• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I

SULAWESI MALUKU PAPUA

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Provinsi Sulawesi Selatan

(2)

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I

Sulawesi Maluku Papua (Sulampua)

Jl. Jenderal Sudirman No. 3 Makassar 90113, Indonesia Telepon: 0411 – 3615188/3615189

(3)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder iii

KATA PENGANTAR

Kata

Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I – Sulawesi Maluku Papua (Sulampua), mencakup aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter maupun makroprudensial, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para

stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.

Pada triwulan II 2014, ekonomi Sulsel tetap mampu tumbuh tinggi sebesar 7,34% (yoy), meskipun melambat dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 8,01% (yoy). Kinerja perekonomian Sulsel tersebut searah dengan perekonomian nasional dan beberapa daerah lain yang juga tumbuh melambat. Penurunan kinerja sektor pertambangan dan kelompok sektor tersier menjadi penyebab menurunnya laju pertumbuhan ekonomi Sulsel. Pengaturan ekspor mineral mentah secara langsung menurunkan kinerja ekspor pertambangan Sulsel meskipun tidak sedalam yang terjadi pada provinsi lain di wilayah KTI. Pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai tersebut, disisi lain masih mandapat tantangan berupa meningkatnya jumlah penduduk miskin serta relatif tetapnya tingkat ketimpangan pendapatan di masyarakat. Perkembangan harga di Sulsel pada triwulan laporan masih pada level yang relatif stabil yaitu 5,92%. Prestasi tersebut sebagai hasil dari terkendalinya keseimbangan antara pasokan dan permintaan kebutuhan pokok masyarakat, yang antara lain disumbang oleh peran TPID Sulsel dengan pihak yang terkait baik dalam koordinasi maupun penguatan kelembagaan.

Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi baik secara langsung yaitu melalui survei dan liaison maupun dari data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.

Makassar, 15 Agustus 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Wilayah I - Sulampua

Suhaedi Direktur Eksekutif

(4)

iv KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATANTetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder | Triwulan II 2014

VISI BANK INDONESIA

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

MISI BANK INDONESIA

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan

eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS

Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas

Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork.

(5)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder v

DAFTAR ISI

Daftar

Isi

KATA PENGANTAR

III

DAFTAR ISI

V

RINGKASAN EKSEKUTIF

1

TABEL INDIKATOR EKONOMI

5

1.

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

9

1.1.

P

ERTUMBUHAN

E

KONOMI

10

1.2.

S

ISI

P

ERMINTAAN

10

1.3.

S

ISI

P

ENAWARAN

15

2.

KEUANGAN PEMERINTAH

25

2.1.

S

TRUKTUR

A

NGGARAN

26

2.2.

P

ERKEMBANGAN

R

EALISASI

A

NGGARAN

26

3.

INFLASI DAERAH

29

3.1.

I

NFLASI

K

ELOMPOK

B

ARANG DAN

J

ASA

30

3.2.

I

NFLASI

M

ENURUT

K

OTA

IHK

35

3.3.

D

ISAGREGASI

I

NFLASI

36

3.4.

K

OORDINASI

P

ENGENDALIAN

I

NFLASI

37

4.

SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

41

4.1.

K

ONDISI

U

MUM

P

ERBANKAN

42

4.2.

S

TABILITAS

S

ISTEM

K

EUANGAN

45

4.3.

P

ENGEMBANGAN

A

KSES

K

EUANGAN

46

5.

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

49

5.1.

P

ERKEMBANGAN

S

ISTEM

P

EMBAYARAN

50

(6)

DAFTAR ISI

vi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATANTetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder | Triwulan II 2014

6.

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

53

6.1.

T

ENAGA

K

ERJA

54

6.2.

P

ENDUDUK

M

ISKIN

55

6.3.

R

ASIO

G

INI

56

6.4.

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

56

7.

PROSPEK PEREKONOMIAN

59

7.1.

P

ROSPEK

P

ERTUMBUHAN

E

KONOMI

60

7.2.

P

ROSPEK

I

NFLASI

63

LAMPIRAN

67

DAFTAR BOKS

B

OKS

1.A. K

INERJA

E

KSPOR

I

NDUSTRI

P

ENGOLAHAN

K

AKAO

22

B

OKS

2.A.

P

ENINGKATAN

I

NTENSITAS

K

OORDINASI

TPID

SE

-S

ULSEL

38

(7)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan

Eksekutif

Gambaran Umum

Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan II 2014 tumbuh melambat.

Pada triwulan II 2014, ekonomi Sulsel tumbuh sebesar 7,34% (yoy), di bawah triwulan I 2014 (8,01%, yoy). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Sulsel tetap lebih tinggi daripada pertumbuhan nasional triwulan II 2014 sebesar 5,12% (yoy). Sementara tekanan inflasi tercatat stabil di triwulan laporan, sebesar 5,92% (yoy), relatif sama dengan triwulan I 2014. Stabilnya inflasi didorong oleh seimbangnya antara pasokan dan permintaan, disertai koordinasi yang optimal. Kondisi sistem keuangan menunjukkan indikator perbankan masih dalam tendensi yang melambat, namun tetap dalam risiko yang terjaga. Di sisi lain, transaksi nontunai melalui sarana RTGS mampu tumbuh cukup tinggi. Ke depan, tantangan dalam peningkatan produktivitas sektor utama harus diatasi, untuk menjaga tingkat pertumbuhan yang berkualitas. Beberapa faktor risiko tekanan inflasi harus diwaspadai, antara lain ekspektasi masyarakat menghadapi hari besar keagamaan, kenaikan administered price, dan gejala el-nino.

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Konsumsi, investasi, dan ekspor melemah, terkait menurunnya kinerja sektor utama.

Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan II 2014 mengalami perlambatan, didorong turunnya kinerja sektor tambang dan kelompok sektor tersier non perdagangan. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan tercatat sebesar 7,34% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 8,01% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan yang terjadi disebabkan oleh melemahnya kinerja di hampir seluruh komponen. Dari sisi penawaran atau produksi, perlambatan terjadi pada sektor pertambangan dan kelompok sektor tersier (kecuali sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR)). Melemahnya sektor-sektor ekonomi utama tersebut, berdampak pada melemahnya tingkat pendapatan masyarakat serta deselerasi ekspor. Konsumsi pemerintah yang masih rendah juga turut memengaruhi kinerja subsektor jasa pemerintah.

Keuangan Pemerintah

APBD: peningkatan belanja tidak dibarengi kenaikan pendapatan.

Persentase realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel semester I 2014 meningkat dibanding semester I 2013. Sementara dari sisi pendapatan, persentase realisasi pendapatan daerah menurun dari periode yang sama tahun 2013. Namun demikian, persentase realisasi belanja maupun pendapatan cenderung masih di bawah 50%. Realisasi belanja pegawai cenderung lebih tinggi daripada penyerapan belanja infrastruktur (belanja modal). Dari sisi pendapatan, realisasi pendapatan daerah masih mengandalkan pajak kendaraan. Untuk meningkatkan pencapaian pendapatan, Pemerintah Provinsi meningkatkan pelayanan dengan menambah kantor dan optimalisasi pajak kendaraan bermotor.

(8)

RINGKASAN EKSEKUTIF

2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATANTetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder | Triwulan II 2014

Inflasi Daerah

Inflasi Sulsel triwulan II 2014 stabil, antara lain karena peran TPID.

Pada triwulan II 2014, inflasi Sulsel tercatat sebesar 5,92% (yoy), relatif sama dengan inflasi triwulan I 2014. Meskipun tetap ada gangguan produksi ikan dan naiknya tingkat permintaan beberapa komoditas utama, namun koordinasi antar pihak mampu meredam tekanan harga. Pasokan ikan yang terganggu karena kendala cuaca yang tidak menentu serta arah angin yang kurang menguntungkan menyebabkan inflasi pada komoditas bahan makanan. Bahkan permintaan meningkat selama triwulan II 2014, dengan banyaknya kegiatan masyarakat menjelang Ramadhan. Meskipun demikian, terkendalinya inflasi pada skala tertentu tidak terlepas dari kontribusi TPID. Kelembagaan TPID bertambah jumlahnya, seiring terbentuknya TPID kabupaten/kota, dengan kegiatan koordinasi yang semakin intensif.

Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

Intermediasi perbankan melambat, namun risiko masih dalam batas aman.

Kinerja pembiayaan perbankan di Sulsel pada triwulan II 2014 melambat, namun dengan risiko yang tetap terkendali. Kegiatan intermediasi (LDR) sedikit menurun pada triwulan II 2014 menjadi sebesar 129,21% dari triwulan sebelumnya (130,45%). Kredit konsumsi dan investasi melambat, namun kredit modal kerja masih terakselerasi. Sementara penghimpunan giro dan deposito masih meningkat, mendorong akselerasi penghimpunan DPK. Di sisi lain, risiko kredit perbankan masih terjaga dengan baik. Rasio Non Performing Loans (NPLs) bank umum masih berada pada level aman, antara lain pada sektor korporasi, rumah tangga, maupun UMKM. Namun demikian, perlu ada perhatian khusus pada kualitas kredit yang disalurkan bagi korporasi pertambangan. Sementara itu, pertumbuhan aset bank umum mengalami peningkatan karena didorong oleh pertumbuhan aset bank pemerintah maupun bank asing dan bank campuran.

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

Masih relative tingginya pertumbuhan ekonomi tercermin pada volume RTGS.

Perkembangan perputaran uang dalam RTGS menunjukkan peningkatan pada triwulan II 2014. Transaksi keuangan nontunai melalui Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) tumbuh cukup tinggi pada triwulan laporan, setelah sebelumnya mengalami kontraksi. Sementara itu, transasksi keuangan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) masih turun. Faktor musiman memengaruhi pergerakan aliran uang kartal pada triwulan II 2014. Meski masih mengalami net inflow, aliran uang yang ditarik mulai menunjukkan peningkatan seiring akan dimulainya Ramadhan dan persiapan Lebaran. Kegiatan penarikan uang dinilai akan terus meningkat hingga awal triwulan mendatang. Adapun pengelolaan uang tunai oleh Bank Indonesia dilakukan dengan melakukan layanan penukaran uang, kas keliling, remise, pemusnahan uang tidak layak edar, dan edukasi ciri-ciri keaslian mata uang, sebagai upaya implementasi kebijakan clean money policy.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat pengangguran dan kesejahteraan relatif tidak berubah signifikan.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan mencapai 5,80% (Sakernas Februari 2014) atau relatif tidak berubah dari tahun sebelumnya 5,83% (Februari 2013). Selain itu, tingkat kesejahteraan yang diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan I 2014 terpantau membaik dari triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga Maret 2014 meningkat dibanding September 2013 baik di kota maupun di desa yaitu tumbuh sebesar 9,73% (yoy). Persentase tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin akibat dari naiknya garis batas kemiskinan. Kendati demikian, kenaikan garis batas kemiskinan Maret 2014 tercatat melambat dibandingkan dengan September 2013 yang disebabkan oleh penurunan inflasi Maret 2014.

(9)

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 3 Prospek Perekonomian

Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan III 2014, akan kembali meningkat dengan tingkat inflasi yang terkendali.

Perekonomian Sulsel pada triwulan III 2014 dan untuk keseluruhan tahun 2014, masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,1% - 8,1% (yoy) dan 7,0% - 8,0% (yoy). Pencapaian tersebut akan tetap lebih baik jika dibandingkan dengan ekonomi nasional. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh permintaan domestik (konsumsi dan investasi) yang tetap kuat. Sementara itu, kegiatan ekspor diperkirakan masih akan tertekan oleh pelemahan permintaan luar negeri. Di sisi penawaran, hampir semua sektor mengalami akselerasi, didorong oleh faktor musiman dan permintaan domestik. Sektor pertanian diperkirakan melambat, karena curah hujan yang cenderung lebih rendah, dan keterbatasan produksi perkebunan.

Tekanan harga hingga triwulan III 2014 dan akhir tahun 2014 diprakirakan tetap terkendali, dengan besaran masuk dalam rentang target inflasi nasional. Masih kuatnya permintaan masyarakat saat Ramadhan/Idul Fitri direspons dengan ketersediaan dan produksi yang mencukupi. Di sisi lain, peningkatan ekspektasi konsumen mengenai tingkat harga ke depan, akan direspons ekspektasi pedagang dengan relatif stabil. Meskipun sepanjang tahun 2014 akan terjadi penyesuaian tarif, namun dampaknya tidak sebesar kenaikan harga BBM subsidi di 2013. Sementara prediksi terjadinya el-nino perlu direspons dengan melalui penyediaan saprodi, atau Sekolah Lapang Iklim (SLI).

(10)

RINGKASAN EKSEKUTIF

4 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATANTetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder | Triwulan II 2014

(11)

TABEL INDIKATOR EKONOMI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 5

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Tabel

Indikator Ekonomi

A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

I II III IV I II III IV I II MAKRO - Sulawesi Selatan 132.89 133.44 135.69 136.14 139.01 139.26 145.51 144.60 109.16 109.71 - Sulawesi Utara 128.11 129.75 131.57 133.73 136.86 136.16 141.73 144.59 109.39 110.28 - Gorontalo 134.65 136.07 137.85 139.32 141.62 140.95 142.53 147.46 108.24 109.32 - Papua 126.38 127.28 129.07 132.71 133.82 135.00 140.14 143.68 113.54 112.66 - Papua Barat 144.28 149.65 152.64 152.79 155.28 158.31 167.44 163.87 108.41 109.26 - Maluku 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 156.03 153.14 110.38 111.97 - Sulawesi Tengah 135.20 137.53 141.14 142.34 143.27 142.88 151.42 153.12 111.45 113.64 - Sulawesi Tenggara 137.27 138.93 141.02 141.15 141.41 144.15 151.32 149.50 108.00 109.77 - Sulawesi Barat 134.57 134.98 137.56 138.24 140.21 140.78 145.61 146.41 108.92 110.28 - Maluku Utara 133.20 134.73 135.68 136.87 138.49 138.68 148.77 150.25 112.16 114.28 - Sulawesi Selatan 4.06 3.84 4.48 4.41 4.61 4.36 7.24 6.21 5.88 5.92 - Sulawesi Utara 0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.94 7.72 8.12 5.67 6.26 - Gorontalo 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.39 5.84 5.10 5.82 - Papua 1.94 1.80 2.94 4.52 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40 - Papua Barat 2.07 4.11 5.52 5.07 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27 - Maluku 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86 8.81 8.95 8.85 - Sulawesi Tengah 2.50 4.99 6.78 5.87 5.97 3.89 7.28 7.57 8.42 10.37 - Sulawesi Tenggara 5.10 4.65 2.03 5.25 3.02 3.76 7.30 5.92 5.60 4.84 - Sulawesi Barat 3.81 3.24 3.71 3.28 4.19 4.30 5.85 5.91 6.24 6.65 - Maluku Utara 4.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93 9.65 9.78 8.80 9.75 14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 6,936 16,530 1. Pertanian 3,787 4,095 4,321 3,329 3,831 4,059 4,491 3,765 4,243 4,501 2. Pertambangan dan Penggalian 875 1,116 1,091 1,209 1,123 1,181 1,230 1,153 1,140 1,141 3. Industri Pengolahan 1,948 1,990 2,033 2,079 2,108 2,187 2,210 2,199 2,238 2,357 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 157 159 164 168 169 173 178 181 184 194 5. Konstruksi/Bangunan 841 868 903 955 913 964 1,022 1,058 986 1,030 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,509 2,616 2,738 2,798 2,797 2,876 2,966 3,022 3,029 3,139 7. Angkutan dan Komunikasi 1,436 1,459 1,502 1,553 1,544 1,613 1,660 1,663 1,642 1,668 8. Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 1,129 1,240 1,272 1,338 1,323 1,414 1,468 1,480 1,472 1,518 9. Jasa-jasa 1,460 1,514 1,522 1,544 1,494 1,529 1,604 1,636 1,594 1,622 14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 16,157 16,530 1. Konsumsi 9,586 9,767 9,984 10,142 10,136 10,336 10,675 10,852 10,777 10,965 2. Investasi 4,070 4,797 4,557 3,387 4,666 5,153 4,323 4,052 4,025 4,993 3. Ekspor 4,755 5,323 5,659 6,158 5,322 5,634 6,169 6,176 6,098 6,285 4. Impor 4,269 4,830 4,655 4,713 4,820 5,128 4,339 4,923 4,371 5,074 14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 16,157 16,530 17,170 7.90 8.06 8.70 8.88 8.21 6.23 8.26 7.90 8.01 7.34 269.15 334.64 425.37 526.60 403.02 389.29 417.56 386.19 366.41 460.02 223.29 193.78 152.34 245.36 171.92 198.44 499.94 230.41 167.44 182.55 155.07 186.72 254.70 219.18 300.72 404.72 218.82 123.23 139.10 180.70 280.95 500.79 246.48 215.54 160.04 472.75 216.69 271.11 221.11 258.59 114.08 147.92 170.67 307.42 102.30 (15.43) 198.75 262.96 227.31 279.31 *) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007

**) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012

2014**

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar)

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar)

INDIKATOR

Indeks Harga Konsumen

Volume Impor Luar Negeri Non-migas (Ribu Ton) Neraca Perdagangan (X - M) Non-migas (US$ Juta) Catatan:

Total PDRB (Rp Miliar) Pertumbuhan PDRB (%, yoy)

Nilai Ekspor (X) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta) Volume Ekspor Luar Negeri Non-migas (Ribu Ton) Nilai Impor (M) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

2012* 2013*

(12)

TABEL INDIKATOR EKONOMI

6 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATANTetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder | Triwulan II 2014

B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI PROYEK, DPK LOKASI KC/KCP)

I II III IV I II III IV I II

Total Aset (Rp Miliar) 67,573 72,554 74,754 79,307 80,876 86,366 90,288 90,932 90,909 97,572 45,734 48,024 49,917 53,717 52,302 53,457 57,359 60,444 58,162 61,402 Giro 7,471 7,282 7,257 7,345 7,770 8,092 9,221 7,845 7,990 9,730 Tabungan 25,004 27,206 28,545 31,466 29,321 30,068 32,076 35,007 32,446 33,168 Deposito 13,259 13,536 14,115 14,907 15,211 15,297 16,062 17,592 17,726 18,504 54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 - Modal Kerja 20,516 22,850 22,385 25,506 25,980 26,659 26,160 27,231 27,257 29,062 - Investasi 10,025 10,588 10,997 11,380 12,232 14,486 15,769 14,494 14,642 15,467 - Konsumsi 24,044 25,597 27,707 29,335 30,158 31,793 33,085 33,663 33,974 34,807 119.35% 122.93% 122.38% 123.28% 130.72% 136.44% 130.78% 124.72% 130.45% 129.21% 54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 - Pertanian 906 1,128 1,171 1,215 1,403 1,396 1,385 1,400 1,405 1,499 - Pertambangan 312 363 375 399 447 449 444 397 377 560 - Industri pengolahan 3,468 3,904 4,008 5,250 5,335 5,579 5,631 4,186 3,918 4,210 - Listrik, Gas, dan Air 137 124 135 141 133 116 121 191 218 245 - Konstruksi 2,065 2,448 2,582 2,674 2,565 2,780 2,966 3,034 3,043 3,666 - Perdagangan 15,459 17,631 17,741 19,027 19,933 22,957 23,360 24,132 24,334 25,587 - Pengangkutan 1,744 1,730 1,794 2,321 2,631 2,763 2,864 2,923 2,960 2,950 - Jasa Dunia Usaha 2,917 3,178 3,131 3,105 3,240 3,433 3,414 3,550 3,747 3,598 - Jasa Sosial Masyarakat 1,570 1,485 1,372 1,404 1,619 1,650 1,733 1,780 1,828 1,968 - Lain-lain 26,007 27,045 28,781 30,684 31,065 31,814 33,096 33,794 34,043 35,053 18,349 19,582 18,240 20,270 21,818 24,162 24,221 24,684 24,823 26,489 3,533 3,939 3,628 3,672 3,994 4,211 4,412 4,499 4,648 5,026 - Modal Kerja 3,151 3,489 3,159 3,206 3,484 3,558 3,648 3,768 3,827 4,067 - Investasi 382 449 469 467 510 653 764 731 821 959 - Konsumsi - - - -8,932 8,933 8,433 8,938 9,290 9,819 9,877 10,037 10,123 9,821 - Modal Kerja 5,564 5,848 5,455 5,760 5,678 6,492 5,624 5,750 5,862 6,106 - Investasi 3,369 3,085 2,978 3,178 3,612 3,328 4,253 4,287 4,261 3,715 - Konsumsi - - - -5,884 6,710 6,180 7,660 8,534 10,132 9,932 10,148 10,052 11,304 - Modal Kerja 4,759 5,478 4,833 5,644 6,186 7,205 6,872 7,278 7,079 8,106 - Investasi 1,125 1,232 1,347 2,016 2,349 2,927 3,060 2,870 2,972 3,198 - Konsumsi - - - -3.05% 3.08% 2.87% 2.74% 2.94% 2.83% 2.91% 2.85% 3.14% 3.54% 4.12% 4.23% 4.18% 3.96% 4.25% 3.95% 4.57% 4.38% 4.87% 4.77%

BANK UMUM SYARIAH

3,377 3,689 3,977 4,524 4,802 5,085 5,420 5,576 5,586 5,580 1,578 1,635 1,817 2,063 2,138 2,138 2,594 2,884 2,742 2,795 Giro 196 199 200 296 253 232 243 338 221 262 Tabungan 756 803 844 984 969 974 1,162 1,307 1,261 1,261 Deposito 626 633 773 783 916 932 1,188 1,239 1,260 1,272 2,759 2,953 3,076 3,502 3,870 4,157 4,265 4,374 4,453 4,869 - Modal Kerja 647 645 656 674 673 688 651 631 684 776 - Investasi 224 212 228 284 329 362 359 438 488 670 - Konsumsi 1,887 2,096 2,192 2,544 2,868 3,107 3,255 3,304 3,282 3,423 174.80% 180.63% 169.33% 169.77% 181.04% 194.41% 164.44% 151.65% 162.40% 174.20% Catatan: * (<Rp50 juta) ** (Rp50 < X < Rp500 juta) *** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar) **** Angka sementara 2013

Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

INDIKATOR

BANK UMUM :

DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)

2012

Kredit Kecil ** (Rp Miliar)

FDR

Total Aset (Rp Miliar) DPK (Rp Miliar)

Pembiayaan - Lokasi Bank (Rp Miliar)

2014****

Kredit Menengah *** (Rp Miliar) LDR

NPL UMKM gross (%) Kredit UMKM (Rp Miliar)

NPL Total gross (%) Kredit Mikro* (Rp Miliar) Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

(13)

TABEL INDIKATOR EKONOMI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 7

C. SISTEM PEMBAYARAN

I II III IV I II III IV I II KAS Inflow (Rp Miliar) 3,872 2,754 3,925 3,200 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 Uang Kertas 3,871 2,754 3,925 3,200 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 Uang Logam 0.15 0.13 0.02 0.05 0.03 0.08 0.08 0.10 0.14 0.04 Outflow (Rp Miliar) 1,860 3,174 3,575 3,214 1,715 2,885 5,313 4,162 2,346 3,829 Uang Kertas 1,859 3,171 3,574 3,214 1,715 2,885 5,310 4,159 2,343 3,826 Uang Logam 1.80 2.53 0.86 0.34 0.28 0.78 2.51 2.63 2.20 3.22 Pemusnahan Uang (Rp Miliar) 893 158 51 272 350 502 989 708 748 620 TRANSAKSI RTGS

From / Outgoing (Rp Miliar) 11,504 15,473 15,421 19,880 14,448 17,402 18,770 20,540 15,660 21,374 To / Incoming (Rp Miliar) 29,147 37,788 34,631 40,648 32,767 36,120 37,614 41,480 27,887 33,669 From - To (Rp Miliar) 4,578 4,355 4,424 5,049 4,245 4,921 6,755 7,299 4,748 9,765 TRANSAKSI KLIRING

Nominal Kliring* (Rp Miliar) 9,296 9,439 9,466 10,139 9,737 9,976 10,239 10,670 9,483 9,616 Volume Kliring* (Lembar) 281,461 283,706 285,156 294,745 284,030 285,559 280,922 290,332 260,069 266,025 Kliring Kredit

Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 558 569 579 605 557 576 874 1,050 675 637 Volume Kliring Kredit (Lembar) 37,461 38,646 39,105 40,567 36,457 34,774 37,895 41,130 29,191 28,625 RRH** Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 9 9 9 10 9 10 15 17 11 11 RRH Nominal Kliring Kredit (Lembar) 595 613 621 644 608 580 632 663 487 477 Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 8,737 8,870 8,887 9,534 9,180 9,400 9,365 9,620 8,809 8,978 Volume Kliring Debet (Lembar) 244,000 245,060 246,051 254,178 247,573 250,785 243,027 249,202 230,878 237,400 RRH Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 139 141 141 151 153 157 156 155 147 150 RRH Nominal Kliring Debet (Lembar) 3,873 3,890 3,906 4,035 4,126 4,180 4,050 4,019 3,848 3,957 Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 294 305 296 292 322 352 402 325 317 387 Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 7,013 7,732 7,412 7,623 7,549 7,531 7,092 6,659 7,114 7,119 RRH Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 5 5 5 5 5 6 7 5 5 6 RRH Nominal Kliring Pengembalian (Lembar) 111 123 118 121 126 126 118 107 119 119 Cek/BG Kosong

Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 208 234 208 206 221 259 307 251 230 328 Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 5,563 6,349 6,033 6,020 5,904 6,187 5,674 5,411 5,695 5,832 RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 3 4 3 3 4 4 5 4 4 5 RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 88 101 96 96 98 103 95 87 95 97 *) Jumlah transaksi kliring kredit dan kliring debet penyerahan

**) Rata-Rata harian: jumlah rata-rata transaksi setiap hari ***) Angka sementara

INDIKATOR

Kliring Debet Penyerahan

Kliring Debet Pengembalian

2014***

(14)

TABEL INDIKATOR EKONOMI

8 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATANTetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder | Triwulan II 2014

(15)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 9

1.

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Bab 1

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan II 2014 mengalami

perlambatan dan tumbuh sebesar 7,34% (yoy), lebih rendah dari triwulan

sebelumnya sebesar 8,01% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan yang

terjadi disebabkan oleh melemahnya kinerja di hampir seluruh komponen.

Dari sisi sektoral, perlambatan terjadi pada sektor pertambangan dan

sektor tersier (kecuali sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR)).

Perlambatan pada sektor ekonomi tersebut dinilai telah berdampak pada

melemahnya tingkat pendapatan masyarakat sedangkan sektor

pertambangan yang mengalami penurunan menyebabkan deselerasi pada

komponen ekspor. Konsumsi pemerintah yang masih rendah turut

memengaruhi perlambatan kinerja subsektor jasa pemerintah.

(16)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

10 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATANTetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder | Triwulan II 2014

1.1.

Pertumbuhan Ekonomi

Pada triwulan II 2014, perekonomian Sulsel tumbuh lebih lambat dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan tercatat sebesar 7,34% (yoy) setelah sebelumnya tercatat 8,01% (yoy). Meski melambat, pertumbuhan ekonomi Sulsel tercatat masih lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 5,12% (yoy). Sesuai pola historisnya, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II biasanya tumbuh positif secara triwulanan, yaitu sebesar 3,87% (qtq) (Grafik 1.1). Melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulsel, dari sisi permintaan, disebabkan oleh perkembangan konsumsi, pembentukan modal tetap bruto (PMTB), serta ekspor. Terkait hal tersebut, dari sisi penawaran, kinerja sektor pertambangan dan penggalian serta sektor tersier menjadi sumber perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

1.2.

Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan atau pengeluaran, melambatnya perekonomian Sulsel pada triwulan II 2014 terutama didorong oleh perlambatan hampir di semua komponen yang ada. Melemahnya konsumsi disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan baik dari konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Sementara itu, investasi, yang ditunjukkan oleh indikator PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto), masih tumbuh positif walaupun tidak sekuat triwulan sebelumnya. Secara total Investasi, kontraksi yang cukup dalam pada triwulan I sudah mulai terkoreksi oleh penambahan inventory sehingga kontraksinya mulai mereda pada triwulan laporan. Komponen ekspor, terkait dengan sektor pertambangan, pertumbuhannya juga memperlihatkan penurunan, tidak sekuat pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. (Tabel 1.1 dan Grafik 1.2).

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

(6) (4) (2) 0 2 4 6 8 10

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011* 2012* 2013** 2014

%

yoy Nasional qtq Sulsel yoy Sulsel

7.34 5.12 3.87 I II III IV I II III IV I II PDRB 7.90 8.06 8.70 8.88 8.39 8.21 6.23 8.26 7.90 7.65 8.01 7.34 Konsumsi 7.14 7.21 6.95 5.88 6.79 5.74 5.82 6.92 7.00 6.38 6.32 6.08

Konsumsi Rumah Tangga 6.24 6.47 7.15 6.78 6.67 6.57 6.71 6.83 6.79 6.73 6.74 6.47

Konsumsi Pemerintah 10.75 10.11 6.20 2.60 7.24 2.53 2.46 7.28 7.80 5.06 4.69 4.55 Investasi 39.42 42.14 8.64 -7.88 18.68 14.63 7.42 -5.12 19.63 8.23 -13.74 -3.10 PMTB 22.41 23.43 19.97 15.22 20.00 12.81 13.84 16.05 13.48 14.07 11.48 8.39 Ekspor -19.09 -11.88 3.14 17.35 -3.34 11.92 5.86 9.01 0.29 6.42 14.60 11.56 Impor -7.93 5.18 -1.28 -0.78 -1.21 12.90 6.17 -6.79 4.45 4.02 -9.32 -1.06 Keterangan:

- Konsumsi nirlaba/lembaga nonprofit rumah tangga termasuk ke dalam konsumsi rumah tangga - PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto

- Investasi merupakan penggabungan antara PMTB dan perubahan stok/persediaan/inventori

2014** Pertumbuhan Komponen Penggunaan (%, yoy) 2012* 2012* 2013** 2013** 5.12

(17)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 11 Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Grafik 1.2. Sumbangan Pertumbuhan Menurut Komponen Pengeluaran

1.2.1

Konsumsi

Kegiatan konsumsi sedikit mengalami deselerasi pertumbuhan pada triwulan II 2014 dibandingkan dengan triwulan I 2014. Komponen konsumsi tercatat tumbuh sebesar 6,08% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya (6,32%, yoy). Tingkat penurunan konsumsi rumah tangga masih berada pada kisaran rata-rata pertumbuhannya dalam beberapa periode terakhir. Sementara itu, konsumsi pemerintah juga mengalami perlambatan yang pada akhirnya memengaruhi kinerja konsumsi secara total.

Pada triwulan II 2014, konsumsi rumah tangga tumbuh lebih lambat seiring menurunnya tingkat pendapatan masyarakat yang bekerja pada sektor ekonomi yang melambat. Konsumsi rumah tangga (termasuk nirlaba) tercatat tumbuh sebesar 6,47% (yoy) setelah tumbuh 6,74% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perlambatan yang terjadi dipengaruhi oleh penurunan kinerja sektor pertambangan serta melambatnya pertumbuhan di sektor angkutan dan komunikasi maupun sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Hal tersebut membuat tingkat pendapatan masyarakat tidak sebaik triwulan sebelumnya. Meski demikian, aktivitas konsumsi pada triwulan laporan dinilai masih cukup kuat seiring stimulus belanja karena adanya hari besar keagamaan, musim liburan dan tahun ajaran baru di akhir periode, dan penyelenggaraan pemilu.

Keyakinan konsumen masih menunjukkan perkembangan yang cukup baik sedangkan penjualan eceran belum mengalami peningkatan yang berarti. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di Makassar pada April 2014 menurun dibandingkan akhir triwulan sebelumnya (Grafik 1.3). Namun demikian, pada bulan Mei dan Juni 2014, IKK kembali menunjukkan peningkatan. Selanjutnya, pergerakan Indeks Penjualan Eceran, hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia, tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan karena penurunan penjualan pada kelompok suku cadang dan perlengkapan rumah tangga (Grafik 1.4). Sementara itu, penyaluran kredit konsumsi masih berada dalam tren yang melambat (Grafik 1.5).

Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4. Indeks Penjualn Eceran

(25) (20) (15) (10) (5) 0 5 10 15 20 25

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011* 2012* 2013** 2014**

%

Investasi Konsumsi Ekspor Impor Pertumbuhan PDRB

110 120 130 140 150 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 Indeks

IKK Makassar (Rata-rata 3 Bulan) IKK Makassar

(40) (30) (20) (10) 0 10 20 80 85 90 95 100 105 110 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 %, yoy Indeks

(18)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATANTetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder | Triwulan II 2014

Dari sisi komponen konsumsi pemerintah, terjadi perlambatan pertumbuhan pada triwulan II 2014 dibandingkan triwulan I 2014. Konsumsi pemerintah mencatat pertumbuhan sebesar 4,55% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh 4,69% (yoy). Realisasi penyerapan anggaran pemerintah yang masih belum optimal membuat konsumsi pemerintah tidak mengalami percepatan pertumbuhan. Penyerapan anggaran yang berada di bawah target dipengaruhi juga oleh efisiensi anggaran yang dilakukan SKPD, sehingga nilai giro milik Pemerintah Daerah (Pemda) yang tersimpan di BPD masih relatif tinggi. Rekening giro milik Pemerintah Daerah (Pemda) mencatat peningkatan sebesar Rp0,96 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, giro pemerintah daerah mencatat peningkatan sebesar Rp0,30 triliun saja (Grafik 1.6).

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Konsumsi Grafik 1.6. Giro Pemerintah Daerah

1.2.2

Investasi

Pada triwulan II 2014, investasi yang dihitung dari PMTB tetap tumbuh cukup tinggi namun lebih rendah dari triwulan I 2014. PMTB tercatat tumbuh tidak sebaik capaian triwulan sebelumnya, dari 11,48% (yoy) menjadi 8,39% (yoy). Hal ini sejalan dengan masih terjadinya kontraksi realisasi penanaman modal asing (PMA) di Sulsel (-19,83%, yoy) yang pada triwulan laporan tercatat senilai USD121,04 juta (Grafik 1.7). Adapun kinerja penanaman modal yang berasal dari dalam negeri (PMDN) turun pada triwulan II 2014. Setelah tumbuh tinggi pada triwulan I 2014, PMDN mengalami penurunan sebesar -48,50% (yoy) dengan nilai proyek sebesar Rp189,29 miliar.

Pertumbuhan investasi yang masih cukup baik didukung oleh tetap maraknya proyek pembangunan di Sulsel, baik milik swasta maupun gabungan. Pembangunan properti seperti perumahan, ruko, hotel, dan apartemen, tetap berlangsung, terutama lanjutan dari periode sebelumnya. Beberapa proyek lain di sektor riil juga direalisasikan pada triwulan berjalan, antara lain di industri pengolahan minyak, industri pengolahan gas, industri pengolahan makanan (khususnya pengolahan kakao), dan proyek pembangkit listrik di Sengkang. Adapun proyek pemerintah diperkirakan belum terealisasi dengan optimal seiring belanja modal yang relatif masih sangat kecil1.

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.7. Realisasi Penanaman Modal Asing Grafik 1.8. Penyaluran Kredit Investasi

1

Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi, BPS Provinsi Sulawesi Selatan, Agustus 2014

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 5 10 15 20 25 30 35 40

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014

%, yoy Rp Triliun

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi - Skala Kanan

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014

Rp Triliun

Giro Pemerintah Daerah

(2,000) 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014

%, yoy US$ Juta

Total PMA gTotal PMA - Skala Kanan

(10) 0 10 20 30 40 50 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014

%, yoy Rp Triliun

(19)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 13

Perlambatan PMTB pada triwulan II 2014 sejalan dengan melemahnya kinerja beberapa indikator kegiatan investasi. Penyaluran kredit yang digunakan untuk investasi mengalami perlambatan yang cukup dalam pada triwulan laporan. Tren perlambatan penyaluran kredit investasi memang telah terjadi sejak triwulan III 2013 (Grafik 1.8). Perlambatan kinerja PMTB juga dikonfirmasi oleh realisasi pengadaan semen. Pada triwulan laporan, pertumbuhan realisasi pengadaan semen di Sulsel tercatat tidak setinggi triwulan sebelumnya (Grafik 1.9).

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: Produsen, diolah

Grafik 1.9. Realisasi Pengadaan Semen Grafik 1.10. Perubahan Stok Produsen Nikel

Di sisi lain, kinerja investasi yang dihitung sebagai jumlah PMTB dengan perubahan stok mengalami perbaikan pada triwulan II 2014. Kontraksi pada triwulan I 2014 tercatat sebesar -13,74% (yoy) yang kemudian menjadi lebih tipis sebesar -3,10% pada triwulan laporan (yoy). Perbaikan ini disebabkan oleh komponen perubahan stok yang kontraksinya tidak sedalam triwulan sebelumnya. Indikasi ini terlihat juga dari perubahan stok salah satu perusahaan terbuka di Sulsel yang mampu tumbuh pada triwulan II 2014 setelah mengalami kontraksi pada triwulan I 2014 (Grafik 1.10).

1.2.3

Ekspor dan Impor

Neraca perdagangan bersih Sulsel pada triwulan II 2014 tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring melemahnya kinerja ekspor. Kenaikan impor pada triwulan laporan yang lebih besar dibandingkan peningkatan ekspor membuat surplus neraca perdagangan atas dasar harga konstan (ADHK) menjadi lebih kecil dibandingkan triwulan I 2014. Surplus pada triwulan II 2014 berlawanan dengan kondisi pada triwulan yang sama tahun 2013 ketika terjadi defisit neraca perdagangan (Grafik 1.11). Neraca perdagangan luar negeri Sulsel untuk barang nonmigas (Grafik 1.12) juga tercatat mengalami surplus. Pada triwulan laporan, peningkatan nilai ekspor luar negeri nonmigas Sulsel tercatat lebih besar dari impor luar negeri nonmigas.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.11. Neraca Perdagangan Bersih PDRB Grafik 1.12. Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri

Pada triwulan II 2014, komponen ekspor mampu tumbuh tinggi walaupun melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ekspor tercatat tumbuh sebesar 11,56% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan di triwulan I 2014 (14,60%, yoy). Deselerasi kinerja ekspor dinilai merupakan dampak dari melemahnya kinerja baik ekspor ke luar negeri maupun antar daerah yang tercermin dari pertumbuhan volume ekspor nonmigas serta barang yang dimuat di pelabuhan Makassar yang tidak tumbuh sebaik capaian sebelumnya (Grafik 1.13 dan Grafik 1.14).

(5) 0 5 10 15 20 25 30 35 0 100 200 300 400 500 600 700

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014

%, yoy Ribu Ton

Realisasi Pengadaan gRealisasi - Skala Kanan

(2,500) (2,000) (1,500) (1,000) (500) 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 (50) 0 50 100 150 200

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014

%, yoy US$ Juta

Posisi Stok Perubahan Stok gPerubahan Stok - Skala Kanan

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 (6,000) (4,000) (2,000) 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014

Rp Miliar Rp Miliar

Ekspor ADHK Impor ADHK Neraca Perdagangan Bersih - Skala Kanan

(100) 0 100 200 300 400 500 600 700 (600) (400) (200) 0 200 400 600 800

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 US$ Juta M ill io n s US$ Juta

Ekspor Luar Negeri Nonmigas Impor Luar Negeri Nonmigas

(20)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

14 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATANTetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder | Triwulan II 2014

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan

Grafik 1.13. Volume Ekspor Nonmigas Grafik 1.14. Volume Barang yang Dimuat

Beberapa komoditas ekspor utama dengan orientasi penjualan luar negeri mengalami perlambatan pada triwulan II 2014. Ekspor rumput laut, nickel-matte, komoditas pertambangan, serta kayu olahan tumbuh lebih rendah dari triwulan I 2014 (Grafik 1.15). Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh kinerja industri manufaktur para negara mitra dagang Sulsel yang melambat (Amerika Serikat dan Zona Eropa) serta mengalami kontraksi (Jepang dan Korea Selatan) (Grafik 1.16). Penopang kegiatan ekspor adalah peningkatan pada ekspor hasil perkebunan dan perikanan selain rumput laut.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bloomberg

Grafik 1.15. Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Grafik 1.16. Purchasing Managers Index

Impor masih mengalami kontraksi pada triwulan II 2014 walaupun pada tingkat yang lebih rendah dan kontraksi tersebut terjadi baik untuk impor barang dari luar negeri maupun dari daerah lain (antar-daerah). Pada triwulan laporan, impor terkontraksi sebesar -1,06% (yoy), membaik dari triwulan sebelumnya yang turun hingga -9,32% (yoy). Masih turunnya impor dikonfirmasi oleh indikator impor antar daerah yaitu volume barang yang dibongkar di pelabuhan Makassar yang mengalami kontraksi meski tidak sedalam triwulan I 2014 (Grafik 1.17). Sebaliknya, volume barang yang diimpor dari luar negeri tidak mampu tumbuh di atas triwulan sebelumnya (Grafik 1.18). Namun demikian, faktor harga-harga internasional barang impor yang relatif terjaga dinilai membuat total nilai barang yang diimpor tidak mengalami penurunan yang drastis dibandingkan dengan triwulan I 2014.

Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.17. Volume Barang yang Dibongkar Grafik 1.18. Volume Impor Nonmigas

(100) (50) 0 50 100 150 200 250 0 100 200 300 400 500 600

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014

%, yoy Ribu Ton

Volume Ekspor Luar Negeri gVolume Ekspor gNilai Ekspor

(30) (20) (10) 0 10 20 30 40 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014

%; yoy Ribu Ton

Volume Muat Barang Dalam Negeri gVolume Muat - Skala Kanan

(150) (100) (50) 0 50 100 150 200 250 (60) (40) (20) 0 20 40 60 80 100 120 140 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 %, yoy %, yoy

Rumput Laut Nikel Matte

Kayu Olahan Pertambangan - Skala Kanan

46 48 50 52 54 56 58 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2013 2014 Indeks

Jepang Tiongkok AS Zona Eropa Korea Selatan

(40) (30) (20) (10) 0 10 20 30 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014

%; yoy Ribu Ton

Volume Bongkar Barang Dalam Negeri gVolume Bongkar - Skala Kanan

(80) (60) (40) (20) 0 20 40 60 80 100 120 140 0 100 200 300 400 500 600

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014

%, yoy Ribu Ton

(21)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 15

Pada triwulan II 2014, struktur ekspor maupun impor Sulsel relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan periode sebelumnya. Produk industri masih menjadi komoditas yang dominan bagi barang dari Sulsel yang dijual ke luar negeri (Grafik 1.19). Sementara itu, impor bahan baku mencatat pangsa terbesar dari total nilai impor Sulsel di triwulan laporan yang kemudian diikuti oleh impor barang modal dan barang konsumsi (Grafik 1.20).

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.19. Pangsa Ekspor Menurut Komoditas Grafik 1.20. Pangsa Impor Menurut Kategori

Nikel matte masih merupakan komoditas dominan dalam struktur ekspor, sedangkan gabungan hasil industri lainnya menggantikan gandum sebagai komoditas impor dengan pangsa terbesar. Pada triwulan II 2014, komoditas nikel matte mengambil pangsa sebesar 58,55% dalam struktur ekspor luar negeri Sulsel (Tabel 1.2). Selanjutnya, ganggang laut (rumput laut) dan coklat olahan menjadi komoditas dengan pangsa terbesar yaitu masing-masing sebesar 7,81% dan 7,62%. Untuk impor luar negeri, gandum yang menjadi bahan baku terigu mengambil pangsa 26,64% pada triwulan II 2014 dan berada pada urutan kedua setelah impor industri lainnya yang memiliki pangsa 28,54%. Setelah gandum, makanan ternak mengambil pangsa impor terbesar yaitu 22,59% (Tabel 1.3).

Tabel 1.2. Peringkat Ekspor Menurut Komoditas Tabel 1.3. Peringkat Impor Menurut Komoditas

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

1.3.

Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran atau produksi, perlambatan ekonomi Sulsel dipengaruhi oleh penurunan kinerja pada sektor pertambangan dan kelompok sektor tersier. Sektor tersier yang dimaksud mencakup sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, serta sektor jasa-jasa (Tabel 1.4). Sementara itu, kinerja Sektor Pertambangan pada triwulan laporan berbeda dengan kinerja pada triwulan I 2014 yang masih memberikan sumbangan positif, (Grafik 1.21). Untuk sektor ekonomi utama yang lain seperti sektor pertanian, sektor industri pengolahan, serta sektor PHR memperlihatkan pertumbuhan yang lebih kuat dibandingkan triwulan sebelumnya.

22.14% 77.03% 0.83% Pangsa Triwulan II 2014 Komoditas Pertanian: US$101.83 Juta Komoditas Industri: US$354.35 Juta Komoditas Pertambangan: US$3.83 Juta 42.75% 57.04% 0.21% Pangsa Triwulan II 2014

Barang Modal: US$40.22 Juta

Bahan Baku: US$53.66 Juta Barang Konsumsi: US$0.20 Juta Komoditas Nilai Ekspor Triwulan II 2014 (US$ Juta) Pangsa (%) Nikel Matte 269.36 58.55 Ganggang Laut 35.92 7.81 Biji Coklat 35.04 7.62 Coklat Olahan 34.26 7.45 Udang Segar/Beku 18.01 3.91 Ikan Olahan 12.16 2.64 Kayu Lapis 9.18 1.99 Buah/Sayur Olahan 7.92 1.72

Hasil Industri Lainnya 5.99 1.30

Ikan Tangkap Lainnya 5.53 1.20

Komoditas

Nilai Impor Triwulan II 2014

(US$ Juta)

Pangsa (%)

Hasil Industri Lainnya 51.57 28.54

Gandum 48.14 26.64

Makanan Ternak Lainnya 40.81 22.59

Besi/Baja 9.89 5.47 Produk Keramik 5.37 2.97 Biji Coklat 3.99 2.21 Coklat Olahan 3.71 2.06 Alat Listrik 3.20 1.77 Pupuk 2.51 1.39

(22)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

16 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATANTetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder | Triwulan II 2014

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Ekonomi

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Grafik 1.21. Sumbangan Pertumbuhan Menurut Sektor Ekonomi

1.3.1

Sektor Pertanian

Pada triwulan II 2014, sektor pertanian mengalami sedikit peningkatan seiring peningkatan produksi di sektor perkebunan dan sektor perikanan. Angka pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan tercatat sebesar 10,89% (yoy), sedikit lebih tinggi dari triwulan I 2014 yang tercatat sebesar 10,76% (yoy). Subsektor perkebunan, dalam hal ini komoditas kakao, menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya akselerasi. Produksi biji kakao, di Sulawesi pada umumnya dan di Sulsel pada khususnya, dinilai mengalami peningkatan seiring datangnya musim panen tanaman kakao. Hal tersebut membuat kondisi pasokan terjaga di tengah peningkatan permintaan biji kakao dari perusahaan pengolahan kakao yang meningkatkan kapasitas produksinya untuk mengakomodasi naiknya permintaan dari Tiongkok.2 Volume ekspor kakao juga menunjukkan peningkatan dengan tren harga yang meningkat (Grafik 1.22 dan Grafik 1.23).

Percepatan pertumbuhan juga dialami subsektor perikanan yang didukung oleh kondusifnya aktivitas penangkapan dan budidaya ikan pada triwulan II 2014. Membaiknya kinerja subsektor ini terlihat dari perkembangan volume ekspor udang segar dan aneka ikan yang mencatatkan perbaikan kinerja (Grafik 1.24 dan Grafik 1.25). Hal ini dinilai merupakan dampak dari kondisi cuaca yang lebih baik dari triwulan I 2014. Panen dari perikanan budidaya, khususnya komoditas udang menunjukkan akselerasi seiring program pengembangan potensi kelautan di Sulsel. Selain itu, harga komoditas perikanan sedang berada pada kondisi yang baik sehingga menjadi insentif produksi apalagi dengan meningkatnya permintaan dari mitra dagang di Eropa. Hal ini terjadi seiring penurunan pasokan dari Vietnam dan India karena ganguan penyakit (virus) pada perikanan budidaya mereka3.

2

Hasil liaison kepada eksportir coklat olahan, triwulan II 2014 3

Hasil liaison kepada eksportir aneka komoditas perikanan, triwulan II 2014

I II III IV I II III IV I II

PDRB 7.90 8.06 8.70 8.88 8.39 8.21 6.23 8.26 7.90 7.65 8.01 7.34

Pertanian 5.30 4.31 8.31 3.22 5.40 1.15 -0.89 3.93 13.10 3.95 10.76 10.89

Pertambangan & Penggalian -10.64 2.23 1.16 26.04 4.44 28.41 5.85 12.78 -4.62 9.26 1.54 -3.41

Industri Pengolahan 14.58 8.94 5.64 6.99 8.86 8.24 9.88 8.71 5.76 8.12 6.17 7.79

Listrik, Gas & Air Bersih 22.02 13.95 10.73 5.31 12.53 7.81 9.18 8.39 8.06 8.36 8.87 11.75

Bangunan 11.61 7.91 8.38 11.11 9.73 8.62 11.00 13.20 10.73 10.92 7.98 6.89

Perdagangan, Hotel & Restoran 10.10 9.12 10.41 12.44 10.54 11.48 9.96 8.33 7.98 9.38 8.28 9.15

Angkutan & Komunikasi 19.42 17.75 14.73 8.68 14.87 7.53 10.55 10.54 7.09 8.92 6.34 3.40

Keuangan 9.88 19.03 19.81 14.72 15.87 17.21 14.00 15.40 10.62 14.18 11.23 7.38

Jasa-jasa 1.41 3.19 3.03 1.47 2.27 2.31 0.97 5.38 5.92 3.67 6.72 6.10

Keterangan:

- Real estate, persewaan, dan jasa perusahaan termasuk ke dalam Sektor Keuangan

2014** 2013**

2012*

2012* 2013**

Pertumbuhan Sektor Ekonomi (%, yoy) (2) 0 2 4 6 8 10

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011* 2012* 2013** 2014**

%

(23)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 17

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank

Grafik 1.22. Volume Ekspor Biji Coklat Grafik 1.23. Harga Internasional Kakao

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.24. Volume Ekspor Udang Grafik 1.25. Volume Ekspor Aneka Ikan

1.3.2

Sektor Pertambangan dan Penggalian

Penerapan UU Minerba ternyata memengaruhi kinerja sektor pertambangan Sulsel pada triwulan II 2014 yang mencatat pertumbuhan negatif (kontraksi). Pada triwulan laporan, kinerja sektor ini menurun sebesar -3,41% (yoy) setelah tumbuh sebesar 1,54% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Fenomena ini disebabkan oleh produksi nikel yang menurun seiring implementasi UU Minerba4. Hal ini terkonfirmasi dari arah pertumbuhan ekspor komoditas pertambangan yang kontraksinya semakin besar pada triwulan II 2014 di tengah tren harga nikel yang masih meningkat hingga triwulan laporan (Grafik 1.26). Sementara itu, terlihat bahwa harga internasional beberapa komoditas tambang yang lain seperti timah, timah hitam, dan seng tidak banyak mengalami perubahan (Grafik 1.27).

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank

Grafik 1.26. Volume Ekspor Pertambangan Grafik 1.27. Harga Komoditas Tambang

4

Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi, BPS Provinsi Sulawesi Selatan, Agustus 2014 (80) (60) (40) (20) 0 20 40 60 80 0 5 10 15 20 25 30 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 %, yoy Ribu Ton

Ekspor Biji Coklat gEkspor - Skala Kanan

(40) (30) (20) (10) 0 10 20 30 40 50 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014 %, yoy US$/kg Harga Internasional Kakao

gHarga - Skala Kanan

(30) (20) (10) 0 10 20 30 40 50 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 %, yoy Ribu Ton

Ekspor Udang Segar/Beku gEkspor - Skala Kanan

(30) (25) (20) (15) (10) (5) 0 5 10 15 20 25 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 %, yoy Ribu Ton

Ekspor Aneka Ikan gEkspor - Skala Kanan

(150) (100) (50) 0 50 100 150 200 250 0 10 20 30 40 50 60 70 80 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 %, yoy Ribu Ton

Ekspor Pertambangan gEkspor - Skala Kanan

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 US$/metrik ton US$/metrik ton

(24)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

18 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATANTetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder | Triwulan II 2014

1.3.3

Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan kembali tumbuh lebih cepat pada triwulan II 2014 seiring penguatan pada industri mikro dan kecil maupun industri besar dan sedang. Sektor ini tercatat tumbuh sebesar 7,79% (yoy) pada triwulan laporan setelah sebelumnya tumbuh 6,17% (yoy). Akselerasi pada sektor industri pengolahan didorong oleh tetap membaiknya kinerja industri mikro dan kecil (IMK) pada triwulan laporan. Adapun industri besar dan sedang (IBS) yang sebelumnya tumbuh melambat mampu mencatat akselerasi pertumbuhan pada triwulan laporan (Grafik 1.28).

Menguatnya kinerja pertumbuhan sektor industri pengolahan searah dengan perkembangan beberapa subsektor industri. Pada triwulan laporan, subsektor industri makanan olahan, industri percetakan, industri pakaian, serta industri karet alam olahan dinilai mengalami akselerasi. Membaiknya kinerja industri karet alam olahan diindikasikan oleh menguatnya ekspor komoditas tersebut pada triwulan II 2014 (Grafik 1.30). Sementara itu, hasil industri makanan olahan, percetakan, serta pakaian dinilai terdorong oleh maraknya event dan kegiatan masyarakat selama periode triwulan laporan (hari besar keagamaan, pemilu, pesta olahraga, liburan sekolah). Adanya penambahan permintaan produk kakao olahan yang baru dari Tiongkok juga memberi kontribusi positif bagi sektor ini5. Produksi terigu juga tumbuh lebih tinggi pada triwulan II 2014 seiring persiapan menghadapi Ramadhan dan Lebaran (Grafik 1.31). Peningkatan di kedua komoditas industri ini mendorong kinerja industri makanan di Sulsel pada triwulan II 2014.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Produsen, diolah

Grafik 1.28. Pertumbuhan Industri Grafik 1.29. Produksi Nikel Matte

Di sisi lain, kinerja industri hasil tambang mengalami perlambatan yang sejalan dengan menurunnya kinerja sektor pertambangan. Produksi nikel matte produsen utama di Sulsel tercatat lebih rendah secara triwulanan (qtq). Hal ini membuat pertumbuhan secara tahunan juga tidak mengalami akselerasi dan cenderung tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya (Grafik 1.29). Hal ini disinyalir merupakan penyesuaian terhadap capaian target produksi untuk keseluruhan tahun 2014 yang memang ditargetkan tidak tumbuh lebih tinggi dari realisasi produksi tahun 2013.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Produsen, diolah

Grafik 1.30. Volume Ekspor Hasil Industri Grafik 1.31. Produksi Tepung Terigu

5

Hasil liaison kepada produsen dan eksportir kakao olahan, triwulan II 2014 (15) (10) (5) 0 5 10 15 20 25 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 %, yoy IMK IBS (40) (30) (20) (10) 0 10 20 30 40 50 60 70 0 5 10 15 20 25

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014

%, yoy Ribu Ton

Metrik

Produksi Nikel gProduksi

(50) (40) (30) (20) (10) 0 10 20 30 (60) (40) (20) 0 20 40 60 80 100 120 140 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 %, yoy %, yoy

Nikel Matte Karet Alam Olahan - Skala Kanan

(30) (20) (10) 0 10 20 30 40 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014

%, yoy Ribu Ton

Metrik

Gambar

Grafik 1.11. Neraca Perdagangan Bersih PDRB  Grafik 1.12. Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri
Grafik 1.19. Pangsa Ekspor Menurut Komoditas  Grafik 1.20. Pangsa Impor Menurut Kategori
Grafik 1.32. Penjualan Eceran Gas  Grafik 1.33. Kapasitas Produksi Terpakai Sektor LGA
Grafik 1.36. Volume Bongkar dan Muat Barang  Grafik 1.37. Tingkat Penghunian Kamar Hotel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Merendah di sisi belakang kemudian meninggi dengan kenaikan sudut yang !ukup tajam pada area (asade menjadi sebuah ungkapan kehati#hatian untuk menunjukkan eksistensinya

Kenapa nol? Jarak masing-masing muatan ke titik P adalah sama dan besar muatan juga sama, separuh positif dan separuh lagi negatif sehingga jika dimasukkan angkanya hasilnya

Lampirkan (1) Surat Keputusan Badan Penyelenggara atau SK Jabatan Fungsional Terakhir pada perguruan tinggi pengusul (PTS/PTN), dilengkapi dengan (2) fotokokopi ijazah

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesikan skripsi yang berjudul “Pengawasan

Nefron memiliki enam segmen yaitu kapsula glomerulus yang merupakan ujung buntu yang meluas pada nefron, tubuli konvoluti, tubuli rekti proksimalis, segmen tipis,

Penelitian ekstraksi bertingkat petroleum eter-kloroform-metanol dari daun, kulit akar, akar, kulit batang dan batang Fagraea racemosa terhadap pereaksi radikal

Mengingat betapa pentingnya kegunaan dari pakan alami khususnya untuk budidaya ikan pada stadium benih / larva, maka pada saat praktikum, praktikan diharapkan dapat lebih memahami

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Karyawan sebagai sumber daya manusia merupakan kekayaan dan aset yang paling utama bagi perusahaan untuk menunjang