• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan mencapai 5,80% (Sakernas Februari 2014) atau relatif tidak berubah dari tahun sebelumnya

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan mencapai 5,80%

(Sakernas Februari 2014) atau relatif tidak berubah dari tahun sebelumnya

5,83% (Februari 2013). Selain itu, tingkat kesejahteraan yang diukur dari

Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan I 2014 terpantau membaik dari triwulan

sebelumnya. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga Maret

2014 meningkat dibanding September 2013 baik di kota maupun di desa

yaitu tumbuh sebesar 9,73% (yoy). Persentase tersebut meningkat seiring

dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin akibat dari naiknya garis

batas kemiskinan. Kendati demikian, kenaikan garis batas kemiskinan Maret

2014 tercatat melambat dibandingkan dengan September 2013 yang

disebabkan oleh penurunan inflasi yoy pada Maret 2014.

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder

6.1. Tenaga Kerja

TPT Sulsel mencapai 5,80% (Sakernas Februari 2014) atau menurun tipis (0,03%) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,83% (Februari 2013). Secara nominal jumlah pengangguran terbuka Sulsel naik dari 211,06 ribu orang per

Februari 2013 menjadi 212,57 ribu orang per Februari 2014 (Tabel 6.1). Namun demikian, karena jumlah angkatan kerja juga meningkat pada Februari 2014 yang mencapai 3.677,57 ribu orang dari 3.619,99 ribu orang pada Februari 2013 atau naik 57 ribu orang, tingkat pengangguran menjadi cenderung sama. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Sulsel yang tergolong tinggi telah mengakibatkan terjadinya perubahan pola penyerapan tenaga kerja.

Sektor industri, sektor perdagangan, dan sektor jasa berhasil menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Secara sektoral,

penyerapan tenaga kerja pada sektor primer (sektor pertanian) lebih rendah hampir 2 (dua) ribu pekerja dibandingkan tahun 2013, yang disebabkan oleh makin menurunya aktivitas sektor pertanian. Namun demikian, secara pangsa, sektor pertanian masih memegang peranan penting karena menyerap 40,70% dari tenaga kerja produktif di Sulsel pada Februari 2014. Sebaliknya, sektor industri mengalami kenaikan penyerapan 5 (lima) ribu pekerja atau sebesar 2,23% (yoy) menjadi 231,97 ribu orang di bulan Februari 2014. Kenaikan tertingi dicatat oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar 42 ribu pekerja atau sebesar 6,22% (yoy) menjadi sekitar 729,35 ribu orang (Tabel 6.2). Sementara itu, sektor jasa meningkat 2,82% (yoy) atau menjadi 644,25 ribu orang. Berdasarkan pekerjaan utama hingga Februari 2014, terjadi peningkatan pada jumlah pekerja formal (buruh/karyawan) yang tumbuh 7,19% (yoy) menjadi 1,13 juta orang. Demikian pula untuk pekerja yang berusaha sendiri yang tumbuh 12,24% (yoy) menjadi 638,26 ribu orang.

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulsel sedikit menurun karena kenaikan jumlah angkatan kerja yang bekerja lebih sedikit dari kenaikan jumlah penduduk usia kerja. TPAK turun dari 63,60% pada Februari 2013 menjadi 62,00%

pada Februari 2014. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2014 mencapai 3,46 juta orang, lebih tinggi daripada periode setahun sebelumnya sejumlah 3,41 juta orang (Tabel 6.1). Secara sektoral, ditengarai penurunan TPAK terjadi karena pengurangan angkatan kerja di sektor pertanian dan sektor lainnya. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia untuk ketersediaan lapangan kerja, juga menunjukkan rata-rata pertumbuhan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini (IKLK) pada triwulan laporan menurun sebesar -2,34% (yoy). Penurunan tersebut lebih kecil dibandingkan dengan penurunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar -9,98% (yoy). Sementara itu, Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 Bulan Lalu (IPD6) juga turun dibandingkan periode sebelumnya (Grafik 6.2). Pertumbuhan IPD6 turun sebesar -2,13% (yoy) lebih kecil dibandingkan penurunan triwulan sebelumnya (-7,44%, yoy).

Sumber: Survei Konsumen, diolah Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 6.1. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Grafik 6.2. Indeks Penghasilan Saat Ini

Feb-13 Feb-14

1. Angkatan Kerja 3.619.993 3.677.576

– Bekerja 3.408.929 3.464.719

– Tidak Bekerja (Pengangguran Terbuka) 211.064 212.570 2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 63,60% 62,00% 3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,83% 5,80%

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 55

Tabel 6.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

6.2. Penduduk Miskin

13

Jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga Maret 2014 meningkat dibanding September 2013 baik di kota maupun di desa. Jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami kenaikan menjadi 864,3 ribu pada Maret 2014, dari 857,44 ribu per

September 2013, atau naik sebesar 9,73% (yoy). Persentase tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin akibat dari naiknya garis batas kemiskinan. Jumlah penduduk miskin kota mengalami peningkatan sebesar 10% (yoy) menjadi 162,49 ribu orang (Grafik 6.3). Hal yang sama juga dialami oleh penduduk pedesaan yang mengalami kenaikan sebesar 10% (yoy), menjadi 701,91 ribu orang (Grafik 6.3). Penduduk miskin di pedesaan menyumbang 81,20% dari total penduduk miskin yang ada, sedangkan sisanya sebesar 18,80% disumbang oleh penduduk kota. Diperlukan upaya terpadu melalui pengembangan kewirausahaan di pedesaan dengan pengembangan komoditas unggulan daerah untuk memperluas lapangan kerja di pedesaan. Hal tersebut selain dapat mengurangi pengangguran, juga dapat mengurangi kemiskinan di pedesaan. Selain itu, diharapkan juga minat masyarakat untuk tetap bekerja di desa dapat ditingkatkan agar dapat mengurangi tingkat urbanisasi.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6.3. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan Grafik 6.4. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Sulampua Menurut Provinsi September 2013

Pertumbuhan garis kemiskinan pada Maret 2014 baik di kota maupun di desa mengalami perlambatan di bandingkan dengan September 2013. Perlambatan tersebut sejalan dengan penurunan inflasi pada Maret 2014 menjadi sebesar

5,88% (yoy) dari yang sebelumnya sebesar 7,24% (yoy) pada September 2013. Turunnya inflasi didorong oleh pelemahan tekanan inflasi kelompok bahan makanan, kelompok transpor, serta kelompok pendidikan. Pelemahan tekanan inflasi kelompok bahan makanan terjadi pada komponen volatile food yang didukung membaiknya kondisi cuaca hingga akhir triwulan I 2014 sehingga aktivitas penangkapan ikan juga ikut membaik.

13

BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Jumlah Pangsa Pertumbuhan Jumlah Pangsa Pertumbuhan

Pertanian 1.410.845 41,39% -3,98% 1.408.447 40,65% -0,17% Industri 226.919 6,66% -4,48% 231.974 6,70% 2,23% Perdagangan 686.653 20,14% 4,17% 729.346 21,05% 6,22% Jasa 626.566 18,38% 7,53% 644.253 18,59% 2,82% Lainnya 457.946 13,43% -0,10% 450.699 13,01% -1,58% Jumlah 3.408.929 100,00% 0,05% 3.464.719 100,00% 1,64% Februari 2014 Kategori Februari 2013

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder

Tabel 6.3. Garis Kemiskinan

Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bln) Pertumbuhan YoY Inflasi YoY

Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Mar-13 Sep-13 Mar-14

Kota 206,201 215,790 221,892 235,488 240,276 7.61% 9.13% 8.29% 4.61% 7.24% 5.88%

Desa 191,195 183,959 192,161 207,023 211,271 0.51% 12.54% 9.94%

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Persentase jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan relatif cukup rendah jika dibandingkan dengan provinsi lain se-Sulampua. Jumlah penduduk miskin Sulawesi Selatan berada pada urutan ketiga terendah (10,28%) setelah Provinsi

Maluku Utara (7,30%) dan Sulawesi Utara (8,75%) (Grafik 6.4). Urutan Provinsi Maluku Utara dan Sulawesi Utara tersebut juga tidak mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada September 2014. Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 30,05% dan masih terdapat di Provinsi Papua.

6.3. Rasio Gini

14

Gini ratio Provinsi Sulawesi Selatan cenderung meningkat dan lebih tinggi dari provinsi lain di Sulampua. Nilai gini ratio selama empat tahun terakhir (2010 sampai dengan 2013) cenderung terus membesar yang menunjukkan ketimpangan pendapatan penduduk yang semakin besar (Tabel 6.4). Pada 2012, gini ratio Sulsel masih sama dengan nasional yakni 0,41. Namun demikian, pada 2013, gini ratio Sulsel justru meningkat menjadi 0,43 atau lebih tinggi daripada nasional (0,41). Dibandingkan provinsi lain di Sulampua, nilai gini ratio Sulawesi Selatan termasuk tinggi. Angka gini ratio tertinggi (0,44) terjadi di Gorontalo dan Papua yang terjadi selama 2 (dua) tahun berturut-turut. Setelah dua provinsi tersebut, berlanjut nilai gini ratio terbesar kedua (0,43) adalah Provinsi Sulawesi Selatan dan Papua Barat. Sementara itu, nilai gini ratio terendah (0,32) terjadi di Provinsi Maluku Utara dan nilainya lebih baik daripada tahun 2012.

Tabel 6.3. Nilai Gini Ratio

Provinsi 2010 2011 2012 2013 Gorontalo 0,43 0,46 0,44 0,44 Papua 0,41 0,42 0,44 0,44 Sulawesi Selatan 0,40 0,41 0,41 0,43 Sulawesi Tenggara 0,42 0,41 0,40 0,43 Papua Barat 0,38 0,40 0,43 0,43 Sulawesi Utara 0,37 0,39 0,43 0,42 Sulawesi Tengah 0,37 0,38 0,40 0,41 Maluku 0,33 0,41 0,38 0,37 Sulawesi Barat 0,36 0,34 0,31 0,35 Maluku Utara 0,34 0,33 0,34 0,32 Indonesia 0,38 0,41 0,41 0,41

Sumber: Booklet Indikator Kersejahteraan Rakyat, BPS, Agustus 2013

6.4. Nilai Tukar Petani

15

Indikator kesejahteraan sektor unggulan (pertanian) relatif membaik, tercermin dari naiknya Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2014 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. NTP Sulsel pada triwulan II 2014 membaik menjadi

sebesar 105,81 lebih tinggi dibandingkan NTP pada triwulan sebelumnya (105,56) (Grafik 6.5). Kenaikan tersebut secara umum disebabkan oleh indeks harga hasil produksi pertanian yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga selama triwulan II 2014. Namun demikian, berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan selama triwulan II 2014, terjadi penurunan NTP untuk subsektor tanaman pangan, peternakan, dan perikanan di bulan Juni 2014 dibandingkan Mei 2014. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan tipis

14

Angka koefisien gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien gini terletak antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmeraaan sempurna.

15

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 57 NTP sebesar 0,07% (mtm) yaitu dari 105,89 menjadi 105,81. Sementara itu, Indeks yang Diterima Petani triwulan II 2014 mengalami kenaikan sebesar 9,53% (yoy) dari sebesar 106,92 menjadi 117,11 (grafik 6.7) begitu pula halnya dengan Indeks yang Dibayar Petani yang juga mengalami kenaikan sebesar 8,70% (yoy) dari sebesar 101,82 menjadi 110,67 (grafik 6.6).

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6.5. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Grafik 6.6. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Dibayar Petani

Sumber: Badan Pusat Statistik

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN | Triwulan II 2014 Tetap Bertahan dengan Dukungan Sektor Sekunder 59

7. PROSPEK PEREKONOMIAN

Bab 7