• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE CO-OP CO-OP DAN GROUP INVESTIGATION PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS X SMA NEGERI 1 BUNTU PANE T.A. 2011/ 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE CO-OP CO-OP DAN GROUP INVESTIGATION PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS X SMA NEGERI 1 BUNTU PANE T.A. 2011/ 2012."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE CO-OP CO-OP DAN

GROUP INVESTIGATION PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS

X SMA NEGERI 1 BUNTU PANE T.A. 2011/ 2012

Oleh:

Febryansyah Pratama Manurung NIM 071244110015

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah

dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini

berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa yang Diajar

Dengan Metode Co-Op Co-Op dan Group Investigation Pada Materi Persamaan

Kuadrat di kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane T.A 2011/2012”.Skripsi ini disusun

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan

matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai

pihak, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila penulis mengucapkan terimakasih

kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku pembimbing skripsi dan Dosen

Pembimbing Akademik Bapak Drs.M.Panjaitan, M.Pd yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan

terimakasih juga disampaikan pada Ibu Dra.Nerli Khairani, M.Si, Bapak Drs. M.

Panjaitan, M.Pd., dan Bapak Drs.Syafari, M.Pd selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai

selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staff pegawai jurusan Matematika FMIPA

UNIMED yang telah banyak membantu penulis.

Teristimewa penulis mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda

Syahbudin Manurung, S.Pd, Ibunda Evinaria Siregar, Adinda Qory Rahmalia

Br.Manurung, Doly Ivando, dan seluruh keluarga besar penulis yang terus

memberikan motivasi dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi

ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.Samaruddin, MM,

selaku Kepala SMA Negeri 1 Buntu Pane, Bapak Miswanto, S.Pd., selaku guru

bidang studi Matematika SMA Negeri 1 Buntu Pane yang telah banyak membantu

penulis selama penelitian.

Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan selama

perkuliahan Rizki KZB, S.Pd, Asrika Yulianty, S.Pd,Meryda M. Sinaga,

S.Pd,Dony Permana, S.Pd,Muhammad Ikhsan, S.Pd, Prayogi, S.Pd,Roby

(4)

Reguler 2007 yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai

menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa.Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini.Kiranya skripsi ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2012

Penulis,

(5)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE CO-OP CO-OP

DAN GROUP INVESTIGATION PADA POKOK MATERI KUADRAT DI KELAS X

SMA N 1 BUNTU PANE T.A.2011/ 2012

Febryansyah Pratama Manurung 071244110015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan komunikasi matematik siswa setelah diajarkan dengan metode Co-Op Co-Op dengan metode Group Investigation pada materi Persamaan Kuadrat di kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane T.A. 2011/ 2012.

Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane.. Sampel terdiri dari 68orang yaitu siswa kelas X-1 sebagai kelas Eksperimen 1 dengan metode Co-Op Co-Op dan siswa kelas X-2 sebagai kelas Eksperimen 2 dengan metode Group Investigation dengan jumlah siswa masing-masing berjumlah 34 orang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan instrumen berupa tes uraian yang telah valid dengan reliabilitas tinggi yaitu 0,710 dengan jumlah soal sebanyak 5 butir.

Nilai rata hasil pretes pada kelas eksperimen 1 (22,06) dan nilai rata-rata hasil pretes kelas eksperimen 2 (19,32). Dari hasil analisis data pretes kelas eksperimen 1 diperoleh L0 = 0,0987< Ltabel = 0,1519, dan data pretes kelas eksperimen 2 diperoleh L0 = 0.1202< Ltabel= 0,1519. Sehingga disimpulkan data pretes kedua kelas berdistribusi normal. Dari uji homogenitas data pretes tidak terdapat perbedaan kedua varians atau kedua sampel homogen, dimana Fhitung = 1,067< Ftabel = 1,792. Dan uji hipotesis data pretes kedua sampel diperoleh thitung = 1,087< ttabel = 1,669, artinya H0 diterima sehingga tidak ada perbedaan kemampuan awal pada kedua kelas.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

DaftarTabel viii

DaftarGambar ix

DaftarLampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 8

1.3. Batasan Masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pengertian Belajar 10

2.1.2. Hakikat Matematika 11

2.1.3. Pembelajaran Matematika 12

2.1.4. Pemahaman Konsep Matematika 13

2.1.5. Pengertian Masalah DalamMatematika 14

2.1.6. Metode Mengajar 15

2.1.7. Metode Co- Op C0-Op 16

2.1.8. Metode Group Investigation 18

2.1.9. Pengertian Komunikasi 22

2.1.10. Kemampuan Komunikasi Matematik 24

2.1.11. Kajian Materi PersamaanKuadrat 28

2.2. Kerangka Konseptual 35

2.3. Hipotesis Penelitian 36

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian 37

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 37

3.2.1. Populasi Penelitian 37

3.2.2. Sampel Penelitian 37

3.3. Variabel Penelitian 37

3.4. Definisi Operasional 38

3.5. Rancangan Penelitian 39

3.6. Prosedur Penelitian 39

(7)

vii

3.7.1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa 42

3.7.2 Angket 43

3.8. Teknik Analisis Data 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 49

4.1.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 49 4.1.2. Nilai Postest Kelas Ekperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 50

4.2. Uji Persyaratan Analisis 50

4.2.1. Uji Normalitas 50

4.2.2. Uji Homogenitas 51

4.2.3. Uji Hipotesis 53

4.2.4. Pembahasan Angket Komunikasi 54

4.3. Pembahasan Penelitian 55

4.4. Diskusi Hasil Penelitian 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 59

5.2. Saran 59

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 39

Tabel 3.2. Kriteria Penskoran Hasil Tes Komunikasi Matematika 43 Tabel 3.3. Kriteria Persentase Respon Siswa 48 Tabel 4.1. Data Pretes Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen 1

Dan Kelas Eksperimen 2 49

Tabel 4.2. Data Postes Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen 1

Dan Kelas Eksperimen 2 50

Tabel 4.3. Ringkasan Uji Normalitas 51

Tabel 4.4. Ringkasan Uji Homogenitas 51

Tabel 4.5. Ringkasan Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Kemampuan

Penalaran Kedua Kelas 52

Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis 53

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar3.1 Siswa Tidak Mampu Membuat Hubungan Ide

Matematika Ke Dalam Gambar 41 Gambar 4.1. Diagram Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Kemampuan

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 RPP I Pembelajaran Metode Tipe Co-Op Co-Op 63 Lampiran 2 RPP II Pembelajaran Metode Tipe Co-Op Co-Op 66 Lampiran 3 RPP III Pembelajaran Metode Tipe Co-Op Co-Op 69 Lampiran 4 RPP IV Pembelajaran Metode Tipe Co-Op Co-Op 72 Lampiran 5 RPP I Pembelajaran Metode GI 75 Lampiran 6 RPP II Pembelajaran Metode GI 78 Lampiran 7 RPP III Pembelajaran Metode GI 81 Lampiran 8 RPP IV Pembelajaran Metode GI 84

Lampiran 9 Kisi-Kisi Pretes 87

Lampiran 10 Kisi-Kisi Postes 88

Lampiran 11 Soal Pretes 89

Lampiran 12 Soal Postes 90

Lampiran 13 Alternatif Jawaban Pretes 91

Lampiran 14 Alternatif Jawaban Postes 96

Lampiran 15 Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi Matematik 101 Lampiran 16 Data Pretes dan Postes Untuk Data Kelas Eksperimen 1 103 Lampiran 17 Perhitungan Rata-rata,Standar Deviasi dan Varians Data

Pretes Kelas Eksperimen 1 105

Lampiran 18 Perhitungan Rata-rata,Standar Deviasi dan Varians Data

Postes Kelas Eksperimen 1 106

Lampiran 19 Data Pretes dan Postes Untuk Data Kelas Eksperimen 2 107 Lampiran 20 Perhitungan Rata-rata,Standar Deviasi danVarians Data

Pretes Kelas Eksperimen 2 109

Lampiran 21 Perhitungan Rata-rata,Standar Deviasi dan Varians Data

Postes Kelas Eksperimen 2 110

Lampiran 22 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 1 111 Lampiran 23 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 2 114

Lampiran 24 Uji Homogenitas 117

Lampiran 25 Uji Hipotesis 120

Lampiran 26 Kisi-Kisi Respon Siswa 123

Lampiran 27 Angket Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran 124 Lampiran 28 Analisis angket siswa pada pembelajaran Co-Op Co-Op 126 Lampiran 29 Analisis angket siswa pada pembelajaran Group

Investigation 128

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya. Menurut John Dewey (dalam Sagala, 2009:3) Pendidikan juga merupakan

proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya

pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan

kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang

merupakan pelajaran dasar dan sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan oleh

siswa untuk mengembangkan kemampuan logisnya. Seperti yang dikemukakan

oleh Cornelius (dalam Abdurrahman, 2003:253) bahwa : “Matematika merupakan

sarana berfikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah

sehari-hari, sarana mengenal pola hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk

mengembangkan kreativitas, serta sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap

perkembangan budaya”.

Hal senada juga disampaikan oleh Lastiono (dalam

http://lastionomatematikasd.blogspot.com/2011/04/ptk-pak-tono.html) yang

mengemukakan bahwa :

“Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.Perkembangan pesat dibidang teknologi,informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oeh pekembangan matematika.Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.Tujuan pembelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan pemahaman konsep, penalaran komunikasi serta pemecahan masalah.”

Tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit siswa yang

memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sangat sulit,

(12)

2

membosankan, bahkan menakutkan.Sebagaimana yang dikatakan oleh Bambang R

(dalam http://rbaryans.wordpress.com/2008) :

“Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakterisitik materi matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan.Selain itu pengalaman belajar matematika bersama guru yang tidak menyenangkan atau guru yang membingungkan, turut membentuk sikap negatif siswa terhadap pelajaran matematika.”

Hal ini senada dengan yang dikatakan Pakar matematika (dalam

http://archive.kaskus.us) :

“Mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam mata pelajaran matematika, masih rendah.Data UNESCO menunjukkan, peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Berdasarkan penelitian yang juga dilakukan oleh TIMMS (Trends in International Mathematics and Science Study) yang dipublikasikan 26 Desember 2006, jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 jam. Tapi kenyataannya, prestasi Indonesia berada jauh di bawah kedua negara tersebut.Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400 = rendah, 475 = menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut). Artinya waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih.”

Kenyataan tersebut secara jelas menyatakan bahwa pendidikan matematika

di Indonesia masih mengecewakan.Rendahnya hasil belajar siswa mencerminkan

bahwa siswa memiliki kesulitan dalam belajar matematika baik dalam

pemahaman konsep, penerapan dan penyelesaian suatu masalah. Adapun faktor

yang mempengaruhi pembelajaran Matematika menurut Ekosuprapto dalam

(http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pembelajaran-matematika/) :

1) Faktor internal yang meliputi faktor fisiologis (faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu) dan faktor psikologis (faktor yang berhubungan dengan intelektual/kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat).

(13)

3

disesuaikan dengan metode mengajar guru serta kondisi perkembangan siswa)”.

Dilihat dari faktor eksternal, yang menyebabkan rendahnya hasil belajar

dan kemampuan siswa adalah penggunaan model pembelajaran yang digunakan

guru dalam proses belajar mengajar. Seperti yang diungkakan Syarif dalam

(http://syarifartikel.blogspot.com), bahwa : ”Diduga kuat, rendahnya hasil belajar

siswa pada pelajaran matematika juga terkait erat dengan persoalan metode

ataupun model pembelajaran’’.

Dari hasil observasi nilai matematika dan wawancara terhadap salah satu

guru matematika di SMA Negeri 1 Buntu Pane pada tanggal 19 Maret 2012, para

siswa masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika sehingga pola

jawaban ketika menyelesaikan persoalan tidak bervariasi, hasil belajar matematika

yang diperoleh masih belum memuaskan dan pada saat ujian dilakukan masih

banyak hasil ujian siswa yang tidak tuntas bahkan jauh dari ketuntasan.

Fakta di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang diterapkan

saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Sebagian besar guru

cenderung menggunakan model pembelajaran biasa atau konvensional, yaitu

model pembelajaran yang lebih terfokus pada guru sedangkan siswanya

cenderung pasif.Pembelajaran seperti ini membuat respon siswa menjadi kurang

baik terhadap pembelajaran matematika. Siswa lebih banyak menerima saja apa

yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini membuat siswa menjadi

kurang aktif.

Hal lain yang berkontribusi menyebabkan rendahnya hasil belajar

matematika adalah masih banyak siswa beranggapan bahwa matematika

merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Hal ini didukung dari hasil tes

yang diberikan peneliti pada saat observasi di kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane

untuk mengukur kemampuan awal komunikasi matematika siswa, antara lain :

(14)

4

2. Panjang suatu persegi panjang adalah dua kali lebarnya. Apabila luasnya adalah 20 cm2.Maka carilah keliling persegi panjang tersebut dalam bentuk akar yang paling sederhana.”

Terdapat masalah komunikasi matematik siswa yang ditemukan peneliti di

kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane, yaitu (1) siswa tidak mampu membuat

hubungan ide/ situasi matematika ke dalam gambar. Hal ini dapat dilihat pada

gambar 1.1.

Gambar 1.1

(2) Siswa tidak mampu menjelaskan idea/ situasi matematika secara

tertulis dengan aljabar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.2

Gambar 1.2

Dari 34 siswa yang mengikuti tes, diperoleh skor rata-rata siswa

5,12.Dimana 75% siswa tidak mampu menuliskan unsur yang diketahui, 69% siswa

(15)

5

hubungan ide/ situasi matematika dengan gambar, 72%tidak mampu menjelaskan idea/

situasi matematika secara tertulisdengan aljabar., dan 66% tidak mampu memberikan

jawaban akhir. Berdasarkan observasi tersebut disimpukan kemampuan komunikasi

matematik tertulis siswa kelas X di SMA Negeri 1 Buntu Pane masih rendah dan

diperlukan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Dari pernyataan di atas jelas bahwa salah satu kesulitan untuk mempelajari

matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa. Hal ini

didukung oleh pendapat Ruseffendi (dalam Ansari, 2009: 2) :

“Bagian terbesar dari matematika yang dipelajari siswa di sekolah tidak diperoleh melalui eksplorasi matematik, tetapi melalui pemberitahuan.Kenyataan di lapangan juga menunjukkan demikian, bahwa kondisi pembelajaran yang berlangsung dalam kelas membuat siswa pasif (product oriented education). “

Kemampuan komunikasi matematis perlu menjadi fokus perhatian dalam

pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasi

dan mengonsolidasi berpikir matematikanya dan siswa dapat mengeksplorasi

ide-ide matematika (NCTM, 2000). Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan dalam

pembelajaran untuk memberikan argumen terhadap setiap jawabannya serta

memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa

yang sedang dipelajari menjadi bermakna baginya. Hal ini berarti guru harus

berusaha untuk mendorong siswanya agar mampu berkomunikasi.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran

matematika di Indonesia dalam aspek komunikasi matematis masih

rendah.Sebagaimana yang terdapat dalam

http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf :

“Rendahnya kemampuan komunikasi matematis ditunjukkan dalam studi Rohaeti (2003) bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa berada dalam kualifikasi kurang.Demikian juga Purniati (2003) menyebutkan bahwa respons siswa terhadap soal-soal komunikasi matematis umumnya kurang.Hal ini dikarenakan soal-soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis masih merupakan hal-hal yang baru, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya.”

Sementara itu pada laporan TIMSS 2003 (dalam

(16)

6

“Siswa Indonesia berada pada posisi 34 dari 45 negara yang disurvei.Prestasi Indonesia jauh di bawah Negara-negara Asia lainnya.Dari kisaran rata-rata skor yang diperoleh oleh setiap Negara 400-625 dengan skor ideal 1.000, nilai matematika Indonesia berada pada skor 411. Khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia, laporan TIMSS (Suryadi, 2005) menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam komunikasi matematika sangat jauh di bawah Negara-negara lain. Sebagai contoh, untuk permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan komunikasi matematis, siswa Indonesia yang berhasil benar hanya 5% dan jauh di bawah Negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50%.”

Dari beberapa kutipan di atas menjelaskan begitu penting arti dan peranan

pendidikan untuk meningkatakan kemampuan komunikasi matematika siswa

sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa

masih sangat rendah.

Salah satu materi dalam pembelajaran matematika adalah persamaan

kuadrat.Persamaan kuadrat merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran

matematika yang diajarkan pada siswa pada jenjang sekolah menengah.

Persamaan kuadrat adalah materi yang memerlukan penyelesaian dengan tingkat

ketelitian yang cukup tinggi karena terdapat beberapa cara dalam proses

penyelesaiannya terutama dalam menentukan akar-akar persamaan kuadrat.Selain

itu konsep persamaan kuadrat juga banyak sekali aplikasinya di bidang lain dan

dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu banyak siswa yang mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan persamaan kuadrat. Sebagaimana yang terdapat

dalam http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/21440806200608001.rtf :

“Berdasarkan pengalaman para guru matematika, pada pokok bahasan persamaan kuadrat banyak siswa mengalami kesulitan. Hal ini ditandai masih banyaknya siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi persamaan kuadrat. Kesalahan-kesalahan ini terjadi mungkin karena siswa kurang memahami konsep dasar yang harus dikuasai, kurangnya pemahaman siswa terhadap materi persamaan linear sebagai materi prasyarat persamaan kuadrat serta kurangnya pemahaman dan ketelitian siswa siswa dalam operasi aljabar.” Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa persamaan kuadrat

merupakan materi yang dianggap sulit oleh siswa.Oleh karena itu harus diterapkan

satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan komunikasi matematik siswa

(17)

7

dapat digunakan untuk pokok bahasan persamaan kuadrat adalah metode Co-Op

Co-Op dan metode Group investigation.Metode Co-Op Co-Op memberikan

kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil,

pertama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang kemampuan mereka

sendiri yang dibagi dalam kelompoknnya dan selanjutnya memberikan mereka

kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru mereka dengan teman-teman

sekelasnya..

Group investigation memiliki akar filosofis,etis,psikologi penulisan sejak

awal tahun abad ini.yang paling terkenal di antara tokoh-tokoh terkemuka dari

orientasi pendidikan ini adalah jhon dewey. Pandangan dewey terhadap kooperasi

di dalam kelas sebagai sebuah prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah

kehidupan yang kompleks dalam masyarakat demokrasi. Kelas adalah sebuah

tempat kreatifitas kooperatif dimana guru dan murid membangun proses

pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai

pengalaman,kapasitas, dan kebutuhan mereka masing-masing.Sebuah metode

investigasi kooperatif dari pembelajaran di kelas di peroleh dari premis bahwa

baik domain sosial maupun intelektual proses pembelajaran sekolah melibatkan

nilai-nilai yang di dukungnya

Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mencari tahu bagaimana

kemampuan komunikasi matematik siswa melalui penggunaan metode

pembelajaran pemecahan masalah dan tanya jawab karena menurut Situmorang

(2010: 45) bahwa :

“Kedua metode pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah sama-sama dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa, dimana dalam metode pemecahan masalah dan metode tanya jawab sama-sama menuntut siswa untuk mampu mengungkapkan ide matematiknya, ini dapat dilihat dalam metode pemecahan masalah siswa dituntut untuk dapat membuat sebuah model matematik dan mendiskusikan hal-hal yang kurang dipahaminya dan dalam metode tanya jawab melalui pertanyaan-pertanyaan guru, siswa diarahkan untuk mengungkapkan idenya.”

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

(18)

8

Siswa Yang Diajar Dengan Metode Co-Op Co-Op Dan Group Investigation Pada Materi Persamaa Kuadratdi Kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane Tahun Ajaran 2011/2012.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah

2. Penggunaan metode mengajar masih kurang bervariasi

3. Siswa menganggap matematika pelajaran yang sulit dan membosankan

4. Siswa kurang memahami penggunaan rumus dalam penyelesaian soal

5. Kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam melaksanakan penelitian perlu dibuat batasan masalah supaya

masalah yang diteliti jelas dan lebih terarah.Adapun masalah penelitian ini

dibatasi pada masalah kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dikemukakan,

maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Apakah kemampuan komunikasi

matematik siswa yang diajar dengan metode Co-Op Co-Op lebih baik dari siswa

yang diajar dengan metode Group Investigation pada Materi Persamaan Kuadrat?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan

kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan metode Op

Co-Op dan Group Investigation pada Materi Persamaan Kuadrat di kelas X SMA

(19)

9

1.6 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini

diharapkan akan member hasil sebagai berikut :

1. Bagi Guru : Sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi matematika

dalam pencapaian kemampuan komunikasi matematik siswa.

2. Bagi Siswa : Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematiknya

sehingga dapat lebih memahami dan menguasai konsep demi mencapai

prestasi yang lebih baik.

3. Bagi Sekolah : Sebagai bahan pertimbangan untuk melengkapi sarana dan

prasarana belajar dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran

matematika.

4. Bagi Peneliti :sebagai bahan acuan untuk dapat menerapkan metode

pembelajaran yang paling sesuai dalam kegiatan belajar mengajar di

(20)

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan taraf signifikansi α = 0,05di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai rata-rata siswa yang diajar dengan metode Co-Op Co-Op sebesar

30,12 atau berada pada kategori baik.

2. Nilai rata-rata siswa yang diajar dengan metode Group Investigation sebesar

25,24 atau berada pada kategori baik.

3. kemampuan komunikasi matematik yang diajar dengan metode Op

Co-Op lebih baik dari siswa yang diajar dengan metode Group Investigation

pada materi persamaan kuadrat di kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane T.A

2011/2012.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang perlu disampaikan

antara lain:

1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMA Negeri 1

Buntu Pane, agar selalu memperhatikan kesulitan yang dialami siswa

dalam belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang menuntut siswa

untuk dapat mengungkapkan ide matematiknya baik secara lisan, tulisan,

gambar ataupun diagram. Untuk itu hendaknya guru matematika dapat

menggunakan metode Co-Op Co-Op dan metode Group Investigation

yang sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran karena kedua metode

ini dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat mengungkapkan

ide atau gagasan matematika sehingga dapat memotivasi siswa dan melatih

siswa untuk belajar aktif.

2. Guru diharapkan memberikan masalah-masalah dan latihan-latihan yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam menyelesaikan

soal-soal yang menuntut kemampuan komunikasi matematik.

(21)

60

3. Kepada peneliti lanjutan yang berminat untuk melakukan penelitian yang

sejenis supaya memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada

penelitian ini yaitu pembuatan tes kemampuan komunikasi matematik

yang digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik

siswa masih kurang baik karena tes tersebut kurang memenuhi indikator

kemampuan komunikasi matematik siswa, siswa sulit menyelesaikan soal

dengan berbagai sudut pandang dan dalam ketrampilan berpikir original,

siswa kurang mampu menemukan gagasan yang baru untuk mencari

alternatif jawaban secara bervariasi, sehingga diharapkan kedepannya akan

(22)

61

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Ansari, Bansu l, (2009), Komunikasi Matematik, Pena, Banda Aceh.

Arikunto, Suharsimi, (2009), Dasar-Dasar Evaluasi, Bumi Aksara, Jakarta.

Bambang R, (2008), Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika, http://rbaryans.wordpress.com/2008. (Diakses 26 Agustus 2011).

Departemen Pendidikan Nasional, (2003), Model Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah, S.B, (2006), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Ekosuprapto, (2009), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Matematika , http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pembelajaran-matematika. (Diakses 4 Oktober 2011)

FMIPA UNIMED, (2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi, FMIPA, Medan.

Hudojo, H, (1988), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Jakarta.

Lastiono, (2011), PTK Pak Tono, http://lastionomatematikasd.blogspot.com/2011/04/ptk-pak-tono.html. (Diakses 16 Juli 2011).

Mustafidah, Hindayanti, (2009), Jurnal Pengembangan Perangkat Lunak

Komputer Untuk Mengevaluasi Soal Tes,

http://perpustakaan.uns.ac.id/jurnal/index.php. (Diakses 4 Oktober 2011).

Murzaini, Leni R, (2007), Super Matematika Untuk SMA dan MA Kelas X, Esis, Jakarta.

NCTM, (2000), Principles and Standards for School Mathematics, National Council of Teachers of Mathematics, Reston, Va.

(23)

62

Roestiyah N.K, (2008), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Bandung.

Sagala, Syaiful, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.

Situmorang, Fajar, (2010), Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Yang Diajar Dengan Metode Pemecahan Masalah Dan Metode Tanya Jawab Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat Di Kelas X SMA Negeri 1 Tarutung Tahun Pelajaran 2009/ 2010, FMIPA, Medan.

Slavin, Robert E., (2008), Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, Nusa Media, Bandung.

Slameto, (2003), Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Soejadi, (1999), Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sunardi, dkk, (2008), Matematika 1 SMA/ MA, Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Syarif, (2010), Pembelajaran Matematika, http://syarifartikel.blogspot.com. (Diakses 4 Oktober 2011).

(24)

RIWAYAT HIDUP

Febryansyah Pratama Manurung dilahirkan di Pulau Mandi, pada tanggal 23

Februari 1990. Ayah bernama Syahbudin Manurung, S.Pd dan Ibu bernama

Evinaria Siregar, dan merupakan anak pertama dari tiga orang bersaudara. Pada

tahun 1995 penulis masuk SDN 010102 Buntu Pane dan lulus pada tahun 2002 .

Pada tahun 2002 , penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan

dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan sekolah di SMA

Negeri 1 Buntu Pane dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis

diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan melalui jalur PMP. Penulis lulus

Gambar

Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3.
Gambar 4.1. Diagram Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Kemampuan                      Matematika Ke Dalam Gambar   Penalaran Kedua Kelas
gambar 1.1.
gambar ataupun diagram. Untuk itu hendaknya guru matematika dapat

Referensi

Dokumen terkait

Hanya Penyedia Barang/Jasa yang memiliki SPDA yang masih berlaku pada subbidang usaha yang sesuai yang dapat mengikuti proses Prakualifikasi ini.. / Prequalification requirements

Dalam perannya sebagai pemimpin (leader), kepala sekolah SD Kanisius Kadirojo dan kepala sekolah SD Negeri Purwobinangun sama-sama memiliki kemampuan untuk mengembangkan

Dengan menggunakan aplikasi Netbeans siswa dapat mendemonstrasikan pembuatan program untuk method dalam class pada pemrograman berorientasi obyek sesuai dengan

agar penilaian terhadap faktor ekstemal Gerai Ayam Goreng Fatmawati Cabang Bandung dapat lebih objektif dan lebih mendekati kondisi yang sebenarnya.. daD Analbb

Nilai adjusted R square pada penelitian ini sebesar 47,7% yang berarti ketiga variabel independen yang digunakan yaitu independensi, integritas dan kompetensi hanya mampu

[r]

Mahasiswa telah menyadari bahwa dengan pengelolaan waktu yang tepat maka target untuk menyempatkan diri untuk belajar mandiri serta mengerjakan dan menyelesaikan

F (0,000) ≤ 0,05, maka H 0 ditolak dan H1 diterima yang artinya faktor harga telur ayam ras, pendapatan rata-rata keluarga/bulan, jumlah tanggungan, dan harga tempe