir kritis sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa apabila
media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan karakteristik mereka.
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan video
pembelajaran akan dilakukan pada materi pembuatan media kultur jaringan. Hal
ini dilakukan untuk memperoleh fakta yang jelas mengenai pengaruh berfikir
7
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka masalah
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Hasil belajar kultur jaringan secara rata-rata masih rendah.
2. Mahasiswa kurang aktif terlibat dalam pembelajaran kultur jaringan, diduga
karena model pembelajaran dosen selama ini masih didominasi oleh
pembelajaran yang berpusat pada dosen (teacher center).
3. Dosen kurang memanfaatkan media pembelajaran.
4. Proses pembelajaran kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan
berpikir siswa.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka terdapat banyak permasalahan
yang perlu dicari jalan pemecahannya sehubungan pengaruh penggunaan
pembelajaran berbasis masalah menggunakan media video pembelajaran terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka penelitian ini mencoba membatasi permasalahan pada:
1. Materi pelajaran yang dibelajarkan dalam penelitian ini dibatasi dengan materi
pembuatan media kultur jaringan Murashige dan Skoog (MS).
2. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan meliputi tipe STAD dan model
pembelajaran konvensional. Model pembelajaran konvensional yang
8
3. Media Pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi disajikan
dalam bentuk video pembelajaran yang dikemas dalam program Adobe
Primier pro CS3.
4. Hasil belajar merupakan tes hasil belajar yang dibatasi pada ranah kognitif
C1-C6 dari materi yang telah ditetapkan.
5. Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa dalam memeriksa dan memecahkan masalah dengan cara
berpikir kritis. Berpikir kritis diukur dengan tes berpikir kritis Cornell
1.4. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh dari model pembelajaran dan video pembelajaran
terhadap kemampuan hasil belajar mahasiswa pada materi pembuatan media
kultur jaringan Murashige dan Skoog?
2 Apakah ada pengaruh dari model pembelajaran dan video pembelajaran
terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada materi pembuatan media
kultur jaringan Murashige dan Skoog?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh dari model pembelajaran dan video pembelajaran terhadap
kemampuan hasil belajar mahasiswa pada materi pembuatan media kultur
9
2. Pengaruh dari model pembelajaran dan video pembelajaran terhadap
kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada materi pembuatan media kultur
jaringan Murashige dan Skoog.
1.6. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
khasanah pemikiran untuk pengembangan ilmu pengetahuan berkaitan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media video pembelajaran.
Secara praktis : (1) Penelitian ini dapat dimanfaatkan para guru, dosen
maupun lembaga-lembaga pendidikan, sebagai usaha peningkatan variasi untuk
pengembangan model pembelajaran dan media pembelajaran di kelas , khususnya
dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media video pembelajaran;
(2) Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengambil kebijakan dan
sebagai masukan dalam pengembangan pendidikan, terutama yang berkaitan
dengan pengadaan fasilitas pendidikan; (3) Bagi peneliti lain sebagai bahan
masukan untuk memotivasi atau menumbuhkan inspirasi atau ide-ide baru dalam
84
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab
IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran dan video
pembelajaran terhadap hasil belajar dari ketiga kelompok mahasiswa.
Hasil uji lanjut menunjukkan:
Hasil belajar pembuatan media kultur jaringan Murashige dan
Skoog dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan menggunakan video pembelajaran lebih baik
daripada pembelajaran dengan model konvensional.
Hasil belajar pembuatan media kultur jaringan Murashige dan
Skoog dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan menggunakan video pembelajaran tidak berbeda
signifikan daripada pembelajaran konvensional dengan
menggunakan video pembelajaran.
Hasil belajar pembuatan media kultur jaringan Murashige dan
Skoog dengan menggunakan model konvensional dengan
menggunakan video pembelajaran lebih baik daripada
85
2) Terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran dan video
pembelajaran terhadap keamampuan berpikir kritis dari ketiga
pendekatan. Hasil uji lanjut menunjukkkan :
Kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan video
pembelajaran lebih baik dari pada pembelajaran model
konvensional dengan menggunakan video pembelajaran.
Kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan video
pembelajaran tidak berbeda signifikan daripada pembelajaran
konvensional dengan menggunakan video pembelajaran
Kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan model
pembelajaran pembelajaran model konvensional dengan
menggunakan video pembelajaran lebih baik dari pada
pembelajaran konvensional.
5.2. Implikasi
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dikemukakan bahwa hasil belajar
dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan video pembelajaran
dan mahasiswa yang dibelajarkan secara konvensional menggunakan media video
pembelajaran lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan model konvensional.
Materi pembutan media kultur jaringan Murashige dan Skoog yang banyak
86
dan Skoog sangat baik bila ditampilkan di kelas dengan menggunakan media
video pembelajaran. Dengan melihat prosedur pembutan media secara utuh akan
berdampak positif terhadap hasil belajar dan pada peningkatan kemampuan
menggunakan logika untuk berpikir secara kritis.
Video pembelajaran yang digunakan secara tepat akan turut menentukan
berhasilnya suatu proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Media video merupakan bagian dari media pembelajaran audio-visual
dimana bahan pelajaran dapat divisualisasiskan secara nyata.
Dengan menggunakan media video pembelajaran, siswa diharapkan dapat
memperoleh persepsi dan pemahaman yang sama dan benar, selain siswa dapat
menerima materi mata pelajaran. Sedangkan guru diharapkan dapat mengikat
siswa selama pembelajaran berlangsung dan membantunya mengingat kembali
dengan mudah berbagai pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari.
Penelitian ini juga mempertegas bahwa video berguna untuk memperjelas
konsep-konsep abstrak dan proses dinamis dalam pembelajaran kultur jaringan sehingga
penting bagi pengajar untuk menghadirkannya dalam proses pembelajaran, namun
karena model pembelajaran tidak mempengaruhi secara signifikan hasil belajar
dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa oleh karenanya perlu digali lagi
perpaduan Model Pembelajaran Kooperatif mana yang lebih baik jika dibelajarkan
dengan menggunakan media Audiovisual masih mencari media yang lebih baik
87
5.3. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka sebagai tindak lanjut
dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Perencanaan, pembuatan dan penggunaan media video pembelajaran yang
sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran harus lebih dioptimalkan,
sehingga dapat digunakan dalam proses pembealajaran terutama dalam
menjelaskan proses atau prosedur yang ada di dalam materi yang tentunya
akan lebih meningkatkan pemahaman siswa di dalam pembelajaran dan
meningkatkan minat mahasiswa di dalam proses pembelajaran.
2. Hendaknya dalam menerapkan model pembelajaran, pendidik dapat
merencanakan dengan baik langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan agar mahasiswa dapat lebih aktif didalam proses