• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan kinerja sistem pembayaran menunjukkan tendensi yang membaik pada triwulan II 2014. Transaksi keuangan nontunai melalui Real

Time Gross Settlement (BI-RTGS) mampu tumbuh cukup tinggi pada triwulan

laporan setelah sebelumnya mengalami kontraksi. Sementara itu, transasksi

keuangan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) masih

sedikit mengalami kontraksi. Faktor musiman memengaruhi pergerakan

aliran uang kartal pada triwulan II 2014. Meski masih mengalami net inflow,

aliran uang yang ditarik mulai menunjukkan peningkatan seiring akan

dimulainya Ramadhan dan persiapan Lebaran. Kegiatan penarikan uang

dinilai akan terus meningkat hingga awal triwulan mendatang. Adapun

pengelolaan uang tunai oleh Bank Indonesia dilakukan dengan melakukan

layanan penukaran uang, kas keliling, remise, pemusnahan uang tidak layak

edar, dan edukasi ciri-ciri keaslian mata uang. Hal ini dilakukan sebagai

upaya untuk mewujudnyatakan clean money policy.

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

50 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran

5.1.1 Perkembangan Transaksi RTGS

Pada triwulan II 2014, transaksi nontunai melalui sarana RTGS ditandai dengan pertumbuhan yang positif setelah terkontraksi pada triwulan sebelumnya. Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel di triwulan II 2014 sebesar Rp64,81

triliun atau tumbuh hingga 10,89% (yoy), jauh lebih tinggi jika dibandingkan triwulan I 2014 sebesar Rp48,30 triliun yang mengalami kontraksi -6,15% (yoy). Transaksi BI-RTGS pada periode laporan masih didominasi aliran transaksi yang masuk (to/incoming) ke perbankan Sulsel dengan nilai Rp33,67 triliun, lebih tinggi dari aliran transaksi yang keluar (to/outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat sebesar Rp21,37 triliun maupun dari aliran transaksi antarbank yang ada di Sulsel (from-to) sebesar Rp9,76 triliun.

Pertumbuhan aliran transaksi RTGS baik yang masuk dari Sulsel, yang keluar dari Sulsel, serta antara bank-bank di Sulsel menunjukkan perbaikan pada triwulan laporan. Transaksi RTGS dari perbankan di Sulsel kepada perbankan di luar

Sulsel tumbuh lebih cepat pada triwulan II 2014 yaitu dari 15,66% (yoy) menjadi 21,37% (yoy) (Grafik 5.1). Transaksi RTGS yang masuk ke perbankan Sulsel dari perbankan di luar Sulsel mengalami kontraksi yang lebih tipis pada triwulan II 2014 yaitu sebesar -6,79% (yoy) setelah sebelumnya tercatat sebesar -14,89% (yoy) (Grafik 5.2). Kemudian, transaksi dari perbankan di Sulsel kepada perbankan yang juga berada di Sulsel tumbuh cukup signifikan yaitu dari 11,85% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 98,44% (yoy) (Grafik 5.3).

Grafik 5.1. Transaksi RTGS From/Outgoing (dari Bank di Sulsel) Grafik 5.2. Transaksi RTGS To/Incoming (ke Bank di Sulsel)

Grafik 5.3. Transaksi RTGS From-To (antarbank di Sulsel) Grafik 5.4. Aliran Uang Kartal Inflow

5.1.2 Perkembangan Transaksi Kliring

Transaksi nontunai melalui sarana kliring yaitu kliring debet penyerahan serta kliring kredit masih mengalami penurunan pada triwulan II 2014. Pertumbuhan total nilai kliring pada triwulan laporan masih menunjukkan penurunan.

Nilai kliring pada triwulan laporan turun sebesar 3,61% (yoy) dimana sebelumnya juga mengalami penurunan sebesar -2,61% (yoy). Penurunan ini juga terindikasi dari menurunnya rata-rata perputaran harian transaksi kliring pada triwulan II 2014 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan rata-rata perputaran harian tersebut terjadi baik secara nominal maupun volume lembar transaksi (Tabel 5.1). Sementara itu, secara nominal, penolakan warkat (Cek/Bilyet Giro atau BG) menunjukkan peningkatan pada triwulan II 2014 yaitu dari 2,61% menjadi 3,66%. Meski

(10) (5) 0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%, yoy Rp Triliun RTGS From

gRTGS From - Skala Kanan

(20) (10) 0 10 20 30 40 50 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%, yoy Rp Triliun RTGS To gRTGS To - Skala Kanan

(40) (20) 0 20 40 60 80 100 120 0 2 4 6 8 10 12

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%, yoy Rp Triliun

RTGS From-To gRTGS From-To - Skala Kanan

0 50 100 150 200 250 300 0 1 2 3 4 5 6

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

%, yoy Rp Triliun

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 51 demikian, dari sisi jumlah warkat, rasio penolakan menunjukkan pergerakan yang stabil yaitu dari 2,47% menjadi 2,46%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai transaksi yang warkatnya ditolak pada triwulan II 2014 lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Tabel 5.1. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

5.2. Pengelolaan Uang Tunai

5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal

Pada triwulan I 2014, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel masih menunjukkan net inflow sebesar Rp0,24 triliun.

Aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp4,07 triliun pada triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp5,30 triliun (Grafik 5.4). Selanjutnya, aliran uang yang keluar (outflow) dari Bank Indonesia mengalami peningkatan dari Rp2,35 triliun pada triwulan I 2014 menjadi Rp3,83 triliun pada triwulan laporan (Grafik 5.5). Net inflow yang terjadi namun diikuti oleh mulai meningkatnya intensitas penarikan uang dipengaruhi oleh faktor musiman dimulainya Ramadhan untuk menyambut Lebaran (Grafik 5.6). Pada awal triwulan III 2014, kegiatan penarikan uang diperkirakan akan semakin meningkat dan lebih tinggi dibandingkan penyetoran sehingga akan terjadi net outflow yang sesuai dengan pola historis pada Lebaran di tahun yang lalu.

Grafik 5.5. Aliran Uang Kartal Outflow Grafik 5.6. Selisih Inflow dan Outflow

5.2.2 Penyediaan Uang Layak Edar

Bank Indonesia secara kontinyu terus berupaya untuk menjaga ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat.

Dalam rangka penerapan clean money policy, di samping membuka layanan penukaran uang terpusat di gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia, telah dilakukan juga kas keliling yang menjangkau seluruh wilayah di Sulsel, bahkan hingga wilayah terpencil yang cukup sulit dijangkau. Berdasarkan administrasi kegiatan yang ada, pada akhir Maret 2014 yaitu dari tanggal 18 sampai dengan 22, kas keliling dibuka di daerah Mambi, Pana, dan Sumarorong di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Kemudian, pada tanggal 19 sampai dengan 23 Mei 2014, telah dilakukan kegiatan kas keliling di daerah Jalang dan Doping, Kabupaten Sengkang, Sulawesi Selatan.

Di samping itu, kegiatan remise ke luar dari Sulsel juga ditempuh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I (Sulampua) dalam melakukan distribusi uang ke daerah lain. Selama periode triwulan II 2014, telah dilakukan sebanyak

I II III IV I II III IV I II III IV I II

- Nominal (triliun rupiah) 8.17 8.04 8.60 9.32 9.30 9.44 9.47 10.14 9.74 9.98 10.24 10.67 9.48 9.62

- Lembar (ribuan) 265 271 276 283 281 284 285 295 284 286 281 290 260 266

- Nominal (triliun rupiah) 0.13 0.13 0.14 0.15 0.15 0.15 0.15 0.16 0.16 0.17 0.17 0.17 0.16 0.16 - Lembar (ribuan) 4.27 4.37 4.45 4.57 4.47 4.50 4.53 4.68 4.73 4.76 4.68 4.68 4.33 4.43

- Nominal (%) 2.55 2.20 2.63 2.27 2.38 2.63 2.34 2.16 2.41 2.75 3.28 2.60 2.61 3.66

- Lembar (%) 2.38 2.66 2.80 2.52 2.28 2.59 2.45 2.37 2.38 2.47 2.33 2.17 2.47 2.46

2013

Total Perputaran Kliring Kredit dan Kliring Debet Penyerahan

Rata-rata Harian Total Perputaran Kliring Kredit dan Debet Penyerahan

Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/BG Kosong (terhadap Kliring Debet Penyerahan)

URAIAN 2011 2012 2014 (50) 0 50 100 150 200 250 300 350 400 0 1 2 3 4 5 6

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%, yoy Rp Triliun

Outflow

gOutflow - Skala Kanan

(1.0) (0.5) 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder

6 (enam) kali kegiatan remise ke daerah lain di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yaitu Papua Barat (4-21 April), Ambon (14-17 April serta 23 Juni), Kendari (28 April sampai dengan 2 Mei serta 19 Juni), dan ke Kupang (15 April). Bank Indonesia juga melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE). Kegiatan pemusnahan UTLE pada triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp0,62 triliun, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp0,75 (Grafik 5.7).

5.2.3 Perkembangan Temuan Uang Palsu

Pecahan besar masih mendominasi peredaran uang palsu yang ditemukan sebanyak 615 lembar pada triwulan II 2014.

Pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan pada triwulan laporan adalah pecahan Rp50.000 (72,20%), diikuti Rp100.000 (26,02%), Rp20.000 (1,14%), Rp5.000 (0,49%), dan Rp10.000 (0,16%) (Grafik 5.8). Sebagai upaya untuk mengantisipasi peredaran uang palsu sekaligus memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I (Sulampua) juga telah melakukan kegiatan sosialisasi dengan materi dimaksud hingga ke pelosok daerah, baik di Sulawesi Selatan maupun Sulawesi Barat.

Grafik 5.7. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Grafik 5.8. Temuan Uang Palsu

(500) 0 500 1,000 1,500 2,000 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014*

%, yoy Rp Triliun

Nominal UTLE gUTLE - Skala Kanan

26.02% 72.20% 1.79% Pecahan 100.000 Pecahan 50.000 Pecahan Lainnya

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 53

6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Bab 6

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan mencapai 5,80%

(Sakernas Februari 2014) atau relatif tidak berubah dari tahun sebelumnya

5,83% (Februari 2013). Selain itu, tingkat kesejahteraan yang diukur dari

Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan I 2014 terpantau membaik dari triwulan

sebelumnya. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga Maret

2014 meningkat dibanding September 2013 baik di kota maupun di desa

yaitu tumbuh sebesar 9,73% (yoy). Persentase tersebut meningkat seiring

dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin akibat dari naiknya garis

batas kemiskinan. Kendati demikian, kenaikan garis batas kemiskinan Maret

2014 tercatat melambat dibandingkan dengan September 2013 yang

disebabkan oleh penurunan inflasi yoy pada Maret 2014.