• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. A. Mety Titin Herawaty, NPM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. A. Mety Titin Herawaty, NPM :"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

1

ABSTRAK

A. Mety Titin Herawaty, NPM : 20127379137

B. Pengaruh Kompetensi Profesional dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Dosen pada perguruan Tinggi Swasta Di Bekasi : Tesis : Jakarta : Program Pascasarjana : Universitas Indrapasta Persatuan Guru Republik Indonesia, januari 2015.

C. XiV + 5 bab + 81 Halaman + 17 Lampiran

D. Kata Kunci : Motivasi Berprestasi, kinerja Dosen, kompetensi profesiona..

E. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kompetensi Profesional dan motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Dosen. Jika memang ada pengaruh yang positif dan signifikan maka seberapa kuat pengaruh kompetensi profesional dan Motivasi berprestasi terhadap kinerja Dosen tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan analisis korelasi dan regresi. Data tentang Motivasi Berprestasi, kinerja, kompetensi profesional dan kinerja Dosen diperoleh melalui angket yang disusun oleh peneliti yaitu yang mengukur hal-hal yang berkaitan dengan tiga hal diatas.

Hasil analisa pengaruh kompetensi profesional dan motivasi berprestasi terhadap kinerja Dosen diperoleh koefisien korelasi sebesar dengan perolehan nilai Fo = 9,606 dan Sig. 0,000 < 0,05 dan koefisien dengan perolehan nilai thitung = 4,045 dan Sig. 0,020 < 0,05. Variabel kompetensi profesional memberikan kontribusi sebesar 16,96 %. ini dibuktikan dengan perolehan nilai thitung = 2,379 dan Sig.

0,020 < 0,05. Variabel motivasi berprestasi memberikan kontribusi sebesar 4,58

%dalam meningkatkan kinerja dosen. dan persamaan garis regresi Y . Deviation from Linearity dengan Fo = 1,607 dan Sig. = 0,141 > 0,05.

Melalui analisa pengujian diperoleh bahwa koefisien korelasi dan koefisien regresi tersebut signifikan. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat pengaruh

kompetensi profesional dan motivasi berprestasi terhadap kinerja Dosen.

F. Daftar Pustaka : 26 Buku

G. Pembimbing: 1. Prof. Dr. H. Sumaryoto 2. Tatan Zenal Mutakin,M.Pd

(2)

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Kegunaan Penelitian ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ....14

A. Landasan Teori ... ... 14

1. Teori kompetensi Profesional ... ... 14

a. Kompetensi ... ...18

b. Kompetensi Dosen ... ... 20

c. Kompetensi Profesional ... ... 21

2 d. Motivasi Berprestasi... ...23

d. Motivasi Dosen.. ... ... 24

e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Dosrn .. ... 25

3 g Kinerja Dosen ... ... 27

h. Kinerja ... ... 53

i. Kinerja Profesional ... ... 55

B. Kerangka Berpikir ... ... 33

1. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Dosen ... 33

2. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Dosen.. 34

(3)

3

3. Pengaruh Kompetensi Profesional dan Motivasi Berprestasi

Terhadap Kinerja Dosen ... 35

C. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Metode Penelitian ... 38

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 39

Populasi Penelitian ... 68

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

Teknik Pengumpulan Data ... 40

E.Instrumen Penelitian ... 41

1. Instrumen KompetensinProfesional ... 41

a. Definisi Konseptual ... 41

b. Definisi Operasional ... 41

c. Kisi-kisi ... 42

d. Validasi ... 43

2. Instrumen Motivasi Berprestasi... ... 44

a. Definisi Konseptual ... 44

b. Definisi Operasional ... 44

c. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Berprestasi ... 45

d. Validitas Instrumen Motivasi Berprestasi ... 45

3. Instrumen Kecerdasan Kinerja Dosen ... 46

a. Definisi Konseptual ... 46

b. Definisi Operasional ... 47

c. Kisi-kisi Instrumen Kinerja Dosen... 47

d. Validitas Instrumen Kinerja Dosen ... 48

1. Teknik Analisis Data ... ... 48

1. Analisis Deskriptif ... ... 49

2. Uji Prasyarat Analisis Data ... ... 49

3. Teknik Pengujian Hipotesis Penelitian ... ... 49

(4)

4

2. Hipotesis Statistik ... ... 53

Daftar Pustaka ... 55

(5)

5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Deskripsi Data Penilitian Kinerja Dosen

Lampiran 2 : Deskripsi Data Penelitian Kompetensi Profesional Dosen Lampiran 3 : Deskripsi data penelitian Motivasi Berprestasi

Lampiran 4 : Uji Normalitas Data

Lampiran 5 : Pengujian Linearitas Refresi variabel Y atas X1 Lampiran 6 : Pengujian Linearitas Regresi variabel Y atas X2 Lampiran 7 : Pengujian Hipotesis

Lampiran 8 : Uji Normalitas

Lampiran 9 : Uji Heteroskedastisitas Lampiran 10 : Uji Normalitas Galat

(6)

6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pekerjaan Profesional menurut pendapat umum diartikan suatu jenis kerja yang digolongkan sebagai profesi, bila pekerjaan tersebut memerlukan pengetahuan, kecakapan dan keahlian khusus melalui pendidikan secara khusus juga. Semua berdasarkan displin ilmu yang terus menerus dipelihara dan dikembangkan melalui penelitian. Pelaksanaannya terikat oleh kode etik yang dibuat dan ditegakkan oleh organisasi profesi bersangkutan dan menuntut rasa tanggung jawab baik secara pribadi maupun teman sejawat.

Organisasi keahlian atau profesi pada umumnya mengetengahkan tujuan untuk membina dan meningkatkan keahliannya atau profesinya seperti dibidang kedokteran, teknik ekonomi, pendidikan dan sebagainya dalam rangka meningkatkan pengabdiannya kepada negara dan bangsa.

Guru atau Dosen di indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang maha Esa, Bangsa dan Negara serta kemanusiaan pada umumnya. Guru atau Dosen di Indonesia yang berjiwa pancasila dan setia pada UUD 1945 turut bertanggung jawab atas wujudnya cita-cita Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 agustus 1945 oleh karena itu Guru atau Dosen di Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya.

Pendidikan Tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan

(7)

7

tinggi yang bersifat akademik dan atau profesional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan , teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia. (kepmendikbud No.0186/P/1984).

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang berkualitas. Kualitas manusia yang di butuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa laindi dunia. Kualitas manusia indonesia tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk tujuan yang majemuk. Pada satu pihak pendidikan Tinggi harus ikut meneruskan , mengembangkan dan melestarikan peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada pihak lain pendidikan tinggi harus pula ikut dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya seperti yang telah di gariskan oleh tujuan umum pendidikan nasional, sehingga mampu untuk ikut serta dalam usaha penerusan, pengembangan dan pelestarian tersebut diatas dan dalam usaha pengolahan peradaban serta penerapan ilmu dan teknologi dalam rangka pembangunan dirinya sendiri, bangsa dan negara serta umat manusia. Untuk mencapai tujuan majemuk tersebut, Lembaga pendidikan tinggi melaksanakannya misi Tridarma yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian masyarakat dalam lingkup Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah Pendidikan nasional.

Menurut Hasil survey yang dilakukan oleh The THES- QS World University Rankings yang merupakan publikasi tahunan peringkat Universitas

(8)

8

diseluruh Dunia yang dipublikasikan oleh The Times Higher Education Suplement (THES) sumber KR (28 jui 2009 hal 24) hanya menempatkan tiga Universitasnya masuk dalam 500 Universitas TOP dunia yaitu Universitas Gajah mada berada pada peringkat 360, ITB di peringkat 369, dan UI di peringkat 395.

Pengembangan sumber daya manusia merupakan dimensi penting dalam proses pembangunan nasional yang saling berkaitan dengan pembangunan dimensi ekonomi. Oleh sebab itu pengembangan sumber daya manusia harus mendapat perhatian secara sungguh-sungguh berdasarkan perencanaan negara secara sistematik dan rinci yang mengacu ke masa depan.

Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa karena pendidikan merupakan salah satu dasar kebutuhan manusia untuk mampu bersaing dari Negara-negara lain dan melalui pendidikan akan terbentuk manusia-manusia yang berpotensi diperlukan suatu lembaga pendidikan.

Pentingnya pendidikan bagi kelangsungan dan kemajuan suatu bangsa, sejak awal berdirinya republik ini telah disadari oleh bangsa kita. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang dasar 1945 yang mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat UUD 1945 maka pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan pendidikan dengan satu sistem pendidikan nasional berdasarkan UU dalam hal ini UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maka dituntut kemampuan dan wawasan yang tinggi dari semua pihak yang terkait di dunia pendidikan,

(9)

9

sebab keberhasilan tujuan pendidikan nasional hanya akan dapat dicapai jika pihak yang terkait yaitu kurikulum, dosen, guru sarana dan prasarana, metode dan peserta didik didalamnya memiliki kemampuan dan wawasan yang tinggi sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. Dalam hal ini pihak yang secara langsung terkait dan menjadi kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah tenaga pengajar yakni tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (TK,SD,SLTP,SLTA) disebut guru, sedangkan pada perguruan tinggi disebut Dosen.

Dengan demikian maka kemampuan dan wawasan yang tinggi merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik (Guru atau Dosen) sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai pendidik, oleh karenanya pekerjaan sebagai seorang pendidik tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.

Sistem pendidikan dosen sebagai pengajar merupakan suatu subsistem pendidikan faktor kunci dan rmemiliki peran yang sangat strategis. Pada hakekatnya, penyelenggaraan dan keberhasilan proses pendidikan pada semua jenjang dan semua satuan pendidikan ditentukan olah faktor dosen, disamping perlunya unsur-unsur penunjang lainnya. Kualitas kemampuan mengajar dosen yang rendah akan berdampak pada rendahnya mutu pendidikan. Sedangkan derajat kemampuan mengajar dosen sejak mula disiapkan pada suatu lembaga pendidikan guru atau dosen, baik secara berjenjang maupun secarara keseluruhan.

(10)

10

Derajat kualitas pendidikan dosen ditentukan oleh tingkat kualitas semua komponen yang masing-masing memberikan konstribusi terhadap sistem pendidikan guru, dosen secara keseluruhan. Komponen-komponen tersebut adalah mahasiswa calon guru, pendidik, pembimbing calon guru kurikulum, strategi pembelanjaran, media instruksional, sarana dan prasarana, waktu dan ketersediaan dana, serta masyarakat dan sosial budaya. Semuanya memberikan pengaruh dan warna terhadap proses pendidikan guru,dosen dalam upaya mencapai tujuan sistem pendidikan guru, dosen yang hasil atau lulusannya dapat diketahui melalui komponen evaluasi (tahap masukan, tahap proses, dan tahap kelulusan) secara menyeluruh dan berkesinambungan.

Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern. Hal ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang masih banyak diperbincangkan, baik dikalangan pendidikan maupun diluar pendidikan. Kendatipun berbagai pandangan tentang masalah tersebut telah banyak dikemukakan oleh para pakar pendidikan, namun satu hal yang sudah pasti, bahwa masyarakat marasakan perlunya suatu lembaga pendidikan guru, dosen yang khusus berfungsi mempersiapkan tenaga guru atau tenaga dosen yang terdidik dan terlatih dengan baik.

Tantangan dunia perguruan tinggi ini diantaranya adalah tantangan bagi dosen dalam hubungan belajar mengajarnya dengan mahasiswa, berkaitan dengan hal ini, maka kemampuan mutu dan keterampilan dosen khususnya dalam proses belajar mengajar harus lebih baik dan harus terus ditingkatkan

(11)

11

sehingga dosen tersebut mampu menciptakan iklim belajar yang efektif dan kondusif. Dosen pun dapat membangkitkan motivasi. Kualifikasi kemampuan mengajar secara baik yang dimiliki seorang dosen akan membawa dampak positif dalam rangka penaggulangan kemerosotan mutu pendidikan.

Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki dosen adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar.

Kemampuan ini membekali dosen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi saat berlangsungnya interaksi antara dosen dengan mahasiswa untuk mencapai tujuan pengajaran.

Sebagai proses belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama yakni mengkoordinasikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian atau evaluasi.

Seperti telah kita ketahui bersama bahwa dalam pendidikan, tenaga pendidik (dosen,guru) merupakan unsur yang memegang peranan paling penting disamping faktor-faktor lain yang menunjangnya. Usaha peningkatan mutu pendidikan tidak akan berhasil dengan baik apabila satu hal diabaikan yaitu masalah kompetensi terhadap kinerja dosen sebagai unsur sistematik terpenting dari seluruh komponen pendidikan.

Pembinaaan tenaga pendidikan perlu ditingkatkan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini kita saksikan begitu cepat dan menyeluruh dalam berbagai kehidupan manusia, semua itu tentu saja sangat terpengaruh terhadap peranan dan tanggung jawab pengajar karena

(12)

12

mereka dituntut untuk mampu memberikan bimbingan pengajaran dan pelayanan terhadap peserta didik yang dalam hal ini disebut sebagi mahasiswa.

Upaya peningkatan mutu pendidikan sangat tergantung pada subyek yang melakukan proses belajar mengajar, pada dasarnya dalam proses belajar mengajar itu terdiri dari tiga komponen yaitu pengajar (dosen,guru) siswa (yang belajar) dari bahan ajar yang diberikan oleh pengajar. Dosen dalam hal ini disebut sebagai tenaga pendidik pada perguruan tinggi yang khusus diangkat dengan tugas utama mangajar dan mahasiswa disebut sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi.

Perlu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan tinggi di indonesia pada umumnya dan perguruan tinggi swasta pada khususnya. Diperlukan perbaikan yang menyeluruh terhadap unsur-unsur yang saling terkait di dalamnya. Salah satu unsur yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi tersebut adalah tenaga pendidik dalam hal ini adalah Dosen.

Dosen merupakan salah satu komponen esensial dalam suatu sistem pendidikan di perguruan Tinggi. Peran, tugas dan tanggung jawab dosen sangat bermakna dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia, meliputi kualitas iman dan takwa, akhlak mulia dan pengusaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur dan beradab.

(13)

13

Dosen dituntut untuk dapat memperlihatkan kinerja yang baik.

Peningkatan kinerja dosen ini memerlukan beberapa hal seperti motivasi yang tinggi, kompetensi yang memadai, kepemimpinan yang baik dan lingkungan kerja yang mendukung dosen untuk dapat meningkatkan kinerjanya.

Data yang diperoleh dari bagian kepegawaian STMIK Pranata Indonesia, STBA Cipto Hadi Pranoto dan STT Texmaco Guna Karya menunjukan sampai bulan Agustus 2014 Dosen masih bervariasi dalam jenjang pendidikannya. variasi tersebut terlihat juga dari jabatan fungsional yang mereka miliki.

Data tersebut menunjukan bahwa masih terdapat sebagian dosen di STMIK Pranata Indonesia, STBA Cipto Hadi Pranoto, STBA dan STT Texmaco Guna Karya yang masih belum dapat memenuhi ketentuan undang- undang Nomor 14 Tahun 2005. Pasal 46 ayat 2 dalam undang-undang tersebut menyebutkan bahwa seorang Dosen harus memilki kualifikasi akademik minimum S2 (Magister).

Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 juga mensyaratkan bahwa dosen harus mempunyai jabatan fungsional sekurang-kurangnya Asisten Ahli.

dosen STMIK Pranata Indonesia, STBA Cipto Hadi Pranoto dan STT Texmaco Guna Karya ternyata masih terdapat dosen yang belum mempunyai jabatan fungsional, padahal jabatan fungsional merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh seorang dosen sebagai penentu kewenangan mengajar.

(14)

14

Berdasarkan hal diatas, sangat menarik untuk diteliti tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja Dosen pada STMIK Pranata Indonesia, STBA Cipto Hadi Pranoto dan STT Texmaco Guna Karya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh motivasi, kompetensi, kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja dosen pada STMIK Pranata Indonesia, STBA Cipto Hadi Pranoto dan STT Texmaco Guna Karya Bekasi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas timbul bermacam-macam masalah yang dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Masih rendahnya Motivasi dosen ke arah tujuan yang berkaitan dengan tugasnya dalam Tri Darma Perguruan Tinggi.

2. Masih rendahnya kesadaran dosen mengenai kompetensi pengetahuan, keterampilan, prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

3. Masih rendahnya kinerja dosen dalam melaksanakan tugas dibidang Tri darma perguruan tinggi.

4. Belum Optimalnya perhatian Pemimpin mengarahkan para dosen melaksanakan tri darma Perguruan Tinggi.

5. Banyaknya para Dosen kurang menguasai kompetensi pendagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi kepribadian.

6. Masih kurangnya Dosen yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugasnya melaksanakan Tri darma perguruan tinggi.

(15)

15

C. Pembatasan masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada apakah terdapat pengaruh kompetensi profesional dan motivasi berprestasi terhadap kinerja Dosen.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya terdapat beberapa permasalahan yang menjadi perhatian penulis untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu: kompetensi profesional dan motivasi berprestasi terhadap kinerja dosen. Selanjutnya, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh kompetensi profesional dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja dosen ?

2. Apakah terdapat pengaruh kompetensi profesional terhadap kinerja Dosen?

3. Apakah terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja dosen ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dosen melaksanakan tri darma perguruan tinggi dan motivasi berprestasi. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah utuk mengetahui:

1. Pengaruh kompetensi profesional dan motivasi berprestasi secara bersama- sama terhadap kinerja dosen.

(16)

16

2. Pengaruh kompetensi profesional terhadap kinerja Dosen.

3. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja dosen.

F. Kegunaan penelitian

Manfaat teoritik yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan pemikiran dalam kompetensi profesional khususnya terhadap kinerja dosen di Indonesia.

2. Hasil penelitian ini diharapkan memberi wawasan yang lebih komprehensif untuk menjadi dosen profesional.

Sedangkan manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi para Perguruan tinggi memperbaiki kualitas pendidikan tinggi di Indonesia diperlukan perbaikan tenaga pendidik khususnya dosen.

2. Bagi para pemimpin perguruan tinggi mengarahkan para dosen dalam melaksanakan tugas tri darma perguruan tinggi.

3. Bagi para peneliti untuk menjadi suatu bahan pembanding mengenai kompetensi profesional dan motivasi berprestasi terhadap kinerja dosen.

G. Sistematika penulisan Tesis

Tesis ini disusun sebagai laporan hasil penelitian yang terdiri dari lima bab yaitu :

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini dijelaskan berbagai alasan tentang penulisan judul penelitian yang didasarkan atas kondisi real yang ada di tempat penelitian dan

(17)

17

disampaikan berbagai hal tentang perbedaan dan kenyataan dengan kondisi kinerja dosen.

Bab II : Landasan Teori

Dalam bab ini dijelaskan teori-teori yang mendukung dan berkenaan dengan variabel penelitian, diantaranya teori tentang motivasi prestasi dosen serta teori tentang kinerja dosen.

Bab III : Metodologi Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan tentang metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian, dalam hal ini metode yang digunakan adalah metode sampling dan pengumpulan data ,pengambilan sampel dilakukan dengan metode convinience sampling sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dengan menggunakan kuesioner yang di sampaikan secara langsung kepada responden untuk memperoleh hasil kompetensi profesional dan motivasi berprestasi terhadap kinerja dosen.

Bab IV : Hasil Penelitian

Dalam bab ini disampaikan tentang hasil penelitian menyangkut kondisi real yang ada dan sedang berlangsung serta pencapaian hasil kinerja dosen.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Dalam bab ini dijelaskan kesimpulan dan saran atas hasil penelitian, sehingga diperoleh suatu rekomendasi untuk meningkatkan hasil kinerja dosen

(18)

18

BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Kompetensi Profesional

Becker et al. (2001) mengatakan bahwa kompetensi mengacu pada karakter knowladge, skill dan abilitties setiap individu atau karakter personal yang mempengaruhi job performance individu secara langsung. Grote (1996) menyatakan bahwa kompetensi adalah karakter mendasar dari individu yang berhubungan dengan ukuran atau referensi efektif atau tidaknya kinerja dalam suatu pekerjaan atau situasi tertentu. Menurut Grote, kompetensi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja yaitu siapa yang berkinerja baik dan kurang baik tergantung pada kompetensi yang dimilikinya, diukur dari kriteria atau standar yang digunakan.

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Indikatornya tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian.

Kompetensi merupakan seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu (Kepmendiknas No 045/U/2002). Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. (Ahamad Sopari, Fasilitator,2007:13)

(19)

19

Menurut M. Arifin (2002) kata profesi berasal dari kata profesion yang mengandung arti sama dengan occupation yaitu suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian dan pendidikan yang diperoleh melalui suatu pendidikan khusus. Suatu bidang keahlian yang khusus untuk menangani lapangan pekerjaan tertentu yang membutuhkannya. (Syarifudin, Irwan Nasution,2005:27). Profesi mengandung arti suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahun, sikap dan keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Guru atau dosen sebagai profesi berarti dosen sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna.(Kunandar,2007:46)

Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik dan perguruan tinggi. Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang.

Profesionalisme dosen merupakan kondisi, arah, nilai tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencahariannya.(Kunandar, 2007:47)

Profesional guru atau dosen mempunyai makna penting (Surya, dalam Kunandar,:2007:48) yaitu :

(20)

20

1) Profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahteraan masyarakat umum.

2) Profesinalisme guru merupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan.

3) Profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mengkin dan memaksimalkan kompetensinya.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.(UU NO 14 Tahun 2005). Gary dan Margaret (E.Mulyana,2008:21) menjelaskan bahwa guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif.

2) Berkemampuan mengembangkan strategi dan managemen pembelajaran.

3) Memiliki kemempuan memberikan umpan balik dan penguatan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kompetensi Profesional dosen adalah pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi seorang tenaga kependidikan. dosen yang profesional adalah dosen yang mengenal dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik dalam belajar. dosen

(21)

21

dituntut untuk terus menerus mencari tahu bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Seorang dosen yang profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain : memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, memiliki jiwa kreatif dan produktif, memiliki etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus melalui berbagai media.Kompetensi Profesional dosen adalah berbagai kemapuan yang dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan pekerjaannya sebagai dosen dimana dia harus mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif, mampu mengembangkan strategi dan managemen pembelajaran, serta mampu memberikan umpan balik dan penguatan.

Undang-undang Guru dan Dosen dan PP No 19/2005 menyatakan bahwa kompetensi guru atau dosen meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan keterampilan dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotor dengan sebaik-baiknya.

Menurut Finch dan Crunkilton kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.(E.Mulyana dalam Kunandar, 2007:52)

Kompetensi dosen adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri dosen atas dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Yang meliputi kompetensi intelektual, kompetensi fisik, kompetensi pribadi, kopetensi sosial, kompetensi spiritual. (Kunandar,2007:55).

(22)

22

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Arti lain dari kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan, karena kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya (UU-RI Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen)

Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap dosen akan menunjukkan kualitas dosen yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsi sebagai dosen karena standar Kompetensi dosen meliputi 3 (tiga) komponen kompetensi dan masing-masing komponen kompetensi terdiri atas beberapa unit kompetensi.

Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran dan Wawasan Kependidikan, yang terdiri atas;

1. Sub komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran seperti :

 Menyusun rencana pembelajaran

 Melaksanakan pembelajaran

 Menilai prestasi belajar peserta didik.

 Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik.

2. Sub komponen kompetensi wawasan kependidikan :

 Memahami landasan kependidikan

(23)

23

 Memahami kebijakan pendidikan

 Memahami tingkat perkembangan siswa

 Memahami pendekatan pembelajaran yang sesuai materi pembelajarannya

 Menerapkan kerja sama dalam pekerjaan

 Memanfaatkan kemajuan IPTEK dalam pendidikan

3. Komponen kompetensi akademik/vokasional, yang terdiri atas :

 Menguasai keilmuan dan keterampilan sesuai materi pembelajaran.

4. Komponen kompetensi pengembangan profesi terdiri atas :

 Mengembangkan profesi.

Secara keseluruhan standar kompetensi guru/dosen terdiri dari tujuh kompetensi (Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas, 2003) yaitu :

1) penyusunan rencana pembelajaran 2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar 3) penilaian prestasi belajar peserta didik

4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik 5) pengembangan profesi

6) pemahaman wawasan pendidikan 7) penguasaan bahan kajian akademik

Kompetensi dosen adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi seorang tenaga kependidikan sehingga

(24)

24

layak disebut kompeten. Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

Kompetensi dosen merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara faktual membentuk kompetensi standar profesi guru yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompentensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dikuasai dan dihayati dalam melaksnakan tugas profesionalnya.

Kompetensi dosen meliputi berbagai komponen kompetensi yang meliputi pengelolaan pembelajaran, wawasan kependidikan, akademik dan pengembangan profesi. Kompetensi yang dimiliki oleh seorang dosen akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya.

Mengajar Di perguruan Tinggi adalah pekerjaan yang tidak mudah. Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelumnya. Menjadi Dosen tidak hanya menguasai ilmu yang diajarkan, tetapi juga harus mempunyai keterampilan dan dedikasi tinggi. Arifin (2005 : 30) mengatakan bahwa “pelaksanaan tugas guru/Dosen mencakup kriteria dasar yaitu kepribadian, penguasaan ilmu yang diajarkan dan keterampilan mengajar”.

dengan kata lain tiga kompetensi yang harus dimiliki guru atau dosen, yaitu

(25)

25

kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pribadi yaitu mempunyai pengetahuan tentang materi ajar, dan cara pengembangan materi didik. Kompetensi sosial yaitu, kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka.

Kompetensi profesional yaitu, kemampuan untuk mengelola proses pembelajaran seperti merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, serta mengembangkan sistem pembelajaran. Cruickshank (2006:32) menerangkan

“guru/dosen yang baik adalah yang mendukung siswa, peduli dengan keadaan siswa, mempunyai pengetahuan yang luas tentang materi yang diajarkan, mampu untuk bekerjasama, dan bersemangat dalam melakukan tugasnya”. Dengan kata lain sebagai pengelola kelas guru/dosen mempunyai tugas untuk mengembangkan kemampuan siswa dengan menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar ketertarikannya untuk belajar dapat bangkit, serta membuat siswa untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Sebagai pengelola kelas, dosen mempunyai tugas untuk mengembangkan kemampuan siswa dengan menyediakan sarana-sarana yang di butuhkan, memotivasi siswa agar ketertarikannya dalam belajar bisa bangkit, serta membantu siswa untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan menguasai bahan ajar, kemampuan dalam mengelola kelas, kemampuan dalam menggunakan metode, media, dan sumber belajar, dan kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil, yang digunakan untuk menolong dan

(26)

26

membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan keterampilan, sikap penghargaan dan pengetahuan, serta memperoleh keberhasilan yang diharapkan.

Menurut undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ada empat kompetensi yang harus dimiliki sebagai seorang Dosen dalam mengemban tugas tridharma perguruan tinggi. Keempat kompetensi tersebut meliputi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Keempat kompetensi ini merupakan indikator yang menunjukan kinerja dosen sebagai pendidik dan pengajar.

Dari definisi-definisi dan uraian mengenai persepsi dan kompetensi dapat disimpulkan, bahwa persepsi siswa tentang kompetensi dosen adalah pendapat ataupun kesan siswa tentang performance dosen dalam menyampaikan materi ajar, yang mencakup kecakapan profesional, kecakapan sosial dan kecakapan pribadi.

Adapun kecakapan profesional adalah tata cara dosen dalam menerangkan materi ajar seperti penggunaan media yang diupayakan untuk dapat dipahami oleh siswa.

Kecakapan sosial yaitu sikap dosen dalam berinteraksi dengan siswa apakah sabar, selalu membantu kesulitan yuang dihadapi siswa dengan tulus, serta selalu bersikap terbuka. Kecakapan pribadi yaitu ketanggapan seorang dosen dalam menghadapi segala permasalahan yang dihadapi, serta mempunyai kepercayaan diri yang tinggi serta sikap yang tanggap terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Jika dalam proses pembelajaran, seorang dosen melakukan ketiga kompetensi tersebut dengan baik, akan menghasilkan persepsi yang baik kepada siswa, sehingga akan membuat siswa tertarik, senang dan tidak bosan untuk berinteraksi dalam proses pembelajara ini. Dan mereka dapat menyerap materi ajar dengan baik, sehingga dapat memperoleh hasil yang diharapkan.

(27)

27

2. Motivasi berprestasi

Gibson et al. (2003) mendevinisikan motivasi sebagai kekuatan yang mendorong karyawan untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku. Motivasi adalah salah satu faktor penentu kinerja. Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisisen untuk yang menggerakkan pegawai untuk mencapai tujuan organisasi (karjantoro,2004). Dalam hal ini terdapat hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja dosen. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri dosen untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja yang tinggi.

ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan Motivasi ialah suatu proses untuk mengalakan sesuatu tingkah laku supaya dapat mencapai matlumat-matlumat yang tertentu. Konsep motivasi memang susah dipahami karena kesannya tidak dapat diketahui secara langsung. Seseorang dosen terpaksa melibatkan proses berbagai motif kelakuan seseorang yang diukur dari segi perugahan, keinginan, keperluan, dan matlumatnya.

Motivasi masih sukar diukur akan kelakuan itu tidak hanya disebabkan oleh sesuatu motif atau desakan saja tetapi ada faktor-faktor yang membuat seseorang itu terdorong untuk memuaskan sesuatu. Sudirman (2001: 73), mengarakan bahwa motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau menyelakan perasaan tidak suka itu.Menurut Purwanto (2003: 71), istilah ”motif” dan

”motivasi” keduanya sukar dibedakan secara tegas. Dijelaskan bahwa motif

(28)

28

menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah ”pendorongan” suatu usaha yang harus disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tertentu.

Motivasi dosen adalah suatu kondisi yang menggerakkan dosen ke arah suatu tujuan tertentu yang berkaitan dengan tugasnya dalam pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Motivasi dosen akan dijabarkan yang dibuat berdasarkan indikator-indikator yang diambil dari teori motivasi yang dikemukakan oleh David Mc.Clelland. indikator-indikator tersebut adalah kebutuhan untuk mencapai prestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk memperoleh kekuasaan.

Menurut Mulyana prestasi merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik pribadi maupun lingkungan (Mulyana, 2006: 190). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat dibagi menjadi empat, yaitu: (a) bahan atau materi yang dipelajari (b) lingkungan (c) faktor instrumental dan (d) kondisi peserta didik. Faktor- faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi peserta didik. Faktor-faktor tersebut, disini penulis menggolongkan menjadi dua yaitu: faktor pribadi dan faktor lingkungan.

1. Faktor Pribadi

Faktor ini adalah faktor dari dalam diri dosen itu sendiri, diantaranya yaitu:

faktor fisik dan faktor psikologis.

Keadaan fisik dapat mendukung atau menghambat seorang dosen untuk berprestasi, misalnya, karena faktor iklim dan musim kerap menciptakan kondisi

(29)

29

fisik yang kurang menguntungkan dan dapat menyebabkan konsentrasi berkurang.

Perwujudan dari motivasi yang tinggi dalam bentuk tingkah laku berorientasi pada pencapaian prestasi. Terutama pada pekerjaan yang bukan pekerjaan rutin yang menuntut kemampuan mental yang tinggi serta peranan dalam pengambilan keputusan dan memecahkan masalah. McClelland menyatakan bahwa motivasi berprestasi individu dapat dipandang sebagai indikator kekuatan motivasi prestasi individu yang bersangkutan.

McClelland mengemukakan tingkah laku yang paling menonjol dari individu berprestasi yang tinggi adalah: (1) sangat menyayangi pekerjaan pekerjaan yang menuntut tanggung jawab pribadi, (2) selalu bekerja dengan memperhitungkan resiko dari segala tindakan yang dilakukannya. Ia tidak senang melakukan pekerjaan yang terlampau mudah, karena hal ini tidak mendatangkan kepuasan bagi dirinya, (3) lebih menyukai untuk menggunakan pemikiran sendiri dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, (4) mempunyai dorongan yang kuat untuk segera mengetahui hasil yang konkret dari segala tindakan yang dilakukannya.

Merangkum dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan dorongan atau kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, atau usaha–usaha yang menyebabkan sesorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena keinginan mencapai tujuan tertentu. Atau suatu dorongan yang muncul dari dalam dirinya atau luar dirinya dalam memperoleh

(30)

30

berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan diusahakan selalu berpartisipasi secara aktif, mempunyai minat, sikap dan persepsi tertentu.

3. Kinerja Dosen

Robbins (2002) menyatakan bahwa kinerja adalah ukuran mengenai apa yang dikerjakan dan apa yang tidak dikerjakan oleh karyawan. Menurut mangkunegara (2001) prestasi kerja berasal dari kata job performance atau actual performance yaitu hasil kerja secara kualitas, dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) “Kinerja (prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.(http://id.wikipedia.org) Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223) “Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”. Maluyu S.P. Hasibuan (2001:34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.

Menurut John Whitmore (2003 : 104) “Kinerja adalah pelaksanaan fungsi- fungsi yang dituntut dari seseorang, kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum ketrampikan”. (http://id.wikipedia.org). Menurut Barry Cushway (2002 : 1998) “Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan”.

(31)

31

Menurut Veizal Rivai ( 2004 : 309) mengemukakan kinerja adalah : “ merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson Terjamahaan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira (2001 : 78), “menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan”.(http://id.wikipedia.org) John Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997 : 104) “kinerja adalah pelaksanaan fungsi- fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan”. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negative dari suatu kebijakan operasional. Mink (2003 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya: (a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c) berperngendalian diri, (d) kompetensi.

Kinerja adalah catatan mengenai akibat-akibat yang dihasilkan pada sebuah fungsi pekerjaan atau aktifitas selama periode tertentu yang berhubungan dengan tujuan organisasi. (Kane & Kane, 2003, Bernardin & Russell, 2008, Cascio, 2008).

Kinerja seseorang merupakan gabungan dari kemampuan, usaha dan kesempatan, yang dapat diukur dari akibat yang dihasilkannya, oleh karena itu kinerja bukan menyangkut karakteristik pribadi yang ditunjukkan oleh seseorang melalui hasil kerja yang telah dan akan dilakukan seseorang. Kinerja dapat pula diartikan sebagai

(32)

32

kesuksesan individu dalam melakukan pekerjaannya, dan ukuran kesuksesan masing- masing karyawan tergantung pada fungsi dari pekerjaannya yang spesifik dalam bentuk aktifitas selama kurun waktu tertentu, dengan kata lain ukuran kesuksesan kinerja tersebut didasarkan pada ukuran yang berlaku dan disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. (http://wangmuba.com) Miner, (2002), mengatakan bahwa kinerja sebagai perluasan dari bertemunya individu dan harapan tentang apa yang seharusnya dilakukan individu terkait dengan suatu peran, dan kinerja tersebut sebagai evaluasi terhadap berbagai kebiasaan dalam organisasi, yang mana evaluasi tersebut membutuhkan standarisasi yang jelas. (http://wangmuba.com) Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan untuk memantau produktifitas kerja sumber daya manusia baik yang berorientasi produksi barang, jasa maupun pelayanan. Demikian halnya perwujudan kinerja yang membanggakan juga sebagai imbalan intrinsik. Hal ini akan berlanjut terus dalam bentuk kinerja berikutnya, dan seterusnya. Agar dicapai kinerja yang profesional maka perlu dikembangkan hal-hal seperti : kesukarelaan, pengembangan diri pribadi, pengembangan kerjasama saling menguntungkan, serta partisipasi seutuhnya. (Hadipranata, 2006). (http://wangmuba.com) Sejalan dengan hal tersebut, Vroom, (2004) mengatakan bahwa tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang didalam melakukan tugas pekerjaannya dinamakan tingkat kinerja (level of performance). Seseorang yang level of performance tinggi disebut sebagai orang yang produktif, sebaliknya yang levelnya tidak mencapai standar, dikatakan sebagai tidak produktif atau kinerjanya rendah.(http://wangmuba.com) McCloy et. al, (2004), mengatakan bahwa kinerja juga bisa berarti perilaku-perilaku atau tindakan-tindakan yang relevan terhadap tercapainya tujuan organisasi (goal-relevant action). Tujuan-

(33)

33

tujuan tersebut tergantung pada wewenang penilai yang menentukan tujuan apa yang harus dicapai oleh karyawan, oleh karenanya kinerja bukan merupakan hasil dari tindakan atau perilaku, melainkan tindakan itu sendiri. Lebih lanjut McCloy menguraikan, bahwa agar seseorang dapat melakukan suatu tugas sesuai dengan kinerja yang diinginkan, maka hendaknya memenuhi prasyarat : pengetahuan yang dibutuhkan, memiliki ketrampilan-ketrampilan, dan membuat pilihan dengan sungguh- sungguh untuk bekerja pada tugas pekerjaannya selama beberapa tenggang waktu tertentu dengan tingkat usaha tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut, Schultz & Schultz, (2004), mengatakan bahwa karyawan akan mampu memotivasi diri mereka sepenuhnya jika ada tujuan yang pasti yang ingin diraih. Tujuan tersebut adalah hasil yang akan dicapai oleh karyawan dan memberikan arah pada perilaku dan pikiran mereka sehingga membimbing kepada tujuan yang hendak dicapai. Sejauh mana kesuksesan karyawan dalam mencapai tujuan tersebut melalui tugas- tugas yang dilakukan disebut dengan kinerja (Suhartini, 2002).(http://wangmuba.com)

Cherington, (2004), mengatakan bahwa kinerja menunjukkan pencapaian target kerja yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Pencapaian kinerja tersebut dipengaruhi oleh kecakapan dan waktu. Kinerja yang optimal akan terwujud bilamana organisasi dapat memilih karyawan yang memiliki motivasi dan kecakapan yang sesuai dengan pekerjaannya serta memiliki kondisi yang memungkinkan mereka agar dapat bekerja secara maksimal. (http://wangmuba.com) Dari beberapa pengertian dari kinerja yang disampaikan oleh para ahli sebagaimana diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh individu sesuai dengan peran atau tugasnya dalam periode tertentu, yang dihubungkan dengan

(34)

34

suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari organisasi dimana individu tersebut bekerja.

Dalam melaksanakna tugasnya setidaknya guru harus memiliki kemampuan dan sikap sebagai berikut : menguasai kurikulum, menguasai substansi materi yang diajarkan, menguasai metode dan evaluasi belajar, tanggungjawab terhadap tugas, disiplin dalam arti luas.(Kunandar,2007:60) Sudijarto (Kunandar,2007:57) berpendapat bahwa kemampuan profesional Dosen meliputi :

1) Merancang dan perencanakan pembelajaran 2) Mengembangkan program pembelajaran 3) Mengelola pelaksanaan program pembelajaran 4) Menilai proses dan hasil pembelajaran

5) Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.

Kinerja profesional guru merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru meliputi : pertama memiliki pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, kedua, mempunyai sifat yang tepat tentang dirinya dan bidang studi yang dibinanya, ketiga, menguasai bidang studi yang diajarkan, keempat, memiliki keterampilan mengajar.

Keterampilan mengajar adalah sejumlah kompetensi guru yang menampilkan kinerjanya secara profesional. Keterampilan ini menunjukkan bagaimana guru memperllihatkan perilakunya selama interaksi belajar mengajar berlangsung. Kinerja Profesional guru adalah keterampilan guru dalam melaksanakan tugasnya secara

(35)

35

profesional, sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya yang yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Penguasaan materi meliputi pemahaman karakteristik dan substansi ilmu sumber bahan pembelajaran, pemahaman disiplin ilmu yang bersangkutan dalam konteks yang lebih luas, penggunaan metodologi ilmu yang bersangkutan dalam melakukan verifikasi dan memantapkan pemahaman konsep yang dipelajari, penyesuaian substansi dengan tuntutan dan ruang gerak kurikuler serta pemahaman terhadap managemen pembelajaran.

Pemahaman terhadap peserta didik meliputi berbagai karakteristik, tahap-tahap perkembangan dalam berbagai aspek dan penerapannya (kognitif, afektif dan psikomotor) dalam mengoptimalkan perkembangan peserta didik dan pembelajaran.

Pembelajaran yang mendidik terdiri atas pemahaman konsep dasar proses pendidikan dan pembelajaran bidang studi yang bersangkutan, serta penerapannya dalam pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran.

Pengembangan pribadi dan profesionalisme mencakup pengembangan intuisi keagamaan, kebangsaan yang berkepribadian, sikap dan kemampuan mengaktulisasikan diri, serta sikap dan kemampuan mengembangkan profesionalisme kependidikan. Dari beberapa pendapat tentang persepsi dan kinerja profesional guru yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa pada kinerja profesional guru adalah proses penginderaan dan pemberian makna atas berbagai stimulus respon yang diterima oleh indera (siswa). Yang selanjutnya dari pengorganisasian tersebut siswa dapat memberikan gambaran yang terstruktur dan

(36)

36

bermakna tentang hasil kerja yang dicapai oleh individu (guru) sesuai dengan peran atau tugasnya sebagai guru dalam periode tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar sesuai dengan kompetensi yang harus dimilikinya

Kinerja dosen merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Prawirosentono (1999) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kinerja perseorangan dengan kinerja perusahaan.

Pernyataan tersebut menunjukan bahwa apabila kinerja dosen baik, maka kinerja perguruan tinggi juga baik.

B. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Kompetensi Profesional dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Dosen

Kemampuan dosen adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

Faktor yang berhubungan dengan kinerja dosen pada institusi atau perguruan tinggi bahwa motivasi, kepemimpinan dan iklim kerja mempunyai hubungan positif dan sangat kuat dengan kinerja.

Motivasi dosen adalah suatu kondisi yang menggerakkan dosenkearah suatu tujuan tertentu yang berkaitan dengan tugasnya dalam tri dharma perguruan tinggi kebutuhannya untuk mencapai prestasi. Maka dapat diduga terdapat pengaruh kompetensi profesional dan motivasi berprestasi terhadap kinerja dosen.

(37)

37

2. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Dosen

Kinerja profesional dosen merupakan kemampuan dosen dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki, dalam pencapaian hasil yang diharapkan. Kompetensi yang harus dimiliki seorang dosen dalam mengemban tugas tri dharma perguruan tinggi. Keempat kompetensi tersebut meliputi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Keempat kompetensi ini merupakan indikator yang menunjukan kinerja dosen sebagai pendidik dan pengajar.

Kinerja profesional dosen adalah keterampilan dosen dalam melaksanakan tugasnya secara profesional, sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Dengan kompetensi yang dimiliki oleh dosen, maka akan memungkinkan pencapaian kompetensi dosen yang diharapkan. Dengan demikian terdapat pengaruh langsung kompetensi profesional terhadap kinerja dosen.

3. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Dosen

Kinerja profesional dosen adalah keterampilan dosen dalam melaksanakan tugasnya secara profesional, sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.

(38)

38

Motivasi prestasi yang ada pada dosen berhubungan dengan kepemimpinan di perguruan tinggi, ini sangat penting dipertimbangkan dalam menjelaskan kinerja.

Apabila dosen mempunyai motivasi dan kompetensi yang tinggi serta didukung dengan kepemimpinan yang baik maka akan dapat meningkatkan kinerja mereka.

Dan hal pertama yang harus diusahakan untuk memperbaiki kinerja dosen adalah menjamin kinerja dosen agar dosen dapat melaksanakan tugasnya dalam keadaan yang memenuhi syarat, sehingga mereka adapat melaksanakan tugasnya tanpa mengalami ketegangan dan Pergutruan tinggi harus menyediakan lingkungan kerja yang baik bagi dosen nya yaitu lingkungan fisik dan non fisik, keduanya dikembangkan diperguruan tinggi supaya memenuhi kebutuhan dosen.

Motivasi prestasi dosen adalah suatu kondisi yang menggerakkan dosen ke arah suatu tujuan tertentu yang berkaitan dengan tugasnya dalam tri dharma pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

Dari uraian di atas maka dapat di duga bahwa dapat berengaruh langsung Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Dosen.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir yang ada maka penelliti menyusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi profesional dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja dosen

2. Terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi profesional terhadap kinerja dosen.

3. Terdapat Pengaruh yang signifikan motivasi berprestasi terhadap kinerja dosen.

(39)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian ini menjelaskan mengenai tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi, sampel penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, instrumen penelitian dan teknik analisis data.

A. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bagian Personalia di Perguruan Tinggi STMIK Pranata Indonesia,STBA Cipto Hadi Pranoto dan STMIK Guna Karya yang ada diwilayah Bekasi. Waktu penelitian akan dilakukan selama 4 bulan mulai bulan Juli sampai dengan bulan November 2014. Penelitian dilakukan dalam lima tahapan mulai dari 1) Penentuan masalah/judul dan pengajuan prosposal penelitian, 2) survey terkait dengan jumlah populasi yang akan dijadikan objek penelitian dengan sumber masing-masing institusi yang ada di wilayah Bekasi, 3) Penyusunan, pengujian dan analisis instrumen dilanjutkan dengan penelitian untuk pengambilan data, 4) pemeriksaan, pengolahan, analisis data, pengujian hipotesis, penyusunan kesimpulan, dan 5) pembuatan laporan penelitian. Secara rinci kegiatan ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(40)

40

Tabel 3.1

Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

Jenis Kegiatan

Bulan

Juli Agustus September Oktober Novembe 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Proposal X

Persetujuan Instrumen

X X

Ijin penelitian X X

UjiCoba instrumen

X X X X

Penyebaran Instrument

x x x x Pengumpulan

Instrument

x x x x

Analisis Data x x

Penyelesaian Tesis x x

B. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode survey yang dengan analisa korelasional, Metode Survey yaitu “penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan mengunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok” (Singarimbun,M dan sofian Effendi, 1995: 3) data digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melaui pengujian Hipotesa. untuk mencari hubungan antara X1, X2, dan Y. Yang menjadi variabel dalam penilaian ini adalah: 1. Kompetensi profesional (X1) dan Motivasi berprestasi (X2) sebagai variabel bebas. 2. Kinerja dosen (Y) sebagai variabel terikat. Hubungan antara ketiga variabel ini dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

(41)

41

C.

D.

E.

F.

G.

X1 : Kompetensi Profesional X2 : Motivasi Berprestasi Y : Kinerja Dosen

C.Populasi dan teknik pengambilan sampel

Populasi penelitian menurut suharsimi (2000:115) adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi populasi penelitian adalah “Seluruh individu yang akan dikenai sasran generalisasi dan sampel- sampel yang akan di ambil dalam suatu penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Dosen Perguruan Tinggi Swasta di Bekasi yaitu STMIK Pranata Indonesia, STBA Cipto hadi Pranoto, dan STMIK Guna Karya, sampel diambil 320 orang dari populasi terjangkau.

Menurut suharsimi (2000:117) adalah “Sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara proporsional sampling dan acak (random sampling).

X1

Y

X2

(42)

42

Sebagaimana pendapat suharsimi (2006:134) yang menyatakan

“apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua hingga penelitiannya populasi, tetapi bila jumlah besar dapat diambil atau 10-15%

atau 20-25%, Berdasarkan pendapat tersebut maka apabila diambil 23% dari jumlah populasi diperoleh hasil : 320 dosen X 23% = 73, sehingga dari jumlah populasi 320 dosen, apabila diambil jumlah sampel sebanyak 73dianggap sudah representatif. Berikut adalah rincian atau distribusi pengambilan sampel sebagai berikut :

Tabel 3.2 No Unit Kerja Jumlah

Populasi Proporsi Jumlah Sampel 1 STMIK Pranata

Indonesia 178 (178:320)x73 41 Dosen

2 STBA Cipto Hadi

Pranoto 68 (68:320)x73 16 Dosen

3 STMIK Guna

Karya 74 (74:320)x73 16 Dosen

Jumlah 73

Alasan penulis menggunakan Random sampling ini adalah memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi Sampel.

Yaitu Dosen dari 3 (tiga) Institusi sifat penelitian non eksperimen dan jenis pendekatannya bersifat penelitian korelasi. Dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan informasi yang lengkap dan valid.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang fokus permasalahan dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan dengan metode survei

(43)

43

dengan menggunakan kuesioner yang disampaikan langsung oleh responden.

Data dalam ini terdiri dari : 1. Kompetensi dosen seperangkat pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki dosen, 2. Motivasi dosen kondisi yang menggerakkan dosen kearah suatau tujuan tertentu yang berkaitan dengan tri dharma perguruan tinggi, 3. Kinerja dosen segala sesuatu yang ada disekitar dosen yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas dalam melaksanakan tugas tri dharma perguruan tinggi.

Dalam penelitian ini akan disebarkan 73 kuesioner yang didapatkan responden yang tersebar di perguruan tinggi .

E. Instrumen penelitian

Instrument variabel penelitian terdiri dari : instrument kompetensi profesional (X1), instrument motivasi berprestasi (X2) dan instrument kinerja dosen (Y).

Semua variabel akan diukur dengan menggunakan skala likert. Masin-masing alternatif jawaban akan diberi skor atau nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju yang berarti sangat buruk, 2 untuk jawaban tidak setuju yang berarti buruk, 3 untuk jawaban netral yang berarti cukup baik, 4 untuk jawaban setuju yang berarti baik, dan 5 untuk jawaban sangat setuju yang berarti sangat baik.

1. Kompetensi Profesional a. Definisi Konseptual

kompetensi profesional adalah gambaran yang terstruktur dan bermakna tentang hasil kerja yang dicapai oleh dosen dalam melaksanakan tugas dan perannya sebagai tenaga profesional pendidikan.

(44)

44

b. Definisi operasional

Kompetensi profesional adalah skor total yang diperoleh atas kinerja dosen berdasarkan kinerja baik dan kurang baik, yang meliputi :1) Kompetensi Pedagogik, 2) Kompetensi Profesional, 3) Kompetensi Kepribadian, 4) Kompetensi Sosial

Adapun instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kompetensi profesional dijabarkan kedalam pertanyaan yang dibuat dengan menggunakan indikator-indikator yang terdapat dalam buku Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi.

c. Kisi-kisi

Dalam menyusun koesioner tentang kompetensi profesional, peneliti menyusun instrumen dengan kisi-kisi sebagai berikut :

Aspek yang diukur: 1) kecakapan profesional, kejelasan dalam menerangkan, penggunaan media, 2) kecakapan sosial, interaksi dengan mahasiswa, sesama dosen, dan masyarakat luas, 3) kecakapan pribadi, kemampuan memimpin, pribadi yang mantap dan menjadi panutan.

3.3. Tabel Instrumen kompetensi profesional.

No

Pertanyaan

Variabel Penelitian

Indikator Nomor

1 Kecakapan profesional

-kejelasan menerangkan -penggunaan media

1,2,3,4

5,6,7,8,9,10,11

2 Kecakapan sosial

-bersikap terbuka -sikap suka menolong

12,13,14,15 17,18,19,20, 21,22,23,24

(45)

45

3 Kecakapan pribadi

-ketanggapan terhadap masalah

-kepercayaan diri

25,26,27,28,29, 30

d. Ujicoba Instrumen Penelitian 1) Validitas Instrumen

Hasil pengujian kalibrasi validitas instrumen kompetensi profesional dari 30 butir pertanyaan yang diujicobakan kepada 73 responden. Dalam pengujian ini di gunakan rumus korelasi pearson product momet, ternyata 2 butir dinyatakan tidak valid yaitu nomor 23 dan 24. Selanjutnya butir yang tidak valid digunakan untuk instrumen pengumpul data dalam penelitian.

2) Reabilitas Instrumen

Untuk pengujian reabilitas instrumen persepsi siswa tentang kompetensi guru mengajar, digunakan rumus Alpha. Cronbah. Dan hasil ujicoba reliabilitas 30 butir instrumen persepsi siswa tentang kompetensi guru adalah 0, 841 yang berarti relibilitasnya sangat tinggi.

3) Instrumen yang digunakan

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kompetensi profesional berbentuk kuesioner dengan menggunakan rating scale. Model rating scale yang digunakan pada penelitian dirumuskan dalam bentuk kontinum dengan 5 (lima ) kategori, yaitu selalu = 5, sering =4, kadang-kadang = 3, jarang = 2 dan tidak pernah = 1. Semua pertanyaan diatur sedemikian rupa semua bermakna positif.

(46)

46

2. Motivasi Berprestasi a. Definisi Konseptual

Motivasi berprestasi merupakan dorongan yang berasal dalam diri orang-orang untuk berprestasi dan berusaha berprestasi dalam upaya mencapai tujuan. Dorongan tersebut antara lain : a. Motivasi intrinsik yang meliputi: 1).

Dorongan untuk mencapai tujuan, 2). Dorongan untuk memiliki kebanggan, 3) berusaha untuk bertanggung jawab, 4) dorongan untuk inovatif. b. Motivasi Ekstrinsik yang meliputi : 1) dorongan untuk menghadapi persaingan, 2) dorongan untuk kepuasan, 3) berusaha untuk mengembangkan diri.

b. Definisi Operasional

Motivasi berprestasi adalah skor yang diperoleh dari penilaian motivasi seorang Dosen. Dengan menggunakan skala likert sebanyak 30 butir pertanyaan, maka pertanyaan yang mencerminkan indikator Motivasi Berprestasi adalah Motivasi intrinsik yang meliputi: 1). Dorongan untuk mencapai tujuan, 2). Dorongan untuk memiliki kebanggan, 3) berusaha untuk bertanggung jawab, 4) dorongan untuk inovatif. Dan Motivasi Ekstrinsik yang meliputi : 1) dorongan untuk menghadapi persaingan, 2) dorongan untuk kepuasan, 3) berusaha untuk mengembangkan diri.

Setiap pilihan jawaban diberikan skor sebagai berikut : Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat Setuju (SS) = 5 Sangat Setuju (SS) = 5 Setuju (S) = 4 Setuju (S) = 4 Ragu –ragu = 3 Ragu –ragu = 3

(47)

47

Tidak Setuju = 2 Tidak Setuju = 2 Sangat Tidak setuju = 1 Sangat Tidak setuju = 1

c. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Berprestasi (Variabel X2) Tabel 3.4 motivasi berprestasi

No Dimensi Indikator No Pertanyaan Positif Negatif 1

2

Motivasi Instrinsik

Motivasi Ekstrinsik

1. dorngan Untuk Mencapai tujuan 2. dorongan untuk memiliki

kebanggaan.

3. Berusaha untuk bertanggung Jawab 4. Dorongan untuk inovatif

1. Dorongan Untuk menghadapi

persaingan

2. Dorongan untuk kepuasan

3.Berusaha untuk mengembangkan diri

1,2,3 4,5,6 7,8,9 10,11

12

13 16

d. Ujicoba Instrumen Penelitian 1) Validitas Instrumen

Hasil pengujian kalibrasi validitas instrumen kompetensi profesional dari 30 butir pertanyaan yang diujicobakan kepada 73 responden. Dalam pengujian ini di gunakan rumus korelasi pearson product momet, ternyata 2

Gambar

Tabel 4.1. Deskripsi data Penelitian Kinerja dosen
Gambar 4.1. Histogram Poligon Variabel kinerja dosen
Gambar 4.2. Histogram Poligon Variabel kompetensi profesional dosen
Tabel 4.3. Deskripsi data Penelitian Motivasi berprestasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan begitu akan diketahui jenis seberapa besar penghematan daya jika dilakukan penggantian lampu menjadi lampu LED yang akan lebih efisien dalam hal penghematan energi

Berdasarkan hasil analisis data dan grafik di atas dapat dilihat bahwa laju resapan biopori dari sejak sampah berumur 7 hari, laju resapan yang terjadi semakin menurun dan

Pendorong peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2014 adalah adanya tambahan pendapatan (THR dan gaji ke-13), namun masih didukung ekspektasi konsumen yang

Defisiensi enzim 3 -HSD merupakan penyebab kedua terbesar dari CAH, yaitu sekitar 10% dari kasus. Tidak seperti CAH karena defisiensi enzim 21-OH maupun 11 -OH yang hanya

Melati Budi Srikandi, D0212069, KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PENDUDUK PENDATANG DENGAN PENDUDUK ASLI: Studi Kasus di Dusun Wanasari Kota Denpasar Provinsi Bali,

4 Penelitian ini menguji sikap mahasiswa kesejahteraan sosial mengenai definisi berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap istri oleh suami serta faktor-faktor yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil pengukuran tebal kulit terbukti bahwa ekstrak tomat dengan kadar 0,14 % dapat memberikan efek topikal yang ditandai dengan

fi ndings in this study indicated that the foals had DOD lesions, including osteochondral fragmentation, subchondral bone cysts, and physitis.. These fi ndings indicate that there