• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENINGKATAN KINERJA KELAS, KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEPUASAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU SMP NEGERI SE-GUGUS 01 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENINGKATAN KINERJA KELAS, KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEPUASAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU SMP NEGERI SE-GUGUS 01 MEDAN."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KEPUASAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU

SMP NEGERI SE-GUGUS 01 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

RUMEDI SIREGAR

NIM: 8106131036

PROGRAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PASCA SARJANA UNIVERSIRTAS NEGERI MEDAN

(2)

TERHADAP KEPUASAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU

SMP NEGERI SE-GUGUS 01 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

RUMEDI SIREGAR

NIM: 8106131036

PROGRAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PASCA SARJANA UNIVERSIRTAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)

TERHADAP KEPUASAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU

SMP NEGERI SE-GUGUS 01 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

RUMEDI SIREGAR

NIM: 8106131036

PROGRAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PASCA SARJANA UNIVERSIRTAS NEGERI MEDAN

(7)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... v

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... xi

Daftar

Lampiran………. xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.

Latar Belakang Masalah

……….

1

B.

Identifikasi Masalah

………..

18

C.

Batasan Masalah

………..

18

D.

Rumusan Masalah

……….

19

E.

.

Tujuan Penelitian

………..

19

F.

.

Manfaat Penelitian

……….

20

BAB II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS ... 21

A.

Kerangka Teoritis

……….

21

1. Kepuasan Produktivitas Kerja ... 21

2. Motivasi Berprestasi ... 26

3. Kepemimpinan Partisipatif... 30

4. Peningkatan Kinerja Kelas ... 35

B. Penelitian Yang Relevan ... 46

(8)

1. Pengaruh Peningkatan Kinerja Kelas Dengan Kepuasan Produktivitas

Kerja Guru ... 47

2. Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Terhadap Kepuasan Produktivitas

Kerja Guru ... 48

3. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kepuasan Produktivitas Kerja

Guru ... 48

4. Pengaruh Peningkatan Kinerja Kelas Terhadap Motivasi Berprestasi ... 49

5. Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Terhadap Motivasi Berprestasi Guru ... 50

D. Pengajuan Hipotesis... 51

BAB III . METODOLOGI PENELITIAN ... 53

A.

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

1.

.

Lokasi penelitian

………...

53

2.

.

Waktu Penelitian……….

53

B.

Populasi dan Sampel ... 53

1. Populasi ... 53

2. Sampel... 54

C.

Desain Penelitian ... 59

D.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 60

E.

Instrumen Penelitian ... 61

1. Penyusunan Instrumen ... 61

2. Skala Pengukuran ... 61

3. Uji Coba Instrumen... 63

F.

Teknik Analisis Data ... 65

(9)

BAB IV . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 72

A.

Deskripsi Data Penelitian ... 72

1.

Kepuasan Produktivitas Kerja

………...

73

2.

.

Peningkatan Kinerja Kelas

………..

75

3.

.

Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah

………..

77

4.

.

Motivasi Berprestasi Guru

……….

79

B.

Tingkat Kecenderungan Data Penelitian ... 81

1. Variabel Kepuasan Produktivitas Kerja ... 81

2. Variabel Peningkatan Kinerja Kelas ... 83

3. Variabel Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah ... 83

4. Variabel Motivasi Berprestasi Guru ... 86

C.

Uji Persyaratan Analisis... 87

1

Uji Normalitas

………

88

2

Uji Homogenitas

………..

89

3

Uji Linieritas dan Keberartian

………..

90

D. Perhitungan Koefisien Korelasi... 94

E.

Perhitungan Koefisien Jalur ... 95

F.

Pengujian Hipotesis ... 95

1.

Uji Hipotesis 1: Pengaruh secara langsung Peningkatan Kinerja Kelas

terhadap Kepuasan Produktivitas Kerja Guru ... 97

2.

.

Uji Hipotesis 2: Pengaruh secara langsung Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Sekolah terhadap Kepuasan Produktivitas Kerja Guru ... 97

(10)

4.

Uji Hipotesis 4: Pengaruh secara langsung Peningkatan Kinerja Kelas terhadap

Motivasi Berprestasi Guru

………...

99

G.

Uji

Kesesuaian Model………..

.. 100

H.

Temuan Penelitian ………..101

I.

Pembaha

san………. ………..106

J.

Keterbatasan Penelitian ………117

BAB V.

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN………... 118

A.

Simpulan

………..…

118

1.

Simpulan Deskriptif

……….118

2.

Simpulan Inferen

sial………120

B.

Simpulan

………..… 122

C.

Saran

………..………127

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fokus Teori Motivasi ... 27

Tabel 3.1 Data Guru SMP Negeri se-Gugus 01 Medan ... 53

Tabel 3.2 Strata Populasi Penelitian ... 54

Tabel 3.3 Distribusi Jumlah Sampel ... 55

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Penentuan Besarnya Sampel ... 57

Tabel 3.5 Penentuan Sampel Setiap Unit SMP Negeri se-gugus 01 Medan Tahun 2012... 58

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 62

Tabel 4.1 Ringkasan Karakteristik Data Setiap Variabel Penelitian

……….72

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel

Produktivitas Kerja ……….74

Tabel 4.3 Distribusi Variabel

Peningkatan Kinerja Kelas………...76

Tabel 4.4 Distribusi Variabel

Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah……….78

Tabel 4.5 Distribusi Variabel

Motivasi Berprestasi Guru……….80

Tabel 4.6 Kategori Kecenderungan Data Variabel

Kepuasan ProduktivitasKerja……….82

Tabel 4.7 Kategori Kecenderungan Data Variabel P

eningkatan Kinerja Kelas ………….84

Tabel 4.8 Kategori Kecenderungan Variabel

Kepemimpinan Partisipatif …….………….85

Tabel 4.9 Kategori Kecenderungan Variabel

Motivasi Berprestasi Guru …….………….87

Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Setiap Variabel Penelitian

…….………88

Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Setiap Variabel Penelitian

……….………90

(12)

Tabel 4.13 Ringkasan ANAVA untuk Persamaan Regresi X

4

Atas X

2………91

Tabel 4.14 Ringkasan ANAVA untuk Persamaan Regresi X

4

Atas X

3………92

Tabel 4.15 Ringkasan ANAVA untuk Persamaan Regresi X

3

Atas X

1………93

Tabel 4.16 Ringkasan ANAVA untuk Persamaan Regresi X

4

Atas X

\2………94

Tabel 4.17 Ringkasan

Hasil Koefisien Korelasi………

95

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Kepuasan Produktivitas Kerja ... 134

Lampiran 2 Angket Peningkatan Kinerja Kelas ... 134

Lampiran 3 Angket Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah ... 138

Lampiran 4 Angket Motivasi Berprestasi Guru ... 140

Lampiran 5 Tabulasi Validitas Uji Coba Instrumen Kepuasan Produktivitas Kerja ... 142

Lampiran 6 Tabulasi Validitas Uji Coba Instrumen Peningkatan Kinerja kelas ... 143

Lampiran 7 Tabulasi Validitas Uji Coba Instrumen Kepemimpinan Partisipatif ... 144

Lampiran 8 Tabulasi Validitas Uji Coba Instrumen Motivasi Berprestasi ... 145

Lampiran 9 Perhitungan Validitas Instrumen Kepuasan Produktivitas Kerja ... 146

Lampiran 10 Perhitungan Validitas Instrumen Peningkatan Kinerja kelas ... 148

Lampiran 11 Perhitungan Validitas Instrumen Kepemimpinan Partisipatif ... 150

Lampiran 12 Perhitungan Validitas Instrumen Motivasi Berprestasi ... 152

Lampiran 13 Tabulasi Reliabilitas Uji Coba Instrumen Kepuasan Produktivitas Kerja 154

Lampiran 14 Tabulasi Reliabilitas Uji Coba Instrumen Peningkatan Kinerja kelas ... 155

Lampiran 15 Tabulasi Reliabilitas Uji Coba Instrumen Kepemimpinan Partisipatif... 156

Lampiran 16 Tabulasi Reliabilitas Uji Coba Instrumen Motivasi Berprestasi ... 157

Lampiran 17 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Kepuasan Produktivitas Kerja... 158

Lampiran 18 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Peningkatan Kinerja kelas ... 160

Lampiran 19 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Kepemimpinan Partisipatif ... 162

Lampiran 20 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Motivasi Berprestasi ... 164

Lampiran 21 Data Hasil Penelitian ... 166

Lampiran 22 Perhitungan Statistik Dasar dan Distribusi Frekuensi ... 168

Lampiran 23 Identifikasi Tingkat Kecenderungan Penelitian ... 174

Lampiran 24 Uji Normalitas ... 177

Lampiran 25 Uji Homogenitas ... 189

Lampiran 26 Uji Kelinieran dan Persamaan regresi ... 204

Lampiran 27 Perhitungan Koefisien Korelasi Antar Variabel Penelitian ... 204

Lampiran 28 Perhitungan Koefisien Jalur Variabel Penelitian ... 207

Lampiran 29 Perhitungan Uji Hipotesis ... 211

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerja guru merupakan kumpulan dari berbagai tugas untuk mencapai

tujuan pendidikan. Kepuasan dalam menjalankan tugas merupakan aspek penting

bagi kinerja atau produktivitas guru itu sendiri. Hal ini disebabkan sebagian besar

waktu guru digunakan untuk bekerja. Pada umumnya pekerjaan guru dibagi dua

yakni pekerjaan berhubungan dengan tugas mengajar, mendidik dan

tugas-tugas kemasyarakatan (sosial). Di lingkungan sekolah, guru mengemban tugas-tugas

sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar, guru memberikan pengetahuan

(kognitif), sikap dan nilai (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Oleh karena

itu, guru memiliki tugas dan tanggung jawab moral yang besar terhadap

keberhasilan siswa, namun demikian guru bukanlah satu-satunya faktor penunjang

keberhasilan siswa.

Berdasarkan paradigma pengelolaan pendidikan berbasis sekolah (MBS),

seluruh komponen sekolah dituntut untuk bekerja dengan memberikan pelayanan

sebaik-baiknya kepada pemakai sekolah seperti siswa, orang tua, dan masyarakat.

Salah satu faktor yang menunjang guru untuk bekerja dengan sebaik-baiknya

yaitu kepuasan kerja. Artinya jika guru puas terhadap perlakuan organisasi

(sekolah) maka mereka akan bekerja penuh semangat dan bertanggung jawab.

Kepuasan kerja (job satisfaction) guru merupakan sasaran penting dalam

manajemen sumber daya manusia, karena secara langsung maupun tidak langsung

akan mempengaruhi produktivitas kerja. Suatu gejala yang dapat membuat

(15)

dimana timbul gejala seperti kemangkiran, malas bekerja, banyaknya keluhan

guru, rendahnya prestasi kerja, rendahnya kualitas pengajaran, indisipliner guru

dan gejala negatif lainnya. Sebaliknya kepuasan kerja yang tinggi tentunya

berhubungan dengan hasil positif, yang tentunya sangat diharapkan oleh seluruh

komponen sekolah. Kepuasan terhadap produktivitas kerja yang tinggi

menandakan bahwa sebuah organisasi sekolah telah dikelola dengan baik dengan

manajemen yang efektif dan pemberdayaan sumberdaya manusianya telah

berjalan secara baik. Kepuasan produktivitas kerja yang tinggi menunjukkan

kesesuaian antara harapan guru dengan imbalan dan perlakuan yang disediakan

oleh organisasi.

Meningkatkan kepuasan kerja bagi guru merupakan hal yang sangat

penting, karena menyangkut masalah produktivitas kerja guru yang merupakan

salah satu langkah dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan kepada siswa.

Ada beberapa alasan mengapa kepuasan produktivitas kerja guru dalam tugasnya

sebagai pendidik perlu untuk dikaji lebih lanjut. Pertama : Guru memainkan

peranan yang begitu besar di dalam sebuah sekolah. Tugas mereka bukan hanya

sekedar memberikan pelajaran seperti yang terkandung di dalam garis besar

pengajaran dalam kurikulum formal, malah meliputi seluruh aspek kehidupan

yang lain mungkin tidak tercantum dalam mata pelajaran secara nyata, tetapi

meliputi pelajaran-pelajaran yang terkandung dalam kurikulum yang tersembunyi

dalam sistem pendidikan di sebuah negara. Kemajuan suatu bangsa punya kaitan

erat dengan pendidikan. Pendidikan di sini bukan sekedar sebagai media

(perantara) dalam menyampaikan kebudayaan dari generasi ke generasi,

(16)

mengembangkan kehidupan berbangsa yang baik. Bagi suatu bangsa yang sedang

membangun terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah

lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih. Semakin akurat

para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin, tercipta, dan terbinanya

kesiapan dan keandalan sebagai manusia pembangunan. Oleh karena itu

peningkatan kepuasan kerja yang diperoleh para guru akan mendorong guru untuk

melaksanakan fungsinya sebaik mungkin.

Kedua : adanya fenomena mengenai penurunan kinerja guru, hal ini dapat

terlihat dari guru yang mangkir dari tugas, guru yang mengajar saja tapi fungsi

mendidiknya berkurang. Sebagaimana menurut Mudasir (2011: 23) menyatakan

akhir-akhir ini jumlah tenaga guru semakin sedikit, sebaliknya jumlah pengajar

terus membengkak. Demikian menurut Makawimbang (2011: 31) mengatakan

Indonesia saat ini minus tenaga guru, yang banyak adalah tenaga pengajar. Dia

bekerja per jam, dan setiap jam minta bayaran. Selanjutnya, Guru menurut Rivai

dan Murni (2009: 56) lebih dari sekedar pengajar. Guru merupakan pusat teladan

dan panutan. Guru punya pengaruh terhadap siswanya. Apa yang dilontarkan di

atas bisa disebabkan oleh rendahnya kepuasan kerja guru sehingga guru tidak lagi

menghayati peranannya sebagai seorang pendidik.

Ketiga : Peningkatkan mutu pendidikan secara formal aspek guru

mempunyai peranan penting dalam mewujudkannya, disamping aspek lainnya

seperti sarana dan prasarana, kurikulum, siswa, manajemen, dan pengadaan buku.

Dimana menurut Djamarah dan Zain (2006: 1) guru merupakan kunci

keberhasilan pendidikan, sebab inti dari kegiatan pendidikan adalah belajar

(17)

jelaslah bahwa keberhasilan pendidikan yang terutama adalah faktor guru sebagai

tenaga pendidikan yang profesional. Salah satu hal yang patut dipertimbangkan

adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara

meningkatkan kepuasan kerjanya, sebab jika kepuasan terhadap kinerja guru

meningkat maka guru akan berusaha untuk meningkatkan mutu pengajarannya.

Berdasarkan alasan di atas, jelas bahwa kepuasan produktivitas kerja guru

menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sekolah. Sebab, produktivitas kerja

guru adalah perbandingan antara hasil kerja guru yang dicapai dengan target yang

sudah ditentukan. Sedangkan kepuasan produktivitas kerja guru sebagai keadaan

emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang atau dengan

kata lain, kepuasan produktivitas kerja guru adalah perasaan guru terhadap hasil

pekerjaannya sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Artinya, kepuasan

produktivitas kerja guru merupakan hasil interaksi antara perasaan senang dan

tidak senang terhadap hasil pekerjaannya sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Burhanuddin (2009: 4) setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan

kerja yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang dianut pada dirinya dan

target yang ditetapkan.

Kepuasan produktivitas kerja guru yang dicapai dengan target yang telah

ditetapkan, tentunya memiliki dampak yang sangat besar terhadap keberhasilan

pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Sebab guru yang baik akan berusaha

untuk melakukan kerja yang terbaik bagi terwujudnya tujuan pendidikan. Guru

yang baik akan memiliki rasa kepedulian, kecintaan dan terus berupaya

meningkatkan kerja dan kepuasan produktivitas mengajarnya. Makawimbang

(18)

belajar mengajar, yaitu membantu dan memfasilitasi peserta didik agar mengalami

dan melaksanakan proses belajar mengajar yang berkualitas. Menghasilkan out

put pengajaran yang berkualitas akan berdampak pada meningkatnya kepuasan

batin atau diri guru terhadap kerja yang selama ini ia lakukan. Sergiovanni dalam

Sagala (2007: 183) sekolah yang efektif dapat mempengaruhi kepuasan kerja yang

secara eksplisit muncul sebagai performansi dan kinerja guru dalam bentuk

kehadiran, kesehatan fisik dan kesehatan mental serta keyajinan yang kuat akan

tujuan. Oleh karena itu, faktor penentu produktivitas kerja sumber daya manusia

di sekolah adalah bagaimana mengukur kepuasan terhadap hasil kerjanya.

Berkaitan itu, agar sekolah dapat mencapai kinerja yang diharapkan,

tentunya sekolah memerlukan guru yang memiliki jiwa dan etos kerja yang tinggi

dalam melaksanakan berbagai tugas pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Apapun bentuk dan kegiatan suatu sekolah, guru selalu memainkan peranan yang

penting di dalamnya. Sebab, jika produktivitas kerja seorang guru menurun,

tentunya akan berdapak terhadap proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran di

sekolah. Pentingnya produktivitas mengajar guru juga disampaikan oleh Mudasir

(2011: 16) menyatakan di sekolah, guru melaksanakan dua kegiatan pokok, yakni

mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya proses

mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa. Selanjutnya

mengelola siswa tidak hanya mengatur kelas, fasilitas dan aktivitas siswa.

Kegiatan pengelolaan kelas dimaksud untuk menciptakan dan mempertahankan

suasana kelas maupun kondisi kelas. Oleh karena itu, penurunan terhadap

produktivitas kerja guru dalam mengelola pendidikan di kelas maupun di luar

(19)

tujuan pengajaran secara efektif. Demikian menurut Sinungan (2009 : 16)

menyatakan produktivitas kerja karyawan yang menurun bila tidak di atasi dengan

baik maka out organisasi tersebut akan cenderung mengalami penurunan yang

signifikan.

Berkaitan dengan uraian di atas, berdasarkan hasil pengamatan peneliti

dan data di sekolah SMP Negeri se-Gugus 01 Medan, diketahui bahwa selama

priode waktu tahun pelajaran mulai 2007//2008 – 2011//2012 kinerja sekolah

SMP Negeri 1 dan SMP yang termasuk dalam gugus sekolah belum pernah

meraih predikat sekolah dengan prestasi terbaik. Selanjutnya, berdasarkan data

Dinas Pendidikan Kota Medan, ketercapaian keberhasilan pada evaluasi belajar

secara nasional (UN) untuk tahun 2012 ini, rata-rata prestasi yang diraih masih

sangat sejauh dari harapan. Dari empat bidang studi yang di ujiankan, hanya

bidang studi Matematika yang mencapai rata-rata 8.99 dalam kategori baik.

Sedangkan yang lainnya masih dalam kategori cukup.

Jika dicermati hasil tersebut di atas, tentunya apa yang diharapkan

terhadap proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah tentunya ini belum

memuaskan. Baik bagi pihak sekolah, siswa, orang tua siswa maupun masyarakat

dan pemerintah. Hasil belajar siswa yang rendah, implikasinya tentu pada tingkat

kepuasan yang rendah. Untuk menghasilkan out put dari proses pembelajaran

maka perlu diimbangi dengan tingkat produktivitas kerja komponen sekolah yang

tinggi dalam mengembangkan seluruh potensi sumberdaya sekolah melalui

pelayanan bimbingan dan pelatihan kepada siswa secara intensif, penambahan

waktu belajar dan penguatan terhadap remedial bagi siswa yang belum tuntas

(20)

malakukan review ulang program kerja yang telah dilaksanakan dengan

melibatkan seluruh personel sekolah.

Menurut pengamatan peneliti salah satu faktor rendahnya kepuasan

produktivitas kerja guru disebabkan pemberdayaan guru belum dilakukan secara

maksimal. Praktik yang dijalankan oleh praktik kepemimpinan kepala sekolah

yang cendrung bersifat subyektif dan otoriter kepada guru-guru dalam

pengambilan kebijakan tentang strategi peningkatan mutu sekolah dan karier.

Managemen berbasis sekolah (MBS) yang seyogyanya menerapan manajemen

partisipasi aktualisasi dilapangan masih jauh dari kenyataan. Keterlibatan seluruh

guru dalam pengambilan kebijakan dan rencana kerja sekolah relatif sangat

rendah. Seperti keterlibatan guru secara langsung dalam penyusunan dan

pengalokasian belanja sekolah serta pemanfaatan dana BOS (Bantuan Operasional

Sekolah) dalam rencana kerja tahunan sekolah masih jauh dari harapan guru.

Sehingga program-program kerja sekolah dan praktik kerjanya dilapangan selalu

bertentangan dan tidak sesuai dengan harapan maupun diinginkan kebutuhan guru

dilapangan. Guru sebagai pelaksana kegiatan sekolah, maka guru tentunya yang

banyak mengerti tentang kebutuhan sekolah dan siswanya. Pengelolaan belajar,

kelas, kesiswaan, penilaian dan hasil belajar siswa dan lain sebagainya seluruhnya

berada di managemen guru. Oleh karena itu, peranan guru dalam pengelolaan

sekolah baik itu pembiayaan, penyelenggaraan, pengadaan dan pengembangan

sekolah tidak terlepas dari peran serta, tanggungjawab dan keterlibatan guru di

dalamnya.

Disamping itu, adanya fenomena praktik kolusi penentuan jabatan di

(21)

tidak akuntabilitas, menyebabkan matinya semangat guru dan kepuasan kerjanya.

Guru yang selama pengabdiannya memiliki prestasi terbaik di sekolah belum

tentu menjadi jaminan terhadap pengembangan kariernya. Guru tidak lagi

berharap untuk meraih jabatan terbaik dalam masa pengabdiannya, namun praktik

pengabdian dan kepuasan kerja guru kini hanya terlihat dari penghargaan materi

yang diberikan kepadanya. Ini terlihat jelas dari begitu besarnya harapan guru

agar dapat diikutsertakan program sertifikasi yang diberikan pemerintah kepada

guru. Sementara produktivitas kinerja harian guru tersertifikasi belum juga

menunjukkan perubahan yang signifikan dalam peningkatan mutu pendidikan.

Kondisi-kondisi tersebutlah menurut peneliti sebagai penyebab rendahnya

upaya guru dalam meningkatkan kinerjanya baik di sekolah maupun di

lingkungan kedinasan sekolah, yang akhirnya berdampak pada motivasi kerja

guru yang rendah.

Namun, berkaitan dengan hal tersebut, tentunya masih banyak

factor-faktor yang lain yang dapat mempengaruhi kepuasan produktivitas kerja guru atau

seseorang. Berdasarkan teori-teori kepuasan dan produktivitas, tentunya banyak

factor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Siagian (2009: 3-5) komponen

dasar penentu kepuasan produktivitas kerja seseorang, yakni (1) pemberdayaan

SDM, (2) tugas dan pekerjaan yang menantang, (3) sistem imbalan yang efektif,

(4) suasana tempat kerja yang menyenangkan, dan (5) kepastian karier.

Selanjutnya, menurut Ivancevich, et al (2005: 123), Qamar dan Baloch (2011: 12)

faktor yang menentukan kepuasan terhadap produktivitas kerja seseorang seperti

(1) upah/gaji, (2) pekerjaan itu sendiri, (3) kesempatan promosi, (4) supervisi, (5)

(22)

lingkungan tempat kerja, dan (10) komunikasi. Sedangkan menurut Robbin dan

Judge (2007: 23) kepuasan kerja dipengaruhi oleh faktor (1) nilai-nilai dan sikap,

(2) pemberdayaan dan keterlibatan dalam pekerjaan, (3) dukungan organisasi (4)

bayaran, (5) komunikasi, (6) promosi, (7) pengawasan, (7) rekan kerja dan (8)

kepribadian.

Berdasarkan factor-faktor penentu kepuasan produktivitas kerja guru yang

sangat dominan menurut penulis yakni : (1) peningkatan kinerja kelas (improving

classroom performance); (2) kepemimpinan partisipatif; dan (3) dan motivasi

berprestasi

Produktivitas kerja guru pada dasarnya merupakan unjuk kerja atau hasil

kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai

pendidik. Produktivitas guru dewasa ini menjadi begitu penting, karena kinerja

dan produktivitas guru berkaitan dengan mutu output pendidikan, karena guru

merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam

proses pendidikan di sekolah. Guru sebagai pekerjaan profesi, secara holistik

adalah berada pada tingkatan tertinggi dalam sistem pendidikan nasional. Karena

guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya memiliki otonomi yang kuat,

karena mendidik dan mengajar yang baik dilapangan ialah yang menjalani.

Peranan guru sebagai manager dalam kegiatan belajar mengajar di kelas

diakui sebagai salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa. Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, adalah bagaimana guru

dapat meningkatkan kinerjanya di dalam kelas. Kinerja kelas adalah suatu proses

pada bagaimana guru melaksanakanan manajemen di dalam kelas meliputi

(23)

penciptaan kinerja kelas dalam suasana belajar dan kelas yang kondusif guna

menunjang proses belajar mengajar yang maksimal menuntut kemampuan guru

untuk mengetahui, memilih, memahami dan menerapkan pendekatan yang dinilai

efektif menciptakan suasana belajar dan kelas yang nyaman dan kondusif dalam

menunjang pembelajaran yang optimal. Ketepatan tindakan dan strategi

pengelolaan pembelajaran dan kelas dapat dilakukan apabila cara guru dalam

mengelola didasari kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas. Dimana

menurut Djamarah dan Zain (2006: 34) bahwa peranan guru dalam proses belajar

mengajar adalah sebagai (1) demonstrator, (2) pengelola kelas, (3) mediator dan

fasilitator, serta (4) evaluator.

Menurut Mudasir (2012: 50) guru dapat dikatakan telah meningkat

kepuasan kinerjanya jika guru telah mampu melaksanakan strategi-trategi

pembelajaran, diantaranya yakni : (1) membuat dan mendesain pembelajaran, (2)

membangun kerjasama dalam pembelajarn, (3) pemberian motivasi belajar siswa,

(4) menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, (4) meningkatkan disiplin

belajar siswa, dan (5) melaksanakan evalusai belajar mengajar yang efektif. Guru

masih dianggap sebagai kunci bagi keberhasilan pendidikan di Indonesia. Ini

didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan World Bank (2009: 2) dari 29

negara berkembang dan maju menemukan bahwa di antara berbagai masukan

(input) yang menentukan mutu pendidikan, lebih dari sepertiganya ditentukan

oleh guru. Sejalan dengan itu, Suharsaputra (2010: 34) dalam penelitiannya

menyimpulkan kepuasan guru merupakan faktor penentu bagi mutu pendidikan

yang akan berimplikasi pada kualitas out put (lulusan) pendidikan setelah

(24)

strategis dalam proses pendidikan di sekolah. Dimana menurut Sagala (2007: 123)

dalam tataran mikro teknis, guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin

pendidikan, karena ia berhubungan langsung dalam proses pembelajaran di kelas,

dan peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru

menjalankan peran dan tugasnya.

Dengan demikian, kepuasan kinerja guru merupakan bentuk penilaian

tersendiri untuk mengukur tingkat keberhasilan yang dicapai guru tersebut dalam

menjalankan program kerjanya, yang mengacu pada proses dan produk yang

diinginkan serta situasi kegiatan sekolah itu diselenggarakan. Dimana menurut

Sedarmayanti (1995: 34) bahwa kepuasan terhadap tampilan kerja guru tersebut

akan terlihat pada kepuasannya, yakni (1) kualitas hasil kerja, (2) ketepatan

waktu, (3) tingkat inisiatif, (4) kecakapan, dan (5) komunikasi yang baik. Menurut

Usman (2009: 65) tampilan atau kinerja guru dapat terlihat dari : (1) kualitas

pekerjaan, meliputi : akurasi, ketelitian, penampilan dan penerimaan keluaran; (2)

kuantitas pekerjaan, meliputi : volume keluaran dan kontribusi; (3) supervisi yang

diperlukan, meliputi : sasaran, arahan, dan perbaikan; (4) kehadiran, meliputi :

regulasi, dapat dipercaya atau diandalkan dan ketepatan waktu; (5) konservasi,

meliputi : efisiensi. Sedangkan menurut Sagala (2007:45) hasil kerja guru dapat

diukur melalui : (1) manajemen dan pemahaman kurikulum, (2) proses belajar

mengajar yang efektif, (3) profesionalime, (4) standarisasi pengajaran dan

evaluasi belajar yang terukur. Selanjutnya Makmum (2000: 121) secara spesifik

penilaian kinerja guru dapat diukur melalui : (1) pengoorganisasian mata pelajaran

yang baik, (2) komunikasi yang efektif dalam pembelajaran dan manajemen

(25)

pengajaran, (4) sikap positif terhadap peserta didik, (5) pendekatan yang fleksibel

terhadap pembelajaran, dan (6) evaluasi atau penilaian hasil belajar.

Meskipun demikian, produktivitas kerja guru dilapangan dewasa ini masih

memiliki banyak permasalahan. Rivai dan Murni (2009) mengatakan bahwa

masih terdapat permasalahan dalam pengelolaan dan efisiensi pendidikan, yang

dikelompokan berdasarkan tiga hal, yakni : (1) kinerja dan kesejahteraan guru

belum optimal, (2) proses pembelajaran yang konvensional, (3) jumlah dan mutu

buku masih belum memadai. Selanjutnya Diknas (2006: 12) memberikan catatan

secara umum tentang permasalahan dan kondisi pendidikan dewasa ini, yakni : (1)

proses pembelajaran selama ini masih terlalu berorientasi terhadap penguasaan

teori dan hapalan dalam semua bidang studi yang menyebabkan kemampuan

siswa menjadi terhambat, (2) metode pembelajaran masih berorientasi pada guru

dan cendrung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta pertumbuhahn dan

perkembangan peserta didik, sehingga proses belajar yang PAIKEM menjadi

kurang optimal, dan (3) muatan belajar yang terlalu terstruktur dan sarat beban

mengakibatkan proses pembelajaran disekolah menjadi steril dengan keadaan dan

perubahan lingkungan fisik dan sosial di lingkungan.

Berkaitan dengan hal di atas, yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan

guru adalah manusia bukan merupakan sebuah mesin. Guru mempunyai

kehendak, angan-angan, cita-cita dan memiliki dorongan hidup tertentu. Selain itu

guru mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang menentukan sikap dan

pendiriannya. Oleh karena guru merupakan profesi profesional bidang pendidikan,

dikarenannya ia harus meningkatkan kinerja dan produktivitasnya dalam mengajar

(26)

Bahkan ada beban kerja yang dirasakan bagi seseorang guru sebagai tambahan

kepada beban kerja yang langsung akibat pekerjaan sebenarnya. Samu’mur (1999:

17) suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi yang

berakibat beban tambahan pada jasmani dan rohani.

Selanjutnya, faktor penentu kepuasan produktivitas kerja guru yakni

kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah bertanggungjawab memberikan

layanan yang terbaik kepada para guru, siswa dan peserta didik serta masyarakat

pengguna sekolah. Kepemimpinan pendidikan berkaitan dengan masalah peran

dan fungsi kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan

pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Dalam

hal ini perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan

menunjukkan rasa bersahabat, dekat, penuh pertimbangan terhadap para guru,

baik sebagai individu maupun kelompok.

Perilaku instrumental kepala sekolah merupakan tugas-tugas yang

diorientasikan dan secara langsung diklarifikasikan dalam peranan dan

tugas-tugas para guru. Perilaku kepala sekolah yang positif dapat mendorong,

mengarahkan, dan memotivasi seluruh warga sekolah untuk berkerjasama dalam

mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Mulyasa (2011: 19) kepala sekolah

yang efektif jika ia mampu memberdayakan dan melibatkan para guru secara aktif

dalam berbagai kegiatan dan kewenangan untuk mewujudkan proses

pembelajaran yang berkualitas, lancar dan produktif. Yulk (2002 : 98)

menyatakan kepemimpinan partisipatif menyangkut penggunaan berbagai macam

prosedur keputusan yang memberikan orang lain pengaruh tertentu terhadap

(27)

Crimmon (2007: 23) menyatakan bahwa menjadi pemimpin yang

partisipatif berarti melibatkan anggota tim dalam pembuatan keputusan. Hal ini

terutama penting manakala pemikiran kreatif diperlukan untuk memecahkan

masalah yang kompleks atau membuat keputusan yang akan berdampak pada

anggota tim. Gaya kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada tingginya

dukungan dalam pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan.

Gaya pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai

“partisipatif” karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan

keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya partisipatif ini,

pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan

pembuatan keputusan. Usaman (2009:123) menyatakan dalam aktivitas

menjalankan organisasi, pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung

berorientasi kepada bawahan dengan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan

dibandingkan mengawasi mereka dengan ketat. Mereka mendorong para anggota

untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk

berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan

serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para

anggota kelompok.

Oleh karena tugas utama yang diemban oleh kepala sekolah yakni

merumuskan berbagai bentuk kebijakan yang berhubungan dengan visi, misi dan

strategi pelaksanaan pendidikan yang efektif, maka pendekatan partisipatif dapat

memberikan kontribusi bagi kedudukan guru dalam mengambil berbagai

keputusan yang menyangkut permasalahan pembelajaran dan pemberian

(28)

Sudarwan (2006), kemampuan kepala sekolah menjalankan kepemimpinan

partisipatif (participative-leadership) menjadi persyaratan utama manajemen

sekolah. Meskipun begitu, sebagai manusia biasa perilaku kepala sekolah dalam

memimpin sekolahnya akan beragam karena faktor-faktor kontekstual, kondisi

subyek yang dipimpin, dan faktor individual kepala sekolah itu sendiri.

Berkaitan dengan kepemimpinan, Pidarta (2004: 41) berpendapat bahwa

banyak guru merasa tidak puas dengan kedudukan mereka, karena mereka tidak

dihargai sebagaimana mestinya sehingga mengurangi motivasi guru untuk

menjalankan kegiatan mengajar. Sehubungan dengan pendapat ini maka kepala

sekolah selaku pemimpinan dalam organisasi sekolah perlu melibatkan komunitas

sekolah secara partisipasi. Komunitas sekolah dalam hal ini khususnya guru.

Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan faktror paling penting bagi para

siswa untuk menguasai pelajaran dengan baik, sedangkan kepala sekolah dituntut

untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki para guru untuk mencapai tujuan

sekolah yang diinginkan. Dengan demikian kepala sekolah perlu melibatkan staf

guru secara bersama-sama dalam mencapai tujuan. Karena proses belajar

mengajar pada pelajaran tertentu memiliki spesifikasi tersendiri dan hal ini harus

dikuasai oleh guru bidang studi tersebut. Menurut Pidarta (2004: 34), gaya

kepemimpinan seseorang kepala sekolah mempengaruhi motivasi para guru dalam

kegiatan mengajar.

Selanjutnya, untuk mencapai kinerja dan kepuasan yang maksimal

diperlukan motivasi. Motivasi yang diperlihatkan untuk menyelesaikan pekerjaan

dan pencapaian tujuan. Untuk menuju kepuasan produktivitas kerja yang

(29)

suatu pekerjaan dan melakukan pekerjaan, dari tingkat motivasi dapat diketahui

hasil pekerjaan seseorang dan bagaimana upaya mendongkrak produktivitasnya.

Guru yang termotivasi akan melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara

benar dan sungguh-sungguh. Menurut Kreitner dan Kinicki (2005: 121) hasil dari

motivasi secara umum dinilai dengan perilaku yang ditunjukkan, jumlah usaha

yang dikeluarkan atau strategi pilihan yang digunakan untuk menyelesaikan

sebuah tugas atau pekerjaan atau dalam artian bahwa prestasi kerja dipengaruhi

oleh motivasi perilaku termotivasi.

Hasil kajian teori kebutuhan McClelland (dalam Robbins dan Judge, 2007:

141) mengasumsikan bahwa individu dengan prestasi tinggi membedakan diri

mereka dari individu lain menurut keinginan mereka untuk melakukan hal-hal

dengan baik atau kebutuhan pencapaian (nAch). Artinya, beberapa individu

memiliki dorongan untuk berhasil (berprestasi). Mereka lebih berjuang untuk

memperoleh pencapaian pribadi dari pada penghargaan. Munir (2002: 12)

mengatakan motivasi akan dapat mengenai sasaran kalau orang tahu motif yang

tepat pada seseorang, sehingga mampu mendorong melakukan perbuatan tertentu

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Jadi motivasi merupakan landasan

bagi setiap orang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan dan

kebutuhannya. Mitchell (2002: 53) menjelaskan bahwa motivasi berpengaruh

secara langsung perilaku dan prestasi kerja. Artinya motivasi melibatkan suatu

proses psikologi untuk mencapai puncak keinginan dan maksud seseorang untuk

berperilaku dengan cara tertentu.

Seseorang yang dengan sadar terlibat dalam aktivitas organisasi biasanya

(30)

dikutip Supardi dan Anwar (2004:52) berpendapat sebagai berikut: social need

adalah tuntutan kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan akan menjalani hubungan

dengan orang lain, kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu

kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.

Menurut Hayes dan Abemathy (1990: 34) dengan tegas mengatakan

sebagian besar tuduhan yang tidak adil ditunjukkan kepada para manajer yang

sekarang dianggap tidak mempunyai dorongan kewiraswastaan dan wawasan

teknologi yang luas Timpe (1999: 3). Salah satu permasalahan penting bagi

pimpinan dalam suatu organisasi ialah bagaimana memberikan motivasi kepada

karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Dalam hal ini, pimpinan

dihadapkan suatu persoalan bagaimana dapat menciptakan situasi agar bawahan

dapat memperoleh kepuasan secara individu dengan baik dan bagaimana cara

memotivasi agar mau bekerja berdasarkan keinginan dan motivasi untuk

berprestasi yangtinggi.

Untuk memahami fenomena yang terjadi di SMP Negeri se-Gugus 01

Medan ini dapat dilakukan analisis kritis terhadap hasil eksplorasi beberapa

variabel yang mempengaruhi kepuasan produktivitas kerja guru secara empiris

maupun konseptual.Berdasarkan ini diduga ketiga variabel yaitu peningkatan

kinerja kelas,kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi berprestasi

berpengaruh terhadap kepuasan produktivitas kerja guru.jika dugaan ini teruji

maka konsep tentang hubungan keempat variabel ini dapat digunakan untuk

menjelaskan, meramalkan dan menemukan alternatif terhadap fenomena kepuasan

produktivitas kerja guru di sekolah tersebut.Beranjak dari pemikiran ini

(31)

Kelas, Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi

terhadap Kepuasan Produktivitas Kerja Guru SMP Negeri se-Gugus 01 Medan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka identifikasi

dalam penelitian ini adalah :

1. Masih rendahnya upaya guru SMP Negeri se-Gugus 01 Medan dalam

meningkatkan kinerja kelasnya, sehingga prestasi sekolah SMP Negeri

se-Gugus 01 masih rendah.

2. Praktik manajemen kepemimpinan sekolah masih menerapkan sistem

pendekatan komando, dimana setiap pengambilan keputusan sekolah masih

berpusat pada keputusan kepala sekolah.

3. Motivasi berprestasi guru SMP Negeri se-Gugus 01 Medan masih rendah, hal

ini ditandai dengan minimnya prestasi kerja guru sehingga berdampak pada

tingkat prestasi sekolah skala kota Medan.

4. Hasil evaluasi belajar siswa yang di UN-kan masih tergolong cukup selain

mata pelajaran matematika pada Tahun Ajaran 2011/2012 di kota Medan.

5. Praktik kolusi penentuan jabatan di sekolah oleh pihak yang berwenang

dalam pengambilan kebijakan yang tidak akuntabilitas.

6. Rendahnya kepuasan produktivitas kerja guru. Hal ini ditandai rendahnya

(32)

C. Batasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut diatas,banyak variabel yang

dapat mempengaruhi kepuasan produktivitas kerja guru,sehingga untuk lebih

terarah dan terfokusnya penelitian ini,penulis perlu membuat suatu batasan

masalah yang akan dikaji dan dianalis dalam penelitian ini.Lingkup penelitian

adalah kepuasan produktivitas kerja guru yang dipengaruhi oleh peningkatan

kinerja kelas,kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi berprestasi

guru SMP Negeri se-Gugus 01Medan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian

sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh langsung peningkatan kinerja kelas terhadap

kepuasan produktivitas kerja guru SMP Negeri se-Gugus 01 Medan?.

2. Apakah terdapat pengaruh langsung kepemimpinan partisipatif kepala sekolah

terhadap kepuasan produktivitas kerja guru SMP Negeri se-Gugus 01 Medan?.

3. Apakah terdapat pengaruh langsung motivasi berprestasi guru terhadap

kepuasan produktivitas kerja guru SMP Negeri se-Gugus 01 Medan ?.

4. Apakah terdapat pengaruh langsung peningkatan kinerja kelas terhadap

motivasi berprestasi guru SMP se-Gugus 01 Medan ?

5. Apakah terdapat pengaruh langsung kepemimpinan partisipatif terhadap

(33)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh langsung peningkatan kinerja

kelas terhadap kepuasan produktivitas kerja guru SMP Negeri se-Gugus 01

Medan.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh langsung kepemimpinan

partisipatif terhadap kepuasan produktivitas kerja guru SMP Negeri se-Gugus

01 Medan.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh langsung motivasi berprestasi

guru terhadap kepuasan produktivitas kerja guru SMP Negeri se-Gugus 01

Medan.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh langsung peningkatan kinerja

kelas terhadap motivasi berprestasi guru SMP se-Gugus 01 Medan.

5. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh langsung kepemimpinan

partisipatif kepala sekolahterhadap motivasi berprestasi guru SMP se-Gugus

01 Medan.

F. Manfaat Hasil Penelitian

1. Pengembangan khazana ilmu Administrasi Pendidikan dalam bidang

manajemen pendidikan dan sumber daya manusia di Program Studi

Administrasi Pendidikan, Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

2. Masukan bagi para Kepala Sekolah SMP se-Gugus 01 Medan maupun

(34)

pelatihan bagi guru dan manajemen kepemimpinan kepala sekolah agar

pengelolaan sekolah lebih efektif.

3. Masukan bagi para kepala sekolah SMP Negeri se-Gugus 01 Medan akan

pentingnya peningkatan kinerja, kepemimpinan partisipatif, dan motivasi

dalam menciptakan sekolah yang efektif dan berdaya saing.

4. Bahan perbandingan bagi para mahasiswa ilmu Administrasi Pendidikan yang

akan melakukan riset dengan variabel yang sama pada permasalahan dan

waktu yang berbeda.

5. Bagi guru SMP Negeri se-Gugus 01 Medan agar dapat meningkatkan

kepuasan produktivitas kerjanya.

6. Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan perbandingan untuk penelitian yang

(35)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

1. Simpulan Deskriptif

Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan penelitian ini, maka diperoleh

simpulan deskriptif yang menunjukkan bahwa:

1. Kepuasan Produktivitas Kerja guru SMP Negeri se-Gugus 01 Medan

dominan tergolong cukup (63.51%). Kepuasan produktivitas kerja guru

masih tergolong cukup dikarenakan sebagian besar dari indikator pada

variabel ini diberi skor oleh responden dengan skor menengah ke atas.

Namun, ada juga beberapa indikator dimana guru memberikan penilaian

cenderung skor menengah walaupun tidak ada yang menjawab skor paling

minimum. Sehingga berdasarkan skor yang diperoleh untuk kepuasan

produktivitas kerja guru, dapat disimpulkan guru-guru SMP Negeri

se-Gugus 01 Medan pada umumnya hanya merasa cukup puas akan

produktivitas kerjanya, tingkat kepuasan yang dirasakan belum sepenuhnya

optimal sehingga masih perlu lagi ditingkatkan lagi sehingga seluruh

guru-guru SMP Negeri se-Gugus 01 Medan benar-benar memiliki kepuasan

yang tinggi terhadap produktivitas kerja yang dihasilkannya.

2. Peningkatan kinerja kelas guru SMP Negeri se-Gugus 01 Medan dominan

tergolong cukup (74.32%). Peningkatan kinerja kelas masih tergolong

cukup dikarenakan sebagian besar indikator pada variabel ini dalam

(36)

tinggi dan kurang. Terdapat beberapa indikator dimana guru yang

menjawab dengan skor yang menengah walaupun tidak ada yang menjawab

dengan skor rendah. Sehingga berdasarkan skor yang diperoleh untuk

variabel peningkatan kinerja kelas, dapat disimpulkan peningkatan kinerja

kelas guru-guru SMP Negeri se-Gugus 01 Medan pada umumnya hanya

berada dalam tingkat cukup dan belum sepenuhnya mencapai tingkat yang

tinggi sehingga masih perlu lagi ditingkatkan kinerja kelasnya.

3. Kepemimpinan partisipatif kepala sekolah SMP Negeri se-Gugus 01

Medan dominan tergolong cukup (64.86%). Kepemimpinan partisipatif

kepala sekolah masih tergolong cukup dikarenakan sebagian besar

indikator pada variabel ini dalam kategori cukup, walaupun masih ada

sebagian kecil berada dalam kategori tinggi dan kurang. Guru masih ada

yang menjawab dengan skor yang menengah, walaupun tidak ada yang

menjawab dengan skor rendah. Sehingga berdasarkan skor yang diperoleh,

dapat disimpulkan kepemimpinan partisipatif kepala sekolah SMP Negeri

se-Gugus 01 Medan pada umumnya hanya berada dalam tingkat cukup dan

belum sepenuhnya kepala sekolah menerapkan dengan maksimal

kepemimpinan partisipatif sehingga masih perlu lagi ditingkatkan

implementasinya.

4. Motivasi berprestasi guru SMP Negeri se-Gugus 01 Medan dominan

tergolong cukup (66.22%). Motivasi berprestasi guru masih tergolong

cukup dikarenakan sebagian besar indikator pada variabel ini dalam

(37)

tinggi dan kurang. Selain itu, masih terdapat guru yang menjawab dengan

skor yang menengah ke bawah, walaupun tidak ada yang menjawab dengan

skor paling rendah. Sehingga dapat disimpulkan guru-guru SMP Negeri

se-Gugus 01 Medan pada umumnya hanya memiliki motivasi yang cukup

untuk berprestasi dan belum sepenuhnya bermotivasi prestasi yang tinggi

sehingga masih perlu lagi ditingkatkan motivasi dalam dirinya.

2. Simpulan Inferensial

Berdasarkan hasil analisis data dan pemaparan dari penelitian yang

diperoleh, dinyatakan beberapa hal yang menjadi simpulan inferensial sebagai

berikut:

1. Terdapat pengaruh secara langsung antara Peningkatan Kinerja Kelas (X1)

terhadap Kepuasan Produktivitas Kerja (X4) guru SMP Negeri se-Gugus 01

Medan dengan koefisien jalur sebesar 0.340 dan besarnya pengaruh yakni

11.46%. Hal ini menandakan semakin tinggi peningkatan kinerja kelas, maka

semakin tinggi pula kepuasan produktivitas kerja guru SMP Negeri se-Gugus

01 Medan.

2. Terdapat pengaruh secara langsung antara Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Sekolah (X2) terhadap Kepuasan Produktivitas Kerja Guru (X4) guru SMP

Negeri se-Gugus 01 Medan dengan koefisien jalur sebesar 0.342 dan besarnya

pengaruh yakni 11.70%. Hal ini menandakan semakin tinggi kepemimpinan

partisipatif kepala sekolah, maka semakin tinggi pula kepuasan produktivitas

(38)

3. Terdapat pengaruh secara langsung antara Motivasi Berprestasi Guru (X3)

terhadap Kepuasan Produktivitas Kerja Guru (X4) guru SMP Negeri se-Gugus

01 Medan dengan koefisien jalur sebesar 0.393 dan besarnya pengaruh yakni

15.45%. Hal ini menandakan semakin tinggi motivasi berprestasi guru, maka

semakin tinggi pula kepuasan produktivitas kerja guru SMP Negeri se-Gugus

01 Medan.

4. Terdapat pengaruh secara langsung antara Peningkatan Kinerja Kelas (X1)

terhadap Motivasi Berprestasi Guru (X3) guru SMP Negeri se-Gugus 01

Medan dengan koefisien jalur sebesar 0.396 dan besarnya pengaruh yakni

15.68%. Hal ini menandakan semakin tinggi peningkatan kinerja kelas, maka

semakin tinggi pula motivasi berprestasi guru SMP Negeri se-Gugus 01

Medan.

5. Terdapat pengaruh secara langsung antara Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Sekolah (X2) terhadap Motivasi Berprestasi Guru (X3) guru SMP Negeri

se-Gugus 01 Medan dengan koefisien jalur sebesar 0.538 dan besarnya pengaruh

yakni 28.94%. Hal ini menandakan semakin tinggi kepemimpinan partisipatif

kepala sekolah, maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi guru SMP

Negeri se-Gugus 01 Medan.

B. Implikasi

1. Upaya Peningkatan Kepuasan Produktivitas Kerja Guru Melalui Peningkatan Kinerja Kelas.

Dengan diterimanya hipotesis pertama yang diajukan dimana peningkatan

(39)

produktivitas kerja guru. Pengaruh ini dirasakan kecil, walaupun demikian temuan

ini tetap mendapat perhatian khusus bagi guru maupun kepala sekolah.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan

lingkungan yang mendukung setiap usaha guru dalam meningkatkan

pembelajaran dan aktivitas akademis lainnya di kelas. Untuk itu diperlukan peran

serta guru dan rekan lainnya untuk membuat program-program kerja bersama

yang memberikan keuntungan kepada semua guru. Selain itu guru juga perlu

menggali lagi kreativitasnya untuk mengembangkan programnya sehingga dapat

meningkatkan kinerja kelasnya. Perlu juga dijalin komunikasi yang baik pada

guru dengan siswa, agar guru semakin mengenal karakteristik siswanya dan bisa

mengeksplor lagi kemampuannya untuk berusaha menerapkan sistem pengajaran

yang lebih orientasi ke siswa, yang nantinya akan membawa antusiasme siswa

dalam belajar dan tentunya kinerja kelas juga bisa maksimal tercapai dan

memberikan pengaruh terhadap kepuasan guru akan usahanya dalam bekerja.

Dengan adanya upaya ini akan menciptakan peningkatan kinerja guru bagi semua

guru, dan nantinya akan meningkatkan kepuasan produktivitas kerjanya.

Kepala sekolah sebagai pemimpin perlu mendukung kebutuhan guru untuk

dapat meningkatkan kinerja kelasnya dengan berupaya untuk menyediakan

fasilitas sebagai penunjang guru dalam bekerja, misalnya memberikan bimbingan

bagaimana memanajemen kelas dilakukan dalam bentuk memberikan

pelatihan-pelatihan kepada guru tentang manajemen kelas agar dapat meningkatkan kinerja

kelasnya dan juga menciptakan suatu kondisi dimana guru merasa bahwa diriya

(40)

2. Upaya Peningkatan Kepuasan Produktivitas Kerja Guru Melalui Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah

Dengan diterimanya hipotesis kedua yang diajukan dimana

kepemimpinan partisipatif kepala sekolah memberikan pengaruh langsung sebesar

11.70% terhadap kepuasan produktivitas kerja guru. Pengaruh ini dirasakan kecil,

walaupun demikian temuan ini tetap mendapat perhatian khusus bagi kepala

sekolah. Kepala sekolah adalah sosok yang membangun cita-cita perbaikan

pendidikan bersama-sama dengan guru. Kepala sekolah hendaknya terbuka dan

mau berbagi pengalaman positif yang dapat memberikan inspirasi bagi guru.

Kepala sekolah perlu membuat kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan

lingkungan kerja Sebaiknya kepala sekolah tidak membuat keputusan yang

memihak kepada seseorang atau sekelompok guru tertentu karena hal itu akan

membawa kepada kekecewaan dari guru lainnya, serta akan berpengaruh buruk

terhadap kepuasan produktivitas kerja guru. Kepala sekolah perlu sebelum

mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah internal perlu

mempertimbangkan banyak hal dengan melibatkan pihak-pihak eksternal,

sehingga hasil keputusan yang diambil menunjukkan mekanisme yang terprogram

dan terencana dan memperoleh persetujuan bersama dari semua warga sekolah

khususnya guru. Beberapa upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah di

antaranya: menjalin komunikasi yang baik dengan guru, melihat kebutuhan guru

dalam pembelajaran di kelas, peningkatan kesejahteraan guru, menggelar dialog

(41)

3. Upaya Peningkatan Kepuasan Produktivitas Kerja Guru Melalui

Motivasi Berprestasi Guru

Dengan diterimanya hipotesis ketiga yang diajukan dimana motivasi

berprestasi guru memberikan pengaruh langsung sebesar 15.45% terhadap

kepuasan produktivitas kerja guru. Pengaruh ini dirasakan kecil, walaupun

demikian temuan ini tetap mendapat perhatian khusus bagi kepala sekolah

maupun guru itu sendiri.

Motivasi berprestasi guru dapat ditingkatkan melalui pemberian

kesempatan kepada guru untuk mengembangkan diri dan kemampuannya dan

lewat upaya menjalin relasi dan komunikasi yang kondusif sehingga para guru

merasa sebagai bagian dari keseluruhan cita-cita pendidikan di sekolahnya. Guru

juga perlu diberikan fasilitas untuk mengikuti seminar atau lokakarya untuk

peningkatan kompetensinya. Para guru tidak ingin diperlakukan sebagai pihak

luar dan mereka ingin dihargai dan mendapat dukungan dari seluruh warga

sekolah khususnya kepala sekolah untuk berprestasi dan berpartisipasi aktif dalam

usaha memajukan sekolah.

4. Upaya Peningkatan Motivasi Berprestasi Guru Melalui Peningkatan

Kinerja Kelas

Dengan diterimanya hipotesis keempat yang diajukan dimana

peningkatan kinerja kelas memberikan pengaruh langsung sebesar 15.68%

terhadap motivasi berprestasi guru. Pengaruh ini dirasakan kecil, walaupun

(42)

Guru sendiri perlu menanamkan dalam dirinya untuk tetap berfikiran

positif terhadap pekerjaan maupun lingkungannya sehingga jika guru tersebut

akan timbul motivasi untuk memberikan yang terbaik bagi sekolah dan

pekerjaannya. Oleh karena itu, kepala sekolah harus bergandengan tangan dengan

para guru untuk untuk membuat program-program kerja bersama yang

memberikan kebaikan yang menjadi sumber motivasi berprestasi kepada semua

guru. Selain itu, upaya lainnya yang dapat dilakukan oleh guru adalah

meningkatkan diskusi dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Melalui

MGMP Guru dapat saling berbagi pengetahuan dalam manjemen kelas dan

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam mengajar. MGMP ini juga

perlu dijadwalkan dengan rutin misalnya sekali sebulan atau dua kali dalam

sebulan.

5. Upaya Peningkatan Motivasi Berprestasi Guru Melalui Kepemimpinan

Partisipatif Kepala Sekolah

Dengan diterimanya hipotesis kelima yang diajukan dimana

kepemimpinan partisipatif kepala sekolah memberikan pengaruh langsung sebesar

28.94% terhadap motivasi berprestasi guru. Pengaruh ini dirasakan cukup besar,

dan hal ini perlu mendapat perhatian khusus bagi kepala sekolah.

Kepala sekolah perlu menciptakan bagaimana motivasi berprestasi guru

itu dapat timbul dan terpelihara dalam diri guru itu sendiri karena motivasi guru

adalah bagian yang sangat penting sehingga melandasi guru untuk melakukan

pekerjaan dan aktivitasnya dengan maksimal. Salah satu faktor pendorong

(43)

kebutuhan pendapatan maupun kebutuhan dalam pemenuhan sarana dan prasarana

dalam proses pembelajaran. Guru yang kurang terpenuhi kebutuhannya baik

kebutuhan pendapatan maupun dalam proses pembelajaran akan mengurangi

semangat bekerjanya yang akibatnya performansinya juga akan berkurang, karena

tidak ada dorongan kuat bagi guru untuk melakukan tugasnya dengan prestasi.

Selain itu kepala sekolah perlu membangun komunikasi efektif dan penuh

perhatian, keadilan, dan kebersamaan dalam pembagian tugas dan pekerjaan

maupun pembagian insentif, karena orang yang tidak mendapat keadilan akan

membuat seseorang merasa tidak dihargai dalam pekerjaannya sehingga

menurunkan motivasinya untuk berbuat yang terbaik dan sebaliknya perasaan adil

akan membuat seseorang merasa dihargai sehingga memacu dirinya untuk

semakin bertanggung jawab dan memberikan seluruh yang terbaik bagi lembaga

dimana dia bekerja. Selain itu kepala sekolah perlu membangun kebersamaan

dalam organisasi, sehingga satu sama lain diantara anggota merasa sama memiliki

organisasi tersebut sehingga dalam bekerja para anggota akan saling membantu

dalam bekerja atau bekerja sama dan sama-sama bekerja dengan demikian

kinerjanya akan semakin baik pula. Komunikasi antar kepala sekolah dan guru

perlu semakin ditingkatkan keefektifannya sehingga setiap informasi ataupun

pemberian motivasi dan semangat kepada guru dapat dimengerti dengan tepat

oleh guru. Dengan adanya perhatian dan pemberian dukungan yang positif kepada

guru, akan timbul motivasi berprestasi guru untuk mau maju dan melakukan

(44)

penggerak dalam diri guru untuk bertekad dan komit dengan sungguh-sungguh

terhadap pekerjaan maupun tanggung jawabnya.

C. Saran Penelitian

Ada beberapa saran yang dikemukakan, sebagai berikut:

1. Disarankan kepada Kepala Sekolah kiranya dapat lebih peka akan

lingkungan tempatnya memimpin, berupaya menerapkan kepemimpinan

efektif yang tentunya dapat menciptakan keharmonisan hubungan dengan

seluruh warga sekolah seperti berusaha menerapkan kebersamaan dan

keadilan, melakukan pengawasan atau supervisi secara berkala terhadap

guru, bertindak tegas apabila ada guru yang tidak disiplin serta dapat

membangun iklim komunikasi yang baik dengan semua guru, dan

melibatkan guru dalam pembuatan kebijakan penting bagi kemajuan

sekolah.

2. Disarankan kepada Dinas Pendidikan Kota Medan untuk melakukan upaya

dalam peningkatan kesejahteraan guru dengan cara meninjau dengan

jangka waktu yang terprogram baik untuk melihat kebutuhan guru dan

memfasilitas guru dengan pelatihan atau seminar yang terprogram baik

sesuai dengan kebutuhannya akan peningkatan pembelajaran,

pengakuan/menghargai prestasi guru dengan memberikan penghargaan

bagi guru sehingga dapat memacu guru untuk lebih berprestasi dan guru

(45)

3. Disarankan kepada setiap guru sebaiknya untuk lebih terbuka dalam

menerima tugas-tugas sebagai guru dan tugas-tugas untuk memajukan

sekolah. Yang terpenting lagi adalah menanamkan dan meningkatkan

perasaan sense of belonging kepada sekolah dan pekerjaannya. Sehingga

semua guru memiliki kecintaan terhadap sekolah maupun pekerjaannya

yang memberikan efek untuk bersama-sama bertanggung jawab dan

bersedia mengembangkan seluruh kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang guru itu sendiri dan senang untuk senantiasa memberikan yang

terbaik bagi sekolah, misalnya melakukan penelitian, pengabdian kepada

masyarakat, mengadakan seminar, lokakarya, pelatihan, serta pertemuan

ilmiah lainnya, bekerjasama dengan baik dengan sesama rekan guru

lainnya, berusaha untuk menciptakan hubungan kerja dan kekeluargaan

sesama guru. Guru juga disarankan bukan hanya sekedar bekerja yakni

mengajar tanpa melakukan hal-hal yang baru dan berprestasi, namun tetap

memberikan yang maksimal dalam dirinya untuk sekolah dan berupaya

mengeksplor lagi kemampuannya sehingga dapat berinovasi dalam

produktivitas kerjanya.

4. Kepada peneliti lain bahwa penelitian ini perlu ditindak lanjuti khususnya

yang berkaitan dengan variabel-variabel berbeda yang turut memberikan

(46)

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

__________________ (1999). Manajemen Pendidikan. Jakarta : Pustaka.

Arsyad Supardi dan M. Anwar. (2004). Manajemen dan Organisasi. Pustaka Ilmu. Jakarta.

Bernardin, C.I dan Russel (1993). Merencanakan Perubahan. Jakarta: Intermedia.

Burhannuddin. (2009). Organisasi Masa Kini. Jakarta : Grafindo Persada.

Baloch, M and Qamar, S (2011). Leadership and Stratrgic Management and

Education. London : A Sage Publications Company.

BNSP.(2005). Standar Nasional Penyelenggaraan Pendidik. Jakarta : BNSP

Crimmon, Lee, (2007). Beyound Team Work. Training, The Magazine of Human

Resource Development. Edisi June h.30

Colquitt, J.A, Levine, J.A, dan Wesson, M.J (2007) Organizational Behavior. New York : McGraw Hill.

Dale Timpe. (1994). Kinerja. Edisi Pustaka Ilmu. Erlangga. Jakarta.

Dinas Pendidikan Kota Medan. (2011). Data Sekolah di Kota Medan. Medan.

Departemen Pendidikan Nasional, (2000), Panduan Manajemen Sekolah, Proyek Peningkatan mutu Guru Kelas SD Setara D.II Jakarta, h.3.

Djamara, H dan Zain. (2006). Teknologi dan Informasi Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Gaffar, M.F. (1996). Manajemen Kepemimpinan Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, J.H., dan Konopaske, R. (2009).

Organizations : behavior, Structure, Processes. 11th Edition. New York : McGraw-Hill Irwin.

Griffin, R.W (2002). Manajemen. Erlangga. Jakarta.

(47)

Hayes, D.E and Abemathi (1990). Theory and Research in Administration. New York : Macmillan.

Handoko. (2001). Kepemimpinan dan Manajemen. Pustaka Ilmu. Yogyakarta.

Hersey, P dan Blanchard, P. (1995). Management of Organizational Behavior

Untilizing Human Resources. 9th Edition. London : Prentice-Hall International Editions.

Ivancevich, Matteson, Konopaske (2005) Perilaku Organisasi dan Manajemen. Jakarta : Erlangga.

Kreitner, R dan Kinicki, A. (2007). Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba.

Leonard K. Jenskin. (1997) Performance Classroom and Schoolling. San Francisco . Jossey Bass Publishing.

Lisnawati. (1992). Sekolah Unggul Berbasis Nilai. Sukoharjo: Univet Bantara Pers.

Lussier, R.N. (1999). Management. Ohio : South Western.

Makmum, A. (2000) Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan. Diva Press. Jakarta.

M. Samu’mur. (1999). Manajemen Strategis Pengelolaan Pendidikan. Salemba Empat. Jakarta.

Manning, G dan K. Curtis (2003). The art of Leadership. New York : McGraw-Hill.

Martine, Stoner. (1992). Manajemen. Erlangga. Jakarta.

Mathis, RL and Jackson H,J. (2006) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Salemba.

Michael, Amstrong (1994) Human Resource Management. London. Kogen Page Limited.

Mhd. Nyoman Pidarta. (2004). Motivasi dan Pemberdayaan. Remaja Rosda Karya. Bandung.

(48)

Moch. Uzer Usman, (2000), Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.h.6.

Mohammad, A. (1984). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru.h.3.

M. Yahya (2007). Tesis. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Mudasir (2012). Manajemen Kelas. UIN Suska Riau. Zanafa Publishing.

Muijs dan Reynolds (2008). Management Classroom. India. Zandia Publishing.

Mulyasa, HE. (2012). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.

Munir, N. (2002). Kepemimpinan Masa Depan. Yogyakarta. Bineka Cipta.

Mustofa (2002). Pengaruh Supervisi Kelas dan Managemen Kelas terhadap

Kepuasan dan Produktivitas Kerja Guru-Guru Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Tesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Newstrom, J.W. (2009) Organizational Behavior. Human Behavior and Work. New York : McGraw Hill.

Purnama, S (2006). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja

dan Kinerja Guru terhadap Kepuasan Mengajar Guru di SMP Negeri 2 Yogyakarta. Tesis. Univeritas Sebelas Maret. Semarang.

Reinhartz, J dan Beach, D.M (2004). Educational Leadership Changing School,

Changing Roles. New York: Pearson.

Rivai, F dan Munir. (2009). Education Management. Jakarta : Rajawali Pers.

Robbins, P.S, dan Coulter, Mary (2007) Manajemen. Jilid 1 dan 2 Edisi kedelapan. Jakarta. PT Indeks.

Robbins, P.S dan Judge, R (2007). Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba.

Robert Mc. Chung and Sammi Meggison. (1981). Organizational Behaviour. McGraw Hill. New York.

Ruky, Rahman (2006). Penilaian Kinerja Organsasi. Jakarta : Rajawali Pers.

Sagala, Saiful. (2007). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu

(49)

Alfabeta.

Samu’mur, H. (1999) Profesional Guru. Jakarta : CV. Andi.

Sedarmayanti, E. (1995). Teknologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Siagian, S.P.(1992). Organisasi Kepemimpinan dan perilaku Administrasi, Jakarta:Gunung Agung.h.20.

…………(1994). Teori dan Praktek Kepemimpinan .Jakarta:Penerbit Rhineka Cipta.h.192.

………...(1999). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.h.12.

Sinungan. (2009). Produktivitas. Erlangga. Jakarta.

Supardi dan Anwar, T.A.A. (2004). Kualitas Kinerja Kepala Sekolah. Tesis PPS IKIP Bandung.h.25.

Slocum, J.W dan Hellriegel, Don (2009). Principles of Organizational Behavior. Canada : South Western.

Stoner, J.A.F dan Freeman R.E (1992). Management. 3rd Edition. Engelewood Cliffs, News Jersey : Prentice-Hall International Editions.

Timpe. Dale (1994). Kinerja. Jakarta. Pustaka Ilmu.

Terry G.R. dan Rue (1985) Principle Of Management.(New York: Richard.D. Irwin, Inc.1977).h.410.

Thierauf, R.J, Kle

Gambar

Tabel 4.13 Ringkasan ANAVA untuk Persamaan Regresi X4 Atas X2……………………91

Referensi

Dokumen terkait

The in situ observations from the area of study involve water sampling, in-water radiometer measurements (using Ocean Optic Spectrometer - USB4000), Secchi disk

Karena desain OLTP yang tidak menghendaki kueri data dalam jumlah yang besar maka pemartisian basis data selayaknya tidak diterapkan pada OLTP, Sebagaimana pernyataan dari

ECDHP Elliptic Curve Diffie–Hellman Problem ECDLP Elliptic Curve Discrete Logarithm Problem ECDSA Elliptic Curve Digital Signature Algorithm ECIES Elliptic Curve Integrated

Pelaku kampanye harus mampu menjelaskan dan menyampaikan suatu kegiatan atau aktivitas dan program kerja kepada publiknya, sekaligus ia bertindak sebagai mediator untuk

No.KK No.KK No.KK No.KK NIK NIK NIK NIK NAMA NAMA NAMA NAMA TEMPAT LAHIR TANGGAL LAHIR TEMPAT LAHIR TEMPAT LAHIR TEMPAT LAHIR TANGGAL LAHIR TANGGAL LAHIR TANGGAL LAHIR UMUR UMUR

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Densitas Latihan Kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam Satu Minggu Terhadap

Pengaruh Modifikasi Dasar Permainan Bola Basket Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak Manipulatif Anak Tunagrahita Ringan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]