• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMENUHAN HAK EKSLUSIF MELALUI PERSETUJUAN TERTULIS DALAM TINDAKAN COVER LAGU. A. Konsep Hak Ekslusif Pemilik Hak Cipta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PEMENUHAN HAK EKSLUSIF MELALUI PERSETUJUAN TERTULIS DALAM TINDAKAN COVER LAGU. A. Konsep Hak Ekslusif Pemilik Hak Cipta"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

14

BAB II

PEMENUHAN HAK EKSLUSIF MELALUI PERSETUJUAN TERTULIS DALAM TINDAKAN COVER LAGU

A. Konsep Hak Ekslusif Pemilik Hak Cipta

1. Pengertian Hak Ekslusif

Hak Eksklusif adalah hak yang secara otomatis timbul berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, pengertian tersebut terdapat dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Dengan demikian yang menjadi sumber hukum dari hak ekslusif, dapat dilihat dari sumber hukum hak cipta, yang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual.

Hak Ekslusif merupakan hak yang timbul setelah sebuah ciptaan diwujudkan dan sejak saat itu hak tersebut mulai dapat dilaksanakan. Dengan hak ekslusif seorang pencipta maupun pemegang hak cipta mempunyai hak untuk mengumumkan, memperbanyak ciptaanya serta memberi izin kepada pihak lain untuk melakukan perbuatan tersebut. Sebuah ciptaan yang telah diwujudkan bentuknya oleh seorang pencipta yang sekaligus sebagai pemegang hak cipta dapat mengumumkan dengan cara seperti melakukan pameran atau pementasan sehingga diketahui oleh

(2)

15 orang lain. Dengan latar belakang tersebut orang lain tidak boleh langsung meniru atau menjiplak suatu karya cipta karena setiap ciptaan selalu ada penciptanya.

Kalau hendak melakukan tindakan terhadap suatu ciptaan milik orang lain maka harus ada sopan santunya yaitu harus permisi atau minta izin dulu dengan pemiliknya atau penciptanya.1

Dari sudut pandang tersebut, maka dikembangkanlah suatu kaidah hukum yang dapat mendorong penelitian dan pengembangan dengan memberikan perlindungan dengan memberikan Hak Eksklusif bagi para pengembang Hak Kekayaan Intelektual. Perlindungan hukum tersebut diperlukan untuk karya sastra (literary works), seni (artistic works) mempertahankan kredibilitas orang-orang yang berkecimpung dalam produksi karya seni dalam hal ini musik dan lagu, terhadap tindakan yang dapat menyinggung integritas ciptaan pemilik hak cipta dari pihak lain yang tidak berhak. Dengan cara ini, sistem yang terbentuk menyatakan bahwa siapapun tidak dapat menggunakan hasil kreasi intelektual tersebut tanpa persetujuan dari Pemiliknya/Pencipta (Authors) atau Pemegang Hak (Holders). Pengklasifikasian kepemilikan suatu karya cipta dengan kedudukan Pencipta atau pemegang hak ini semata-mata dalam rangka memberikan perlindungan Hak Moral dan Hak Ekonomi pemilik hak cipta.2

Patricia Loughlan, mengemukakan pendapatnya mengenai hak eksklusif adalah :

„‟hak yang ada karena adanya hak cipta sehingga pencipta berhak untuk mengawasi penggunaan dan memanfaatkan suatu kreasi intelektual, sebagaimana kreasi yang ditetapkan dalam kategori hak cipta, yaitu kesusastraan, drama, musik dan pekerjaan seni, serta rekaman suara, film, radio dan siaran televisi, serta karya tulis yang diperbanyak melalui penerbitan.‟‟

1 Gatot Supramono, Hak Cipta Dan Aspek-Aspek Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, h.44-45

2 Suyud Margono, Prinsip Deklaratif Pendaftaran Hak Cipta:Kontradiksi Kaedah Pendaō Aran Ciptaan Dengan Asas Kepemilikan Publikasi Pertama Kali’’ , Jurnal Rechts Vinding (Media Pembukaan Hukum Nasional) Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012, hal 238.

(3)

16 McKeoug dan Stewart mengemukakan bahwa : „‟Hak Ekslusif pemilik hak cipta adalah suatu konsep di mana pencipta (artis, musisi, pembuat film) yang memiliki hak untuk memanfaatkan hasil karyanya tanpa memperbolehkan pihak lain untuk meniru hasil karyanya tersebut.‟‟3

Dalam Auteurswet 1912 maupun Universal Copyright Convention menggunakan istilah “hak tunggal” sedangkan dalam Undang-undang Hak Cipta menggunakan istilah “hak eksklusif atau hak khusus”. Yang dimaksudkan dalam “hak eksklusif atau hak khusus” adalah pencipta merupakan satu-satunya pihak yang dapat memanfaatkan hak tersebut. Dengan kata lain tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak tersebut kecuali dengan izin pencipta.4 Perkataan “tidak ada pihak lain” mempunyai pengertian yang sama dengan hak tunggal yang menunjukkan hak pencipta saja yang dapat mendapatkan hak semacam itu. Inilah yang kemudian disebut dengan hak eksklusif/hak khusus. Eksklusif berarti khusus, spesifikasi, unik.5

Kemudian berdasarkan UU No. 28 Tahun 2014 Mengenai Hak Cipta memberikan pengertian sebagai berikut :

hak eksklusif ada karena hak cipta dari si pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dimana pencipta merupakan orang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi, yang ciptaan tersebut ialah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.6

Hak Ekslusif dapat secara khusus dipahami dalam ketentuan Pasal 4 Undang- Undang Hak Cipta, dalam pasal ini terdapat dua hak yang menjadi hak ekslusif pencipta yaitu Hak Moral dan Hak Ekonomi.7

Hak Moral pencipta diatur dalam Pasal 5 Undnag-Undang Hak Cipta yang menjelaskan bahwa Hak moral sebagaimana dimaksud dalam merupakan hak

3 Afrillyana Purba, Gazalba Saleh dan Andriana Krisnawati, TRIPs-WTO dan Hukum HKI Indonesia, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta, 2005. Hal.19.

4Ibid.

5 OK Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, RajaGrafindo Persada, Jakarta 2010, hlm. 59.

6 Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

7 Pasal 4 Undang-Undang No.28Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

(4)

17 yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum, menggunakan nama aliasnya atau samarannya, mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat, mengubah judul dan anak judul Ciptaan, serta mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. Kemudian dapat dipahami bahwa hak moral merupakan hak yang melekat terhadap penciptanya sehingga berhak untuk diakui dan dihargai akan karya cipta yang telah dihasilkannya.

Hak Ekonomi pencipta dapat di lihat dalam Pasal 8 Jo Pasal 9 Undang-Undnag Hak Cipta menjelaskan bahwa hak ekonomi merupakan Pemegang Hak Cipta untuk atas Ciptaan. Hak eksklusif Pencipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi.

Pencipta atau Pemegang Hak Cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan penerbitan Ciptaan, Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya, penerjemahan Ciptaan, pengadaptasian, pengaransemenan, pentransformasian Ciptaan, atau pendistribusian ciptaan atau salinannya, pertunjukan Ciptaan, pengumuman ciptaan, komunikasi Ciptaan dan penyewaan Ciptaan. Jadi dapat dipahami bahwa hak ekslusif pencipta yang berkaitan dengan hak ekonomi pencipta yakni hak untuk memperoleh balas jasa atau keuntungan atas kreatifitas yang dihasilkannya berupa nilai ekonomis yang menguntungkan sesuai dengan usaha yang telah dikorbankan si pencipta.8

8 Pasal 8 jo Pasal 9 Undang-Undang No.28 Tentang Hak Cipta.

(5)

18 Dalam Undang-undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dapat disimpulkan bahwa hak cipta melahirkan hak ekslusif bagi pemilik hak cipta, karena hak cipta merupakan hak terhadap suatu ciptaan yang dapat dikuasai sebagai hak milik, maka pemilik hak cipta berhak penuh atas ciptaannya tersebut. Dengan demikian, hak milik mempunyai isi dan sifat yang tidak terbatas, mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Karena hak cipta merupakan hak milik atas ciptaan yang bersifat ekslusif, dengan sendirinya isi dan sifatnya juga menjadi tidak terbatas, mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, selama tidak bertentangan dengan undang-undang serta peraturan umum yang berlaku.9

Dengan demikian hak ekselusif ini maksudnya adalah bahwa tidak ada orang lain yang boleh melakukan hak itu kecuali dengan izin pencipta.10 Dalam hal ekonomi manfaat yang diperoleh atau dirasakan dari hasil jerih payah pecipta tadi. Karena kegiatan memperbanyak dan atau menumumkan ciptaan, atau memberi izin kepada pihak lain untuk ikut memperbanyak dan atau mengumumkan ciptaan tersebut merupakan tindakan berdasarkan pertimbangan komersial atau ekonomi.

Artinya kegiatan memperbanyak ataupun bentuk eksploitasi karya cipta lainnya, juga merupakan hak dari pencipta. Undang-undang hak cipta memberikan pengertian bahwa hak cipta sebagai hak khusus, hal ini berarti pemahaman undang-undang berpangkal pada melekatnya sifat khusus kepada pencipta atau pemilik. Hak tersebut dikaitkan dengan pemikiran tentang perlunya pengakuan, dan penghormatan terhadap jerih payah pencipta atas segala daya upaya dan pengorbanan telah terlahirnya suatu karya atau suatu ciptaan. Dalam setiap

9 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, PT Alumni, Bandung, 2003, h. 81.

10 Pasal 4 Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

(6)

19 peraturan perundang-undangan, biasanya diuraikan mengenai teminologi atau istilah yang digunakan agar dapat dengan mudah memberikan pengertian atau batasan batasan yang ada didalam undang-undang hak cipta.11

2. Sumber Pengaturan Hak Ekslusif

Sumber hukum adanya pengaturan hak cipta yang melahirkan hak ekslusif dapat dilihat dari beberapa sumber, yaitu :

a. The Bern Convention

Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra, biasa disebut Konvensi Bern atau Konvensi Berne, merupakan persetujuan internasional mengenai hak cipta, pertama kali disetujui di Bern, Swiss pada tahun 1886.12

Semenjak berlakunya, Konvensi Bern yang tergolong sebagai law making traty, terbuka bagi semua negara yang belum menjadi anggota. Keikutsertaan

sebagai negara anggota baru harus dilakukan dengan cara meratifikasinya dan menyerahkan naskah ratifikasi kepada Direktur Jendral WIPO. Bern Convention ini bertopang pada tiga prinsip dasar, yaitu :

1). Prinsip National Treatment (Article 5(1) dan 5(2)

Ciptaan yang berasal dari salah satu negara peserta perjanjian (yaitu ciptaan seorang warga negara dari peserta perjanjian, atau suatu ciptaan yang pertama kali diterbitkan disalah satu negara peserta perjanjian) harus mendapat

11 Ade Uswatun Sitorus, ‘’ Hak Cipta dan Perpustakaan’’, Jurnal Iqra‟ Volume 9 Nomor 2, Oktober 2015, hal 253.

12 ibid. h.23.

(7)

20 perlindungan hukum hak cipta yang sama seperti hak yang diperoleh seorang pencipta yang merupakan warga negara itu sendiri.

2). Prinsip Automatic Protection (Article 5)

Bahwa perlindungan harus diberikan secara otomatis tanpa perlu memenuhi formalitas tertentu.

3). Prinsip Independence of Protection

Bentuk Perlindungan hukum hak cipta diberikan tanpa harus bergantung kepada pengaturan perlindungan hukum negara asal pencipta.13

Mengenai pengaturan standar-standar minimum perlindungan hukum ciptaan- ciptaan, hak-hak pencipta dan jangka waktu perlindungan yang diberikan, pengaturan Konvensi Bern adalah sebagai berikut :

a. Ciptaan yang dilindungi, adalah semua ciptaan dibidang sastra, ilmu pengtahuan dan seni, dalam bentuk apapun perwujudannya.

b. Kecuali jika ditentukan dengan cara reservasi (reservation), pembatasan (limitation) atau pengecualian (exception) yang tergolong sebagai hak-hak ekslusif adalah :

a. Hak Publikasi;

b. Hak menerjemahkan;

13 ibid. h.24-25.

(8)

21 c. Hak pertunjukan di muka umum ciptaan drama, drama musik,

dan ciptaan musik;

d. Hak mendeklamasi (to recite) di muka umum suatu ciptaan sastra;

e. Hak penyiaran (brodcast);

f. Hak mempuat reproduksi dengan cara dan bentuk perwujudab apapun;

g. Hak menggunakan ciptaannya sebagai bahan untuk ciptaan audiovisual;

h. Hak membuat aransemen (arrangements) dan adaptasi (adaption) dari suatu ciptaan. 14

b. TRIPs (Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights)

Perlindungan hak cipta kemudian menjadi sesuatu yang sangat penting, baik nasional maupun secara internasional, seperti apa yang telah disepakati di Jenewa pada September 1990 dimana Intellektual Property In Business Briefing mendiskusikan masalah tersebut yang dikenal dengan TRIPs (Trade Related

14 Ibid. 25-26.

(9)

22 Aspect of Intellectual Property Rights). Dalam era globalisasi pasca GATT

(General agreement on Tariff and Trade) dan disongsong dengan era WTO, (World Trade Organization) terdapat isu penting yang dimasukkan dalam struktur lembaga WTO tersebut, yakni TRIPs (Trade Related Aspects of Intelectual Property Right ) yang secara khusus mengurus hal-hal yang berkenaan dengan Hak Kekayaan Intelektual. 15

Tindakan yang dilakukan oleh orang lain terhadap ciptaan seseorang tidak boleh melanggar integritas dari ciptaan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari :

1. Pasal 10 ayat (2) TRIPs

Pencipta berhak untuk mengotorisasi atau melarang penyewaan komersial kepada masyarakat baik asli atau salinan dari karya cipta mereka.

2. Pasal 11 TRIPs

Pencipta berhak untuk mencegah tindakan orang lain terhadap ciptaannya ketika dilakukan tanpa izin penciptanya.

3. Pasal 14 ayat (1) TRIPs Pencipta berhak mempertahankan karya ciptanya dengan ketentuan bahwa penyewaan komersial terhadap ciptaannya tidak menimbulkan kerusakan material pada hak eksklusif pencipta.

Hak Ekslusif pencipta yang dilindungi oleh TRIPs dapat dilihat dari beberapa pengaturan dalam pasal-pasal yang terkandung dalam TRIPs, jika dilihat dari ketentuannya TRIPs juga mengatur mengenai hak ekslusif pencipta, yakni

15 O Yanto, Konsep Perlindungan Hak Cipta Dalam Ranah Hukum Hak Kekayaan Intelektual

(Studi Kritis Pembajakan Karya Cipta Musik Dalam Bentuk Vcd Dan Dvd), Yustisia Jurnal Hukum Volume 4 Nomor 3, September – Desember 2015, h.749.

(10)

23 memberikan hak pada pencipta untuk mengontrol ciptaannya dan berhak untuk memberikan ataupun tidak memberikan kesempatan bagi orang lain untuk menggunakan karya ciptanya, berhak mendapatkan pengakuan dan berhak mendapatkan nilai ekonomis dari ciptaannya.

c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Undang-Undang Hak Cipta No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. Merupakan pengaturan kekayaan intelektual di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang mempunyai peranan strategis dalam mendukung pembangunan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan sastra, sudah demikian pesat sehingga memerlukan peningkatan pelindungan dan jaminan kepastian hukum bagi pencipta, pemegang Hak Cipta, dan pemilik Hak Terkait, dan karena Indonesia telah menjadi anggota berbagai perjanjian internasional di bidang hak cipta dan hak terkait sehingga diperlukan implementasi lebih lanjut dalam sistem hukum nasional agar para pencipta dan kreator nasional mampu berkompetisi secara internasional sesuai dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat.

Hak ekslusif pencipta yakni Hak Moral dan Hak ekonomi pencipta dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan hak moral pencipta yang diatur dalam Pasal 5 Undnag-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang menjelaskan bahwa Hak moral sebagaimana dimaksud

(11)

24 dalam merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum, menggunakan nama aliasnya atau samarannya, mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat, mengubah judul dan anak judul Ciptaan, serta mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. Kemudian dapat dipahami bahwa hak moral merupakan hak yang melekat terhadap penciptanya sehingga berhak untuk diakui dan dihargai akan karya cipta yang telah dihasilkannya.

Hak Ekonomi pencipta dapat di lihat dalam Pasal 8 Jo Pasal 9 Undang-Undang Hak Cipta menjelaskan bahwa hak ekonomi merupakan Pemegang Hak Cipta untuk atas Ciptaan. Hak eksklusif Pencipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi.

Pencipta atau Pemegang Hak Cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan penerbitan Ciptaan, Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya, penerjemahan Ciptaan, pengadaptasian, pengaransemenan, pentransformasian Ciptaan, atau pendistribusian ciptaan atau salinannya, pertunjukan Ciptaan, pengumuman ciptaan, komunikasi Ciptaan dan penyewaan Ciptaan. Sehingga dapat dipahami bahwa hak ekslusif pencipta yang berkaitan dengan hak ekonomi pencipta yakni hak untuk memperoleh balas jasa atau keuntungan atas kreatifitas yang dihasilkannya berupa nilai ekonomis yang menguntungkan sesuai dengan usaha yang telah dikorbankan si pencipta.16

16 Pasal 8 Jo Pasal 9 Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

(12)

25 d. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 499 KUH Perdata menyebutkan bahwa barang adalah setiap benda dan hak yang dapat menjadi obyek hak milik, atas dasar tersebut setiap benda dalam konsep hukum merupakan obyek hak milik dalam hal ini hak cipta karena timbul langsung saat pencipta menghasilkan karya ciptanya dan mampu membuktikan dan nyata dalam hal yang sama dapat diperbanyak, maka ciptaan tersebut menjadi benda yang adalah objek hak milik, hal yang demikian merupakan benda yang dikategorikan dalam pengertian Pasal 503 KUH Perdata yakni benda tidak berwujud, dan menjadi obyek hak milik berkenaan dengan ketentuan Pasal 570 KUH Perdata yang mengandung ketentuan mengenai hak milik. Hak milik (eigendom) adalah hak untuk menikmati kegunaan suatu kebendaan dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan keadulatan sepenuhnya asal tidak berlawanan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh sautu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain. Kesemuanya itudengan tidak mengurangi kemungkinan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas ketentuanundang-undang dengan membayar ganti rugi.

Berdasarkan bunyi Pasal 570 KUH Perdata tersebut, Hak milik merupakan raja semua hak kebendaan yang merupakan derivatifnya. Setiap orang yang memiliki hak milik atas suatu kebendaan, dapat dengan bebas menikmati, memanfaatkan dan mengasingkannya kepada orang lain. Bahkan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun juga, termasuk penguasa, asal tidak berlawanan dengan undnag-undang atau peraturan umum lainnya. Dengan demilikan, hak milik mempunyai isi dan sifat yang tidak terbatas, mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Karena hak cipta

(13)

26 merupakan hak milik atas kebendaan yang bersifat ekslusif, dengan sendirinya isi dan sifatnya juga menjadi tidak terbatas, mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, selama tidak bertentangan dengan undang-undang serta peraturan umum yang berlaku.17

Didalam pengaturan KUH Perdata, hak ekslusif pencipta dilihat dari ketentuan kepemilikan pencipta atas suatu ciptaannya dan beralaskan hak untuk bertindak serta mempertahankan haknya terhadap siapapun selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan ketertiban umum.

3. Hak Ekslusif Pemilik Hak Cipta

Hak ekslusif adalah hak yang diperuntukkan bagi pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pencipta.18 Berdasarkan Pasal 4 UU Nomor 28 Tahun 2014 hak ekslusif terdiri dari hak moral dan hak ekonomi.

Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:

a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;

b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

17 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, PT Alumni, Bandung, 2003, h. 81.

18Indirani Wauran, op.cit., h.56.

(14)

27 d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

Dalam konfigurasi hukum, hak moral mencakup dua hal besar, yaitu hak paterniti atau right of pateritty yang esensinya mewajibkan nama pencipta disebut atau dicantumkan dalam ciptaan. Hak ini juga berlaku sebaliknya yaitu meminta untuk tidak dicantumkan namanya atau dipertahankan penggunaan nama samarannya.

Hak lainya dikenal dengan right of integrity, yang jabarannya menyangkut segala bentuk sikap dan perlakuan yang terkait dengan integritas atau martabat pencipta.

Dalam pelaksanaanya, hak tersebut diekspresikan dalam bentuk larangan mengubah, mengurangi, atau merusak ciptaan yang dapat menghancurkan integritas penciptanya, prinsipnya ciptaan harus tetap utuh sesuai dengan ciptaan aslinya.19

Kemudian Hak ekslusif pemilik hak cipta adalah hak ekonomi, ketentuan mengenai hak ekonomi dapat dilihat dala Pasal 9 UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta adalah :

a. Penerbitan ciptaan;

b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;

c. Penerjemahan Ciptaan;

d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan;

e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;

19 Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Raja Grafindo Persada,Jakarta,2011, h.16.

(15)

28 f. Pertunjukan Ciptaan;

g. Pengumuman Ciptaan;

h. Komunikasi Ciptaan; dan i. Penyewaan Ciptaan.

Hak ekonomi pencipta ditentukan oleh tingkat efisiensi dan manfaat (utility) invensi, nilai karya cipta ditentukan oleh keindahan penampilan, keunikan wujud, atau kelangkaan, rasa estetika dan nuansa seni yang dapat dinikmati masyarakat.

Reputasi karya sebelumnya dan kelangkaan ketersediannya juga berpengaruh terhadap nilai ciptaan. Faktor tersebut pada dasarnya melengkapi valuasi ekonomi ciptaan, selain segala komponen yang telah dikontribusikan pencipta, baik dalam bentu waktu, tenaga maupun biaya dalam menciptakan karyanya. Rasionalitas ekonomi pula yang selanjutnya memberi justifikasi perlindungan hak cipta.

Intinya, perlindungan harus diberikan untuk memungkinkan segala biaya dan jerih payah pencipta terbayar kembali. Dalam kaitan ini harus diperhitungkan pula resiko investasi, kegagalan, produksi dan pemasaran ciptaan yang harus dikalkulasi secara sepadan. Konsepsi hak cipta telah meletakan formula pengembalian investasi dalam bentuk masa eksploitasi atau durasi perlindungan hak cipta secara cukup rasional. Selain melindungi kreativitas pencipta, hak ekonomi melindungi kepentingan ekonomi pemilik hak cipta terkait ciptaannya.20

Dengan demikian hak ekslusif pemilik hak cipta berupa hak moral yang melekat terhadap penciptanya secara pribadi, melindungi reputasi pencipta serta kepentingan pribadinya mencakup nama baik, keahlian, serta integritas yang

20Ibid. h.14-15.

(16)

29 hanya dimiliki oleh penciptanya, berikut memberikan hak ekonomi terhadap pencipta untuk memperoleh sejumlah uang atau keuntungan ekonomis atas penggunaan oleh dirinya sendiri maupun melisensikannya kepada pihak lain.

4. Tindakan Yang Melanggar Hak Ekslusif

Pada prinsipnya hak cipta melindungi hal-hal yang berkaitan dengan :

1. yang telah berwujud bentuk ciptaan dan asli/nyata, atas dasar tersebut terdapat beberapa prinsip untuk membuktikan keberadaan hak cipta tersebut yaitu:

a. Suatu ciptaan harus mempunyai keaslian (orisinil) untuk dapat menikmati hak-hak yang diberikan undang-undang.

b. Suatu Ciptaan mempunyai hak cipta jika ciptaan yang bersangkutan diwujudkan dalam bentuk tulisan atau material yang lain.

c. Karena hak cipta adalah hak khusus maka tidak ada orang lain yang dapat bertindak atas ciptaannya kecuali dengan izin pencipta.

2. Hak Cipta timbul dengan sendirinya (Otomatis).

3. Suatu ciptaan tidak perlu diumumkan untuk memperoleh hak cipta.

4. Hak cipta atas suatu ciptaan merupakan suatu hak yang diakui oleh hukum (legal right) yang harus dipisahkan dan dibedakan dari penguasaan fisik suatu ciptaan.

(17)

30 5. Hak cipta bukan merupakan hak mutlak (absolut).21

Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa yang menjadi hak ekslusif pemilik hak cipta adalah hak moral dan hak ekonomi pemilik hak cipta, maka jika dikaitkan dengan tindakan yang melanggar hak ekslusif pemilik hak cipta dapat dilihat pula dari dua aspek, yakni askpek hak moral dan hak ekonomi pemilik hak cipta. Dengan demikian unsur pelanggaran terhadap hak ekslusif pemilik hak cipta berkaitan dengan tindakan orang lain yang tanpa hak melakukan pelanggaran terhadap ketentuan :

1. Tindakan yang tanpa hak melakukan hal yang berkaitan dengan hak moral pemilik hak cipta, yaitu :

a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;

b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

c. .mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

2. Tindakan yang tanpa hak melakukan hal berkaitan dengan hak ekonomi pemilik hak cipta, yaitu :

21 Afrilyana Purba, Gazalba Saleh dan Andriana Krisnawati, op.cit., h.22.

(18)

31 a. Penerbitan ciptaan;

b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;

c. Penerjemahan Ciptaan;

d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan;

e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;

f. Pertunjukan Ciptaan;

g. Pengumuman Ciptaan;

h. Komunikasi Ciptaan; dan i. Penyewaan Ciptaan.

Untuk terjadinya suatu pelanggaran hak ekslusif pemilik hak cipta maka harus ada unsur kesamaan antara kedua ciptaan yang ada. Namun, pencipta harus membuktikan bahwa karyanya telah dijiplak oleh orang lain atau dapat membuktikan karya orang lain tersebut berasal dari karya pemilik hak cipta tersebut. Hak cipta dilanggar jika seluruh atau sebagian substansial dari suatu ciptaan yang dlindungi hak cipta kemudian diubah atau perbanyak tanpa izin.

Pengadilan akan menentukan apakah suatu bagian yang ditiru merupakan bagian yang substansial, dengan meneliti apakah bagian yang digunakan itu penting, memiliki unsur pembeda atau ada bagian yang mudah dikenali, bagian ini tidak harus dalam jumlah atau bentuk yang besar untuk menjadi suatu bagian yang substansial. Cukup dengan melihat adanya sebagian unsur ciptaan asli yang

(19)

32 terdapat dalam karya yang ditiru tersebut, merupakan suatu tindakan yang melanggar hak pemilik hak cipta.22

Berdasarkan ketentuan tersebut hak cipta di Indonesia memberikan hak kepada pencipta untuk mendapatkan perlindungan hukum atas hak-haknya agar tidak disalahgunakan oleh pihak lain yang tidak berhak. Hak tersebut berupa hak ekslusif bagi pencipta, yakni hak moral pencipta untuk selalu dihargai dan diberikan otoritas untuk memperkenankan atau tidak memperkenankan pihak yang menggunakan ciptaannya untuk menyebutkan atau tidak menyebutkan nama penciptanya, berhak memberikan izin atau tidak memberikan izin terhadap pihak lain untuk menggunakan atau bertindak atas ciptaannya, serta berhak memeproleh royalti yang merupakan keuntungan ekonomis dari ciptaannya yang digunakan oleh pihak lain atas seiizin dari penciptanya.

22 Arif Lutviansori, Hak Cipta Dan Perlindungan Folkor Di Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta,2010, h.84.

(20)

33

A. Perlindungan Terhadap Integritas Ciptaan Lagu Dan Musik Dari Tindakan Cover Lagu

1. Lagu Dan Musik yang Dilindungi

Di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta tidak terdapat pengaturan khusus tentang pengertian hak cipta lagu dan/musik musik. Ia hanya merupakan salah satu karya yang dilindungi melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sebagaimana juga karya-karya lain yang dicantumkan dalam pasal 40 Undnag-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Tepatnya diatur dalam Pasal 40 ayat (1) sub (d), Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks. Penjelasannya mengemukakan, yang dimaksud dengan

„‟lagu atau musik dengan atau tanpa teks‟‟ diartikan sebagai satu kesatuan karya cipta yang bersifat utuh. Oleh karena itu, terhadap lagu dan/atau musik berlaku semua aturan umum yang juga berlaku untuk karya lainnya, kecuali diseutkan secara khusus tidak berlaku.23

Secara etimologi, lagu atau musik pada dasarnya mempunyai perbedaan arti.

„‟Lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan berbagai nada yang berurutan. Setiap lagu ditentukan oleh panjang-pendek dan tinggi rendahnya nada- nada tersebut, disamping itu irama juga memberi corak kepada suatu lagu‟‟.24

23 Hulman Panjaitan, Wetmen Sinaga, Perfoming Right Hak Cipta Atas Karya Musik & Lagu Serta Aspek Hukumnya, UKI Press, Jakarta, 2017, h.119.

24 ibid. h.120.

(21)

34 Bintang sanusi mengemukakan bahwa dalam istilah populer, „‟musik diartikan sebagai cetusan ekspresi isi hati, yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bahasa bunyi (lagu). Apabila cetusan ekspresi isi hati dikeluarkan melalui mulut disebut vokal, dan apabila dikeluarkan melalui alat musik disebut instrumental.‟‟25

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan lagu adalah : a. Ragam suara yang seirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dan

sebagainya;

b. Nyanyian;

c. Ragam nyanyi (musik, gamelan dan sebagainya) keroncong asli;

d. Tingkah laku, cara, lagak.

Sedangkan musik Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia adalah :

1. Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalamurutan kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempun yai kesatuan dan kesinambungan;

2. Nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian itu. 26

Menurut Ensiklopedia Indonesia, sebuah lagu terdiri dari beberapa unsur : „‟yaitu melodi, lirik, arransemen dan notasi. Melodi adalah suatu deretan nada yang karena kekhususan dalam penyusunan menurut jarak dan tinggi nada memperoleh suatu watak tersendiri dan menurut kaidah musik yang berlaku membulat jadi suatu kesatuan organik.‟‟27

Harsono Adisumarto mengemukakan bahwa lirik adalah: „‟kata-kata atau syair untuk dinyanyikan. Dapat juga dirumuskan bahwa lirik adalah susunan kata sebuah nyanyian, teks, atau kata-kata lagu. Sedangkan musik adalah seni menyusun suatu suara atau bunyi, musik tidak bisa dibatasi dengan seni menyusun bunyi atau suara indah semata-mata.‟‟28

Rooseno Hardjowidigdo mengemukakan, „‟pada dasarnya semua musik berisi elemen-elemen dasar tertentu, yaitu rhythm, melody, harmony dan form.‟‟29

Di dalam kepustakaan hukum internasional, istilah yang lazim digunakan untuk menyebutkan lagu atau musik adalah musical work. Konvensi Bern menyebutkan

25 Ibid.

26 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2005, h.624.

27 Ensiklopedia Indonesia, buku4, PT. Ichtiar Baru-van Hove, Jakarta, h.1941.

28 Harsono Adisumarto, Hak Milik Intelektual Khususnya Hak Cipta, Akademika Pressindo, Jakarta, 1990, h.14.

29 Hulman Panjaitan, Wetmen Sinaga, op.cit., h.122.

(22)

35 salah satu work yang dilindungi adalah komposisi musik (musik compositions) dengan atau tanpa kata-kata (with or without words). Tidak ada uraian yang tegas dalam Konvensi Bern tentang apa sesungguhnya musical work itu. Namun dari ketentuan yang ada dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis ciptaan musik yang dilindungi hak cipta, yaitu musik dengan kata-kata dan musik tanpa kata-kata.

Musik dengan kata-kata berarti adalah lagu yang unsurnya terdiri dari melodi, lirik aransemen, dan notasi, sedangkan musik tanpa kata-kata adalah musik yang hanya terdiri dari unsur melodi, arransemen dan notasi.30

Lagu atau musik dengan atau tanpa teks dimaksudkan sebagai karya yang bersifat utuh (merupakan satu kesatuan karya cipta) sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair atau lirik, dan aransemen termasuk notasinya merupakan ciptaan yang dilindungi Hak Cipta. Ciptaan musik adalah kombinasi melodi dan harmoni atau salah satunya. Lagu ini berbeda dengan rekaman suara yang sebenarnya bukan termasuk karya cipta utama (original works), melainkan masuk karya derivatif karena terdiri atas berbagai lagu yang mungkin juga diciptakan oleh beberapa orang, termasuk penghargaan bagi produsen rekaman suara.31

Lagu atau musik sebagai suatu karya yang bersifat utuh antara judul, melodi, syair aransemen, dan notasi musiknya serta kompilasi lagu-lagu pilihan dalam berbagai bentuk media. Konsep perlindungan Undang-Undang Hak Cipta adalah melindungi ciptaan yang sudah ada dan sudah diumumkan kepada publik. Namun demikian, Undang-Undang Hak Cipta juga memberikan perlindungan pada semua

30 Hulman Panjaitan, Wetmen Sinaga, op.cit., h.123.

31 Rahmi Jened, Hukum Hak Cipta (copyrights law), PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014,h.94

(23)

36 ciptaan yang tidak atau elum diumumkan sepanjang ciptaan tersebut sudah memiliki kesatuan bentuk yang nyata dan dapat diperbanyak.32

Dalam penjelasan pasal 40 ayat (3) Undang-Undang Hak Cipta disebutkan perlindungan terhadap ciptaan termasuk perlindungan terhadap ciptaan yang tidak atau belum dilakukan pengumuman tetapi sudah diwujudnyatakan dalam bentuk nyata yang memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut.33

Pada dasarnya yang dilindungi Undang-Undang Hak Cipta adalah pencipta yang inspirasinya menghasilkan setiap karya dalam bentuk yang khas dan menunjukkan kesliannya dibidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Perlu ada keahlian pencipta untuk dapat melakukan karya cipta yang dilindungi hak cipta. Ciptaan yang lahir harus mempunyai bentuk yang khas dan menunjukkan keasliannya sebagai ciptaan seseorang atas dasar kemampuan dan kreativitasnya yang bersifat pribadi pencipta.34

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lagu dan musik merupakan ciptaan yang dilindungi, baik dalam bentuk ide yang berwujud atau tidak memiliki bentuk (phisical form) dan asli (original). Undang-Undang pun menjelaskan bahwa perlindungan hak cipta tidak diberikan pada ide atau gagasan karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat priadi dan menunjukkan keaslian seagai ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas dan keahlian sehingga ciptaan itu dapat dibaca dan didengar. Sehingga dengan demikian, lagu yang

32 Elyta Ras Ginting,Hukum Hak Cipta Indonesia Analisis Teori dan Praktik, Citra Aditya Bakti, 2012, h.147-148.

33 Pasal 40 Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

34 Kif Aminanto, Bunga Rampai Hukum (Supremasi Hukum, Hak Cipta, Human Rights, Integritas) Jember Katamedia,2018,h. 187.

(24)

37 dinyanyikan dengan melodi dan lirik yang sembarangan bukanlah suatu ciotaan yang dilindungi oleh undang-undang.35

2. Integritas Ciptaan Lagu dan Musik

Hak cipta adalah hak alamiah manusia (natural rights) yang bersifat absolut yang timbul secara otomatis sejak suatu ciptaan ada atau diumumkan. Ciptaan tersebut akan dilindungi selama si pencipta masih hidup, bahkan sesudah pencipta meninggal dunia.36

Karya musik dalam bentuk naskah bertuliskan not musik sudah dilindungi hak cipta sejak tahun 1831. Setiap orang yang menyalin naskah musik tanpa izin berarti melanggar hak cipta.37 Sehingga karya cipta musik diyakini memliki integritas atas keutuhan ciptaan tersebut.

Hak Integritas merupakan hak pencipta atas keutuhan karya, hak ini tercantum dalam Pasal 6 bis Konvensi Bern yang menyatakan bahwa „‟pencipta memiliki hak untuk keberatan atas modifikasi-modifikasi tertentu dan tindakan-tindakan tertentu dan tindakan-tindakan lain yang merendahkan ciptaan. Hak integritas

35 Hulman Panjaitan, Wetmen Sinaga, op. Cit., h.123-124.

36 Elyta Ras Ginting, op.cit., h.62-63.

37 Ashibly, Hukum Hak Cipta (Tinjauan Khusus Prforming Right Lagu Indie Berbasis Nilai Keadilan), Genta Publishing, 2016, h.85.

(25)

38 dianggap sebagai hak moral yang berkepentingan praktis amat besar bagi penciptanya.38

Melalui doktrin hak moral, hak cipta juga mencapai suatu metode hukum yang murni, yang non komersial, tentang menilai kreativitas. Bahkan bisa melindungi aspek-aspek non komersial dari ekspresi kreatif. Gagasan tentang kepenciptaan (authorship), dan perlindungannya melaui copyright dan moral rights, memiliki perlindungan kepenciptaan hak cipta secara potensial mendukung institusi dan nilai-nilai demokratis. 39 Ketentuan-ketentuan hak moral merupakan upaya untuk menemukan keseimbangan antara insentif mendapat manfaat dari adaptasi atau eksploitasi karya dan dijaganya kepentingan sosial karya itu.

3. Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap Lagu Dan Musik

Perlindungan hukum hak cipta (hak moral dan hak ekonominya) sebenarnya adalah melindungi hidup manusia yang berada dalam kehidupan berkreasi. Hak ekonomi yang dinikmati pencipta bukan satu-satunya ukuran untuk menghargai karya manusia, karena masih ada hak moral yang dinikmati oleh pencipta.40

Hak cipta lagu dan musik memiliki pegaturan hukum yang aspek hukumnya mengatur mengenai kategori pengaturan terhadap perlindungan akan karya cipta tersebut. Dalam karya cipta lagu dan/atau musik secara umum, terdapat dua

38 Diah Imaningrum Susanti, op.cit., h. 46.

39 Ibid, h.49

40 Ibid, h.39

(26)

39 macam hak ekonomi yaitu perbanyakan yang berhubungan erat dengan produksi ulang lagu dan/atau musik dalm kaset, compact disk, laser disk,dan lain-lain semcam itu, yang juga dikenal dengan mechanical right; dan hak mengumumkan yang berkaitan dengan kegiatan memperdengarkan sebuah karya cipta lagu dan/atau musik misalnya menyanyikan, memutar kaset di tempat umum untuk kepentingan komersial, yang juga dikenal dengan performing right. Namun melalui Pasal 9 ayat (1) UU No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, hak ekonomi yang dimaksudkan terdiri dari41 :

Pasal 9 (1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan:

a. Penerbitan Ciptaan;

b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;

c. Penerjemahan Ciptaan;

d. Pengadaptasian,pengaransemenan,atau pentransformasian ciptaan;

e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;

f. Pertunjukan Ciptaan;

g. Pengumuman Ciptaan;

h. Komunikasi Ciptaan; dan i. Penyewaan Ciptaan.

Tegasnya barang siapa yang mempergunakan karya cipta lagu dan/atau musik untuk kegiatan usaha komersial atau untuk kepentingan yang berkaitan dengan

41 Hulman Panjaitan, Wetmen Sinaga, loc . cit.

(27)

40 kegiatan komersial, yang sering disebut dengan pengguna (user), harus meminta izin terlebih dahulu dari pencipta lagu dan/atau musik yang bersangkutan dan atau dari pemegang hak cipta yang sah.42

Kemudian dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 dibahas tentang hak moral pemilik hak cipta dalam Pasal 5 ayat (1), hak moral yang merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta :

Pasal 5 ayat (1) Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:

a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;

b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

Penjelasannya menegaskan, bahwa yang dimaksud dengan „‟distorsi ciptaan‟‟

adalah tindakan pemutarbalikan suatu fakta atau identitas ciptaan. Mutilasi ciptaan adalah proses atau tindakan menghilangkan sebagian Ciptaan, dan modifikasi ciptaan adalah pengubahan atas ciptaan. Sehingga, untuk mengumumkan atau

42 Hulman Panjaitan, Wetmen Sinaga, op. cit., h.127

(28)

41 memperdengarkan karya cipta lagu dan/atau musik tersebut harus tetap meminta izin kepada pencipta atau pemegang hak cipta.43

4. Konsep Pelanggaran Dalam Tindakan Mengcover Lagu

Pada prinsipnya yang dilindungi oleh hak cipta adalah ekspresi ide yang tertuang dalam bentuk materiil (fixed material form) yang dapat dilihat, dibaca, atau didengar. Oleh karena itu, setiap pelanggaran hak cipta senantiasa dikaitkan secara langsung dengan peniruan bentuk materiil atau ekspresi ide dari sebuah ciptaan yang telah ada. Pelaku pelanggaran hak cipta yang dapat dimintakan pertanggungjawaban hukum adalah pelaku yang secara langsung melakukan pelanggaran hak cipta (direct infringement). Namun demikian, dalam sejarah penegakkan hukum hak cipta juga berlaku secondary liability theory yang mengenal adanya dua jenis pertanggungjawaban hukum, yaitu contributory liability dan vicarious liability dari orang lain yang tidak melakukan pelangggaran

hak cipta secara langsung, tetapi mereka secara yuridis dianggap telah melakukaan pelanggaran hak cipta.44

Sesuai dengan sifat hak cipta lagu dan/atau musik sebagai suatu hak yang ekslusif, dalam arti tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak cipta tersebut tanpa seizin pencipta atau pemegang hak ciptanya yang sah, maka Undang-Undang Hak Cipta mengatur dan menentukan adanya perbuatan yang dilarang tanpa seizin

43 Hulman Panjaitan, Wetmen Sinaga, op. Cit., h.130.

44 Elyta Ras Ginting, op. Cit., h.198

(29)

42 pemegang hak ciptanya, yaitu perbuatan mengumumkan dan memperbanyak karya cipta musik dan lagu yang dimaksud menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. 45

Jenis pelanggaran hak cipta lagu dan musik dan kaitannya dengan pelanggaran yang terjadi dalam tindakan cover lagu dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Pelanggaran Langsung ( Direct Infringement )

Perbuatan yang melanggar hak cipta secara langsung atau direct infringement adalah „‟perbuatan yang melanggar hak ekslusif pencipta atas ciptaannya untuk memperbanyak atau memproduksi, memgumumumkan, dan menyewakan suatu ciptaan tanpa izin pemegang hak cipta atau hak terkait‟‟. 46

b. Pelanggaran tidak langsung (Indirect Infringement)

Pelanggaran tidak langsung atau „‟Indirect Infringement di bidang hak cipta pada umumnya berkaitan dengan ciptaan yang merupakan hasil dari pelanggran hak cipta atas ciptaan lain‟‟.47

c. Turut Serta Membantu Melakukan Pelanggaran (Contributory Infringement) Dalam praktik penegakkan hukum hak cipta, „‟pihak lain yang tidak secara langsung melakukan pelanggaran juga dapat dimintai pertanggungjawaban

45 Hulman Panjaitan, Wetmen Sinaga, op. Cit., h.167.

46 Elyta Ras Ginting, op. Cit., h. 200

47 ibid. h.216

(30)

43 hukumnya sebagai pelaku, yaitu dalam hal pemberian bantuan atau turut serta melakukan tindak pidana.‟‟48

Dalam kaitannya dengan pelanggaran hak cipta lagu dan musik melalui beberapa bentuk tindakan sebagai berikut :

1. Perbanyakan Tanpa izin

Berkaitan dengan pelanggaran haka cipta lagu dan/atau musik bidang hak untuk memperbanyak (mechanical right), selama ini yang paling banyak mendapat sorotan adalah pembajakan (piracy). Sampai-sampai ada kesan bahwa pelanggaran hak atas karya cipta lagu dan/atau musik itu identik dengan pembajakan kaset, CD,VCD dan lain-lain. Padahal, pelanggaran hak cipta lagu sangat beragam jenisnya sebagaimana beragamnya jenis hak yang dimiliki pencipta atas lagu dan/atau musik karya ciptanya.49 Pelanggaran dalam kategori ini, merupakan pelanggaran yang berkaitan dengan hak ekonomi pemilik hak cipta yang terdapat dalam Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang hak cipta sebagai berikut :

Pasal 9 (1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan:

a. Penerbitan Ciptaan;

b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;

c. Penerjemahan Ciptaan;

d.Pengadaptasian,pengaransemenan,atau pentransformasian ciptaan;

48 ibid. h.219

49 Hulman Panjaitan, Wetmen Sinaga, op. Cit., h.168

(31)

44 e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;

f. Pertunjukan Ciptaan;

g. Pengumuman Ciptaan;

h. Komunikasi Ciptaan; dan i. Penyewaan Ciptaan.

2. Pengumuman Tanpa Izin

Berbeda dengan pelanggaran hak memperbanyak ciptaan lagu yang cukup banyak diperbincangkan dan menjadi sorotan, maka mengenai pelanggaran terhadap hak mengumumkan pencipta lagu dan/atau musik yang dikenal dengan perfoming right termasuk jarang diperbincangkan dan tampaknya kurang mendapat

perhatian. Dalam realitas, kebanyakan orang menganggap bahwa pelanggaran hak cipta hanya sebatas pembajakan atau memperdagangkan produk-produk ciptaan.50

3. Pelanggaran Hak Moral

Selain pelanggaran hak cipta lagu dan/atau musik dalam bentuk pelanggaran hak untuk penggandaan (mechanical right) dan hak untuk mengumumkan (performing right) sebagaimana diuraikan di atas, pelanggaran lainnya terjadi dalam bentuk

pelanggaran hak moral. Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undanag Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta, maka perbuatan-perbuatan yang dianggap merupakan pelanggaran hak moral pencipta adalah sebagai berikut :

50 Hulman Panjaitan, Wetmen Sinaga, op. Cit., h.176

(32)

45 Pasal 5 ayat (1) Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:

a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;

b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

Banyaknya pelanggaran hak cipta lagu dan/atau musik dalam masyarakat, khususnya pelanggaran dibidang hak untuk memperbanyak (mechanical right) yang secara nyata dapat dilihat dalam bentuk pembajakan (piracy) serta pelanggaran terhadap hak untuk mengumumkan (performing rgight) dalam bentuk penggunaan dan pemakaian ciptaan lagu dan/atau musik tanpa izin telah menyebabkan adanya kesan bahwa negara kita kurang memberikan perhatian serius terhadap masalah hak cipta dan dipandang masih lemah dalam melakukan penegakkan hukumnya.51

51 Hulman Panjaitan, Wetmen Sinaga, op. Cit., h.186

(33)

46 B. Perjanjian Tertulis Sebagai dasar Pemenuhan Hak Ekslusif Pemilik Hak

Cipta dalam Tindakan Cover Lagu

1. Konsep Perjanjian Tertulis

a. Pengertian Perjanjian

Pengertian perjanjian adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata, yang memberi definisi dari perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang lain atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.52 Subekti memberikan definisi perjanjian sebagai peristiwa ketika seorang atau lebih berjanji melaksanakan perjanjian atau saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 53

Menurut M. Yahya Harahap, perjanjian maksudnya adalah hubungan hukum yang menyangkut hukum kekayaan antara 2 (dua) orang atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.54

Menurut Munir Fuady, istilah perjanjian merupakan kesepakatan dari istilah overeenkomst dalam bahasa Belanda atau agreement dalam bahasa Inggris. 55 Achmad Ichsan memakai istilah verbintenis untuk perjanjian, sedangkan Utrecht dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia memakai istilah overeenkomst untuk perjanjian.56

Dengan demikian dapat disipulkan bahwa dalam perjanjian terdapat unusur-unsur:

a. Ada para pihak;

52 Ashibly, op.cit., h.119.

53 Subekti, Hukum Perjanjian,Cet ke XIII, Intermasa, Jakarta, 1991,h.1.

54 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung,1986,h.6.

55 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, h.2

56 Ttitik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana, Jakarta, 20018, h.197.

(34)

47 b. Ada persetujuan antara pihak-pihak tersebut.

c. Ada tujuan yang akan di capai.

d. Ada perstasi yang akan dilaksankan.

e. Ada bentuk tertentu, baik lisan maupun tulisan.

f. Ada syarat-syarat tertentu.57

b. Bentuk Perjanjian

Pada umumnya perjanjian tidak terikat pada suatu bentuk tertentu, perjanjian dapat dibuat secara lisan atau tertulis, untuk beberapa perjanjian tertentu, undang- undang menentukan suatu bentuk tertentu, sehingga apabila bentuk itu tidak dituruti maka perjanjian itu tidak sah, dengan demikian perjanjian dalam bentuk tertulis menurut undang-undang, bukanlah semata-mata merupakan alat pembuktian saja, tetapi merupakan syarat untuk adanya suatu perjanjian.58

Menurut Salim H.S „‟perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perjanjian tertulis dan lisan. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan, sedangkan perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan dan hanya berdasarkan kesepakatan dan kepercayaan diantara para pihak yang melakukan perjanjian.59

57 P.N.H Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, Prenadamedia Group, Jakarta,2015,h.286.

58 Mariam Darus Badaruldzaman,dkk., Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2004, h.65-66

59 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Cetakan Ke V, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, h.42

(35)

48 Berdasarkan bentuk bentuk perjanjian tersebut terdapat kelebihan dan kekurangan antara masing-masing bentuk. Perjanjian tertulis memiliki kelebihan berupa adanya kepastian dan mudahnya dilakukan pembuktian ketika ada pihak yang melakukan wan prestasi, serta menjamin, menegaskan, dan membuktikan hak dan kewajiban paara pihak secara nyata dalam suatu perjanjian tertulis, sedangkan jika dibandingkan denga perjanjian lisan yang hanya berdasarkan kesepakatan dan kepercayaan antar masing-masing pihak dirasa kurang memadai untuk menegaskan dan menjamin hak serta kewajiban para pihak yang membuat kesepakatan karena dianggap lemah dalam hal pembuktian. Dengan demikian perjanjian yang cocok digunakan bagi para pihak adalah perjanjian tertulis, karena dianggap lebih jelas tentang hal yag diperjanjikan, lebih mengikat, dan mudah untuk dibuktikan.

c. Asas-Asas Perjanjian

Asas hukum bukanlah suatu peraturan, namun seperti yang dikatakan oleh Scholten bahwa hukum tidak dapat dipahami dengan baik tanpa asas-asas (doch geen rechts is te begrijpen zonder die beginselen). Asas merupakan pokok-pokok

pikiran yang melandasi dan melatarbelakangi setiap ketentuan perundang- undangan maupun putusan pengadilan di dalam sistem hukum. Asas hukum mempunyai dua landasan, yaitu: pertama, asas hukum itu berakar dalam kenyataan masyarakat dan kedua, pada nilai-nilai yang dipilih sebagai pedoman oleh kehidupan bersama. Dalam hukum perdata dikenal beberapa asas perjanjian yang merupakan pokok-pokok pikiran yang melandasi dan melatarbelakangi

(36)

49 setiap ketentuan perundang-undangan maupun putusan pengadilan di dalam sistem hukum perdata, asas-asas tersebut ialah :60

1. Asas Konsensualisme Pasal 1320 Ayat (1) KUH Perdata

Dalam hukum perjanjian, asas konsensualisme berasal dar kata konsensu yang berarti sepakat antara pihak-pihak mengena pokok perjanjian. Menurut Subekti asas konsensus itu dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan.

Konsensus antara pihak dapat diketahui dari kata “dibuat secara sah”, sedangkan untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yang tercantum di dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang salah satunya menyebutkan “sepakat mereka yang mengikatkan dirinya” (Pasal 1320 angka 1 KUH Perdata) Kata sepakat itu sendiri timbul apabila ada pernyataan kehendak dari sate pihak dan pihak lain menyatakan menerima atau menyetujuinya.61

2. Asas Kebebasan Berkontrak (Pasal 1338 Ayat 1) KUH Perdata

Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu dasar yang menjamin kekebasan orang melakukan kontrak. Asas ini berarti setiap orang boleh mengadakan perjanjian apa saja walaupun perjanjian itu belum atau tidak diatur dalam undang-undang. Asas ini menganut sistem terbuka yang memberikan kebebasan seluas-luasnya pada masyarakat untuk mengadakan perjanjian. Jadi para pihak diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri isi dan bentuk perjanjian.

60Siti Malikhatun Badriyah, „’Pemuliaan (Breeding) Asas-Asas Hukum Perjanjian Dalam Perjanjian Leasing Di Indonesia’’, Yustisia Vol.1 No.2 Mei – Agustus 2012, h.49

61 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Intermasa, Jakarta, 1987, h. 3.

(37)

50 3. Asas Kekuatan Mengikat Perjanjian (Pacta Sunt Servanda) Pasal 1320

dan Pasal 1338 Ayat 1 KUH Perdata.

Asas kekuatan mengikat atau asas pacta sunt servanda ini berkaitan dengan akibat dari perjanjian. Arti dari pacta sunt servanda adalah bahwa perjanjian yang dibuat secara sah mempunyai kekuatan mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, sehingga para pihak harus tunduk dan melaksanakan mengenai segala sesuatu yang telah diperjanjikan. Asas ini dapat diketahui dari Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.

4. Asas Itikad Baik (in good faith) (Pasal 1338 KUH Perdata)

Asas itikad baik merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum perjanjian.Ketentuan ini diatur dalam pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata, bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Dalam perundingan-perundingan atau perjanjian antara para pihak, kedua belah pihak akan berhadapan dalam suatu hubungan hukum khusus yang dikuasai oleh itikad baik dan hubungan khusus ini membawa akibat lebih lanjut bahwa kedua belah pihak itu harus bertindak dengan mengingat kepentingan-kepentingan yang wajar dari pihak lain.62

62Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, h. 5

(38)

51 Asas hukum perjanjian merupakan “jantungnya” peraturan hukum, karena:

pertama, asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum; kedua, asas hukum juga dapat disebut sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum (rasio legis) dari peraturan hukum. Asas hukum inilah yang mengawal dan memberi daya hidup (nourishment) kepada hukum dan bagian-bagian atau bidang-bidang dari hukum, sehingga asas-asas perjanjian yang telah dikemukakan tersebut merupakan landasan dari adanya peraturan yang terkait dengan perjanjian.63

d. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian

Perjanjian merupakan sarana bagi setiap orang untuk mengikatkan diri dalam suatu kesepakatan mengenai hal-hal tertentu yang merupakan kepentingan dari masing-masing pihak. Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya. Selanjutnya dalam ayat (2) dinyatakan bahwa perjanjian tersebut tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua pihak atau karena alasan yang dinyatakan undang-undang cukup untuk itu. Ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat secara sah akan mengikat kedua pihak seperti daya ikat undang-undang. Pihak yang telah membuat perjanjian tidak dapat secara sewenang-wenang mengubah isi perjanjian atau membatalkan perjanjian, kecuali ada alasan untuk membatalkan. Jika salah satu pihak akan mengubah perjanjian

63 Siti Malikhatun Badriyah, Op.Cit., h.49

(39)

52 tersebut harus mendapatkan persetujuan dari pihak lain. Dengan demikian untuk perubahan perjanjian harus ada kesepakatan kedua belah pihak.64

Menurut Pasal 1320 KUH Perdata, syarat sahnya suatu perjanjian adalah :

1. Sepakat mereka yang mengkatkan dirinya, namun tidak sah apabila kata sepakat itu diberikan karena kekhilafan, paksaan atau penipuan (Pasal 1321 KUH Perdata).

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, pada dasarnya setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian, kecuali jika oleh undang-undang tidak dinyatakan tak cakap (Pasal 1329 KUH Perdata), atau dinyatakan tidak cakap (Pasal 1330 KUH Perdata) 3. Adanya suatu hal tertentu, adalah menyangkut objek perjanjian harus

jelas dan dapat ditentukan. Menurut Pasal 1333 KUH Perdata, suatu perjanjian harus mempunyai sedititnya satu hal tertentu ditentukan jenisnya.

4. Adanya suatu sebab yang halal, adanya suatu sebab (causa dalam bahasa Latin) yang halal adalah menyangkut isi perjanjian yang tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan undang- undang ( Pasal 1337 KUH Perdata).65

Dengan demikian, terhadap perjanjian yang sah, akan mengakibatkan bahwa para pihak akan terikat tidak saja pada isi perjanjian, akan tetapi juga terikat pada kepatutan, kebiasaan dan undang-undang.66 Hal inilah yang melatar belakangi

64 Christiana Tri Budhayati, Mengenal Hukum Perdata Di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2017, h. 174

65Salim H.S, Op. Cit., h.287-288.

66 Christiana Tri Budhayati, Op.Cit ., h. 174

(40)

53 mengapa dalam tindakan cover lagu perlu dibuat suatu perjanjian antara pihak pencipta lagu atau pemilik lagu dengan pihak yang melakukan cover lagu, agar setiap hak masing-masing pihak dapat terpenuhi, dan setiap perbuatan yang dilakukan atas suatu ciptaan juga dapat dipertanggung jawabkan dihadapan hukum.

e. Perjanjian Tertulis Cover Lagu

Hak cipta yang dimiliki oleh pemilik hak cipta secara otomatis memberikan hak ekslusif pada pencipta, hak ekslusif ini hanya diperuntukkan oleh pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pencipta. Dalam Pasal 4 Undang-Undag Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyebutkan bahwa „‟hak cipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a merupakan hak ekslusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi pemilik hak cipta. 67

Dengan demikian setiap tindakan yang akan dilakukan atas suatu karya cipta haruslah mendapatkan izin terlebih dahulu dari pencipta, termasuk tindakan tindakan cover lagu harus terlebih dahulu memperoleh izin dari peciptanya, karena cover lagu merupakan kriteria tindakan yang disebutkan dalam ketentuan mengenai hak moral pencipta yang terdapat dalam Pasal 5 ayat (1) huruf e yang menyebutkan pencipta berhak „‟mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat

67Ashibly, Op. Cit., h. 52.

(41)

54 merugikan kehormatan diri atau reputasinya‟‟. Selain itu pencipta juga memiliki hak ekonomi yang harus dipertahankan atas tindakan cover lagu yang dapat menyinggung hak pencipta terkait dengan kriteria hak ekonomi pencipta berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (1) yaitu „‟penerjemahan ciptaan, pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan, pertunjukan ciptaan, pengumuman ciptaan, serta komunikasi ciptaan. Kemudian pada Pasal 9 ayat (2) disebutkan „‟ setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan izin pecipta atau pemegang hak cipta.

Berdasarkan beberapa ketentuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa, meskipun Undang-Undang nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta belum terdapat pengaturan khusus mengenai tindakan cover lagu, Pasal 5 yang mengatur tentang hak moral dan Pasal 9 yang mengatur tentang hak ekonomi dalam Undang-Undang ini sudah menjelaskan kriteria perlindungan terhadap suatu karya cipta, sehingga untuk mencegah terjadinya pelanggaran terhadap integritas suatu ciptaan, maka setiap orang yang mengcover lagu harus meminta izin terlebuh dahulu.

Disamping itu, keberadaan hak ekslusif pencipta tidaklah secara mutlak atau serta merta dapat diberlakukan, karena pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta memberikan definisi dalam hak cipta terdapat suatu pembatasan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pembatasan tersebut dikenal dengan fair use atau fair dealing yang merupakan konsep yang mewajibkan pencipta mengikhlaskan atau mengijnkan ciptaannya untuk

(42)

55 digunakan oleh pihak lainnya 68seperti yang di sebutkan pada Pasal 43 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta meliputi :

a. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli;

b. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama pemerintah, kecuali dinyatakan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, pernyataan pada Ciptaan tersebut, atau ketika terhadap Ciptaan tersebut dilakukan Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan;

c. pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lainnya dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap;

atau

d. pembuatan dan penyebarluasan konten Hak Cipta melalui media teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial dan/atau menguntungkan Pencipta atau pihak terkait, atau Pencipta tersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan penyebarluasan tersebut.

e. Penggandaan, Pengumuman, dan/atau Pendistribusian Potret Presiden, Wakil Presiden, mantan Presiden, mantan Wakil Presiden, Pahlawan Nasional, pimpinan lembaga negara, pimpinan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, dan/atau kepala daerah dengan

68 Henry Soelistyo, Op.Cit., h.101

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang: Kebakaran merupakan kecelakaan terbesar di dunia, Oleh karena itu, pencegahan kebakaran merupakan peranan penting dalam mencegah terjadinya kebakaran

- Jika Anda merasa jenuh dan sedikit kesal karena harus menunggu proses upload video Anda, Anda tidak perlu kuatir karena ada solusi lain untuk menampilkan video pada blog

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh antara atribut intrinsik dan atribut exstrinsik secara parsial dan berganda terhadap kepuasan konsumen

Penulis sekiranya dapat memberikan alternatif pilihan dalam pengaturan lampu lalu lintas tersebut sehingga dapat mengurangi kemacetan pada suatu

Dalam kehidupan masyarakat di desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar yang mempunyai bermacam-macam suku dan budaya, adapun suku yang terdapat di desa Ranah

Pertama-tama air disaring menggunakan Saringan Pasir Cepat (SPC). Air hasil penyaringan tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan Saringan Pasir

Since the demand of remanufactured product is promoted by the warranty level, retailer and manufacturer can increase the wholesale and retail prices of

Perhatikan gambar organ pemapasan berikutl Proses yang terj adi pada organ x adalah ..... penyerapan oksigen dari